• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBIBITAN BUNGA

KRISAN PADA MBA FARM CIANJUR JAWA BARAT

DINI MAULIDA RACHMI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Dini Maulida Rachmi

(4)
(5)

ABSTRAK

DINI MAULIDA RACHMI. Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILA.

Krisan adalah salah satu tanaman hias dengan nilai volume produksi tertinggi di Indonesia. MBA Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan bunga krisan di Cianjur. MBA Farm menghadapi kendala dalam fluktuasi produksi bibit bunga krisan yang mengindikasikan adanya risiko produksi. Oleh karena itu, perlu mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tersebut, menganalisis besarnya probabilitas dan dampak dari risiko tersebut, dan menganalisis manajemen strategi penanganan risiko dalam memproduksi bibit bunga krisan. Metode yang digunakan untuk menganalisis peluang dan dampak risiko adalah metode z-score dan Value at Risk (VaR). sumber risiko yang teridentifikasi diantaranya adalah kualitas air, kualitas sekam, kualitas mother plant, dan cuaca yang tidak menentu. Sumber risiko dengan nilai probabilitas tertinggi adalah kualitas sekam, sedangkan sumber risiko dengan dampak yang tertinggi adalah kualitas air. Sumber risiko yang berada di kuadran III adalah kualitas sekam dan kualitas air. Sehingga alternatif strategi untuk menghadapi suber risiko tersebut adalah strategi preventif yang dapat menurunkan nilai probabilitasnya, sedangkan strategi mitigasi dapat menurunkan dampak yang ditimbulkan oleh kedua sumber risiko tersebut.

Kata kunci: risiko, produksi, krisan, pembibitan krisan

ABSTRACT

DINI MAULIDA RACHMI. Production Risk Analysis of Chrysanthemum Nursery in MBA Farm Cianjur, West Java. Supervised by NETTI TINAPRILA.

Chrysanthemum is one of ornamental plant that the largest volume production in Indonesia. MBA Farm is a company that run in the Chrysanthemum nursery business in Cianjur. MBA Farm face the constraints in fluctuations in seedling production of chrysanthemum which indicate of production risk. Therefore, we need to identify the source of production risk, analyzing the probability and impact of risk, and to analyze the alternative of risk management handling in producing seedling of chrysanthemum. The methods used to analyze the probability and impact of risk are z-score and Value at Risk (VaR). The source of the risk indentified consist water quality, husks quality, quality of mother plant, and unpredictable weather. Source of the risk with the highest probability value is husks quality, while the source of the risk with the highest impact is water quality. The sources of risk that in quadrant III are husk quality and water quality. So the alternative strategies to deal with these risk is preventive strategy that to reduce the probability both of risk. While mitigation strategies reduce the impact of the risk caused by both of sources risks.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBIBITAN BUNGA

KRISAN PADA MBA FARM CIANJUR JAWA BARAT

DINI MAULIDA RACHMI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat

Nama : Dini Maulida Rachmi NIM : H34124001

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprila, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah analisis risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprila MM selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Sarkad saleh selaku pemilik usaha MBA Farm yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, Bapak Achyar Suryadi selaku kepala kebun, serta sseluruh karyawan MBA Farm yang telah memberikan waktu dan informasi secara rinci mengenai risiko produksi pembibitan bunga krisan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(12)
(13)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Sumber-sumber Risiko Produksi Tanaman Hortikultura 7 Peluang dan Dampak Risiko Produksi Tanaman Hortikultura 8 Strategi Penangan Risiko Produksi Tanaman Hortikultura 9

Pendapatan Usaha Tanaman Hias 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data 20

Analisis Deskriptif 20

Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber-sumber risiko 20

Analisis Probabilitas 22

Analisis Dampak Risiko 23

Pemetaan Risiko 24

Penanganan Risiko 25

Pendapatan Usahatani 26

GAMBARAN UMUM USAHA 27

Sejarah dan Perkembangan Usaha MBA Farm 27

Lokasi dan Kondisi Perusahaan 28

Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan 28

Sumberdaya Perusahaan 29

Operasional Kegiatan 30

Analisis Pendapatan 33

HASIL DAN PEMBAHASAN 33

Analisis Sumber-sumber Risiko Produksi Bibit Bunga Krisan 33

Analisis Probabilitas 40

Analisis Dampak Risiko 41

(14)

vi

Strategi Penanganan Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krsisan 45

SIMPULAN DAN SARAN 47

Simpulan 47

Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 48

DAFTAR TABEL

1 Volume dan Nilai Ekspor-Impor Komoditi Hortikultura Tahun

2011-2012 1

2 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2012 – 2013. 2 3 Wilayah sentra dan produksi tanaman Krisan di Jawa Barat tahun 2012 3 4 Form pencatatan sumber risiko produksi pembibitan bunga krisan 20 5 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko 21

6 Skala perbandingan 21

7 Sarana dan prasarana di MBA Farm 30

8 Rincian biaya operasional produksi mother plant 33 9 Rincian biaya operasional perbanyakan bibit krisan 34 10 Hasil analisis perbandingan berpasangan sumber risiko produksi

pembibitan bunga krisan pada MBA Farm 39

11 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko produksi pembibitan

bunga krisan MBA Farm 40

12 Hasil perhitungan dampak risiko produksi pembibitan bunga krisan

(VaR) pada MBA Farm 42

13 Hasil perhitungan status risiko produksi bibit krisan di MBA Farm 44

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah kematian bibit krisan di MBA Farm periode bulan April - Juni

tahun 2014 5

2 Hubungan fungsi kepuasan dan pendapatan 11

3 Proses pengelolaan dan risiko perusahaan 12

4 Kerangka pemikiran operasional 18

5 Layout peta risiko 25

6 Strategi Preventif 25

7 Strategi Mitigasi 26

8 Struktur organisasi MBA Farm 28

9 Mother Plant 31

10 Proses cutting pucuk krisan 32

(15)

vii

12 Pengemasan bibit krisan siap jual 32

13 Serangan hama pada bibit tanaman krisan yaitu : (a) Leaf miner, (b)

kotoran yang ditinggalkan hama whitefly 35

14 Penyakit pada bibit tanaman krisan : (a) karat, (b) Phytium, (c)

Fusarium 36

15 Media sekam siap tanam 37

16 Peta risiko produksi pembibitan bunga krisan di MBA Farm 44 17 Pemetaan strategi preventif sumber risiko produksi bibi krisan 45 18 Pemetaan strategi mitigasi sumber risiko produksi bibi krisan 47

DAFTAR LAMPIRAN

1 Matriks berpasangan sumber risiko tiap responden 51 2 Penjumlahan skor total dari data matriks berpasangan tiap responden 52 3 Perhitungan analisis probabilitas kematian bibit dan dampak risiko

produksi bibit krisan akibat sumber risiko kualitas air pada MBA Farm

periode Mei-Juni 2014 53

4 Perhitungan analisis probabilitas kematian bibit dan dampak risiko produksi bibit krisan akibat sumber risiko kualitas sekam pada MBA

Farm periode Mei-Juni 2014 54

5 Perhitungan analisis probabilitas kematian bibit dan dampak risiko produksi bibit krisan akibat sumber risiko cuaca yang tidak menentu

pada MBA Farm periode Mei-Juni 2014 55

6 Perhitungan analisis probabilitas kematian bibit dan dampak risiko produksi bibit krisan akibat sumber risiko kualitas mother plant pada

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Ribuan flora tumbuh di Indonesia terdiri dari tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura. Hortikultura terdiri sayuran, buah-buahan, tanaman obat dan tanaman hias. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang baik untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Perkembangan sub sektor hortikultura dapat dilihat dari perkembangan ekspor impor komoditi hortikultura tahun 2011 – 2012 pada Tabel 1.

Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor-Impor Komoditi Hortikultura Tahun 2011-2012

Sumber : Pusat Data Informasi Kementrian Pertanian, 2013 (diolah)

(18)

2

tanaman hias masih cukup besar. (4) Teknologi dan sumberdaya manusia untuk pengembangan tanaman hias relatif tersedia. Segi potensi pasar agribisnis tanaman hias cukup baik di pasar domestik maupun pasar mancanegara terdiri atas, (1) jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dengan pendapatan yang cenderung meningkat merupakan pasar yang cukup besar, (2) adanya pertumbuhan kawasan pemukiman, perkantoran, dan pusat belanja lainnya yang cukup besar sehingga pertumbuhan tersebut akan meningkatkan permintaan terhadap tanaman hias, dan (3) meningkatnya pendapatan masyarakat serta meningkatnya pengetahuan masyarakat akan kesegaran dan keindahan juga akan meningkatkan permintaan akan tanaman hias.1

Prospek agribisnis tanaman hias di Indonesia cukup baik dilihat dari perkembangan volume ekspor dan impor yang meningkat, hal tersebut didukung oleh adanya pertumbuhan produksi tanaman hias. Berikut data produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2012 - 2013 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2012 – 2013.

No Jenis Tanaman

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat perkembangan produksi beberapa komoditi tanaman hias di Indonesia dari tahun 2012 sampai tahun 2013. Pertumbuhan produksi terjadi pada tanaman bunga mawar, sedap malam,

Dracaena dan melati. Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan selera konsumen terhadap tanaman hias sehingga produsen mengurangi jumlah produksi beberapa jenis tanaman hias dan mengingkatan produksi pada tanaman yang banyak diminati oleh konsumen.

Tabel 2 menunjukan bahwa komoditi tanaman hias unggulan di Indonesia yang memiliki volume produksi terbesar adalah tanaman krisan, oleh karena itu krisan menjadi tanaman hias yang paling diminati konsumen. Krisan dibedakan

1

http://web.mb.ipb.ac.id/output/pageToPdf/id/tipe/entri.html. Prospek Agribisnis Florikultura. [2

(19)

3 menjadi krisan potong dan krisan pot. Krisan potong digunakan untuk dekorasi pada acara pernikahan, hiasan vas bunga, dan ragkaian bunga. Sebagai tanaman pot krisan dapat digunakan untuk hiasan pada meja kantor, ruanga hotel, restauran, dan rumah tempat tinggal. Krisan memiliki keunggulan disamping variasi warna yang sangat beragam juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah untuk dirangkai.

Krisan di Indonesia banyak dibudidayakan di Pulau Jawa dimana jumlah produksi krisan terbesar adalah Pulau Jawa yaitu sebesar 379 535 323 tangkai (BPS 2014). Sentra produksi tanaman hias adalah Kabupaten Cianjur, kondisi alam Cianjur mendukung pengembangan usaha di bidang pertanian baik tanaman pangan maupun tanaman hias. Cipanas merupakan bagian dari kabupaten Cianjur yang merupakan sentra produksi tanman hias khusunya tanaman krisan potong. Wilayah sentra dan produksi tanaman krisan Jawa Barat tahun 2012 disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Wilayah sentra dan produksi tanaman Krisan di Jawa Barat tahun 2012

No Kabupaten / Kota Produksi

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Provinsi Jawa Barat (2012)2

Keberhasilan agribisnis krisan dipengaruhi oleh setiap sub-sistem yang saling terintegrasi. Sub-sistem agribisnis meliputi sub-sistem pertanian hulu hingga sub-sistem pertanian hilir. Sub-sistem pertanian hulu meliputi industri pembenihan/pembibitan tanaman/hewan, industri yang memproduksi sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Sedangkan sub-sistem pertanian hilir meliputi industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pascapanen dan pengolahan hasil pertanian (Saragih 2004). Setiap sub-sistem terintegrasi satu sama lain, keberhasilan pada sub-sistem on farm (budidaya) akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pada sub-sistem hulu. Begitupun kaitannya pada agribisnis tanaman hias krisan, keberhasilan usaha budidaya tanaman hias krisan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan usaha pembibitan krisan. Bibit krisan merupakan input utama pada budidaya krisan. Bibit krisan yang baik, dan ketersediaan bibit krisan yang melimpah akan mendorong kemajuan usaha pada proses budidaya krisan.

Agribisnis tidak terlepas dari risiko produksi dimana produksi komoditi agribisnis banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor alam yang sulit dikendalikan oleh petani sehingga dapat menimbulkan kerugian. Usaha krisan memiliki risiko produksi, berdasarkan penelitian Nasti (2013) terdapat risiko produksi pada budidaya krisan yang disebabkan oleh beberapa sumber risiko diantaranya hama,

2

(20)

4

penyakit, cuaca dan iklim yang tidak stabil, serta risiko tenaga kerja yang memiliki kinerja kurang optimal. Salah satu sumber risiko produksi hama dan penyakit dapat diakibatkan dari kualitas bibit yang digunakan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Sianturi (2011) yang membahas bahwa kualitas dan kematian bibit bibit berpengaruh pada kualitas dan hasil panen pada proses produksi. Kualitas bibit krisan yang kurang baik mengakibatkan kualitas bunga rendah, rentan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga hasil produktivitas tidak pasti. Kematian bibit bibit yang tidak pasti mencerminkan hasil panen juga tidak pasti. Bibit krisan dapat diperoleh dengan dua cara yaitu dengan mengipor atau dengan memproduksi sendiri. Bibit krisan yang diimpor umumnya lebih berkualitas karena sudah memiliki lisensi, namun harganya relatif mahal. Oleh karena itu, memproduksi sendiri dapat menekan biaya produksi dan juga menjamin ketersediaan bibit, namun risiko yang dihadapi apabila dilakukan produksi bibit sendiri adalah kualitas bibit yang rendah karena kemungkinan bibit krisan merupakan hasil persilangan/hibrida yang kualitasnya tidak diketahui pasti dan kemungkinan bisa mengalami kontaminasi dengan hama atau penyakit dari lingkungan yang mempengaruhi kualitasnya. Berdasarkan uraian tersebut maka perlun adanya analisis risiko untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan produksi atau keputusan tindakan mengurangi risiko yang akan dihadapai sehingga dapat menurunkan tingkat risiko dan menurukan tingkat kerugian akibat adanya risiko.

