• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Risiko Bahan Baku Produk Karangan Bunga di Pasar Bunga Wastukencana Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Risiko Bahan Baku Produk Karangan Bunga di Pasar Bunga Wastukencana Bandung"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN RISIKO BAHAN BAKU

PRODUK KARANGAN BUNGA

DI PASAR BUNGA WASTUKENCANA BANDUNG

SKRIPSI

MARKHAMAH H34086053

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

MARKHAMAH. Manajemen Risiko Bahan Baku Produk Karangan Bunga di Pasar Bunga Wastukencana Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan HARMINI).

Kesejahteraan masyarakat yang meningkat diikuti oleh meningkatnya pendapatan dan gaya hidup menuju ke alam (green living movement) mengakibatkan perkembangan pola konsumsi masyarakat yang tidak terpaku lagi pada pemenuhan kebutuhan dasar, melainkan sudah menuntut suasana lingkungan nyaman, sehat, dan menarik (keindahan/estetika) serta kebutuhan saling menghargai antar individu. Produk karangan bunga difungsikan sebagai ucapan dalam berbagai acara atau perayaan, juga sebagai simbol penghargaan antar individu. Pasar Bunga Wastukencana merupakan salah satu pusat perdagangan tanaman hias, bunga potong dan produk-produk bunga lainnya terbesar di Kota Bandung. Karakteristik penjualan produk karangan bunga, terlihat pada jumlah permintaan yang tidak menentu, latar belakang konsumen tertentu, serta bahan baku utama yang bersifat perishable dan adanya sistem perjanjian pengiriman bahan baku yang bersifat tetap (abodemen). Studi kasus dilakukan padaFloristX yang memiliki permasalahan berupa risiko dalam usaha penjualan produk karangan bunga. Dari beberapa karakteristik di atas, risiko yang dihadapi oleh FloristX, salah satunya adalah risiko bahan baku. Penggunaan bahan baku yang ideal adalah sebesar 100 ikat setiap periode pengiriman, namun dalam kenyataanya penggunaan bahan baku bisa lebih kecil atau lebih besar dari jumlah pasokan bahan baku, yang mengakibatkan pemakaian bahan baku tidak menentu, sehingga dapat menimbulkan kerugian yang menyebabkan adanya fluktuasi pendapatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi risiko yang terdapat pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana (2) Menganalisis probabilitas dan dampak risiko bahan baku (3) Menyusun alternatif strategi pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana dalam mengantisipasi risiko yang terjadi. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwaFloristX merupakan salah satu florist yang sudah lama bergelut dalam usaha penjualan produk karangan bunga sejak Pasar Bunga Wastukencana berdiri. Waktu pengumpulan data dimulai pada bulan Juli sampai Agustus 2010.

Pengukuran risiko terbagi menjadi dua, yaitu pengukuran yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran yang bersifat kuantitas dilakukan dengan menggunakan Metode Nilai Standar (Z-score) dan Value at Risk. Sedangkan pengukuran yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan Metode Aproksimasi, yaitu dengan menggunakanExpert Opinion.

(3)

mengalami kekurangan bahan baku, hingga harus mencari pasokan lain di luar abodemen yang harganya dua kali lipat dari harga normal. Risiko lainnya adalah sistem quality control yang kurang baik dari petani pemasok bahan baku, sehingga menyebabkan pasokan bahan baku tidak 100 persen berkualitas baik dan memenuhi standar. Selain itu, belum adanya penanganan yang tepat terhadap bahan baku oleh Florist X, sehingga apabila terjadi penumpukkan bahan baku, akan mengakibatkan banyaknya bakteri pembusukan yang dapat menyebar ke bahan baku yang baru, sehingga dapat mengakibatkan pembusukkan massal. Dari hasil pengukuran risiko dengan menggunakan Z-score dan Value at Risk, nilai probabilitas penggunaan bahan baku yang lebih kecil dari 80 ikat dan lebih besar dari 120 ikat pada Florist X adalah 52,6 persen, sedangkan nilai Value at Risk yang diperoleh sebesar Rp 200.220,515. Dalam peta risiko, risiko bahan baku terdapat pada kuadran I.

Strategi penanganan risiko yang dilakukan terbagi menjadu dua, yaitu: preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk sumber risiko yang berada pada kuadran I dan II. Strategi mitigasi diakukan untuk sumber risiko yang berada pada kuadran I dan III. Penganganan preventif bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Penanganan preventif yang dilakukan berupa memperbaiki sistem pasokan bahan baku (abodemen). Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peramalan terhadap penjualan periode berikutnya. Identifikasi kebutuhan bahan baku pada periode-periode mendatang dapat diketahui dengan menghubungkan data penjualan selama satu tahun yang lalu dengan data penggunaan bahan bakunya, kemudian menganalisis penyebab dari naik turunnya permintaan. Secara historis, Florist X dapat melakukan peramalan penjualan untuk periode-periode berikutnya, kemudian diturunkan dalam kebutuhan bahan baku untuk periode berikutnya, sehingga pemesanan bahan baku dapat diantisipasi. Strategi selanjutnya adalah melakukan penanganan yang baik dan tepat dalam menjaga kesegaran dan kualitas bahan baku. Selain itu, mengembangkan sumber daya manusia serta memasang dan memperbaiki fasilitas fisik.

Sedangkan penanganan mitigasi bertujuan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko. Penanganan mitigasi yang dilakukan berupa melakukan kerjasama dengan florist-florist yang lain dalam mengatasi kelebihan bahan baku, melakukan penggabungan dengan beberapa florist dalam pemesanan bahan baku pada pemasok bahan baku, melakukan diversifikasi usaha, diantaranya dengan menciptakan unit usaha sendiri yang melakukan penjualan bunga secara eceran dan juga bentuk buket, dan penggunaan bunga dari kertas sebagai pengganti sementara untuk bunga potong apabila terjadi kelangkaan pada bunga potong. Selain itu, melakukan kontrak dengan Koppas Bunga Wastukencana dalam hal bantuan pinjaman modal, meningkatkan tanggungjawab kerja dan ketampilan melaluibriefing danjobdeskyang jelas, dan pada saat pemesanan, konsumen membayar uang muka sebesar 30-50 persen dari harga produk, hal ini untuk memperkecil risiko piutang tak tertagih.

(4)

MANAJEMEN RISIKO BAHAN BAKU

PRODUK KARANGAN BUNGA

DI PASAR BUNGA WASTUKENCANA BANDUNG

MARKHAMAH H34086053

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Manajemen Risiko Bahan Baku Produk Karangan Bunga di Pasar Bunga Wastukencana Bandung

Nama : Markhamah

NIM : H34086053

Disetujui, Pembimbing

Ir. Harmini, MSi. NIP. 19600921 198703 2 002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Illahi Rabbi atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Risiko Bahan Baku Produk Karangan Bunga di Pasar Bunga Wastukencana Bandung”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat risiko bahan baku dan alternatif strategi penanganan risiko usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana Bandung.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Manajemen Risiko Bahan Baku Produk Karangan Bunga di Pasar Bunga Wastukencana Bandung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2010

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu, Jawa Barat pada tanggal 08 Januari 1987 sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Suwardi, M.Pd. dan Ibu Tati Hartati.

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Harmini, MSi. Selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan, waktu serta kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberi do’a, kasih sayang, dukungan moral dan materiil untuk ananda tercinta.

