• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR PADA

USAHA BAPAK H. APUT, KEBON PEDES, KOTA BOGOR,

JAWA BARAT

IRMA NURMALASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat” adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Irma Nurmalasari

(4)
(5)

ABSTRAK

IRMA NURMALASARI. Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh SITI JAHROH.

Sapi perah merupakan komoditas dari subsektor peternakan yang dapat menghasilkan susu segar sebagai produk utamanya. Usaha peternakan sapi perah memiliki sumber risiko produksi berupa fluktuasi produktivitas susu. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, manganalisis probabilitas dan dampak risiko, serta menganalisis alternatif strategi pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes. Metode yang digunakan dalam menghitung probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko adalah z-score dan VaR. Sumber risiko yang terdapat pada usaha peternakan sapi perah Bapak H. Aput yaitu pakan, perubahan cuaca dan suhu, serta penyakit. Dari hasil analisis probabilitas, sumber risiko pakan memiliki probabilitas tertinggi sebesar 76.11 persen, sedangkan probabilitas terkecil yaitu sumber risiko penyakit sebesar 13.57 persen. Berdasarkan dampak yang diderita, sumber risiko pakan memiliki dampak terbesar sebesar Rp 14 642 451, sedangkan dampak risiko terkecil yaitu penyakit sebesar Rp 166 611. Sumber risiko penyakit dapat ditolerir perusahaan karena dampaknya dibawah batas normal. Alternatif strategi yang digunakan untuk mengurangi probabillitas dan dampak yaitu strategi preventif dan mitigasi

Kata Kunci: sumber risiko, sapi perah, pemetaan risiko, alternative strategi

ABSTRACT

IRMA NURMALASARI. Risk analysis of fresh milk production at Mr. H. Aput, Kebon Pedes, Bogor, West Java. Supervised by SITI JAHROH.

A dairy cattle is a livestock commodity which produces fresh milk as its main product. The dairy bussiness has a source of risk in fluctuated productivity of milk. This study aims to identify the sources of production risk, to analyze the probability and its impact, and to analyze the alternative strategies for Mr. H. Aput dairy bussiness at Blender, Kebon Pedes. This study used z-score and VaR methods to caculate the probability and the impact from each source of risk. The sources of risk of Mr. H. Aput dairy bussiness are the feed, weather and temperature changes, and diseases. Probability analysis showed that the feed risk had the highest probability of 76.11 percent, and the smallest probability caused by diseases was about 13.57 percent. Feed risk caused by diseases was about Rp 14 642 451 and the smallest risk caused by diseases was about Rp 166 611. The sources of risk can be tolerated by the company because the impact was under the normal limit. Preventive and mitigation strategies can be used as its alternative strategies to reduce the probability and its impact.

(6)
(7)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR PADA

USAHA BAPAK H. APUT, KEBON PEDES,

KOTA BOGOR, JAWA BARAT

IRMA NURMALASARI

Skripsi

Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat Nama : Irma Nurmalasari

NIM : H34124067

Disetujui oleh

Siti Jahroh, PhD Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh. PhD selaku dosen pembimbing, serta kepada dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS dan Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak H. Aput, Ibu Titin Suprihatin, dan pegawai-pegawai kandang yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepda Ayah, Ibu serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Strategi Penanganan Risiko Pertanian 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Lokasi dan Tempat Penelitian 16

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Pengumpulan Data 17

Metode Analisis Data 18

Analisis Deskriptif 19

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko 19

Analisis Dampak Risiko 20

Pemetaan Risiko 20

Penanganan Risiko 21

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 24

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 24

Lokasi Perusahaan 25

Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan 25

Sumberdaya Usaha 27

Sumberdaya Manusia 27

Sumberdaya Fisik 29

Sumberdaya Finansial 30

Kegiatan Produksi Sapi Perah 33

Proses Budidaya 33

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR 37

(14)

Analisis Probabilitas Risiko Produksi 42

Analisis Dampak Risiko Produksi 49

Pemetaan Risiko Produksi 53

Strategi Penanganan Risiko Produksi Sapi Perah 54

SIMPULAN DAN SARAN 58

Simpulan 58

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 61

RIWAYAT HIDUP 65

DAFTAR TABEL

1 Kompisisi mineral susu sapi per 100 gram bahan 2 2 Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Indonesia tahun

2009 – 2013 2

3 Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Jawa Barat tahun

2009– 2013 3

4 Jumlah sapi menurut kecamatan pada tahun 2013 4 5 Jumlah peternak sapi perah menurut kecamatan tahun 2013 4 6 Metode analisis untuk menjawab tujuan dalam penelitian 18

7 Jumlah tenaga kerja perusahaan 27

8 Jadwal operasional pada usaha peternakan Bapak H. Aput 28

9 Tingkat pendidikan tenaga kerja 28

10 Jumlah kandang pada usaha peternakan milik Bapak H. Aput 29 11 Biaya investasi usaha peternakan Bapak H. Aput 31 12 Biaya tetap usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput 32 13 Biaya variabel usaha peternakan Bapak H. Aput 33

14 Kandungan nutrisi bahan pakan 34

15 Jumlah kehilangan susu akibat sumber risiko pakan pada usaha

peternakan sapi perah Bapak H. Aput 38

16 Jumlah kehilangan susu akibat perubahan cuaca dan suhu pada usaha

peternakan sapi perah Bapak H. Aput 40

17 Jumlah kehilangan susu akibat sumber risiko penyakit pada usaha

peternakan sapi perah Bapak H. Aput 42

18 Perhitungan probabilitas sumber risiko pakan pada usaha peternakan

sapi perah Bapak H. Aput 2014 44

(15)

20 Perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit pada usaha peternakan

sapi perah Bapak H. Aput 2014 48

21 Perhitungan dampak sumber risiko pakan pada usaha peternakan sapi

perah Bapak H. Aput 2014 50

22 Perhitungan dampak sumber risiko perubahan cuaca dan suhu pada usaha peternakan sapi perah Bapak H. Aput 2014 51 23 Perhitungan dampak sumber risiko penyakit pada usaha peternakan sapi

perah Bapak H. Aput 2014 52

24 Perhitungan status risiko dari sumber risiko produksi sapi perah 53

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi pemerahan susu tanggal 8-21 Maret 2014 6 2 Proses pengelolaan risiko dan output yang dihasilkan 14 3 Kerangka pemikiran operasional risiko produksi susu sapi segar 16

4 Pemetaan Risiko 21

5 Strategi preventif 22

6 Strategi mitigasi 23

7 Hierarki organisasi usaha peternakan Bapak H. Aput 26

8 Kandang tipe ganda 30

9 Pemberian pakan rumput 35

10 Proses pemerahan susu sapi 36

11 Recording usaha peternakan sapi perah Bapak H. Aput 36 12 Peta risiko sapi perah milik Bapak H. Aput 54 13 Usulan strategi preventif pada peta risiko 56

14 Usulan strategi mitigasi pada peta risiko 58

DAFTAR LAMPIRAN

1 Layot kandang peternakan Bapak H. Aput 61

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris dengan sektor pertanian sebagai salah satu andalannya. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Kegiatan pertanian itu meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Peranan sektor pertanian berpengaruh besar terhadap pembangunan ekonomi, kestabilan sosial dan politik di Indonesia. Hal ini didasarkan pada kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar bermata pencaharian dalam bidang pertanian. Selain itu, masyarakat Indonesia juga memiliki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap hasil pertanian, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pangannya. Masyarakat Indonesia juga memanfaatkan hasil dari subsektor peternakan dalam pemenuhan kebutuhan pangannya.