Perumusan Masalah

(21)

5 tanaman. Penggunaan obat-obatan dalam rangka membasmi hama maupun mengobati penyakit pada bibit krisan menyebabkan peningkatan biaya produksi. Selain itu, kualitas bibit krisan yang tidak sesuai dengan permintaan konsumen akan menurunkan harga jual bibit. Hal tersebut tentunya dapat mengurangi pendapatan bagi usaha pembibitan krisan di MBA Farm ini. Jumlah kematian bibit krisan di MBA Farm periode bulan April - Juni tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Jumlah kematian bibit krisan di MBA Farm periode bulan April - Juni tahun 2014

Fluktuasi kematian bibit krisan pada Gambar 1 merupakan indikasi adanya risiko pada usaha pembibitan krisan. Kematian bibit krisan yang berubah-ubah pada setiap periodenya dikarenakan penangan risiko produksi pada MBA Farm ini belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk meminimalkan risiko yang dapat menghambat proses produksi. Saat ini, tindakan yang telah dilakukan oleh MBA Farm dalam menghadapi risiko adalah penggunaan green house untuk mengontrol cuaca yang tidak menentu. Namun penggunaan green house ini belum sepenuhnya dapat menurunkan risiko produksi tersebut. Selain itu, bangunan

green house yang masih menggunakan bambu sebagai penyangga mudah rapuh disaat musim hujan. Hal ini menjadi bahan kajian dan penelitian mengenai manajemen risiko perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan risiko untuk dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahn yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Sumber risiko produksi tanaman hias terdiri dari serangan hama dan penyakit, iklim dan cuaca, kualitas input, dan keterampilan tenaga kerja. Apakah sumber risiko tersebut merupakan sumber penyebab kematian bibit krisan di MBA Farm? Apakah terdapat sumber risiko lain yang menyebabkan kematian bibit krisan di MBA Farm ?

0 5000 10000 15000 20000 25000

Kematian Bibit Krisan

(22)

6

2. Berapa besar peluang kejadian berisiko dan dampak kerugian yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko yang menyebabkan kematian bibit krisan di MBA Farm ?

3. Perusahaan telah menerapkan penggunaan green house tetapi masih menghadapi risiko produksi. Apakah ada alternatif strategi lainnya yang dapat diterapkan untuk mengatasi atau mengurangi peluang serta dampak risiko kematian bibit krisan di MBA Farm berdasarkan analisis pendapatan usaha pembibitan bunga krisan ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang menyebabkan kematian

bibit krisan di MBA Farm.

2. Menganalisis besar peluang dan dampak kerugian yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko yang yang menyebabkan kematian bibit krisan di MBA Farm. 3. Menganalisis alternatif strategi selain penggunaan green house berdasarkan

analisis pendapatan usaha pembibitan bunga krisan yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi peluang serta dampak risiko produksi kematian bibit krisan di MBA Farm.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran yang membangun dan bermanfaat bagi :

1. Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dalam mengaplikasikan teori dan ilmu-ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.

2. Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut mengenai analisis risiko usaha agribisnis.

3. Bagi perusahaan, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengelola risiko usaha.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan antara lain :

1. Komoditi yang akan dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah bibit tanaman bungan krisan.

2. Penelitian ini difokuskan pada proses pembibitan dimulai dari petik pucuk krisan dari mother plant hingga pemanenan bibit pada umur 12-14 hari. 3. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil penelitian lapang

(23)

7 4. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi per

periode penanaman pada bulan Mei-Juni 2014 dan data produksi, penjualan krisan pada bulan April 2014.

5. Lingkup kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif strategi penanganan risiko.

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-sumber Risiko Produksi Tanaman Hortikultura

Sumber-sumber risiko pada tanaman umumnya terdiri dari sumber risiko operasional dan sumber risiko pasar. Sumber risiko operasionl terdiri dari cuaca yang tidak menentu, serangan hama penyakit, penggunaan input, dan kesalahan teknis dari tenaga kerja. Sedangkan sumber risiko pasar mencakup perubahan harga dan selera konsumen.

Ditinjau dari usaha bidang pertanian sebagian besar sumber risiko produksi adalah kondisi iklim dan serangan hama penyakit. Hasil penelitian Jamilah (2011) mengenai Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun Di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi wortel dan bawang daun adalah faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, tingkat kesuburan lahan, efektifitas penggunaan input, dan keterampilan sumber tenaga kerja yang kurang. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi fluktuasi produksi wortel dan bawang daun di kawasan Agropolitan Cianjur.

Penelitian lain dalam kaitannya dengan analisis risiko produksi adalah mengenai Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat oleh Wisdya (2009). Penulis menyimpulkan bahwa sumber-sumber risiko produksi anggrek antara lain curah hujan, serangan hama dan penyakit, kontaminasi dan kerusakan mekanis. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamilah (2011) pada penilitian analisis risiko produksi anggrek terdapat sumber risiko curah hujan, dimana curah hujan mempengaruhi tingkat keberhasilan produksi anggrek. Hal ini disebabkan karena disaat curah hujan tinggi dapat menyebabkan busuk daun sehingga menurukan jumlah produksi.

(24)

8

Hal yang sama juga diutarakan oleh Zebua (2011) pada penelitiannya mengenai Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan Anisa Adenium, Bekasi Timur Provinsi Jawa Barat. Sumber risiko produksi pada usaha ini adalah adanya serangn hama dan penyakit, iklim dan cuaca, teknik perbanyakan, peralatan dan bangunan, dan keterampilan tenaga kerja. Namun ada beberapa perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasti (2013) dan Wisdya (2009) yaitu terdapat sumber risiko teknik perbanyakan. Teknik perbanyakan menjadi sumber risiko produksi pada tanaman hias adenium karena teknik pemilihan bibit Adenium yang kurang tepat, dimana benih atau bibit yang mempunyai kualitas rendah akan mempengaruhi produksi adenium. Selain itu peralatan bangunan menjadi umber risiko dalam usaha ini karena media yang tidak memenuhi kualitas akan mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman adenium.

Pada penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa sumber risiko produksi yang banyak dihadapi pada usaha tanaman hortikultura adalah serangan hama dan penyakit, cuaca dan iklim, kualitas input produksi, dan keterampilan tenaga kerja.

