• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis risiko produksi cabai paprika di kelompok tani dewa family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis risiko produksi cabai paprika di kelompok tani dewa family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI

KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU

KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

ARYANTI RAMADHAN H34104117

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

i

RINGKASAN

ARYANTI RAMADHAN. Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institusi Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).

Produksi tanaman sayuran di Indonesia yang cenderung meningkat menjadikan sayuran merupakan salah satu komoditas yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Minat masyarakat terhadap sayuran terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga mendorong kebutuhan pangan yang semakin bertambah pula, pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran, serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini membuka peluang akan meningkatnya permintaan sayuran. Di samping itu, sayuran juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia.

Salah satu komoditas sayuran yang penting untuk terus dikembangkan adalah cabai paprika, karena jumlah produksi pada cabai paprika terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. Tingginya permintaan cabai paprika disebabkan oleh semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi cabai paprika sebagai pelengkap masakan. Perubahan pola konsumsi ini memberikan peluang yang besar bagi pasar ekspor maupun pasar lokal cabai paprika.

Fluktuasi produktivitas yang dialami petani dapat mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada usaha cabai paprika. Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalah serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim, dan tenaga kerja.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan budidaya cabai paprika, menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko dan menyusun alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak risiko produksi Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

Penelitian dilakukan pada budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family dengan melakukan pengamatan, wawancara, serta diskusi. Analisis yang bersifat kuantitatif dilakukan untuk menghitung probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi dengan menggunakan alat perhitungan yang sesuai, yaitu metode nilai standar (z-score) untuk menghitung probabilitas risiko dan value at risk (VaR) untuk menghitung dampak dari risiko.

(3)

ii perubahan cuaca sebesar 16,6 persen. Sedangkan analisis dampak dari sumber– sumber risiko memakai metode VaR dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sumber risiko yang disebabkan serangan hama memberikan dampak terbesar disusul serangan penyakit dan perubahan suhu.

Sumber risiko yang disebabkan serangan hama memberikan dampak yang paling besar yaitu Rp 6 876 142, sumber risiko yang disebabkan serangan penyakit menempati urutan kedua yaitu sebesar Rp 5 188 450. Angka tersebut mengindikasikan bahwa sumber risiko akibat serangan hama dan penyakit merupakan sumber risiko yang paling memberikan dampak terhadap usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family, akan tetapi dampak risiko yang berasal dari sumber risiko yang lain harus tetap diperhatikan oleh pihak petani cabai paprika walaupun dampaknya terhitung lebih kecil. Sumber risiko akibat perubahan suhu memiliki dampak terkecil yaitu sebesar Rp 2 643 375. Hasil dari perhitungan dampak risiko produksi selanjutnya akan dikombinasikan dengan hasil perhitungan analisis probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko produksi.

Urutan proses selanjutnya yang dilakukan sebelum merumuskan strategi penanganan risiko adalah melakukan pengukuran risiko sehingga dihasilkan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah terlebih dahulu diidentifikasi. Serangan hama merupakan sumber risiko produksi dengan status risiko dengan nilai 302.550.239, kedua serangan penyakit dengan status risiko sebesar 190.416.098 dan terakhir perubahan suhu dengan nilai 43.880.024.

(4)

iii

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI

KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU

KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT

ARYANTI RAMADHAN H34104117

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

iv Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa

Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

Nama : Aryanti Ramadhan

NRP : H34104117

Disetujui, Pembimbing

Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 1979 03 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditertibkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 April 1990. Penulis adalah anak kedua dari Lima bersaudara dari pasangan Bapak Babam Damini dan Ibunda

Nenden Nenah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Pabaki 1 pada tahun 2001 dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 24 Bandung pada tahun 2004, pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko yang dihadapi oleh usaha tani Bapak Deden. Khususnya risiko produksi dan menganalisis penyebab terjadinya risiko produksi, karena selama ini perusahaan mengalami fluktuasi produksi yang diperoleh.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai buntuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada :

1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Amzul Rifin. Phd selaku dosen evaluator atas evaluasinya terhadap proposal skripsi yang telah disusun.

3. Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen evaluator atas masukannya yang telah diberikan di dalam penyempurnaan sikripsi ini.

4. DR. Ir. Netty Tinaprillia, MSi selaku dosen penguji atas masukkan yang telah diberikan di dalam penyempurnaan penyususnan skrispsi ini.

5. Ir. Burhanuddin, MM yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

6. Seluruh staff dosen secretariat manajemen agribisnis yang telah membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis selama menjalani kuliah dan penyusunan skripsi.

7. Ayahanda (Babam Damini) dan Ibunda (Nenden Nenah) tercinta ysng telah memberikan dukungan doa dan materi mengantarkan penulis pada

satu titik menuju masa depan yang teramat cerah.

8. Kakakku tercinta (Farid Gandar Abdulloh dan Eka Yuda Ginanjar) serta adikku (Aditya Rahman, Fitri Nurul Hikmah dan Ulfa Amelia Anugrah) yang telah memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan sempurna.

