ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
PAPRIKA HIDROPONIK
(Studi Kasus Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
FARISAH FIRAS H34080100
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN FAKTOR
–
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA
HIDROPONIK
(Studi Kasus Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat) Farisah Firas (H34080100)
ABSTRACT
Bell Pepper (Capsicum annum var. grossum) or sweet pepper is newly cultivated in Indonesia. Production of bell pepper in Indonesia grows positively from 2008 to 2011, with an average growth is 90,42 percent. Pasirlangu village is one of bell pepper producing areas in West Java province. “Dewa Family” is one of the pioneer farmers group in hydroponic bell pepper development in Pasirlangu village. Members of “Dewa Family” face production risk, indicated by during four periods (2008 – 2010) productivity has fluctuated and the mean of productivity still under the potential productivity bell peppers yield. This study aims to analyze the cause of production risk sources and the risk level of production of hydroponic bell pepper. In addition, this study also determine the factors affecting the production of hydroponic bell pepper by using a Cobb-Douglas Production Function and a Principal Component Regression Analysis. The result showed that the risk faced by farmers is 33,18 percent of production value and the main constraints in cultivating are pests and diseases problem, weather conditions and the uncertain climate, and use of inputs production. Meanwhile, based on production factors which influential to the productions hydroponic bell pepper are size of greenhouse, amount of seeds, nutrition, insecticides, and labor. The conclusion of this research are that farmers can use inputs of production efficiently and precisely in order to produce the optimal production. Farmers also plan ahead of strategies to reduce risk production.
Keywords : Bell Pepper, Production Risk, Production Factors, and Principal Component Regression
ABSTRAK
Paprika (Capsicum annum var. grossum) merupakan tanaman sayuran yang baru dibudidayakan di Indonesia. Produksi paprika di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2010 mengalami pertumbuhan yang positif, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 90,42 persen. Pasirlangu merupakan salah satu sentra produksi paprika di Provinsi Jawa Barat. “Dewa Family” merupakan salah satu kelompok tani pionir yang mengembangkan paprika hidroponik di Desa Pasirlangu. Anggota “Dewa Family” menghadapi risiko produksi yang diindikasikan oleh produktivitas yang berfluktuasi selama empat periode (2008 – 2011) dan produktivitas aktual yang masih di bawah produktivitas potensialnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sumber penyebab risiko produksi dan seberapa besar risiko yang dihadapi. Selain itu, penelitian ini juga menentukan faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap produksi paprika hidroponik menggunakan pendekatan Cobb-Douglas dan Analisis Komponen Utama. Dari hasil yang diperoleh, tingkat risiko produksi yang dihadapi petani adalah sebesar 33,2 persen dari nilai produksi pada saat terjadinya risiko. Sumber-sumber penyebab risiko adalah serangan hama dan penyakti, kondisi cuaca dan iklim, dan penggunaan input produksi. Sementara itu, faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi paprika hidroponik adalah luas greenhouse, jumlah benih, nutrisi, insektisida, dan tenaga kerja. Rekomendasi dari penelitian ini adalah petani sebaiknya memperhatikan penggunaan input secara efisien agar menghasilkan produksi yang optimal dan merencanakan strategi yang tepat untuk mengurangi risiko produksi.
i
RINGKASAN
FARISAH FIRAS. Analisis Risiko Produksi dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik (Studi Kasus Kelompok Tani
Paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten
Bandung Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan RATNA WINANDI).
Kondisi sumberdaya alam Indonesia sebagai negara tropis mempunyai potensi yang baik untuk mengembangkan produksi pertanian, salah satunya komoditas sayuran. Tidak hanya sayuran asli Indonesia (sayuran lokal), berbagai jenis sayuran dari negara lain (non lokal) pun dapat tumbuh dengan baik. Paprika (Capsicum annuum var. grossum) merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis dan strategis. Terlihat dari perkembangan produksi paprika nasional yang mengalami peningkatan positif dari tahun 2008 hingga 2011, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 90,42%. Salah satu daerah yang menjadi sentra penghasil paprika di Jawa Barat adalah Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” merupakan salah satu kelompok tani pionir dalam pengembangan paprika hidroponik di Desa Pasirlangu.
Kelompok tani paprika “Dewa Family” memiliki 47 unit greenhouse
budidaya, dengan total luasan sebesar 51.086 m2. Selama empat periode (2008 –
2011) terdapat 93 kegiatan produksi dari 38 unit greenhouse budidaya dengan
sistem manual (tanpa irigasi tetes). Berdasarkan data produksi dari kelompok tani, terdapat fluktuasi pada nilai produktivitas yang diperoleh sehingga pendapatan yang diterima pun berfluktuatif. Kondisi ini mengindikasikan adanya risiko produksi pada usahatani paprika hidroponik yang dilakukan anggota kelompok tani. Permasalahan lainnya adalah kesenjangan antara produktivitas aktual dengan produktivitas potensial. Rata-rata produktivitas yang dicapai pada tahun 2011
sebesar 6,58 kg/m2, sedangkan produktivitas potensial tanaman paprika mencapai
8,00 – 9,00 kg/m2.
Hal tersebut diduga disebabkan oleh penggunaan input dan pengaruh
kondisi lingkungan. Perbedaan penggunaan input produksi antar petani akan
menyebabkan perbedaan pula pada hasil yang diperoleh. Di sisi lain, faktor lingkungan ikut berpengaruh karena tidak dapat dikuasai dan tidak mudah untuk dikendalikan petani. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi sumber-sumber yang menyebabkan risiko produksi paprika hidroponik di kelompok tani paprika “Dewa Family”, (2) Menganalisis tingkat risiko yang
dihadapi anggota kelompok tani paprika “Dewa Family”, dan (3) Menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di kelompok tani paprika “Dewa Family”.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok tani paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat pada bulan April hingga Mei 2012. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 12 orang, yang merupakan anggota aktif kelompok tani. Penelitian ini menggunakan Analisis Risiko Produksi dan
Analisis Fungsi Produksi. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2007
ii
Perhitungan risiko produksi menggunakan pendekatan nilai variance,
standard deviation, dan coefficient variation. Sebelum menilai risiko, terlebih
dahulu menghitung peluang dan nilai pengembalian harapan (expected return).
Return dalam penelitian ini adalah produktivitas dan pendapatan. Nilai produktivitas yang diharapkan adalah sebesar 6,87 yang berarti usahatani paprika hidroponik yang dilakukan petani memberi harapan perolehan hasil produksi
sebesar 6,87 kg/m2, dengan memperhitungkan risiko yang ada. Sementara,
harapan pendapatan yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp 49.491.654,89 per
luasan 1.093,32 m2, atau sebesar Rp 45.267,31 per m2-nya.
Adapun sumber-sumber yang menjadi penyebab risiko produksi adalah: 1)
Serangan hama dan penyakit, hama thrips merupakan hama yang dominan
dibanding hama lainnya karena kemunculannya dipengaruhi oleh kondisi cuaca, dengan kemungkinan kehilangan hasil sebesar 25%. Sementara penyakit yang
ditemui adalah layu fusarium atau busuk akar, dengan kemungkinan kehilangan
hasil sebesar 25 – 30% pada saat musim hujan. 2) Kondisi cuaca dan iklim,
dengan kemungkinan kehilangan hasil sebesar 5 – 10% saat musim hujan dan
20% saat musim kemarau. 3) Penggunaan input produksi meliputi penggunaan
benih, pemberian nutrisi, kelalaian tenaga kerja, dan pemberian insektisida.
