RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR
PADA ERIF FARM DI KECAMATAN CISARUA
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
SITI ROCHMAH
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Risiko
Produksi Susu Sapi Segar pada Erif Farm di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, Jawa Barat” adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
SITI ROCHMAH. Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Erif Farm di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Peternakan merupakan bagian dari sektor agribisnis yang potensial dikembangkan di Indonesia dengan sapi perah sebagai salah satu komoditi dari subsektor peternakan tersebut. Usaha agribisnis peternakan sapi perah menghadapi berbagai macam risiko dalam kegiatan produksinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas dan dampak sumber risiko produksi, dan merumuskan alternatif strategi sebagai penanganan setiap sumber risiko pada peternakan sapi perah Erif Farm. Metode yang digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak adalah z-score dan Value at Risk (VaR). Sumber risiko produksi yang ada pada Erif Farm adalah kualiatas dan kuantitas ampas tahu, penyakit, dan kondisi pakan hijauan. Kemungkinan sumber risiko terbesar adalah penyakit dengan probabilitas 74.54% dan dampak sebesar Rp 595 495, kemudian kualitas dan kuantitas ampas tahu dengan probabilitas 34.46% dan dampak sebesar Rp 353 826, serta kondisi pakan hijauan dengan probabilitas 21.77% dan dampak sebesar Rp 378 973. Alternatif strategi mitigasi dan preventif dilakukan untuk menangani sumber risiko penyakit dan dua sumber risiko lainnya hanya menggunakan strategi preventif.
Kata Kunci : peternakan, produksi, risiko, sapi, susu
ABSTRACT
SITI ROCHMAH. Production Risk of Fresh Milk in Erif Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Jawa Barat. Supervised by ANNA FARIYANTI.
Livestock is one sector of agribusiness that potentially to be developed in Indonesia which dairy cows as one of the commodities from livestock subsector. Agribusiness livestock of dairy cows face a variety of risks in its production activities. The purpose of this study is to identify the sources of production risk, analyzing the probability and impact of risk, and also risk management strategies to analyze alternatives as the handling for each sources of risk on Erif Farm. The methods used for calculating the probability and impact are z-score and Value at Risk (VaR). The sources of the risk on Erif Farm consists of the quality and quantity of pulp, diseases, and conditions of green feed. The highest probability of risk is because by diseases with 74.54% probability and the impact of Rp 595 495, and then quality and quantity of pulp with 34.46% probability and the impact of Rp 353 826, and conditions of green feed with 21.77% probability and the impact of Rp 378 973. Mitigation and preventive alternative strategies can be performed for source of risk of diseases and the other two sources of risk only performed by preventive strategies.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR
PADA ERIF FARM DI KECAMATAN CISARUA
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
SITI ROCHMAH
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul skripsi : Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Erif Farm di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama : Siti Rochmah
NRP : H34124009
Disetujui oleh
Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan mulai bulan Mei 2014 ini ialah analisis risiko produksi, dengan judul Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Erif Farm di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak H. Erif Kemal Syarif selaku pemilik usaha peterakan sapi perah Erif Farm yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, Bapak drh. M. D. Satrio selaku manajer peternakan yang telah membantu pengumpulan data, serta seluruh karyawan Erif Farm yang telah memberikan waktu dan informasi secara rinci mengenai risiko produksi susu sapi segar. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 9
Manfaat Penelitian 9
Ruang Lingkup Penelitian 10
TINJAUAN PUSTAKA 10
Peternakan Sapi Perah 10
Sumber – Sumber Risiko 13
Dampak Risiko Terhadap Peternakan 13
Strategi Pengelolaan Risiko 14
KERANGKA PEMIKIRAN 15
Kerangka Pemikiran Teoritis 15
Konsep Risiko 15
Sumber dan Jenis Risiko 16
Manajemen Risiko 17
Penanganan Risiko 20
Kerangka Pemikiran Operasional 21
METODE PENELITIAN 23
Lokasi dan Waktu Penelitian 23
Jenis dan Sumber Data 23
Metode Pengumpulan Data 24
Metode Analisis Data 24
Analisis Deskriptif 25
Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko 25
Analisis Dampak Risiko 27
Pemetaan dan Penanganan Risiko 28
GAMBARAN UMUM ERIF FARM 29
Sejarah Singkat Erif Farm 29
Struktur Organisasi Erif Farm 30
Tenaga Kerja 33
Kegiatan Produksi Pemerahan Susu Sapi Segar 33
HASIL DAN PEMBAHASAN 38
Identifikasi Sumber Risiko Produksi Susu Sapi Erif Farm 38 Analisis Probabilitas Risiko Produksi Susu Sapi Erif Farm 46 Analisis Dampak Risiko Produksi Susu Sapi Erif Farm 49
Strategi Penanganan Risiko Produksi Susu Sapi Erif Farm 54
SIMPULAN DAN SARAN 56
Simpulan 56
Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN 59
DAFTAR TABEL
1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2009 hingga 2013 (000 ekor) 1 2 Nilai PDB tahun 2009 - 2012 (atas dasar harga berlaku) 2 3 PDRB peternakan tahun 2007 - 2011 (atas dasar harga berlaku) menurut
provinsi 3
4 Produksi susu sapi perah menurut provinsi 4
5 Populasi ternak Kabupaten Bogor 5
6 Produksi susu sapi perah Kabupaten Bogor 5
7 Rata-rata hasil pemerahan susu Erif Farm periode Juli - Desember 2013 8 8 Metode analisis untuk menjawab tujuan penelitian 24 9 Format pencatatan produksi susu yang hilang selama bulan Mei 2014 26
10 Jabatan dan tugas tenaga kerja di Erif Farm 32
11 Jumlah susu yang hilang untuk 19 ekor sapi akibat kualitas dan kuantitas ampas tahu di peternakan sapi perah Erif Farm (Mei 2014) 40 12 Jumlah susu yang hilang untuk 19 ekor sapi akibat penyakit di peternakan
sapi perah Erif Farm (Mei 2014) 43
13 Jumlah susu yang hilang untuk 19 ekor sapi akibat kondisi pakan hijauan
di peternakan sapi perah Erif Farm (Mei 2014) 45
14 Hasil Perhitungan probabilitas sumber risiko kualitas dan kuantitas
ampas tahu di peternakan sapi perah Erif Farm (Mei 2014) 47 15 Hasil Perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit di peternakan sapi
perah Erif Farm (Mei 2014) 48