3. Pihak Pasar Bunga Wastukencana dan Puspa Indah Forist atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

4. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan V atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan dan ketulusan dari sebuah persahabatan.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL. ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Agribisnis Florikultura ... 11

2.2 Karakteristik Komoditas Flotikultura ... 13

2.3 Produk Karangan Bunga ... 13

2.4 Definisi dan Peran Florist ... 15

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko ... 22

3.1.2 Sumber Risiko ... 23

3.1.3 Sikap Individu Terhadap Risiko... 25

3.1.4 Manajemen Risiko... 29

3.1.5 Proses Pengelolaan Risiko ... 29

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 37

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 37

4.3 Metode Pengolahan Data... 38

4.3.1 Analisis Deskriptif... 38

4.3.2 Pengukuran Risiko... 39

4.3.3 Pemetaan Risiko ... 42

(11)

ii

V. GAMBARAN UMUM... 49

5.1 Pasar Bunga Wastukencana ... 49

5.2 KarakteristikFloristX ... 49

5.3 Produk Karangan Bunga... 50

5.4 Kegiatan Penjualan Produk Karangan Bunga... 54

5.4.1 Penyediaan Bahan Baku ... 54

5.4.2 Dekorasi (Proses produksi) ... 55

5.4.3 Pemasaran ... 55

VI. ANALISIS RISIKO BAHAN BAKU PRODUK KARANGAN BUNGA ... 56

6.1 Identifikasi Sumber Risiko ... 56

6.1.1 Unit Produksi... 56

6.1.2 Unit Pemasaran (Penjualan)... 57

6.1.3 Unit Pasar... 58

6.1.4 Unit Sumber Daya Manusia ... 58

6.1.5 Unit Keuangan... 59

6.2 Analisis Kuantitatif Risiko Bahan Baku... 62

6.2.1 Analisis Probabilitas Risiko Bahan Baku ... 63

6.2.2 Analisis Dampak Risiko Bahan Baku... 67

6.3 Pemetaan Risiko Bahan Baku... 70

6.4 Strategi Penanganan Risiko ... 71

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

7.1 Kesimpulan ... 84

7.2 Saran... ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(12)

iii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun 2007-2008 (Milyar Rupiah) ... 1 2. Data Pedagang Tanaman Hias dan Kelembagaan Kelompok Tani

di Kota Bandung Tahun 2008 ... 5 3. Pemanfaatan Jenis Bunga Potong dalam Berbagai Kegiatan ... 14 4. Daftar Penelitian Terdahulu... 21 5. Jenis, Kualifikasi, dan Pemakaian Bahan Baku Produk Karangan

Bunga padaFloristX ... 51 6. Data Penggunaan Bahan Baku Setiap Periode Abodemen

PadaFloristX Periode Juni-Juli 2010 (ikat) ... 64 7. Hasil Analisis Probabilitas Risiko pada Usaha Penjualan Produk

Karangan BungaFloristX Periode Juni-Juli 2010 ... 66 8. Dampak Risiko Bahan Baku pada Florist X

Periode Juni-Juli 2010 ... 69

9. Data Penjualan dan Pemakaian Bahan Baku Florist X

(13)

iv DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Pendapatan Usaha Penjualan Produk Karangan Bunga

padaFloristX di PWB Periode Juni-Juli 2010... 7

2. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan ... 26

3. Hubungan Fungsi Kepuasan, Pendapatan, dan Ukuran Tingkat Kepuasan ... 27

4. HubunganRiskdanReturn... 28

5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan... 30

6. Alur Kerangka Pemikiran Operasional... 36

7. Diagram Pemetaan Risiko ... 44

8. Peta Preventif Risiko ... 45

9. Peta Mitigasi Risiko ... 46

10. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko... 48

11. Struktur OrganisasiFloristX... 50

12. Peta Hasil Identifikasi Risiko... 61

13. Hasil Pemetaan Risiko... 71

14. Strategi Preventif Risiko... 77

15. Strategi Mitigasi Risiko ... 80

(14)

v DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Pendapatan Usaha Penjualan Produk Karangan Bunga Pada Floristdi PBW per Periode Pengiriman Barang dari Bulan Juni

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hortikultura merupakan salah satu sektor agribisnis yang banyak memberikan kontribusi bagi pendapatan nasional Indonesia. Kontribusi komoditas hortikultura tercermin dalam Produk Domestik Bruto (PDB) yang menjadi salah satu indikator ekonomi makro bagi pendapatan nasional. Kontribusi komoditas hortikultura terhadap pembentukan PDB memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat, pada tahun 2007 total nilai PDB sebesar 76.795 milyar rupiah dan mengalami peningkatan sebesar 4,55 persen pada tahun 2008 yakni sebesar 80.292 milyar rupiah. Peningkatan persentase PDB tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi di berbagai sentra produksi dan kawasan hortikultura, meningkatnya luas areal produksi dan areal panen, serta meningkatnya nilai ekonomi dan nilai tambah produk hortikultura yang cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya1. Peranan Komoditas Hortikultura dalam meningkatkan PDB Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun 2007-2008 (Milyar Rp)

3 Tanaman Hias 4.741 6.091 28,48

4 Biofarmaka 4.105 4.118 0,32

Total 76.795 80.292 4,55

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura www.sinartani.com (21 Mei 2010) (diolah)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa komoditas hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka. Masing-masing dari komoditas hortikultura mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2008. Dari

1

(16)

data tersebut terlihat bahwa komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan cukup tajam adalah komoditas tanaman hias atau florikultura, nilai PDB florikultura mengalami peningkatan sebesar 1.350 milyar rupiah atau sekitar 28,48 persen. Sedangkan peningkatan nilai PDB terendah untuk komoditas hortikultura yaitu biofarmaka sebesar 13 milyar rupiah atau sekitar 0,32 persen.

Florikultura merupakan salah satu subsektor yang memiliki potensi sebagai pusat pertumbuhan baru sektor pertanian. Selain itu florikultura di Indonesia menjadi salah satu industri yang sedang dikembangkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata serta menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Menurut Saragih (2001), Agribisnis florikultura adalah keseluruhan kegiatan bisnis yang terkait dengan bunga-bungaan dan terdapat tiga alasan yang mendukung perkembangan florikultura di Indonesia yaitu: (1) Potensi keragaman jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (2) Potensi pasar produk tanaman hias baik domestik maupun ekspor, dan (3) Potensi ketersediaan lahan bagi pengembangan tanaman hias di Indonesia yang masih cukup luas.

Perkembangan florikultura di Indonesia telah dimulai pada akhir 1980-an ketika para petani dapat memenuhi kebutuhan primernya dari usaha tanaman hias. Pengusahaan bunga dan tanaman hias ternyata mampu mengubah pola usahatani dari sekedar hobi menjadi usaha komersial yang prospektif. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian, pertumbuhan penduduk, pertumbuhan pemukiman dan industri pariwisata maka area produksi tanaman hias pun semakin meningkat walaupun dengan persen peningkatan yang rendah. Pada tahun 1993 area produksi tanaman hias tercatat mencapai 1.823 hektar dan pada tahun 1995 menjadi 1.996 hektar, atau meningkat satu persen per tahun. Menurut Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo), Agribisnis florikultura termasuk tangguh melalui masa krisis ekonomi dan moneter di Indonesia pada tahun 1997-19982.

Produksi tanaman hias di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2007 sebesar 179.374.218 tangkai, hal ini membuktikan bahwa potensi Indonesia terhadap Agribisnis florikultura sangat besar.