Tingkat risiko yang dihadapi petani responden dalam melakukan usahatani
paprika hidroponik berdasarkan nilai coefficient variation adalah sebesar 0,33.
Artinya, setiap satu kilogram hasil yang diperoleh akan menghadapi risiko sebesar 0,33 kilogram atau 33 persen dari nilai produktivitas yang diperoleh, pada saat terjadi risiko produksi. Nilai risiko yang diperoleh tersebut tergolong risiko yang rendah, karena kurang dari 50 persen dari kerugian yang dihadapi.
Berdasarkan model fungsi Cobb-Douglas diperoleh nilai R-sq sebesar 83% yang berarti 83% variasi produksi paprika hidroponik dapat dijelaskan oleh model, dan sisanya 17% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Namun, dari pendugaan tersebut hanya terdapat dua variabel yang signifikan pada taraf nyata 10%, yaitu benih dan insektisida. Adanya gejala multikolinearitas, menyebabkan model fungsi Cobb-Douglas yang diperoleh belum mampu menggambarkan fungsi produksi yang baik. Sehingga dilakukan pendugaan lain dengan Analisis
Regresi Komponen Utama (Principal Component Regression). Hasil analisis
menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang berpengaruh signifikan terhadap
produksi paprika hidroponik pada taraf nyata 5% adalah luas greenhouse, jumlah
benih, jumlah nutrisi, insektisida, dan tenaga kerja. Sementara, pupuk pelengkap cair dan fungsida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik.
Berdasarkan hasil analisis risiko dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, disarankan (1) Sebaiknya petani lebih memperhatikan pencegahan dan penanganan untuk mengurangi risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko,
yaitu pensterilan greenhouse sebelum tanam untuk memutus siklus hidup hama,
tidak merokok di dalam greenhouse karena dapat menimbulkan penyakit bagi
tanaman, sirkulasi udara dan suhu diatur dengan baik, dan memastikan tidak ada
kotoran yang terbawa masuk dari luar greenhouse. (2) Faktor produksi yang tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik seperti pupuk pelengkap
cair dan fungisida, dapat dikurangi penggunaannya. Mengingat hama thrips lebih
iii
ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
PAPRIKA HIDROPONIK
(Studi Kasus Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)
FARISAH FIRAS H34080100
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
iv
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik (Studi Kasus Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)
Nama : Farisah Firas
NIM : H34080100
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP. 19530718 197803 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
v
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko
Produksi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik
(Studi Kasus Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Desa Pasirlangu Kecamatan
Cisarua Kabupaten Bandung Barat)” adalah karya saya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi.
Bogor, Maret 2013
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Farisah Firas dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 14 Oktober 1990 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Ir. Elfan Rahman dan Ibu Ade Yeni. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD IT) Nurul Fikri pada
tahun 2002, dilanjutkan dengan pendidikan menengah pertama di Sekolah
Menengah Islam Terpadu (SMP IT) Nurul Fikri yang lulus pada tahun 2005, dan
melanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Depok yang lulus pada
tahun 2008.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor tahun 2008
melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis terlibat
dalam kepengurusan Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA)
sebagai staf Departemen Public Relation and Information Media tahun 2010 –
2011. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan, serta
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi Paprika Hidroponik (Studi Kasus Kelompok Tani Paprika “Dewa
Family” Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis hanturkan kepada junjungan Nabi dan
Rosul Allah, Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat risiko yang dihadapi oleh kelompok tani paprika “Dewa Family” dalam menjalani usahatani paprika hidroponik dan sumber risiko yang menyebabkan risiko
tersebut. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui faktor-faktor produksi
apa saja yang dapat mempengaruhi produksi paprika hidroponik. Sehingga dapat
menjadi gambaran untuk produksi selanjutnya.
Upaya dan kerja keras telah dilakukan dengan maksimal dalam pembuatan
skripsi ini. Penulis menyadari segala sesuatu tidak ada yang sempurna. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berbagai pihak terkait.
Bogor, Maret 2013
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulilllah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
mencurahkan nikmat, kasih sayang, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini pun tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, semangat, dan dorongan kepada penulis. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, kesabaran, dan waktunya kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ir. Harmini, M.Si
selaku dosen penguji Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis pada ujian
sidang penulis, yang telah memberikan saran serta masukan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan saran selama perkuliahan.
4. Orang tua, Bapak Ir. Elfan Rachman dan Ibu Ade Yeni, serta adik-adik
tercinta Fikri Ammar, Fasya Ajrina, dan Fadhlan Silmi yang selalu
mencurahkan kasih sayang, mendoakan, dan pengorbanan tak terbatas kepada
penulis. Semoga ini menjadi persembahan terbaik.
5. Keluarga besar Rachman dan Sofyan yang selalu memotivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Deden Wahyu selaku ketua, Mang Iding, Mang Nur, dan seluruh petani
anggota Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” yang telah bersedia
meluangkan waktu dan membantu penulis dalam pengumpulan data selama
penelitian.
7. Ibu Ida, Mba Dian, Ibu Yoyoh, Bapak Yusuf, dan seluruh staf sekretariat
Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis yang telah membantu penulis.
8. Sahabat sekaligus saudara terbaik, Syifa Maulia, Haris Fatori Aldila, Syajaroh
Duri, Herawati, Diki More Sari, Arini prihatin, Andi Facino, Akbar Zaenal
Mutaqin, Tiara Rulita Anggraini, dan Vedie Anka Shiddieqy, yang telah
ix
9. Dian Puspitasari dan Rizky Ilham teman satu penelitian, yang sekaligus juga
menjadi teman sekelompok Gladikarya Desa Pasirlangu (Ni Putu Ayuning
WPM, Yuki Masiliana, dan Nursahaldin Sam) atas sharingnya selama
penelitian dan gladikarya.
10.Teman satu bimbingan Andina Gemah Pertiwi, Mizani Adlina Puteri, dan
Muhammad Fikri. Serta teman-teman Agribisnis 45 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu atas dukungan, semangat, dan kerjasamanya selama ini.
11.Kak Gita Kusuma Rahayu, Mba Andhika Ika P, Kak Nurzakiah, Kak Maya
Wulan Arini, Indri Permata Sevitha, dan teman-teman kosan Ar-Riyadh atas
bantuan, keceriaan dan kekeluargaannya selama kurang lebih 4 tahun.
12.Ibu Lilis dan keluarga atas tumpangan rumahnya selama penelitian.
13.Dan, semua pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran, dukungan, dan harapan positif bagi penulis selama
menyelesaikan studi di IPB.