Peluang dan Dampak Risiko Produksi Tanaman Hortikultura

Risiko terkait pada dua dimensi yaitu dimensi peluang dan dimensi dampak. Dimensi peluang merupakan kemungkinan risiko akan terjadi, dan dimensi dampak merupakan tingkat kepentingan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Risiko dapat diukur dengan diketahui kedua dimensi tersebut sehingga dapat menentukan alternatif strategi yang dapat meminimalisis tingkat kerugian dan tingkat risiko yang dihadapi.

Penelitian terdahulu mengenangi pengukuran risiko dengan menghitung peluang dan dampak dari sumber-sumber risiko yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hotib (2013) tentang analisis risiko produksi jamur tiram putih pada CV Jaya Makmur kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Penelitiannya menyimpulkan bahwa teridentifikasi empat (4) sumber risiko pada usaha produksi jamur tiram putih meliputi kegagalan proses sterilisasi, penyakit, hama, dan suhu. Berdasarkan perhitungan probabilitas kejadian dari setiap sumber risiko dengan menggunakan metode analisis z-score menghasilkan nilai probabilitas tertinggi pada sumber risiko kegagalan proses sterilisasi yaitu sebesar 42.9 persen dengan dampak risiko yang ditimbulkan sebesar Rp139 460 820. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Yamin (2012) mengenai analisis risiko produksi tomat cherry menghitung setiap kemungkinan yang terjadi pada sumber risiko produksi tomat cherry yang meliputi pengaruh cuaca, hama, penyakit, kualitas bibit dan sumber daya manusia dengan metode analisis z-score. Data yang digunakan untuk menghitung tingkat probabilitas terjadi risiko adalah data produksi tomat cherry 10 periode terakhir. Probabilitas dari sumber risiko ini adalah 44 persen dan nilai dampaknya yang dihitung dengan metode

VaR (Value at Risk) dengan tingkat kepercayaan 95 persen adalah Rp9 722 492.00. Berbeda dengan penelitian Nasti (2013) pengukuran dampak dan probabilitas sumber risiko dianalisis dengan menggunakan metode Expert opinion dan Delphy

melaui wawancara yang kemudian dilanjutkan dengan pemetaan risiko. Metode

Expert opinion dan Delphi dipilih karena tidak tersedia data historis mengenai produksi terkait risiko produksi krisan potong pada perusahaan terkait. Expert opinion

(25)

9 Delphy merupakan suatu metode dimana beberapa orang ahli diminta pendapat mengenai dampak dan probabilitas dari suatu risiko yang kemudian pendapat dari ahli tersebut diberikan kepada ahli lainnya tanpa memberitahukan identitas dari ahli sebelumnya.

Strategi Penangan Risiko Produksi Tanaman Hortikultura

Zebua (2011) dalam penelitiannya menegenai analisis risiko produksi tanaman hias Adenium mengungkapkan bahwa strategi untuk penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan Anisa Adenium adalah dengan melakukan diversifikasi jenis bunga adenium, dimana nilai coefficient variation untuk diversifikasi lebih kecil bila dibandingkan komoditi tunggal. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan melakukan diversifikasi maka akan dapat menekan risiko produksi yang terjadi di perusahaan. Berbeda halnya dalam penangan risiko produksi pada penelitian yang dilakukan oleh Nasti (2013) dalam menangani risiko produksi tanaman bunga krisan potong dilakukan pemetaan risiko. Sumber risiko dengan probabilitas yang tinggi dan dampak yang tinggi dilakukan stratgei penanganan risiko dengan strategi preventif untuk mengurangi probabilitas terjadinya risiko dan strategi mitigasi untuk menekan dampak risiko. Strategi yang diusulkan adalah (1) strategi preventif atau pencegahan, yaitu dengan pelaksanaan SOP pengolahan lahan dengan baik, perbaikan tanaman induk, dan perbaikan sistem naungan, (2) strategi mitigasi, yaitu dengan diversifikasi produksi dan unit usaha, serta dengan pengalihan risiko, (3) pengendalian OPT, yaitu dengan cara fisik, mekanis, kultur teknis, biologis, dan kimiawi, (4) pengembangan sumberdaya manusia, dan (5) membangun hubungan kemitraan.

Penelitian Aryanti (2013) mengenai analisis risiko produksi cabai paprika mengusulkan alternatif strategi penanganan risiko berdasarkan status risiko pada pemetaan risiko. Strategi yang diusulkan adalah strategi mitigasi yaitu strategi yang diharapkan dapat mengurangi dampak risiko yang ditimbulkan oleh sumber risiko. Strategi mitigasi yang diusulkan pada sumber risiko serangan hama adalah sebagai berikut: pemasangan perangkap lekat warna kuning atau biru, penyebaran predator (kumbang macan), sanitasi lingkungan kebersihan rumput, dan pemberian obat-obatan kimia. Strategi mitigasi yang diusulkan oleh serangan penyakit adalah pengasapan serbuk belerang, pada saat pembuangan tunas air dan daun yang muda tangan pekerja terlebih dahulu harus dicelupkan ke dalam larutan susu skim dan pada saat pemanenan pisau atau gunting yang akan digunakan terlebih dahulu dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim dan menggunakan obat-obatan kimia.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian analisis risiko produksi pembibitan tanaman krisan adalah terletak pada pertimbangan dalam menentukan strategi penanganan risiko. Penelitian ini akan mempertimbangkan pendapatan usaha dalam menentukan strategi penanganan risiko. Selain itu, analisis pendapatan pada penelitian ini akan dijadikan sebagai analisis sikap pemilik usaha dalam menghadapi risiko.

Pendapatan Usaha Tanaman Hias

(26)

10

produksi maksimal. Sehingga pada akhirnya pendapatan petani akan meningkat, dan dengan meningkatnya pendapatan maka secara otomatis tingkat kesejahteraan petani tersebut akan meningkat.

Penelitian terdahulu mengenai pendapatan usaha tanaman hias telah dilakukan oleh Chaizar (2007) analisis pendapatan Phillodendrom Millo, tanaman hias Euphorbia, dan tanaman hias puring. Penelitiannya bertujuan untuk memberikan masukan kepada perusahaan PD Atsumo sebagai produsen tanaman hias dalam melaksanakan usahatani bunga potong dan pengembangan usahanya. Hasil penelitiannya menunjukkan produk tanaman mana yang memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangemanan et al. (2011) menganalisis pendapatan usahatani krisan potong. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan petani dari usahatani bunga krisan di Kelurahan Kakaskasen II Kecamatan Tomohon Utara. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa usahatani bunga potong (krisan) menguntungkan terlihat dari nilai nilai R/C usahatani bunga krisan adalah 4.43 yang berarti bahwa setiap Rp1.00 biaya yang digunakan dalam usahatani, akan menghasilkan penerimaan sebesar 4.43.