2

(17)

3 Berikut perkembangan produksi tanaman hias di Indonesia periode 2003-2007 pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2003-2007

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura

www.hortikultura.go.id (23 Nopember 2010) Ket :1) Satuan Produksi dalam Batang

2

) Satuan Produksi dalam Kg 3

) Satuan Produksi dalam pohon

Kota Bandung adalah salah satu kota yang akan dijadikan sebagai Kawasan Percontohan Agribisnis Perkotaan (Dispertan Kota Bandung 2008) yang diharapkan pada masa yang akan datang mampu menjadi suatu Kawasan Pengembangan Tanaman Hias yang representatif, sehingga mampu meningkatkan produksi, kualitas, dan pendapatan bagi masyarakat di Kota Bandung. Harapannya adalah mampu memiliki fasilitas pengembangan tanaman hias yang lengkap seperti sentra penjualan yang dilengkapi dengan adanya jasa konsultasi, pelatihan dan pendidikan, ruang pameran, klinik tanaman hias, Jasa dekorasi, landscaping, jasa pembuatan taman dan pusat informasi tanaman hias yang dikelola oleh petani.

(18)

peningkatan 77,15 pada tahun 2003 menjadi 78,09 pada tahun 2007. Salah satu komponen penentu IPM tersebut adalah daya beli, yang dapat digunakan untuk meninjau tingkat kesejahteraan masyarakat juga tingkat pemerataan kesejahteraannya. Sedangkan nilai indeks daya beli masyarakat Kota Bandung tahun 2005 sebesar 63,84 poin atau setara dengan 574.120 rupiah. Angka daya beli ini sedikit lebih tinggi dari angka daya beli Propinsi Jawa Barat.

Menurut Dinas Pertanian Kota Bandung, salah satu strategi yang tepat dalam pengembangan pertanian di Kota Bandung ialah dengan mengembangkan pertanian perkotaan melalui pemilihan komoditas pertanian unggulan yang memiliki produktivitas tinggi, mempunyai nilai ekonomis tinggi, memiliki peluang pasar terbuka dan berdaya saing, salah satunya adalah komoditas florikultura.

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang diikuti oleh peningkatan pendapatan dan gaya hidup menuju ke alam (green living movement), menciptakan perkembangan pola konsumsi masyarakat yang tidak terpaku lagi pada pemenuhan kebutuhan dasar, melainkan sudah menuntut suasana lingkungan nyaman, sehat, dan menarik (keindahan/estetika) serta kebutuhan saling menghargai antar individu3. Di kota-kota besar seperti Bandung, persepsi masyarakat terhadap produk bunga semakin positif, sehingga penggunaan produk bunga khususnya bunga potong tidak hanya terbatas untuk sekedar hiasan, tetapi dapat difungsikan sebagai ucapan dalam bentuk karangan bunga (ucapan selamat dan bela sungkawa).

Selain itu, produk bunga juga dapat digunakan sebagai bahan dekorasi dalam berbagai acara, seperti pesta pernikahan, khitanan, peresmian gedung, ulang tahun, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi bunga di kota-kota besar semakin meningkat, prospek usaha rangkaian bunga cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial. Hal tersebut selaras dengan meningkatnya PDB tanaman hias pada tahun 2008 (Tabel 1), oleh karena itu pemerintah perlu memperhatikan komoditas florikultura tersebut.

3

(19)

5 Salah satu produk bunga potong yang memiliki nilai tambah adalah produk karangan bunga. Produk karangan bunga difungsikan sebagai perwakilan ucapan atau penyampaian isi hati si pengirim kepada si penerima. Produk karangan bunga biasanya dijual oleh toko bunga (florist) dengan merubah bentuk bunga potong segar menjadi sebuah bentuk karangan disertai dengan tulisan pada papan bunga. Pada perkembangan selanjutnya dalam usaha dan budidaya produk-produk florikultura, mampu meningkatkan pendapatan petani sehingga berpengaruh besar terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga petani. Selain itu dapat memberikan dampak positif yang lebih luas yaitu terciptanya Kawasan Agrowisata. Banyaknya kegiatan-kegiatan resmi seperti pernikahan membutuhkan berbagai produk-produk bunga, sehingga pasokan produk bunga cukup tinggi. Industri tanaman hias yang juga dikembangkan adalah pelayanan jasa konsultasi pembuatan taman/landscaping, penataan dekorasi ruangan, rental tanaman, produk-produk karangan dan rangkaian bunga, pelatihan perbanyakan tanaman dengan penerapan teknologi kultur jaringan, dan toko-toko bunga (florist).

Menurut data dari Dinas Pertanian Kota Bandung (2008), total jumlah petani dan pedagang masih sekitar 512 orang dengan total luas areal usaha tanaman hias 9,14 hektar, masih memiliki potensi pengembangan areal sekitar 16 hektar. Omzet penjualan tanaman hias dan produk-produk bunga lainnya di Kota Bandung berkisar 1.972.450.000 rupiah per bulan atau setara dengan 23.669.400.000 rupiah per tahun.

(20)

menunjukkan data pedagang tanaman hias dan kelembagaan kelompok tani di Kota Bandung tahun 2008 beserta luas lahan usahanya.

Tabel 3. Jumlah Pedagang Tanaman Hias dan Jumlah Kelompok Tani di Kota Bandung Tahun 2008

1 Arcamanik 1 4 1.950 Kelompok Tani Kebon Cisaranten

2 Bandung

3 Buahbatu 1 9 1.049 Kelompok Tani Pertiwi

4 Cibeunying

7 Gedebage 1 10 10.000 Kelompok Tani Gotong Royong 8 Kiaracondong 1 10 1.122 Kelompok Tani Javanica

9 Lengkong 1 10 1.622 Perkumpulan Pedagang tanaman Hias Turangga

10 Rancasari 1 25 6.125 Kelompok Tani Kembang Rancasari

11 Regol 1 43 1.670 Kelompok Pedagang Bunga dan Tanaman Hias Tegalega

12 Ujungberung 3 23 2.896 Kelompok Tani Cattleya, Mitra Asri, dan Paci 07

Sumber : Dinas Pertanian Kota Bandung (2008)

(21)

7 Bunga Wastukencana dapat dijadikan sampel untuk menganalisis bagaimana gambaran risiko dari usaha penjualan produk karangan bunga di Kota Bandung.

1.2 Perumusan Masalah

Pasar Bunga Wastukencana merupakan pasar bunga terbesar di Kota Bandung yang berdiri sejak tahun 1950 dalam usaha penjualan produk karangan bunga. Pasar Bunga Wastukencana memiliki 28 kios bunga (florist) yang memiliki kesamaan dalam usahanya yaitu dari jenis dan bentuk produk yang dijual, harga produk, status usaha, teknik pemasaran, dan pasokan bahan baku dari masing-masing florist. Studi kasus dalam penelitian ini adalah Florist X yang merupakan florist yang berdiri paling lama sejak tahun 1970 di Pasar bunga Wastukencana. Usaha penjualan produk karangan bunga padaFloristX di Pasar Bunga Wastukencana tidak bisa lepas dari risiko usaha dalam setiap kegiatannya. Risiko terjadi pada tiap aktivitas usahanya. Produk karangan bunga berbeda dengan produk bunga potong lainnya. Produk karangan bunga biasanya dijual pada florist-florist yang berskala usaha kecil, namun omzet penjualan dapat dikatakan sangat tinggi karena produk karangan bunga memiliki nilai tambah yang besar. Permintaan produk ini tergantung dari banyaknya konsumen yang membutuhkan karangan bunga sebagai perwakilan ucapan dalam suatu kegiatan perayaan atau acara. Oleh karena itu, permintaan produk karangan bunga setiap hari tidak dapat diprediksi jumlahnya. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut Florist X membutuhkan manajemen risiko yang baik untuk meminimalisir dampak dari risiko tersebut, terutama yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang akan digunakan.

