• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik dari 12 responden diklasifikasikan berdasarkan usia dan tingkat pendidikan, pengalaman bertani paprika, lama bergabung dengan

kelompok tani, jumlah dan luas greenhouse yang dimiliki, dan komoditas lain

yang dibudidayakan.

5.3.1. Usia dan Tingkat Pendidikan

Usia menurut Soekartawi et al. (1986) merupakan karakteristik individu

yang dapat mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu. Dalam batas- batas tertentu, semakin bertambahnya usia seseorang maka tenaga kerja yang dimiliki akan semakin produktif, dan setelah mencapai usia tertentu produktivitas

tersebut akan menurun. Kisaran usia 31 – 45 tahun mendominasi (66,67%)

struktur umur petani responden, artinya petani responden masih berada dalam usia produktif (< 66 tahun). Umur petani responden termuda adalah 30 tahun dan yang tertua adalah 58 tahun, dengan rata-rata usia petani adalah 42,92 tahun.

Seluruh petani responden berjenis kelamin pria. Menurut penelitian Chairnani (2010) mayoritas kegiatan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu dilakukan oleh pria. Hal ini dikarenakan tenaga wanita tergantikan oleh teknologi dan masih adanya anggapan bahwa wanita tidak mampu bekerja pada

kegiatan pertanian. Namun di kelompok tani paprika “Dewa Family”, istri dari

para petani responden biasanya juga ikut membantu dalam kegiatan usahatani.

Tingkat pendidikan petani responden di kelompok tani paprika “Dewa

Family” masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari pendidikan formal yang dominan ditempuh oleh petani responden adalah SD dan SMP masing-masing

52 33,33 persen atau sebanyak 4 orang. Petani responden yang mencapai jenjang SMA hanya 1 orang atau 8,33 persen. Sisanya berpendidikan cukup tinggi yaitu S1 dan S2, untuk S1 sebanyak 2 orang atau 16,67 persen dan S2 sebanyak 1 orang atau 8,33 persen. Dimana 3 orang petani responden berpendidikan tinggi tersebut menjadikan usahatani paprika sebagai pekerjaan sampingan, dengan pekerjaan utama sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara petani responden lainnya bergantung pada pertanian.

Tingkat pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Dimana pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda mempengaruhi cara berpikir petani. Namun dari hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap pengetahuan petani mengenai usahatani paprika hidroponik. Hal ini disebabkan pengetahuan usahatani paprika hidroponik diperoleh melalui pengalaman dan pembelajaran secara turun temurun. Mengingat dari karakteristik masyarakat Desa Pasirlangu yang tingkat pendidikannya masih rendah, sehingga bersekolah tinggi pun dianggap tidak terlalu penting.

5.3.2. Pengalaman Bertani Paprika Hidroponik

Sejak diperkenalkan paprika kepada masyarakat Desa Pasirlangu mulai bermunculan petani-petani paprika, baik yang bergabung dengan kelompok atau petani mandiri. Rata-rata petani responden mulai bertani sejak usia muda, namun tanaman yang ditanam masih sayur-sayuran biasa. Pengetahuan petani responden mengenai pembudidayakan paprika diperoleh dari ikut pelatihan dari Balitsa, dibimbing oleh ketua kelompok, belajar dari buku, dan ada juga yang belajar secara otodidak. Kisaran pengalaman petani responden bertani paprika selama 10- 20 tahun mendominasi sebanyak 7 orang atau 58,33 persen dan sisanya dibawah 10 tahun sebanyak 5 orang atau 41,67 persen. Rata-rata pengalaman bertani paprika adalah 10,42 tahun, mengingat komoditas paprika mulai dibudidayakan di Desa Pasirlangu sejak tahun 1997-an.

Separuh dari petani responden (50%) mengatakan bahwa dengan mengusahakan komoditi paprika lebih menjanjikan dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari pada sayuran biasa. Itulah mengapa kebanyakan petani responden beralih dari petani sayuran biasa (buncis, kol, atau bawang daun)

53 menjadi petani paprika. Alasan lainnya adalah budidaya paprika dapat dilakukan pada lahan yang kecil tapi tetap menguntungkan, tenaga kerja yang diperlukan tidak terlalu banyak, dan harga jual cukup tinggi.

5.3.3. Lama Bergabung dengan Kelompok Tani

Jumlah anggota kelompok tani paprika “Dewa Family” dari awal hingga

saat ini tidak tetap. Ada yang sudah lama jadi anggota, namun ada juga yang baru bergabung. Hingga tahun 2012, jumlah petani yang baru bergabung atau kurang dari 5 tahun sebanyak 6 orang atau 50 persen dari jumlah petani responden, yang

sudah bergabung 5 – 10 tahun sebanyak 1 orang atau 8,3 persen, dan yang lebih

dari 10 tahun sebanyak 5 orang atau 41,7 persen. Sebagian besar alasan petani responden bergabung dengan kelompok tani adalah dapat membantu pemasaran

paprika, permodalan, dan persediaan input produksi.

Peranan kelompok tani yang dirasakan oleh petani responden adalah

terbantu dalam hal pemasaran paprika, ketersediaan modal dan input produksi,

penyedia lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, tempat pembelajaran atau sharing mengenai pembudidayaan paprika hidroponik dan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada anggota.

5.3.4. Jumlah dan Luas Greenhouse yang Dimiliki

Total luas greenhouse yang dimiliki oleh petani responden seluruhnya

mencapai 51.086 m2 dengan kapasitas 171.020 tanaman paprika hidroponik. Rata-

rata luas greenhouse adalah seluas 1.093,32 m2. Berdasarkan hasil wawancara,

petani responden mengusahakan 1 (minimal) sampai 24 (maksimal) unit greenhouse, dengan ukuran terkecil (300 m2) dan terbesar (2.500 m2) per unit.

Luasan total greenhouse yang dimiliki masing-masing petani anggota berkisar

antara 378 – 23.428 m2 dengan kapasitas 1.000 – 79.470 tanaman (Lampiran 2).

Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian dari petani responden (50%)

mengusahakan total area greenhouse antara 1.000 – 5.000 m2. Sedangkan, jumlah

total tanaman paprika hidroponik yang diusahakan sebagian besar responden

(58,33%) berkisar antara 3.500 – 20.000 tanaman.

Sebagian besar greenhouse dimiliki oleh ketua kelompok, hal ini

54 hidroponik. Jika hanya mengandalkan hasil panen dari anggota kelompok, usaha paprika ini tidak akan bertahan lama (Deden Wahyu, komunikasi pribadi). Status

kepemilikan greenhouse petani responden adalah milik sendiri. Sumber

permodalan yang digunakan dalam usahatani berasal dari modal sendiri dan pinjaman, baik dari bank atau kelompok tani.

5.3.5. Komoditas Lain yang Dibudidayakan

Sebagian dari petani responden (58,33%) tidak hanya menanam paprika tetapi juga menanam komoditas lain seperti labu siam, kiuri, bunga potong, buncis, burkol, dan tomat ceri. Namun, sebagian resonden lainnya (41,67%) fokus pada usahatani paprika hidroponik. Berdasarkan hasil wawancara, komoditas lain yang ditanam hanya untuk menambah biaya kebutuhan sehari-hari dan hasilnya tidak dijual ke kelompok tani paprika “Dewa Family”. Sehingga dalam perhitungan analisis pendapatan usahatani, hanya komoditas paprika yang dimasukkan sebagai sumber pendapatan utama.

Dokumen terkait