(10)

ix 10.Astrid Bagjariani atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar

hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam perbaikan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku (Astri, Dewi N, Dewi M, Riri, Merizka, Adit, Hani) dan seluruh teman-teman Alih Jenis Agribisnis Angkatan1 IPB yang telah membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

(11)

x

2.2. Analisis Risiko Komoditas Pertanian ... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... 16

3.1.1. Konsep Risiko ... 16

3.1.2. Manajemen Risiko ... 17

3.1.3. Pengukuran Risiko ... 20

3.1.4. Pemetaan Risiko ... 21

3.1.5. Konsep Penanganan Risiko ... 21

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 22

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.4.2. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko ... 27

4.4.3. Analisis Dampak Risiko ... 28

4.4.4. Pemetaan Risiko ... 29

4.4.5. Penanganan Risiko ... 30

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

5.1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Dewa Family ... 32

5.2. Wilayah Tanam Cabai Paprika Kelompok Tani Dewa Family .... 32

5.3. Keadaan Tanaman dan Produksi di Kelompok Tani Dewa Family 33 5.4. Organisasi dan Manajemen ... 34

5.5. Sumber Daya ... 35

5.6. Teknis dan Teknologi Produksi ... 35

5.7. Pemasaran Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family ... 44

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA ... 45

6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi ... 45

6.2. Indikator Penentuan Jenis Sumber Risiko Pada Setiap Kejadian . 48 6.3. Analisis Probabilitas Risiko Produksi... 49

(12)

xi

6.5. Pemetaan Risiko Produksi... 53

6.6. Strategi Penanganan Risiko Produksi ... 55

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

7.1. Kesimpulan... 57

7.2. Saran ... 58

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor. Halaman

1. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis

Tanaman Tahun 2009 sampai Tahun 2010 ... 1

2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cabai Paprika

di Pulau Jawa Tahun 2008-2009 ... 3

3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Paprika di

Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 ... 4

4. Kandungan Gizi Cabai Paprika dalam Setiap 100 gram

Cabai Paprika Segar ... 8

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor. Halaman

1. Produksi Aktual Cabai Paprika di Dewa Family Tahun 2012 ... 6

2. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004)... 19

3. Peta Risiko ... 21

4. Kerangka Pemikiran Operasional. ... 24

5. Strategi Preventif Risiko ... 31

6. Strategi Mitigasi Risiko ... 31

7. Struktur Organisasi Kelompok Tani Dewa Family ... 34

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor. Halaman

1. Data Produksi Cabai Paprika ... 62

2. Kuisioner Penelitian ... 63

3. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Serangan Hama... 68

4. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit... 69

5. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Suhu ... 70

6. Analisis Dampak Sumber Risiko Serangan Hama ... 71

7. Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit ... 72

(16)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sayur merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki

kontribusi cukup besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai negara yang agraris, Indonesia memiliki bermacam-macam komoditas sayuran sebagai asset vital negara yang dapat dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat. Potensi pengembangan produksi komoditas sayuran dapat dilihat melalui peningkatan produksi sayuran pada tahun 2007 sampai tahun 2009 sebesar 33,78 persen (Dirjen Hortikultura, 2011). Minat masyarakat terhadap sayuran terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Penduduk Indonesia yang semakin bertambah mendorong kebutuhan sayuran yang semakin bertambah pula, pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran, serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini membuka peluang akan meningkatnya permintaan sayuran. Di samping itu, sayuran juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Perkembangan produksi tanaman sayuran dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman

Sumber: Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Semusim Indonesia, BPS (diolah)

(17)

2 2009 sampai tahun 2010 kecil yaitu sebesar 1,98 persen. Berbeda dengan cabai

paprika yang hasil produksinya paling kecil setiap tahun, tetapi pertumbuhan dari tahun 2009 sampai tahun 2010 merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sayuran lainnya yaitu sebesar 24 persen.

Salah satu komoditas sayuran yang berpotensi untuk terus dikembangkan adalah cabai paprika, karena jumlah produksi pada cabai paprika mengalami perkembangan terbesar dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. Tingginya pertumbuhan produksi cabai paprika disebabkan oleh semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi cabai paprika sebagai pelengkap bahan masakan. Perubahan pola konsumsi ini memberikan peluang yang besar bagi pasar lokal maupun pasar ekspor.

Cabai paprika (Capsicum annum var.grossum) merupakan tanaman sayuran yang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu tahun 1990-an. Pada umumnya cabai paprika digunakan sebagai penyedap bahan makanan, terutama yang berasal dari Eropa dan Amerika. Cabai paprika selain bermanfaat untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga bermanfaat dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan serta bahan

campuran pada berbagai industri pengolahan makanan (Cahyono,2003).

Teknik budidaya cabai paprika pada awalnya dilakukan dilahan terbuka, tetapi sekarang sudah dikembangkan teknik budidaya cabai paprika di bawah naungan (hidroponik). Media yang dipakai dalam membudidayakn cabai paprika di hidroponik adalah arangsekam, karena media tersebut berporos, dapat

menyerap nutrisi, air, oksigen dan mendukung akar tanaman. Sistem pengairan di hidroponik menggunakan cara fertigasi yaitu mencampurkan air dan cairan nutrisi. Keunggulan membudidaya secara hidroponik diantaranya adalah produksi tidak tergantung musim, pemakaian air lebih efisien, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara tradisional di tanah, serta dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas1.

Saat ini penanaman cabai paprika terus dikembangkan karena adanya kebutuhan pasar yang terus meningkat, sehingga cabai paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Salah satu

1

(18)

3 wilayah yang paling banyak memberikan kontribusi dalam memproduksi cabai

paprika di Indonesia adalah Pulau Jawa. Selain melalui nilai perkembangan produksi, prospek pengembangan usaha cabai paprika di Indonesia dapat dilihat melalui peningkatan luas panen cabai paprika di Pulau Jawa pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cabai Paprika di Pulau Jawa Tahun 2008-2009

No Provinsi

Tahun 2008 Tahun 2009 Pertumbuhan

Luas

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian RI (2011)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui pada tahun 2008 sampai tahun 2009 Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur mengalami peningkatan luas panen dan produksi yang signifikan. Provinsi Jawa Barat merupakan penghasil cabai paprika terbesar di Pulau Jawa. Potensi pengembangan cabai paprika di Pulau Jawa dapat dilihat dari meningkatnya luas panen yang digunakan untuk mengusahakan cabai paprika. Provinsi Jawa Barat mengalami pertumbuhan luas panen dari tahun 2008 sampai tahun 2009 sebesar 197,37 persen dan pertumbuhan produksinya sebesar 125,81 persen.. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha komoditas cabai paprika di Provinsi Jawa Barat masih memiliki potensi yang baik.