Subsektor peternakan di Indonesia meliputi peternakan unggas dan peternakan mamalia. Sapi merupakan salah satu hewan mamalia yang banyak diternakkan di Indonesia. Subsektor peternakan dengan komoditi sapi dapat digunakan menjadi dua, yaitu peternakan sapi potong dan peternakan sapi perah. Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran kebutuhan gizi masyarakat yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsumsi susu dari 6.8 liter/kapita/tahun pada tahun 2005 menjadi 7.7 liter/kapita/tahun pada tahun 2008 (setara dengan 25 g/kapita/hari).1 Pembangunan subsektor peternakan, khususnya pengembangan usaha sapi perah, merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan penyediaan sumber kebutuhan protein hewani.

Pengembangan peternakan sapi perah pada dasarnya bertujuan meningkatkan produksi susu dalam negeri untuk mengantisipasi tingginya permintaan susu. Hal tersebut memberikan peluang bagi peternak, terutama peternakan sapi perah rakyat untuk lebih meningkatkan produksi, sehingga ketergantungan akan susu impor dapat dikurangi. Produk susu akan terus dibutuhkan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk meningkatkan gizi. Susu mempunyai komposisi yang mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral, vitamin, kalsium yang tinggi serta berbagai macam zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi yang terdapat dalam susu menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang sangat esensial dan fleksibel karena mudah diatur kadar lemaknya. Kandungan nutrisi susu sapi per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 1.

1

(18)

Tabel 1 Kompisisi mineral susu sapi per 100 gram bahan

Sapi perah merupakan salah satu hewan yang dibudidayakan untuk diambil susunya. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah populasi sapi dan produksi susu sapi segar di Indonesia pada tahun 2009 - 2011 mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah produksi susu sapi segar terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 1.77 persen. Sedangkan untuk produksi susu sapi segar pada tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 0.32 persen. Namun pada tahun 2013 produksi susu sapi segar nasional kembali meningkat sebesar 0.47 persen. Penurunan produksi susu sapi segar nasional pada tahun 2012 diakibatkan karena banyaknya sapi betina yang terpotong dan jumlah kelahiran sapi baru cenderung sebanding. Stagnasi itu disebabkan banyaknya pemotongan sapi betina karena harga daging sapi yang tinggi. Di akhir 2012 harga susu naik tajam yang mengakibatkan harga sapi perah juga naik tajam sehingga peternak tak lagi memotong sapi perah untuk dijual dagingnya. Kondisi tersebut diperkirakan

akan memicu kenaikan produksi susu nasional di 2014.2

Tabel 2 Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Indonesia tahun 2009 – 2013

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013) (diolah) Keterangan : *) angka sementara

2

(19)

Salah satu sentra usaha peternakan sapi perah di Indonesia adalah Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat mempunyai karakteristik yang cocok dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah. Hal ini karena provinsi Jawa Barat memiliki pegunungan yang tinggi dan lahan hijauan yang cukup luas, sehingga sangat baik untuk membudidayakan sapi perah. Peternakan sapi perah idealnya dilakukan di daerah dataran tinggi, sebab cuaca dan suhu udara dapat mempengaruhi produktivitas susu sapi segar yang dihasilkan oleh sapi perah.

Pada Tabel 3 diketahui bahwa jumlah populasi sapi perah di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya jumlah populasi sapi perah maka jumlah produksi susu juga semakin meningkat. Namun, pada tahun 2012 jumlah populasi sapi perah di Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 0.6 persen, sehingga mempengaruhi jumlah produksi susu sapi segar. Hal ini mengakibatkan jumlah produksi susu sapi segar pada tahun 2012 mengalami penurunan sebasar 1.52 persen.

Tabel 3 Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Jawa Barat tahun 2009 – 2013

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013) (diolah) Keterangan : *) angka sementara

(20)

Tabel 4 Jumlah sapi menurut kecamatan pada tahun 2013

Kecamatan Jumlah sapi perah Jumlah (ekor)

Jantan (ekor) Betina (ekor)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2014)

Selain lahan yang terbatas, pemeliharaan sapi perah pada peternak rakyat di Kota Bogor masih menggunakan teknologi yang bersifat sederhana, dimana pengetahuan dalam pemeliharaan sapi perah peternak masih didapat secara turun temurun. Setiap usaha khususnya usaha peternakan sapi perah, tujuan utamanya yaitu menghasilkan keuntungan sesuai yang diharapkan. Kemungkinan untuk meningkatkan keuntungan peternak sebaiknya memiliki manajemen yang baik, seperti meningkatkan frekuensi pemerahan, serta pemberian pakan yang cukup dan berkualitas. Jumlah peternak sapi perah di Kota Bogor sebanyak 75 peternak. Kecamatan Tanah Sareal memiliki jumlah peternak sapi perah terbanyak dengan jumlah 39 peternak. Data jumlah peternak sapi perah menurut Kecamatan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah peternak sapi perah menurut kecamatan tahun 2013

No Kecamatan Peternak sapi perah (orang)

1 Bogor Selatan 31

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2013)

(21)

Bapak H. Aput juga dapat memiliki risiko. Adapun jenis risiko yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam risiko usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput ini adalah risiko produksi pemerahan susu sapi segar. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai analisis risiko produksi pemerahan susu sapi segar pada usaha Bapak H. Aput.

Perumusan Masalah

Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput didirikan pada tahun 1996 dan berlokasi di Jalan Kebon Pedes, Gang Blender, RT 06 RW 09, Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Jawa Barat. Usaha peternakan sapi perah ini memproduksi susu sebagai produk utamnya. Luas lahan usaha peternakan milik Bapak H. Aput sebesar 1 000 meter², dengan jumlah kandang sebanyak 4 kandang. Jumlah total ternak sapi perah yang dimiliki Bapak H. Aput sebanyak 63 ekor. Jumlah tersebut meliputi sapi laktasi sebanyak 42 ekor, pedet sebanyak 3, jantan 14 ekor, dan dara sebanyak 4 ekor. Selain sapi perah Bapak H. Aput juga memilik sapi potong sebanyak 15 ekor. Setiap harinya usaha peternakan sapi perah Bapak H. Aput dapat memproduksi susu segar sebanyak 330-350 liter. Kegiatan produksi pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput belangsung selama proses pemerahan susu. Setiap harinya proses pemerahan dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Harga jual susu yang diproduksi oleh usaha peternakan Bapak H. Aput adalah sebesar Rp 6 000 per liter. Susu hasil produksi usaha peternakan Bapak H. Aput dijual dan dipasarkan langsung kepada konsumen. Para konsumen dari susu tersebut datang langsung ketempat lokasi usaha untuk mengambil susu untuk dibeli. Selain itu susu juga dipasarkan ke koperasi KBPS.