16 Hasil Perhitungan probabilitas sumber risiko kondisi pakan hijauan di
peternakan sapi perah Erif Farm (Mei 2014) 49
17 Hasil perhitungan dampak sumber risiko kualitas dan kuantitas ampas
tahu di peternakan sapi perah Erif Farm pada tingkat harga Rp 12 000 50 18 Hasil perhitungan dampak sumber risiko penyakit di peternakan sapi
perah Erif Farm pada tingkat harga Rp 12 000 51
19 Hasil perhitungan dampak sumber risiko kondisi pakan hijauan di
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik produksi susu dan kadar lemak 11
2 Proses pengelolaan dan risiko perusahaan 18
3 Peta risiko 19
4 Preventif dan mitigasi risiko 20
5 Kerangka pemikiran operasional 22
6 Layout peta risiko 28
7 Struktur organisasi Erif Farm 31
8 Membersihkan kandang dan memandikan sapi 34
9 Pemberian pakan konsentrat 35
10 Mencuci dan mengeringkan ambing sapi 35
11 Pemerahan manual dan menggunakan mesin 36
12 Pencelupan puting (dipping) 37
13 Pemberian pakan hijauan 37
14 Perubahan kualitas campuran ampas tahu akibat lama penyimpanan 41
15 Hasil pemerahan susu karena mastitis 42
16 Pakan hijauan dengan kondisi daun muda dan tua 46 17 Pemetaan masing-masing sumber risiko produksi susu sapi 53 18 Pergeseran probabilitas dan dampak sumber risiko penyakit 55
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan analisis probabilitas dan dampak kehilangan susu 19 ekor
sapi akibat sumber risiko penyakit (Mei 2014) 59
2 Perhitungan analisis probabilitas dan dampak kehilangan susu 19 ekor sapi akibat sumber risiko kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu
(Mei 2014) 60
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki karakteristik laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Peningkatan jumlah penduduk tersebut memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan suatu produk dalam masyarakat. Potensi cukup tinggi yang dimiliki Indonesia adalah pada subsektor peternakan. Jenis usaha peternakan yang banyak berkembang di Indonesia antara lain adalah peternakan sapi, baik itu sapi perah dan sapi potong, kambing, ayam pedaging dan petelur. Potensi subsektor peternakan terlihat dari jumlah populasi ternak yang terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Menurut data BPS Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2013, data populasi ternak di Indonesia mengalami peningkatan mulai dari tahun 2011 sebesar 13 persen, kemudian di tahun 2012 meningkat kembali sebesar 5 persen, dan yang terakhir hingga tahun 2013 meningkat kembali sebanyak 7 persen. Data mengenai jumlah populasi ternak di Indonesia disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2009 hingga 2013 (000 ekor) Kegiatan
Utama 2009 2010 2011 2012 2013*
Sapi
Potong 12 760 13 582 14 824 15 981 16 607
Sapi Perah 475 488 597 612 636
Kerbau 1 933 2 000 1 305 1 438 1 484
Kuda 399 419 409 437 454
Kambing 15 815 16 620 16 946 17 906 18 576
Domba 10 199 10 725 11 791 13 420 14 560
Babi 6 975 7 477 7 525 7 900 8 246
Ayam
Buras 249 963 257 544 264 340 274 564 290 455 Ayam Ras
Petelur 111 418 105 210 124 636 138 718 147 279 Ayam Ras
Pedaging 1 026 379 986 872 1 177 991 1 244 402 1 355 288
Itik 40 676 44 302 43 488 49 295 50 931
Sumber: BPS dari Direktorat Jenderal Peternakan, 2013 (Diolah) Catatan : *Angka Sementara
peternakan terhadap pertanian Indonesia akan sangat ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku usaha dalam subsektor ini mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, usaha peternakan yang dikembangkan diharapkan mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing. Kontribusi subsektor peternakan terhadap PDB dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai PDB tahun 2009 - 2012 (atas dasar harga berlaku) No. Lapangan
Sumber : Badan Pusat Statistik dari Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013 Keterangan : *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Tabel 3 PDRB peternakan tahun 2007 - 2011 (atas dasar harga berlaku) menurut provinsi
No. Provinsi Niai PDRB (dalam milyar rupiah)
2007 2008 2009 2010*) 2011**) 1 Jawa Barat 8 074 9 852 11 903 11 985 12 131 2 Jawa Tengah 8 876 10 271 11 515 12 888 14 191 3 Jawa Timur 16 578 19 081 21 061 23 290 26 497
Sumber : Badan Pusat Statistik dari Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013 Keterangan : *) Angka sementara ; **) Angka sangat sementara
Peternakan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak dengan harapan mendapatkan manfaat dan hasil atau imbalan dari kegiatan tersebut untuk kepentingan manusia. Kegiatan peternakan tidak hanya terbatas pada pemeliharaan saja, tapi juga bagaimana tujuan yang ditetapkannya dengan memanfaatkan kekayaan biotik ternak, yaitu sumberdaya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin, budidaya dan pengembangbiakan, panen, pascapanen, pengolahan, serta pemasaran. Terdapat dua golongan dalam kegiatan di bidang peternakan, yaitu peternakan hewan besar, seperti sapi, kerbau, dan kuda, sedangkan golongan kedua adalah peternakan hewan kecil, seperti ayam, kelinci, dan lain-lain. Salah satu hewan ternak yaitu sapi perah memberikan imbalan atau hasil bagi kepentingan manusia berupa susu sebagai produk utamanya.
Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha perekonomian yang bergerak di bidang peternakan dimana fokus utama kegiatan usaha tersebut adalah ternak sapi perah dengan hasil utama berupa susu segar. Komoditi sapi perah merupakan salah satu komoditi dari subsektor peternakan yang dapat membantu memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia setiap harinya. Minimnya konsumsi susu masyarakat berbanding lurus dengan produksi susu segar di dalam negeri yang hanya 700 ribu ton. Ketua Dewan Persusuan Nasional, Teguh Boediyana mengakui, produksi susu segar nasional sampai sekarang belum mampu memenuhi kebutuhan susu dalam negeri dan mengungkapkan beberapa fakta miris soal persusuan Indonesia masih sangat nyata, misalnya 79% pasokan susu di dalam negeri berasal dari impor, konsumsi susu per kapita Indonesia masih terendah se-ASEAN, bahkan kalah dengan Malaysia1. Menurut Beliau, yang paling ironis adalah produksi susu nasional hanya dapat memenuhi 21% dari kebutuhan susu 250 juta penduduk Indonesia, artinya 79% suplai susu nasional dipasok impor dari Selandia Baru dan Australia. Dengan demikian, agar kebutuhan akan susu segar tercukupi, pemerintah melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah memasang target pada tahun 2020 pasokan susu segar mencapai 3 miliar liter2.
