• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANNISA AMALIA INDAH

DEPARTEMEN AGRBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Annisa Amalia Indah

(4)

ABSTRAK

ANNISA AMALIA INDAH. Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh POPONG NURHAYATI.

Usaha budidaya jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dalam proses produksinya. Hasil produksi yang beragam tersebut mempengaruhi jumlah produktivitas sehingga menyebabkan adanya fluktuasi. Fluktuasi produktivitas tersebut merupakan salah satu indikasi adanya risiko produksi. Adanya risiko di CV Wahyu Makmur Sejahtera kemudian diidentifikasi sumber-sumber risikonya. Sumber risiko kemudian dianalisis seberapa besar probabilitas dan dampaknya dengan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif yaitu metode z-score dan var. Hasil analisis selanjutnya dilakukan strategi penanganan untuk mengatasi risiko pada budidaya jamur tiram putih. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sumber risiko produksi yang terdapat diperusahaan yaitu proses keterampilan tenaga kerja, hama dan penyakit, serta komposisi dan kualitas bahan baku. Sedangkan berdasarkan hasil analisis kualitatif yaitu perhitungan probabilitas menggunakan metode z-score, diperoleh nilai probabilitas dan dampak dari masing – masing sumber risiko produksi dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu (1) keterampilan tenaga kerja sebesar 42,5 persen dan Rp 10.914.644; (2) hama dan penyakit sebesar 36,3 persen dan Rp 10.069.894; dan (3) komposisi dan kualitas bahan baku sebesar 17,4 persen dan Rp 13.251.714.

Kata kunci: Metode z-score , Risiko produksi, Value at risk

ABSTRACT

ANNISA AMALIA INDAH. Production Risk Analysis of White Oyster Mushroom on CV Makmur Sejahtera Ciawi District Bogor Regency Wesy Java. Supervised byPOPONG NURHAYATI.

Oyster mushroom cultivation in CV Wahyu Makmur Sejahtera has a success rate varying in their production processes. The result of diverse production affects the amount of productivity that causes the fluctuations. Fluctuations in productivity is one indication of the production risk. There is a risk on CV Wahyu Makmur Sejahtera then identified each source of risk. Sources of risk then analyzed probability and impact to the method of qualitative analysis and quantitative analysis of the z-score method and var. Results of the analysis is performed to handle the risk management strategies on oyster mushroom cultivation. Based on the results of the research, it is known, there is a source of risk that the company is the production process of labor skills, pests and disease,nor the composition and quality of raw materials. While based on the results of the qualitative analysis is the calculation of probability using the z-score method, the value of the probability and impact of each - each source of production risk from the largest to the smallest, namely (1) the skills workforce by 42,5 percent and Rp 10,914,644; (2) pests and diseases by 36,3 percent and Rp 10,069,894, and (3) the composition and quality of raw materials by 17,4 percent and Rp 13,251.714.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS MANAJEMEN DAN EKONOMI INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(6)
(7)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

Nama : Annisa Amalia Indah NIM : H34104078

Disetujui oleh

Ir Popong Nurhayati, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini ialah risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis sumber risiko produksi jamur tiram putih, kemungkinan terjadinya risiko, dan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko pada CV Wahyu Makmur Sejahtera.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas

bimbingan, masukan, dan arahannya selama kegiatan studi dan penyusunan skripsi. Kemudian kepada Dr Amzul Arifin, SP, MA selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini serta kepada Dra Yusalina, Msi yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.

Terima kasih kepada Ibu Pipoh dan Bapak Wahyu serta Bapak Topan atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan mengenai jamur tiram putih. Selain itu, terima kasih juga ditujukan kepada pihak-pihak yang telah banyak memberi motivasi, saran, dan nasehat yang sangat membantu penulis. Kepada teman-teman Agribisnis AJ 1 saya ucapkan terima kasih atas semua kebersamaan selama kuliah dan bantuannya selama ini. Kepada teman-teman dari jurusan Lanskep 47 dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberi dukungan kepada penulis selama ini. Penulis ucapkan terima kasih pula kepada Abdul Mufakhir, ST yang telah menjadi pendamping setia dan selalu mendukung, mencurahkan perhatian serta mendoakan penulis baik secara langsung dan tidak langsung. Tidak lupa saya ucapkan juga kepada Dameria Novandina, SE yang telah menjadi pembahas pada seminar penulis dan memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi. Terakhir ucapan terima kasih yang tidak terlupakan kepada ibunda dan ayahanda tercinta yaitu Ibu Yeny Oktriani dan Bapak Maman Hilmansyah yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis.

Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi CV Wahyu Makmur Sejahtera, dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Juli 2013

(11)

DAFTAR ISI

Perkembangan Pertanian Jamur Tiram ... 7

Penelitian Terdahulu ... 8

Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Sebelumnya ... 11

KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11

Risiko ... 12

Risiko Produksi(Operasional) ... 13

Risiko Produksi Agribisnis ... 14

Konsep Risiko ... 15

Manajemen Risiko ... 15

Kerangka Pemikiran Operasional ... 17

METODE PENELITIAN ... 18

Analisis Kuantitatif ... 20

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 27

Sejarah Perusahaan ... 27

Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan ... 28

Visi dan Misi Perusahaan ... 28

Struktur Organisasi Perusahaan ... 29

Sumberdaya Perusahaan ... 30

Operasional Kegiatan ... 31

Budidaya Jamur Tiram Putih CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 31

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ... 37

Identifikasi Sumber-Sumber Risiko ... 37

Analisis Probabilitas Risiko Produksi Jamur Tiram Putih ... 43

Analisis Dampak Risiko Produksi Jamur Tiram Putih ... 45

Pemetaan Risiko Produksi ... 46

Strategi Penanganan Risiko Produksi ... 48

SIMPULAN ... 52

(12)

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 56

(13)

DAFTAR TABEL

1 Produksi sayuran pada tahun 2006-2010 ... 1

2 Kandungan gizi pad beberapa jenis jamur ... 2

3 Luas panen, produksi, produktivitas jamur tiram putih di Pulau Jawa tahun 2010 ... 3

4 Produksi jamur tiram putih di beberapa Kecamatan Bogor pada tahun 2010-2011 ... 3

5 Daftar pengusaha jamur tiram putih di daerah Gadog tahun 2011 4 6 Produksi dan produktivitas jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 5

7 Luas panen, produksi, dan produktivitas jamur tahun 2007-2010 ... 7

8 Konsumsi komoditas sayuran di Indonesia pada tahun 2008-2010 ... 8

9 Daftar penelitian-penelitian terdahulu... 11

10 Peralatan pendukung budidaya jamur tiram putih ... 31

11 Komposisi dan bahan baku media tanam ... 33

12 Jumlah kegagalan panen akibat keterampilan tenaga kerja ... 39

13 Jumlah kegagalan panen akibat hama dan penyakit ... 42

14 Jumlah kegagalan panen akibat komposisi dan kualitas bahan baku ... 43

15 Probabilitas risiko dari sumber risiko produksi ... 44

16 Perbandingan dampak risiko dari sumber risiko produksi ... 46

17 Status risiko dari sumber risiko produksi ... 47

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik produktivitas jamur tiram putih ... 5

