• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sumber Sumber Risiko Produksi Pembenihan Ikan Patin Siam pada Pasir Gaok Fish Farm di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sumber Sumber Risiko Produksi Pembenihan Ikan Patin Siam pada Pasir Gaok Fish Farm di Kabupaten Bogor"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SUMBER SUMBER RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN

IKAN PATIN SIAM PADA PASIR GAOK FISH FARM

DI KABUPATEN BOGOR

RAHMI YUNIARTI NINGSIH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Sumber Sumber Risiko Produksi Pembenihan Ikan Patin Siam pada Pasir Gaok Fish Farm di Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Rahmi Yuniarti Ningsih

(4)

ABSTRAK

RAHMI YUNIARTI NINGSIH. Analisis Sumber Sumber Risiko Produksi Pembenihan Ikan Patin Siam pada Pasir Gaok Fish Farm di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HENY K. DARYANTO.

Ikan patin siam merupakan komoditas perikanan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia. Komoditas ini telah dikembangkan dalam bentuk usaha pembenihan oleh Pasir Gaok Fish Farm (PGFF). PGFF menghadapi risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi produksi dan peningkatan kematian benih ikan patin. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas dan dampak risiko serta alternatif strategi penanganan risiko. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif, analisis z-score, dan analisis Value at Risk (VaR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi pembenihan ikan patin siam di PGFF adalah kanibalisme, kualitas air, penyakit, dan kesalahan pembudidaya (human error). Nilai probabilitas sumber risiko yang diperoleh dari yang tertinggi adalah risiko kanibalisme, penyakit, kualitas air, dan human error. Dampak risiko yang ditimbulkan dari yang tertinggi adalah risiko penyakit, kanibalisme, kualitas air, dan human error. Berdasarkan probabilitas dan dampak risiko, perlu diterapkan strategi preventif untuk menangani risiko kanibalisme dan penyakit, yaitu pemberian pakan alami segar yang sesuai kebutuhan ikan dan tepat waktu. Kata kunci: patin siam, pasir gaok, risiko produksi, value at risk, z-score

ABSTRACT

RAHMI YUNIARTI NINGSIH. Analysis of Production Risk Sources Siam’s Catfish Hatchery at Pasir Gaok Fish Farm in Bogor District. Supervised by HENY K. DARYANTO

Siam’s catfish is potential commodity which can develop in Indonesia. This commodity has been developed by Pasir Gaok Fish Farm (PGFF). PGFF faces the production risk as indicated by the production fluctuation and enhancement of catfish seed mortality. The purpose of this study are to identify the sources of production risk, analyze the probability, impact of risks, and alternative strategies. The data was analyzed with descriptive analysis, z-score analysis, and analysis of Value at Risk (VaR). The results showed that prodution risks of siam’s catfish in PGFF are cannibalism, diseases, water quality, and human error. Probability value of each highest risk source consist of cannibalism, diseases, water quality, and human error. The impact of the each highest production risk arerisk of disease, cannibalism, water quality, and human error. Based on the probability and impact of risk, prevention strategies needed to be implemented to solve the risk of cannibalism and disease with giving fresh natural food according to the needs of fish and right time.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS SUMBER SUMBER RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN

IKAN PATIN SIAM PADA PASIR GAOK FISH FARM

DI KABUPATEN BOGOR

RAHMI YUNIARTI NINGSIH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini tentang Risiko produksi, dengan judul Analisis Sumber Sumber Risiko Produksi Pembenihan Ikan Patin Siam pada Pasir Gaok Fish Farm di Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sumber-sumber risiko produksi pada Pasir Gaok Fish Farm, menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko yang ada, serta menganalisis strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh Pasir Gaok Fish Farm untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembenihan ikan patin siam.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Heny K. Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku penguji utama, dan Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP. MAgribus selaku penguji komisi akademik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Sahban Imam Setioko sebagai pemilik usaha Pasir Gaok Fish Farm, dan para karyawan di PGFF (Pak Sambas, Mas Gony, Mas Kamal dan Mas Adin) yang telah mengizinkan penulis meneliti dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk teman-teman Agribisnis 47, HIPMA, Sahabat Gemercik, BEM KM 2013 khususnya Kementerian PSDM, FORMASI FEM IPB 2012/2013, teman-teman B23, IKMT 2010/2011, KEMALA, LOGIC, Rizqah, Novita, Riany, Siti, Tini, Fitri, Aghnia, Ulfa, Vita, Putri, Astari, Helena, Nurlela, Kak Anjani, Kak Febry, dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberi motivasi untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Sri, Bapak Prapto, Mas Eko, Mas Kus, Mas Budi, Mbak Titik, dan kakak ipar serta seluruh keluarga yang terus memberikan doa, bimbingan dan kasih sayangnya untuk penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(10)
(11)

1

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Studi Empiris Terkait Analisis Risiko Produksi 8

Probabilitas dan Dampak Risiko Produksi Usaha Perikanan 8

Studi Empiris Terkait Strategi Penanganan Risiko 9

Studi Empiris Terkait Pembenihan Ikan Patin 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis Dan Sumber Data 17

Metode Pengumpulan Data 17

Metode Analisis Data 18

GAMBARAN UMUM USAHA 22

Sejarah Singkat Usaha Pasir Gaok Fish Farm 22

Sarana dan Prasarana Kegiatan Produksi PGFF 23

Aspek Sumber Daya Manusia 24

Kegiatan Produksi Benih Ikan Patin di Pasir Gaok Fish Farm 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 32

(12)

2

SIMPULAN DAN SARAN 46

Simpulan 46

Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 49

(13)

3

DAFTAR TABEL

1 Peningkatan produksi perikanan budidaya di Indonesia tahun

20102014 1

2 Kontribusi wilayah penghasil ikan patin konsumsi tahun 2013 di

Indonesia 2

3 Produksi benih ikan patin di Pulau Jawa tahun 20112012 (ekor) 3

4 Data produksi benih ikan air tawar di Kabupaten Bogor tahun 2012 4

5 Parameter kualitas air pemeliharaan larva di Pasir Gaok Fish Farm 33

6 Probabilitas sumber risiko produksi PGFF 38

7 Dampak dari sumber-sumber risiko di PGFF 40

8 Status risiko dan prioritas dalam penentuan strategi 41

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik tingkat kematian (Mortality Rate) benih ikan patin siam di

PGFF tahun 2013 6

2 Peta risiko 14

3 Kerangka pemikiran operasional penelitian 16

4 Peta risiko untuk tindakan preventif 21

5 Peta risiko untuk tindakan mitigasi 21

6 Kolam pemeliharaan induk, pelet Hi Pro Vite 781 kemasan 30 kg, dan

pakan pelet 26

7 Proses pemijahan yaitu seleksi induk, penimbangan induk, dan

penyuntikan induk 26

8 Peralatan suntik, proses striping, dan pengecekan kematangan telur 27 9 Penetasan telur dalam akuarium, pemberian methilen blue dan hasil

panen larva 28

10 Artemia Sp. kemasan kaleng; media kultur artemia; alat pemanenan

artemia; artemia yang siap diberikan ke larva 29 11 Hatchery 1 berisi 40 akuarium 29

12 Persiapan pakan cacing sutera 30

13 Benih ikan hasil penyifonan 30

14 Proses sortasi benih pada hari ke-15 dan penghitungan ikan dengan

gelas sampel 31

15 Pemberian oksigen saat pengemasan benih ikan dalam plastik 31

16 Kolam pendederan benih ikan patin 31

17 Ikan yang lemas akibat perubahan kualitas air 34

18 Ikan mati karena sumber risiko penyakit 35

19 Kematian benih akibat kesalahan manusia (human error) 37 20 Pemetaan masing-masing sumber risiko produksi benih ikan patin

PGFF 42

(14)

4

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan kawasan perairan yang luas dan memiliki potensi hasil perikanan berlimpah sehingga dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Produksi perikanan di Indonesia sampai tahun 2013 telah mencapai 19.56 juta ton (KKP 2014). Perikanan tangkap dan perikanan budidaya mengalami peningkatan produksi sejak tahun 2010 sampai tahun 2013. Perkembangan perikanan budidaya mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada perikanan tangkap. Produksi perikanan budidaya menyumbang 71.52 persen dari total produksi perikanan di Indonesia sedangkan perikanan tangkap menyumbang sebesar 28.38 persen (KKP 2014). Rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional tahun 2010 sampai 2013 mengalami peningkatan sebesar 5.33 persen per tahun, yaitu dari 30.48 kg/kapita pada tahun 2010 menjadi 35.62 kg/kapita pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 KKP memperkirakan bahwa rata-rata konsumsi ikan nasional masyarakat Indonesia mencapai 38 kg/kapita (KKP 2014).

Berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dapat diperoleh di perairan Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2014, terdapat 10 komoditas unggulan produk perikanan budidaya di Indonesia, yaitu rumput laut, udang, kerapu, kakap, bandeng, ikan mas, nila, lele, patin, dan gurame (Tabel 1). Secara umum, jumlah produksi komoditas unggulan perikanan budidaya di Indonesia periode Januari 2010 sampai September 2014 mengalami peningkatan sebesar 35.61 persen. Total produksi tertinggi adalah budidaya rumput laut dan terendah adalah budidaya ikan kakap. Peningkatan volume produksi ikan air tawar tertinggi terjadi pada ikan patin sebesar 46.07 persen (Tabel 1).

3915017 5170201 6514854 9298474 6701521 36.86

3 Nila 464191 567078 695063 909016 644167 36.16

Jumlah 6277923 7928962 9675532 13313838 9688460 35.61

(16)

2

Ikan patin berpotensi untuk menggerakkan perekonomian rakyat karena mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya. Konsumen menyukai daging ikan patin yang memiliki tekstur agak kenyal, enak, gurih, dandaging ikan patin memiliki kandungan protein tinggi sertakadar kolesterol yang rendah baik untuk dikonsumsi (Kordi 2011). Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP menyatakan bahwa serapan pasar dalam negeri terbesar berupa ikan patin segar sekitar 75 %, dan selebihnya berupa fillet, patin asap, serta bentuk olahan lainnya, dengan kebutuhan ikan patin segar nasional mencapai 400–450 ton per harinya (TROBOS 2014). Direktur Produksi Budidaya KKP juga menyatakan bahwa pemerintah menargetkan total produksi ikan patin pada tahun 2014 sebesar 1.8 juta ton (DJPB 2014).

Prospek bisnis pada usaha budidaya perikanan mencakup tiga aspek, yaitu usaha pembenihan, usaha pendederan, dan usaha pembesaran. Segmentasi usaha dilakukan dengan melihat kesesuaian lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, modal dan pasar yang dituju. Peningkatan jumlah produksi ikan patin pada sektor pembesaran terjadi di daerah Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Produksi ikan patin konsumsi di Indonesia tahun 2013 mencapai 410 684 ton. Beberapa daerah yang menjadi kawasan sentra pembesaran ikan patin di Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Kalimantan Timur. Kontribusi wilayah penghasil ikan patin konsumsi di Indonesia tahun 2013 dapat dilihat dalam Tabel 2.

Wilayah Sumatra Selatan menjadi daerah yang menghasilkan ikan patin konsumsi tertinggi di Indonesia. Sumatra Selatan memberi kontribusi dalam menghasilkan ikan patin konsumsi sebesar 53.7 persen dari total ikan patin yang di produksi Indonesia tahun 2013. Sumatra Selatan sebagai daerah Minapolitan dengan produk unggulannya adalah ikan patin (KKP 2013). Daerah Sumatra dan Kalimantan adalah daerah yang cocok untuk melakukan usaha pembesaran ikan patin, namun kurang cocok untuk melakukan usaha pembenihan ikan patin. Daerah yang cocok sebagai sentra pembenihan ikan patin berada di Pulau Jawa sehingga para pengusaha pembesaran ikan patin di Sumatra dan Kalimantan melakukan pembelian benih ikan patin dari usaha pembenihan di daerah Jawa.

Tabel 2 Kontribusi wilayah penghasil ikan patin konsumsi tahun 2013 di Indonesia

Wilayah Produksi (Ton) Kontribusi (%)

Sumatra Selatan 220 577 53.71

Jambi 51 718 12.59

Riau 24 896 6.06

Kalimantan Selatan 24 425 5.95

Kalimantan Tengah 23 411 5.70

(17)

3 Keberhasilan usaha budidaya ikan patin sangat ditentukan oleh kualitas input produksi dan pelaksanaan proses produksi. Salah satu input produksi yang sangat berpengaruh adalah penggunaan benih. Apabila benih ikan yang digunakan berkualitas baik maka akan menghasilkan ikan patin dengan kualitas yang baik. Pulau Jawa memiliki potensi perikanan yang cukup besar, baik pada potensi perikanan tangkap dan budidaya. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah sentral pembenihan ikan air tawar di Indonesia. Usaha pembenihan ikan patin yang berada di Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya di pulau Jawa. Provinsi Jawa Barat menghasilkan benih ikan patin tertinggi pada tahun 2011 dan tahun 2012. Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan produksi benih ikan patin tertinggi sebesar 96.64 persen (Tabel 3).

Upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya adalah dengan perbaikan mutu benih dan perbaikan mutu induk penghasil benih melalui usaha pembenihan. Usaha pembenihanbertujuan untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Permintaan konsumen pada benih ikan patin terus meningkat dan menjadi peluang berkembangnya usaha pembenihan. Usaha yang dilakukan untuk memenuhi permintaan benih dari pendeder dan pengusaha pembesaran ikan patin mendorong upaya peningkatan jumlah produksi benih agar permintaan dapat terpenuhi.

Pulau Jawa sebagai daerah yang cocok untuk usaha pembenihan menunjukkan bahwa sentra pembenihan ikan berada di Provinsi Jawa Barat. Beberapa daerah pembenihan ikan air tawar di Jawa Barat berada di Sukabumi, Subang, Purwakarta, Bandung, Sawangan, Depok, dan Bogor. Kabupaten Bogor cocok sebagai daerah sentra pembenihan ikan karena faktor lingkungan yang sesuai, ketersediaan input produksi dan pasar yang dituju mudah untuk diakses. Usaha pembenihan ikan air tawar di Kabupaten Bogor tersebar di 40 Kecamatan dengan luas total areal untuk pembenihan sekitar 1 123 Ha (Disnakan Kabupaten Bogor 2013). Produksi benih ikan air tawar di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 mencapai 2 053 juta ekor yang terdiri atas benih ikan mas, nila, mujair, gurame, tawes, patin, lele, bawal dan benih ikan tambakan seperti ikan bandeng dan tongkol (Tabel 4).

Berdasarkan data Tabel 4 diketahui bahwa produksi benih ikan patin di Kabupaten Bogor adalah yang tertinggi kelima pada tahun 2012 dengan produksi benih mencapai 35.3 juta ekor. Pertumbuhan produksi benih ikan patin di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sampai 2012 sebesar 16 persen (Disnakan Kabupaten Bogor 2013). Produksi benih ikan patin di Kabupaten Bogor tersebar

Tabel 3 Produksi benih ikan patin di Pulau Jawa tahun 20112012 (ekor)

(18)

4

di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Ciampea, Parung, Ciseeng, Gunung sindur, Pemijahan dan Rancabungur.

Usaha Pasir Gaok Fish Farm (PGFF) adalah usaha pembenihan ikan patin yang berada di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Usaha pembenihan ikan di Desa Pasirgaok dapat berkembang karena Kecamatan Rancabungur cocok sebagai daerah pembenihan ikan patin karena mudah dalam mengakses bahan baku, seperti pakan alami untuk benih berupa cacing sutera, kegiatan pemijahan mudah untuk dilaksanakan, dan pembenihan ikan patin dalam

hatchery dapat terkontrol. PGFF melakukan usaha pembenihan ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang telah dilaksanakan selama dua tahun. Usaha pembenihan memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan usaha pembesaran. Risiko yang sering dihadapi oleh suatu perusahaan diantaranya adalah risiko produksi, risiko pemasaran, dan risiko keuangan. Setiap perusahaan perlu melakukan upaya pengelolaan risiko sehingga kerugian yang dihadapi oleh perusahaan dapat diminimalisasi.

Risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha pembenihan ikan ditunjukkan dengan rendahnya produktivitas, yang dapat diketahui dari adanya fluktuasi jumlah benih yang dihasilkan setiap periodenya. Rendahnya produktivitas perusahaan ditunjukkan oleh adanya peningkatan kematian pada benih yang di produksi, hal tersebut mengindikasi adanya risiko produksi. Adanya risiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan terjadi dalam hal pemenuhan kebutuhan modal investasi untuk produksi. Risiko pemasaran yang dihadapi oleh perusahaan ditunjukkan dengan adanya fluktuasi harga produk dan adanya pruduksi barang dalam jumlah yang berlebih sehingga tidak akan habis oleh pasar.

Risiko produksi merupakan risiko yang berpengaruh dalam sebuah bisnis karena berkaitan dengan hasil produksi perusahaan. Risiko produksi yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat disebabkan oleh berbagai sumber risiko. Analisis sumber risiko produksi yang terjadi pada suatu unit usaha perlu dilakukan untuk meminimalisasi kerugian akibat adanya risiko sehingga perusahaan dapat memaksimalkan keuntungan. Analisis risiko produksi perlu dilakukan pada usaha PGFF agar pemilik dapat menentukan strategi yang tepat untuk mengatasi setiap risiko yang dihadapi oleh PGFF.

Tabel 4 Data produksi benih ikan air tawar di Kabupaten Bogor tahun 2012

Komoditas Benih Ikan Produksi Benih (ekor)

Mas 97 756 220

Nila 87 209 233

Mujair 568 720

Gurame 27 833 970

Tawes 1 830 160

Patin 35 300 510

Lele 1 755 828 300

Tambakan 586 810

Bawal 46 167 030

Total Produksi Benih 2 053 080 953

(19)

5 Perumusan Masalah

Pasir Gaok Fish Farm (PGFF) merupakan usaha perseorangan yang didirikan oleh Bapak Sahban Imam Setioko dan bergerak dalam bidang pembenihan ikan patin siam. PGFF berdiri pada tahun 2010 dengan komoditi pertama yang diusahakan adalah pembenihan ikan bawal, lele, dan gurame. Usaha pembenihan ikan bawal, lele dan gurame yang dilaksanakan PGFF memiliki kendala dalam proses produksinya dan kurang menguntungkan. PGFF beralih untuk melakukan usaha pembenihan ikan patin pada tahun 2012 karena potensi ikan patin sangat bagus untuk beberapa tahun kedepan. Bisnis benih ikan patin memiliki waktu produksi yang relatif singkat dengan lama satu periode produksi sekitar 25–30 hari. Proses pemijahannya dilakukan secara buatan sehingga pengusaha dapat mengatur waktu produksi dan penyuntikan ikan.

Usaha pembenihan PGFF mengalami berbagai risiko dalam kegiatan bisnisnya. Analisis terhadap risiko perlu dilakukan untuk meminimalisasi kerugian yang disebabkan oleh adanya risiko sehingga keuntungan perusahaan dapat di maksimalkan. Risiko yang dialami oleh PGFF seperti risiko keuangan dalam hal modal investasi, dapat diatasi oleh pemilik dengan penambahan modal usaha dari dana pribadi pemilik. Risiko pemasaran dari permintaan konsumen dan harga benih tidak menjadi risiko yang krusial bagi PGFF. PGFF memiliki permintaan benih yang tinggi dengan konsumen yang relatif tetap sehingga benih yang dihasilkan terserap semua oleh pasar. Harga benih yang dijual di PGFF juga relatif konstan dan tidak berfluktuasi. Risiko lainnya yang dialami oleh PGFF adalah risiko produksi benih ikan patin patin siam yang ditunjukkan oleh adanya fluktuasi produksi.

PGFF memiliki dua unit hatchery yang terdiri atas hatchery 1 dengan kapasitas 40 akuarium dan hatchery 2 dengan kapasitas 45 akuarium. Hatchery 2 mulai beroperasi pada akhir tahun 2013 untuk menambah jumlah produksi benih ikan patin PGFF. Kegiatan pembenihan PGFF menghasilkan output berupa benih ikan patin siam umur 18−21 hari dengan ukuran ¾–1 inci atau 1.92.5 cm. Sejak tahun 2012 benih patin yang dihasilkan oleh PGFF selalu berfluktuasi setiap bulannya. Benih ikan patin yang dihasilkan PGFF pada hatchery 1 dengan kapasitas 40 akuarium sekitar 300 000−1 500 000 ekor benih setiap periodenya dengan ukuran ¾ inci. PGFF melakukan penyuntikan indukan ikan patin setiap periode produksi sebanyak 13 ekor dengan bobot indukan minimal 3 kg.

(20)

6

Gambar 1 Grafik tingkat kematian (Mortality Rate) benih ikan patin siam di PGFF tahun 2013

Target produksi benih ikan patin di PGFF setiap periodenya adalah 55 persen dari total larva yang dipanen. PGFF menentukan bahwa batas tingkat kematian benih atau nilai MR normal sebesar 45 persen. Nilai standar MR dari kegiatan pembenihan ikan patin untuk pemeliharaan dalam akuarium (air tenang) yang baik adalah 30−40 persen namun dapat berbeda untuk setiap usaha pembenihan (Susanto 2009). Tingginya nilai MR yang terjadi di PGFF mengindikasi adanya risiko produksi yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Produksi benih ikan patin siam di PGFF belum maksimal karena nilai MR yang terjadi pada bulan Januari, Maret, Juni, September, November, dan Desember berkisar antara 50.13 persen sampai 70.46 persen.

Risiko produksi yang dihadapi oleh PGFF diduga terjadi karena tingginya tingkat kematian benih ikan patin. Beberapa faktor produksi yang diindikasi sebagai sumber risiko produksi yang menyebabkan tingginya kematian benih ikan patin di PGFF adalah kanibalisme, perubahan suhu air yang drastis, kualitas air, musim kemarau, penyakit, kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk, kesalahan dalam proses stripping, dan ketersediaan pakan. Gejala kematian benih yang terjadi ditunjukkan dengan adanya benih yang terapung di permukaan air dan adanya sisa-sisa benih mati yang tenggelam di dasar akuarium. Selain itu adanya risiko produksi juga diduga dapat menyebabkan adanya kegagalan telur menetas, dan penurunan produktivitas induk patin siam dalam menghasilkan telur. PGFF perlu mengetahui sumber-sumber dari risiko produksi yang menjadi penyebab kematian pada benih. Kematian mendadak pada benih yang disebabkan oleh berbagai faktor yang ditunjukkan di PGFF menyebabkan analisis sumber risiko produksi perlu untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja sumber risiko produksi yang memengaruhi produksi benih ikan patin siam pada Pasir Gaok Fish Farm?

0 10 20 30 40 50 60 70 80

M

ortal

it

y Rate

(%)

(21)

7 2. Bagaimana tingkat probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan patin siam di Pasir Gaok Fish Farm?

3. Bagaimana alternatif strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan Pasir Gaok Fish Farm untuk mengendalikan risiko produksi dalam kegiatan pembenihan ikan patin siam?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasir Gaok Fish Farm.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko produksi pada kegiatan pembenihan ikan patin siam pada Pasir Gaok Fish Farm.

3. Menganalisis alternatif strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh Pasir Gaok Fish Farm untuk mengendalikan risiko dalam kegiatan pembenihan ikan patin siam.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Pasir Gaok Fish Farm, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusanuntuk perencanaanusaha di masa depan.

2. Penulis, meningkatkan kemampuan dalam menganalisis risiko produksi dari suatu usaha.

3. Pembaca, agar dapat mengembangkan dan mengaplikasikan penelitian ini, serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(22)

8

1.92.5 cm, dengan umur ikan 15−21 hari. Satu periode produksi di PGFF sekitar 25−30 hari, dengan sortasi pertama dilakukan pada hari ke-15, sortasi kedua pada hari ke-18, dan sortasi ketiga dilaksanan pada hari ke-21 sampai ikan habis terjual.