(19)

4 Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Paprika di Provinsi Jawa

Barat Tahun 2011

Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2011

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa Kabupaten Bandung Barat merupakan sentral produksi cabai paprika dengan luas panen 80 ha dan produksi

yang dihasilkan sebesar 10 .857 ton pada tahun 2011 dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya di Jawa Barat. Daerah yang berpotensi menjadi pengembangan cabai paprika adalah Kabupaten Bandung barat, hal ini dikarenkan hasil produktivitas yang dihasilkan tinggi yaitu sebesar 135.71 ton/ha.

Di Kabupaten Bandung Barat sendiri terdapat beberapa desa yang memproduksi cabai paprika antara lain Desa Pasirlangu. Desa Pasirlangu merupakan daerah agropolitan cabai paprika dan cabai paprika yang dihasilkan petani di daerah tersebut sudah dipasarkan ke pasar lokal dan telah mampu masuk ke pasar ekspor. Desa Pasirlangu merupakan salah satu Desa di Kabupaten Bandung Barat yang berpotensi dan mendukung dalam pengembangan basis pertanian khususnya komoditas cabai paprika.

Salah satu kelompok tani yang terdapat di Desa Pasirlangu adalah kelompok tani Dewa Family. Kelompok Tani Dewa Family membudidayakan tanaman cabai paprika dengan cara hidroponik. Meskipun teknik budidaya cabai paprika menggunakan hidroponik, ternyata dalam membudidayakan cabai paprika Kelompok Tani Dewa Family mengalami kendala, yaitu hasil panen tidak sesuai

dengan harapan sebesar 7.483 kg. Kendala yang terjadi mengidentifikasikan bahwa dalam menjalankan usahanya Kelompok Tani Dewa Family mengalami risiko produksi.

Hasil produksi yang menurun bisa menyebabkan potensi kerugian bagi Kelompok Tani Dewa Family. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperlukan

(20)

5 Kabupaten Bandung Barat di Desa Pasirlangu khususnya di Kelompok Tani Dewa

Family untuk meminimalisir terjadinya risiko produksi.

1.2. Perumusan Masalah

Kelompok Tani Dewa Family di Desa Pasirlangu berdiri pada tahun 1997. Awal mulanya lahan usaha kelompok tani Dewa Family digunakan untuk usaha Bunga Potong dan Labu Siam. Dengan seiringnya keberhasilan yang dicapai dalam mengusahakan cabai paprika, Kelompok tani Dewa Family sekarang hanya

fokus pada cabai paprika. Namun dengan demikian, kelompok tani Dewa Family juga mengusahakan komoditas hortikultura lainnya yang berfungsi sebagai komoditas sampingan, seperti tomat cherry dan Timun Jepang.

Cabai paprika yang dihasilkan Kelompok Tani Dewa Family, dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri. Cabai paprika adalah produk unggulan dan memiliki permintaan terbesar untuk diekspor. Dalam penelitian ini akan dikaji risiko produksi pada tanaman cabai paprika. Cabai paprika juga produk tanaman hortikultura pada umumnya mempunyai sifat mudah rusak dan dibutuhkan dalam bentuk segar.

Dalam mengelola usahanya, Kelompok Tani Dewa Family memiliki risiko yang dihadapi antara lain yaitu risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan oleh serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim dan tenaga kerja. Adanya risiko produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh Kelompok Tani Dewa Family. Hasil produksi cabai paprika pada Kelompok Tani Dewa Family dalam 30 greenhouse memiliki jumlah hasil yang bervariasi ada yang memenuhi standar dan ada juga yang tidak memenuhi standar dapat dilihat pada Lampiran 1.

(21)

6 Gambar 1. Produksi Standar dan Produksi Aktual Cabai Paprika di Dewa Family

Tahun 2012

Gambar 1 menunjukkan bahwa produksi cabai paprika di 30 greenhouse dalam satu siklus musim tanam yang dihasilkan Kelompok Tani Dewa Family

belum semuanya bisa memenuhi standar produksi ada yang masih di bawah standar produksi. Belum memenuhinya hasil produksi dikarenakan adanya risiko dalam proses produksi cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Risiko yang terjadi cenderung megurangi hasil yang diperoleh Kelompok Tani. Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalah Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalahserangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim dan tenaga kerja. Dampak yang paling terlihat dari risiko produksi tersebut adalah penurunan kualitas ataupun penurunan hasil produksi secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi dalam kegiatan budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family?

2. Berapa besar probabilitas dan dampak risiko dari sumber-sumber risiko pada kegiatan budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family? 3. Bagaimana alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko

(22)

7 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan produksi atau budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

3. Menyusun alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak risiko produksi Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil analisis penelitian ini dapat memiliki kegunaan : A. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitian – penelitian berikutnya dengan topik penelitian sejenis. B. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam melakukan budidaya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Komoditas yang dikaji adalah Cabai Paprika. Hal ini dikarenakan Cabai Paprika merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu sayuran ini dapat digunakan pula sebagai obat serta penyedap bahan makan.

(23)

8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Komoditas Cabai Paprika

Cabai paprika (Capsicum annum var.grossum) merupakan tanaman sayuranyang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu sejak tahun 1990-an. Pada umumnya cabai paprika digunakan sebagai penyedap bahan makanan, terutama yang berasal dari Eropa dan Amerika. Cabai paprika mengandung zat gizi yang cukup tinggi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, B, C serta mineral seperti Ca, Fe, P dan K. Rasa dan warna cabai paprika bermacam-macam tergantung varietas yang ditanam. Zat kapsaisin (C16H12O12) yang biasanya terdapat pada buah cabai tidak terkandung dalam cabai paprika, sehingga rasa cabai paprika tidak pedas, bahkan cenderung manis. Oleh karena itu cabai paprika disebut juga cabai manis. (Suhendar E, 2010).