1
http://www.businessnews.co.id/ekonomi-bisnis/produksi-turun-impor-susu-makin-besar.php (jumat, 25-04-14 ; 21.35)
2
Salah satu cara yang diambil oleh pemerintah untuk menembus target yang telah dibuat tahun 2020 tersebut adalah mengembangkan beberapa lokasi ternak perah di Indonesia. Sentra-sentra peternakan sapi perah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yang dikelomppokkan menjadi sentra susu sapi perah di Pulau Jawa dan sentra sapi perah di luar Pulau Jawa. Jumlah produksi susu sapi dari beberapa sentra sapi perah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Produksi susu sapi perah menurut provinsi No Provinsi Produksi susu sapi perah (ton)
2009 2010 2011 2012 2013*)
1 Pulau Jawa
Jawa Barat 255 348 262 177 302 603 281 438 293 107 Jawa Tengah 91 762 100 150 104 141 105 516 107 982 Jawa Timur 461 880 528 100 551 977 554 312 560 398
2 Luar Pulau Jawa
Sumatera Barat 1 264 1 264 741 988 1 028
Lampung 178 110 162 279 360
Kalimantan Selatan 129 146 168 307 399
Sulawesi Selatan 2 778 2 794 3 363 3 000 3 175
Sumber :Direktorat Jenderal Peternakan, 2013 Keterangan : *) Angka sementara
Tabel 5 Populasi ternak Kabupaten Bogor
No Jenis Ternak Jumlah Populasi (ekor)
2010 2011 2012
1 Sapi Potong 18 068 27 086 25 802
2 Sapi Perah 7 288 8 973 9 487
3 Kerbau 19 908 23 696 23 563
4 Kambing PE 4 957 5 097 6 139
Kambing Non PE 114 380 118 889 124 710
5 Domba 280 798 221 873 214 408
6 Babi 4 734 4 102 3 895
7 Ayam Ras Petelur 4 371 042 4 438 536 4 580 155 8 Ayam Ras Pedaging 15 771 780 17 175 302 17 684 762
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (diolah)
Selain jumlah populasi ternak yang terus bertambah, jumlah produksi susu sapi di Kabupaten Bogor juga selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang memiliki jumlah produksi tertinggi adalah Kecamatan Cisarua. Kecamatan Cisarua yang terletak di dataran tinggi sangat memadai untuk digunakan dan dimanfaatkan dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah. Oleh karena itu, banyak peternakan-peternakan sapi perah yang berkembang di Kecamatan Cisarua tersebut. Tabel 6 menyajikan data mengenai beberapa daerah di Kabupaten Bogor yang memiliki jumlah produksi susu tertinggi di tahun 2011 dan 2012.
Tabel 6 Produksi susu sapi perah Kabupaten Bogor
No Kecamatan Produksi susu sapi perah (liter)
2011 2012
1 Dramaga 74 880 228 563
2 Ciomas 37 440 0
3 Tamansari 53 664 53 027
4 Rancabungur 14 976 0
5 Ciampea 58 656 49 370
6 Tenjolaya 36 192 18 285
7 Pamijahan 1 240 512 1 248 870
8 Cibungbulang 1 807 104 1 804 737
9 Nanggung 19 968 5 486
10 Parung 4 992 10 971
11 Gunung Sindur 39 936 7 314
12 Ciseeng 21 216 16 457
13 Kemang 230 036 340 102
14 Rumpin 188 448 182 851
15 Cisarua 1 876 992 2 548 939
16 Megamendung 622 752 760 659
17 Ciawi 1 867 008 1 870 563
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (diolah)
Sama seperti usaha agribisnis pada umumnya, usaha peternakan sapi perah juga akan menghadapi beberapa kendala yang mungkin kita kenal sebagai hambatan. Seperti yang telah kita ketahui dalam kegiatan agribisnis khususnya kegiatan budidaya, pengusaha dihadapkan pada risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya. Beternak sapi perah ini umumnya dipengaruhi oleh topografi atau keadaan alam sekitar, serta bagaimana proses untuk menghasilkan output berupa susu segar. Risiko yang mungkin akan sering ditemukan dalam usaha peternakan sapi perah adalah risiko produksi. Berdasarkan hasil penelitian Maulida (2013) mengenai tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di KTTSP Baru Sireum menunjukkan bahwa peternak sapi perah masih sering menghadapi beberapa sumber risiko dalam produksi hasil pemerahan, yaitu berkaitan dengan penyakit, pakan, kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak, serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Beberapa sumber risiko produksi pada peternakan sapi perah tersebut akan berpengaruh pada susu segar yang dihasilkan nantinya dan mengakibatkan pada penerimaan peternak sapi perah menjadi berkurang karena output yang dihasilkan juga berkurang. Oleh karena itu, kemampuan mengelola risiko yang baik dan juga tepat sangat diperlukan oleh setiap peternak untuk meminimalkan timbulnya risiko agar usaha peternakan sapi perah ini dapat memberikan keuntungan yang sesuai dengan harapan peternak.
Salah satu peternakan sapi perah dengan jumlah rata-rata produksi tertinggi di Kecamatan Cisarua adalah Erif Farm. Meskipun terbilang sukses dalam mengembangkan usaha peternakan sapi perah, namun Erif Farm sering kali menemui beberapa risiko yang harus dihadapi dalam menjalankan usahanya. Salah satu risiko yang sering kali dihadapi oleh Erif Farm adalah risiko produksi pada saat proses produksi pemerahan susu. Risiko produksi yang mungkin terjadi pada saat proses pemerahan akan berdampak pada menurunnya jumlah produksi susu di Erif Farm. Selanjutnya, hal tersebut dapat juga bisa berdampak pada penurunan jumlah penerimaan pada usaha yang dijalankan Erif Farm, meskipun harga jualnya terbilang stabil. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jumlah penerimaan Erif Farm disebabkan oleh jumlah produksi susu yang berfluktuasi. Risiko yang dihadapi pada saat proses pemerahan perlu diperhitungkan untuk meminimalisasi kemungkinan kerugian yang dihadapi oleh Erif Farm. Jadi, risiko poduksi yang dihadapi pada saat proses pemerahan susu perlu diketahui lebih lanjut agar dapat diketahui strategi-strategi yang perlu dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko. Selanjutnya, pengaplikasian strategi terhadap risiko yang terjadi pada saat proses pemerahan susu diharapkan dapat membuat produksi susu pada Erif Farm menjadi lebih optimal.
Perumusan Masalah
perah akan berkembang seiring dengan permintaan produk susu itu sendiri. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan, maka konsumsi susu juga akan semakin meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat prospek yang cukup cerah terhadap usaha agribisnis peternakan sapi perah di Indonesia. Salah satu peternakan sapi perah dengan jumlah produksi tertinggi di Kecamatan Cisarua adalah Erif Farm. Erif Farm berdiri pada tahun 1986 berlokasi di Kampung Darussalam, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.Peternakan ini didirikan oleh sepasang suami istri, yaitu Bapak Hj. Erif Kemal Syarif dan Ibu Hj. Tuti Sulastri. Erif Farm merupakan peternakan yang mengusahakan sapi perah dengan komoditi utama yang diproduksi berupa susu segar.
Saat ini Erif Farm dapat memproduksi susu sebanyak 1 300 – 1 500 liter susu segar per hari. Susu yang diproduksi oleh Erif Farm termasuk susu dengan kualitas Grade 1. Sehingga harga jual susu yang diproduksi oleh Erif Farm pun terbilang cukup tinggi karena kualitasnya yang baik. Usaha peternakan sapi perah Erif Farm terus berkembang hingga saat ini memiliki jumlah luas lahan seluas 2 000 m2 dengan jumlah populasi ternaknya mencapai lebih dari 200 ekor sapi. Erif Farm menjalin kerja sama dengan pihak Cimory dalam menjual produksi susu segarnya hingga saat ini. Cimory merupakan konsumen utama dari susu segar yang diproduksi oleh Erif Farm. Kerja sama yang dijalin antara Erif Farm dan Cimory terus berkelanjutan hingga saat ini dan sejak tahun 2014 awal Erif Farm mulai menjalin kerja sama juga dengan pihak industri pengolahan susu Frissian Flag.