Bogor, Maret 2013
x
2.2.1. Kajian Mengenai Analisis Risiko Produksi ... 15
2.2.2. Kajian Mengenai Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik ... 16
2.3. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 18
4.3.1. Analisis Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi ... 32
4.3.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik ... 35
4.3.3. Pengujian Hipotesis ... 39
4.3.4. Analisis Regresi Komponen Utama (Principal Component Regression) ... 41
4.4. Definisi Operasional ... 43
V GAMBARAN UMUM ... 45
5.1. Keadaan Geografis dan Demografi Lokasi Penelitian ... 45
5.2. Gambaran Umum Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” ... 46
xi
5.2.2. Struktur Organisasi Kelompok Tani ... 48
5.2.3. Sarana dan Prasarana yang Dimiliki Kelompok Tani ... 50
5.3. Karakteristik Responden ... 51
5.3.1. Usia dan Tingkat Pendidikan ... 51
5.3.2. Pengalaman Bertani Paprika Hidroponik ... 52
5.3.3. Lama Bergabung dengan Kelompok Tani ... 53
5.3.4. Jumlah dan Luas Greenhoouse yang Dimiliki ... 53
5.3.5. Komoditas Lain yang Dibudidayakan ... 54
5.4. Keragaan Usahatani Paprika Hidroponik ... 54
5.4.1. Proses Kegiatan Budidaya Paprika Hidroponik ... 54
5.4.2. Kegiatan Pemasaran Paprika Hidroponik ... 66
5.4.3. Penggunaan Sarana Produksi Paprika Hidroponik ... 66
5.4.4. Analisis Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik 75
5.4.4.1. Penerimaan Usahatani Paprika Hidroponik ... 75
5.4.4.2. Biaya Usahatani Paprika Hidroponik ... 76
5.4.4.3. Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik ... 79
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81
6.1. Sumber-sumber Risiko Produksi Paprika Hidroponik ... 81
6.2. Penilaian Risiko Produksi Paparika Hidroponik ... 86
6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” ... 90
6.4. Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi ... 101
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 104
7.1. Kesimpulan ... 104
7.2. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Nilai PDB Hortikultura di Indonesia
Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2007 – 2010 ... 2
2. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas
Paprika di Indonesia Tahun 2008 – 2010 ... 4
3. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Paprika di Kabupaten Bandung Barat Pada Tahun
2008 – 2011 ... 5
4. Penggunaan TKLK Usahatani Paprika Hidroponik di
Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” per 1.000 m2Pada
Tahun 2011 ... 73
5. Penggunaan TKDK Usahatani Paprika Hidroponik di
Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” per 1.000 m2Pada
Tahun 2011 ... 74
6. Analisis Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik Petani
Anggota Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” per 1.000 m2
Selama Satu Periode Tanam, Tahun 2011 ... 77
7. Rata-rata Jumlah Produksi dan Produktivitas Paprika
Hidroponik di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Tahun
2008 – 2011 ... 81
8. Penilaian Risiko Produksi Paprika Hidroponik di Kelompok
Tani Paprika “Dewa Family” Berdasarkan Produktivitas ... 87
9. Hasil Parameter Penduga Ketiga Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Usahatani Paprika Hidroponik di Kelompok Tani Paprika
“DewaFamily” Tahun 2011 ... 91
10. Hasil Analisis Regresi Antara Variabel Terikat (Ln Y) dengan
Skor Komponen Utama ... 93
11. Analisis Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Komponen
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perkembangan Produktivitas Paprika Hidroponik di Kelompok
Tani Paprika “Dewa Family” Selama Empat Periode
(2008 – 2011) ... 8
2. Hubungan antara Produk Total (PT), Produk Marjinal (PM),
dan Produk Rata-rata (PR) ... 22
3. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 30
4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” .... 49
5. (a) Pembibitan di dalam Greenhouse Semai, dan (b) Bibit
Paprika yang Siap Tanam ... 56
6. Proses Penanaman Bibit Paprika di dalam Greenhouse Tanam . 57
7. Contoh Penanaman Dua Bibit Paprika dalam Satu Polibag ... 58
8. Contoh Pemilihan Cabang pada Tanaman Paprika ... 60
9. (a) Hama Thrips di Bawah Bunga, (b) Daun yang Terkena
Hama Thrips, dan (c) Buah yang Terkena Hama Thrips ... 62
10. (a) Daun yang Terkena Penyakit Tepung Daun, dan (b) Daun
yang Terkena Penyakit Bercak daun Serkospora ... 63
11. (a) Paprika yang akan di sortasi, dan (b) Perhitungan dan
Pembukuan Hasil Panen di Gudang Kelompok Tani ... 65
12. Bentuk Bangunan Greenhouse Tanam di Kelompok Tani
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2007 – 2011 .... 111
2. Jumlah dan Luas Greenhouse di Kelompok Tani Paprika
“Dewa Family” Tahun 2011 ... 112
3. Komponen Biaya Persiapan Greenhouse Per 1.000 m2 Per
Periode Tanam di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”
Tahun 2011 ... 113
4. Komponen Biaya Penyemaian per 1.000 m2 Per Periode Tanam
di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Tahun 2011 ... 113
5. Daftar Harga yang Berlaku di Kelompok Tani Paprika “Dewa
Family” Pada Saat Penelitian (Per April-Mei 2012) ... 114
6. Jumlah Permintaan Paprika Hidroponik dan Jumlah yang Dapat
Dipenuhi Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” , Tahun 2011 115
7. Skema Saluran Pemasaran Paprika Hidroponik di Kelompok
Tani Paprika “Dewa Family” ... 116
8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) per 1.000 m2 dalam
Usahatani Paprika Hidroponik Selama Satu Periode Tanam,
Tahun 2011 ... 117
9. Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Paprika Hidroponik per
1.000 m2 Selama Satu Periode Tanam, Tahun 2011 ... 117
10. Penilaian Risiko Produksi Paprika Berdasarkan Produktivitas di
Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Selama Empat Periode
Tanam (2008 – 2011) ... 118
11. Penerimaan dan Pendapatan Masing-masing Greenhouse di
Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” Selama Empat Periode
Tanam (2008 – 2011) ... 120
12. Data Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Paprika
Hidroponik di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” dalam
Satu Periode Tanam, Tahun 2011 ... 122
13. Hasil Analisis Regresi Pendugaan Pertama Fungsi Produksi
Cobb-Douglas dengan MINITAB 14 ... 123
14. Hasil Analisis Regresi Pendugaan Kedua Fungsi Produksi
Cobb-Douglas dengan MINITAB 14 Setelah Mengeluarkan Data Ke-24 ... 124
15. Hasil Analisis Regresi Pendugaan Ketiga Fungsi Produksi
Cobb-Douglas dengan MINITAB 14 Setelah Mengeluarkan Data Ke-11 ... 125
xv Ketiga ... 126
17. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dengan MINITAB 14 126
18. Hasil Analisis Regresi antara Variabel Terika (Ln Y) dengan Skor
Komponen Utama (W) dengan MINITAB 14 ... 127
19. Tranformasi Koefisien Z menjadi Variabel X ... 127
1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,23
persen dibandingkan dengan tahun 2011. Menurut Badan Pusat Statistik (2013)
pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, salah satunya sektor pertanian
yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,97 persen1. Sektor pertanian merupakan
salah satu sektor yang memiliki kontribusi bagi perkenomian di Indonesia. Dalam
struktur pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut lapangan usaha,
sektor pertanian menyumbang sebesar 14,44 persen pada tahun 2012,
penyumbang kedua terbesar setelah industri pengolahan (BPS 2013)2. Di sisi lain,
peranan sektor pertanian dapat dilihat melalui fungsinya, antara lain penyedia
lapangan kerja, sebagai sumber devisa negara melalui ekspor hasil-hasil pertanian,
sumber pendapatan bagi masyarakat, dan menyediakan keragaman menu pangan.
Subsektor hortikultura merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian
yang perlu dikembangkan. Komoditas hortikultura yang meliputi buah-buahan,
sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias dapat menjadi sumber pendapatan bagi
masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena
memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, penyerapan
tenaga kerja, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan
pasar di dalam negeri dan internasional3. Perkembangan PDB Hortikultura di
Indonesia berdasarkan harga berlaku cenderung meningkat dari tahun 2007
hingga 2010 (Tabel 1). Namun, pada tahun 2010 nilai PDB Hortikultura
mengalami penurunan sebesar 2,69 persen dari tahun 2009. Hal tersebut terjadi
karena nilai PDB buah-buahan dan tanaman biofarmaka mengalami penurunan
sehingga mempengaruhi nilai PDB Hortikultura pada tahun 2010. Walaupun
demikian, rata-rata pertumbuhan nilai PDB Hortikultura dari tahun 2007 hingga
2010 menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 3,95 persen.