2 Rangkaian kejadian risiko-ketidakpastian ... 13

3 Proses strategi pengelolaan risiko perusahaan ... 16

4 Kerangka pemikiran operasional... 18

5 Matriks frekuensi dan signifikan ... 23

6 Strategi preventif ... 25

7 Strategi mitigasi ... 25

8 Alternatif strategi menghadapi risiko ... 26

9 Layout CV Wahyu Makmur Sejahtera 28 10 Struktur organisasi CV Wahyu Makmur Sejahtera tahun 2012 ... 29

11 Pengomposan sebelum pembuatan baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 32

12 Pengayakan bahan baku serbuk gergaji pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 33

13 Proses pencampuran bahan baku media tanam baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 33

14 Peralatan yang digunakan dalam pembuatan baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 34

15 Proses sterilisasi media tanam baglog pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 34

(14)

17 Inokulasi pada usaha budidaya jamur tiram CV Wahyu Makmur

Sejahtera ... 35

18 Ruang pertumbuhan jamur tiram putih CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 36

19 Pemanenan jamur tiram pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 36

20 Pascapanen usaha budidaya jamur tiram CV Wahyu Makmur Sejahtera .. 37

21 Penampakan baglog yang gagal akibat sterilisasi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 40

22 Penampakan baglog yang gagal akibat inokulasi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 40

23 Penampakan jamur yang terserang hama ulat pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 41

24 Penampakan baglog yang terserang penyakit pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 41

25 Penampakan baglog yang gagal akibat komposisi dan kualitas bahan Baku pada CV Wahyu Makmur Sejahtera ... 43

26 Pemetaan sumber-sumber risiko ... 47

27 Penataan baglog saat pendinginan ... 49

28 Ruang lab pembibitan 49 29 Proses pembakaran saat inokulasi ... 49

30 Standar tenaga kerja saat inokulasi ... 50

31 Alternatif strategi preventif ... 50

32 Kegiatan yang dilakukan dari strategi mitigasi ... 51

33 Alternatif strategi mitigasi ... 52

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner ... 57

2 Probabilitas keterampilan tenaga kerja ... 60

3 Probabilitas hama dan penyakit ... 60

4 Probabilitas komposisi dan bahan baku ... 60

5 Dampak keterampilan tenaga kerja ... 61

6 Dampak hama dan penyakit ... 61

7 Dampak komposisi dan bahan baku ... 61

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan sektor pertanian. Sektor petanian memiliki peran yang besar dalam menggerakkan ekonomi nasional. Pertanian tidak lagi dipandang dalam ruang lingkup sempit dan penanaman saja. Pertanian saat ini sudah diupayakan untuk tidak terfokus pada budidaya saja, namun seluruh aspek yang menunjang pertanian, seperti pemanfaatan, pengolahan dan pemasaran. Pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia. Hal ini disebabkan, karena mayoritas masyarakat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Pertanian hampir menyerap 27,30 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia dengan komposisi usia produktif sebesar 62 persen (BPS, 2009).

Salah satu subsektor pertanian yang paling berpotensi adalah komoditas hortikultura, karena mayoritas kehidupan masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas hortikultura. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan pasar bagi komoditas hortikultura seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Kondisi tersebut ternyata belum dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memperkuat pembangunan subsektor hortikultura (BPS, 2009). Berbagai macam komoditas hortikultura di Indonesia diantaranya adalah tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Komoditas hortikultura ini merupakan asset vital negara yang memiliki kontribusi besar bagi manusia diantaranya sebagai sumber pendapatan keluarga dan kesejahteraan masyarakat, sumber pendapatan negara dan menambah nilai estetika lingkungan serta sebagai penyangga kelestarian alam serta sebagai kebutuhan pangan masyarakat.

Sayuran merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang diperoleh dari sektor pertanian yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan serta peningkatan gizi yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Beberapa komoditas sayuran yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor antara lain kubis, jamur, brokoli, tomat, cabai dan wortel (Direktorat Jendral Hortikultura, 2009). Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan produksi sayuran di Indonesia. Peningkatan produksi sayuran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi sayuran pada tahun 2006-2010

Jenis Tanaman Produksi (Ton) Presentase

2009-201 (persen)

2007 2008 2009 2010

Bawang Merah 802.810 853.615 965.164 1.048.228 8,6 Cabai 1.128.792 1.153.060 1.378.727 1.337.905 -3,27

Jamur 27.800 43.047 38.465 61.370 59,5

Kentang 1.003.733 1.071.543 1.176.304 1.060.579 -9,8

Tomat 635.474 725.973 853.061 890.169 4,3

(16)

Tabel 1 menunjukkan perkembangan produksi sebagian besar tanaman sayuran di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan 2010 khususnya untuk komoditi jamur. Pada tahun 2009 perkembangan produksi mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun berikutnya komoditi jamur mengalami peningkatan kembali dari tahun sebelumnya sebesar 59,5 persen. Peningkatan produksi ini dikarenakan jamur merupakan tanaman sayuran yang cukup mudah untuk dibudidayakan, sehingga banyak masyarakat yang mencoba terjun dalam usaha budidaya jamur. Selain itu, jamur merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan sepanjang tahun dengan perlakuan tertentu selama proses budidaya terutama menyangkut suhu dan iklim (Direktorat Jendral Hortikultura, 2012). Usaha jamur ini juga tergolong mata pencaharian yang padat karya dengan efisiensi waktu proses pembudidayaanya dibandingkan jenis komoditi sayuran lainnya. Keunikan lain dari tanaman jamur ini dibanding tanaman sayuran yang lainnya adalah karena subtrat (media tanam) jamur tidak berasal dari tanah tetapi berasal dari campuran serbuk gergaji, dedak, kapur dan gips. Media tanam jamur tergolong ramah lingkungan dan sisa media tanam tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.