TINJAUAN PUSTAKA

Studi Empiris Terkait Analisis Risiko Produksi

Sumber-sumber risiko yang dihadapi dalam sektor pertanian adalah risiko produksi, risiko pasar, risiko kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial (Harwood et al. 1999). Asche dan Tveteras (1999) menjelaskan bahwa risiko produksi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses produksi pada sebagian besar industri primer. Sumber-sumber risiko produksi pada usaha perikanan dari segi teknis (proses produksi) secara umum disebabkan oleh perubahan suhu ekstrem, kanibalisme, kesalahan pembudidaya, musim kemarau, serangan hama dan penyakit yang dapat memicu kematian benih, kegagalan telur menetas serta penurunan produktivitas induk ikan dalam menghasilkan telur (Silaban 2011; Bagjariani 2013; Amalia 2014). Sedangkan jika dilihat dari segi non teknis maka risiko yang sering muncul dalam usaha pembenihan perikanan adalah risiko pasar yang mencakup harga input dan harga output (Amalia 2014).

Penelitian Bagjariani (2013) menjelaskan bahwa sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan bawal air tawar di Desa Tenjolaya Kabupaten Bogor berasal dari faktor kesalahan SDM, cuaca, kanibalisme, dan penyakit. Sedangkan dalam penelitian Pertiwi (2013) terkait risiko produksi benih ikan nila, selain empat sumber risiko tersebut juga ditemukan adanya sumber risiko hama yang menyebabkan kematian pada benih ikan. Penelitian Purwitasari (2011) menjelaskan bahwa risiko operasional yang teridentifikasipada unit pemasaran benih ikan patin yaitu risiko SDM, risiko teknologi, risiko alam, dan risiko proses. Manik (2013) menjelaskan bahwa risiko produksi pada usaha pembenihan ikan patin siam yang ditemukan pada usaha Elminari Fish Culture (EFC) adalah kesalahan pekerja dalam melakukan seleksi induk, kesalahan pekerja pada saat penyuntikan induk, adanya kanibalisme, terjadinya musim kemarau, suhu air yang bersifat ekstrem, dan kematian benih karena penyakit.

Probabilitas dan Dampak Risiko Produksi Usaha Perikanan

(23)

9 Tani Pemuka adalah risiko operasional dan risiko pemasaran. Metode analisis probabilitas yang digunakan oleh Lestari (2009) dan Bagjariani (2013) adalah metode z-score dan untuk menghitung nilai dampak risiko menggunakan metode

Value at Risk (VaR).

Sahar (2010) menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben’s Farm Bogor adalah risiko produksi dan risiko pasar. Jadi selain menggunakan analisis nilai standar (z-score) dan Value at Risk

(VaR), Sahar (2010) juga menganalisis nilai risiko yang diperoleh dengan menggunakan alat analisis coefficient variation. Berbeda dengan penelitian Silaban (2011), yang mencoba melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko produksi ikan hias yang dihadapi oleh PT Taufan Farm di Kabupaten Bogor, dengan menggunakan metode analisis risiko yaitu variance,

standar deviation, dan coefficient variation.

Perhitungan nilai probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi usaha perikanan telah dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya suatu risiko dan besar kerugian yang disebabkan oleh risiko tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis menggunakan analisis nilai standar atau nilai z-score untuk mengetahui nilai probabilitas atau kemungkinan dari setiap sumber risiko produksi pembenihan ikan patin siam yang terjadi di PGFF. Perhitungan dampak risiko menggunakan analisis Value at Risk (VaR), sehingga nilai kerugian dari sumber-sumber risiko pada usaha pembenihan ikan patin siam di PGFF dapat diketahui.

Studi Empiris Terkait Strategi Penanganan Risiko

Lestari (2009), Bagjariani (2013) dan Farman (2013) menggunakan peta risiko untuk mengklasifikasi sumber-sumber risiko yang teridentifikasi dalam penelitian. Penggunaan peta risiko bertujuan untuk mempermudah dalam mencari alternatif strategi untuk penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Peta risiko menggambarkan nilai probabilitas dan dampak dari setiap risiko. Bagjariani (2013) menjelaskan bahwa strategi penanganan risiko dirumuskan berdasarkan posisi dari masing-masing sumber risiko produksi yang terdapat pada peta risiko. Farman (2013) mengemukakan bahwa sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Saung Lele ditangani dengan cara preventif dan mitigasi.

(24)

10

dengan persiapan pemeliharaan, pelatihan sumber daya manusia, dan kontrak pembelian dengan pemasok. Strategi mitigasi untuk menangani risiko pada kuadran II melalui kegiatan pengendalian penyakit dan pengadaan induk yang tepat.

Studi Empiris Terkait Pembenihan Ikan Patin

Ikan patin memiliki bentuk tubuh yang memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung kebiru-biruan. Ikan patin memiliki panjang yang dapat mencapai 120 cm dan kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala bagian bawah. Terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba pada sudut mulutnya. Sirip punggung ikan patin memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi. Ikan patin memiliki sirip ekor yang membentuk cagak dan bentuknya simetris, sirip duburnya panjang terdiri dari 30−33 jari-jari lunak. Ikan patin memiliki kandungan gizi yang baik karena daging ikan patin mengandung protein sekitar 68.6 persen, lemak 5.8 persen, abu 3.5 persen dan air 59.3 persen (Mahyudin 2010).

Mahyudin (2010) mengemukakan bahwa terdapat beberapa jenis ikan patin yang dikembangkan di Indonesia, yaitu ikan patin jambal atau ikan patin lokal (Pangasius pangasius) dan ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) atau yang dikenal dengan nama ikan patin Bangkok. Indonesia juga telah mengembangkan ikan hasil persilangan antara induk betina ikan patin siam dengan induk jantan ikan patin jambal dan menghasilkan ikan patin yang dikenal dengan nama ikan patin pasupati (Pangasius sp.). Berbagai kerabat dekat ikan patin yang dapat ditemukan di perairan Indonesia diantaranya Pangasius polyuranodon (ikan juaro),

Pangasius macronema (ikan rios), Pangasius micronemus (ikan wakal atau riuscaring), Pangasius nasutus (ikan pedado), dan Pangasius nieuwenhuisii (ikan lawang).

Kegiatan produksi induk ikan patin siam merupakan suatu rangkaian dari kegiatan pra produksi, produksi, dan pemanenan untuk menghasilkan induk ikan patin siam (BSN 2000a). Kriteria induk ikan patin siam yang baik sesuai dengan SNI 01-6483.3-2000 adalah umur induk ikan patin betina harus lebih dari 2.5 tahun dan induk ikan patin jantan lebih dari 1.5 tahun. Bobot tubuh induk ikan jantan lebih dari 2 kg dan untuk induk ikan betina lebih dari 3 kg. Nilai Fekuinditas pada ikan patin siam sebesar 120 000−200 000 butir/kg (BSN 2000 a). Menurut SNI 01-6483.1-2000, benih ikan patin siam kelas benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok, induk dasar atau induk penjenis yang memenuhi syarat mutu kelas benih sebar (BSN 2000b).

(25)

11

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi risiko dan ketidakpastian

Suatu perusahaan dapat menghadapi berbagai masalah dari kegiatan bisnis yang dilaksanakan. Masalah yang muncul perlu ditangani oleh pelaku usaha untuk mengurangi kerugian perusahaan. Masalah yang muncul dalam kegiatan bisnis sering disebut sebagai risiko atau ketidakpastian oleh para pelaku usaha.Risiko dan ketidakpastian itu sangat erat kaitannya, namun keduanya memiliki makna yang berbeda. Risiko (risk) diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang terukur kuantitasnya karena tersedia informasi dan menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu, sedangkan ketidakpastian diartikan sebagai peluang yang tidak dapat diukur kuantitasnya karena tidak tersedia informasi (Robinson & Barry, 1987) Ketidakpastian dapat berupa kejadian yang menguntungkan untuk perusahaan atau kejadian yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Risiko adalah ketidakpastian yang dapat menimbulkan terjadinya peluang kerugian terhadap pengambilan suatu keputusan. Risiko menunjukkan kemungkinan kehilangan (loss) yang mempengaruhi kesejahteraan individu dan risiko sebagai konsekuensi dari apa yang kita lakukan (Harwood et al. 1999).