1
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik No. 14/02/Th. XVI 5 Februari 2013.
http://bps.go.id/brs_file/pdb_05feb13.pdf [diakses pada 18 Februari 2013]
2
Loc.cit
3
2 Tabel 1. Perkembangan Nilai PDB Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga
Berlaku Periode 2007 – 2010
Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp) Pertumbuhan
2009-2010 (%)
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), diolah.
Sayuran termasuk dalam kelompok komoditas hortikultura yang
memberikan kontribusi terhadap PDB Hortikultura sebesar 36,35 persen pada
tahun 2010. Berdasarkan Tabel 1, perkembangan PDB kelompok sayuran dari
tahun 2007 hingga 2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif, dengan rata-rata
peningkatan sebesar 6,94 persen per tahun. Hal ini diikuti total produksi tanaman
sayuran di Indonesia yang juga mengalami peningkatan dari tahun 2007 bahkan
hingga 2011 (Lampiran 1). Komoditas sayuran berperan dalam meningkatkan gizi
masyarakat karena merupakan sumber utama vitamin dan mineral dalam pangan,
sehingga termasuk kebutuhan pangan yang tidak dapat dikesampingkan.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pengetahuan gizi,
berbanding lurus dengan konsumsi masyarakat akan produk sayur-sayuran.
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia, pada tahun 2010 mencapai
237.641.326 jiwa4. Seiring peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan sayuran
akan terus bertambah. Pengeluaran rumah tangga per kapita untuk mengonsumsi
sayur-sayuran meningkat dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 12,24 persen5. Selain
itu, adanya gerakan kembali ke alam juga menjadi alasan untuk mengonsumsi
sayuran sebagai sarana menuju hidup sehat. Total konsumsi sayuran per kapita
pada tahun 2010 sebanyak 39,45 kilogram (Ditjenhorti 2012). Kondisi ini
menunjukkan bahwa komoditas sayuran memiliki peluang untuk diusahakan bagi
para pelaku agribisnis sayuran.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapitan Sebulan
Menurut Kelompok Barang.
3 Tidak hanya sayuran asli Indonesia (sayuran lokal), berbagai jenis sayuran
dari negara lain (non lokal) pun dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Salah
satu komoditas sayuran unggulan di Indonesia menurut Ditjenhorti (2012) adalah
paprika (Capsicum annuum var. grossum), karena memiliki nilai ekonomis dan
strategis6. Dapat dilihat pada Lampiran 1, perkembangan produksi paprika di
Indonesia pada tahun 2010 hingga 2011 menempati urutan pertama dibandingkan
dengan tanaman sayuran lainnya, yaitu sebesar 136,18 persen. Beberapa macam
warna paprika yang dikenal antara lain paprika hijau, paprika merah, paprika
kuning, dan paprika oranye. Paprika termasuk dalam keluarga cabai-cabaian,
namun rasanya tidak sepedas cabai lain bahkan cenderung manis, sehingga
disebut sebagai sweet pepper (Gunadi et al. 2006). Umumnya paprika digunakan
sebagai penyedap atau resep masakan luar negeri. Namun, paprika segar juga
dapat dikonsumsi tanpa perlu diolah terlebih dahulu. Menurut Morgan dan
Lennard (2000) dalam Gunadi et al. (2006) kandungan vitamin C pada paprika
lebih tinggi dibandingkan jeruk. Dimana setiap100 gram paprika hijau segar
mengandung 340 mg vitamin C, sementara jeruk hanya mengandung 146 mg
vitamin C per 100 gram. Seperti cabai lain, paprika juga mengandung protein,
lemak, karbohidrat, dan mineral.
Paprika bukan merupakan produk pertanian asli Indonesia, melainkan
berasal dari Amerika Tengah dan Selatan yang beriklim subtropis. Sejak tahun
1990-an tanaman paprika masuk dan mulai dibudidayakan di daerah tropis seperti
Indonesia (Gunadi et al. 2006). Pada awal pengembangan, paprika ditanam pada
lahan terbuka (outdoor). Masalah utama yang dihadapi petani paprika di
Indonesia atau di daerah tropis adalah faktor temperatur dan intensitas cahaya
matahari yang tinggi. Sehingga menyebabkan transpirasi dan penguapan tanaman
yang berlebihan. Pada kondisi seperti itu sering terjadi gugur tunas, bunga, dan
buah, serta ukuran buah akan mengecil (Prihmantoro dan Indriani 2003).
Seiring perkembangan teknologi pertanian, kini pembudidayaan paprika di
Indonesia dilakukan dengan sistem hidroponik di dalam greenhouse. Budidaya
secara hidroponik adalah budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai
media tanamnya, dimana seluruh kebutuhan tanaman seperti pupuk diberikan
6
[Ditjenhorti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Data dan Statistik Komoditas Unggulan.
4
dalam bentuk larutan (Moekasan et al. 2008). Beberapa keuntungan berbudidaya
di dalam greenhouse dibandingkan dengan budidaya di lahan terbuka menurut
Adiyoga et al. (2006) dan Gunadi et al. (2007) adalah hasil panen lebih tinggi,
kegiatan produksi dapat dilakukan di luar musim, masa panen lebih lama, kualitas
produk lebih baik, serta lebih terencana dan terkontrol.
Walaupun termasuk hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia,
produksi paprika mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun 2008 hingga
2011, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 90,42 persen. Dapat dilihat pada
Tabel 2, penurunan luas panen pada tahun 2010 tidak serta merta menurunkan
produksi paprika.
Tabel 2. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Paprika di
Indonesia Tahun 2008 – 2011
Tahun Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/ha)
2008 2.114 87 24,30
2009 4.462 197 22,65
2010 5.533 161 34,37
2011 13.068 - -
Keterangan: (-) data tidak tersedia
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2011 dan Badan Pusat Statistik (2012) [diolah]
Jika dibandingkan dengan cabai besar dan cabai rawit pada Lampiran 1,
perkembangan produksi paprika merupakan yang terbesar diantaranya. Dimana
rata-rata pertumbuhan cabai besar dan cabai rawit dari tahun 2007 hingga 2011
masing-masing hanya sebesar 7,15 dan 8,15 persen. Hal tersebut disebabkan
dalam kegiatan pembudidayaan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
pengelolaan petani terhadap input produksi. Dimana pembudidayaan paprika
sudah menggunakan greenhouse, sementara cabai lainnya masih dilakukan pada
lahan terbuka atau konvensional. Sehingga berpengaruh terhadap produksi yang
dihasilkan. Walaupun demikian, produktivitas paprika pada Tabel 2 terlihat
berfluktuasi.
Proses budidaya paprika membutuhkan kondisi tertentu yang mirip dengan
daerah asalnya, yaitu daerah yang beriklim hangat dan kering. Suhu rata-rata
harian yang optimal bagi pertumbuhan paprika adalah 16 – 25o C dengan tingkat
kelembapan 80 – 90 persen. Ketinggian yang baik untuk pertumbuhan paprika
berkisar 500 – 1.500 meter di bawah permukaan laut (dpl) (Prihmantoro dan
5 tanaman paprika menyebar di wilayah dataran tinggi Indonesia. Daerah-daerah
yang menjadi sentra produksi paprika antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Utara, dan Sulawesi Selatan. Beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat seperti
Bandung, Garut, Cianjur, dan Bandung Barat merupakan sentra produksi paprika
yang besar7.