(22)

maupun swasta, perusahaan, dan lain sebagainya. Karakteristik selanjutnya adalah bahan baku utama berupa bunga potong yang bersifat perishable/mudah rusak serta adanya sistem perjanjian pengiriman bahan baku (abodemen).

Dari beberapa karakteristik di atas, usaha penjualan produk karangan bunga padaFloristX di Pasar Bunga Wastukencana memiliki risiko. Risiko yang dihadapi olehFloristX, salah satunya adalah risiko yang terjadi pada bahan baku utama seperti bunga potong segar (Crysant, Gladiol, Suyok, Dahlia, Hebras, Rose, dan Baby Aster) yang bersifat mudah rusak dan terikat dalam sistem perjanjian abodemen, yaitu pengiriman bahan baku yang waktu, harga, dan jumlahnya tetap dan kontinyu setaip periode pengiriman. Tabel 4 memperlihatkan pemakaian bahan baku selama 18 periode pada bulan Juni-Juli 2010 padaFloristX.

(23)

9 bahan baku yang ideal adalah sebesar 100 ikat setiap periode pengiriman, namun dalam kenyataanya penggunaan bahan baku bisa lebih kecil atau lebih besar dari jumlah pasokan bahan baku. Apabila bahan baku yang terpakai lebih kecil dari 100 ikat, maka bahan baku menjadi bersisa atau tidak terpakai. Sedangkan pada saat pemakaian bahan baku lebih besar dari 100 ikat, maka Florist X mencari pasokan bahan baku di luar pasokan abodemen yang harganya dua kali lipat dari harga normal. Keadaan ini mengakibatkan adanya risiko kerugian yang dihadapi Florist X dan dapat berpengaruh pada pendapatan yang berfluktuasi. Fluktuasi tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 1. Pendapatan Usaha Penjualan Produk Karangan Bunga padaFloristX di Pasar Bunga Wastukencana Periode Juni-Juli 2010

(24)

Pada penelitian ini, pengukuran risiko dan strategi penanganannya dapat membantu Florist X untuk mengetahui seberapa besar tingkat risiko dari pemakaian bahan baku yang dihadapi sehingga risiko dapat dikendalikan dan diantisipasi olehFloristX dengan melakukan strategi-strategi penanganan risiko. Risiko di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak risiko yang dihadapiFlorist X dalam menjalankan usahanya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada usaha penjualan produk karangan bunga padaFloristX di Pasar Bunga Wastukencana?

2. Bagaimana dampak risiko pada usaha penjualan produk karangan bunga? 3. Bagaimana alternatif strategi usaha penjualan produk karangan bunga dalam

mengantisipasi risiko yang terjadi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi risiko yang terdapat pada usaha penjualan produk karangan bunga padaFloristX di Pasar Bunga Wastukencana.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko bahan baku.

3. Menyusun alternatif strategi pada usaha penjualan produk karangan bunga padaFloristX dalam mengantisipasi risiko yang terjadi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

(25)

11 2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai acuan dan perbandingan mengenai analisis risiko usaha untuk penelitian selanjutnya, serta dapat memberikan ide bisnis produk karangan bunga (florist).

3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pengalaman, informasi, dan wawasan baru sekaligus untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan pada kondisi aktual di masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Beberapa ruang lingkup penelitian analisis risiko penjualan produk-produk karangan bunga adalah:

1. Produk yang dikaji adalah produk karangan bunga yang jenisnya terdiri dari papan bunga ucapan (krans, standing flower, stik bahagia, stik sukses, stik duka cita). Komoditas ini adalah produk unggulan dari sebagian besarflorist di Pasar Bunga Wastukencana.

2. Pengamatan dan identifikasi risiko pada usaha penjualan produk karangan bunga dilakukan pada proses produksi (penyediaan bahan baku, penanganan bahan baku, dan perangkaian produk karangan bunga) sampai pada pemasarannya.

3. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko bahan baku terhadap pendapatan usaha penjualan produk karangan bunga pada FloristX di Pasar Bunga Wastukencana.

4. Penelitian ini mengambil studi kasus padaFloristX yang terdapat pada Pasar Bunga Wastukencana.

5. Abodemen adalah suatu kesepakatan bersama antara pemilik florist dengan pemasok/petani mengenai pengadaan bahan baku (bunga potong) dalam kurun waktu, harga dan jumlah tertentu yang bersifat tetap dan kontinyu. 6. Periode abodemen yang disepakati oleh pihak florist dan pemasok terbagi

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis Florikultura

Agribisnis secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari empat sub-sistem yang terintegrasi secara fungsional. Sub-sub-sistem pertama adalah agribisnis hulu (up-streem agribusiness) berupa ragam kegiatan industri dan perdagangan sarana produksi pertanian. Kedua adalah pertanian primer (on-farm agribusiness) yang menghasilkan komoditas pertanian primer dengan menggunakan saprotan. Ketiga, agribisnis hilir (down-stream agribusiness) berupa ragam kegiatan industri pengolahan hasil pertanian dan perdagangan. Sub-sistem keempat adalah lembaga jasa. Satu dari sub-sistem tersebut saling tergantung secara fungsional, sehingga keterbelakangan salah satu sub-sistem akan menghambat perkembangan sub-sistem lainnya (Sitorus 2001). Uraian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan agribisnis saling terkait dan saling mempengaruhi. Kegiatannya berbasis pada keunggulan sumberdaya alam (on-farm agribusiness) yang berhubungan dengan penerapan teknologi dan keunggulan sumberdaya manusia untuk perolehan nilai tambah (off-farm agribusiness), serta memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari skala usaha kecil dan rumah tangga hingga skala usaha raksasa, atau dari yang berteknologi sederhana hingga yang berteknologi tinggi.

Menurut Saragih (2001) prospek agribisnis florikultura di Indonesia dapat dilihat dari sisi penawaran (potensi sumberdaya) maupun dari sisi permintaan (potensi pasar). Dari sisi potensi sumberdaya, prospek agribisnis florikultura di Indonesia antara lain ditunjukkan hal-hal berikut:

1. Indonesia merupakan wilayah tropis yang memiliki agroklimat tropis (wilayah dataran rendah dengan ketinggian di bawah 500 meter dari permukaan laut) dan agroklimat (mirip) sub tropis (wilayah dataran tinggi dengan ketinggian di atas 500 meter dari permukaan laut). Dengan kedua agroklimat yang demikian hampir seluruh komoditas agribisnis florikultura yang terdapat di dunia, dapat dikembangkan di Indonesia.

(27)

13 untuk memenuhi hampir semua segmen pasar florikultura Internasional memungkinkan dimasuki Indonesia.

3. Indonesia masih memiliki lahan yang relatif luas sehingga ruang gerak pengembangan agribisnis yang relatif bersifat land based seperti florikultura pada umumnya masih cukup besar.

4. Teknologi dan sumberdaya manusia untuk pengembangan florikultura relatif tersedia. Pusat-pusat teknologi florikultura baik di lembaga penelitian pemerintah maupun di perguruan tinggi telah berkembang. Demikian juga sumberdaya manusia, keberagaman sunberdaya manusia di Indonesia (mulai dari “pekerja otot” sampai “pekerja otak”) bukan kendala bagi pengembangan agribisnis melainkan potensi karena setiap kualifikasi tenaga kerja memiliki relung pada agribisnis florikultura.