(22)

Gambar 1 Produksi pemerahan susu tanggal 8-21 Maret 2014

Sumber : Wawancara dengan pemilik

Gambar di atas menunjukan fluktuasi produksi susu pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput. Produktivitas tersebut diperoleh dari hasil pencatatan hasil pemerahan selama 2 minggu terhitung mulai tanggal 8 Maret sampai 21 Maret 2014. Jumlah produksi susu tersebut dihasilkan dari jumlah sapi laktasi sebanyak 42 ekor. Fluktuasi produktivitas susu tersebut dapat dikurangi atau diperkecil, ketika sumber-sumber risiko pada saat proses pemerahan berlangsung dapat teridentifikasi. Selanjutnya dampak risiko dari setiap sumber risiko juga dapat diketahui setelah kemungkinan terjadinya risiko diketahui. Berdasarkan hal yang telah dijelaskan tersebut maka akan dilakukan penelitian mengenai sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha Bapak H. Aput. Hasil identifikasi tersebut dapat digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak dari setiap sumber yang ada. Dengan demikian strategi penanganan risiko dapat dilakukan sesuai dengan dampak dan kemungkinan terjadinya risiko. Berdasarkan uraian di atas maka beberapa permasalahan dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah antara lain :

1) Apa saja sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat?

2) Berapa besar probabilitas dan dampak risiko dari setiap sumber risiko produksi yang ada pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat?

3) Bagaimana alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat?

(23)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1) Menganalisis sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat.

2) Menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari setiap sumber risiko produksi yang ada pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat.

3) Menganalisis alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

1. Bagi penulis, diharapkan dapat menerapkan ilmu risiko yang diperoleh dalam perkuliahan sekaligus sebagai referensi bisnis yang dapat dilakukan di sektor budidaya peternakan.

2. Bagi perusahaan, sebagai referensi bisnis dan bahan pertimbangan dalam produktifitas.

3. Bagi pembaca, sebagai tambahan informasi dan wawasan untuk dijadikan bahan rujukan dalam penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian

(24)

menjadi keterbatasan tersebut terkait mengenai pengujian laboratorium untuk mengetahui kandungan-kandungan dari beberapa hal yang diindikasikan menjadi sumber risiko. Beberapa hal yang diindikasikan tersebut meliputi kandungan air dan kandungan pakan pada peternakan. Analisis risiko yang digunakan analisis risiko produksi dan alternatif strategi penanganan risiko.

TINJAUAN PUSTAKA

Risiko Produksi Pertanian

Risiko merupakan kejadian yang memungkinkan membuat para pelaku usaha mengalami suatu kegagalan atau kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu mengandung risiko. Risiko yang dihadapi setiap pelaku usaha tentunya akan berbeda-beda, tergantung dari jenis kegiatan usaha yang dilakukan. Terutama dalam kegiatan pertanian, dimana petani tidak dapat menentukan secara pasti berapa hasil produksi yang akan dihasilkan dengan penggunaan input tertentu. Risiko tidak dapat dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara-cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Risiko dapat datang setiap saat. Agar risiko tidak menghalangi, maka risiko harus dikelola secara baik. Oleh karena itu, setiap kegiatan atau usaha harus jeli dalam menanggapi dan meminimalisir risiko.

Risiko produksi di bidang pertanian memiliki risiko yang lebih besar dari pada risiko kegiatan bisnis lainnya. Terdapat beberapa macam risiko, diantaranya risiko produksi, risiko harga, dan risiko pasar. Dalam usaha pertanian, khususnya untuk risiko produksi sering menjadi risiko yang paling signifikan terhadap pendapatan. Hal ini disebabkan dari hasil produksi pertanian yang mudah rusak dan busuk serta banyaknya faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh petani.

(25)

Sumber-sumber Risiko Pertanian

Dari hasil suatu produksi yang berfluktuasi pada setiap periode produksinya, merupakan suatu risiko yang dihadapi oleh setiap para petani. Hal ini karena pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan.Dalam suatu usaha mengetahui sumber-sumber risiko yang terjadi merupakan salah satu hal yang sangat penting, sehingga pelaku usaha dapat memberikan solusi atau kebijakan dalam penanganan risiko tersebut. Secara garis besar sumber-sumber risiko di bidang agribisnis terdapat di bagianhilir yaitu perubahan cuaca, serangan hama predator serta penyakit. Sumber-sumber risiko tersebut dapat menghambat suatu kegiatan produksi yang mengakibatkan hasil produksi tidak sesuai dengan perkiraan. Menentukan sumber risiko sangat penting, karena mempengaruhi cara penanganannya.

Sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki risiko produksi. Adanya kegagalan dalam budidaya atau proses produksi disebabkan oleh adanya serangan hama, penyakit, perubahan cuaca dan keterampilan tenaga kerja, sama dalam penelitian Elsera (2009), Permana (2011) dan Wisdya (2009). Kondisi perubahan iklim yang sulit diprediksi dan perubahan cuaca yang terlalu cepat memberikan dampak buruk terhadap tingkat produktivitas jamur tiram, bunga potong mawar dan produksi anggrek

Phaleonopsis.

Salah satu sumber risiko di bidang perternakan yaitu kepadatan ruang yang diungkapkan dalam penelitian Pinto (2011), dan Wisdya (2009). Pinto (2011), pengelolaan usaha ternak khususnya pada ayam broiler dihadapkan pada suatu risiko, oleh karena itu pelaku bisnis harus disertai dengan pengetahuan dan kemampuan dalam memilimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan oleh para peternak dalam meminimalkan suatu risiko, sehingga usaha tersebut dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan.

Selain itu, dalam subsektor pertanian di bidang perikanan juga memiliki risiko produksi. Rizky (2010), menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang diidentifikasi sebagai sumber risiko produksi pada usaha pembenihan lele dumbo di Family Jaya 1, yaitu kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk, perubahan suhu air yang bersifat ekstrim, musim kemarau yang mempengaruhi produktivitas induk betina dalam menghasilkan telur, hama yang menjadi predator bagi benih yang sedang dipelihara, serta serangan penyakit pada benih lele dumbo.

(26)

Pengukuran Risiko Pertanian

Pengukuran risiko yaitu untuk menentukan derajat kepentingan dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan berkenaan dengan risiko yang perlu diukur, yaitu frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi serta keparahan dari kerugian itu. Dalam masing-masing dimensi bertujuan untuk mengetahui rata-rata nilai dalam periode, variasi nilai serta dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian.

Dalam penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan metode diatas yaitu, Elsera (2009), Permana (2011), dan Wisdya (2009), melakukan analisis penilaian risiko produksi berdasarkan ukuran dengan menggunakan Expected Return. Pengukuran risiko produksi berdasarkan penilaian dari hasil perhitungan

Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Pengukuran nilai produksi tersebut dapat menunjukkan besarnya risiko yang terjadi.

Selain menggunakan metode analisis diatas, terdapat metode lain yang sering digunakan oleh penelitian terdahulu dalam melakukan analisis risiko. Pada penelitian Rizky (2010), Pinto (2011) dan Simanjuntak (2013) sebelum melakukan pemetaan terhadap sumber-sumber risiko, harus melakukan identifikasi sumber-sumber risiko. Selanjutnya yaitu menghitung probabilitas pada sumber-sumber risiko dengan menggunakan analisis nilai standar (z-score), serta menganalisis dampak risiko dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Jika probabilitas dan dampak risiko sudah diketahui, tindakan selanjutnya yaitu menentukan status risiko dan peta risiko untuk menentukan prioritas dalam penanganan risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, untuk mengetahui risiko mana yang lebih krusial dari risiko lainnya, sedangkan peta risiko yaitu gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga dapat mengetahui dimana posisi risiko terhadap peta.