Manfaat yang didapat dari komoditas jamur yaitu memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan protein yang tinggi pada jamur dapat mensubstitusi protein hewani yang memiliki kandungan zat-zat yang berpotensi menyebabkan penyakit berbahaya seperti kolesterol, darah tinggi, diabetes dan sebagainya. Hal ini dikarenakan jamur memiliki kandungan lemak yang relatif rendah. Selain itu, jamur memiliki khasiat dan manfaat sebagai obat-obatan. Kandungan gizi pada jamur konsumsi dapat diihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi pada beberapa jenis jamur Komposisi kandungan

Nilai Gizi

Spesies Jamur

Tiram Putih Kuping Merang Shitake Champignon Lemak(persen) 1.1-2.4 7.2-8.3 2.0-2.6 4.9-9.0 1.7-8.0 Protein (persen) 10.5-44 4.2-19.4 25.9-28.5 13.4-17.6 1.3-4.8 Karbohidrat(persen) 50.7-81.8 82.9 2.7-4.8 67.5-70.7 51.3-62.5 Kalori(persen) 245-367 324-291 8.8-11.5 382-397 328-368 Abu(persen) 6.1-9.8 4.1-4.7 8.8-11.5 3.7-7.0 7.7-12 Air(persen) 73.7-92.2 89.1-90.4 89.1-93.3 90-92.8 78.3-90.5 Vit B complex (mg/g) 1.7-4.8 1.1-8.0 0.1-3.3 0.8-12.7 0.7-6.1

Sumber: Ilik, 2010

Beberapa spesies jamur yang paling banyak dikonsumsi ada enam spesies yaitu jamur merang, jamur kancing, jamur kuping, jamur shitake, dan terutama jamur tiram (Okla Vivandri, 2010). Preferensi konsumsi dan jumlah konsumen merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya permintaan jamur terutama jamur tiram putih. Selain itu, hal lain yang memicu adanya permintaan jamur tiram putih yaitu jamur tiram memiliki nilai ekonomis sehingga bisa dijangkau berbagai kalangan masyarakat.

(17)

pula memerlukan alternatif pangan yang lebih beragam namun mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga yang seimbang dengan harga yang relatif terjangkau dan mudah diakses.

Keunggulan lain dari jamur tiram putih ini sendiri, pada umumnya termasuk salah satu jenis sayuran yang diproduksi tanpa menggunakan pupuk buatan dan pestisida. Hal ini yang membedakan jamur dengan tanaman sayuran lain yang masih banyak menggunakan pestisida dan bahan-bahan kimia sejenis dalam proses budidayanya. Bahan baku jamur tiram putih juga termasuk mudah diperoleh, karena tidak memerlukan lahan yang luas dan siklus masa tanam yaitu sekitar 3-4 bulan. Selain itu, jamur tiram putih merupakan salah satu jamur pangan yang dapat tumbuh dengan baik di tempat yang beriklim sedang atau sejuk. (Chazali, 2009)

Beberapa sentra produksi jamur tiram putih tersebar banyak di Pulau Jawa. Salah satu sentra produksi tersebut terdapat di daerah Jawa Barat. Jika dibandingkan dengan Jawa Tengah, D.I Yogyakarta dan, Jawa Timur untuk Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi di pulau Jawa yang termasuk memiliki luas panen terbesar kedua yaitu sebesar 324,67 ha. Dengan jumlah produktivitas sebesar 60, 04 ton/ha, yaitu jumlah produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan provinsi Jawa Timur dan D.I Yogyakarta. Kondisi ini diduga dikarenakan petani dalam melakukan usahatani jamur tiram putih pada umumnya masih bersifat tradisional dan tergolong usahatani kecil yang masih mengalami hambatan seperti modal, peralatan budidaya dan informasi pasar.

Tabel 3. Luas panen, produksi, produktivitas jamur tiram putih di Pulau Jawa tahun 2010

Provinsi Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Jawa Barat 324,7 19.623,2 60,0

Jawa Tengah 15,2 1838,9 78,2

D.I Yogyakarta 7,5 804,3 107,9

Jawa Timur 330,8 39.472,9 119,3

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2012 )

Pada provinsi Jawa Barat terdapat beberapa wilayah penghasil jamur tiram putih. Wilayah Bogor merupakan salah satu daerah penghasil jamur tiram putih terbesar di Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari data mengenai produksi jamur tiram putih di beberapa Kabupaten Bogor pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi jamur tiram putih di beberapa Kabupaten Bogor pada

Bababakan Madang 25.000 75.000

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Bogor (2012)

(18)

Produksi jamur tiram putih di Ciawi sendiri tersebar di beberapa lokasi, diantaranya terdapat di daerah Gadog. Jamur tiram yang dibudidayakan di daerah Gadog tersebut terdiri dari beberapa pengusaha jamur, dimana daerah ini merupakan salah satu sentra produksi jamur tiram putih. Berikut daftar pengusaha jamur tiram putih di daerah Gadog pada tahun 2011.

Tabel 5. Daftar pengusaha jamur tiram putih di daerah Gadog tahun 2011 Pengusaha Jamur Kapasitas Produksi Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Bogor (2012)

Salah satu perusahaan yang melakukan bisnis jamur tiram putih adalah CV Wahyu Makmur Sejahtera. Adapun pemilihan lokasi ini, dikarenakan CV Wahyu Makmur Sejahtera merupakan lokasi yang sesuai untuk dilakukan budidaya jamur tiram putih. Hal ini dilihat dari, lokasi perusahaan jauh dari pabrik serta jalan raya namun masih memiliki akses transportasi yang memadai dan dekat dengan sumber air.

Perumusan Masalah

CV Wahyu Makmur Sejahtera adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya tanaman jamur tiram putih di Kabupaten Bogor. Nama perusahaan ini, tidak jauh berbeda dengan nama pemiliki usaha budidaya jamur tiram putih ini yaitu Bapak Wahyu. Usaha budidaya jamur tiram putih ini memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dari tiap hasil produksinya. Pada umumnya indikasi risiko dapat dilihat dari fluktuasi dari hasil produksi yang diperoleh pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan periode sebelumnya atau sesudahnya pada lahan dan luasan yang sama. Hasil produksi yang beragam tersebut mempengaruhi jumlah produktivitas sehingga menyebabkan adanya fluktuasi. Fluktuasi produktivitas tersebut merupakan salah satu indikasi adanya risiko produksi dalam usaha jamur tiram putih berdasarkan hasil produksi jamur yang diperoleh yang dibandingkan dengan jumlah baglog yang diproduksi. Diduga penyebab terjadinya risiko produksi yang dihadapi perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera dalam membudidayakan jamur tiram ini beragam. Oleh karena itu, risiko produksi perlu diperhitungkan karena pada umumnya risiko akan berdampak pada kerugian yang akan ditanggung oleh pemilik usaha.