Penelitian selanjutnya mengenai analisis pendapatan usaha tanaman hias adenium di kota Samarinda yang dilakukan oleh Fitriani et al (2007). Pendapatan yang diperoleh pengusaha tanaman hias adenium di Samarinda rata-rata adalah sebesar Rp73 654 001.59 per responden per tahun, Nilai R/C ratio sebesar 2.66 yang berarti bahwa usaha tanaman hias adenium di Kota Samarinda adalah menguntungkan dan efisien. Biaya terbesar pada usahatani tanaman hias adenium di Samarinda ini adalah biaya pembelian bibit, sehingga masukan dari penulis untuk mengurangi biaya pembelian bibit adalah dengan memproduksi bibit sendiri.

Penelitian terdahulu mengenai pendapatan usaha tanaman hias pada umumnya bertujuan untuk memberikan masukan terhadap kebijakan usaha yang dijalankan dalam rangka memaksimumkan keuntungan. Kaitannya dengan penelitian analisis risiko produksi adalah membandingkan kentungan usaha dengan tingkat risiko yang dihadapi. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi penanganan risiko produksi yang relevan dengan kondisi keungan perusahaan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko

(27)

11 Risiko berkaitan dengan ketidakpastian, hal tersebut dikemukakan oleh Kountur (2008) yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi dan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa berdampak merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Ketidakpastian yang memberikan dampak yang menguntukngkan maka hal tersebut dikenal dengan istilah kesempatan (opportunity). Jika ketidakpastian berdampak merugikan maka hal tersebut dinamakan risiko (risk).

Menurut Harwood et al (1999), risiko merupakan kemungkinan kejadian yang dapat memberikan kerugian atau berkurangnnya kesejahteraan sesorang. Risiko yang dapat memberikan dampak kerugian bagi suatu usaha. Risiko dapat diakibatkan karena kurangnya informasi yang diperoleh oleh pihak manajemen perusahaan. Maka perlu adanya pengelolaan dalam mengurangi tingkat risiko.

Kepuasan atau utilitas yang diterima oleh pihak manajemen perusahaan dari setiap pengeluaran dalam skala besar menentukan strategi yang akan dijalankan. Maksimalisasi utilitas menjadi kriteria pilihan yang dibuat oleh pihak manajer perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai adalah maksimalisasi utilitas dan bukan peningkatan pendapatan semata (Debertin, 2012). Hubungan antara fungsi kepuasan dan pendapatan (income) dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber : Debertin, 2012

Gambar 2 Hubungan fungsi kepuasan dan pendapatan

U

T

IL

IT

Y

U

T

IL

IT

Y

U

T

IL

IT

Y

INCOME

INCOME

INCOME

RISK - AVERSE RISK - NEUTRAL

(28)

12

Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan dengan kepuasan adalah positif dimana setiap penigkatan pada tingkat pendapatan maka akan meningkatkan tingkat kepuasan.

Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robinson dan Barry, 1987):

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan.

3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.

Manajemen Risiko

Risiko selalu dihadapi dalam setiap usaha baik usaha dibidang pertanian maupun usaha non-pertanian. Risiko memberikan dampak negatif bagi perusahaan sehingga perlu adanya manajamen risiko untuk mengurangi besarnya dampak yang ditimbulkan oleh risiko usaha. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko yaitu dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada dan mengkomunikasikan keseluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Proses pengelolaan risiko menurut Kountur (2008), dapat dihat pada Gambar 3.

Keterangan: Garis Proses

Garis Hasil (output)

Sumber : Kountur (2008)

Evaluasi

Identifikasi Risiko

Pengukuran Risiko

Penanganan Risiko

Daftar Risiko

PROSES OUTPUT

1. Peta Risiko 2. Status Risiko

Usulan (penanganan risiko)

(29)

13

Identifikasi risiko merupakan tahapan untuk mengidentifikasi risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan. Teknik untuk mengidentifikasi risiko adalah dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Pengukuran risiko mencakup seberapa besar kemungkinan (probabilitas) risiko akan terjadi dan seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Selain itu, pengukuran ini juga dilakukan untuk menentukan derajat kepentingan masing-masing sumber risiko dan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam manajemen risiko. Beberapa pengukuran risiko dapat dilakukan adalah dengan pengukuran probabilitas, pengukuran dampak, serta pengukuran status risiko. Penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko melakukan metode lain yaitu dengan perhitungan probabilitas dengan menggunakan distribusi normal (z-score) dan juga Value at Risk. Pengukuran risiko dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya sebuah risiko serta dampak kerugian yang dapat disebabkan. Risiko selalu terkait dengan dua dimensi, sehingga teknik pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Dimensi tersebut adalah dimensi probabilitas (kemungkinan) dan dimensi dampak. Semakin kecil nilai probabilitas dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko maka semakin kecil perhatian manajemen terhadap risiko tersebut, sebaliknya semakin besar nilai dampak dan probabilitas dari risiko yang dihadapi maka perusahaan perlu strategi penanganan risiko dengan harapan dapat mengurangi risiko.

Sumber dan Jenis Risiko

Risiko pada usaha dibidang pertanian berbeda halnya dengan usaha non-pertanian. Kegiatan usaha dibidang pertanian sangat tergantung pada kondisi alam terutama iklim dan cuaca. Oleh kareana itu, usaha dibidang pertanian memiliki risiko dan ketidakpastian yang lebih besar dibandingkan dengan usaha dibidang non-pertanian. Kountur (2008) mengelompokan jenis risiko menjadi dua kelompok berdasarkan sudut pandang penyebab dan sudut pandang akibat.

Apabila dilihat dari sudut pandang penyebab, terjadinya risiko ada dua macam, yaitu :

a. Risiko keuangan merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing.

b. Risiko operasional merupakan risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam.

Sedangkan risiko dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori, antara lain :

a. Risiko Murni adalah risiko yang hanya dapat mengakibatkan kerugian saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan.

b. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

Harwood et al (1999) menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian antara lain:

a. Risiko produksi

(30)

14

yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.

b. Risiko Pasar atau Harga

Risiko pasar adalah salah satu risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan agribisnis khususnya yang bergerak di bidang budidaya tanaman musiman.Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain.Posisi pelaku usaha yang harus mengikuti harga pasar menyebabkan petani tidak memiliki kendali akan harga yang berlaku di pasaran.

c. Risiko Kelembagaan

Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.Perubahan kebijakan dan peraturan sangat berpengaruh pada sektor pertanian.Salah satu contohnya adalah peningkatan kuota impor dapat memunculkan masalah bagi produsen dalam negeri.Risiko kelembagaan dapat member dampak pada risiko produksi, risiko pasar atau harga dan risiko keuangan.

d. Human Resource Management Risks (Risiko Sumberdaya Manusia)

Risiko sumberdaya manusia adalah kejadian yang menyebabkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan tidak bekerja dengan optimal.Risiko sumberdaya manusia sangat erat kaitannya dengan produksi sehingga dapat mempengaruhi risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan Risiko suberdaya manusia juga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya yang bekerja dalam suatu kegiatan usaha kususnya pertanian.

e. Risiko Finansial

Risiko finansial terjadi karena adanya kejadian yang berhubungan dengan finansial, dimana kejadiannya tidak sesuai dengan yang direncanakanRisiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko menurut Elton dan Gruber (1995) dapat menggunakan

Variance, Strandar Deviation dan Coefficient Variance. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya.

Standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan

coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai

expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai

(31)

15 mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai variance dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat.

Keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu usaha harus menggunakan perbandingan dengan ukuran satuan yang sama. Coefficient Variance merupakan ukuran yang tepat dalam dalam menilai risiko suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Uukuran coefficient variation merupakan penilaian risiko terhadap kegiatan usaha yang sudah dilakukan dengan mengukuran perbandingan satuan yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return.

Tujuan pengukuran risiko menurut Kountur (2008) yaitu menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya. Beberapa pengukuran risiko dapat dilakukan adalah dengan pengukuran probabilitas, pengukuran dampak, serta pengukuran status risiko. Penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko melakukan metode lain yaitu dengan perhitungan probabilitas dengan menggunakan distribusi normal (z-score) dan juga Value at Risk. Pengukuran risiko dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya sebuah risiko serta dampak kerugian yang dapat disebabkan.

Penanganan Risiko

Menurut Harwood et al. (1999), alternatif penanganan risiko produk pertanian dapat diatasi dengan cara diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Dengan kata lain, Ada empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menghindari dengan tidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya, mengalihkan risiko ke pihak lain (asuransi).

Divesifikasi sering menjadi alternatif strategi untuk mengurangi risiko usaha. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan apabila usaha yang satu memiliki memiliki hasil yang rendah, mungkin unit usaha lain akan memberikan hasil yang lebih tinggi.

Menurut Kountur (2008) ada dua strategi penaganan risiko, yaitu preventif dan mitigasi. Dapat dilihat pada Gambar 4 peta risiko dari kedua strategi penangan risiko tersebut.

a. Preventif

Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi, preventif dilakukan dengan beberapa cara, yaitu membuat atau memperbaiki sistem, mengembangkan sumber daya manusia, serta memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

b. Mitigasi

(32)

16

1. Diversifikasi pengelolaan produk yang dihasilkan. Diharapkan dengan adanya diversifikasi produk yang memberikan hasil rendah dapat diimbangi dengan hasil yang lebih besar dari produk lainnya.

2. Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan risiko dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain.

3. Pengalihan Risiko merupakan cara untuk mengurangi dampak risiko, yaitu dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain.

Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Penerimaan usahatani pada pembibitan krisan merupakan hasil perkalian antara produksi bibit krisan yang diperoleh dengan harga jual bibit. Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh petani dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang oleh petani sendiri. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan petani bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi diperhitungkan dalah perhitungan usaha tani.

Pendapatan dari dalam usahatani meliputi Pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh petani. Pendapatan usahatani diperoleh dari hasil pengurangan total penerimaan dari hasil penjualan output produksi dengan total biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel setelah dikurangi pajak. Sedangkan dari luar usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang diusahakan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Pertumbuhan penduduk, pengembangan wilayah perkantoran, pertumbuhan jumlah restauran, dan pertumbuhan jumlah tempat hiburan merupakan peluang pasar bagi agribisnis tanaman hias. Estetika tanaman hias dijadikan pilihan bagi para konsumen dalam menata ruangan, rangkaian bunga, ataupun dekorasi ruangan. Ragam warna tanaman hias menambah estetika lingkungan. Terdapat ribuan jenis tanaman hias hidup di Indonesia. Volume ekspor dan produksi tanaman hias yang selalu meningkat mengindikasikan bahwa adanya peluang pasar yang potensial baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.

(33)

17 Kemajuan agribisnis krisan tidak terlepas dari keberhasilan usaha pada pembibitan bunga krisan. MBA Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tanaman hias khususnya pembibitan bunga krisan yang berlokasi di di Kp. Munjul Desa Ciwalen Sukaresmi Cianjur Jawa Barat. Luas lahan yang dimiliki oleh MBA Farm adalah ± 2 000 m2. Produktivitas bibit bunga krisan pada setiap periode produksi selalu mengalami fluktuasi. Hal tersebut karena adanya kematian bibit krisan yang tidak menentu setiap periode produksinya, diindikasikan bahwa adanya risiko pada proses produksi bibit bunga krisan. Berdasarkan hasil wawancara dan literatur mengenai sumber risiko pada tanaman hortikultur kejadian yang sering dihadapi namun sulit untuk dikendalikan dan dapat menurunkan jumlah produksi adalah serangan hama dan penyakit pada bibit bunga krisan, iklim dan cuaca yang sulit diprediksi dapat menurunkan jumlah produksi, dan karateristik bibit tanaman krisan yang membutuhkan cahaya lebih dari 12 jam dalam proses pertumbuhannya menjadikan sistem pencahayaan sebagai salah satu sumber risiko dalam proses produksi bibit bunga krisan. Kemudian kualitas input produksi seperti air, sekam, dan induk tanaman (mother plant) yang terkontamiasi akan menimbulkan penyakit yang mengganggu jalanya proses produksi bibit krisan. Hal tersebut berdampak pada peningkatan biaya operasional dan penurunan jumlah pendapatan bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya analisis risiko produksi agar risiko produksi yang mungkin terjadi dapat diminimalisasi.

Analisis sumber risiko produksi dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang menjadi sumber risiko usaha pembibitan bunga krisan pada MBA Farm. Sumber risiko yang telah diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan literatur dirasa belum menggambarkan sumber risiko kematian bibit krisan di MBA Farm, sehingga dilakukan analisis perbandingan untuk memperoleh sumber risiko yang akurat menggambarkan risiko produksi pembibitan pada MBA Farm. Selanjutnya, dilakukan analisis untuk mengetahui seberapa besar probabilitas dan dampak risiko dari setiap sumber risiko yang terjadi pada usaha pembibitan bunga krisan. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dilakukan dengan analisis nilai standar atau z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR).