Selanjutnya Saragih (2001) juga menjelaskan dari segi potensi pasar, prospek agribisnis florikultura masih cukup cerah, baik pasar domestik maupun internasional:

1. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dengan kecenderungan peningkatan pendapatan ke depan, merupakan pasar yang besar bagi produk agribisnis florikultura. Saat ini Indonesia masih tergolong negara dimana konsumsi per kapita florikultura terendah di dunia. Sehingga pasar florikultura di dalam negeri masih merupakanemerging market.

(28)

2.2 Karakteristik Komoditas Florikultura

Menurut Soekartawi dalam Syarif (2005) Komoditas bunga potong secara umum dicirikan oleh karakteristik agribisnis yang berbeda dengan bisnis lainnya. Karakteristik alami komoditas pertanian yang umumnya bulky dan perishable mengakibatkan agribisnis bunga potong menjadi usaha yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat waktu, bersifat musiman dan memiliki biaya tata niaga serta risiko tingkat usaha (pengembalian investasi) yang tinggi akibat ketergantungan yang besar terhadap faktor eksternal seperti iklim dan kondisi alam. Oleh karena itu, dalam agribisnis bunga potong diperlukan kegiatan pengelolaan yang baik agar tuntutan kualitas dapat dipenuhi.

Menurut Purba (2010), ada beberapa hal yang terkait dalam menguasai perilaku pasar dantrendterhadap tanaman hias (florikultur) yaitu:

1. Perilaku pasar sangat dinamis sehingga memaksa kita untuk tetap proaktif mengikutinya.

2. Data dan Informasi untuk tanaman hias, perlu sosialisasi antar sesama pelaku pasar sejenis.

3. Trend masyarakat terhadap tanaman cepat berubah.

4. Channel Distributiondi dalam pengembangan pasar tanaman hias.

Perilaku pasar terhadap tanaman hias terbukti cepat berubah karena hal ini terkait dengan selera konsumen, misalnya mengenai informasi tentang manfaat dan harga pasarannya. Terkait trend masyarakat yang cepat berubah sehingga perlunya sosialisasi antar sesama pelaku pasar tanaman hias. Budidaya tanaman hias menuntut penanganan yang spesifik dan berbeda-beda. Oleh karena itu, usaha agribisnis tanaman hias ini akan lebih baik bila dikelola dalam suatu lembaga khusus dan secara berkelompok misal seperti Koperasi Bunga dan sejenisnya.

2.3 Produk Karangan Bunga

(29)

15 bunga yang biasa digunakan untuk keperluan dekorasi, acara perkawinan, dan hari-hari khusus, seperti Idul Fitri, hari Kemerdekaan, hari Valentine, Peresmian gedung dan lain-lain. Sedangkan bunga hias adalah bunga yang biasa digunakan untuk keperluan taman (Hanapi 2006). Menurut Syarif (2005), diversifikasi produk dari komoditas florikultura yang mempunyai nilai tambah salah satunya adalah produk-produk karangan bunga seperti papan bunga ucapan, bouquet, standing flower, mobil hias, dan dekorasi taman. Fungsi dari produk-produk karangan bunga adalah sebagai karangan bunga ucapan pada hari-hari besar atau perayaan hari nasional, kampanye, peresmian gedung dan kantor, perayaan keagamaan, acara pernikahan, kematian, kelahiran, dan sebagainya. Hasil rangkaian yang terpadu antara warna dan jenis bunga serta dekor seni yang bagus dan ditata menarik dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan hati, pujian, simpati kepada yang berduka, ucapan selamat, perayaan dan sebagainya. Pemanfaatan berbagai jenis bunga potong dalam berbagai fungsi kegiatan atau acara dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pemanfaatan Jenis Bunga Potong dalam Berbagai Kegiatan

No Kegiatan Jenis Bunga yang Digunakan

1 Perkawinan Anggrek, Gladiol, Mawar, Krisan, Melati, Sedap Malam, Anyelir, Aster,Lily, Garbera

2 Upacara/Peresmian Anggrek, Melati, Krisan, Gladiol, Mawar, Aster, dan Garbera

3 Ucapan Selamat Anggrek, Mawar, Krisan, Gladiol, Sedap Malam, Aster, dan Garbera

4 Hari Besar Islam Anggrek, Mawar, Gladiol, Sedap Malam, Aster, dan Garbera

5 Natal dan Tahun Baru Anggrek, Mawar, Krisan, Sedap Malam, Lily, dan Garbera

6 Imlek Anggrek, Gladiol, Sedap Malam, Mawar, Lily,

dan Garbera

7 Kematian Anggrek, Krisan, Aster, Melati, Gladiol, Sedap Malam, dan Garbera

(30)

2.4 Definisi dan PeranFlorist

Menurut Soekartawi dalam Syarif (2005) florist adalah orang yang aktif menggeluti bidang usaha bunga dan dapat berupa pengusaha atau perangkai bunga. Floristdikategorikan sebagai pedagang pengecer karena merupakan mata rantai terakhir yang menghubungkan produsen tanaman hias dan bunga potong dengan konsumennya. Peranan pedagang pengecer dalam konteks pemasaran komoditas bunga potong sangatlah strategis, yaitu mempercepat penyampaian produk ke konsumen. Sesuai dengan sifatnya yang sangat mudah rusak (perishable) maka pemanfaatan bunga potong oleh konsumen diupayakan secepat mungkin agar masa penggunaan menjadi cukup lama.

Florist dalam kegiatan usahanya lebih banyak menggunakan kios atau toko untuk memasarkan produknya. Produk-produk florist diantaranya berupa papan bunga ucapan (stik), buket meja, buket besar (pakai kaki),standing flower (krans), mobil hias, dan dekorasi taman serta juga melayani pembelian eceran per tangkai. Nilai tambah produk bunga potong yang didapatkan floristcukup besar, karena dengan mengolah atau mengubah bunga potong menjadi beberapa produk yang dirangkai menarik sebagai hiasan ataupun ucapan (Syarif 2005).

2.5 Penelitian Terdahulu

(31)

17 dari penjualan produk karangan bunga dari florist-florist yang terdapat di Pasar Bunga Wastukencana.

Arfah (2009) menganalisis tentang risiko penjualan anggrekPhalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini adalah mengenai anggrek Phalaenopsis dan bagaimana risiko penjualannya. Analisis data yang digunakan adalah dengan menghitung expected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variance) pada kegiatan spesialisasi dan analisis pendapatan, selain itu juga menggunakan analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis manajemen risiko.

(32)

Lubis (2009) menganalisis manajemen risiko produksi dan penerimaan Padi Semi Organik (studi kasus Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi dan risiko penerimaan, menganalisis dampak risiko, serta menganalisis strategi penanganan risiko pada Gapoktan Silih Asih. Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan alat analisis sekuen, identifikasi sumber-sumber risiko dan teknik pendukung lainnya, dengan alat analisis ini akan diperoleh daftar risiko yang akan digunakan untuk mengetahui ukuran risiko dan kemudian dilanjutkan untuk mengetahui status risiko dan peta risiko.