Pemasaran susu segar antara Erif Farm dan Cimory dilakukan tanpa perantara. Erif Farm memang sudah tidak memasarkan produk susunya melalui KUD Giri Tani tetapi masih terdaftar sebagai anggota. Hingga saat ini seluruh pendapatan Erif Farm berasal dari hasil penjualan susu segarnya ke Cimory, Frisian Flag, dan konsumen yang datang langsung ke Erif Farm. Perolehan penjualan ke IPS dicatat setiap harinya oleh pihak pembeli, yaitu Cimory dan Frisiann Flag. Pencatatan akan diakumulasikan untuk jangka waktu per dua minggu. Hal–hal yang termasuk dalam pencatatan tersebut antara lain jumlah pengiriman masing-masing pagi dan sore, hasil uji laboratorium susu, harga jual susu dan jumlah pendapatan Erif Farm setiap harinya. Pembayaran tagihan akan dilakukan setiap 19 hari sekali melalui cara pembayaran yang telah disepakati. Sedangkan jumlah penjualan susu dari konsumen yang datang langsung ke Erif Farm dilakukan oleh petugas tata usaha yang ada di Erif Farm.
Jumlah pendapatan Erif Farm dipengaruhi oleh fluktuasi jumlah produksi susu segarnya. Harga jual susu kepada IPS ditentukan berdasarkan hasil uji laboratorium dari setiap pengiriman susu ke IPS. Harga jual susu ke IPS bervariasi antara Rp 8 000 sampai Rp 11 000 per liternya sesuai dengan kualitas susu yang dihasilkan pihak Erif Farm. Jadi, dapat dikatakan bahwa Erif Farm tidak menghadapi hambatan dari segi pemasaran.
menjadi tidak optimal dalam memproduksi susu. Hal lain yang dapat mengurangi jumlah produksi susu segar adalah proses IB yang kurang terjadwal, sehingga pada saat yang bersamaan terdapat beberapa sapi yang sedang mengalami fase kering kandang. Hal ini sering kali sangat mempengaruhi jumlah produksi susu segar. Selain itu, proses perawatan dan pemberian pakan juga sering kali mempengaruhi jumlah produksi susu pada saat sapi diperah. Keterlambatan proses pemberian pakan sebelum pemerahan mengakibatkan jumlah susu yang diperah menjadi kurang optimal. Pemberian jumlah pakan yang tidak sesuai dengan takaran juga sering kali menyebabkan susu segar yang diperah menjadi lebih sedikit. Beberapa hal tersebut diduga sebagai penyebab berfluktuasinya jumlah produksi susu segar pada Erif Farm. Fluktuasi produksi susu sapi dapat dilihat pada Tabel 7 yang menyajikan data mengenai rata-rata produksi pemerahan susu sapi untuk periode Juli hingga Desember 2013.
Tabel 7 Rata-rata hasil pemerahan susu Erif Farm periode Juli - Desember 2013 Periode
Rata-Rata Hasil Pemerahan Susu per Bulan (liter)
Sumber : pembukuan hasil produksi susu sapi Erif Farm
produksi susu sapi selain jumlah sapi laktasi. Jadi, berdasarkan kondisi yang demikian dapat diindikasikan terdapat beberapa sumber risiko lain yang mungkin dihadapi dalam usaha peternakan sapi perah Erif Farm yang berpengaruh pada jumlah produksi susunya.
Setelah sumber-sumber risiko tersebut diketahui, maka dapat diperkirakan seberapa besar kemungkinan terjadinya sumber risiko tersebut beserta dampak dari setiap sumber risikonya. Berdasarkan hasil penghitungan probabilitas dan dampak tersebut maka dapat ditentukan strategi penanganan yang cocok untuk diaplikasikan kepada setiap sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Erif Farm. Dengan demikian, diharapkan Erif Farm mampu mengoptimalkan usahanya melalui penjualan susu segar dari hasil produksi peternakan sapi perahnya.
Berdasarkan kondisi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka akan menarik jika dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sumber risiko apa saja yang dihadapi Erif Farm pada saat memproduksi susu segar. Identifikasi mengenai sumber risiko terebut perlu dilakukan untuk mengetahui probabilitas dari sumber-sumber risiko yang dihadapi Erif Farm. Sehingga diharapakan dampak risiko yang mungkin terjadi dapat diminimalisasi melalui strategi penanganan risiko yang sesuai untuk diterapkan pada setiap sumber risiko.
Berdasarkan uraian di atas maka, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi susu segar pada Erif Farm ? 2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari setiap sumber produksi susu segar
pada Erif Farm ?
3. Bagaimana alternatif strategi penanganan untuk setiap risiko produksi susu segar pada Erif Farm ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi susu segar pada Erif Farm 2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh
sumber-sumber risiko produksi susu segar pada Erif Farm
3. Menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam penanganan risiko produksi susu segar pada Erif Farm
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :
2. Bagi pembaca, sebagai tambahan informasi dan wawasan untuk dijadikan bahan rujukan penelitian lebih lanjut mengenai risiko produksi susu segar 3. Bagi penulis, memberikan pengalaman nyata dalam menganalisis dan
memecahkan permasalahan serta menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan ini antara lain :
1. Topik yang dikaji dalam penelitian ini adalah produksi susu sapi segar di Erif Farm.
2. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19 ekor sapi dengan umur laktasi 2 sampai 4 tanpa diketahui bulan berjalan selama masa laktasi pada setiap sapi.
3. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak Erif Farm dan data sekunder berupa data produksi harian susu segar pada bulan Mei 2014.
4. Lingkup kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif strategi penanganan risiko.
TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan Sapi Perah
Pemeliharaan Sapi Laktasi
Masa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi (antara waktu beranak sampai masa kering). Sapi mulai berproduksi setelah melahirkan anak. Setelah sapi melahirkan, kira-kira setengah jam setelah itu produksi susu sudah keluar dan saat itulah masa laktasi dimulai. Masa laktasi sapi dimulai sejak sapi tersebut berproduksi hingga masa kering tiba. Masa kering adalah masa dimana sapi yang sedang berproduksi dihentikan pemerahannya untuk mengakhiri masa laktasi. Dengan demikian, masa laktasi sapi perah berlangsung selama 10 bulan atau kurang lebih 305 hari setelah dikurangi hari-hari untuk colostrum (susu untuk pedet), sedangkan masa kering biasanya berlangsung selama 2 bulan atau 60 hari dan masa kering tersebut akan berakhir pada saat sapi yang bersangkutan melahirkan, karena beberapa saat kemudian sapi yang melahirkan tersebut akan kembali mengeluarkan air susu (Ako, 2012). Sesudah sapi mengalami masa laktasi selama lebih kurang 10 bulan, sapi dapat dihentikan pemerahannya untuk mempersiapkan masa produksi berikutnya. Kadar lemak susu mulai menurun setelah 1 – 2 bulan masa laktasi. Kemudian, setelah 2-3 bulan masa laktasi kadar lemak susu mulai konstan dan pada akhir laktasi akan meningkat sedikit. Lebih jelasnya mengenai masa laktasi sapi perah dengan hasil produksi susu yang dihasilkannya dapat dilihat dalam Gambar 1.