Seperti yang disebutkan oleh Prabaningrum et al. (2002) dalam Gunadi et
al. (2006), Provinsi Jawa Barat merupakan sentra produksi paprika terluas di
Indonesia. Menurut BPS (2010), Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang
paling banyak memproduksi paprika di Indonesia dibanding provinsi lainnya. Dari
total produksi paprika di Indonesia pada tahun 2010, Provinsi Jawa Barat
menyumbang sebanyak 4.661 ton atau sebesar 84,24 persen. Luas panen, jumlah
produksi, dan produktivitas paprika di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2011
menempati posisi tertinggi dibanding daerah lainnya. Perkembangan komoditas
paprika di Kabupaten Bandung Barat, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Paprika di
Kabupaten Bandung Barat Pada Tahun 2008 – 2011
Tahun Produksi (ton) Luas Panen (Ha) Produktivitas (ton/ha)
2008 1.537 22 69,86
2009 7.595 63 120,55
2010 4.052 68 59,59
2011 10.856 80 135,70
Sumber:Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 20128 [diolah]
Berdasarkan Tabel 3 luas panen komoditas paprika dari tahun 2008 hingga
2011 di Kabupaten Bandung Barat cenderung meningkat, namun produktivitasnya
mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2010 produksi paprika menurun sebesar
46,65 persen dari tahun 2009. Penurunan produksi yang drastis terjadi
dikarenakan perubahan kondisi cuaca yang ekstrim. Hal tersebut menyebabkan
semakin maraknya virus dan hama yang menyerang tanaman sehingga banyak
7
[Ditjenhorti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Data dan Statistik Daerah Sentra Paprika.
http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/314 [diakses pada 28 Desember 2012]
8
Produksi Sayuran Tahun 2007-2011 Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
6
buah yang busuk9. Adanya fluktuasi produksi mengindikasikan bahwa dalam
pembudidayaannya petani menghadapi kendala produksi. Seperti yang
dikemukakan oleh Moekasan et al. (2008), beberapa faktor seperti serangan hama
dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim, serta human error merupakan kendala dari
kegiatan budidaya paprika yang dapat menyebabkan penurunan hasil produksi
paprika.
Menurut BPS (2009), Kecamatan Cisarua merupakan daerah yang
memiliki produktivitas paprika tertinggi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat. Desa Pasirlangu yang terletak di Kecamatan Cisarua menjadi salah satu
sentra penghasil paprika terbesar, dengan luas tanam seluas 26 hektar dan
produktivitas sebesar 57 ton per hektar pada tahun 2011 (Desa Pasirlangu 2011).
Berdasarkan topografi, Desa Pasirlangu berada pada ketinggian 900 – 2.050 meter
dpl dengan suhu rata-rata harian 20 – 25o C, dan rata-rata curah hujan 1.500 mm
per tahun sangat mendukung untuk budidaya tanaman paprika. Kini paprika
merupakan komoditas unggulan dan menjadi salah satu sumber pendapatan utama
bagi masyarakat di Desa Pasirlangu, khususnya yang tergabung dalam kelompok tani paprika “Dewa Family”.
1.2. Perumusan Masalah
Kelompok tani paprika “Dewa Family” menjadi salah satu pionir dalam pengembangan komoditas paprika hidroponik di Desa Pasirlangu. Kelompok tani
yang telah terbentuk sejak tahun 1997, diketuai oleh Bapak Deden Wahyu.
Kelompok tani ini terbentuk atas inisiatif Bapak Deden Wahyu untuk
mengembangkan paprika hidroponik mulai dari budidaya hingga pemasaran
secara bersama-sama. Setiap anggota yang tergabung memiliki greenhouse
masing-masing. Total greenhouse yang digunakan untuk budidaya paprika
7 Pembudidayaan paprika seluruhnya dilakukan di bawah naungan
(greenhouse) dengan sistem hidroponik, yaitu menggunakan arang sekam sebagai
media tanam dan pemberian pupuk yang telah dilarutkan air terlebih dahulu.
Penggunaan greenhouse baik saat penyemaian hingga penanaman bertujuan agar
tanaman paprika terlindung dari terpaan cahaya matahari dan air hujan. Sistem
penanaman yang dilakukan adalah tanam tunggal (monokultur). Hal ini bertujuan
agar lebih terkontrol dan memperoleh hasil produksi yang maksimal, mengingat
tanaman paprika hidroponik memerlukan perawatan yang intensif. Rata-rata
periode pertumbuhan tanaman paprika hidroponik yang dilakukan petani anggota
adalah delapan hingga sepuluh bulan, mulai dari tanam hingga tebang, yang
disebut satu periode tanam.
Pemasaran kelompok tani ditujukan ke pasar tradisional, pasar swalayan,
dan restoran cepat saji di wilayah Bandung dan Jakarta. Tidak hanya itu, paprika
yang dihasilkan kelompok tani juga dijual untuk pasar luar negeri melalui
eksportir, yaitu tujuan negara Singapura. Permintaan paprika di kelompok tani
dalam seminggu mencapai 8,97 ton (Lampiran 6), namun tidak semua permintaan
dapat terpenuhi. Kelompok tani baru mampu memenuhi sekitar 65,38 persen dari
total permintaan per minggu. Keterbatasan produksi yang dihasilkan, disebabkan
oleh masih rendahnya kuantitas maupun produktivitas paprika yang dihasilkan.
Dalam melakukan usahatani paprika hidroponik, petani anggota
menghadapi risiko produksi. Dimana jumlah produksi paprika hidroponik yang
dihasilkan dari masing-masing greenhouse bervariasi, dengan asumsi input
produksi yang digunakan adalah sama (ceteris paribus). Salah satu indikator
untuk mengetahui adanya risiko produksi adalah terdapat fluktuasi pada
produktivitas yang dihasilkan selama empat periode tanam terakhir (2008 – 2011).
Dapat dilihat pada Gambar 1, perkembangan paprika hidroponik yang dilakukan
anggota kelompok tani memang tidak bernilai negatif, namun adanya risiko
produksi menyebabkan hasil yang diperoleh berfluktuatif dan cenderung
mengalami penurunan. Produksi paprika hidroponik tertinggi berada pada tahun
2009 dan terendah pada tahun 2010, yang menurun sebesar 19,96 persen dari
8 Gambar 1. Perkembangan Produktivitas Paprika Hidroponik di Kelompok
Tani Paprika “Dewa Family” Selama Empat Periode (2008 – 2011)
Sumber: Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”, diolah.
Rata-rata produktivitas paprika hidroponik yang mampu dicapai petani
pada tahun 2011 adalah sebesar 6,58 kilogram per m2. Menurut Gunadi et al.
(2006) berdasarkan penelitian dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang,
tanaman paprika hidroponik yang dibudidayakan sesuai dengan kondisi di
Indonesia dapat memiliki produktivitas yang optimal, yaitu 8,00 – 9,00 kilogram
per m2. Kesenjangan antara nilai produktivitas aktual dengan produktivitas
potensialnya sekitar 1,42 – 2,42 kilogram per m2 atau sebesar 17,75 – 26,89
persen, menunjukkan adanya masalah yang terjadi dalam kegiatan produksi.
