• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori – teori yang berkaitan dengan penelitian ini seperti teori konsep dasar risiko, sumber – sumber risiko, analisis dan teori – teori yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini. Penjelasan secara spesifik mengenai teori – teori tersebut akan dijabarkan pada sub bab dibawah ini:

Konsep Dasar Risiko

Menurut Hardaker yang diacu dalam Sianturi (2011), definisi risiko merupakan pengetahuan yang tidak sempurna dimana diketahuinya peluang dari hasil sedangkan ketidakpastian itu sendiri diartikan sebagai kondisi dimana peluangnya dari hasil tidak diketahui.

Berdasarkan Kountur (2004), risiko berhubungan dengan ketidakpastian dimana ketidakpastian tersebut terjadi akibat kurang tersedianya informasi mengenai apa yang terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan memiliki dua dampak yaitu merugikan dan menguntungkan. Jika ketidakpastian memberikan dampak menguntungkan maka hal tersebut dinamakan kesempatan (opprtunitty). Sedangkan ketidakpastian yang memberikan dampak merugikan biasanya disebut sebagai risiko. Dalam hal ini, Risiko berhubungan dengan suatu kejadian yang memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan.

Terkait dengan risiko dan ketidakpastian, Roumasset (1979) menjelaskan bahwa kondisi risiko dan ketidakpastian dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya probabilitas yang dapat dijadikan pegangan atas kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Risiko didefinisikan sebagai situasi dimana kemungkinan hasil dari suatu peristiwa yang sifatnya acak dapat ditentukan dan besarnya probabilitas dari setiap peristiwa tersebut telah diketahui. Adapun ketidakpastian adalah situasi dimana hasil dari suatu kegiatan dapat diketahui namun tingkat probabilitasnya tidak dapat diestimasi.

Konsep risiko lainnya diambil dari Darmawi (2005) yang menyatakan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dalam artian bahwa penggunaan kata kemungkinan tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko dimana kondisi tersebut muncul disebabkan oleh (Darmawi, 2005) :

1. Jarak waktu sejak mulainya perencanaan atas kegiatan sampai berakhirnya kegiatan tersebut. Semakin panjang jarak waktu semakin besar ketidakpastiannya.

2. Adanya keterbatasan dalam tersedianya informasi yang diperlukan.

3. Adanya keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik pengambilan keputusan.

Sumber-Sumber Risiko

Pada umumnya ada dua sumber faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko yakni internal dan eksternal. Sumber internal umumnya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sedangkan sumber eksternal umumnya jauh di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, serta perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan.

Dalam Harwood et al (1999), ada beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani / pengusaha adalah :

1. Risiko produksi

Beberapa sumber risiko dari risiko produksi diantaranya hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk.

2. Risiko pasar atau risiko harga

Barang tidak dapat dijual yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produk substitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik merupakan risiko – risiko yang ditimbulkan oleh pasar. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga yang naik karena adanya inflasi.

3. Risiko kelembagaan atau institusi

Risiko yang ditimbulkan dalam kelembagaan atau institusi adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjdai kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi.

4. Risiko kebijakan

Risiko kebijakan yang ditimbulkan antara lain adanya kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

5. Risiko finansial atau keuangan

Risiko yang timbul antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko dapat diartikan sebagai suatu cara atau upaya yang digunakan perusahaan dalam melakukan pemilihan alternatif yang ada untuk mengurangi dampak dari risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya. Dalam Djohanputro (2006), manajemen risiko korporat didefinisikan sebagai proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif risiko, memonitoring serta mengendalikan implementasi penanganan risiko.

Pengertian manajemen risiko menurut Darmawi (2005) adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengetahui, menganalisis, mengendalikan risiko di setiap kegiatan dalam pengambilan keputusan berdasarkan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Definisi lain dari manajemen risiko adalah suatu rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan perusahaan untuk mengidentifiksai, mengukur, memonitor dan mengontrol risiko yang muncul dari kegiatan operasionalnya (Hanggraeni, 2010).