Gambar 1 Grafik produksi susu dan kadar lemak
Sumber : AAK, 2005
1. Pembersihan Kandang dan Peralatan
Sebelum kegiatan pemerahan dilakukan, pembersihan kandang dan peralatan ini perlu dilakukan setiap hari. Hal tersebut dilakukan agar kandang sapi tidak kotor, karena jika kandang kotor dapat menjadi sarang bagi penyakit maupun parasit yang dapat mengganggu kesehatan sapi, serta mempengaruhi mutu dan jumlah produksi susu. Beberapa penyakit yang sering menyerang sapi laktasi adalah Mastitis (radang ambing oleh bakteri yang masuk ke dalam lubang puting); Brucellosis (keguguran karena kuman Brucella); Tuberculosis; penyakit mulut dan kuku (mulut berbusa dan penuh luka); Salmonellosis (gejala diare dan suhu tubuh tinggi); Milk Fever (kekurangan kalsium dalam darah yang menyebabkan kelumpuhan); serta Ketosis (gangguan metabolisme karbohidrat).
2. Pembersihan Tubuh Sapi
Badan sapi perah laktasi harus selalu dijaga kebersihannya dari kotoran, lumpur, atau air kencing agar selalu terjaga kesehatan kulitnya. Kulit yang bersih akan sangat membantu dalam evaporasi atau mengeluarkan keringat agar suhu tubuh sapi tetap normal. Selain itu, pembersihan pada tubuh sapi ini dilakukan agar air susu yang dihasilkan benar-benar bersih.
3. Pemberian Exercise
Sapi yang dikandangkan secara terus menerus perlu secara rutin dilepas di tempat exercise selama kurang lebih 1 – 2 jam dalam sehari agar mendapat sinar matahari dan kesempatan bergerak bebas untuk memperlancar peredaran darah, serta kesehatan kulit dan kuku. Pemberian exercise yang cukup juga dapat menaikkan produksi air susu.
4. Pemerahan
Pemerahan merupakan kegiatan yang harus mendapat perhatian khusus, karena kegiatan ini akan berpengaruh besar pada produksi susu baik kualitas ataupun kuantitasnya. Sapi pada umumnya diperah dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, tapi dapat juga diperah hingga tiga sampai empat kali tergantung kemampuan produksi sapi yang bersangkutan.
5. Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi laktasi disesuaikan dengan bobot badannya, jumlah produksi susu yang dihasilkan, serta kandungan lemak dari susu tersebut. Beberapa saran dalam pemberian pakan agar produksi susu yang dihasilkan tinggi antara lain, hijauan berkualitas bagus (tidak mengandung bahan kering), konsentrat yang diberikan harus berkualitas dan bertahap sebanyak 8-10 kg per hari tergantung bobot badannya, serta kurangnya konsentrat sementara sifatnya dapat mengakibatkan penurunan produksi susu. 6. Pencatatan (Recording)
Sumber – Sumber Risiko
Setiap kegiatan produksi berbagai usaha pada dasarnya mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian. Berbagai sumber risiko dalam kegiatan produksi tersebut bisa berasal dari faktor alam dan lingkungan. Identifikasi sumber risiko yang dihadapi setiap usaha dapat dilihat dari apakah sumber risiko tersebut sering dihadapi oleh kegiatan produksi usaha tersebut atau tidak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pinto (2011), Amelia (2012), dan Simanjuntak (2013) mengenai analisis risiko produksi peternakan ayam broiler memiliki sumber-sumber risiko produksi yang sering dihadapi, yaitu perubahan cuaca, hama dan penyakit. Penelitian Pinto menambahkan bahwa sumber risiko lainnya yang dihadapi adalah kepadatan ruang, dan penelitian Amelia menambahkan juga ayam broiler afkir sebagai salah satu sumber risiko produksi lain yang dihadapi dalam usaha peternakan ayam broiler. Ketiga penelitian terdahulu tersebut membahas mengenai risiko yang dihadapi peternak yaitu berupa mortalitas ayam yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Risiko produksi dalam usaha peternakan ayam broiler juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan, vaksin, kondisi cuaca tidak menentu, dan tenaga kerja (Nugraha (2011)). Obat-obatan dan vaksin menjadi faktor-faktor yang dapat mengurangi risiko, sedangkan tenaga kerja yang kurang baik dan kondisi cuaca yang tidak menentu dapat menjadi sumber risiko produksi ayam broiler. Sementara itu, dalam penelitian Maulida (2013) mengenai tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di KTTSP Baru Sireum masih sering dihadapi beberapa sumber risiko produksi yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan sapi perah adalah berkaitan dengan penyakit, pakan, kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak, serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai risiko produksi, dapat diketahui bahwa pada umumnya risiko yang terjadi sangat bergantung pada karakteristik dan lokasi usahanya. Demikian juga dalam kegiatan produksi di sektor peternakan yang memiliki banyak risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya, karena sektor usaha tersebut berhubungan langsung dengan makhluk hidup sebagai objek usahanya. Namun, sumber risiko produksi yang paling sering dihadapi oleh pelaku bisnis dalam menjalankan usahanya adalah hama dan penyakit, faktor cuaca dan iklim, serta kesalahan teknis sumberdaya manusia (Human Error). Setiap sumber risiko perlu diketahui agar mempermudah dalam melakukan pengukuran risiko untuk mengetahui dampak dan akibat serta dapat menentukan alternatif solusi dalam mengatasi risiko.
Dampak Risiko Terhadap Peternakan
mengukur besarnya risiko yang dihadapi dalam menjalankan suatu usaha dan untuk meminimalisir kerugian yang akan dihadapi oleh pelaku usaha. Selain untuk meminimalisir kerugian, alat ukur risiko juga digunakan untuk mengukur probabilitas dan dampak yang ditimbulkan akibat adanya risiko dalam suatu usaha. Jika hasil perhitungan dari alat ukur risiko semakin kecil, maka alat ukur tersebut menggambarkan risiko yang dihadapi pun semakin kecil.
Penelitian mengenai risiko produksi terdahulu banyak yang menggunakan metode analisis Variance untuk mengukur tingkat risiko dari usaha yang sedang diteliti. Nugraha (2011) menggunakan metode analisis variance dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi ayam broiler pada kasus peternak plasma Cv Dramaga Unggas Farm. Selain itu, metode analisis variance, standard deviation dan coefficient variation juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar risiko dalam usaha peternakan seperti yang dilakukan Santoso (2011) mengenai penelitian risiko usaha pemotongan ayam broiler di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian mengenai peternakan ayam broiler oleh Pinto (2011), Amelia (2012), dan Simanjuntak (2013) adalah bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko. Pengukuran risiko yang digunakan oleh ketiga peneliti ini adalah memulainya dari identifikasi sumber risiko yang dihadapi oleh perusahaan, mengukur probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi yang ada dengan menggunakan metode nilai standar (analisis z-score), dan dampak yang disebabkan oleh risiko yang dihadapi dapat dihitung dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR), mengklasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko, kemudian mengidentifikasi strategi penanganan risiko yang dihadapi perusahaan.