Adanya ketidakstabilan produksi dan kesenjangan produktivitas tersebut
diduga disebabkan oleh penggunaan input produksi dan pengaruh kondisi
lingkungan. Perbedaan penggunaan input produksi antar petani akan
menyebabkan perbedaan pula pada hasil yang diperoleh. Di sisi lain, faktor
lingkungan juga ikut berpengaruh terhadap produksi paprika hidroponik karena
tidak dapat dikuasai dan tidak mudah untuk dikendalikan oleh petani, seperti
kondisi cuaca dan serangan hama. Oleh karenanya hasil panen yang diperoleh
tidak sesuai dengan harapan, baik kuantitas maupun kualitas.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian berkaitan dengan risiko produksi dan identifikasi faktor-faktor produksi
9
1. Apa saja sumber-sumber yang menyebabkan risiko produksi paprika
hidroponik di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”?
2. Bagaimana tingkat risiko produksi yang dihadapi anggota kelompok tani
paprika “Dewa Family”?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di
kelompok tani paprika “Dewa Family”?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber yang menyebabkan risiko produksi
paprika hidroponik di kelompok tani paprika “Dewa Family”.
2. Menganalisis tingkat risiko yang dihadapi anggota kelompok tani paprika
“Dewa Family”.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika
hidroponik di kelompok tani paprika “Dewa Family”.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, bagi:
1. Penulis, sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama menempuh studi di IPB.
2. Kelompok tani paprika “Dewa Family”, diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan dan pertimbangan dalam menjalankan usahanya.
3. Pembaca, penambah wawasan dan dapat dijadikan acuan atau
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada petani anggota Kelompok Tani Paprika “Dewa Family” di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Penilaian risiko produksi difokuskan pada kegiatan spesialisasi usahatani
paprika hidroponik yang dilakukan selama kurun waktu empat periode tanam
terakhir (2008 – 2011), dengan menggunakan metode variance, standard
deviation, dan coefficient variation. Data produksi yang digunakan adalah data
10
produksi (2008 – 2011). Data dipecah menjadi per greenhouse manual, sehingga
tersedia 38 data.
Sementara analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika
hidroponik menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk melihat
keterkaitan semua faktor produksi terhadap produksi yang dihasilkan. Data
pemakaian input produksi berasal dari hasil wawancara dengan petani dalam satu
periode tanam terakhir. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan data yang dimiliki
oleh petani responden. Faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap
produksi paprika hidroponik adalah luas greenhouse, jumlah benih, nutrisi, pupuk
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Paprika Hidroponik
Paprika yang mempunyai nama ilmiah Capsicum annuum var. grossum
merupakan salah satu varietas cabai besar (C. annuum). Berdasarkan klasifikasi
tumbuhan, tanaman paprika termasuk ke dalam famili Solanaceae dan genus
Capsicum. Paprika termasuk keluarga terung-terungan karena memiliki bentuk
bunga seperti terompet, daun berukuran lebar dan berwarna hijau tua, serta bentuk
buah yang mirip lonceng (bell pepper). Rasa dan aroma paprika tidak seperti
cabai pada umumnya. Walaupun beraroma pedas yang menusuk, paprika
memiliki rasa yang cenderung manis, sehingga dikenal dengan sebutan sweet
pepper (Prihmantoro dan Indriani 2003, Gunadi et al. 2006, dan Setiadi 2008).
Paprika bukan merupakan tanaman asli Indonesia, melainkan hasil industri
dari negara yang beriklim subtropis seperti Eropa, Jepang, Taiwan, serta Amerika.
Komoditi paprika telah dibudidayakan sejak lama sebelum Columbus mendarat di
benua Amerika. Melalui ekspedisi Columbus sekitar tahun 1500-an, penanaman
paprika menyebar di Benua Eropa dan Asia. Sejak tahun 1990-an, paprika masuk
dan mulai dibudidayakan di negara beriklim tropis, termasuk Indonesia
(Prihmantoro dan Indriani 2003 dan Gunadi et al. 2006). Sehingga dalam
pertumbuhannya membutuhkan kondisi tertentu yang mirip dengan daerah
asalnya.
Faktor lingkungan yang menjadi syarat tumbuh paprika meliputi suhu,
kelembapan, curah hujan, dan ketinggian. Tanaman paprika dapat tumbuh dengan
baik pada kisaran suhu antara 16 – 25 °C. Akan tetapi, tanaman paprika masih
dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30 °C. Suhu rata-rata harian yang optimal
untuk pertumbuhan dan perkembangan paprika adalah 21 – 25 °C, sementara
untuk pembentukan tubuh antara 18,3 – 26,7 °C. Kelembapan yang sesuai agar
bunga dan buah paprika tidak mudah gugur adalah berkisar 80 – 90 persen.
Kelembapan ini dipengaruhi oleh curah hujan. Untuk itu, curah hujan rata-rata
yang ideal bagi paprika adalah 600 – 1.250 mm per tahun. Curah hujan yang
terlalu banyak menyebabkan buah rontok, karena tanaman paprika responsif
terhadap air. Kesesuaian tempat hidup dengan daerah asalnya, tanaman paprika
12
berkisar antara 500 – 1.600 meter di atas permukaan laut (dpl) (Prihmantoro dan
Indriani 2003, Hartati 2006, dan Setiadi 2008).
Pada awal penyebarannya, paprika dibudidayakan pada lahan terbuka
(outdoor) dengan kultivar determinate, dimana tanaman tumbuh pada ukuran
tertentu, kemudian menghasilkan buah, tumbuh dan akhirnya tanaman mati. Lain
hal dengan pembudidayaan paprika di bawah naungan (greenhouse) yang
menggunakan kultivar indeterminate, tanaman secara bertahap tumbuh dan
berkembang membentuk batang, daun, bunga, dan buah yang baru. Sesuai dengan
kondisi iklim Indonesia yang bertemperatur tinggi, budidaya tanaman paprika
pada lahan terbuka menggunakan kultivar determinate tidak berkembang dengan
baik dibandingkan dengan pembudidaya paprika di bawah naungan (greenhouse)
dengan menggunakan kultivar indeterminate (Gunadi et al. 2006).
Tanaman paprika menghendaki cahaya yang cukup sepanjang hari. Seperti
penelitian yang dilakukan Demers et al. (1991) dan Hand et al. (1993) dalam
Gunadi et al. (2007) menunjukkan bahwa pengurangan cahaya matahari sebesar
satu persen akan mengakibatkan penurunan produksi paprika. Sebab menurut
Nilwik (1981) dalam jurnal yang sama, tanaman paprika yang kekurangan cahaya
akan mengakibatkan terjadinya klorosis dan banyak daun yang mati. Namun, sifat
tanaman paprika yang peka terhadap temperatur dan intesitas cahaya matahari
yang tinggi, akan menyebabkan gugur tunas dan bunga, serta ukuran buah
mengecil (Prihmantoro dan Indriani 2003). Oleh karenannya, salah satu upaya
perlindungan fisik pada tanaman untuk mengendalikan faktor suhu dan intesitas
matahari, dikembangkan budidaya paprika di dalam rumah kasa beratap plastik
yang disebut greenhouse dan dilakukan secara hidroponik. Hal tersebut dilakukan
agar sesuai dengan kondisi daerah asalnya (Setiadi 2008).
Dalam Alberta (2001), menurut Seginer (1996) rumah kaca atau
greenhouse merupakan sistem dinamis yang dapat dikendalikan, dikelola untuk
memproduksi produk yang berkualitas secara intensif. Sementara menurut
Gauthier (1992), produksi di dalam rumah kaca memungkinkan untuk
memproduksi tanaman di bawah kondisi yang beragam. Terdapat sejumlah
variabel yang harus petani kelola untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
13 uap, pemberian pupuk, pengadaan karbondioksida, pemilihan media tanam, dan
pemeliharaan tanaman (Alberta 2001).