Analisis selanjutya adalah analisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi padi semi organik. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar yang dikenal dengan analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan menggunakan data produksi dan harga produk. Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko penerimaan memiliki dampak besar dan probabilitas kecil, sedangkan rsisiko produksi memiliki probabilitas dan dampak yang besar. Strategi penanganan risiko diklasifikasikan pada dua kelompok yaitu preventif (penghindaran risiko) dan mitigasi (pencegahan risiko). Alternatif penanganan risiko penerimaan adalah monitor, sedangkan untuk kerugian produksi dengan prevent at source. Monitor akan menurunkan tingkat risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit maupun adanya kecelakaan kerja. Prevent at sourceditujukan untuk mengurangi risiko penggunaan pupuk kimia dan pengaturan musim tanam sesuai dengan iklim.

(33)

19 produksi dari tahun 2007-2008. Penelitian ini difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif yang digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.

Hasil analisis risiko menunjukkan adanya risiko produksi pada usaha daun potong. Adanya risiko produksi disebabkan oleh faktor iklim atau cuaca, tingkat kesuburan lahan serta serangan hama penyakit. Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh dariAsparagus bintangdanPhilodendron marble.Philodendron marble mempunyai nilai variance yang lebih tinggi dibandingkan dengan Asparagus bintang yaitu 0.48. Demikian halnya dengan nilai standart deviation pada Philodendron marble mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan Asparagus bintangyaitu 0.69. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan Expected return. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa Asparagus bintang mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan Philodendron marble. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu satuan yang dihasilkan ternyata Philodendron marble menghadapi risiko produksi yang lebih tinggi dibandingkan Asparagus bintang. Berdasarkan informasi di atas terlihat bahwa Asparagus bintang memiliki risiko produksi paling tinggi berdasarkan pendapatan bersih dibandingkan denganPhilodendron marble.

PT Pesona Daun Mas Asri melakukan diversifikasi dari beberapa kegiatan usahanya yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dengan melakukan diversifikasi Asparagus bintang dan Philodendron marble, ternyata lebih rendah jika dibandingkan risiko produksi tunggal yaitu produksi Asparagus bintang atau Philodendron marble. Strategi yang dilakukan oleh PT PDMA untuk dapat mengatasi risiko yang ada yaitu dengan diversifikasi dan pola kemitraan.

(34)

spesialisasi dan diversifikasi dan juga menganalisis alternatif dalam mengatasi risiko produksi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatanexpected return. Risiko produksi diukur berdasarkan penilaian hasil perhitungan variance, standard deviation, dan coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting. Sedangkan komoditas yang dianalisis pada portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksiberdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0,225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0,048. Hal ini dikarenakan bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting yaitu 0,80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0,16. Hal ini dikarenakan penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi.

Penanganan untuk mengatasi risiko produksi Permata HatiOrganic Farm dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu, diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Sealin itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input serta perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

(35)

21 tersebut. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan dan data sekunder yang diperoleh dari PT EGF yang meliputi luas lahan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi berlangsung, jumlah produksi serta data pendukung lainnya. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan Variance, Standard deviation, dan Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah tanaman Anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan tanaman Anggrek teknik mericlone, sedangkan kegiatan portofolio adalah tanaman Anggrek menggunakan bibit teknikseedlingdanmericlone.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman Anggrek menggunakan bibit teknikseedling danmericlonediperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman Anggrek teknikseedlingyaitu sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,078. Anggrek teknik seedling sangat rentan terjadi reject yang dikategorikan ke dalam adanya mutan, serangan hama penyakit dan kerusakan mekanis dibandingkan dengan tanaman Anggrek teknik mericlone, karena tanaman Anggrek dengan teknik seedling memiliki banyak variasi dalam pertumbuhannya sehingga tidak seragam dan seringkali terjadi mutasi genetik atau kelainan dari bentuk yang diinginkan perusahaan oleh karena itu harus dimusnahkan dan menyebabkan persentase keberhasilan produksi menurun. Selain itu serangan hama dan penyakit juga rentan terjadi pada musim penghujan atau peralihan sehingga banyak serangga yang menyerang tanaman Anggrek.

(36)

Daftar penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Daftar Penelitian Terdahulu

No Nama Topik Metode

Expected Return, Ragam (Variance), Simpangan Baku (Standard Deviation), dan dan Penerimaan Padi Semi Organik

Z-Score dan Value at Risk (VaR)

3. Safitri (2009)

Analisis Risiko Produksi Daun Potong

(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko

Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan situasi yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya ketersediaan informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Apabila suatu kejadian terjadi dan kejadian tersebut mengandung unsur kerugian maka kejadian tersebut disebut sebagai masalah, bukan risiko. Ada perbedaan yang sangat jelas antara masalah dan risiko. Masalah adalah kejadian yang sudah terjadi, sedangkan risiko adalah kejadian yang belum terjadi, yang bisa saja terjadi bisa juga tidak terjadi (Kountur 2008). Ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu, risiko adalah sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan.

(38)

3.1.2 Sumber Risiko

Menurut Harwood, et al (1999), risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu:

1. Risiko produksi

Risiko yang terjadi dalam bidang pertanian yang dapat menurunkan hasil produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan produk, mutu produk yang tidak sesuai, biasanya disebabkan karena kejadian yang tidak terkontrol, misalnya kondisi alam yang ekstrim, curah hujan, cuaca, iklim, dan serangan hama dan penyakit.

2. Risiko harga atau pasar (penjualan)

Risiko harga dapat disebabkan oleh naiknya harga karena dampak inflasi, biasanya kenaikan harga input akan mempengaruhi harga produksi, sehingga berdampak pada kenaikan harga jual produk (output). Sedangkan risiko pasar diantaranya permintaan menurun (rendah), mutu produk yang tidak sesuai, kekuatan daya tawar pembeli, ketatnya persaingan, strategi pemasaran yang tidak baik, dan ketidakpastian penjualan produk.

3. Risiko institusi (kelembagaan)

Institusi juga dapat mempengaruhi kondisi pertanian melalui kebijakan dan peraturan, misalnya kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga input-output. Terkadang kebijakan-kebijakan tersebut dapat mempersulit para pelaku pertanian, seperti pembatasan impor bibit.

4. Risiko manusia

Risiko ini disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia dalam melakukan pekerjaanya. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam keseluruhan proses produksi perlu diperhatikan untuk menghasilkan output yang optimal. Risiko yang disebabkan oleh manusia dapat menimbulkan kerugian seperti kelalaian sehingga menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi. 5. Risiko keuangan

(39)

25 yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, laba yang menurun akibat krisis, dan lain-lain.

Menurut Kountur (2008), risiko dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya risiko adalah dari sudut pandang:

1. Penyebab timbulnya risiko 2. Akibat yang ditimbulkan 3. Aktivitas yang dilakukan 4. Kejadian yang terjadi

3.1.2.1 Risiko dari Sudut Pandang Penyebab

Apabila dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu: (1) Risiko Keuangan, dan (2) Risiko Operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Jadi, risiko yang disebabkan oleh terjadinya perubahan harga, perubahan tingkat bunga, atau perubahan mata uang asing disebut sebagai risiko-risiko keuangan. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non-keuangan. Faktor-faktor non-keuangan tersebut yaitu manusia, teknologi, dan alam.

3.1.2.2 Risiko dari Sudut Pandang Akibat

Risiko bisa dilihat dari akibat yang ditimbulkan. Ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan: (1) Risiko Murni, dan (2) Risiko Spekulatif. Risiko murni adalah suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

3.1.2.3 Risiko Dari Sudut Pandang Aktivitas

(40)

perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas yaitu sebanyak jumlah aktivitas yang ada.