Strategi Pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko sangat diperlukan untuk meminimalisir risiko yang terjadi pada suatu perusahaan. Strategi yang akan digunakan harus sesuai dengan sumber-sumber risiko yang ada setelah dilakukannya pengidentifikasian terlebih dahulu terhadap sumber-sumber risiko yang terjadi dalam suatu usaha. Semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha, maka strategi yang akan ditentukan dalam pengelolaannya pun akan lebih maksimal untuk mencapai target dari setiap usaha yang telah ditentukan agar risiko yang tinggi tersebut dapat diatasi oleh manajemen perusahaan.
Maulida (2013) dalam penelitiannya mengenai tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah menyebutkan bahwa dalam menghadapi setiap risiko yang mungkin terjadi harus dilakukan pencegahan, seperti manajemen pemeliharaan kandang, pakan, dan sumber air; manajemen kesehatan dengan pemberian vaksin dan Brucellosis; serta manajemen sanitasi dengan menjaga kebersihan sapi perah, kandang, peralatan, dan orang yang memelihara.
adalah dengan memasang jaring kawat pada seluruh bagian kandang untuk mencegah serangan hama predator, memasang ventilasi bantuan untuk mempercepat sirkulasi udara dan tidak mengganggu perkembangan ayam, serta meningkatkan kedisplinan anak kandang dalam menjaga saran prasarana seperti sumur sebagai sumber air minum serta menjaga perlakuan yang bersifat operasional agar tetap steril dan melakukan penyemprotan menggunakan insectysida untuk menghindari bertumbuh kembangnya kutu dan parasit lainnya pada ayam broiler. Selain itu, contoh lain srategi preventif adalah dalam penelitian mengenai ayam broiler juga adalah membentuk kelompok ternak plasma serta memperbaiki fasilitas yang ada dalam usaha peternakan (Amelia (2012)).
Selain strategi preventif, adapula strategi penanganan risiko lainnya yaitu strategi mitigasi. Salah satu strategi mitigasi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan risiko yang dihadapi dalam penelitian Santoso (2011) mengenai risiko usaha pemotongan ayam broiler adalah membuka rumah makan, menjadi supplier ayam hidup, memperhatikan kejadian penting yang dapat mengancam usahanya, relokasi tempat pemotongan, serta mengikuti aturan pemerintah daerah dalam membayar retribusi pemotongan. Sementara itu, dalam penelitian Amelia (2012) strategi mitigasi yang dilakukan dalam menghadai risiko produksi ayam broiler adalah perawatan intensif untuk ayam yang terkena penyakit dan mengelompokkan ayam broiler yang afkir dalam kandang yang terpisah.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, strategi dalam menghadapi risiko dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari risiko yang terjadi, sedangkan startegi mitigasi dilakukan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Beberapa contoh strategi preventif dan strategi mitigasi yang telah diuraikan dalam penelitian terdahulu menggambarkan bahwa, strategi pengelolaan risiko yang dilakukan oleh setiap perusahaan adalah berbeda dan disesuaikan dengan karakteristik usaha dan sumber-sumber risiko yang dihadapi.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
ketidakpastian dapat berubah menjadi risiko. Oleh karena itu, istilah risiko dan ketidakpastian sangat identik dan risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian yang terukur secara kuantitatif.
Definisi yang paling mendasar mengenai risiko adalah suatu ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Pengertian lain risiko juga dapat diartikan ketidakpastian yang bisa dikuantitaskan dan dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Sedangkan pengertian risiko menurut Robison dan Barry (1987) adalah suatu kejadian merugikan perusahaan dimana kejadian tersebut dapat diketahui oleh pelaku usaha sebagai pembuat keputusan. Umumnya, peluang terhadap suatu kejadian dalam suatu kegiatan usaha dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko yang dihadapi dalam suatu usaha sangat erat kaitannya dengan ketidakpastian (uncertainty) yang berpengaruh pada risiko yang akan dihadapi sebuah perusahaan, akan tetapi risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda. Peluang terjadinya sebuah risiko dapat diperhitungkan sedangkan peluang terjadinya ketidakpastian tidak dapat diperhitungkan.
Dengan demikian, risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Kountur 2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi dan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa berdampak pada keuntungan ataupun kerugian. Jika ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Menurut Harwood et al (1999), risiko merupakan kemungkinan kejadian yang dapat memberikan kerugian atau berurangnya kesejahteraan seseorang. Oleh sebab itu, risiko dapat disebut sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang bersifat merugikan.
Sumber dan Jenis Risiko
Risiko merupakan hal yang tidak akan pernah dapat dihindari dari suatu kegiatan usaha, jika risiko terjadi maka akan menimbulkan kerugian. Suatu perusahaan harus mampu mendefinisikan risiko-risiko apa saja yang dihadapi sebelum membuat strategi untuk mengendalikan risiko tersebut. Harwood et al (1999) menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian antara lain:
a. Risiko produksi
Risiko produksi merupakan risiko yang lebih sering dihadapi oleh pelaku bisnis pertanian di sektor onfarm daripada sub sektor lainnya. Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.
b. Risiko Pasar atau Harga
dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Posisi pelaku usaha yang harus mengikuti harga pasar menyebabkan petani tidak memiliki kendali akan harga yang berlaku di pasaran.
c. Risiko Kelembagaan
Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya. Perubahan kebijakan dan peraturan sangat berpengaruh pada sektor pertanian. Salah satu contohnya adalah peningkatan kuota impor dapat memunculkan masalah bagi produsen dalam negeri. Risiko kelembagaan dapat member dampak pada risiko produksi, risiko pasar atau harga dan risiko keuangan.
d. Human Resource Management Risks (Risiko Sumberdaya Manusia)
Risiko sumberdaya manusia adalah kejadian yang menyebabkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan tidak bekerja dengan optimal. Risiko sumberdaya manusia sangat erat kaitannya dengan produksi sehingga dapat mempengaruhi risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan Risiko suberdaya manusia juga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya yang bekerja dalam suatu kegiatan usaha kususnya pertanian.
e. Risiko Finansial
Risiko finansial terjadi karena adanya kejadian yang berhubungan dengan finansial, dimana kejadiannya tidak sesuai dengan yang direncanakan Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.
Kountur (2008) mengelompokan jenis risiko berdasarkan sudut pandang menjadi dua, yaitu dari sudut pandang penyebab dan sudut pandang akibat. Apabila dilihat dari sudut pandang penyebab, terjadinya risiko ada dua macam, yaitu :
a. Risiko keuangan merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing.
b. Risiko operasional merupakan risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam
Sedangkan risiko dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori, antara lain :
a. Risiko Murni adalah risiko yang hanya dapat mengakibatkan kerugian saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan.
b. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.
Manajemen Risiko
ada dan mengkomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Proses pengelolaan risiko menurut Kountur (2008), dapat dihat pada Gambar 2.