Strategi Penanganan Risiko Pertanian

Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian manajemen dapat melakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah terpetakan dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan lebih tepat sesuai dengan status risikonya. Strategi penanganan risiko merupakan siasat untuk menjaga dan melindungi kemampuan suatu usaha dalam memberikan suatu hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari kejadian yang tidak dapat dikendalikan. Risiko produksi memiliki pengaruh yang kuat terhadap pilihan strategi penanganan risiko.

(27)

menjaga dari terjadinya fluktuasi produksi. Selain diversifikasi dalam alternatif strategi risiko dapat juga melakukan kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen dan pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot. Tujuannya yaitu untuk mengurangi risiko produksi dari ketidaksediaan bibit dan memanfaatkan tanaman yang rusak.

Selain strategi penanganan diversifikasi, dalam usaha pertanian dapat juga menggunakan strategi preventif dan mitigasi seperti dalam penelitian Rizky (2010), dan Pinto (2011).Strategi preventifyang diusulkan Pinto B (2011), ada 4 macam yaitu, memasang jaring kawat pada seluruh bagian kandang, pemakaian ventilasi bantuan, meningkatkan kedisiplinan anak kandang dan mendisiplinkan anak kandang dalam membuka tutup tirai. Sedangkan strategi preventif yang diusulkan dalam penelitian Rizky (2010) adalah melakukan pembuatan naungan pada kolam pemeliharaan benih, pemasangan aerator untuk menjaga pasokan oksigen, pemasangan jaring pada kolam pemeliharaan benih, serta melakukan pengontrolan terhadap hama predator.

Selain menggunakan strategi preventif,Rizky (2010) dan Pinto (2011), menggunakan strategi mitigasi. Kemal (2010),menggunakan strategi mitigasi dengan memberikan pakan kepada induk lele dumbo secara intensif. Sedangkan dalam penelitian Pinto(2011), strategi mitigasibagi peternakan ayam broiler untuk mengurangi dampak dari sumber risiko penyakit dengan memberi obat atau vaksin secara selang seling.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan teori-teori yang relevan dengan masalah.Kumpulan pengetahuan dan teori-teori tersebut dipelajari dari sumber-sumber bacaan serta penelitian sebelumnya Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan dan relevan dengan penelitian ini.

Konsep Risiko

(28)

bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan risiko, misalnya risiko keuangan, risiko operasional, risiko kredit, dan risiko bisnis yang menunjukkan kategori risiko. Risiko juga dapat dikategorikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan atau kejadian yang terjadi (Kountur, 2008) :

1. Risiko dari sudut pandang penyebab

Risiko dari sudut pandang penyebab, terdapat dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh terjadinya perubahan harga, perubahan tingkat bunga, atau perubahan mata uang asing. Sedangkan risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam.

2. Risiko dari sudut pandang akibat

Risiko ini dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan, seperti risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Sedangkan risiko murni adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

3. Risiko dari sudut pandang aktivitas

Aktivitas yang dapat menimbulkan risiko, seperti aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada.

4. Risiko dari sudut pandang kejadian

Risiko dari sudut pandang kejadian sebaiknya berdasarkan kejadiannya, misalnya adalah kebakaran maka disebut “risiko kebakaran”. Agar risiko dapat dikelola dengan baik seharusnya berdasarkan kejadiannya.

Sumber-sumber Risiko Produksi

Sumber penyebab kerugian dapat di klarifikasikan sebagai risiko sosial dan risiko fisik. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.

1. Risiko Sosial

Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita.

2. Risiko Fisik

(29)

Manajemen Risiko

Penentuan suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan disebut manajemen risiko. Keberadaan manajemen risiko adalah antisipasi atas semakin kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi.

Menurut Kountur (2008), manajemen risiko merupakan cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu. Penanganan risiko-risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi manajemen. Agar pelaksanaan manajemen risiko bisa dilakukan dengan efektif di dalam perusahaan, dianjurkan untuk membentuk suatu unit yang bertanggung jawab atas pelaksanaan manajemen risiko. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah lazim dikenal yaitu membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian. Manajemen risiko memiliki tujuan yaitu untuk mengontrol dampak risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Selain itu manajemen risiko bertujuan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko, bukan untuk meningkatkan expected return. Dengan adanya manajemen risiko, perusahan dapat membuat suatu metode tertentu agar usaha yang dijalankan dapat mempertimbangkan risiko yang dihadapi.

Pengukuran Risiko

Dalam menangani risiko-risiko yang ada didalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolahan risiko. Proses pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari identifikasi risiko. Menurut Kountur (2008), Pengukuran risiko bertujuan untuk menghasilkan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko untuk mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta untuk mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Dalam peta risiko ini akan tampak statusnya. Status risiko dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan prioritas dalam penanganan risiko.

Pengukuran risiko yang dapat dilakukan yaitu dengan perhitungan probabilitas yang menggunakan distribusi normal (z-score) serta Value at Risk. Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya risiko serta dampak kerugian risiko.

Konsep Penanganan Risiko

(30)

Kountur (2008), ada 2 strategi penanganan risiko, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Preventif dilakukan untuk menghindari risiko. Strategi preventif dilakukan untuk mengurangi probabilitas terjadinya risiko dan menangani sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar. Sedangkan mitigasi dilakukan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode diversifikasi, metode penggabungan dan pengaihan risiko. Menurut Kountur (2008), penanganan risiko adalah memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan. Berikut adalah Gambar proses pengelolahan risiko :

Gambar 2 Proses pengelolaan risiko dan output yang dihasilkan Sumber: Kountur (2008)

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput merupakan salah satu usaha agribisnis yang bergerak di bidang peternakan. Penelitian ini akan membahas mengenai hasil produksi sapi perah yaitu susu sapi segar. Komoditi susu merupakan produksi utama dalam usaha Bapak H. Aput. Dalam menjalankan bisnisnya, peternakan diindikasikan menghadapi risiko produksi. Hal tersebut karena terjadi fluktuasi produktifitas pada usaha Bapak H. Aput. Fluktuasi produktifitas tersebut terjadi karena adanya kemungkinan terdapatnya beberapa sumber risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput. Fluktuasi produktifitas tersebut mempengaruhi jumlah penerimaan dari usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput. Besarnya dampak yang dihadapi oleh usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput dapat diketahui apabila kemungkinan terjadinya setiap sumber risiko juga sudah

(31)

diketahui. Oleh karena itu akan menarik apabila dilakukan penelitian mengenai analisis risiko produksi pemerahan susu sapi segar pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput

Identifikasi sumber-sumber risiko dilakukan untuk selanjutnya dihitung kemungkinan terjadinya. Selanjutnya setelah probabilitas terjadinya sumber risiko diketahui, maka dapat dihitung dampak yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko yang terjadi pada usaha tersebut. Harga jual susu tidak diindikasikan sebagai salah satu sumber risiko karena harga berlaku pada usaha peternakan ini cukup stabil dan tidak berfluktuasi. Hasil penghitungan kemungkinan probabilitas dan dampak risiko produksi dapat digunakan untuk mengetahui keadaan status dari setiap sumber risiko yang ada. Berdasarkan status risiko tersebut kemudian dilakukan pemetaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui alternatif strategi yang sesuai diaplikasikan untuk setiap sumber risiko produksi yang terjadi.

