• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Kondisi pakan hijauan

Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan peternakan sapi perah. Jika seorang peternak ingin mendapatkan jumlah produksi yang maksimal baik kualitas maupun kuantitas, pakan yang harus diberikan juga harus dalam jumlah yang cukup dan bermutu baik. Kualitas berbagai jenis pakan sangat bervariasi, oleh sebab itu para peternak perlu mengetahui berbagai kualitas dari sumber pakan agar dapat memenuhi kebutuhan sapi perah untuk menghasilkan susu. Selain itu, untuk mendukung produktivitas susu, sebaiknya peternak bisa menentukan jadwal pemberian pakan yang teratur dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing ternak sapi perah.

Sapi perah termasuk ternak ruminansia, pakan utamanya adalah pakan yang mengandung serat kasar yang cukup tinggi. Sebaiknya sapi perah diberi pakan hijauan sebanyak mungkin sebagai pakan utamanya dengan konsentrat sebagai pakan tambahan. Namun, tidak mungkin 100% sapi perah diberikan pakan hijauan tanpa pakan tambahan berupa konsentrat karena kualitas dan nilai gizi pakan hijauan belum cukup sepenuhnya memenuhi gizi yang baik bagi sapi perah. Oleh karena itu, pakan tambahan berupa konsentrat juga perlu diberikan guna menuhi kekurangan nutrisi dari hijauan pakan yang biasa diberikan berupa rumput. Setelah diketahui jumlah rumput atau hijauan yang akan diberikan, kekurangan zat-zat gizi yang dibutuhkan dapat ditambah dengan pemberian pakan konsentrat. Fungsi pakan hijauan sendiri dalam usaha peternakan sapi perah sangat besar, yaitu sebagai penunjang kebutuhan pertumbuhan, produksi, reproduksi, serta kesehatan ternak sapi perah. Besar atau kecilnya konsumsi pakan hijauan yang diberikan pada sapi perah bergantung pada beberapa faktor, antara lain disukai atau tidaknya oleh ternak sapi perah, jumlah pakan hijauan yang tersedia, serta pengaruh lingkungan. Faktor ketersediaan pakan hijauan serta kondisi pakan hijauan merupakan permasalahan utama yang sering dialami oleh para peternak. Pada musim hujan hijauan berlimpah, tetapi apabila musim kemarau panjang datang, maka sudah jelas kesulitan yang terjadi adalah ketersediaan hijauan.

Pakan hijauan yang umumnya diberikan oleh pihak Erif Farm adalah rumput gajah. Pemberian pakan hijauan berupa rumput gajah didapatkan secara langsung dari lahan pemilik peternakan sapi perah Erif Farm yang berada di daerah pegunungan Cisarua dan diberikan pada masing-masing kandang sebanyak 30 - 45 Kg per hari. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para pekerja masing-masing kandang, pemberian pakan rumput gajah atau hijauan ini berpengaruh dalam produktivitas susu sapi yang dihasilkan. Kondisi pakan hijauan sebagai sumber pakan utama bagi ternak sapi perah ini ditentukan juga oleh umur pemotongan atau pemanenan dan porsi batang yang terbawa untuk dijadikan bahan pakan ternak. Tanaman rumput gajah yang lebih muda akan memiliki banyak daun dan mengandung lebih banyak energi serta protein dibandingkan dengan rumput gajah yang sudah tua.

Salah satu yang menyebabkan produksi susu sapi turun di peternakan sapi perah Erif Farm adalah kondisi pakan hijauan rumput yang sudah tua atau peternak menyebutnya rumput ilalang tetap diberikan kepada sapi-sapinya sebagai pakan hijauan. Pemberian pakan hijauan berupa rumput ini diberikan harus dengan kondisi daun yang muda oleh masing-masing petugas kandang untuk setiap sapinya yang agar sapi tersebut tetap nafsu dalam memakan pakan hijauan tersebut juga akan membantu dalam meningkatkan hasil pemerahan susu.