Manajemen risiko berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko dimana strategi ini digunakan untuk mengendalikan risiko dan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan.

Dalam melakukasn proses manajemen risiko, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dimulai dari mengidentifikasi sumber dari penyebab terjadinya risiko paling krusial yang terjadi di perusahaan. Pada tahap identifikasi semua risiko yang dihadapi perusahaan ini akan dihasilkan output berupa daftar risiko,

kemudian risiko yang terdapat dalam daftar risiko tersebut dilakukan proses selanjutnya yaitu pengukuran risiko. Pengukuran risiko ini dilakukan dengan pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko dimana pengukuran tersebut digunakan untuk mengetahui status risiko dan peta risiko dari perusahaan. Status risiko menunjukkan tingkatan risiko mana yang lebih berisiko dibandingkan yang lain. Sedangkan peta risiko digunakan untuk menunjukkan posisi sebaran risiko di perusahaan. Posisi sebaran risiko dalam peta risiko ini akan membantu perusahaan dalam menentukan penanganan risiko yang tepat dan sesuai dengan status risiko yang paling krusial. Setelah ditentukan model penanganan risiko yang tepat, kemudian dilakukan implementasi serta evaluasi risiko oleh perusahaan (Kountur, 2008).

Proses manajemen risiko terdiri dari limatahapan yaitu diawali identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, pengawasan dan pengendalian risiko, dan evaluasi pihak yang berkepentingan (Djohanputro, 2006). Lima tahapan proses manajemen risiko dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan : = Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung Gambar 2 Siklus manajemen risiko

Sumber : Djohanputro (2006) 1. Tahap Identifikasi risiko

Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan dengan pertama – tama melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholder) atau berhubungan langsung dengan risiko di perusahaan tersebut.

2. Tahap Pengukuran risiko

Dua faktor yang dijadikan acuan dalam pengukuran risiko mengacu pada yaitu faktor kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya.

3. Tahap Pemetaan risiko

Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko yang krusial berdasarkan kepentingan bagi perusahaan, disini dilakukan prioritas risiko mana yang lebih dahulu dilakukan, selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Pemetaan risiko adalah suatu gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertical menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.

Identifikasi Risiko

Evaluasi pihak yang berkepentingan PengukuranRisiko Pemetaan Risiko Model Pengelolaan Risiko Pengawasan & Pengendalian Risiko

4. Tahap Model pengelolaan risiko

Beberapa macam model pengelolaan risiko diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan model risiko struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain.

5. Tahap Monitor dan pengendalian

Ada beberapa alasan tahap monitor dan pengendalian ini dianggap penting diantaranya karena manajemen perlu (a) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai rencana, (b) memastikan pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif, dan (c) tahap ini untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko perubahan ini berdampak pada pergeseran data risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

Pengukuran Risiko

Setelah risiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran risiko untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan membantu dalam menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya (Darmawi, 2005). Informasi yang dimaksud tersebut berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur (frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian). Masing-masing dimensi yang ingin diketahui tersebut paling sedikit memenuhi : (a) Rata-rata nilainya dalam periode anggaran; (b) Variasi nilai dari suatu periode ke periode anggaran sebelumnya dan berikutnya; (c) Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri.

Pengukuran risiko adalah proses lebih lanjut setelah risiko yang paling krusial teridentifikasi dan dibuatkan daftar risikonya. Tahap pengukuran risiko ini dilakukan untuk mengetahui status risiko dan peta risiko perusahaan. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkatan risiko sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dibandingkan yang lainnya sering disebut dengan status risiko. Sedangkan gambaran dalam bentuk peta yang menunjukkan posisi sebaran risiko perusahaan disebut dengan peta risiko. Dengan diketahui status risiko dan peta risiko kemudian manajemen dapat melakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah terpetakan dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan lebih tepat sesuai dengan status risikonya (Kountur, 2008).