(34)

18

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di MBA Farm yang merupakan salah satu perusahaan pembibitan tanaman bunga krisan yang berlokasi di Kp. Munjul Desa Ciwalen

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional Sumber risiko produksi

Permasalahan perusahaan : 1. Fluktuasi jumlah produksi 2. Kematian bibit krisan 3. Peningkatan biaya produksi 4. Penurunan pendapatan

Risiko Produksi MBA Farm

Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi pembibitan

bunga krisan pada MBA Farm

Peluang Dampak

Pendapatan

Status Risiko Penerimaan

Usahatani (TR) Pengeluaran

Usahatani (TR)

1. Serangan hama 2. Serangan penyakit 3. Cuaca dan iklim 4. Kualitas air 5. Kualitas sekam 6. Kualitas mother plant

(35)

19 Sukaresmi Cianjur Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada teknik

purposive sampling yaitu lokasi perusahaan yang terletak di daerah sentra produksi bunga krisan di Indonesia. Selain itu pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi penelitian ini adalah ketersediaan data dan kesedian pihak perusahaan untuk dijadikan tempat penelitian. MBA Farm merupakan perusahaan yang fokus bergerak dalam bidang pembibtan bunga krisan sejak tahun berdirinya pada tahun 2004 hingga sekarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota Asosiasi tanaman hias Hijau Daun yang merupakan asosiasi petani tanaman hias di Cipanas Cianjur mengatakan bahwa MBA Farm merupakan satu-satunya perusahaan yang memang khusus dalam memproduksi dan menjual bibit krisan secara komersial yang selalu konsisten dalam menjalankan usaha ini. MBA farm merupakan perusahaan yang sedang berkembang dan sedang menghadapi risiko produksi dalam usahanya. Hal tersebut terlihat dari produksi yang mengalami fluktuasi dalam setiap periodenya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 hingga Juni 2014. Pada bulan Mei – Juni 2014 curah hujan berada pada status menengan yaitu 200-300 mm.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data bukan angka (non numeric) meliputi data kegiatan usaha pembenihan seperti perkembangan usaha, bahan dan peralatan yang digunakan, keadaan usaha, teknis pelaksanaan kegiatan usaha, alternatif strategi yang diambil untuk menangani risiko. Kemudian data kuantitatif adalah data yang bersifat numeric seperti omzet usaha, jumlah produksi per periode, jumlah bahan baku, harga jual dan harga input, dan semua keterangan yang berupa angka.

Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dan pengamatan langsung sekitar perusahaan. Data primer yang digali berupa kondisi usaha, proses produksi bibit bunga krisan, sumber-sumber risiko yang dihadapi, dan jumlah produksi yang hilang berdasarkan sumber risiko. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui artikel, skripsi, jurnal, majalah, internet, laporan perusahaan, serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian seperti Badan Pusat Statsitika, Dirjen Hortikultura, Kementrian Pertanian, dan literature yang relevan.

Metode Pengumpulan Data

(36)

20

mendukung penelitian. Adapun format pencatatan produksi bibi krisan yang mati berdasarkan masing-masing sumber risiko pada Tabel 4.

Tabel 4 Form pencatatan sumber risiko produksi pembibitan bunga krisan

Periode

Metode pengolahan data dalam penelitian ini mengunakan Microsoft Excel

2007. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang diterapkan di lokasi penelitian, dan alternatif strategi untuk mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis probabilitas dan dampak risiko produksi pembibitan bunga krisan.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang menjelaskan atau memaparkan hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menjelaskan sumber risiko produksi yang ada pada usaha pembibitan bunga krisan di MBA Farm. Selain itu, analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan alternatif strategi yang diterapkan sebagai langkah untuk meminimalisir risiko produksi yang dihdapi oleh perusahaan. Hal tersebut didasarkan oleh status risiko yang dihadapi oleh usaha pembibitan bunga krisan pada MBA Farm.

Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber-sumber risiko

(37)

21 responden yang merupakan bagian dari perusahaan. Uji ini dapat dilakukan seperti Tabel 5.

Tabel 5 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko Sumber

Tabel 5 memperlihatkan perbandingan dari setiap masing-masing pasangan sumber risiko. Penentuan bobot pada setiap variable yang dibandingkan menggunakan skala seperti tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Skala perbandingan

Skor Definisi Penjelasan

1 Kedua sumber risiko memiliki peluanang yang sama

Kedua sumber risiko memiliki peluang terjadinya sama besar

3 Sumber risiko yang satu lebih besar dari sumber risiko yang dibandingkan

Sumber risiko yang satu lebih besar 25-50 % dari sumber risiko yang dibandingkan

4 Sumber risiko yang satu esensial atau sangat besar dari sumber risiko yang dibandingkan

Sumber risiko yang satu lebih besar 50-75 % dari sumber risiko yang dibandingkan

Kebalikan Jika untuk sumber risiko i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan i.

Sumber : David 2003

Penilaian dari setiap responden kemudian dirata-ratakan. Nilai kolom matriks berpasangan total dijumlahkan secara horizontal sehingga didapat nilai Xij

dari setiap baris sumber risiko. Selanjutnya diperoleh total skor dari smua baris tabel pada nilai Xt. Kemudian pembobotan dilakukan dengan melihat presentase

dari tiap-tiap sumber risiko dengan membagi skor tiap baris (Xij) dengan nilai

total skor keseluruhan (Xij/Xt). Hasil dari pembobotan dipilih sumber risiko yang

(38)

22

nilai probabilitas serta dampak kerugian sehingga dapat menentukan alternatif strategi penanganan risiko yang tepat.

Analisis Probabilitas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah dengan menggunakan metode nilai standar atau z-score. Z-Score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai menyimpang dari rata-ratanya pada distribusi normal. Dengan mengetahui z-score kita bisa mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau nilai yang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya. Menurut Kountur (2008) langkah yang diperlukan dalam perhitungan kemungkianan terjadinya risiko dengan metode ini adalah :

a. Menghitung rata-rata kejadian berisiko

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata fluktuasi jumlah produksi bibit bunga krisan adalah :

=

Dimana:

= Nilai rata-rata dari kematian bibit krisan selama bulan April-Juni 2014

xi = Nilai per periode kematian bibit krisan selama bulan April-Juni 2014

n = 10 periode (bulan April – Juni 2014)

b. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

S = ∑ ( ̅ )

Dimana:

s = Standar deviasi dari kematian bibit krisan selama bulan April-Juni 2014

xi = Nilai per periode dari kematian bibit krisan selama bulan April-Juni 2014 = Nilai rata-rata dari kematian bibit krisan selama bulan April-Juni 2014

n = 10 periode (bulan April – Juni 2014)

c. Menghitung nilai Z-score

=

− ̅

Dimana:

Z = Nilai z-score dari kematian bibit krisan selama bulan April-Juni 2014

S = Standar deviasi dari kematian bibit krisan selama bulan April-Juni 2014

xi = Batas kematian bibit krisan yang dianggap masih dalam taraf normal

̅ = Nilai rata-rata dari kematian bibit krisan selama bulan April-Juni 2014 Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Sebaliknya, jika nilai z-score positif maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).