Pada umumnya, produksi yang dilakukan di rumah plastik menggunakan
sistem hidroponik. Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu Hydro yang berarti
air dan Ponos yang berarti daya. Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman
yang memanfaatkan air dan tidak menggunakan tanah sebagai media tanam. Hal
ini berarti seluruh kebutuhan nutrisi yang diserap melalui akar tanaman diberikan
dalam bentuk larutan. Penyiraman yang dipadukan dengan pemberian nutrisi atau
pupuk yang sudah dilarutkan, disebut dengan sistem fertigasi (Gunadi et al. 2006).
Menurut Alberta (2001) hidroponik disebut juga sebagai Controlled
Environmental Agriculture atau pertanian dengan lingkungan yang terkontrol,
seperti penggunaan air, suhu, CO2, oksigen, pH, dan nutrisi pada tanaman dapat
diatur dan terlindung dari cahaya matahari.
Tanaman paprika umumnya dapat tumbuh pada segala jenis media tanam
seperti arang sekam, sabut kelapa, perlite, dan pasir kasar. Namun tidak semua
memberikan hasil yang baik. Media tanam yang umum digunakan oleh petani
untuk budidaya paprika hidroponik adalah arang sekam. Seperti penelitian yang
dilakukan Gunadi et al. (2007), menunjukkan hasil bahwa media tanam arang
sekam memberikan hasil panen yang lebih tinggi terhadap tinggi tanaman, bobot
buah, dan jumlah buah per tanaman selama periode pertumbuhan dibandingkan
dengan media tanam perlite.
Menurut Adiyoga et al. (2006) dan Gunadi et al. (2007) penanaman
paprika secara hidroponik lebih menguntungkan dibandingkan secara
konvensional karena jumlah produksi dan harga jual yang lebih tinggi, serta
produknya lebih berkualitas (Prihmantoro dan Indriani 2003). Terdapat beberapa
jenis warna paprika antara lain paprika merah, paprika kuning, paprika oranye,
paprika hitam, paprika putih, dan paprika ungu. Sedangkan, paprika hijau
dihasilkan dari paprika muda sebelum berubah warna. Beberapa literatur tidak ada
yang menyebutkan secara pasti berapa umur tanaman paprika yang dapat dicapai,
namun rata-rata tanaman paprika mampu menghasilkan buah terus-menerus
selama 6,5 – 12 bulan dalam satu periode tanam, tergantung dari varietas yang
14
Gunadi et al. 2006). Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura, musim panen
tanaman paprika di Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun10.
2.1.1. Hama dan Penyakit pada Tanaman Paprika
Keberhasilan produksi paprika ditentukan oleh beberapa faktor, salah
satunya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Prabaningrum et al
(2002) dalam Prabaningrum dan Moekasan (2007) menyatakan bahwa semua
petani telah melakukan penyemprotan pestisida secara rutin sebagai upaya
mencegah serangan OPT. Namun, hasil penyemprotannya tidak memuaskan,
mengakibatkan kualitas dan kuantitas paprika menurun. Prabaningrum dan
Moekasan (2007) mengidentifikasi terdapat beberapa jenis hama pada musim
hujan maupun musim kemarau yang menyerang tanaman paprika, yaitu trips
(Thrips sp.), kutu daun persik (M. persicae), tungau teh kuning (P. latus), dan ulat
grayak (S. litura). Dari hasil penelitian tersebut, hama yang paling merusak
tanaman paprika adalah thrips. Hama trips menduduki peringkat pertama sebagai
kendala sistem produksi paprika dan ulat grayak S. litura menjadi kendala hama
kedua. Sedangkan, tungau teh kuning P. latus, dan kutu daun persik M. persicae
yang juga menyerang daun-daun muda kalah dengan trips dan ulat gyarak.
Sebaliknya, menurut Setiadi (2008) penyakit busuk buah menyerang tanaman
paprika pada musim hujan dan hama lalat buah menyerang pada musim kemarau.
Menurut Hartati (2006) hama trips, tungau, dan ulat grayak menyerang
daun, bunga, dan buah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat, pada buah terdapat bercak berupa garis kering berwarna coklat, serta
daun menjadi transparan dan belubang. Untuk penyakit yang sering menyerang
tanaman paprika, antara lain layu fusarium, layu Rhizoctonia, dan virus. Penyakit
ini menyebabkan tanaman tidak tumbuh secara sempurna atau kerdil dan setelah
terserang penyakit tanaman tersebut mati. Cara pengendalian penyakit pada
tanaman paprika dapat dilakukan dengan penyeprotan obat-obatan, pembuatan
sanitasi yang baik, perbaikan drainase, mencabut dan membuang tanaman yang
terkena penyakit, serta yang perlu diperhatikan penggunaan peralatan dan
pengaturan jarak tanam.
10
[Ditjenhorti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Musim Panen.
15 2.2. Penelitian Terdahulu
2.2.1. Kajian Mengenai Analisis Risiko Produksi
Usaha pertanian rentan terhadap risiko dan ketidakpastian baik risiko
harga, risiko produksi, atau risiko pasar. Risiko yang dihadapi perlu diidentifikasi
terlebih dahulu agar diketahui seberapa besar tingkat risikonya. Petani harus
membuat keputusan untuk setiap periode tanam selanjutnya, dalam hal ini
berhubungan dengan ketidakpastian mengenai iklim, serangan hama dan penyakit,
perkembangan harga, teknologi baru, ataupun perkembangan usahatani, dimana
setiap keputusan yang diambil mengandung risiko.
Penelitian terdahulu mengenai risiko produksi telah dilakukan Setyarini
(2011), Cher (2011), Mandasari (2012) dan Amelia (2012) menunjukkan
produktivitas dari masing-masing komoditi yang diteliti mengalami fluktuasi. Hal
ini mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi petani dalam mengusahakan
komoditi tersebut. Pengukuran yang digunakan dalam perhitungan risiko pada
kegiatan spesialisasi maupun diversifikasi dengan metode variance, standard
deviation, dan coefficient variation. Perhitungan tersebut digunakan untuk melihat
seberapa besar dampak yang dihasilkan dari faktor-faktor risiko terhadap
penerimaan yang diharapkan pelaku usaha.
Cher (2011), Mandasari (2012), dan Amelia (2012) membandingkan
tingkat risiko antara kegiatan spesialisasi dan diversifikasi dengan dua hingga
empat komoditi di masing-masing lokasi penelitian. Berbeda dengan Setyarini
(2011) yang hanya menghitung satu komoditi yaitu risiko dari paprika hidroponik.
Dari hasil penelitian, masing-masing komoditi memiliki tingkat risiko yang
berbeda-beda untuk berbagai komoditi yang diteliti. Cher (2011) mengidentifikasi
empat komoditi yaitu bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel. Hasil yang
diperoleh pada kegiatan spesialisasi, tingkat risiko paling besar berdasarkan nilai
coefficient variation dari produktivitas adalah brokoli dan paling rendah wortel.
Mandasari (2012) mengidentifikasi dua komoditi yaitu cabai merah dan tomat,
hasil yang diperoleh tomat memiliki tingkat risiko paling tinggi dari segi
produktivitas maupun pendapatan dibandingkan dengan tomat.
