3.1.2. Konsep Risiko
3.1.2.1. Penilaian Risiko
Indikasi adanya risiko dalam suatu kegiatan usaha dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi atau volatilitas dari hasil yang diperoleh, seperti fluktuasi produksi, harga output, atau pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Namun,
perlu diketahui terlebih dahulu mengenai nilai harapan atau expected return.
Selanjutnya dilakukan dengan pendekatan ragam (variance), standar deviasi
(standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation) (Elton dan Gruber 1995).
1) Return, Probability, dan Expected Return (ER)
Dalam pengambilan keputusan, return memiliki keterkaitan yang erat
dengan peluang (probability) dan nilai harapan atau expected return (Elton dan
Gruber 1995). Return merupakan hasil yang diperoleh, berupa pendapatan,
produksi, atau harga. Peluang atau probability menunjukkan distribusi frekuensi
terhadap suatu kejadian untuk periode waktu tertentu. Besar kecilnya peluang dari suatu kejadian dapat diukur berdasarkan pengalaman yang telah dialami pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Total peluang dari beberapa kejadian
berjumlah satu. Expected return merupakan suatu nilai yang diharapkan dapat
diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan. Nilai harapan (expected return)
diukur dengan menjumlahkan perkalian peluang (probability) dan hasil dari setiap
kejadian (return).
2) Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation
Ketiga ukuran tersebut saling berkaitan satu sama lain. Nilai ragam (variance) sebagai penentu ukuran yang lainnya, diperoleh dari penjumlahan
27
setiap kejadian. Standar deviasi (standard deviation) merupakan akar kuadrat dari
nilai varians. Sementara koefisien variasi (coefficient variation) merupakan rasio
dari standar deviasi dengan nilai harapan (expected return) dari suatu usaha.
Penilaian risiko digunakan untuk melihat seberapa besar dampak yang dihasilkan dari faktor penyebab risiko terhadap penerimaan atau produksi yang diharapkan pelaku usaha. Dalam kegiatan pertanian, seringkali terjadi
kesenjangan produktivitas (yield gap) antara produktivitas potensial dan
produktivitas yang dihasilkan oleh petani. Kesenjangan produktivitas terjadi karena adanya faktor yang sulit untuk diatasi petani, seperti adanya perbedaaan
lingkungan, seperti iklim. Hal ini disebut dengan yield gap I. Disamping itu,
dikenal pula yield gap II yang disebabkan oleh kendala biologi seperti serangan
hama dan penyakit atau perbedaan varietas, dan kendala sosial-ekonomi seperti kebiasaan dan sikap petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan petani, adanya faktor ketidakpastian, atau risiko dalam usahatani (Soekartawi 2002).
Sumber risiko dalam kegiatan pertanian menurut Harwood et al. (1999)
diantaranya: (1) Risiko produksi hasil pertanian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hal yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Hal tersebut berkaitan dengan cuaca buruk, curah hujan, suhu yang ekstrim, salju, serta serangan hama dan penyakit. Di sisi lain, penggunaan teknologi yang tidak tepat juga dapat menimbulkan risiko produksi karena dapat menyebabkan gagal panen, rendahnya produktivitas, dan lain sebagainya. (2) Risiko harga atau pasar dipengaruhi oleh
perubahan harga output dan input pertanian. Perubahan harga tersebut dapat
mempengaruhi struktur biaya produksi. Dimana harga yang diterima pada musim tanam saat ini akan berbeda dengan harga yang diterima petunia pada musim tanam berikutnya. Sehingga megakibatkan fluktuasi pada penerimaan petani. (3)
Risiko personal atau human error ditimbulkan karena adanya perubahan yang
menganggu seperti kematian, cedera, atau kesehatan yang buruk dari tenaga kerja. Selain itu, perubahan tujuan dari individu yang terlibat di dalam perusahaan pertanian memiliki efek yang signifikan terhadap kinerja jangka panjang operasional perusahaan. Contohnya risiko aset yang diakibatkan oleh pencurian, kebakaran, atau kerusakana lainnya pada peralatan atau bangunan.
28 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Desa Pasirlangu menjadi salah satu sentra produksi paprika yang cukup besar di Provinsi Jawa Barat, dikarenakan kondisi topografi yang cocok untuk
budidaya paprika. Kelompok tani paprika “Dewa Family” menjadi salah satu
kelompok tani pionir dalam pengembangan paprika hidroponik di Desa Pasirlangu. Tingginya permintaan paprika kepada kelompok tani, menuntut petani anggota untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Keterbatasan produksi yang dihasilkan dikarenakan masih rendahnya produktivitas maupun kualitas paprika yang dihasilkan.
Selama empat periode tanam (2008 – 2011), produktivitas paprika yang
dihasilkan petani anggota mengalami fluktuasi. Rata-rata produktivitas paprika hidroponik yang mampu dicapai petani anggota pada tahun 2011 adalah sebesar
6,58 kilogram per m2, padahal produktivitas optimal yang dapat dicapai tanaman
paprika sesuai dengan kondisi di Indonesia sebesar 8,00 – 9,00 kilogram per m2
(Gunadi et al. 2006). Kesenjangan produktivitas dan berfluktuatif
mengindikasikan adanya penyimpangan dalam kegiatan produksi paprika hidroponik. Penyimpangan ini terkait dengan risiko produksi pada usahatani paprika hidroponik yang dijalankan petani anggota. Risiko produksi yang terjadi
diduga disebabkan oleh faktor internal atau input produksi seperti benih, tenaga
kerja, dan lain-lain. Selain itu, faktor eksternal atau lingkungan yang tidak dapat dikuasai petani, seperti kondisi cuaca, serta serangan hama dan penyakit.