(19)

Tabel 6. Produksi dan produktivitas jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur

Sumber : CV Wahyu Makmur Sejahtera ( 2012)

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh setiap produksi dengan jumlah produksi yang sama, menghasilkan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda atau berfluktuasi dari keempat kumbung yang ada di perusahaan. Disamping itu, tingkat keberhasilan yang diperoleh untuk komoditas jamur tiram putih ini tidak sesuai dengan standar keberhasilan yang diinginkan. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil produktivitas jamur tiram putih aktual yang terjadi di perusahaan lebih rendah daripada produktivitas maksimal yang ditentukan oleh perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera. Selain itu, dapat dilihat produktivitas yang dihasilkan pada awal tahun 2010 belum dapat mencapai produktivitas yang ditargetkan bahkan mencapai produktivitas terendah sebesar 0,24 kg per baglog. Produktivitas terendah terjadi pada bulan Januari sampai dengan April 2010 diprediksi dikarenakan cuaca yang ekstrim pada bulan Januari sampai dengan April dimana pada saat itu curah hujan yang cukup tinggi di kumbung CV Wahyu Makmur Sejahtera. Tingkat produktivitas tertinggi baru bisa dihasilkan pada pertengahan bulan Mei samapai dengan Agustus 2010 sebesar 0,59 kg per baglog. Produktivitas maksimal yang ditetapkan CV Wahyu Makmur Sejahtera ini sebesar 0,6 kg per baglog. Produktivitas ini ditetapkan berdasarkan hasil panen maksimal yang diperoleh perusahaan. Penyebab tidak tercapainya produktivitas sesuai standar perusahaan tersebut, dapat menjadi indikasi yang dapat menunjukkan pula adanya risiko produksi pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera. Jika digambarkan dengan grafik produktivitas jamur tiram putih ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6

Standar Aktual

Gambar 1 Grafik produktivitas jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera

(20)

Dalam menjalankan kegiatan produksinya CV Wahyu Makmur Sejahtera mampu memasok kebutuhan jamur per hari ke pasaran. Pasar yang dituju adalah Pasar Bogor, Pasar TU Kemang dan Pasar Induk Keramat Jati di Jakarta.

Dengan adanya risiko produksi yang dihadapi dalam melakukan budidaya jamur tiram putih hal ini juga berpengaruh terhadap pemenuhan permintaan jamur tiram putih ini. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan risiko yang tepat sangat dibutuhkan untuk meminimalkan risiko produksi yang dihadapi perusahaan. Hal tersebut membutuhkan penilaian yang tepat untuk membantu perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko produksi agar dapat mencegah besarnya kerugian. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi penanganan yang tepat terhadap risiko produksi yang ada, karena jamur tiram putih termasuk sayuran yang rentan terhadap hama dan penyakit jika tidak ditangani secara tepat. Adanya penanggulangan permasalahan yang ada maka jumlah produksi jamur tiram putih di perusahaan dapat semakin meningkat sehingga permintaan konsumen di pasaran dapat terpenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut dapat menjadi bahan kajian dalam penelitian mengenai strategi perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan risiko budidaya jamur tiram putih ini. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram pada CV Wahyu Makmur Sejahtera?

2. Seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram pada CV Wahyu Makmur Sejahtera?

3. Bagaimana strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada CV Wahyu Makmur Sejahtera?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih pada perusahan CV Wahyu Makmur Sejahtera.

2. Menganalisis seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera.

3. Menganalisis strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi jamur tiram putih pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

(21)

2. Bagi penulis dapat memberi pengalaman nyata dalam menganalisis dan memecahkan masalah berdasarkan pengalaman serta menambah wawasan dan pengetahuan baru dalam melakukan suatu kegiatan usaha.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera, yang bergerak dalam bidang pertanian jamur tiram putih. Ruang lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisi sumber-sumber risiko yang mempengaruhi produksi jamur tiram putih. Komoditi jamur yang diteliti adalah jamur tiram putih yang dihasilkan setelah empat bulan dipanen. Data yang digunakan adalah data produksi perusahaan dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2011.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Pertanian Jamur Tiram

Pertanian merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian yang berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha yang berbasis keuntungan. Dalam sistem produksi pertanian baik yang ditujukan untuk memenuhi konsumsi sendiri maupun yang berorientasi komersial diperlukan usaha budidaya yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen dengan menerapakan prinsip enam tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat tempat, tepat waktu dan tepat harga. Penerapan prinsip tersebut dapat meningkatkan jumlah produksi komoditas pertanian seperti salah diantaranya adalah budidaya jamur tiram putih. Saat ini perkembangan produksi pertanian komoditas jamur tiram putih mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Peningkatan produksi antara lain disebabkan bertambahnya jumlah petani sebagai pelaku usaha bididaya jamur. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 7 .

Tabel 7. Luas panen, produksi, dan produktivitas jamur tahun 2007-2010

Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010

Luas tanam (Ha) 3773,9 636,9 700,0 684,0

Produksi (Ton) 48,2 43,1 38,5 61,4

Produktivitas (Ton/Ha) 12,8 67,6 54,9 89,7

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2012 )

(22)

yang aman, secara umum lebih baik di daerah kota. Kecenderungan perubahan pola pikir masyarakat yang mengarah kepada gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat serta masih tersedianya sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007). Pergeseran pola konsumsi yang terjadi adalah beralih pada mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung senyawa kimia yang dapat membahayakan kesehatan menjadi mengkonsumsi produk-produk alami yang dikenal dengan konsep back to nature. Saat ini masyarakat semakin banyak yang mengkonsumsi sayuran untuk menjaga kesehatan sehingga beraneka ragam sayuran dikonsumsi termasuk diantaranya jamur. Berikut ini jumlah konsumsi sayuran di Indonesia pada tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Konsumsi komoditas sayuran di Indonesia pada tahun 2008-2010

Komoditas Tahun

2008 2009 2010

Tomat(Kg/Thn) 603.608 682.030 686.783

Bawang Merah (Kg/Thn) 560.833 594.103 589.350

Jamur(Kg/Thn) 45.151 47.528 52.281

Sumber : Diektorat Jendral Hortikultura (2012)

Tingkat konsumsi masyarakat terhadap jamur yang terus meningkat merupakan suatu peluang bagi usaha budidaya jamur tiram putih. Para petani dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan produksi usaha yang dapat mendatangkan profit usaha dan secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan kerja.

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai risiko dalam suatu usaha telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Penelitian risiko yang dilakukan sebelumnya mencakup bidang pertanian dan peternakan. Risiko yang terkait dengan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan peternakan maupun industri lainnya. Beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh petani diantaranya risiko produksi, risiko pasar atau risiko harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial (Harwood et al, 1999).

Sumber- sumber risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti hama dan penyakit, perubahan suhu, penggunaan input serta kesalaham teknis (human eror) dari tenaga kerja. Risiko harga biasanya terkait dengan fluktuasi harga yang diterima oleh produsen pertanian sedangkan risiko pasar adalah terkait dengan penawaran dan permintaan akan produk-produk pertanian. Pada umumnya risiko tersebut dapat dihindari maupun dikurangi dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas seperti benih, pupuk dan obat-obatan. Tinjauan Pustaka mengenai risiko ini diperlukan untuk dapat memberikan pengetahuan baru, masukan, dan hipotesa (dugaan) awal dalam melakukan kegiatan penelitian mengenai risiko produksi jamur tiram yang tentunya disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian.

(23)

keriting dan cabai merah besar di Indonesia. Hasil analisis risiko harga pada kedua komoditas tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi harga tidak terlepas dari pengaruh permintaan dan penawaran pasar. Harga cabai merah biasanya naik pada akhir tahun dimana banyak perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru. Harga rendah terjadi pada bulan Mei sampai dengan Agustus dimana pada saat tersebut terjadi oversupply diakibatkan adanya panen serentak lahan pertanian cabai Indonesia.