Amelia (2012) menganalisis risiko untuk tiga komoditi yaitu selada
16 tingkat risiko paling tinggi dibanding lainnya berdasarkan produktivitas dan
pendapatan. Lain halnya dengan risiko produksi di lokasi penelitian Setyarini
(2011) yang mengidentifikasi satu komoditi yaitu paprika. Tingkat risiko yang
dihadapi lebih rendah dibanding ketiga penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan
cara pembudidayaan komoditi yang jelas berbeda dan penanaman sayuran dari
ketiga penelitian tersebut dilakukan di areal terbuka. Berbeda dengan paprika
yang ditanam didalam greenhouse sehingga terlindungi dari curah hujan dan
panas yang tidak menentu.
Selain risiko, keempat penelitian tersebut juga mengidentifikasi
sumber-sumber penyebab terjadinya risiko. Dapat disimpulkan sumber-sumber-sumber-sumber yang
menyebabkan risiko adalah kondisi cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit,
keterampilan tenaga kerja, serta tingkat kesuburan lahan. Dari penelitian Cher
(2011), Mandasari (2012) dan Amelia (2012) dilakukan penilaian risiko pada
kegiatan diversifikasi sebagai penanganan untuk meminimalkan risiko, namun
tidak dilakukan oleh Setyarini (2011) yang hanya ada satu komoditi yang diteliti.
2.2.2. Kajian Mengenai Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik
Dalam kegiatan produksi peranan hubungan input (masukan) dan output
(hasil) tidak dapat dikesampingkan. Rahim dan Hastuti (2008) menyatakan
produksi komoditas pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dalam
arti luas berupa komoditas pertanian (pangan, hortikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan kehutanan) dengan berbagai pengaruh faktor-faktor
produksi dan faktor-faktor hasil tangkapan (perahu, alat tangkap, nelayan, jumlah
thrips, operasional, dan musim). Faktor-faktor produksi yang digunakan pada
proses produksi adalah lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi,
dan manajemen. Faktor produksi berpengaruh terhadap besar-kecilnya produksi
yang akan diperoleh. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi
(output) disebut dengan fungsi produksi atau factor relationship (Soekartawi
2002, Rahim dan Hastuti 2008, dan Putong 2010).
Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
paprika hidroponik telah dilakukan oleh Kartikasari (2006), Nadhwatunnaja
17 adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Beberapa kesamaan faktor produksi yang
diduga berpengaruh terhadap produksi paprika adalah luas lahan greenhouse,
benih, nutrisi, pestisida, dan tenaga kerja. Dalam menganalisis faktor-faktor
produksi, Kartikasari (2006) tidak memasukkan variabel nutrisi tapi memasukkan
variabel pengalaman dan tingkat pendidikan sebagai variabel dummy.
Nadhwatunnaja (2008) memasukkan status petani yang bergabung dan yang tidak
bergabung dengan kelompok tani sebagai variabel dummy. Sedangkan Setyarini
(2011) memasukkan variabel media tanam yang dipakai, pupuk daun dan jumlah
hama thrips.
Berdasarkan hasil penelitian Kartikasari (2006) menyebutkan variabel
luas lahan greenhouse, benih, tenaga kerja, dan pestisida berpengaruh positif
terhadap produksi paprika. Sedangkan, variabel tingkat pendidikan dan
pengalaman tidak berpengaruh siginifikan terhadap produksi paprika karena di
lokasi penelitian sebagian petani mengaku mengadopsi teknik pembudidayaan
paprika hidroponik dari petani lain yang dianggap berhasil, sehingga faktor
pendidikan dan pengalaman tidak mempengaruhi kemampuan petani dalam
berbudidaya paprika.
Hasil pendugaan yang dilakukan oleh Nadhwatunnaja (2008)
mengidentifikasikan adanya multikolinearitas di dalam model yang disebabkan
oleh variabel benih, maka variabel tersebut dikeluarkan dari model. Padahal
variabel benih merupakan faktor utama dalam pembudidayaan paprika. Selain itu,
variabel dummy status petani juga dikeluarkan dari model karena menurutnya
produksi paprika tidak dipengaruhi oleh status keanggotaan petani, lebih
dikarenakan penggunaan faktor-faktor produksi. Sehingga model yang didapat
menunjukkan bahwa luas lahan greenhouse, nutrisi, dan pestisida berpengaruh
positif terhadap produksi paprika, sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh
positif karena produksi paprika lebih dipengaruhi oleh keterampilan tenaga kerja
bukan jumlah tenaga kerja.
Sama halnya dengan Setyarini (2011), yang mengalami masalah
multikolinearitas dalam pendugaan model dengan fungsi Cobb-Douglas. Cara
untuk menghilangkan multikolineritas dengan menggunakan analisis antara, yaitu
18 diperoleh dari hasil regresi komponen utama selanjutnya di interpretasi untuk
mengetahui faktor produksi yang mempengaruhi produksi paprika. Setyarini
(2011) menyebutkan semua variabel yang dimasukkan ke dalam model
berpengaruh positif dan siginifikan terhadap produksi paprika kecuali variabel
jumlah hama thrips yang berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini dikarenakan
hama thrips merupakan sumber risiko utama yang dapat mempengaruhi
penurunan jumlah produksi paprika.
2.3. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis mengenai risiko
produksi dan faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik serta
pendapatan anggota kelompok tani paprika “Dewa Family” di Desa Pasirlangu,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini memiliki
persamaan dengan beberapa penelitian terdahulu dalam hal komoditas yang
diteliti dan metode analisis yang digunakan, yaitu analisis risiko produksi dan
model fungsi produksi Cobb-Douglas. Sementara, perbedaannya terletak pada
lokasi penelitian dan topik yang dibahas, dimana penelitian mengenai analisis
risiko sekaligus mengenai faktor yang mempengaruhi produksi paprika
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Teori Produksi
Menurut teori ekonomi, produksi atau memproduksi adalah suatu kegiatan
untuk menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang
akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula
(Putong 2010). Dalam proses produksi barang dan jasa dibutuhkan sumber daya
berupa alat atau sarana yang disebut dengan faktor-faktor produksi. Faktor-faktor
produksi yang dimaksud adalah manusia (tenaga kerja), modal (uang), sumber
daya alam (tanah), dan skill (teknologi). Bila faktor-faktor produksi tersebut tidak
ada, maka tidak ada juga produksi yang dihasilkan (Griffin dan Ebert 2003, dan
Putong 2010).
Dalam pertanian, produksi merupakan perangkat prosedur dan kegiatan
yang terjadi dalam penciptaan suatu komoditas berupa kegiatan usahatani maupun
usaha lainnya (Rahim dan Hastuti 2008). Soekartawi (1994) menyebut faktor produksi dengan sebutan “korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Faktor-faktor produksi yang digunakan adalah kekayaan sumber daya alam berupa lahan pertanian, sumber
daya manusia berupa tenaga kerja, modal yang berbentuk barang (bibit, pupuk,
dan obat-obatan) atau dalam bentuk uang, dan manajemen atau keterampilan
(skill), serta faktor pendukung seperti iklim dan teknologi (Kadarsan 1992, Rahim
dan Hastuti 2008, dan Soekartawi et al. 1986). Dapat disimpulkan bahwa produksi
komoditas pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dengan berbagai
pengaruh faktor-faktor produksi.
Hubungan teknis antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi
(output) disebut dengan fungsi produksi atau factor relationship. Analisis fungsi
produksi adalah analisis yang menjelaskan hubungan sebab-akibat (Soekartawi
2002, Rahim dan Hastuti 2008, dan Putong 2010). Dimana variabel Y
menggambarkan hasil produksi dan variabel Xi adalah masukan i, maka besarnya
Y dipengaruhi oleh besarnya X1, X2, …, Xi, Xn yang digunakan pada fungsi