• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT DALAM M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT DALAM M"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT DALAM

MEMINIMALISIR KREDIT BERMASALAH

(STUDI KASUS PT. BANK CAPITAL INDONESIA Tbk)

Lungguh Khasanah

Universitas Trilogi

1.

Latar Belakang Masalah

Saat ini perbankan mengalami perkembangan pesat dengan diikuti semakin peliknya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola bank yang sehat (good corporate governance) dan penerapan manajemen risiko yang meliputi pengawasan aktif pengurus bank, kebijakan, prosedur, dan penetapan limit risiko, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, sistem informasi, dan pengendalian risiko, serta sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Dengan adanya penerapan manajemen risiko tersebut memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan bank.

Bank Capital Indonesia merupakan perbankan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana publik, menyalurkan kredit dan biaya berdasarkan pendapatan. Pada tahun 2017 PT. Bank Capital Indonesia Tbk mencatat laba bersih sebesar Rp 86.000.000.000 atau turun 7% secara tahunan. Penurunan laba ini karena pendapatan dari pendapatan operasional lain mengalami penurunan. Tetapi walaupun pendapatan operasional lain turun, namun pendapatan bunga bersih bank naik tipis 2% yoy (year on year) menjadi Rp 367.000.000.000. Kemudian biaya operasional juga turun sebesar 1,4% yoy menjadi Rp 277.000.000.000. Penyaluran kredit sepanjang 2017 sebesar Rp 7.100.000.000.000 atau naik 7,16% yoy. Dari penyaluran kredit ini, NPL atau rasio kredit bermasalah bank sebesar 2,77% atau turun 40 bps yoy. Secara keseluruhan, total aset Bank Capital sepanjang 2017 Rp 16.300.000.000.000 atau naik 15% yoy. Saat ini Bank Capital masuk kategori BUKU II modal inti Rp 1.200.000.000.000.

Namun implementasi penerapan manajemen risiko tidak semudah yang dibayangkan, banyak kendala yang mungkin akan dihadapi oleh Bank Capital Indonesia, dan kendala serta hambatan tersebut langsung maupun tidak akan mempengaruhi efektivitas sistem yang akan diterapkan tersebut

2.

Tujuan Penulisan

(2)

3.

Pembahasan

Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan memenuhi kewajibannya (Tampubolon, 2004, hal 24). Sedangkan menurut Down dan Kevin (1999, hal 166) mendefinisikan “risiko” kredit sebagai risiko meningkatnya kerugian akibat kegagalan counterpart memenuhi pembayaran pada waktu yang telah disepakati. Dan yang terakhir menurut Kountur (2006, hal 3) mendefinisikan risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Risiko akan menjadi besar apabila semakin banyak/peliknya aktifitas yang dilakukan maka semakin besar risiko yang dihadapi.

Menurut Tampubolon (2004, hal 21) “risiko bank” adalah sebagai kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai dampak dari peristiwaa tersebut pada bank dan Bank Indonesia mendefinisikan manajemen risiko sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.

Kredit Bermasalah (

Non Performing Loan

)

Menurut ketentuan Bank Indonesia pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/11/DPNP, kredit bermasalah digolongkan ke dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Sesuai dengan pedoman perhitungan rasio keuangan pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/11/DPNP, NPL dapat dihitung dengan rumus :

Non Performing Loan (NPL) = Kredit bermasalah Total Kredit

Pengelolaan Manajemen Risiko Kredit

Pengelolaan Manajemen Risiko Kredit pada perbankan dapat meliputi antara lain, pemberian profil risiko kredit yang dapat bersumber dari berbagai aktivitas bank, antara lain pemberian kredit, transaksi derivatif, perdagangan instrumen keuangan lain, serta aktivitas bank lainnya, termasuk yang tercatat dalam banking book maupun trading book.

Bank perlu melakukan manajemen terhadap risiko kredit yang melekat pada seluruh portfolio, yaitu dengan mengidentifikasi, mengukur, memonitor, mengontrol risiko kredit, serta memastikan tersedianya modal yang cukup dan dapat diperoleh kompensasi yang sesuai atas risiko yang timbul, setelah itu bank harus mengembangkan strategi risiko kredit yang mencerminkan tingkat toleransi bank terhadap risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan, dan strategi tersebut harus bersifat kontinyu dengan memperhitungkan siklus dan pergerakan ekonomi.

(3)

usahanya sangat kompleks (misalnya derivatif kredit, pinjaman kepada sektor industri tertentu, dan lain-lain).