Dari penelitian yang terdahulu sumber-sumber risiko yang dihadapi yaitu akibat faktor cuaca, hama dan penyakit, kerusakan teknis/mekanis, dan efektifitas penggunaan input. Peneliti tersebut menggunakan alat analisi model ARCG-GARCH dan perhitungan VaR (value at risk). Berdasarkan hasil analisis ARCH GARCH yang dilakukan Sari menunjukkan bahwa tingkat risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar dipengaruhi volalitas dan varian harga sebelumnya dan selanjutnya dilakukan perhitungan VaR. Sementara itu untuk pengendalian risiko harga cabai merah harus terdapat integrasi yang baik antara tiga pihak yaitu petani, penjual dan pemerintah.

Strategi pengendalian risiko harga cabai merah yang dapat dilakukan oleh petani antara lain penentuan masa tanam cabai yang tepat, diversifikasi tanaman, rotasi tanaman, pembuatan produk olahan cabai dan sistem kontrak. Penjual dapat melakukan strategi pengendalian risiko harga cabai merah dengan menjual cabai pada industri makanan dan pengeringan cabai untuk mencegah jatuhnya harga akibat oversupply. Peran pemerintah dalam pengendalian risiko cabai merah dapat dilakukan dengan cara pembentukan atau pengaktifan koperasi dan kelompok tani, pengaturan pola produksi dan penyuluhan yang efektif.

Penelitian yang dilakukan Sembiring (2010) meneliti tentang risiko produksi sayuran organik, penelitian ini meneliti tentang perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian organik. Menurut penelitian yang dilakukan risiko produksi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca yaitu curah hujan yang terlalu tinggi, serangan hama dan penyakit. Selain itu teknologi yang digunakan juga menjadi hal yang dapat mempengaruhi hasil produksi. Risiko produksi tersebut juga memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, dimana sumber-sumber risiko tersebut mempengaruhi produktivitas dari jamur tiram. Alat analisis yang digunakan adalah analisis dasar risiko yaitu menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation dan expected return karena alat analisi dasar ini memang selalu menjadi alat analisis untuk mengetahui nilai risiko suatu usaha.

Penelitian terdahulu mengenai jamur tiram putih yang berkaitan dengan risiko produksi dilakukan oleh Ginting (2009). Dalam penenlitian ini, penelitian dilakukan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini sumber risiko yang dihadapi adalah kondisi cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit, keterampilan tenaga kerja dan teknologi pengukusan. Penilaian terhadap diukur berdasarkan penilaian hasil perhitungan variance, standard deviation, dan

(24)

sehari. Kemudian membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Selain itu, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan pentortiran dan mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih. Selanjutnya menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam.

Penelitian terdahulu mengenai jamur tiram putih yang berkaitan dengan risiko produksi dilakukan oleh Parengkuan (2011). Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Paguyuban Ikhlas di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan. Pada penelitian ini difokuskan pada analisis risiko produksi dan hubungannya dengan pendapatan yang diharapkan. Analisis yang dilakukan sumber-sumber risiko yang ada yaitu kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log, perubahan suhu udara, serangan hama dan penyakit pada log jamur. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan nilai standar (z-score) untuk menghitung probabilitas risiko dan value at risk (VaR) untuk menghitung dampak dari risiko. Penggunaan alat analisis ini tentunya bertujuan untuk memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan ini, tidak hanya sekedar menghitung besarnya probabilitas pada suatu usaha, tetapi juga mengukur dampak yang ditimbulkan perusahaan. Jika dihubungkan dengan penelitian ini juga akan digunakan untuk menilai dampak dan besarnya sumber risiko terhadap perusahaan CV WMS.

(25)

Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang telah dipaparkan menjadi sebuah gambaran umum yang dapat digunakan sebagai acuan dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan bahan penelitian yang ada dapat ditarik sebuah hubungan yang menjadi kesamaan penelitian terdahulu yaitu hampir semua risiko pada bidang agribisnis tidak jauh berbeda antara risiko yang dihadapi, beberapa sumber-sumber risiko tersebut juga terdapat pada usaha budidaya jamur tiram yang akan dilakukan penulis. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada skala usaha yang dimiliki dan perbedaan tempat pelaksanaan penelitian. Berikut daftar penelitian-penelitian terdahulu pada Tabel 9. Tabel 9. Daftar penelitian-penelitian terdahulu

Nama

Peneliti Tahun

Topik

Penelitian Alat Analisis Komoditi

Ginting 2009 Risiko

ARCH GARCH dan perhitungan value at risk (VaR)

(26)

Risiko

Risiko menunjukkan pada situasi dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan peluang kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan mengetahui semua kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Ada beberapa pengertian tentang risiko itu sendiri. Menurut Umar (2001) risiko merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi dimasa yang akan datang akibat dari tindakan-tindakan yang telah ditempuh pada masa sekarang. Adapun beberapa pengertian lain dari risiko adalah (a) kesempatan timbulnya kerugian, (b) probabilitas timbulnya kerugian, (c) ketidakpastian, (d) penyimpangan actual dari yang diharapkan, (e) terjadi jika probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan. Dalam analisis investasi, risiko berarti kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan, dan standar deviasi adalah alat statistik yang bisa mengukur risiko, selain itu probabilitas atau peluang bisa juga mengukur risiko. Dengan adanya peluang bisa diketahui kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan secara alamiah setiap orang atau organisasi dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme pengelolaan risiko dengan tujuan menghindari perusahaan dari kerugian.

Sebagian besar orang memandang risiko dan ketidakpastian merupakan hal yang sama, namun sebenarnya secara ilmiah, risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Debertin (1987), ketidakpastian adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko yaitu antara hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian yang dapat diketahui.

Sementara itu Kountur (2004) menyebutkan, risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya tersedia informasi yang menyangkut sesuatu yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan sebagai risiko, maka dari itu risiko didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan. Jika diuraikan lebih jauh maka terdapat tiga unsur yang menjadi penentu besaran suatu risiko, pertama, eksposur, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan peluang keterlibatan pada suatu kejadian atau beberapa kejadian. Kedua, waktu, semakin lama sesuatu terekspos maka risikonya akan semakin besar dan ketiga, rentan, semakin mudah rusak/usang maka semakin besar risikonya.

Menurut Hanafi (2007) kaitan antara risiko dan tingkat keuntungan adalah berhubungan positif, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya.

(27)

kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dalam suatu continum dapat dilihat dari Gambar 2.

Peluang dan Hasil diketahui Peluang dan Hasil tidak diketahui

Risiko Ketidakpastian

Sumber : Soekartawi (1993)

Gambar 2 Rangkaian kejadian risiko ketidakpastian

Berdasarkan gambar rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian menunjukkan bahwa pada sisi sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Kemudian terdapat data pendukung mengenai kemungkinan kejadiannya serta subjek memiliki ukuran kuantitas. Sementara sisi yang disebelah kanan menggambarkan kejadian yang tidak pasti yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti. Hal lainnya tidak ada data pendukung untuk mengukur kemungkinan kejadiannya serta subjek tidak ada ukuran kuantitas.