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa nilai standar (z-score) untuk mengukur probabilitas. Sedangkan untuk mengukur dampak dapat digunakan

(32)

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional risiko produksi susu sapi segar

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada unit usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput yang terletak di jalan Kebon Pedes, gang Blender RT 06 RW 09, Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Jawa Barat. Peternakan sapi perah milik Bapak Haji Aput ini memiliki lahan seluas 1 000 meter². Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa peternakan sapi perah bapak H. Aput ini merupakan produsen sapi perah

Pemetaan risiko

Alternatif strategi penanganan risiko Status risiko

Identifikasi probabilitas sumber risiko (Z-score)

Identifikasi dampak sumber risiko (VaR) Diidentifikasikan adanya sumber-sumber

risiko produksi susu sapi Segar : 1. Pakan.

2. Perubahan cuaca dan suhu 3. Penyakit

Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput

(33)

yang cukup besar di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini juga tepat untuk menganalisis risiko produksi pemerahan susu sapi segar, karena lokasinya yang berada di tengah-tengah kota. Alasan lain pemilihan lokasi tersebut yaitu karena selama ini belum ada yang melakukan penelitian mengenai analisis risiko produksi pada peternakan Bapak H. Aput. Kegiatan penelitian akan dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Mei tahun 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara langsung dengan pemilik.Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi kegiatan dan usaha yang dijalankan.Data primer yang dikumpulkan yaitu karakteristik responden. Karakteristik responden digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi ternak sapi perah.Data sekunder diperoleh melalui penelusuran studi pustaka dari berbagai literatur baik dari buku, internet, Badan pusat statistik (BPS), Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor dan berbagai pustaka lainnya seperti majalah, jurnal, dan skripsi terdahulu yang relevan dengan topik penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Sumber pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara pengamatan langsung atau observasi di lapangan serta melakukan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada pemilik usaha peternakan sapi perah untuk memperoleh data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, manajemen risiko dalam perusahaan dan harga-harga input dan output. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pencarian di internet dan studi literatur yang relevan. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu daftar pertanyaan (kuesioner), alat pencatat, dan alat dokumentasi elektronik (kamera digital).

(34)

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini hasil pengkajian dan pembahasan dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data ini akan diolah dan dianalisis menggunakan beberapa metode analisis. Metode analisis yang digunakan dalam menjawab tujuan penelitian ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Metode analisis untuk menjawab tujuan dalam penelitian No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode

Analisis 1 Menganalisis sumber-sumber

risiko produksi yang terdapat pada usaha Bapak H. Aput di

2 Menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari setiap sumber risiko produksi yang ada pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota

3 Menganalisis alternatif strategi yang dilakukan untuk

(35)

Analisis Deskriptif

Analisi deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kondisi serta suatu peristiwa pada mada mendatang. Tujuan analisis deskriptif yaitu membuat deskripsi dan gambaran umum perusahaan. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang dilakukan oleh usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput dalam meminimalisir risiko dan ketidkpastian yang dihadapi dalam usahanya. Metode analisis ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan pemilik perusahaan serta anak kandang.

Anlisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko berhubungan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan. Jadi suatu risiko memiliki unsur kemungkinan. Suatu risiko dapat diukur apabila kemungkinan terjadinya risiko serta besarnya dampak risiko terhadap perusahaan sudah diketahui. Ukuran pertama dari risiko yaitu besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu seberapa besar probabilitas risiko terjadi. Metode yang digunakan untuk dapat mengetahui terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode nilai standar atau z-score dapat digunakan apabila terdapat data historis dan bentuk kontinus (desimal). Dalam penelitian ini, yang akan dihutung yaitu kemungkina terjadinya risiko pada kegiatan produksi pemerahan susu sapi segar. Menurut kountur (2008), langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung kemungkinan risiko ini dan aplikasinya pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput yaitu:

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kehilangan susu yang diproduksi adalah:

µ Dimana:

µ = Nilai rata-rata produksi susu sapi segar (liter)

xi = Data produksi susu sapi segar perhari

n = Jumlah periode

2. Mencari nilai standar deviasi (s)

Dimana:

s = Standar deviasi produksi susu sapi segar (liter)

xi = Data produksi susu segar (liter)

µ = Nilai rata-rata produksi susu segar (liter)

n = Jumlah periode

(36)

Dimana:

Z = Nilai z-score dari produksi susu sapi segar X = Nilai produksi susu sapi segar (liter)

µ = Nilai rata-rata produksi susu sapi segar (liter) S = Standar deviasi dari produksi susu sapi segar

Apabila nilai z-score negatif berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Sedangkan jika nilai z-score positif berarti nilai tersebut berada di sebelah kanan dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal.

4. Mencari probabilitas

Apabila nilai z-score dari produksi susu sapi segar milik Bapak H. Aput sudah diketahui, maka selanjutnya dapat mencari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal). Dari tabel distribusi z dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi susu sapi segar mendatangkan.

Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah Value at Risk (VaR). VaR adalah salah satu metode yang digunakan dalam manajemen risiko. Penggunakan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Jika tidak ada data historis metode VaR tidak dapat digunakan. Metode analisis VaR dilakukan untuk mengukur dampak risiko pada kegiatan produksi susu sapi segar milik Bapak H. Aput. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi susu sapi segar sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko.

Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Menurut Kountur (2008), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut. Menurut (Kountur 2008), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut:

Dimana:

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh produksi susu sapi segar (Rp) µ = Rata-rata hasil produksi susu sapi segar

Z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal sebesar 1.645 S = Standar deviasi dari hasil produksi susu sapi segar

N = Banyaknya kejadian berisiko

Pemetaan Risiko

(37)

sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu dampak besar dan dampak kecil. Setelah hasil analisis probabilitas dan dampak sudah diketahui, kemudian dicari status risiko. Status risiko berasal dari perkalian antara probabilitas dari masing-masing sumber risiko dengan dampak kerugian yang dihasilkan dari masing-masing sumber risiko. Batas antar kemungkinan besar dan kemungkinan kecil ditentukan oleh manajemen. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Pemetan Risiko

Sumber : Kountur (2008)

Pada Gambar 4 dijelaskan penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Oleh karena itu untuk menghitung posisi yang sebenarnya perlu menghitung status risikonya. Dari status risiko akan diketahui mana risiko-risiko yang paling besar dan seterusnya sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko.

Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko, selanjutnya dapat dilakukan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Besar

Kecil Dampak (Rp)

Kuadran 1

Kuadran 2

Kuadran 3

(38)

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Sebelum risiko terjadi harus ada cara-cara peventif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Strategi preventif

Sumber : Kountur (2008)

Pada Gambar 5 di atas dapat diliat bahwa pada kuadran I dan Kuadran II adalah strategi preventif. Strategi preventif akan membuat sedemikian rupa sehingga risiko-risiko yang berada pada kuadran I bergeser ke kuadran II dan risiko-risiko yang berada pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV. Menurut Kountur (2008) preventif dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :

a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur.

Banyak risiko yang disebabkan oleh manusia dan teknologi dapat diperkecil jika sistem dan prosedurnya ada dan baik. Jadi, hal pertama yang harus diperhatikan pada risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan Kuadran II yaitu apakah sistem dan prosedur dan aturan-aturannya sudah ada atau perlu diperbaiki.

b. Mengembangkan sumberdaya manusia.