3.1.2.4 Risiko Dari Sudut Pandang Kejadian

Risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Misalnya, kejadiannya adalah kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Jika kejadiannya adalah nilai tukar mata uang rupiah dibandingkan dengan mata uang asing yang anjlok maka disebut risiko anjloknya nilai tukar rupiah, dan lain-lain. Perlu diketahui bahwa dalam suatu aktivitas pada umunya terdapat beberapa kejadian, sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas.

Seseorang yang ahli dalam bidang Enterprise Risk Management harus dapat memahami beberapa kategori risiko sehingga dapat mengetahui dan bisa menjelaskan mengapa begitu banyak istilah risiko yang ada dan memahami bahwa sebenarnya istilah-istilah tersebut dikatakan demikian oleh karena dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Namun, agar risiko dapat dikelola dengan baik seharusnya dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Hanya dengan menyatakan risiko berdasarkan kejadian baru dapat diketahui cara-cara apa yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko tersebut (Kountur, 2008).

3.1.3 Sikap Individu Terhadap Risiko

Menurut Moschini dan Hennessy (1999), analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan bertindak rasional dalam pengambilan keputusan. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yang ingin dicapai oleh seseorang yaitu bukan nilai (return) tetapi kepuasan (utility).

(41)

27 bukan peningkatan pendapatan semata. Hubungan antara fungsi kepuasan dan pendapatan (income) serta ukuran tingkat kepuasan dapat dilihat pada Gambar 2.

Utility(U) Margin Utility(MU)

Income(I) Expected Income(EI)

Gambar 2. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan Sumber: Debertin, 1986

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan adalah positif, dimana jika kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat.

Menurut Robinson dan Barry (1987), sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu :

1. Risk Aversion

Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko akan menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Risk Taker

(42)

3. Risk Neutral

Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko akan menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan.

Risiko adalah konsekuensi dari setiap kegiatan yang dilakukan. Seluruh kegiatan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Hubungan antara risiko dengan return dapat dilihat pada Gambar 3.

Return Expected Return

Risk Gambar 3. HubunganRiskdanReturn

Sumber: Barron’s, 1993

(43)

29 3.1.4 Manajemen Risiko

Menurut Kountur (2008), Manajemen risiko perusahaan atau yang sangat dikenal dengan istilah Enterprise Risk Management (ERM) adalah suatu cara (proses atau metode) yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya atau cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko.

Ada beberapa alasan mengapa penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi manajemen:

1. Manajer adalah orang yang harus bertanggung jawab atas risiko-risiko yang terjadi di unitnya. Semua manajer bertanggung jawab atas risiko di unitnya masing-masing. Itu sebabnya manajemen risiko merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap manajer sehingga menjadi salah satu fungsi manajemen yang tidak boleh diabaikan.

2. Walaupun ada unit di dalam perusahaan yang melakukan pekerjaan manajemen risiko, bukan berarti tanggung jawab risiko lepas dari setiap manajer. Manajer yang membawahi suatu unit bertanggung jawab atas risiko yang terjadi pada unitnya. Manajemen risiko adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap manajer.

3.1.5 Proses Pengelolaan Risiko

(44)

sebenarnya adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga kita bisa mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dan mana risiko yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta.

Berdasarkan peta risiko dan status risiko, manajemen malakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dimaksudkan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan. Usulan penanganan risiko ini kemudian dilaporkan kepada manajemen risiko perusahaan yang akan digunakan untuk memonitor pelaksanaan usulan-usulan tersebut. Evaluasi merupakan aktivitas selanjutnya dari proses manajemen risiko perusahaan. Proses pengelolaan atau manajemen risiko perusahaan berlangsung terus-menerus, setelah selesai satu proses kembali lagi melakukan proses awal, dan seterusnya.Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.

PROSES OUTPUT

Daftar Risiko

Peta Risiko Status Risiko

Usulan (Penanganan Risiko)

Gambar 4. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan Sumber : Kountur (2008)

Evaluasi

Identifikasi Risiko

Pengukuran Risiko

(45)

31 3.1.5.1 Lingkup Identifikasi Risiko

Identifikasi dilakukan pada setiap unit di dalam perusahaan. Mulai dari unit yang terkecil, kemudian unit yang lebih besar, seterusnya sampai unit yang paling besar yaitu perusahaan. Dengan demikian lingkup identifikasi risiko adalah unit atau bagian di dalam organisasi. Identifikasi risiko dimulai dari unit dimana ada seseorang yang mengepalai bagian unit tersebut di dalam perusahaan (Kountur, 2008).

Ada begitu banyak risiko dan tidak mungkin dapat diidentifikasi seluruhnya. Menurut hukum Pareto yang sering dikenal dengan hukum 80:20 atau 20:80, aplikasi hukum Pareto pada risiko ialah bahwa 80 persen kerugian perusahaan disebabkan oleh hanya 20 persen risiko yang krusial. Krusial apabila unit risiko tidak dapat menghasilkan produk atau jasa oleh karena aktivitas yang bersangkutan terganggu atau tidak berjalan dengan semestinya. Jika dapat menangani 20 persen risiko yang krusial saja maka dapat menghindari 80 persen kerugian. Langkah-langkah dalam proses identifikasi risiko adalah sebagai berikut:

1. Menentukan unit risiko

2. Memahami proses bisnis dari unit tersebut

3. Menentukan satu atau beberapa aktivitas yang krusial dari unit tersebut 4. Menentukan barang dan orang yang ada pada aktivitas krusial tersebut

5. Mencari tahu kerugian yang dapat terjadi pada barang dan orang dari aktivitas krusial tersebut

6. Menentukan penyebab terjadinya kerugian atau risiko 7. Membuat daftar risiko

3.1.5.2 Pengukuran Risiko

(46)

1. Metode Poisson

Metode Poisson digunakan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Ada data historis tentang kejadian yang serupa sebelumnya, Datanya dalam bentuk diskrit (data berangka bulat), dan Ada periode waktu ke depan yang ditetapkan.

2. Metode Binomial

Metode Binomial diguanakan untuk mengetahui kemungkinan atau probabilitas terjadinya risiko apabila menghadapi situasi-situasi sebagai berikut: Ada data historis tentang peristiwa yang terjadinya pada suatu lokasi, Datanya dalam bentuk diskrit, dan Diketahui sesuai dengan data historis ada probabilitas berhasil dan gagal.

3. Metode Nilai Standar (Z-score)

Metode nilai standar (Z-score) digunakan apabila: Ada data historis, dan Data dalam bentuk kontinus.

4. Metode Aproksimasi

Metode Aproksimasi adalah cara untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko dengan cara menanyakan kira-kira berapa probabilitas dan dampak dari suatu risiko kepada orang lain. Pengumpulan informasi pada metode ini dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara berikut ini: Expert opinion, Consensus, atauDelphy.

3.1.5.3 Pemetaan Risiko

Hasil pengukuran risiko tersebut dapat dimasukkan ke dalam peta risiko (Kountur,2008). Pemetaan risiko ini akan membantu memperlihatkan posisi risiko yang dievaluasi dan membantu perusahaan untuk merancang tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko tersebut.