Salah satu indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi, atau volatilitas dari hasil yang diharapkan pelaku bisnis. Beberapa contoh indikasi adanya risiko dalam bisnis diantaranya adalah adanya fluktuasi produksi, fluktuasi harga output atau fluktuasi pendapatan setiap satuan yang sama. Penyebab lain suatu risiko dapat diakibatkan dari kurangnya pengetahuan dan informasi. Hal ini menunjukkan pentingnya penguasaan manajer atas informasi. Risiko sering pula diartikan sebagai bencana pada perusahaan, ini berarti risiko tersebut terjadi karena kesalahan strategi yang ditetapkan perusahaan sehingga menyebabkan kebangkrutan dan kejatuhan perusahaan itu sendiri

Risiko Produksi (Operasional)

Menurut Soekartawi (2005) produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik berbentuk barang (good) maupun jasa (service) pada periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah perusahaan. Produksi dalam suatu perusahaan memegang peran penting karena merupakan salah satu fungsi manajemen yang menentukan penciptaan produk serta turut mempengaruhi peningkatan dan penuruan penjualan. Artinya produk yang diproduksi harus selalu mengikuti standar pasar yang diinginkan, bukan produksi atas dasar mengejar target perusahaan. Setiap produk yang diproduksi perusahaan memiliki risiko, baik yang dapat diprediksi kemungkinan terjadinya maupun yang tidak dapat diduga kemungkinan terjadinya

(28)

jumlah produksi maka harus melihat kondisi persediaan bahan baku dan di pasaran tersedia dalam jumlah yang mencukupi serta bahan baku memiliki kualitas yang sama untuk masa produksi jangka panjang. Menurut Kountur (2006), risiko operasional merupakan risiko yang pada umumnya bersumber dari masalah yang disebabkan oleh faktor internal seperti manusia, teknologi, dan aturan serta disebabkan pula faktor eksternal lainnya seperti alam.

a. Manusia

Banyak kejadian yang merugikan dalam perusahaan yang disebabkan oleh manusia. Ada tiga kelompok besar penyebab-penyebab kejadian yang merugikan dari faktor manusia, yaitu; (1) kompetensi, seseorang yang tidak kompeten melakukan sesuatu dapat menyebabkan kejadian yang merugikan. Misalnya orang tidak mampu melakukan sesuatu dengan baik, lalai dalam melaksanakan tugas atau sakit (baik fisik ataupun mental) maupun disebabkan oleh lemahnya sistem control manajemen yang dilakukan pada masa produksi; (2) moral, kejadian yang merugikan yang disebabkan oleh moral adalah adanya karyawan yang buruk seperti mencuri, dengan sengaja merusak, merasa tidak puas kemudian mogok kerja dan lain-lain; (3) selera, kejadian yang disebabkan oleh selera biasanya dikarenakan perubahan selera konsumen yang tidak dapat dipenuhi.

b. Aturan

Aturan yang dikeluarkan perusahaan dapat menjadi tibulnya risiko atau suatu kejadian yang merugikan. Misalmya aturan tentang penggajian yang dianggap karyawan tidak adil dapat menimbulkan gejolak yang akhirnya mendorong karyawan untuk mogok kerja.

c. Teknologi

Teknologi menyangkut perangkat keras, seperti mesin, alat-alat, sistem dan prosedur atau perangkat lunak berupa program-program komputer. Faktor-faktor teknologi yang dapat menyebabkan suatu risiko adalah teknologi yang tidak sesuai, teknologi yang sudah usang, teknologi yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, teknologi yang tidak berkualitas dan teknologi yang salah digunakan. d. Alam

Kejadian merugikan yang disebabkan oleh faktor alam dikelompokan kedalam tiga faktor, yaitu : (1) bencana alam, seperti gempa bumi, banjir atau kebakaran dan (2) kondisi alam, seperti kelembapan yang disebabkan oleh basah kering serta terjadinya risiko seperti kuman, virus dan penyakit, binatang dan tumbuhan.

Risiko Produksi Agribisnis

Usaha pertanian memiliki karakteristik sebagai usaha yang penuh risiko tersebut dikarenakan pertanian memiliki sifat yang berfluktuatif baik dari operasional, keadaan ekonomi, iklim dan cuaca, ketersediaan input, harga, jumlah permintaan sangat tidak bisa dipastikan oleh kebanyakan petani

(29)

tersebut gagal panen, produk tersebut tidak dapat dijual, risiko karena kelangkaan bahan baku, risiko dalam hal teknologi seperti rusaknya mesin dan alat-alat pertanian serta terjadinya pencurian terhadap mesin dan alat-alat pertanian. Selain itu, risiko yang mungkin terjadi dalam dunia agribisnis adalah terjadinya risiko kredit macet. Salah satu risiko dalam kegiatan agribisnis yang paling berpengaruh adalah risiko produksi yang terjadi karena variasi hasil akibat berbagai faktor. Oleh karena itu, sebagai usaha yang penuh risiko, pertanian perlu mendapat perlindungan dari peluang kegagalan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan strategi pengelolaam risiko guna menajamin petani dari kemungkinan risiko yang merugikan petani.

Konsep Risiko

Risiko merupakan sutu kejadian, dimana kejadian tersebut mengandung kemungkinan bisa saja terjadi atau bisa tidak terjadi. Bila kejadian yang tidak diinginkan terjadi maka kerugian yang ditimbulkan. Dengan adanya risiko yang terjadi maka perlu dilakukan pengukuran terhadap sumber-sumber risiko berdasarkan frekuensi kejadian atau probabilitas dan dampak yang ditimbulkan. Probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan atau kerugian ketika terpapar dengan suatu bahaya. Probabilitas menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian. Pengukuran probabilitas terjadinya risiko ditunjukan untuk mengetahui risiko yang akan timbul atas pengambilan keputusan perusahaan. Pengukuran probabilitas dan dampak ini kemudian dilakukan pengelompokan akan setiap risiko yang terjadi dipetakan sehingga terjadi penanganan yang efektif terhadap risiko yang timbul. Penanganan yang dilakukan berupa menciptakan manajemen risiko, dimana hal ini dapat dijadikan sebagai indikator untuk penentu strategi perusahaan. Penanganan risiko yang tepat maka akan dapat menekan terjadinya dapat yang ditimbulkan risiko.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai langkah-langkah yang berfungsi untuk membantu perusahaan dalam memahami dan mengatur ketidakpastian atau risiko yang mungkin timbul selama proses usaha (Darmawi,2005). Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko.

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelola risiko dengan menggunakan pemberdayaan risiko maka diharapkan mencegah perusahaan dari kegagalan, mengurangi pengeluaran perusahaan, menunjang peningkatan perolehan laba, memberi ketenangan pikiran bagi pelaku usaha.