Cabai paprika merupakan salah satu komoditas sayuran yang sehat untuk dikonsumsi. Saat ini cabai paprika mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Jumlah kandungan gizi cabai paprika setiap 100 gram cabai paprika hijau segar

dalam Imam Harjono, 1994. Dikutif olehHeru Prihmantoro dan Y.H. Indriani, 2000.

(24)

9 Cara penanaman cabai paprika secara hidroponik agak berbeda dengan

cara menanam di tanah, namun secara garis besarnya sama yaitu meliputi persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Menanam cabai paprika secara hidroponik lebih menguntungkan dibandingkan secara konvensional karena jumlah produksi yang lebih tinggi, harga jual lebih tinggi, dan produknya lebih berkualitas. (Prihmantoro dan Indriani 2003).

Komoditas cabai paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk, warna, dan ukuran. Umumnya bentuk cabai paprika dibagi menjadi dua bentuk, yaitu yang berbentuk blok atau lonceng dan yang berbentuk lonjong (Hadinata, 2004), tergantung varietasnya. Masing-masing varietas memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berproduksi, bentuk buah, bobot buah, rasa buah, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap hama. Cabai paprika yang dibedakan menurut segi warna utama yaitu, merah, hijau, kuning, dan orange.

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai cabai paprika, antara lain yaitu Ningsih (2005) yang melakukan penelitian mengenai analisis Usahatani Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung serta Waruwu (2011) yang melakukan penelitian tentang

Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.

Ningsih (2005) di Desa Pasir Langu yang menilai pendapatan berdasarkan golongan luas lahan yang dimiliki petani. Berdasarkan hasil penelitiannya, petani golongan I (luas greenhouse >1.900 m2) memiliki biaya total usahatani paprika

(25)

10 produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit,

obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman.

Kedua penelitian juga menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di kedua lokasi berbeda tersebut menguntungkan dan efisien untuk dilakukan karena nilai R/C rasionya lebih besar dari satu. Pendapatan yang diterima petani paprika di Desa Pasir Langu untuk petani golongan I adalah sebesar Rp 8.612.819,20 dengan nilai R/C rasio sebesar 1,9 dan untuk petani golongan II adalah Rp 7.913.911,90 dengan nilai R/C rasio sebesar 1,8 selama satu musim tanam, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani paprika di PT Saung Mirwan atas biaya total adalah sebesar Rp. 95.602.000,00 untuk satu greenhouse seluas 4800 m2 dengan kapasitas 11.000 tanaman.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan kedua penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian. Persamaan lain dengan penelitian Waruwu (2011) terdapat dalam hal pemilihan responden yang merupakan sebuah perusahaan, berbeda dengan Ningsih (2005) yang memperoleh data dari beberapa petani di Desa Pasir Langu. Selain perbedaan lokasi penelitian, perbedaan yang terlihat dari penelitian ini

dengan dua penelitian sebelumnya adalah pada penelitian hasil produksi yang diperoleh dari 30 di greenhouse di satu siklus tanam yang berbeda kemudian digunakan untuk mengetahui risiko produksi berdasarkan sumber-sumber risiko produksi, dampak yang dihasilkan dari sumber risiko produksi dan strategi alternatif untuk meminimalisir terjadinya risiko.

2.2. Analisis Risiko Komoditas Pertanian

Penelitian mengenai risiko sudah banyak dilakukan sebelumnya oleh

(26)

11 Penelitian yang mengkaji tentang risiko produksi menyatakan adanya

risiko produksi yang timbul karena adanya sumber risiko. Sumber risiko mengakibatkan hasil panen yang diperoleh tidak sesuai yang diharapkan, bisa diartikan peningkatan dan penurunan dari target yang ingin dicapai. Penelitian Setyarini (2011) yang berjudul Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik Di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada cabai paprika di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu Malang, terdapat beberapa sumber risiko terdapat beberapa sumber risiko diantaranya serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim yang tidak menentu dan keterbatasan kemampuan tenaga kerja. Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan pengukuran risiko yang dihadapi cabai paprika yaitu dengan menggunkan variance, standard deviation dan coefficient variation. Hasil perhitungan yang akan digunakan adalah hasil perhitungan coefficient variation karena telah memperhitungkan berdasarkan penerimaan. Dari hasil perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh PT. Kusuma Sastria Dinasari Wisatajaya Batu, Malang dalam usaha tani cabai paprika yaitu 0,15. Artinya untuk setiap satu kilogram cabai paprika yang

dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,15 kg pada saat terjadinya risiko produksi.

Penelitian Sembiring (2010) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sembiring melakukan penelitian mengenai sayuran organik untuk

(27)

12 Penelitian Situmeang (2011) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Cabai

Merah Keriting Pada Kelompok Tani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor. Kelompok Tani Menteng dalam melakukan kegiatan budidaya cabai merah keriting menghadapi masalah yaitu risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko produksi antara lain serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Risiko produksi tersebut akan berakibat terhadap kegagalan produksi yang akan menurunkan pendapatan usaha bagi Kelompok Tani Menteng.

Berbeda dengan penelitian Sumpena (2011) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada CV Mushroom Production House Kota Bogor. CV Mushroom Production House melakukan kegiatan budidaya jamur tiram putih menghadapi masalah dalam produksinya. Pada penelitian tersebut terdapat sumber risiko produksi yang dihadapi, yaitu serangan hama, perubahan cuaca, teknologi pengukusan (sterilisasi), kurangnya keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang tepat.

Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode analisis seperti standard deviation, variance dan coefficient variation dan analisis metode nilai standar. Pada penelitian Setyarini (2011), Sembiring (2010) dan Situmeang (2011) menggunakan alat analisis standard deviation, variance dan coefficient variation dalam penelitiannya. Sedangkan pada penelitian Sumpena menggunakan metode nilai standar atau z-score.

Metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui kemungkinan

(28)

13 besarnya probabilitas terjadinya risiko pada suatu usaha, tetapi juga mengukur

dampak yang ditimbulkan risiko dari perusahaan.