Kemudian bank harus menjamin bahwa risiko-risiko yang ada dalam produk/kegiatan baru sudah tercakup dalam proses manajemen risiko, dan telah mendapat persetujuan direksi dan memiliki metodologi yang memungkinkan pengukuran risiko kredit baik individu peminjam atau counterparty.

Dalam pengukurannya bank dapat menggunakan teknik pengukuran yang sesuai dengan kompleksits dan tingkat risiko berdasarkan data yang akurat yang divalidasi secara periodik, efektivitas proses tersebut sangat bergantung kepada kualitas sistem informasi manajemen. Pengukuran risiko pra-penyelesaian transaksi adalah risiko diperjanjikan selama masa kontrak. Bank dapat mengukur dengan menjumlahkan

replacement cost, yang merupakan biaya memperoleh transaksi serupa di pasar jika nasabah cidera janji terhadap komitmennya pada transaksi yang ada saat ini. Jika nilai wajar di pasar tidak diperoleh, replacement cost dapat dihitung dengan menerapkan model yang relevan dan menggunakan suku bungan atau nilai tukar yang tersedia atau dapat diperoleh di pasar, dan estimasi exposure di masa mendatang yang timbul sebagai dampak dari perubahan yang terjadi di pasar selama sisa masa kontrak. Bank harus menyesuaikan metode pengukuran risiko yang diterapkan dengan jenis aktivitas dan besarnya risiko yang terkandung dalam aktivitas yang dilakukan.

4.

Rekomendasi

Dalam penelitian sebelumnya disebutkan bahwa dalam membangun manajemen risiko harus mempertimbangkan aspek-aspek portfolio management yaitu dengan menetapkan loan exposure limit, mempergunaka CRMS tools, sebagai alat bantu dalam proses rating, dan penggunaan rating system dalam menganalisis risiko. Dengan strategi yang baru tersebut dapat menciptakan kualitas kredit yang lebih baik untuk menghadapi tantangan ke depan dalam pengelolaan kualitas kredit.

5.

Kesimpulan

Untuk mengelola manajemen risiko kredit bank harus melakukan banyak hal seperti mengidentifikasi dan menganalisis risiko kredit yang melekat pada seluruh produk dan kegiatannya, lalu bank juga harus menjamin bahwa risiko-risiko yang ada dalam produk/kegiatan baru sudah tercakup dalam proses manajemen risiko, dan melakukan pengukuran yang dapat dilakukan dengan teknik yang sesuai dengan kompleksits dan tingkat risiko berdasarkan data yang akurat yang divalidasi secara periodik, efektivitas proses tersebut sangat bergantung kepada kualitas sistem informasi manajemen.

6.

Daftar Pustaka

1. Kisman, Z. Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of

(4)

2. Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189

3. Kisman, Z.Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories and Evidence.Transylvanian Review.Vol XXIV, No. 08,2016.

4. Savitri Aviani Oka, Z.A Zahroh, serta Nuzula Firdauzi Nila.2010. Analisis Manajemen Risiko Kredit Dalam Meminimalisir Kredit Bermasalah Pada Kredit Usaha Rakyat (Studi pada Bank Jatim Cabang Mojokerto). Di ambil dari:

https://media.neliti.com/media/publications/83247-ID-analisis-manajemen-risiko-kredit-dalam-m.pdf (diakses tanggal 22 April 2018)

Referensi

Dokumen terkait

kesepakatan atau karena sebab-sebab yang terkandung dalam Pasal 14 PERMA RI.. Nomor 1 Tahun 2008), mediator wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi. telah

Kesetiaan pada retailer timbul karena konsumen merasa puas dengan pelayanan, pada jangka panjang akan memberi dampak yaitu munculnya kemungkinan konsumen akan menceritakan

Informasi dalam aplikasi kampung batik semarang bermanfaat bagi saya Tidak Setuju Kurang Setuju Netral Setuju Sangat setuju9. Saya memiliki akses internet saat

Dalam hal ini penulis membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran terbuka diantaranya: Laju Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Pengeluaran Pemerintah

Lokasi tapak proyek pembangunan hotel butik dan apartemen terletak di bantaran Sungai Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana

Penghasilan Dan Beban (Biaya) Menurut Undang-Undang Perpajakan Berdasarkan pasal 4 Undang-undang pajak penghasilan tahun 2000 yang dikenakan pajak adalah objek pajak

BPRS PNM Binama Semarang dilakukan dengan pemberian motivasi kerja kepada karyawan, pemberian pelatihan ( training ) dan promosi jabatan..

Berita Resmi Statistik Kota Sibolga No. Berdasarkan hasil pemantauan BPS, pada bulan ini Kota Sibolga mengalami inflasi sebesar 1,57 persen. Inflasi terjadi karena