(30)

terjadi. Tujuan manejemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko sehingga laju organisasi bisa dikendalikan.

Manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan dalam usaha mencapai tujuan. Sasaran utama dari manajemen risiko perusahaan adalah untuk menghindari risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensila sekaligus mengelola dampak yang merugikan.

Untuk menangani terjadinya risiko perusahaan harus dapat melakukan strategi pengelelolaan risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Strategi pengelolaan risiko merupakan proses yang berulang pada setiap periode produksi, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Proses Output

Gambar 3 Proses strategi pengelolaan risiko perusahaan Teknik mengelola risiko melalui proses :

1. Identifikasi risiko

Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Setelah semua risiko teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah analisis risiko. 2. Analisis risiko

Analisis risiko yang dilakukan adalah mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya. Menurut Darmawi (2010) sesudah risiko diidentifkasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya sehingga dapat diketahui risiko mana yang lebih berisiko dan tidak terlalu berisiko, serta untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Hal ini bertujuan menghasilkan yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya. Peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga dapat diketahui dimana posisi risiko terhadap peta. Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian dapat dilakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah dipetakan dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan status risikonya

Identifikasi risiko

Analisis Risiko

Penanganan Risiko

(31)

3. Penanganan risiko

Selanjutnya menangani risiko-risiko untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Penanganan risiko yang dilakukan berdasarkan hasil peta risiko dan status risiko.

4. Evaluasi Risiko

Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risikotelah diterapkan dalam perusahaan. Proses straegi pengelolaan ini akan diperjelas pada subbab selanjutnya.

Perusahaan yang mengelola risikonya dengan baik akan mendapatkan

beberapa manfaat antara lain : (a) dapat meningkatkan laba perusahaan, (b) memungkinkan terhindar dari kebangkrutan yang disebabkan oleh

peristiwa-peristiwa luar biasa, dan (c) memperlancar pencapaian tujuan. Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam mengusahakan budidaya jamur tiram putih terdapat risiko yang ditimbulkan akibat keterampilan tenaga kerja, media tanam, serangan hama dan penyakit, serta faktor-faktor lainnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis risiko agar dapat diterapkan di perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji faktor penyebab terjadinya risiko dalam usaha jamur tiram putih yang dilakukan pada perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera. Adanya risiko di CV Wahyu Makmur Sejahtera yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan upaya untuk mengatasi risiko tersebut. Oleh karena itu, dilakukan proses identifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif melalui observasi, wawancara,dan diskusi dengan pemilik serta karyawan di perusahaan.

(32)

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional risiko produksi jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera yang berlokasi di Gadog, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengumpulan data ini dilakukan mulai dari bulan Maret sampai dengan April 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa lokasi usaha ini berada di salah satu sentra produksi di Kabupaten Bogor. Disamping itu, lokasi usaha budidaya jamur tiram putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera didukung oleh wilayah dan iklim yang sesuai untuk kegiatan budidaya jamur tiram putih, input yang dibutuhkan serta letak geografis perusahaan.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakaan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data-data non-angka (non-numerik) berupa keterangan-keterangan mengenai perkembangan usahajamur tiram putih, kondisi usaha, peralatan yang digunakan, teknis pelaksanaan kegiatan usaha, alternatif strategi yang diambil untuk menangani risiko dan sebagainya yang berhubungan dengan

Produktivitas budidaya jamur tiram putih yang berfluktuasi di CV Wahyu Makmur Sejahtera

Identifikasi yang menjadi sumber-sumber risiko di CV Wahyu Makmur Sejahtera

Strategi penanganan risiko Pemetaan risiko dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak

Analisis kuantitatif

Identifikasi probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi menggunakan metode nilai standar: Analisis kualitatif

Identifikasi dampak dari sumber-sumber risiko produksi pada aspek

(33)

penelitian. Data kuantitatif merupakan data angka atau numerik, seperti omzet usaha, jumlah produksi per periode, jumlah bahan baku, harga jual dan harga input, dan semua keterangan yang berupa angka.

Sumber data dan informasi yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara, pengamatan langsung sekitar perusahaan dan penyebaran kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui artikel, skripsi, jurnal, majalah, internet, laporan perusahaan, serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian seperti Badan Pusat Statsitika, Dirjen Hortikultura, Departemen Pertanian, dan literature yang relevan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, diskusi, pengamatan langsung sekitar perusahaan dan penyebaran kuesioner. Wawancara dilakukan dengan menggunakan beberapa pertanyaan untuk mengetahui kondisi dan situasi di lapangan dengan pihak perusahaan. Observasi dilakukan dengan cara melakukan pencatatan langsung dilokasi penelitian untuk mengamati aktifitas produksi dan risiko yang dihadapi dalam memproduksi jamur tiram putih ini.

Untuk mendukung pengumpulan data ini maka pengambilan dan penentuan responden dilakukan dengan metode Judgement/ Purposive Sampling.

Responden yang dipilih dari pihak internal dan ekternal perusahaan. Pihak internal yang dipilih berdasarkan pertimbangan responden berhubungan dan mengetahui dengan jelas produksi dan risiko yang dihadapi jamur tiram putih serta berkompeten dalam memberikan informasi yang dibutuhkan penelitian ini. Pihak internal yang dipilih adalah pihak yang berkepentingan dari perusahaan yaitu pemilik, kepala produksi, karyawan yang konsisten menanam jamur tiram putih dari tahun ke tahun di CV Wahyu Makmur Sejahtera. Data yang diperoleh dari yaitu meliputi proses produksi jamur tiram putih dan identifikasi risiko-risiko dalam usahatani jamur tiram putih. Kemudian untuk pihak ekternal diperoleh dari perusahaan jamur sejenis yakni CV Karya Mega yang digunakan penulis sebagai acuan untuk memperoleh data untuk strategi penanganan.