(39)

23 tidak boleh melebihi 10% dari total bibit krisan yang ditanam, begitupun dengan toleransi kematian akibat cuaca yang tidak menentu ditetapkan sebesar 10%. Kematian akibat kualitas mother plant ditoleransi hanya sebesar 1% dari total produksi.

d. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari produksi bibit bunga krisan diketahui, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana bibit krisan yang hilang mendatangkan kerugian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko yang melebihi batas normal yang ditetapkan. Kondisi risiko adalah dimana kematian yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko melebihi batas normal P (x > xi). Dengan demikian.

( > ) = ( > )

= 1− ( < )

Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Metode analisis tersebut dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi pembibitan bunga krisan di MBA Farm. Kejadian yang dianggap merugikan berupa jumlah bibit yang hilang sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR, terlebih dahulu dihitung jumlah bibit krisan yang hilang setiap periode. Jumlah bibit krisan yang hilang tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Menurut Kountur (2008), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut:

VaR = ̅+

̅ = ( ) + ( ) + ⋯+ ( )

Dimana:

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh setiap sumber risiko

̅ = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko

Si = Jumlah kematian pada masing-masing sumber risiko pada periode

ke-i (bibit)

P = Tingkat harga bibit krisan (Rp)

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%

s = Standar deviasi kerugian akibat kematian bibit krisan

(40)

24

Pemetaan Risiko

Peta risiko dibagi ke dalam empat kuadran. Risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak besar berada pada kuadran IV. Risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang besar berada pada kuadran II. Risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang kecil berada pada kuadran I dan risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak yang kecil berada pada kuadran III.

Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Terkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.

Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.

Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas pemikiran proporsinya berada dimana dari hasil penghitungan probabilitas dan damapak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko disebut status risiko, dimana status risiko didapat dari perhitungan sebagai berikut :

Status Risiko = Probabilitas x Dampak

Berdasarkan perhitungan status risiko ini, maka akan diketahui mana risiko yang paling besar sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling besar risikonya sampai yang paling tidak berisiko.

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas serta dampak besar dan kecil ditentukan dengan pendekatan menggunakan rata-rata dari keempat sumber risiko yang digunakan, yaitu jumlah pemberian pakan (R1), jadwal pemberian pakan (R2),

penyakit (R3), dan masa laktasi sapi perah (R4). Berdasarkan sumber risiko

(41)

25

Gambar 5 Layout peta risiko

Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan, maka langkah selanjutnya dapat ditetapkan strategi penganganan risiko. Ada dua strategi yang dapat dilakukan dalam menangani risiko, yaitu :

a. Preventif Risiko

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran I dan II. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran I akan bergeser menuju kuadran III dan risiko yang berada pada kuadran II akan bergeser menuju kuadran IV (Kountur 2008). Pergeseran strategi preventif dalam peta risiko dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber : Kountur (2008)

Gambar 6 Strategi Preventif PREVENTIF

Dampak (Rp) Probabilitas

(%)

Besar Kecil

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

+ + +

+ + +

Dampak (Rp) Probabilitas (%)

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Kecil Kecil

(42)

26

b. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran II bergeser ke kuadran I dan risiko yang berada pada kuadran IV bergeser ke kuadran III. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran dan asuransi (Harwood et al 1999). Pergeseran strategi mitigasi dalam peta risiko dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber : Kountur (2008)

Pendapatan Usahatani

Analisis usahatani digunakan untuk melihat seberapa besar pendapatan usahatani dan produksi yang dihasilkan oleh petani. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

= ∙

Dimana:

TR = Total penerimaan

X = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani = Harga X

Soekertawi (1995), mengemukakan bahwa biaya usahatani dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu: (1) Biaya tetap (Fixed Cost) merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit, (2) Biaya tidak tetap (Variable cost) merupakan biaya tidak tetap yang sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya

Gambar 7 Strategi Mitigasi MITIGASI

Dampak (Rp) Probabilitas

(%)

Besar Kecil

Kuadran 1 Kuadran 2

(43)

27 produksi yang dihasilkan, sehingga total biaya (TC) dapat dirumuskan sebagai berikut :

TC = FC + VC

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Rumus yang digunakan yaitu:

Pd = TR – TC Dimana:

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total penerimaan (total revenue) TC = Total biaya (total cost)

Analisis (R/C) ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

Biaya penyusutan alat dihitung dengan cara membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dibagi usia ekonomi dari alat tersebut. Secara matematis biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Biaya Penyusutan = −

Dimana :

Nb = Nilai pembelian (Rp) Ns = Nilai sisa (Rp)

N = Umur ekonomi alat (tahun)

GAMBARAN UMUM USAHA

Sejarah dan Perkembangan Usaha MBA Farm

MBA Farm didirikan pada bulan Desember 2004 oleh Ir Sarkad Saleh dengan No NPWP 31.252.203.0-406.000. Awalnya pendiri MBA Farm merupakan salah satu pegawai di perusahaan pengembang bunga krisan di Cipanas. Pengalaman yang ia peroleh memberikan ispirasi baginya untuk mengembangkan usahanya sendiri dengan memproduksi bibit bunga krisan yang merupakan input bagi proses produksi krisan. Alasan pendiri memilih usaha pembibitan bunga krisan adalah perputaran modal yang cepat karena waktu produksi bibit krisan yang cukup singkat, tidak membutuhkan lahan yang luas namun kapasitas produksi besar, dan teknik yang tidak sulit.

Gambar

Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor-Impor Komoditi Hortikultura Tahun 2011-2012
Tabel 3 Wilayah sentra dan produksi tanaman Krisan di Jawa Barat tahun 2012
Gambar 1 Jumlah kematian bibit krisan di MBA Farm periode bulan April - Juni tahun 2014
Gambar 2 Hubungan fungsi kepuasan dan pendapatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

3.Mengekang emosi adalah tindakan yang tidak sehat yang dapat mengarahkan kita kepada hal-hal yang negative.. Mempertajam intuisi

Biaya makan per orang per hari merupakan biaya yang dibutuhkan , untuk menyelenggarakan makanan. menghitung biaya makan per orang per har! adalah j'jmlah output dari

Menimbang, bahwa dalam pertimbangan dan putusannya Majelis Hakim tingkat pertama dalam Rekonvensi menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya, menurut

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketahanan keluarga petani dengan memfokuskan pada : (1) analisis perbedaan fungsi AGIL dan kesejahteraan keluarga

BPRS PNM Binama Semarang dilakukan dengan pemberian motivasi kerja kepada karyawan, pemberian pelatihan ( training ) dan promosi jabatan..

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Bekerjasama Dalam Belajar Mengenal Lambang

department store di Bangkok. Data diperoleh dari survei yang diberikan kepada 400 pelanggan yang membeli donat di department store di Bangkok. Metode Sampling Accidental

keuangan perusahaan yang ditinjau dari perhitungan rasio sangat lancar dinilai cukup baik karena hasil pengukuran melebihi rata-rata industri yang sudah