Dari hasil perhitungan Ginting (2009) tentang Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, coefficient variantion menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) produksi yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Berdasarkan penelitian Tarigan (2009) tentang Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat, menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0.225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0.048 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat

komoditas adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko

produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

(29)

14 303.698,34. Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa serangan hama yang

paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh perubahan cuaca, teknologi pengukusan (sterilisasi), keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang memadai. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan peta risiko untuk mengklasifikasikan sumber-sumber risiko yang ada, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam mencari alternatif penanganan risiko yang harus dilakukan oleh perusahaan.

Strategi penangan risiko dalam penelitian Ginting (2009) pengelolaan risiko produksi pada Cempaka Baru yang dapat diterapkan adalah strategi Preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyiraman, dimana pada saat kondisi normal dilakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari maka dengan kondisi musim kemarau dilakukan penyiraman minimal empat kali dalam sehari. Kedua, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik

yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Ketiga, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan pentortiran. Keempat, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur

(30)

15 di wilayah setempat, terutama pembudidaya skala kecil yang belum terlalu kuat.

Dengan adanya penggabungan ini diharapkan dapat memberikan kekuatan kebersamaan untuk memajukan secara bersama-sama usaha budidaya jamur ini. Lain halnya dengan strategi dalam penelitian Sembiring (2010), Penanganan untuk mengatasi risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm dapat dilakukan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman, perlakuan pada saat pemanenan dan pengemasan, pengelolan daerah perkebunan dan diversifikasi. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terlihat adanya perbedaan strategi dalam penangan risiko produksi antara penelitian Ginting (2009), Parengkuan (2011) dan Sembiring (2010). Strategi preventif dijadikan alternatif strategi oleh Ginting (2009), sedangkan Strategi preventif dan mitigasi dijadikan alternatif

(31)

16

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam penelitian ini menggunakan kerangkat teoritis yang berasal dari penulisan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif berbagai aspek untuk mendukung dalam penelitian. Pengetahuan, teori, dan dalil tersebut diperoleh dari sumber bacaan atau literatur, jurnal, dan logika penulis. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab-sub bab berikut.

3.1.1. Konsep Risiko

Risiko menunjukkan pada situasi dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Definisi risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian (merugikan) yang dapat diukur oleh pengambil keputusan. Pada umumnya peluang pada suatu kejadian dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman dalam mengelola suatu usaha.

Sementara menurut Darmawi H (2005), risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, sedangkan kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena berbagai hal, antara lain :

1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir, makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.

2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

(32)

17 Menurut Basyib F (2007), risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang

tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-finansial.

Risiko sangat erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko.

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat (Kountur 2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan

atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportinitiy), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko dapat disebut sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang bersifat merugikan.

3.1.2. Manajemen Risiko

Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan

risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko. Sementara itu, definisi manajemen risiko menurut Darmawi H(2005) adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko pada setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi.

(33)

18 yang bersifat merugikan yang terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang

keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan profit. Hal ini penting untuk mengoptimalkan profit dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengelolaan serta koordinasi dalam setiap pengelolaan risiko yang ada. Selain itu dapat dilakukan pengidentifikasian risiko, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekunsi risiko yang ada dan mengkomunikasikan keseluruhan bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada didalam perusahaan.

Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Sumber risiko ini dapat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu risiko lingkungan, risiko proses, dan risiko informasi. Tahap ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko ini terdiri dari tahap pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko yang kemudian akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu dengan

pemetaan risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko ini nantinya akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat untuk pengeloaan risiko yang terjadi (Kountur, 2008).

Menurut Kountur (2008), ada begitu banyak risiko dan tidak mungkin kita dapat mengidentifikasi seluruhnya. Jika kita ingin mengidentifikasi risiko

(34)

19 Jadi tidak semua risiko perlu diidentifikasi, tetapi cukup pada risiko-risiko yang

krusial. Menurut siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai Gambar 2.

Keterangan :

= Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung

Gambar 2. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004)

Tahap 1. Identifikasi risiko

Tahap ini mengidentifikasi apa yang dihadapi oleh perusahaan, langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Tahap 2. Pengukuran risiko

Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya. Menurut Darmawi H (2005) sesudah risiko diidentifikasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.

Tahap 3. Pemetaan risiko

Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan

kepentingan bagi perusahaan, disini dilakukan prioritas risiko mana yang lebih dahulu dilakukan, selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Pemetaan risiko adalah suatu gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.

(35)

20 Tahap 4. Model pengelolaan risiko

Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan model risiko struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain.

Tahap 5. Monitor dan pengendalian

Monitor dan pengendalian penting karena :

1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai rencana.

2. Manajemen perlu memastikan pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif 3. Monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap

kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko perubahan ini berdampak pada pergeseran data risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

3.1.3. Pengukuran Risiko

Menurut Darmawi H (2005), sesudah risiko diidentifikasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu : jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian. Sementara itu, paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu yang ingin diketahui adalah rata-rata nilainya dalam periode anggaran, variasi nilai dari suatu periode ke periode anggaran sebelumnya dan berikutnya dan dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainnya kerugian-kerugian itu ditanggung sendiri.

Pengukuran risiko adalah untuk mengahasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya, sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu

(36)

21 risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan lebih tepat

sesuai dengan status risikonya (Kountur, 2008).

3.1.4. Pemetaan Risiko

Setelah perusahaan selesai melakukan identifikasi risiko maka dilakukan pengukuran risiko. Kountur (2008) mengatakan terdapat dua tujuan utama dari

pengukuran risiko yaitu mencari status risiko dan mencari peta risiko. Status menunjukkan besarnya risiko sehingga manajemen bisa membuat pemisahan antara kejadian yang berisiko dan tidak berisiko. Pemetaan risiko adalah meletakkan kejadian tersebut pada kuadran peta risiko.