Metode Pengolahan Data

(34)

Analisis Kualitatif

Dalam penelitian ini, data dan informasi yang diperoleh dari lokasi usaha budidaya jamur tiram putih CV WMS serta data yang lainnya diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Analisis Kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem, suatu pemikiran maupun peristiwa di masa sekarang. Analisis ini dilakukan untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis risiko produksi dari CV WMS. Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko yang terkait dengan kondisi yang ada di CV WMS. Analisis deskriptif ini juga digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko dan strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif ini merupakan sebagian dari kegiatan proses strategi pengelolaan risiko yang bertujuan untuk membantu perusahaan untuk mengukur seberapa besar risiko yang dihadapi beserta kemungkinannya,yakni sebagai berikut;

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penerapan manajemen risiko. Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh risiko pada seluruh aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan dan menguntungkan bagi petani. Seluruh aktivitas yang fatal bagi petani harus dimasukan dalam identifikasi. Kegiatan produksi yang menimbulkan kerugian dan pernah terjadi diperusahaan dikumpulkan dalam pencatatan. Sehingga data-data yang diperoleh perusahaan pada masa lalu akan dijadikan modal perkiraan untuk masa sekarang dan selanjutnya. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan analisis data historis, pengamatan, pengacuan dan melakukan wawancara terhadap petani. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan produksinya. 2. Pengukuran Risiko

(35)

A. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengukur kemungkinan dan akibat dari suatu kejadian atau cara mengukur risiko yaitu metode poisson, binomial, z-score, weighted-average approximation, VaR dan group approximation. Metode poisson , binomial, dan weighted average approximation digunakan untuk mengukur kemungkinan kejadian berupa peristiwa sedangkan metode z-score untuk mengukur kemungkinan kejadian berupa penyimpangan. Sedangkan metode VaR dan metode group approximation

digunakan untuk mengukur akibat dari suatu kejadian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah dengan menggunakan metode nilai standar atau z-score. Metode ini digunakan apabila ada historis yang ada pada masa sebelumnya dan berbentuk kontinus. Z-Score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai menyimpang dari rata-ratanya pada distribusi normal. Dengan mengetahui z-score kita bisa mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau nilai yang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya. Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi budidaya jamur tiram pada CV WMS. Menurut Kountur (2006) langkah yang diperlukan dalam perhitungan kemungkianan terjadinya risiko dengan metode ini adalah :

i) Menghitung rata-rata kejadian berisiko

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kejadian berisiko pada saat memproduksi jamur adalah :

Dimana :

X = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko pada saat produksi jamur Xi = Nilai per siklus dari kejadian berisiko pada saat produksi jamur n = Jumlah data keselurahan

Nilai rata-rata yang dimaksud pada rumus ini adalah jumlah kejadian risiko yang dianggap merugikan perusahaan. Data ini diperoleh dari penentuan yang dilakukan oleh pihak expert untuk memberikan data produksi dari enam siklus masa tanam.

ii)Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

Dimana :

S = Standar deviasi dari risiko produksi

(36)

iii) Menghitung Z-Score

Dimana :

Z = Nilai z-score pada saat kejadian berisiko

Xi= Batas risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh pemilik perusahaan X = Nilai rata-rata kejadian berisiko

S = Standar deviasi dari risiko produksi jamur tiram putih

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal Z.

iv) Mencari Probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score didapat dari produksi jamur tiram putih, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi Z (normal) sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi jamur tiram putih yang mendatangkan kerugian.

B. Analisis Dampak Risiko

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui besarnya akibat atau dampak yang ditimbulkan risiko. Metode-metode tersebut diantaranya adalah metode value at risk (VaR). Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR. VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Tahapan penghitungan VaR antara lain :

i. Menentukan kejadian yang akan diamati

ii. Pengumpulan data historis tentang besarnya kerugian yang dialami dalam bentuk rupiah selama jangka waktu tertentu dari kejadian tersebut.

iii. Mengitung rata-rata kerugian dan standar deviasi kerugian dari rangkaian kejadian tersebut.

iv. Menentukan tingkat keyakinan yang diinginkan

v. Mencari nilai Z sesuai dengan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Dan kemudian menghitung VaR.

Pada penelitian ini VaR diguna

kan untuk mengukur besarnya kerugian yang ditimbulkan jika risiko terjadi. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi budidaya jamur tiram putih di desa Gadog, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor selama tahun 2010-2011. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Menurut Kountur (2008), value at risk (VaR), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dimana :

(37)

S = Standar deviasi dari kejadian berisiko

Z =Nilai Z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen N = Banyaknya kejadian berisiko

3. Pemetaan Risiko

Pengukuran risiko selanjutnya adalah pemetaan risiko. Manajemen akan mampu menilai suatu risiko dengan pengelompokan terhadap risiko. Prinsip pemetaan merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko hingga menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko.

Pemetaan risiko dapat dilakukan dengan menggunakan matrik frekuensi atau kemungkinan dan signifikansi (dampak) risiko. Teknik pengukuran dengan matriks frekuensi dan signifikan merupakan teknik yang sederhana yang tidak melibatkan kuantifikasi yang rumit. Biasanya teknik ini digunakan dalam pemetaan untuk melihat penanganan risiko yang tepat. Menurut Kountur (2006) peta risiko adalah gambaran tentang posisi atau kedudukan risiko pada suatu kejadian diantara dua sumbu yaitu vertikal yang menggambarkan dampak dan sumbu horizontal yang menggambarkan kemungkinan. Matriks frekuensi dan signifikan dapat tergambar setelah posisi dari risiko yang dievaluasi diketahui. Kemudian tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko tersebut dapat dirancang. Berikut ini merupakan gambar dari matriks frekuensi dan signifikan.

Probabilitas (%) Besar

Kecil Dampak (Rp)

Kecil Besar

Sumber : Kountur, (2006)

Gambar 5 Matriks frekuensi dan signifikan

Probabilitas yang merupakan dimensi yang pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan terjadinya risiko terjadi, maka semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya semakin rendah kemungkinan terjadi, maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Dimensi kedua berupa dampak, yaitu tingkat kewaspadaan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Pada umunya, dimensi dampak dibagi dalam tiga tingkat yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri dari risiko-risiko yang masuk ke dalam prioritas I atau prioritas utama. Kuadran II dihuni oleh risiko-risiko dengan skala prioritas ke tiga. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dampaknya rendah. Kuadran III

Kuadran II Kuadran I

Gambar

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .........................................................
Tabel  1. Produksi sayuran pada tahun 2006-2010
Tabel 2.  Kandungan gizi pada beberapa jenis jamur
Tabel 3. Luas panen, produksi, produktivitas jamur tiram putih  di Pulau Jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesiapan industri kerajinan Blangkon di Kecamatan Serengan, Surakarta untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

rRabnb.&,a'l!h!/gPiP!ru*.

Tegangan setiap bus dari hasil eksekusi dari program perhitungan analisis aliran daya pada penyulang Durian 3 ditampilkan ke dalam gambar dibawah ini :.

Nilai posisi (variabel kontrol) dari setiap search agent pada setiap iterasi dievaluasi untuk memperoleh nilai fungsi objektif ( fitness ), yakni rugi-rugi daya aktif dan

Management yang bertujuan untuk memperoleh tingkat pertumbuhan investasi yang stabil dan tingkat pengembalian yang menarik, serta tingkat risiko yang serendah mungkin

Pocket book trigonometri berbasis keislaman untuk peserta didik kelas X Sekolah Menengah Atas sangat layak untuk digunakan dalam pembelajaran matematika berdasarkan

Setelah masukan dari konsumen didapatkan, maka dilakukan perbaikan- perbaikan terhadap produk Grab It secara berkelanjutan. Perbaikan tersebut dilakukan dengan

Alasan utama terbatasnya pelemahan karena harga jual sudah rendah sehingga menyulitkan produsen untuk terus membanjiri pasar (terlihat dengan utilitas nasional hanya