Kountur (2008), menjelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko, maka dari itu risiko didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak merugikan. Terdapat tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap risiko, yaitu: (1) merupakan suatu kejadian; (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa saja terjadi atau tidak terjadi; (3) jika sampai terjadi menimbulkan kerugian.

Kategori risiko dan sumber risiko

Kountur (2004; 2006; 2008) mengkategorikan risiko yang dihadapi oleh suatu usaha berdasarkan sudut pandang melihatnya, yaitu:

1. Sudut pandang penyebab, meliputi risiko keuangan dan operasional. Risiko keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang, sedangkan risiko operasional dipengaruhi oleh faktor non-keuangan, seperti faktor manusia, teknologi, dan faktor alam.

2. Sudut pandang akibat, meliputi risiko murni dan spekulatif. Risiko murni adalah risiko yang pastimengakibatkan kerugian, sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang tidak hanya mengakibatkan kerugian tetapi juga keuntungan. 3. Sudut pandang aktivitas dilihat berdasarkan jumlah aktivitas yang ada, seperti aktivitas pemberian kredit oleh bank (risiko kredit) dan orang yang melakukan aktivitas perjalanan (risiko perjalanan).

(26)

12

Menurut Harwood et al. (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu:

1. Risiko produksi (yield risk), berasal dari kegiatan produksi diantaranya gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, serta adanya kesalahan sumber daya manusia.

2. Risiko pasar atau harga (market risk), menunjukkan adanya suatu risiko yang berkaitan dengan perubahan harga output atau input pada waktu proses produksi. Contoh risiko pasar/harga meliputi barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, dan persaingan.

3. Risiko kelembagaan (institusional risk), menunjukkan adanya perubahan kebijakan atau aturan pemerintah yang mempengaruhi pertanian, seperti adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya. Contohnya kebijakan penggunaan pestisida pada tanamanan dan obat-obatan pada ternak. dan tarif ekspor.

4. Risiko sumber daya manusia (personal risk), muncul sebagai akibat dari kematian tenaga kerja, cedera, kesehatan yang buruk. Perubahan tujuan individu yang terlibat dalam perusahaan dapat memberikan efek yang signifikan pada kinerja operasi perusahaan dalam jangka panjang.

5. Risiko keuangan (financial risk), berkaitan dengan fluktuasi suku bunga pinjaman modal, kenaikan upah minimum regional, adanya utang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, dan laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi.

Manajemen risiko

Manajemen risiko menurut Darmawi (2010), merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan dengan tujuan memperoleh efektivitas dan efesiensi yang lebih tinggi. Menurut Darmawi (2010), ada empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko, yaitu mencegah perusahaan dari kegagalan, mengurangi pengeluaran perusahaan, menunjang peningkatan perolehan laba, dan memberi ketenangan pikiran bagi manager yang disebabkan adanya perlindungan terhadap risiko.

Kountur (2008), menjelaskan manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan adanya risiko. Manajemen juga merupakan suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang timbul karena adanya ketidakpastian dengan cara mengukur, memetakan, dan mengembangkan alternatif risiko dalam memonitoring serta mengendalikan implementasi penanganan risiko. Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah untuk menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis dan untuk memaksimumkan laba.

Pengukuran risiko

(27)

13 memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok. Informasi yang diperlukan berkaitan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu frekuensi terjadinya risiko atau jumlah kerugian yang dapat terjadi dan keparahan dari kerugian.

Menurut Kountur (2008), tujuan pengukuran risiko yaitu menghasilkan suatu hal yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya. Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya risiko yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui besar kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk desimal. Menurut Kountur (2006, 2008), z-score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai dari rata-ratanya pada distribusi normal.

Metode yang digunakan untuk mengukur nilai kerugian dari dampak risiko adalah VaR (Value at Risk) (Kountur 2006, 2008). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR untuk mengukur dampak dari suatu risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko yng terjadi pada suatu kegiatan usaha. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya risiko.

Teknik pemetaan risiko

Peta risiko adalah gambaran tentang posisi suatu risiko di antara dua sumbu, yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Probabilitas merupakan dimensi pertama yang menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, maka perlu mendapat perhatian. Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan akibat dari risiko yang menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka perlu segera ditangani (Kountur 2006; 2008).

Probabilitas risiko terdiri atas kemungkinan besar dan kemungkinan kecil, sedangkan dampak risiko terdiri atas dampak besar dan dampak kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kecilnya suatu risiko ditentukan oleh manajemen. Kountur (2008) mengemukakan bahwa risiko yang probabilitasnya di atas 20 persen dianggap sebagai risiko dengan kemungkinan besar, sedangkan yang berada di bawah 20 persen dianggap sebagai risiko dengan kemungkinan kecil.

Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area skala prioritas ketiga dengan tingkat probabilitas besar dan tingkat dampak kecil. Risiko pada kuadran ini memiliki dampak minimal terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran II merupakan area skala prioritas pertama. dengan tingkat probabilitas kejadian dan dampak besar. Risiko pada kuadran II mempengaruhi target pencapaian perusahaan dan menimbulkan kondisi terburuk (bangkrut).

(28)

14

perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko, namun perusahaan tetap perlu mengadakan pengawasan pada risiko ini. Kuadran IV merupakan area skala prioritas kedua dengan memiliki tingkat probabilitas kejadian kecil dan dampak besar. Risiko pada kuadran IV jarang terjadi, tetapi jika risiko ini terjadi dapat menyebabkan terancamnya tujuan perusahaan. Penanganan risiko dilakukan sesuai dengan posisi risiko yang telah dipetakan dalam peta risiko sehingga penanganan dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan status risikonya (Kountur, 2008). Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta risiko Sumber: Kountur (2008)

Konsep penanganan risiko

Menurut Kountur (2008), ada empat cara penanganan risiko yang dapat dilakukan, yaitu dengan menghindari risiko, mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko dengan mengalihkan risiko ke pihak lain dan mendanai risiko jika risiko terjadi. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang baik untuk menangani risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus menghadapi risiko maka cara yang dilakukan adalah mencegah, yaitu membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil mungkin. Selain mencegah, kerugian akibat dari adanya risiko juga perlu dikurangi, hal ini dilakukan jika konsekuensi dari risiko tersebut besar (dampak besar).

Menurut Darmawi (2010), pengendalian risiko dapat dijalankan dengan beberapa metode yaitu menghindari risiko, mengendalikan kerugian, pemisahan, kombinasi atau pooling, dan pemindahan risiko. Harwood et al. (1999), juga menjelaskan cara penanganan risiko yang dapat diterapkan untuk meminimalisasi kerugian usaha tani adalah: (1) diversifikasi usaha (enterprise diversification); (2) integrasi vertikal (vertical integration); (3) kontrak produksi (production contract); (4) kontrak pemasaran (marketing contract); (5) perlindungan nilai (hedging); (6) asuransi (insurance); (8) manajemen keuangan; (9) likuiditas; dan (10) leasing.

Besar

Kecil

Kuadran I

Kuadran III

Kuadran II

Kuadran IV

Kecil Besar Dampak (Rp)

(29)

15 memiliki potensi untuk dikembangkan beberapa tahun kedepan. Proses pemijahan ikan patin juga dapat dilakukan secara buatan sehingga pengusaha dapat menetapkan waktu produksi dengan mengatur waktu penyuntikan ikan. Potensi pengembangan usaha pembenihan ikan patin di PGFF didukung oleh tingginya permintaan benih ikan patin untuk segmentasi usaha pendederan dan pembesaran ikan patin. Penetapan harga benih ikan patin di PGFF yang relatif tetap dengan kualitas benih yang baik menyebabkan konsumen membeli benih ikan di PGFF.