Keterangan : Garis Proses
Garis Hasil (output)
Menurut Kountur (2008), dalam proses manajemen atau pengelolaan risiko setelah mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian dapat dilakukan dengan mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar dampak dari risiko tersebut. Setelah pengukuran dilakukan, maka risiko dapat dipetakan dalam sebuah pemetaan risiko.
a. Pengukuran risiko
Pengukuran risiko mencakup seberapa besar kemungkinan risiko akan terjadi dan seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Selain itu, pengukuran ini juga dilakukan untuk menentukan derajat kepentingan masing-masing sumber risiko dan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam manajemen risiko. Beberapa pengukuran risiko dapat dilakukan adalah dengan pengukuran probabilitas, pengukuran dampak, serta pengukuran status risiko. Penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko melakukan metode lain yaitu dengan perhitungan probabilitas dengan menggunakan distribusi normal (z-score) dan juga Value at Risk. Pengukuran risiko dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya sebuah risiko serta dampak kerugian yang dapat disebabkan.
b. Pemetaan Risiko
Risiko selalu terkait dengan dua dimensi, sehingga teknik pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Dimensi pertama yaitu probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi, maka semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah
PROSES OUTPUT
Evaluasi
Penanganan Risiko Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko
Daftar Risiko 1. Peta Risiko 2. Status risiko
Usulan (penanganan risiko)
Gambar 2 Proses pengelolaan dan risiko perusahaan
pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya, probabilitas dibagi kedalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Dimensi kedua berupa dampak. Dampak merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko maka semakin perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebaliknya jika semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumberdaya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi kedalam tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Pemetaan risiko dilakukan berdasarkan prioritas risiko. Prioritas risiko ditentukan oleh probabilitas dan dampak yang muncul akibat dari sumber risiko. Prioritas risiko yang akan muncul dalam penanganan risiko ditentukan dengan menggunakan status risiko. Mencari nilai status risiko masing-masing sumber adalah melalui hasil perkalian antara probabilitas dan dampak risiko. Jadi, matriks antara dimensi probabilitas dan dampak menghasilkan empat kuadran utama. Keseluruhan kuadran dibuat dalam peta risiko yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Terdapat empat kuadran utama dalam pemetaan risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.
Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun
Besar
Dampak (Rp) Probabilitas
(%)
Besar Kecil
Kecil
Kuadran 1 Kuadran 2
Kuadran 3 Kuadran 4
Gambar 3 Peta risiko
demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.
Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.
Penanganan Risiko
Strategi penanganan risiko merupakan langkah-langkah yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap berisiko. Setelah seluruh risiko teridentifikasi dan terukur, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan penanganan risiko. Menurut Kountur (2008) ada dua strategi penaganan risiko, yaitu preventif dan mitigasi. Dapat dilihat pada Gambar 4 peta risiko dari kedua strategi penangan risiko tersebut.
a. Preventif
Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi, preventif dilakukan dengan beberapa cara, yaitu membuat atau memperbaiki sistem, mengembangkan sumber daya manusia, serta memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.
b. Mitigasi
Mitigasi merupakan strategi penanganan risiko yang ditujukan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari suatu risiko. Beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :
1. Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat. Apabila salah satu tempat terkena musibah, maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.
2. Penggabungan (merger) dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain.
3. Pengalihan Risiko yaitu dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, seperti leasing, outsourcing,hedging, dan asuransi.
PREVENTIF
Dampak (Rp) Probabilitas
(%)
Besar Kecil
Kuadran 1 Kuadran 2
Kuadran 3 Kuadran 4
MITIGASI
Gambar 4 Preventif dan mitigasi risiko
Kerangka Pemikiran Operasional
Susu merupakan komoditi agribisnis yang menjadi salah satu sumber protein hewani utama bagi masyarakat indonesia. Slogan “ 4 sehat 5 sempurna” menjadikan susu sebagai komposisi pelengkap sekaligus penyempurna menu makanan sehat dan bergizi bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi susu masyarakat Indonesia pun selalu mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya pola hidup sehat masyarakat. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap susu ternyata tidak seiring dengan jumlah produksi susu nasional. Dengan demikian, produksi susu nasional belum mampu memenuhi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia masih melakukan impor susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakan Indonesia akan susu. Hal tersebut juga menggambarkan bahwa peluang usaha peternakan sapi perah masih sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.
Susu dihasilkan dari kegiatan usaha peternakan sapi perah. Proses produksi susu sapi dilakukan pada saat pemerahan sapi yang biasanya dilakukan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari. Hasil pemerahan susu sapi di pagi hari biasanya lebih banyak di banding sore hari. Jadi, jumlah produksi susu sapi dalam satu hari merupakan akumulasi dari pemerahan pagi dan sore hari. Jumlah produksi susu sapi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mengakibatkan jumlah produksi berfluktuasi setiap harinya.
Erif Farm merupakan salah satu peternakan sapi perah yang cukup berprestasi dan dapat dikatakan produktif di Kabupaten Bogor. Lokasi peternakan Erif Farm terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Jumlah ternak sapi di Erif Farm secara keseluruhan hingga saat ini mencapai lebih dari 200 ekor dengan jumlah produksi susu yang dihasilkan setiap harinya adalah sebanyak 1 300 – 1 500 liter. Jumlah produksi tersebut seringkali mengalami penurunan, yang secara langsung mengakibatkan fluktuasi produktivitas produksi susu sapi pada Erif Farm. Fluktuasi produktivitas produksi susu sapi pada Erif Farm mengindikasikan adanya risiko produksi pada usaha peternakan sapi perah tersebut. Beberapa hal yang diindikasikan menjadi sumber risiko produksi pemerahan susu sapi, antara lain penyakit, kondisi pakan hijauan, serta kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu dengan konsentrat. Oleh karena itu, penelitian mengenai analisis risiko produksi dirasa perlu untuk dilakukan agar risiko produksi yang mungkin terjadi dapat diminimalisasi. Analisis risiko produksi dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang menjadi sumber risiko usaha peternakan sapi perah pada Erif Farm. Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan melakukan observasi wawancara dan diskusi dengan beberapa pihak terkait dengan kegiatan produksi susu sapi perah. Selanjutnya, dilakukan analisis untuk mengetahui seberapa besar probabilitas dan dampak risiko dari setiap sumber risiko yang terjadi pada usaha peternakan sapi perah tersebut.
penanganan risiko yang tepat untuk meminimalisasi terjadinya risiko produksi pada usaha peternakan sapi perah Erif Farm. Alur kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 5.
Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional Sumber risiko produksi susu sapi segar : - kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu
- penyakit
- kondisi pakan hijauan
Fluktuasi produktivitas susu sapi segar Harga Output
Dampak sumber risiko (Value at Risk )
Probabilitas sumber risiko (z-score)
Pemetaan Risiko
Alternatif startegi pengelolaan risiko produksi susu sapi segar pada Erif Farm
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Erif Farm, yang berlokasi di Kampung Darussalam, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cisarua merupakan wilayah yang memiliki kondisi fisik, suhu, serta curah hujan yang cocok digunakan untuk lokasi usaha peternakan sapi perah dan merupakan salah satu sentra produksi susu sapi di Kabupaten Bogor. Selain itu pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi penelitian ini adalah ketersediaan data dan kesedian pihak perusahaan untuk dijadikan tempat penelitian. Pengumpulan data pada Erif Farm berlangsung selama satu bulan, yaitu pada bulan Mei 2014.
Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan jawaban dan keterangan dari pertanyaan penelitian yang bukan angka. Data kualitatif meliputi perkembangan usaha produksi susu sapi perah, teknis pelaksanaan usaha, kondisi usaha, peralatan yang digunakan dalam usaha, dan hal lain yang terkait dengan teknik dan proses pemerahan susu sapi. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari fakta dan informasi yang sudah disusun dan lebih terukur. Pada data kuantitatif ini meliputi data produksi susu sapi segar selama satu bulan, harga jual, jumlah sapi laktasi selama satu bulan, dan semua keterangan yang berupa angka.
Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dengan cara observasi, wawancara, diskusi dan kuisioner dengan pihak perusahaan. Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan melakukan pencatatan langsung di lokasi penelitian, baik dari aktivitas produksi ataupun berbagai kendala risiko yang dihadapi perusahaan.
Proses pengambilan data dan penentuan responden pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu dengan melakukan wawancara, dan diskusi dengan pemilik perusahaan dan penanggung jawab produksi sebagai responden. Penentuan responden ini berdasarkan pertimbangan memiliki kapabilitas dalam memberikan data yang akurat, karena responden merupakan pihak yang berhubungan langsung dan mengetahui dengan jelas mengenai produksi susu sapi segar dan risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan terkait dengan proses produksi.
Metode Analisis Data
Pengkajian dan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data dan informasi dari data primer dan sekunder. Data ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan data yang dikelompokkan ke dalam dua jenis metode, yaitu metode analisis deskriptif (kualitatif) dan metode analisis risiko (kuantitatif). Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Metode analisis untuk menjawab tujuan penelitian
sumber-Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan melalui observasi, wawancara dan diskusi. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh Erif Farm dalam meminimalkan risiko yang dihadapi. Hal tersebut didasarkan pada status risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan sapi perah pada Erif Farm. Melalui analisis deskriptif ini pula, manajemen risiko yang dijalankan oleh Erif Farm dapat dikaji efektif atau tidaknya. Penggunaan analisis deskriptif ini diharapkan dapat membantu melengkapi analisis risiko yang bersifat kuantitatif.
Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko
Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko yang dihadapi perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi pemerahan susu sapi. Data produksi berupa hasil pemerahan susu sapi dilihat dari pencatatan data periode sebelumnya pada Erif Farm dengan pencatatan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini , yaitu selama satu bulan pada bulan Mei 2014. Menurut Kountur (2008), beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya dalam usaha produksi susu sapi pada Erif Farm adalah :
Tabel 9 Format pencatatan produksi susu yang hilang selama bulan Mei 2014
Hasil produksi susu yang hilang (liter)
Total hasil
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata fluktuasi produksi susu sapi segar adalah :
∑
Dimana:
= Rata-rata kehilangan susu sapi segar per sumber risiko selama 30 hari (liter)
xi = Kehilangan hasil susu sapi segar per hari dan per sumber risiko (liter)
n = 30 hari pemerahan
c. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko
S =
√
∑
Dimana:
S = Standar deviasi dari kehilangan susu sapi segar per sumber risiko selama 30 hari
Z = Nilai z-score dari kehilangan susu sapi segar per sumber risiko selama 30 hari
X = Batas normal kehilangan susu akibat sumber risiko (liter)
= Rata-rata kehilangan susu sapi segar per sumber risiko selama 30 hari (liter)
Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Sebaliknya, jika nilai z-score positif maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).
e. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi
Setelah nilai z-score dari produksi susu sapi segar Erif Farm diketahui, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi susu sapi yang hilang mendatangkan kerugian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko yang melebihi batas normal yang ditetapkan.
Analisis Dampak Risiko
Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Metode analisis tersebut dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi susu sapi di Erif Farm. Kejadian yang dianggap merugikan berupa produksi susu sapi segar yang hilang sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR, terlebih dahulu dihitung jumlah produksi susu yang hilang setiap periode. Jumlah produksi susu yang hilang tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Menurut Kountur (2008), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut:
VaR =
√
̅
Dimana:
VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh risiko pemerahan susu sapi segar selama 30 hari
= Rata-rata kehilangan susu sapi segar per sumber risiko selama 30 hari (liter) Si = Produksi susu yang hilang pada masing-masing sumber risiko pada hari ke-i
P = Tingkat harga susu sapi segar pada Erif Farm (Rp)
z = Nilai z dari setiap sumber risiko yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%
s = Standar deviasi dari kehilangan susu sapi segar per sumber risiko selama 30 hari
n = 30 hari pemerahan susu
Pemetaan dan Penanganan Risiko
Hal yang terlebih dahulu perlu diLakukan sebelum merumuskan strategi penanganan risiko adalah membuat peta risiko (Kountur, 2008). Peta risiko merupakan gambaran mengenai posisi risiko yang dibagi menjadi 4 kuadran pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya.
Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas serta dampak besar dan kecil ditentukan dengan pendekatan menggunakan rata-rata dari ketiga sumber risiko yang digunakan, yaitu kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu (R1), penyakit (R2), dan kondisi pakan hijauan (R3). Berdasarkan sumber risiko tersebut, pada penelitian ini yang yang menjadi batas antara probabilitas serta dampak besar dan kecil merupakan rata-rata dari hasil penjumlahan ketiga risiko dibagi dengan jumlah periode.
Gambar 6 Layout peta risiko
Berdasarkan gambar layout peta risiko yang menggambarkan adanya batasan probabilitas dan dampak, sumber risiko yang memiliki probabilitas di atas
� � �3
� � �3
Dampak (Rp) Probabilitas (%)
Kuadran 1 Kuadran 2
Kuadran 3 Kuadran 4
Kecil Kecil
batasan probabilitas dan di bawah batasan dampak ditempatkan pada kuadran satu. Sumber risiko yang dipetakan pada kuadran dua adalah sumber risiko yang memiliki probabilitas diatas batasan dan dampak yang disebabkan lebih besar dari batas dampak yang telah ditentukan. Sumber risiko dengan probabilitas dibawah batasan dan dampak dibawah batas dampak besar dan kecil ditempatkan pada kuadran tiga. Kuadran empat adalah tempat untuk memetakan sumber risiko yang memiliki probabilitas dibawah batasan dan dampak diatas batasan.
Setelah hasil pemetaan didapatkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan strategi penganganan risiko yang sesuai dengan hasil pemetaan. Ada dua strategi yang dapat dilakukan dalam menangani risiko, yaitu :
a. Preventif Risiko
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2008). Pergeseran strategi preventif dalam peta risiko dapat dilihat pada Gambar 4.
b. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran dan asuransi (Harwood et al 1999). Pergeseran strategi mitigasi dalam peta risiko dapat dilihat pada Gambar 4.
GAMBARAN UMUM ERIF FARM
Sejarah Singkat Erif Farm