Pengembangan sumberdaya manusia dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan baik pelatihan-pelatihan on-the-job atau pelatihan-pelatihan eksternal. Dengan mengembangkan sumberdaya manusia, diharapkan dapat diperkecil terutama risiko-risiko yang disebabkan oleh ketidak kompetenan sumberdaya manusianya.

c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

(39)

2. Menghadapi Risiko (Mitigasi)

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Risiko-risiko yang berada pada kuadran II dan kuadran IV yang mimiliki dampak besar dapat ditangani dengan cara-cara mitigasi. Mitigasi dilakukan agar risiko yang berada pada kuadran II dapat bergeser ke kuadran I, dan risiko-risiko yang berada pada kuadran IV dapat bergeser ke kuadran III. Oleh karena itu, strategi mitigasimerupakan strategi penanganan risiko apabila dampak risiko sangat besar.gambar strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Strategi mitigasi

Sumber : Kountur (2008)

Menurut Kountour (2004), ada dua cara untuk mengendalikan risiko, yaitu : a. Sebelum risiko terjadi, harus ada cara pencegahan yang dilakukan sehingga

risiko dapat diminimalkan.

b. Sekiranya risiko sampai terjadi, harus ada cara untuk mengurangi kerugian atas kejadian yang merugikan tersebut.

Probabilitas (%)

Dampak (Rp) Besar

Kecil

Kuadran I Kuadran II

(40)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Usaha milik Bapak H. Aput ini merupakan usaha agribisnis yang bergerak di bidang peternakan dengan komoditi sapi perah. Usaha ini merupakan usaha perorangan yang didirikan oleh Bapak H. Aput beserta Istrinya Ibu Hj. Suprihatin pada tahun 1996 dengan luas lahan sebesar 1 000 meter². Modal yang digunakan dalam usaha ternak sapi perah ini yaitu dengan menggunakan modal pribadi. Awalnya usaha Bapak H. Aput hanya memiliki sapi perah sebanyak 13 ekor dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1 orang. Namun sekarang Bapak H. Aput telah mengalami perkembangan dalam usahanya. Jumlah total ternak sapi perah yang dimiliki Bapak H. Aput sekarang sebanyak 63 ekor. Jumlah tersebut meliputi sapi laktasi sebanyak 42 ekor, pedet sebanyak 3 ekor, jantan sebanyak 14 ekor, dan dara sebanyak 4 ekor. Selain sapi perah Bapak H. Aput juga memiliki sapi potong sebanyak 14 ekor. Jumlah kandang yang terdapat dalam peternakan usaha sapi perah milik Bapak H. Aput yaitu sebanyak 4 kandang. Setiap kandang terdapat petugas kandang yang bertugas sebagai penanggung jawab atas keadaan dikandang tersebut.

Usaha peternakan sapi perah ini memproduksi susu sebagai produk utamanya. Teknik pemerahan dalam usaha peternakan Bapak H. Aput masih tradisional. Setiap harinya usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput dapat memproduksi susu segar sebanyak 350 liter yang di distribusikan ke loper susu dan KPS. Harga jual yang diproduksi oleh usaha peternakan Bapak H. Aput adalah sebesar RP 6 000 per liter. Dalam memproduksikan susu segar, istri Bapak H. Aput yaitu Ibu Hj. Titin Suprihati melakukan pengemasan dengan menggunakan plastik kiloan. Pengemasannya terdiri dari ukuran 1 liter dengan harga jual sebesar Rp. 6 000 dan ukuran 2 liter dengan harga jual sebesar Rp. 12 000. Ibu Hj. Titin melakukan pengemasan sesuai pesanan melalui by phone

terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses penjualan susu segar.

(41)

rasa, yaitu rasa cokelat dan vanila. Harga jual susu pasteurisasi yaitu sebesar Rp 1 200 dengan ukuran kemasan 150 cc.

Lokasi Perusahaan

Peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput berlokasi di Jalan Kebon Pedes, Gang Blender, RT 06 RW 09, Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Jawa Barat. Kelurahan Kebon pedes merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor seluas 104 ha dengan jarak tempuh ke pusat Pemerintahan kota ± 0,5 Km, dengan batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kedung Badak, sebelah Selatan dengan Kelurahan Ciwaringin dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanah Sareal. Kelurahan Kebon Pede berada pada ketinggian 250 M dengan curah hujan rata-rata 3 500 –4 000 M dan suhu udara 360˚C - 48˚C. Lokasi peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput merupakan sentra usaha sapi perah di kota Bogor. Tingkat kemiringan Kelurahan Kebon Pede berkisar antara 2-15% dan sebagaian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 25-40%. Lokasi lahan ini sangat strategis, karena mempunyai akses yang baik terhadapat sarana transportasi.

Kandang yang dibangun di atas lahan seluas 1 000 meter² ini merupakan kandang yang rata beralaskan semen, dan bertingkat dua. Bangunan kandang terdiri dari saluran pembuangan kotoran, tempat pakan dan minum. Luas kandang sebesar 600 m². Selain kandang sapi, usaha peternakan sapi perah miliki Bapak. H. Aput juga dilengkapi dengan gudang sebagai tempat penyimpanan pakan dengan luas lahan sebesar 3m x 3m, dan mes sebagai tempat tinggal bagi pegawainya yang menetap dengan luas sebesar 4m x 5m.

Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan

Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara bagian dan posisi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas tersebut sampai batas-batas tertentu. Selain itu struktur organisasi menunjukan pola hubungan diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

(42)

tenaga kerja diambil dari warga sekitar yang memiliki pendidikan rendah. Secara garis besar sistem organisasi usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput bila dirumuskan dalam suatu hierarki yang menggambarkan wewenang dan tanggung jawab antar personal, dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Hierarki organisasi usaha peternakan Bapak H. Aput

Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput sudah memiliki struktur organisasi. Pembagian kerja dilakukan agar usaha yang sedang berjalan ini ditangani dengan keahlian masing-masing pegawai. Selain itu dapat menghindari kesalahan pahaman antar pegawai. Pembagian kerja yang dilakukan pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput adalah sebagai berikut:

1. Manajer, memiliki tanggung jawab penuh terhadap pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan dan rencana perusahan. Selain itu juga manajer bertugas untuk mengontrol jalannya usaha yang sedang dikembangkan. Manajer juga bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan, dengan menjalankan usaha tersebut untuk mendapatkan profit yang maksimal. Dalam usaha peternakan sapi perah ini manajer dijabat oleh pemilik perusahaan yaitu Bapak H. Aput.

2. Bendahara, memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan mengatur keuangan yang masuk dan keluar perusahaan. Bendahara dijabat oleh istri pemilik yaitu Ibu Hj. Titin Suprihatin.

3. Supir, memiliki tanggung jawab untuk menngambil pakan serta mengantar susu segar ke KPS.

4. Pengangkut pakan, tugas yang dilakukan oleh pengangkut pakan yaitu menurunkan pakan yang dibawa oleh supir. Pengangkut pakan mengangkat sisa pakan ke gudang tempat penyimpanan sebagai peserdiaan pakan. Selain itu pengangkut pakan ini diberi kepercayan untuk menjaga sapi potong yang berada di kandang 4.

Manajer

Bendahara

Supir Pengangkut pakan

Pegawai Kandang 1

Pegawai Kandang 2

(43)

5. Pegawai kandang, bertugas sebagai penanggung jawab kondisi di kandang. Setiap petugas kandang diberi kepercayaan untuk menguruskan sapi, mulai dari sebelum produksi hingga selesai produksi.