Kegiatan usaha pembenihan patin siam pada PGFF menghadapi risiko produksi yang ditunjukkan oleh adanya fluktuasi produksi benih ikan patin yang dihasilkan. Fluktuasi produksi benih ikan patin berdampak pada perubahan penerimaan PGFF. PGFF mengalami kerugian ketika tingkat kematian benih tinggi. Risiko produksi yang dihadapi oleh PGFF perlu mendapat penanganan sehingga diperlukan kegiatan untuk menganalisis sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh PGFF. Analisis terhadap sumber risiko diperlukan dalam upaya meminimalisasi dampak dari risiko produksi. PGFF memiliki tujuan meningkatkan penerimaan perusahaan sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Peningkatan keuntungan dapat diperoleh jika kerugian perusahaan karena adanya risiko dapat diatasi. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh PGFF sebagai pelaku usaha.

Analisis sumber risiko produksi menggunakan metode analisis deskriptif yang diperoleh melalui observasi, wawancara, diskusi dengan pemilik dan pengelola usaha PGFF. Data hasil observasi dan wawancara kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh PGFF. Data produksi yang diperoleh kemudian dihitung menggunakan analisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi. Analisis probabilitas dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko produksi benih ikan patin akibat adanya risiko. Pengukuran probabilitas terjadinya risiko dilakukan dengan analisis nilai standar atau z-score, sedangkan pengukuran nilai dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR), sehingga dapat diketahui besar kerugian dari masing-masing sumber risiko produksi. Analisis yang dilakukan menggunakan data produksi benih ikan patin dari bulan Januari sampai Desember 2013 selama 11 bulan, karena bulan Juli PGFF tidak melakukan produksi.

(30)

16

risiko juga diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata kerugian dari sumber-sumber risiko. Sebaran pada peta risiko tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan alternatif strategi untuk mengendalikan risiko produksi. Penentuan alternatif strategi dapat dilakukan secara mitigasi atau preventif, disesuaikan dengan letak dari risiko pada peta risiko. Alur kerangka operasional dalam penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional penelitian

Pasir Gaok Fish Farm (PGFF) adalah unit usaha pembenihan ikan patin siam yang memiliki tujuan:

1. Memaksimalkan keuntungan 2. Meminimalkan risiko usaha

Adanya fluktuasi produksi benih ikan patin siam mengindikasi adanya risiko produksi yang dihadapi oleh PGFF

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi benih ikan patin PGFF dengan analisis deskriptif pada aspek produksi yang terkait dengan

risiko produksi benih ikan patin

Analisis dampak dari sumber-sumber risiko produksi menggunakan

Value at Risk (VaR)

Analisis probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi menggunakan

Metode Z-Score

Pemetaan risiko dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak

(31)

17

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha Pasir Gaok Fish Farm (PGFF) yang merupakan usaha pembenihan ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) yang berada di Desa Pasirgaok Tengah RT. 3 RW. 6, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Usaha PGFF didirikan oleh Bapak Sahban Imam Setioko, yang dikelola oleh 4 orang karyawan. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha tersebut merupakan usaha pembenihan ikan patin yang sedang berkembang di desa Pasirgaok dan memiliki pasar yang cukup baik. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Februari sampai April 2014. Pengolahan data dan penulisan skripsi dilakukan selama bulan Mei 2014 sampai Februari 2015.

Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan pemilik usaha dan para pekerja di PGFF. Data primer yang diperoleh mencakup data terkait proses produksi, data hasil produksi benih ikan patin, dan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya fluktuasi produksi ikan patin di PGFF. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur yang bersumber dari berbagai buku, skripsi atau penelitian-penelitian terdahulu, dan data yang bersumber dari internet yang berupa jurnal, disertasi,serta artikel yang berkaitan dengan penelitian. Penulis juga menggunakan data-data perikanan yang mendukung kegiatan penelitian yang bersumber dari instansi terkait seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bogor, Badan Standarisasi Nasional (BSN), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB).

Metode Pengumpulan Data

(32)

18

Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data secara kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran umum perusahaan atau keadaan dari usaha PGFF. Analisis deskriptif juga digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi usaha pembenihan ikan patin siam dan menjelaskan strategi pengelolaan risiko yang dilaksanakan perusahaan dengan mengaitkannya terhadap teori risiko yang ada, sehingga risiko bisa diminimalisasi. Tujuan dilakukannya analisis deskriptif yaitu untuk memberi gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta yang diteliti. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan pemilik dan pengelola PGFF.

Pengolahan data secara kualitatif dilakukan dengan perhitungan analisis risiko dengan bantuan perangkat lunak Mirosoft Excel. Pengolahan data dimulai dari identifikasi sumber-sumber risiko, menghitung kemungkinan terjadinya risiko, dan dilanjutkan dengan dampak risiko. Perhitungan dampak risiko dilakukan dengan metode Value at Risk (VaR) setelah probabilitas dan dampak risiko dihitung, kemudian dimasukkan dalam peta risiko untuk mendapatkan strategi pengelolaan risiko.

Analisis kemungkinan terjadinya risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko terhadap perusahaan. Kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko perlu diketahui sehingga perusahaan dapat menentukan risiko yang perlu di prioritaskan. Metode nilai standar atau z-score digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko. Data yang digunakan dalam metode ini berupa data historis dan data berbentuk kontinus (desimal). Nilai yang dihitung pada penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi benih ikan patin siam di PGFF. Penghitungan kemungkinan terjadinya risiko produksi menggunakan data produksi larva, penjualan benih ikan patin PGFF, tingkat mortalitas, dan harga benih yang dijual PGFF. Penelitian ini menggunakan data produksi benih patin dari Januari hingga Desember 2013. Data produksi yang digunakan sebanyak 11 bulan karena pada bulan Juli 2013 usaha PGFF tidak melakukan produksi.

(33)

19 Kountur (2008), menyatakan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini, yaitu: 1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko yang dapat diperoleh dengan cara:

x̅ ∑ni 1n i

Dimana:

x̅ = Nilai rata-rata kejadian berisiko dari masing-masing sumber risiko yaitu kanibalisme, kualitas air, penyakit dan human error.

xi = Nilai batas normal per periode (per bulan) benih mati dari masing- masing

sumber risiko yaitu kanibalisme, kualitas air, penyakit dan human error

n = Jumlah data yang digunakan dalam penelitian (11 bulan)

2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko Rumus menghitung standar deviasi (s) adalah:

s √∑ni 1 x x̅ 2

n 1

Dimana:

s = Standar deviasi dari masing-masing kejadian berisiko dari masing- masing sumber risiko

x̅ = Nilai rata-rata kejadian berisiko dari masing-masing sumber risiko yaitu kanibalisme, kualitas air, penyakit dan human error.

xi = Nilai batas normal per periode (per bulan) benih mati dari masing- masing

sumber risiko yaitu kanibalisme, kualitas air, penyakit dan human error

n = Jumlah data yang digunakan dalam penelitian (11 bulan)

3. Menghitung nilai z-score

z x s

Dimana:

z = Nilai z-score dari sumber risiko kanibalisme, kualitas air, penyakit dan human error

x̅ = Nilai rata-rata kejadian berisiko dari masing-masing sumber risiko yaitu kanibalisme, kualitas air, penyakit dan human error.

xi = Nilai batas normal per periode (per bulan) benih mati dari masing- masing

sumber risiko yaitu kanibalisme, kualitas air, penyakit dan human error

s = Standar deviasi dari masing-masing kejadian berisiko dari setiap sumber risiko

4. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

(34)

20

Analisis dampak risiko

Dampak merupakan kerugian yang diterima oleh perusahaan akibat terjadinya suatu risiko. Pengukuran dampak risiko yang paling efektif adalah dengan menggunakan metode VaR (Value at Risk). VaR menunjukkan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dengan taraf nyata atau tingkat error sebesar 5 persen. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2013), taraf nyata yang digunakan untuk penelitian di bidang sosial ekonomi sebesar 5−10 persen. Nilai VaR dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya dampak dari risiko pada kegiatan produksi benih patin siam PGFF. Kejadian yang dianggap sebagai dampak dari adanya risiko yang menimbulkan kerugian untuk perusahaan ditunjukkan dengan adanya penurunan produksi sebagai akibat dari sumber-sumber risiko. VaR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kountur 2008):

VaR x̅ z s

√n

Dimana :

VaR = Value at Risk atau dampak kerugian yang ditimbulkan oleh sumber kanibalisme, kualitas air, penyakit, dan human error

x̅ = Nilai rata-rata kejadian berisiko dari masing-masing sumber risiko yaitu kanibalisme, kualitas air, penyakit dan human error

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen yaitu 1.645 s = Standar deviasi dari kejadian berisiko dari masing-masing sumber risiko

n = Jumlah data yang digunakan dalam penelitian/jumlah periode (11 bulan)

Pemetaan risiko

Menurut Kountur (2008), sebelum menanganai risiko, hal yang perlu diperhatikan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak/akibat. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya suatu risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian yaitu besar dan kecil. Batas antara besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar sedangkan dibawah 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2008).