Menurut Kountur (2008) peta risiko ini dikelompokkan ke dalam empat kuadran dan alternatif penganannya, yaitu :

1. Dampak kecil dan probabilitas kecil (kuadran 4) =low control

2. Dampak kecil dan probabilitas besar (kuadran 2) =detect and monitor 3. Dampak besar dan probabilitas kecil (kuadran 3) =monitor

(47)

33 Probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang dari suatu sumber risiko yang dapat merugikan perusahaan dan biasanya dihitung dalam satuan persentase (%), sedangkan dampak adalah jumlah kerugian yang ditanggung perusahaan akibat terjadinya risiko tersebut.

3.1.5.4 Penanganan Risiko

Berdasarkan peta risiko kemudian dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko (Kountur 2008) yaitu:

1. Preventif; dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko

Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : (1) membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur (2) mengembangkan sumber daya manusia, dan (3) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi; strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko

Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a) Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu kena musibah maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b) Penggabungan

(48)

c) Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi,leasing, autosourcing,danhedging.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana memiliki karakteristik. Karakteristik penjualan terlihat pada jumlah permintaan yang tidak menentu, karena bergantung dari banyak sedikitnya acara. Karakteristik lain adalah bentuk usaha penjualan produk karangan bunga yang homogen antara satufloristdenganfloristlainnya. Kesamaan usaha dapat terlihat dari jenis dan bentuk produk yang dijual, harga produk, status usaha, teknik pemasaran, dan pasokan bahan baku dari masing-masing florist. Selain itu, konsumen produk karangan bunga memiliki latar belakang ekonomi dan sosial tertentu, seperti pengusaha, kalangan pejabat, instansi baik negeri maupun swasta, perusahaan, dan lain sebagainya. Karakteristik selanjutnya adalah bahan baku utama berupa bunga potong yang bersifat perishable serta adanya sistem perjanjian abodemen, untuk itu perlu penanganan khusus dalam merawat bahan baku agar kualitasnya tetap terjaga.

(49)

35 berdampak pada pemakaian bahan baku yang tidak menentu, sehingga apabila pemakaian bahan baku kurang dari 100 ikat per periodenya, maka sisa bahan baku terbuang. Sedangkan apabila pemakaian bahan baku lebih besar dari 100 ikat per periodenya, maka florist terpaksa mencari bahan baku dari luar pasokan abodemen yang harganya dua kali lipat dari harga normal. Kondisi ini mengakibatkan adanya risiko kerugian yang dihadapi Florist X dan dapat berpengaruh pada pendapatan yang berfluktuasi.

Analisis yang akan dilakukan adalah dengan menghitung nilai kemungkinan (probabilitas) dengan menggunakan Z-score, tujuannya adalah untuk melakukan pengukuran pertama yang dilakukan secara kuantitas sehingga mengungkapkan seberapa besar probabilitas risiko terjadi atas pengambilan keputusan. Dengan mengetahui Z-score kita bisa mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya. Setelah menganalisis nilai probabilitas, kemudian dilakukan analisis dampak, tujuannya adalah untuk mengetahui besarnya akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Metode yang akan digunakan adalah metodeValue at Risk, yaitu kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu.

(50)

Gambar 5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional FloristX

Pendapatan Berfluktuasi

Analisis Probabilitas (Z-score)

Peta Risiko

Strategi  Preventif  Mitigasi

 Strategi Alternatif Risiko Bahan Baku

Analisis Dampak (Value at Risk) Karakteristik Usaha Penjualan Produk Karangan Bunga

di Pasar Bunga Wastukencana

(51)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pasar Bunga Wastukencana, Bandung dengan studi kasus pada Florist X yang beralamat di Jl.Wastukencana 34 b.7, Babakan Ciamis, Sumur Bandung, Bandung, Jawa Barat, 40117. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa Pasar Bunga Wastukencana merupakan salah satu sentra perdagangan bunga terbesar di Kota Bandung dan Florist X merupakan florist yang berdiri paling lama sejak tahun 1970 di Pasar bunga Wastukencana. Waktu pengumpulan data dimulai pada bulan Juli 2010 sampai Agustus 2010.

Pemilihan lokasi penelitian di Pasar Bunga Wastukencana berdasarkan sejarah dan perannya sebagai pasar yang konsisten dalam menjual produk karangan bunga dan juga sebagai pelopor berdirinya pasar-pasar sejenis dari tahun sebelum masa kemerdekaan sampai saat ini. Pasar Bunga Wastukencana terdiri dari toko bunga-toko bunga (florist) yang semuanya bergerak dalam perangkaian dan penjualan produk-produk karangan bunga untuk wilayah Bandung, Jakarta, dan sekitarnya.

4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data-data tersebut berbentuk data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis risiko bahan baku pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana memerlukan sejumlah data-data pendukung yang berasal darifloristX yang terdapat dalam Pasar Bunga Wastukencana. Dalam penelitian ini data-data yang diperlukan dapat diperoleh dengan menggunakan dua macam cara pengumpulan data, yaitu :

1. Data Primer

Data primer diantaranya berupa teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan. Data diperoleh dari :

(52)

Observasi dilakukan selama sebulan di tempat penelitian dengan mengikuti dan mencatat beberapa aktivitas florist dari mulai produksi sampai pemasarannya.

2) Wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dengan pihakfloristdilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat secara tertulis dan sistematis. Proses wawancara dilakukan dengan pemilik florist, karyawan dan pihak yang terkait dengan topik penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kumpulan data yang dimiliki oleh pihak lain, yaitu berupa data dan informasi perusahaan (Profil perusahaan, laporan penjualan, dan pemasaran perusahaan), studi pustaka dari perpustakaan, lembaga-lembaga pemerintahan dan institusi yang terkait seperti Badan Pusat Statistika (BPS), Dinas Pertanian (Deptan), Perpustakaan LSI IPB baik skripsi, disertasi, buku-buku ekonomi, risiko, dan pertanian, serta informasi atau berita elektronik yang diperoleh dari internet.

4.3 Metode Pengolahan Data

Data primer dan data sekunder akan diolah dan dianalisis untuk dijadikan ukuran dalam penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif (deskriptif). Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan kedua, yaitu menganalisis risiko-risiko yang terdapat pada usaha penjualan produk karangan bunga padaFlorist X di Pasar Bunga Wastukencana.

Analisis kualitatif atau deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga, yaitu menganalisis alternatif strategi penanganan risiko pada usaha penjualan produk karangan bunga pada Florist X di Pasar Bunga Wastukencana.

4.3.1 Analisis Deskriptif

Gambar

Tabel 6.Tabel 6.  Daftar Penelitian Terdahulu
Gambar 2. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan
Gambar 3. Hubungan Risk dan Return
Gambar 4. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk menganalisis analisis pengaruh kualitas produk, harga produk, dan orientasi pasar terhadap kinerja Penjualan pada UMKM

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, (2) menganalisis seberapa besar probabilitas

Untuk mengelola manajemen risiko kredit bank harus melakukan banyak hal seperti mengidentifikasi dan menganalisis risiko kredit yang melekat pada seluruh produk

Tujuan penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: Menganalisis apresiasi pasar terhadap laporan keuangan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang tinggi dan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji kembali dan menganalisis pengaruh manajemen laba, ukuran perusahaan dan risiko pasar terhadap biaya modal ekuitas pada

sumber risiko yang terdapat pada kegiatan produksi atau budidaya tanaman bunga potong krisan di Perusahaan Natalia Nursery, menganalisis besarnya risiko yang terjadi pada

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kejadian risiko bahan baku tinta standar jenis PMW, memperkirakan besarnya risiko yang

Analisis Manajemen Risiko pada Bank Muamalat Parepare Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana manajemen risiko yang dilakukan oleh Bank Muamalat Parepare,