Pemetaan Risiko

Sebelum melakukan penanganan risiko, terlebih dahulu perlu dilakukan pembuatan peta risiko. Pemetaan risiko itu sendiri dilakukan setelah semua risiko diukur baik kemungkinannya maupun dampaknya. Pemetaan risiko digunakan untuk mengetahui letak posisi dari risiko yang dihadapi perusahaan sehingga nantinya dapat digunakan untuk menentukan penanganan risiko yang tepat. Peta risiko menggambarkan posisi risiko pada peta dengan terdiri dari dua sumbu yaitu probabilitas ditunjukkan pada sumbu vertikal dan dampak risiko pada sumbu horizontal (Kountur, 2008).

Pada pemetaan risiko, probabilitas menggambarkan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Apabila semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, maka semakin diperlukan perhatian untuk menanganinya. Dan sebaliknya,

semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan (Kountur, 2008)

Dampak risiko itu sendiri merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi apabila risiko yang bersangkutan benar-benar terjadi. Semakin diperlukan perhatian khusus apabila semakin tinggi dampak dari suatu risiko. Sebaliknya, semakin rendah kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan apabila semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko. Layout pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3 .

Probabilitas (%) Besar

Sedang Kecil

Kecil Sedang Besar Dampak (Rp) Gambar 3 Peta risiko

Sumber : Kountur (2008)

Berdasarkan pada Gambar 3, terdapat empat kuadran utama pada peta risiko, diantaranya :

 Kuadran I

Daerah dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

 Kuadran II

Daerah dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.

 Kuadran III

Daerah yang merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.

 Kuadran IV

Kuadran 1 Kuadran 2

Daerah dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Pengelolaan Risiko

Berdasarkan hasil dari pengukuran risiko dan pemetaan risiko selanjutnya dapat diketahui strategi penanganan risiko yang tepat untuk dilakukan. Terdapat dua macam strategi penanganan risiko (Kountur, 2008), diantaranya :

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a) membuat atau memperbaiki system prosedur; b) mengembangkan sumber daya manusia; dan c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau usaha di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan sluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b. Penggabungan

Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain. c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.

Kerangka Pemikiran Operasional

Berkah Flora merupakan salah satu usaha dalam bidang tanaman hias khususnya bunga krisan potong. Berkah Flora dihadapkan pada kendala fluktuasi produksi komoditas bunga krisan potong sehingga mengindikasikan adanya risiko produksi yang akan mengakibatkan fluktuasi produktivitas.

Adanya faktor risiko (seperti halnya : karakteristik produksi di sektor pertanian, aktivitas produksi bunga krisan potong sangat bergantung pada faktor

produksi yang meliputi bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian, intensitas cahaya matahari, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca). Faktor-faktor tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi bunga krisan potong. Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi bunga krisan potong.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan risiko produksi seperti, pengaruh hama dan penyakit tanaman, bibit, intensitas cahaya matahari, cuaca, dan tenaga kerja.Kemudian dilakukan analisis risiko untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada komoditas bunga krisan potong. Analisis risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Selanjutnya mencari alternatif strategi penanganan risiko produksi yang tepat dan efektif bagi perusahan Berkah Flora untuk mengatasi risiko produksi pada bunga krisan potongnya. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

Keterangan : = Batasan yang diteliti

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional penelitian Perusahaan Bunga Krisan Potong Berkah Flora Fluktuasi produktivitas bunga krisan potong tipe standard

dan tipe spray pada perusahaan Berkah Flora Identifikasi sumber-sumber risiko produksi bunga krisan potong tipe standard dan spray (analisis deskriptif pada aspek produksi)

Identifikasi probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi (Metode nilai standar / z - score) Pemetaan risiko dari hasil perhitungan

identifikasi probabilitas dan identifikasi dampak Strategi penanganan risiko produksi yang dapat

dilakukan oleh perusahaan Berkah Flora Implementasi

Evaluasi Identifikasi dampak dari

sumber-sumber risiko produksi (Metode Value at Risk)

Dokumen terkait