Penentuan batas antara risiko besar atau kecil pada nilai probabilitas dan dampak dari risiko di PGFF didasarkan pada nilai rata-rata kemungkinan terjadinya risiko dan rata-rata nilai kerugian dari risiko. Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Posisi risiko dalam peta risiko disebut sebagai status risiko. Nilai status risiko dapat diperoleh dari perhitungan sebaga berikut:

a a l a a a

(35)

21 Penanganan risiko

Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah mendapat keutungan maksimal dengan memperkecil kemungkinan terjadinya risiko perusahaan. Berdasarkan hasil pemetaan risiko pada peta risiko, perusahaan dapat melakukan strategi penanganan risiko dengan cara:

1. Penghindaran risiko (preventif)

Kountur (2008) menjelaskan bahwa tindakan preventif dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Tindakkan perventif dapat dilakukan dengan berbagai cara. Strategi preventif dapat digunakan untuk menangani risiko yang berada pada kuadran I dan II, yang merupakan risiko dengan kemungkinan terjadinya besar. Penanganan risiko dengan strategi preventif dapat membuat risiko yang berada pada kuadran I bergeser ke kuadran III dan risiko pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV, seperti tampak pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta risiko untuk tindakan preventif 2. Mitigasi Risiko

Mitigasi risiko adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak risiko yang terjadi. Jika risiko terjadi pada kuadran dengan dampak besar, maka dengan strategi mitigasi diusahakan untuk memperkecil dampak risiko yang ditimbulkan seminimal mungkin. Risiko yang terletak pada kuadran II dan Kuadran IV akan ditangani sehingga posisi risiko akan bergeser. Penanganan dengan strategi mitigasi dapat menyebabkan risiko pada kuadran II akan bergeser ke kuadran I dan risiko pada kuadran IV akan bergeser ke kuadran III. Seperti tampak pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta risiko untuk tindakan mitigasi Besar

Kecil

Kuadran I

Kuadran III

Kuadran II

Kuadran IV

Kecil Besar Dampak (Rp)

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kuadran I

Kuadran III

Kuadran II

Kuadran IV

Kecil Besar Dampak (Rp)

(36)

22

Beberapa cara mitigasi yang dapat dilakukan adalah :

1. Diversifikasi yang merupakan cara menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat sehingga jika salah satu tempat mendapat musibah, tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara mitigasi yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. 2. Penggabungan (merger) merupakan cara mengelola risiko yang

menekankan pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. 3. Pengalihan risiko atau transfer of risk merupakan salah satu cara dalam

pengelolaan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Tujuan dari pengalihan ini adalah jika terjadi kerugian, maka pihak lainlah yang akan menanggung kerugian. Beberapa cara pengalihan risiko adalah dengan asuransi, headging, leasing, outsourcing.

GAMBARAN UMUM USAHA

Sejarah Singkat Usaha Pasir Gaok Fish Farm

Usaha Pasir Gaok Fish Farm (PGFF) merupakan usaha perseorangan yang didirikan oleh Bapak Sahban Imam Setioko. PGFF berdiri pada tahun 2010, dengan komoditi pertama yang diusahakan adalah usaha ikan bawal, ikan gurame dan ikan lele. Usaha pembenihan ikan bawal, ikan gurame, dan ikan lele menghadapi kendala dalam proses produksinya dan dirasa kurang menguntungkan. PGFF beralih untuk melakukan usaha pembenihan ikan patin pada tahun 2012. Pemilik PGFF melihat peluang bisnis pembenihan ikan patin yang ditunjukkan dengan tingginya permintaan konsumen terhadap ikan patin, adanya potensi pasar ikan patin yang belum terpenuhi seluruhnya, dan dengan waktu periode produksi yang relatif singkat, maka bisnis pembenihan ikan patin cukup menjanjikan keuntungan untuk beberapa tahun kedepan.

Usaha PGFF berlokasi di Desa Pasirgaok Tengah RT. 3, RW. 6, Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor, dengan luas areal sebesar 7 680 m2. Desa Pasirgaok merupakan desa yang terletak di sebelah barat ibukota Kecamatan Rancabungur. Desa Pasirgaok merupakan daerah yang berpotensi untuk dijadikan sebagai daerah untuk budidaya perikanan, karena daerah Pasirgaok memiliki ketinggian ±300 m diatas permukaan laut dengan curah hujan ±200 mm, dan rata-rata suhu udara di Desa Pasirgaok antara 28 °C dan 32 °C (Data Desa Pasirgaok, 2013). Kegiatan usaha PGFF yang berada di Desa Pasirgaok merupakan usaha pembenihan ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) dengan kegiatan yang dilaksanakan mulai dari kegiatan pengelolaan indukan, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva sampai menjadi benih siap panen, dan proses penjualan.

(37)

23 selama 15−25 hari. Benih ikan patin yang dihasilkan PGFF pada tahun pertama tidak dapat memenuhi seluruh permintaan konsumen, sehingga pada bulan Agustus 2013, pemilik PGFF melakukan pembangunan indoor hatchery yang kedua dengan akuarium sebanyak 45 buah. Ukuran akuarium yang digunakan pada hatchery 2 sama dengan ukuran akuarium di hatchery 1 yaitu 2 m × 1 m × 0.5 m.

Sejak tahun 2012 sampai 2014, benih patin yang dihasilkan oleh PGFF cenderung mengalami fluktuasi setiap bulannya. Benih ikan patin yang dihasilkan PGFF setiap periodenya 300 000−1 500 000 ekor benih, dengan ukuran ¾ inci. PGFF pernah tidak memperoleh hasil karena banyak benih yang mati dan ada sebagian kecil benih yang tersisa dimasukkan ke dalam kolam tanah (empang) karena tidak layak jual. Adanya benih ikan yang tidak layak jual menunjukkan bahwa hal tersebut tidak berbanding positif dengan penggunaan teknologi modern yang telah diterapkan oleh PGFF. PGFF telah menggunakan sarana produksi yang memadai dengan kapasitas produksi antara 1 juta sampai 3 juta ekor benih setiap periodenya.

Konsumen yang menjadi sasaran dari usaha pembenihan PGFF adalah para petani pendederan dan pembesaran ikan patin siam. Benih ikan patin siam ukuran ¾ inci di PGFF dijual dengan harga Rp 65 per ekor. PGFF melayani permintaan ikan patin yang berasal dari Jawa dan luar Jawa. Permintaan ikan patin di Pulau Jawa, khususnya daerah Jawa Barat banyak berasal dari Bandung, Sawangan, Jatiluhur, dan Bogor, sedangkan untuk permintaan benih patin di luar Jawa, berasal dari Lampung, Palembang, Pekan Baru, dan Jambi.

Pembeli di daerah Jawa Barat menelpon untuk mengetahui informasi ketersediaan benih ikan di PGFF dan datang langsung ke lokasi budidaya di Rancabungur. Pembeli yang berasal diluar Jawa, melakukan pemesanan ikan patin melalui telepon, kemudian melakukan kesepakatan terkait harga, cara pembayaran dan pengiriman ikan. Selain itu, konsumen dapat mengakses informasi benih ikan dari Website PGFF. Pemilik melayani jasa pengiriman dengan mengantarkan secara langsung menggunakan mobil untuk pembeli di daerah Lampung dan Palembang, tetapi untuk ke daerah Pekan Baru dan Jambi pengiriman menggunakan pesawat dengan kargo.