Terdapat empat kuadran dengan dua sumbu pada peta risiko yaitu sumbu horizontal yang menggambarkan dampak dari kejadian tersebut dan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko. Kuadran 1 dan 2 merupakan kuadran dengan probabilitas yang besar sementara kuadran 2 dan 4 merupakan kuadran dengan dampak yang besar. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 3.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Gambar 3. Peta Risiko

Sumber: Kountur (2008)

3.1.5. Konsep Penanganan Risiko

Menurut Kountur (2008) berdasarkan hasil dari penilaian risiko dapat diketahui stategi penanganan risiko seperti apa yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan

KUADRAN I KUADRAN II

KUADRAN III KUADRAN IV

(37)

22 dengan beberapa cara, diantaranya : membuat atau memperbaiki sistem dan

prosedur, mengembangkan sumber daya manusia, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah sebagai berikut :

a) Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan komoditi atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan semua komoditi yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b) Penggabungan

Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan

merger atau dengan melakukan akuisisi. c) Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan

melalui aruransi, leasing, autsourcing, dan hedging.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kelompok Tani Dewa Family dalam menjalankan usaha budidaya cabai

(38)

23 Dalam penelitian ini akan melakukan identifikasi sumber-sumber risiko

produksi yang dihadapi oleh Kelompok Tani Dewa Family. Setelah mengetahui sumber-sumber risiko produksi kemudian mengidentifikasi upaya penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Dewa Family. Analisis ini dilakukan dengan analisis deskriptif dengan cara pengamatan langsung tempat penelitian, pencatatan, wawancara dan pngeisian kuisioner dengan ketua kelompok tani. Kemudian melakukan analisis kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) dan dampak risiko produksi cabai paprika yang diakibatkan oleh sumber risiko. Pengukuran kemungkinan terjadi risiko dengan menggunakan analisis nilai standar (Z-score), sedangkan untuk pengukuran dampak dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan dengan menggunakan data produksi cabai paprika ( 30 greenhouse ) pada satu siklus dan harga jual cabai paprika. Hasil dari analisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko produksi selanjutnya dipetakan ke dalam peta risiko yang akan menunjukkan letak dari setiap sumber risiko produksi. Setelah dilakukan peta risiko maka ditemukan alternatif strategi penangan risiko produksi yang tepat untuk mengendalikan dari setiap sumber risiko produksi. Alur dari kerangka

(39)

24 Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional.

Pemetaan risiko dari hasil perhitungan identifikasi probabilitas dan identifikasi dampak

Fluktuasi produksi pada Budidaya

Cabai paprika di kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu, Kabupaten Bandung Barat

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi dengan menggunakan analisis

deskriptif pada aspek produksi

Identifikasi dampak dari sumber-sumber risiko produksi terhadap produktivitas(Metode Value at

Risk)

Identifikasi probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi

terhadap produktivitas menggunakan metode nilai

standar

Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan di Kelompok Tani Dewa Family di Desa

(40)

25

IV.

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di kelompok tani Dewa Family dengan pertimbangan kelompok tani Dewa Family ini adalah salah satu sentral produksi cabai paprika di Kabupaten Bandung Barat. Usaha ini bergerak dalam bidang budidaya cabai paprika dengan jumlah greenhouse 18. Kelompok tani Dewa Family beralamat di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah ketersediaan data dan kesedian pihak anggota kelompok tani Dewa Family. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2012 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Desember 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dengan didukung beberapa data sekunder. Data primer yang diperoleh melalui pengamatan, pencatatan dan wawancara langsung secara mendalam dengan anggota kelompok tani Dewa Family budidaya cabai paprika, untuk melakukan pendalaman lebih jauh dengan pihak yang berkepentingan di kelompok tani baik petani, maupun karyawan kelompok tani Dewa Family untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko yang terjadi di kelompok tani Dewa Family, penyebab risiko yang terjadi pada budidaya cabai paprika, dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan oleh kelompok tani Dewa Family.

Data penunjang lainnya atau data sekunder meliputi luas lahan, harga

(41)

26 berbagai situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan bahan pustaka lain yang

relevan.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family dilakukan dengan cara :

1. Melakukan pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung proses persemaian dan budidaya cabai paprika

yang dilakukan pada 30 greenhouse yang bergabung di Kelompok Tani Dewa Family. Data yang digunakan adalah data dari satu siklus produksi. Fluktuasi produktivitasnya di lihat dari setiap greenhouse. Perhitungan menggunakan data siklus produksi karena ingin diketahui risiko produksi secara keseluruhan proses budidaya cabai paprika, dari mulai persemaian sampai panen terakhir. 2. Melakukan wawancara dengan ketua Kelompok Tani Dewa Family, divisi

produksi dan panjaga greenhouse untuk mengetahui proses persemaian, persiapan greenhouse, penanaman, pemeliharaan dan panen cabai paprika. Mengetahui kendala yang terjadi dan sumber risiko produksi cabai paprika. 3. Melakukan wawancara dengan sekertaris untuk mengetahui jumlah input yang

digunakan, hasil panen, jumlah penjualan, harga cabai paprika per kg dan perkembangan usaha.

4.4. Metode Analisis Data

Metode untuk mengolah data dalam penelitian ini terdiri atas analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif, analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran keadaan umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang diterapkan, dan alternatif strategi untuk mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis nilai standar (z-score) dan value at risk (VaR).

4.4.1. Analisis Deskriptif

(42)

27 secara sistematik, faktual dan akuratmengenai fakta-fakta. Analisis ini untuk

menganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha budidaya cabai paprika di Kelompok tani Dewa Family.

4.4.2. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Pengukuran risiko dilakukan dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha cabai paprika. Dampak adalah ukuran seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko

tersebut benar-benar terjadi. Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Pengukuran pertama dari risiko dilakukan dengan besarmya kemungkinan probabilitas yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan mengetahui besar kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko yang perlu diperhatikan.

Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi budidaya cabai paprika. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko adalah :

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko Adapun rumus yang digunakan :

Keterangan: x = Nilai rata-rata produksi cabai paprika

xi = Data produksi kelompok tani tahun 2012 n = Jumlah greenhouse (30)

(43)

28 Keterangan : S = Standar deviasi risiko produksi

x = Nilai rata-rata produksi cabai paprika

xi = Data produksi kelompok tani tahun 2012 n = Jumlah greenhouse (30)

3. Menghitung z-score

Keterangan : Z = Peluang risiko produksi cabai paprika X = Batas kegagalan produksi dari kelompok tani

x = Nilai rata-rata produksi cabai paprika

S = Standar deviasi risiko produksi cabai paprika

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal z.

4. Nilai Probabilitas terjadinya risiko produksi.

Setelah nilai z-score didapat dari produksi cabai paprika, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal) sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi cabai paprika mendatangkan kerugian.

4.4.3. Analisis Dampak Risiko

Salah satu metode yang sering digunakan untuk mengukur dampak risiko

(44)

29 Keterangan : VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko

x = Nilai rata-rata kerugian dari tiap sumber risiko

Z = Nilai Z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen

s = Standar deviasi kerugian sumber risiko n = Jumlah greenhouse (30)

Pengukuran dampak dilakukan untuk mengukur berapa besar kerugian dalam rupiah risiko pada kegiatan produksi cabai paprika. Apabila ada data tentang kerugian yang terjadi di waktu lalu, besarnya kerugian yang terjadi dapat dihitung. Besarnya kerugian yang diperkirakan ini tidak persis sama dengan yang sesungguhnya terjadi, namun besarnya kerugian dapat ditetapkan dengan suatu tingkat keyakinan.

4.4.4. Pemetaan Risiko

Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko. Peta risiko dibagi ke dalam empat kuadran. Risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak besar berada pada kuadran IV. Risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang besar berada pada kuadran II. Risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang kecil berada pada kuadran I dan risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak yang kecil berada pada kuadran III dan Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 3.

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi dalam dua bagian, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko

(45)

30 Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas pemikiran proporsinya

berada dimana dari hasil penghitungan probabilitas dan damapak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko disebut status risiko, dimana status risiko didapat dari perhitungan sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan status risiko ini, maka akan diketahui mana risiko yang paling besar sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling besar risikonya sampai yang paling tidak berisiko.

4.4.5. Penanganan Risiko

Menurut Kountur (2008), salah satu aspek yang penting dalam manajemen risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menangani risiko-risiko yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika kerugian dapat diminimalkan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat digunakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitasnya besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran I dan II. Dalam penanganan risiko menggunakan strategi preventif, maka risiko yang terdapat pada kuadran I akan bergeser ke kuadran III dan risiko yang terdapat pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV (Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat

pada Gambar 5.

(46)

31 Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Dampak (Rp) Kecil Besar

Gambar 5. Strategi Preventif Risiko

Sumber : Kountur (2008)

2. Mitigasi Risiko

Mitigasi risiko merupakan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk memperkecil dampak risiko yang ditimbulkan. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak besar diusahakan dengan strategi mitigasi dapat bergeser ke Kuadran II ke Kuadran I dan Kuadran IV ke Kuadran III, kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Risiko-risiko yang berada pada kuadran II dan IV yang memberikan dampak besar dapat ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini

dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran II dapat bergeser ke kuadran I. Risiko yang berada pada kuadran IV dapat bergeser ke kuadran III. Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 6.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Dampak (Rp) Kecil Besar

Gambar 6. Strategi Mitigasi Risiko

Sumber : Kountur (2008)

KUADRAN I KUADRAN II

KUADRAN III KUADRAN IV

KUADRAN I

KUADRAN II

KUADRAN III

(47)

32

V.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Dewa Family

Dewa Family adalah salah satu kelompok tani yang bergerak dalam bidang budidaya cabai paprika. Pada awalnya kelompok tani Dewa Family memulai usahanya pada 13 Desember 1997. Pendiri kelompok tani Dewa Family adalah Bapak Deden Wahyu Amaludin yang kini berusia 45 tahun dengan pendidikan sebatas lulusan SMA. Pengalamannya dalam usahatani sudah cukup lama yaitu sekitar 15 tahun. Mulanya Bapak Deden merupakan salah satu anggota kelompok tani paprika di Desa Pasirlangu.

Luas tanaman cabai paprika yang ada di Desa Pasirlangu yang bergabung dengan kelompok tani Dewa Family mencapai 5,2 Ha. Awal mulanya lahan usaha Dewa Family digunakan untuk usaha Bunga Potong dan Labu Siam. Dengan seiringnya keberhasilan yang dicapai dalam mengusahakan cabai paprika ini menjadikan fokus usaha kelompok tani Dewa Family yang sekarang hanya

ditujukan pada cabai paprika. Namun dengan demikian, Dewa Family juga mengusahakan komoditas hortikultura lainnya yang berfungsi sebagai komoditas sampingan, seperti tomat cherry dan Timun Jepang.

5.2. Wilayah Tanam Cabai Paprika Kelompok Tani Dewa Family

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kampung Pondok RT 03/ RW 04, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Batas wilayah dari kelompok tani Dewa Family yaitu, Gunung Burangrang di sebelah utara, Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah di Desa sebelah selatan, Desa Cipada di sebelah barat dan Desa Tugu Mukti di sebelah timur.

(48)

33 Hampir keseluruhan lahan merupakan tanah kering yang subur, ditunjang

iklim dan ketinggian yang dimiliki, lahan kelompok tani Dewa Family ini sangat potensi untuk ditanami sayuran, salah satunya adalah cabai paprika. Ketersediaan pasokan air yang berasal dari air tanah (arthesis) di Cisarua. Topografi desa yang berbukit tetapi memiliki areal lahan datar yang cukup luas dasar bagi pertumbuhan yang baik bagi cabai paprika yang diusahakan di dalam greenhouse.