Sumberdaya Usaha

Setiap perusahaan beroperasi dengan mengkombinasikan sumberdaya melalu cara yang dapat menghasilkan produk atau jasa yang dapat dipasarkan. Sumberdaya yang dimiliki oleh usaha sapi perah Bapak H. Aput yaitu sumber daya manusia, sumber daya fisik dan sumber daya finansial. Sumberdaya manusia dalam usaha pertenakan Bapak H. Aput yaitu orang-orang yang dipekerjakan dalam kegiatan usaha yang disebut tenaga kerja. Sumberdaya fisik pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput yaitu lahan, bangunan, peralatan dan perlengkapan. Sedangkan sumberdaya finansial yaitu modal yang dimiliki oleh Bapak H. Aput dalam menjalankan usaha sapi perahnya.

Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan. Dalam usaha peternakan milik Bapak H. Aput memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 5 orang yang terdiri dari pegawai kandang, supir dan pengangkut pakan. Kelima tenaga kerja tersebut merupakan pegawai tetap. Tenaga kerja pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput yaitu 100 persen laki-laki. Perekrutan tenaga kerja laki-laki dikarenakan dalam kegiatan produksi khususnya dibagian teknis, diperlukan sebuah tenaga.

Tabel 7 Jumlah tenaga kerja perusahaan

No Bagian Jenis Kelamin Jumlah (orang)

1 Pegawai Kandang L 3

2 Supir L 1

3 Pengangkut pakan L 1

Jumlah 5

Sumber : Bapak H. Aput (2014)

(44)

memberikan pakan, memerah susu dan memperhatikan kesehatan hingga siklus birahi sapi. Sebelum pemerahan dilakukan, sapi diberi pakan ampas dan konsentrat terlebih dahulu. Setelah itu, melakukan pembersihan kandang. Kemudian sebelum proses pemerahan dimulai, puting sapi dibersihkan terlebih daulu dengan air. Lalu puting sapi dioleskan mentega agar puting sapi tersebut licin dan mempermudah proses produksi. Setelah proses pemerahan susu selesai, sapi diberi pakan rumput atau kulit jagung. Pada Tabel 8 dibawah ini dapat dilihat jadwal operasional pada usaha peternakan milik Bapak H. Aput.

Tabel 8 Jadwal operasional pada usaha peternakan Bapak H. Aput

Waktu Kegiatan

04.00 – 07.00 1. Memandikan sapi

2. Pemberian pakan konsentrat dan ampas. 3. Membersihkan kandang

4. Pemerahan susu sapi. 5. Packaging susu.

6. Pemberian pakan rumput atau kulit jagung 12.00 – 17.00 1. Pemberian pakan konsentrat dan ampas.

2. Membersihkan kandang. 3. Pemerahan susu sapi. 4. Packaging susu.

5. Pemberian pakan rumput atau kulit jagung

Sumber : Usaha peternakan milik Bapak H. Aput (2014)

Tenaga kerja dalam usaha peternakan milik Bapak H. Aput memiliki keragaman tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan tenaga kerja sebagian besar relatif berpendidikan rendah yaitu lulusan SD dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3 orang. Sisanya yaitu lulusan SMP sebanyak 2 orang. Hal ini dikarenakan kondisi keuangan masing-masing keluarga hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, usaha peternakan milik Bapak H. Aput merupakan salah satu lapangan usaha bagi masyarakat sekitar. Data mengenai tingkat pendidikan tenaga kerja pada usaha peternakan Bapak H. Aput dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9Tingkat pendidikan tenaga kerja

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1 SMP 2

2 SD 3

Total 5

(45)

Sumberdaya Fisik

Sumberdaya fisik merupakan aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sarana dan prasarana tersebut dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H.Aput dalam melaksanakan produksinya memiliki sumberdaya fisik seperti :

1. Lahan

Usaha peternakan Bapak H. Aput memiliki luas lahan sebesar 1 000 meter², dengan jumlah sapi perah sebanyak 61ekor. Lahan tersebut merupakan lahan milik pribadi atau sendiri. Lahan pada usaha peternakan Bapak H. Aput terdiri dari bangunan kandang, gudang tempat penyimpanan pakan, mess pegawai dan tempat untuk packing susu.

2. Kandang

Kandang merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam berternak sapi perah. Kegunaan kandang dalam usaha peternakan sapi perah ini yaitu untuk melindungi sapi dari aspek-aspek yang merugikan seperti terik matahari, angin yang kencang, hujan dan pencurian. Usaha peternakan Bapak H. Aput memiliki 5 kandang.

Tabel 10 Jumlah kandang pada usaha peternakan milik Bapak H. Aput

No Kandang Jumlah (unit)

1 Laktasi 3

2 Pedet 1

3 Pedaging 1

Jumlah 5

Sumber : Usaha peternakan milik Bapak H. Aput (2014)

(46)

Gambar 8 Kandang tipe ganda

3. Peralatan dan perlengkapan

Dalam mendukung kegiatan, usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput memiliki beberapa jenis peralatan dan perlengkapan, seperti : karpet sapi, selang air, sepatu boots, milkcan, ember, plastik, gelas ukur, whiteboard, kursi plastik, dll.

4. Kendaraan

Usaha ini memiliki 5 kendaraan, yaitu 3 motor, 1 truk dan 1 L300. Kendaraan tersebut digunakan sebagai sarana transportasi perusahaan dalam mengambil pakan dan mendistristribusikan susu. Sedangkan kendaraan truk digunakan untuk mengangkut sapi.

Sumberdaya Finansial

Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput ini merupakan usaha perorangan. Skala usaha yang dijalankan oleh Bapak H. Aput yaitu skala mikro. Adapun biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput dapat dilihat pada Tabel 11.

(47)

Tabel 11 Biaya investasi usaha peternakan Bapak H. Aput

No Investasi Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Total biaya (Rp)

(48)

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan bisnis yang akan dilakukan selama proses produksi berlangsung. Besarnya biaya operasional dihitung per tahun, hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya operasional yang harus dikeluarkan rutin setiap bulan/tahun selama usaha peternakan sapi perah ini berjalan. Total biaya tetap pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput selama 1 tahun yaitu sebesar Rp. 59 850 000. Biaya tetap yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Biaya tetap usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput

No Biaya tetap Satuan Jumlah Biaya per satuan (Rp)

Total biaya per tahun (Rp)

1 Pajak kendaraan:

Motor (Kredit) Tahun 2 500 000 1 000 000

Motor Tahun 1 350 000 350 000

Truk Tahun 1 3 000 000 3 000 000

L300 Tahun 1 2 400 000 2 400 000

2 Gaji pegawai

Supir Bulan 1 1 000 000 12 000 000

Pengangkut pakan Bulan 1 800 000 9 600 000

Pemerah sapi Bulan 3 800 000 28 800 000

3 THR:

Supir Tahun 1 700 000 700 000

Pengangkut pakan Tahun 1 500 000 500 000

Pemerah sapi Tahun 3 500 000 1 500 000

Total 10 550 000 59 850 000

Sumber : Bapak H. Aput (2014)

(49)

Tabel 13 Biaya variabel usaha peternakan Bapak H. Aput

No Biaya variabel Satuan Jumlah

Biaya per

Sumber : Ibu Titin Prihatin (2014)

Kegiatan Produksi Sapi Perah

Proses Budidaya

Proses budidaya pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput yaitu sapi perah yang memproduksi susu segar hingga susu segar tersebut siap untuk dijual. Pada proses budidaya sapi perah dilakukan pemberian pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi, pemerahan, dan recording.