Sarana dan Prasarana Kegiatan Produksi PGFF

Kegiatan pembenihan ikan patin siam di PGFF didukung oleh adanya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan produksi benih ikan. PGFF memiliki berbagai peralatan dan perlengkapan yang menunjang kegiatan pembenihan ikan patin. Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembenihan ikan patin di PGFF adalah sebagai berikut:

(38)

24

2. Sumur yang digunakan sebagai sumber air bersih untuk keperluan pemeliharaan ikan. Sumur yang dimiliki oleh PGFF adalah dua unit sumur bor dengan kedalaman 40 m dan sebuah sumur gali dengan kedalaman 12 m. 3. Tandon air yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung air yang berasal

dari sumur. Tandon air digunakan untuk mengendapkan air yang mengalir dari sumur bor maupun sumur gali. Tandon air yang dimiliki oleh PGFF berukuran 4 m × 4 m × 2 m, dengan volume air maksimal 32 000 liter.

4. Panti benih (hatchery) merupakan tempat memproduksi benih ikan patin siam mulai dari proses penetasan telur sampai pemeliharaan larva hingga menjadi benih ukuran ¾ inci selama 15−21 hari. PGFF memiliki dua buah

hatcheryyang berukururan 23 m × 7 m × 2.5 m dan 17 m × 10 m × 2.5 m. 5. Kolam pemberokan berfungsi untuk menampung hasil seleksi induk yang

akan di pijahkan dengan ukuran 6 m × 3 m × 0.5 m.

6. Kolam penyimpanan cacing sutera berfungsi untuk menyimpan cacing sutera sementara, sebagai stock pakan sebelum diberikan kepada ikan, dengan ukuran kolam 2.5 m × 1.8 m × 0.15 m.

7. Tempat penetasan artemia yang digunakan untuk menetaskan telur Artemia sp. selama 24 jam dengan ember bervolume 20 liter.

8. Akuarium yang digunakan untuk penetasan telur, pemeliharaan larva dan pemeliharaan benih ikan patin siam yang dimiliki oleh PGFF sebanyak 85 akuarium yang berukuran 2 m × 1 m × 0.5 m.

9. Aerator atau mesin blower adalah alat yang berfungsi menjaga ketersediaan kandungan oksigen di dalam air

10. Perlengkapan lain yang mendukung kegiatan produksi perusahaan adalah genset, bak fiber, waring, jaring, seser halus, kateter, ember grading, microskop dan motor serta mobil pick up sebagai alat transportasi yang menunjang kegiatan usaha.

Aspek Sumber Daya Manusia

Pasir Gaok Fish Farm (PGFF) merupakan salah satu unit usaha pembenihan ikan patin siam yang struktur organisasinya berada di bawah satu kepemimpinan. Struktur organisasi merupakan sistem kegiatan yang terkoordinir dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan di bawah satu pimpinan. Bapak Sahban sebagai pemilik usaha yang memiliki kekuasaan atas seluruh kebijakan dalam pengambilan keputusan dalam usaha. Struktur organisasi yang diterapkan dalam usaha PGFF adalah bentuk organisasi sistem lini. Sistem ini biasa dipakai oleh usaha rumah tangga atau industri kecil yang bersifat perintah langsung, sehingga struktur organisasi bersifat vertikal dan garis perintah berasal dari atasan kepada bawahan untuk menjalankan tugas dan kewajibannya.

(39)

25 melaksanakan secara bersama seluruh kegiatan produksi, mulai dari kegiatan pemeliharaan induk, pemijahan induk, proses stripping, proses pemeliharaan larva, proses pemeliharaan benih hingga panen dan proses pasca panen.

Bapak Sahban menunjuk salah satu pekerja di PGFF sebagai pengelola utama kegiatan produksi ikan patin siam di PGFF. Pekerja tersebut memiliki tugas yang cukup kompleks sebagai orang kepercayaan dari Bapak Sahban. Pekerja tersebut bertugas dan bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan produksi benih ikan patin dan dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Selain itu pekerja tersebut juga bertugas dalam menerima pesanan ikan dari para pelanggan dan melakukan pencatatan keuangan baik penjualan dan pengeluaran harian yang dibantu oleh seorang pekerja lain.

Kegiatan Produksi Benih Ikan Patin di Pasir Gaok Fish Farm Pemeliharaan induk patin siam

Induk ikan patinjantan dan betina yang terdapat di PGFF diperoleh dengan membeli dari petani ikan patin di daerah Sukabumi, Sawangan, dan Bogor. Sejak tahun 2013, pembelian induk ikan patin telah dilakukan sebanyak 5 kali dengan total indukan yang dimiliki ±500 ekor betina dan ±300 ekor jantan. Ikan patin tersebut dibeli dengan berbagai macam harga dan cara pembelian. Induk ikan patin dibeli dengan kisaran harga Rp 20 000–Rp 30 000 per kilogram, dan biasanya indukan ikan patin yang dibeli memiliki berat antara 2.5–6 kg. Indukan patin yang berada di PGFF ada yang diperoleh dengan membeli langsung ke lokasi pembudidaya pembesaran ikan patin, namun ada juga petani pembesaran ikan patin yang datang ke Pasirgaok dan menawarkan biang ikan patin betina dan jantan yang siap dipijahkan.

Indukan yang dibeli dipelihara dalam kolam atau empang sampai induk ikan siap dipijahkan. Induk ikan yang sudah disuntik juga akan dikembalikan ke kolam pemeliharaan untuk penyuntikan selanjutnya. PGFF memiliki 11 kolam induk yang terdiri atas kolam tanah (empang) dan kolam tembok. Kolam tersebut digunakan untuk memelihara ratusan induk ikan patin. Kolam pemeliharaan indukan memiliki ukuran yang berbeda, yaitu terdapat empat kolam pemeliharaan dari tanah berukuran 8 m × 3 m × 1.5 m, tiga kolam tanah berukuran 5.8 m × 5.5 m × 1 m, dan tiga kolam tanah berukuran 7.5 m × 5m × 1 m, serta 1 kolam semen yang berukuran 16 m × 8.5 m × 1.5 m. Kolam pemeliharaan induk di PGFF memiliki padat tebar rata-rata 810 ekor/m2

.

Gambar

Tabel  1    Peningkatan  produksi  perikanan  budidaya  di  Indonesia  tahun  20102014  No  Komoditas  2010 (Ton)  2011 (Ton)  2012 (Ton)  2013  (Ton)  2014* (Ton)  Kenaikan 2010−2014 (%)  1  Udang  380972  400385  415703  639590  418728  32.21  2  Rumput
Tabel  2    Kontribusi  wilayah  penghasil  ikan  patin  konsumsi  tahun  2013  di  Indonesia
Tabel 3  Produksi benih ikan patin di Pulau Jawa tahun 20112012 (ekor)
Tabel 4  Data produksi benih ikan air tawar di Kabupaten Bogor tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber risiko yang berada pada kuadran 1 merupakan sumber risiko yang memiliki kemungkinan terjadi atau probabilitas yang besar namun memiliki dampak kerugian

Tujuan utama Taufan’s Fish Farm dalam menjalankan usahanya adalah mencapai keuntungan yang maksimal. Untuk memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan mengoptimumkan produksi

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, (2) menganalisis seberapa besar probabilitas

1. Produk yang dihasilkan hanya satu jenis yaitu benih ikan patin. Luas lahan yang dimiliki Number One Fish Farm 500 m². Umur proyek dari analisis kelayakan finansial usaha

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan budidaya cabai paprika, menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko dan

Tujuan utama Taufan’s Fish Farm dalam menjalankan usahanya adalah mencapai keuntungan yang maksimal. Untuk memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan mengoptimumkan produksi

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan budidaya cabai paprika, menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko dan

Berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada kenario I dengan tingkat diskonto 7,25 persen usaha pembenihan larva ikan bawal Ben’s Fish Farm di cabang usaha yang ke 24, diperoleh