Dalam penelitian ini, yang pertama dilakukan adalah mengetahui besarnya risiko produksi yang dihadapi oleh petani anggota dalam menjalankan usahatani paprika hidroponik. Namun, sebelum menganalisis tingkat risiko produksi, sumber-sumber risiko produksi yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik diidentifikasi dan dianalisis terlebih dahulu. Selanjutnya, penilaian risiko
menggunakan metode ragam (variance), simpangan baku (standart deviation),
dan koefisien variasi (coefficient variation). Pendapatan merupakan hasil akhir
yang diperoleh petani sebagai bentuk imbalan atas pengelolaan sumber daya yang dimilikinya. Besarnya pendapatan yang diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan petani dalam melakukan usahanya.
29 Setelah itu, penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh
penggunaan faktor produksi (input) terhadap produksi yang dihasilkan (output).
Berdasarkan penelitian sebelumnya dan informasi di lapang, input produksi yang
diduga mempengaruhi hasil produksi paprika hidroponik adalah luas greenhouse,
jumlah benih, nutrisi, pupuk pelengkap cair, insektisida, fungsida, dan tenaga kerja.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran mengenai usahatani
paprika hidroponik bagi petani anggota kelompok tani paprika “Dewa Family”
dan rekomendasi dalam membuat perencanaan produksi, terutama untuk
mengatasi risiko produksi dan meningkatkan produksi selanjutnya. Alur kerangka
30 Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Adanya kesenjangan antara produktivitas paprika hidroponik yang dihasilkan anggota Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”
dengan produktivitas potensial
Apa saja sumber penyebab terjadinya risiko produksi paprika hidroponik di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”.
Seberapa besar tingkat risiko yang dihadapi petani anggota
Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”.
Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produksi paprika hidroponik di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”.
Gambaran dan rekomendasi untuk meningkatkan produksi paprika hidroponik
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik dengan Fungsi Produksi
Cobb-Douglas
Luas greenhouse
Jumlah Benih Nutrisi
Pupuk Pelengkap Cair Insektisida Fungisida Tenaga kerja Input Produksi Paprika Sumber-sumber yang menyebabkan risiko
Besarnya risiko produksi berdasarkan produktivitas, yang dihadapi petani responden
Analisis Risiko Produksi: Nilai harapan (Expected Return),
Ragam (variance), Simpangan baku (standart deviation), Koefisien variasi (coefficient
variation)
31
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Paprika “Dewa Family”, Desa
Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi
tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
kelompok tani paprika “Dewa Family” merupakan salah satu kelompok tani pionir
dalam pengembangan paprika hidroponik di Desa Pasirlangu. Pada tahun 2011, kelompok tani paprika “Dewa Family” tercatat sebagai salah satu pelaku usaha yang berperan dalam membangun ketahanan pangan nasional dan mampu melakukan pemasaran paprika ke pasar domestik bahkan luar negeri. Dibuktikan dari penghargaan yang diberikan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dalam penganugerahan Adhikarya Pangan Nusantara 2011 dengan kategori Kelompok Tani Berorientasi Pasar Ekspor di Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Namun, dalam perkembangannya kelompok tani ini belum pernah dilakukan analisis risiko produksi dan analisis fungsi produksi terhadap budidaya paprika hidroponik. Ketersediaan data dan kesediaan kelompok tani untuk diteliti juga menjadi pertimbangan lainnya. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2012.
4.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara observasi langsung atau menggunakan kuesioner terhadap responden (Nazir 2009). Data primer diperoleh melalui observasi, pencatatan, dan wawancara langsung dengan petani responden, ketua kelompok tani, dan pihak kelompok tani menggunakan kuisioner. Responden dalam penelitian ini adalah petani paprika yang tergabung dalam kelompok tani paprika “Dewa Family”. Jumlah anggota aktif kelompok tani paprika “Dewa Family” adalah 12 orang, sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai responden termasuk ketua kelompok tani. Wawancara dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden, sistem penanaman dan proses produksi, perkiraan penggunaan input
32 produksi dalam satu periode tanam, dan kendala yang dihadapi selama pembudidayaan paprika hidroponik.
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah terdokumentasi sebelumnya (Nazir 2009). Data sekunder digunakan sebagai data penunjang pada penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Pertanian Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat, Buku Profil Desa Pasirlangu, literatur internet, buku, serta penelitian terdahulu berupa jurnal, artikel, dan skripsi yang berkaitan dengan topik dan komoditi penelitian. Data
historis juga digunakan berupa jumlah produksi dari tahun 2008 – 2011 dan data
penunjang lainnya yang diperoleh dari pembukuan kelompok tani. 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum kelompok
tani paprika “Dewa Family”, keragaan usahatani paprika hidroponik, risiko yang
dihadapi petani, dan pengelolaan risiko tersebut. Sedangkan analisis kuantitatif terdiri dari analisis pendapatan, analisis risiko produksi spesialisasi, dan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik. Untuk analisis pendapatan diperoleh dari pengurangan penerimaan dengan biaya total usahatani yang dikeluarkan selama satu periode tanam, dan untuk analisis risiko produksi didasarkan pada produktivitas per greenhouse per periode tanam. Jumlah data yang digunakan
sebanyak 38 unit dari masing-masing greenhouse manual yang dimiliki petani
anggota. Pengolahan data kuantitatif menggunakan softwareMicrosoft Excel 2007
dan MINITAB 14.