(50)

a. Memandikan sapi

Memandikan sapi dilakukan sehari sekali dengan tujuan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan sapi. Memandikan sapi dilakukan pada pagi hari sebelum pemberian pakan dan minum. Sapi yang ada dikandang mudah kotor, karena pada saat sapi berbaring kotoran yang ada dilantai kandang akan menempel di bulu sapi. Apabila kotoran yang menempel dibulu sapi lama dibersihkan, makan kotoran akan mengering dan susah untuk dibersihkan. Selain itu, kotoran yang nempel di bulu sapi mengandung kuman penyakit seperti kutu yang dapat menyebabkan sapi mengalami gatel-gatel

b. Pemberian pakan dan minum

Sapi perah mempunyai daya cerna yang efektif terhadapat berbagai jenis bahan makanan, termasuk makanan kasar seperti pakan hijauan. Pakan sapi dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu pakan hijauan, pakan konsentrat dan pakan tambahan. Pakan hijauan yaitu rumput dan kulit jagung, sedangkan pakan tambahan yaitu ampas tahu dan ampas tempe. Pakan rumput diperoleh dari Gunung Bubul. Sedangkan konsentrat dan ampas dipasok dari Pak Tio.

Dalam menjaga kesehatan sapi, pemberian pakan harus diperhatikan, Pemberian pakan konsentrat, ampas tahu dan ampas tempe dilakukan sebelum sapi diperah. Hal ini bertujuan agar kuantitas susu yang diperoleh dapat lebih banyak. Dalam melakukan pemberian pakan untuk 1 ekor sapi, yaitu konsentrat, ampas tahu dan ampas tempe dicampurkan dalam 1 ember besar. Takaran pemberian pakan dalam 1 ember besar tersebut adalah setengah ember ampas tahu, setengah ember ampas tempe dan 1 piring konsentrat. Bila pakan tidak terpenuhi akan mengakibatkan penurunan produksi susu. Karena jumlah produksi susu tergantung dari pakan yang dapat dikonsumsi serta banyaknya nutrisi yang dapat dicerna oleh sapi. Kandungan nutrisi pakan yang ideal diberikan kepada kepada ternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 14. Namun, sejauh ini tidak pernah dilakukan pengujian terhadap kandungan pakan yang diberikan kepada sapi perah yang diternakkan di peternakan milik Bapak H. Aput.

Tabel 14 Kandungan nutrisi bahan pakan

Bahan baku BK (%) Abu (%) PK (%) SK (%) LK BETN

BETN = Bahan ekstra tanpa nitrogen

(51)

air bersih. Air tersebut terlebih dahulu dialirkan ke penampungan air, lalu dialirkan ke penampungan air kandang dengan menggunakan paralon. Kemudian, air tersebut dialirkan ke tempat minum sapi dengan menggunakan selang.

Pemberian pakan hijauan seperti rumput dan kulit jagung dilakukan setelah sapi diperah. Sapi yang telah diperah biasanya lemes dan kelaparan. Maka dari itu diberikan pakan hijauan agar sapi tidak lemas dan tidak berisik karena lapar. Pakan tersebut diberikan rutin sebelum dan sesudah diperah pada pagi dan sore hari.

Gambar 9 Pemberian pakan rumput

c. Pembersihan kandang

Pembersihan kandang dilakukan sebanyak 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Pembersihan kandang dilakukan dengan cara membersihkan kotoran sapi, membersihkan lantai dengan tujuan untuk menghilangkan bau pesing dari air kencing sapi serta membersihkan tempat pakan dari sisa-sisa pakan. Pada pagi dan sore hari, pembersihan kandang dilakukan sebelum sapi diperah. Kotoran sapi yang menumpuk dibersihkan dengan menggunakan pacul dan disiram dengan menggunakan selang air agar kotoran sapi tersebut mengalir ke saluran pembuangan. Selanjutkan pembersihan tempat pakan dengan menggunakan sapu lidi. Kebersihan kandang akan mempengaruhi kesehatan sapi yang dibudidayakan. Oleh karena itu, kebersihan kandang harus diperhatikan, agar sapi tidak terserang penyakit.

d. Proses Pemerahan

Pemerahan merupakan salah satu hal kegiatan penting untuk menghasilkan susu. Pemerahan dilakukan pada sapi dewasa yang sedang berada pada masa produktif atau masa laktasi. Proses pemerahan dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi hari pada pukul 05.00 WIB dan sore hari pada pukul 14.30 WIB. Dulu Bapak H. Aput memiliki mesin pemerasan susu. Namun karena terjadi insiden kecelakaan yaitu kebakaran, mesin tersebut habis terbakar. Sekarang tehnik pemerahan dalam usaha peternakan milik Bapak H. Aput yaitu dengan menggunakan cara tradisional. Cara pemerahannya, yaitu dengan menggunakan 2 jari jika puting sapi kecil dan 5 jari untuk puting besar.

(52)

menempel. Lalu puting tersebut dioleskan dengan mentega untuk memperlancar proses pemerasan. Selain itu pengolesan mentega bertujuan agar puting sapi licin dan tidak merasa kesakitan saat diperah. Proses pemerahan dilakukan hingga air susunya tidak keluar lagi atau habis. Apabila air susu tidak dikeluarkan hingga habis, puting sapi tersebut akan terkena penyakit mastitis. Setelah diperah puting dan ambing sapi harus dibersihkan dengan air. Biasanya, kuantitas susu yang dihasilkan pada pagi hari lebih banyak dibandingkan sore hari.

Gambar 10 Proses pemerahan susu sapi

e. Recording

Pembudidayaan terakhir pada usaha peternakan milik Bapak H. Aput adalah recording atau pencatatan. Recording bertujuan untuk mengumpulkan data penting yang telah dilakukan perusahaan agar dapat menunjang pelaksanaan program tatalaksana menjadi lebih baik, seleksi yang lebih ketat dan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu pencatatan harus dilakukan secara rutin.

Gambar

Tabel 1 Kompisisi mineral susu sapi per 100 gram bahan
Tabel 3 Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Jawa Barat tahun 2009 –
Gambar 1 Produksi pemerahan susu tanggal 8-21 Maret 2014
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional risiko produksi susu sapi segar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perkembangan sentra peternakan sapi perah di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dan untuk mengetahui

Hasil pengukuran logam Pb dalam susu asal sapi perah Kelurahan Kebon Pedes yang menggunakan tiga jenis pakan yaitu rumput lapangan, klobot jagung serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya residu aflatoksin M1 serta tingkat residunya pada susu sapi segar yang berasal dari peternakan rakyat yang ada di Kodya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi susu pada peternakan sapi perah di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.. Sampel

LCA yang dikaji dibatasi dalam lingkup cradle- to-gate, yaitu dari produksi pakan terutama rumput, kegiatan peternakan sapi perah sampai perah susu murni, kegiatan di

Hasil pengukuran logam Pb dalam susu asal sapi perah Kelurahan Kebon Pedes yang menggunakan tiga jenis pakan yaitu rumput lapangan, klobot jagung serta

Hasil pengukuran logam Pb dalam susu asal sapi perah Kelurahan Kebon Pedes yang menggunakan tiga jenis pakan yaitu rumput lapangan, klobot jagung serta

Penelitian dilakukan pada sapi-sapi perah laktasi di daerah Tanjungsari (Jawa Barat) dengan suplementasi pakan konsentrat yang lebih berkualitas sebanyak 2,5 kg/ekor/hari