Lahan yang datar akan memberikan cahaya matahari yang merata pada seluruh tanaman. Areal lahan datar yang luas dan tidak dikelilingi pohon-pohon besar dapat member kondisi greenhouse pun tidak akan terhalang sehingga sangat baik bagi pertumbuhan cabai paprika yang memang sangat memerlukan sinar matahari dalam proses perkembangannya.

5.3. Keadaan Tanaman dan Produksi di Kelompok Tani Dewa Family Tanaman sayuran yang diusahakan di kelompok tani Dewa Family yaitu cabai paprika dengan menggunakan pola monokultur yaitu pola tanam yang dalam satu lahan pertanian hanya ditanami satu jenis tanaman. Pemilihan pola monokultur pada usaha budidaya cabai paprika ini dimaksudkan agar produktivitas dari tanaman cabai paprika dapat maksimal dan memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun ekspor. Pola monokultur yang diterapkan kelompok tani Dewa Family menggunakan greenhouse sebagai naungan, budidayanya menggunakan hidroponik dan juga disertai dengan penanganan pasca panen yang baik. Hal ini dilakukan guna mengendalikan tingkat serangan hama, penyakit, menjaga kualitas produk agar tetap segar, bersih, dan tentunya aman untuk dikonsumsi. Selain itu, untuk mengontrol jumlah produksi agar tetap stabil yang disesuaikan dengan tingkat permintaan konsumen.

(49)

34 5.4. Organisasi dan Manajemen

Organisasi merupakan mekanisme dan struktur yang membantu manusia untuk mencapai tujuannya secara efektif. Sedangkan struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan memerlukan suatu pengorganisasian yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar setiap orang yang. terlibat dalam suatu organisasi dapat bekerja lebih terarah, terencana dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya.

Perusahaan dalam menjalankan kegiatan setiap harinya harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah diorganisasikan dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan. Untuk menjalankan segala perencanaan tersebut, haruslah disusun suatu struktur organisasi yang baik agar dapat membantu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, diharapkan semua sumberdaya manusia yang dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk

menjalankan serta mengembangkan perusahaan. Secara garis besar struktur organisasi yang dimiliki oleh kelompok tani Dewa Family dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Struktur Organisasi Kelompok Tani Dewa Family DIVISI PASCA PANEN

KUSNADI KETUA KELOMPOK

DEDEN WAHYU A

SEKERTARIS NIA HERLINA

DIVISI PRODUKSI EDI / ENUR

DIVISI SAPRODI IWAN BENDAHARA

(50)

35 Struktur Organisasi kelompok tani Dewa Family terdiri dari seorang ketua

kelompok tani, sekertaris, bendahara, divisi produksi, divisi saprodi dan divisi pasca panen. Manajemen pengelolaan usaha dan pengadaan input diserahkan sepenuhnya kepada ketua kelompok tani. Ketua kelompok tani Dewa Family selaku pengontrol seluruh kegiatan, telah melakukan pembagian kewenangan yang dibagi menjadi tiga tugas pokok pengontrolan kepada beberapa pekerja tetapnya.

5.5. Sumber Daya

Perusahaan memiliki sumerdaya fisik dan sumberdaya finansial dalam menjalankan usahanya. Sumberdaya fisik berupa lahan, peralatan serta kualitas tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Sumberdaya finansial merupakan modal yang dimiliki oleh kelompok tani Dewa Family dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Dalam menjalankan sebuah usaha, aspek sumberdaya manusia memegang peranan yang sangat penting agar tujuan untuk mencapai keberhasilan dapat diperoleh. Karyawan atau tenaga kerja di kelompok tani Dewa Family terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan, saat ini kelompok tani Dewa Family memiliki tenaga kerja berjumlah 31 orang. Jumlah pekerja tetap yang bertanggung jawab dalam greenhouse yaitu 18 orang dengan pekerja harian 8 orang, sedangkan pekerja tetap di gudang berjumlah 5 orang. Jumlah ini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kepentingan di lapangan. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha budidaya dengan sistem hidroponik irigasi tetes di kelompok tani Dewa Family relatif tidak banyak, akan tetapi memerlukan persyaratan tingkat keterampilan khusus. Diasumsikan budidaya cabai paprika seluas 1.000 m2

dengan populasi tanaman sebanyak 4.000 tanaman membutuhkan tenaga kerja hanya sebanyak dua orang untuk melaksanakan seluruh proses budidaya dari pembibitan sampai pemanenan yang terdiri dari pekerja tetap dan pekerja harian.

5.6. Teknis dan Teknologi Produksi

Kegiatan usaha cabai paprika di kelompok tani Dewa Family dapat berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan wilayahnya yang cocok untuk

Gambar

Gambaran Komoditas Cabai Paprika ..........................................
Gambar 1. Produksi Standar dan Produksi Aktual Cabai Paprika di  Dewa Family
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional.
Gambar 5.   Strategi Preventif Risiko
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari perhitungan probabilitas dan dampak dari tiap-tiap sumber risiko produksi, selanjutnya dikombinasikan untuk mengetahui status risiko dari setiap risiko,

Analisis probabilitas dan dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko telah dilakukan. Selanjutnya, dalam manajemen risiko perusahan perlu mengetahui

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sumber-sumber risiko produksi pada Pasir Gaok Fish Farm, menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko yang

Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai sumber, probabilitas, dan dampak dari risiko produksi yang terdapat pada usaha pembenihan lele dumbo

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi risiko yang terdapat pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana (2)

[r]

Penelitian yang dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi bertujuan untuk mengetahui kondisi dan tingkat risiko produksi yang dilami petani tomat dan cabai merah

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Risiko Harga Dan Pendapatan Pada Usahatani Cabai