Walaupun pemberian pakan hijauan berupa rumput ilalang ditambah tetap saja tidak akan berpengaruh terhadap produksi susu sapi yang dihasilkan, karena sapi tersebut tidak akan nafsu untuk memakan rumput-rumput tersebut yang sudah tua. Oleh sebab itu, jika makanan yang diberikan tidak sesuai baik dari segi jumlah atau mutunya maka untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi sapi perah di peternakan tersebut akan dicukupi dengan mengorbankan persediaan zat-zat makanan yang terdapat dalam tubuh sapi tersebut yang pada akhirnya jumlah susu yang dihasilkan akan mengalami penurunan secara perlahan. Jumlah kehilangan produksi susu selama 30 hari untuk 19 sapi yang diteliti yang disebabkan oleh kondisi pakan hijauan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah susu yang hilang untuk 19 ekor sapi akibat kondisi pakan hijauan di peternakan sapi perah Erif Farm (Mei 2014)

Hari ke- ∑ standar hasil pemerahan (Liter) ∑ hasil pemerahan aktual (liter)

Hasil produksi susu yang hilang karena Kondisi pakan hijauan (liter)

1 380 268.5 33.5 2 380 261 30.5 3 380 280.5 30 4 380 260.5 35.5 5 380 253 39 6 380 274.5 7.5 7 380 268 12 8 380 296 25 9 380 265 34 10 380 267 28 11 380 270.5 32 12 380 262.5 32 13 380 292.5 26 14 380 287.5 26 15 380 264 25.5 16 380 287 26.5 17 380 257.5 33.5 18 380 260.5 31.5 19 380 287.5 26 20 380 271.5 37 21 380 277 29 22 380 301 28.5 23 380 290 29.5 24 380 290 26 25 380 300.5 24 26 380 311.5 29 27 380 273.5 37.5 28 380 292 29 29 380 272 38.5 30 380 264.5 41.5

Cara mengidentifikasi kehilangan susu per hari akibat sumber risiko kondisi pakan hijauan adalah dengan menggunakan asumsi kondisi dari kualitas pakan hijauan. Informasi kondisi tua atau mudanya pakan hijauan diperoleh berdasarkan keterangan yang diperoleh dari para petugas kandang. Jumlah porsi pakan hijauan untuk setiap sapi adalah sebanyak 30 - 45 kg per hari. Jumlah kehilangan susu

akibat pakan hijauan dapat dilihat dari sisa pakan hijauan yang tidak termakan dan masih tersisa di tempat pemberian pakan. Berdasarkan keterangan dan informasi yang diperoleh dari setiap petugas kandang, maka akan diperoleh informasi mengenai jumlah sisa pakan hijauan yang tidak termakan. Menurut informasi yang diperoleh, diasumsikan bahwa setiap 5 hingga 10 persen sisa pakan hijauan yang tidak termakan akan menyebabkan kehilangan susu sebesar 0.5 hingga 3 liter setiap pemerahan berlangsung. Sisa pakan hijauan tersebut menggambarkan bahwa pakan hijauan yang diberikan tidak bagus atau lebih banyak porsi untuk daun dalam kondisi yang sudah tua. Presentase kehilangan tersebut kemudian dijadikan sebagai asumsi untuk menghitung jumlah kehilangan susu akibat pakan hijauan. Setelah hal tersebut dilakukan, nantinya akan didapatkan berapa jumlah susu sapi yang hilang akibat sumber risiko kondisi pakan hijauannya dengan membandingkan hasil pemerahan aktual setiap harinya selama penelitian dengan jumlah standar pemerahan susu yang dihasilkan setiap sapi per hari di peternakan Erif Farm.

Gambar 16 Pakan hijauan dengan kondisi daun muda dan tua

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

Analisis Probabilitas Risiko Produksi Susu Sapi Erif Farm

Analisis probabilitas atau kemungkinan terjadi masing-masing sumber risiko yang ada merupakan tahapan selanjutnya yang harus dilakukan dalam proses pengelolaan atau manajemen risiko. Terdapat tiga sumber risiko pada peternakan sapi perah Erif Farm yang telah diidentifikasi dalam bab sebelumnya. Analisis probablilitas ini diperlukan untuk mengukur besar atau kecilnya kehilangan susu sapi yang dihasilkan akibat dari sumber-sumber risiko produksi susu sapi pada Erif Farm. Data yang digunakan untuk mengukur probabilitas sumber risiko produksi merupakan pencatatan dari setiap hasil produksi susu per hari selama 30 hari. Batas normal kehilangan susu untuk masing-masing sumber risiko yang digunakan dalam penghitungan probabilitas sumber risiko produksi berdasarkan keterangan yang diperoleh dan ditentukan oleh pihak Erif Farm dari

19 sapi yang diteliti. Masing- masing batas normal tersebut didapatkan berdasarkan keterangan dari pihak pemilik peternakan Erif Farm dengan melihat bagaimana perhitungan dari kehilangan masing-masing sumber risiko dan pengetahuan serta pengalaman peternak selama menjalankan bisnis peternakan sapi perah ini. Probabilitas dari setiap sumber risiko dihitung menggunakan metode nilai standar atau Z-score.

1. Kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu

Produksi susu sapi yang menurun di peternakan sapi perah Erif Farm disebabkan oleh kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu yang tidak sesuai. Batas normal kehilangan susu yang dihasilkan akibat kualitas dan kuantitas ampas tahu ditentukan oleh pihak pemilik peternakan Erif Farm berdasarkan hasil pencatatan data setiap susu yang dihasilkan setiap harinya, kemudian pihak pemilik memperoleh batas normal kehilangan susu akibat kualitas dan kuantitas ampas tahu dari jumlah 19 sapi yang diteliti. Kehilangan hasil susu sapi yang masih dapat dianggap normal akibat sumber risiko tersebut adalah 30 liter untuk setiap siklus produksi selama 30 hari. Tapi, kenyataannya ada saat dimana jumlah susu yang hilang karena penyakit kurang dari 30 liter dan ada juga kemungkinan lebih dari 30 liter. Probabilitas terjadinya produksi susu yang hilang lebih atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z.

Pencampuran ampas tahu yang tidak sesuai kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan produksi susu sapi yang dihasilkan menurun. Kualitas ampas tahu adalah ketersediaan ampas tahu yang sudah terlalu lama dan tetap digunakan sebagai bahan campuran, sedangkan kuantitas adalah jumlah ampas tahu yang diberikan kurang.

Tabel 14 Hasil Perhitungan probabilitas sumber risiko kualitas dan kuantitas ampas tahu di peternakan sapi perah Erif Farm (Mei 2014)

Total risiko kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu 840

Rata-rata 28

Standar Deviasi 4.9

X 30

Z 0.40

Nilai pada tabel Z 0.6554

Probabilitas 34.46%

Hasil perhitungan dalam Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah susu yang hilang akibat kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu yang tidak sesuai dapat lebih atau kurang dari batas normal yang telah ditetapkan oleh pihak pemilik peternakan yaitu 30 liter. Probabilitas jumlah susu yang hilang untuk 30 hari lebih dari 30 liter adalah 34.46%, dan kemungkinan jumlah susu yang hilang kurang dari batas normal adalah sisanya sebesar 65.54%.

2. Penyakit

Tahap identifikasi sumber risiko telah memperlihatkan bahwa penyakit merupakan faktor utama penyebab terjadinya kehilangan produksi susu sapi pada

Erif Farm. Batas normal kehilangan susu yang dihasilkan akibat penyakit ditentukan oleh pihak pemilik peternakan Erif Farm berdasarkan hasil pencatatan data setiap susu yang dihasilkan setiap harinya, kemudian pihak pemilik memperoleh batas normal kehilangan susu akibat penyakit dari jumlah 19 sapi yang diteliti. Kehilangan hasil susu sapi yang masih dapat dianggap normal akibat penyakit adalah 40 liter untuk setiap siklus produksi selama 30 hari. Tapi, kenyataannya ada saat dimana jumlah susu yang hilang karena penyakit kurang dari 40 liter dan ada juga kemungkinan lebih dari 40 liter. Probabilitas terjadinya produksi susu yang hilang lebih atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z.

Menurut hasil penelitian di Erif Farm serta wawancara dengan pemilik dan penanggungjawab masing-masing kandang, salah satu penyakit yang sering terjadi pada sapi-sapi yang ada di peternakan sapi perah Erif Farm adalah penyakit Mastitis (infeksi kelenjar ambing). Selain mastitis, penyakit lain yang menyerang sapi adalah radang kulit, sapi pincang karena bagian kakinya terluka, dan ada juga yang belum diketahui nama peyakitnya oleh peternak tapi itu terjadi akibat gigitan serangga.

Tabel 15 Hasil Perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit di peternakan sapi perah Erif Farm (Mei 2014)

Total risiko penyakit 1398

Rata-rata 46.6

Standar Deviasi 10.07

X 40

Z -0.66

Nilai pada tabel Z 0.2546

Probabilitas 74.54%

Hasil perhitungan dalam Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah susu yang hilang akibat penyakit dapat lebih atau kurang dari batas normal yang telah ditetapkan oleh pihak pemilik peternakan yaitu 40 liter. Probabilitas jumlah susu yang hilang untuk 30 hari lebih dari 40 liter adalah 74.54%, dan kemungkinan jumlah susu yang hilang kurang dari batas normal adalah sebesar 25.46%. Jadi, hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan susu yang hilang akibat sumber risiko penyakit adalah melebihi batas normal.

3. Kondisi pakan hijauan

Sama seperti penyakit, kondisi pakan hijauan berupa rumput dapat menjadi penyebab terjadinya kehilangan susu yang dihasilkan pada peternakan sapi perah Erif Farm. Batas normal kehilangan susu yang dihasilkan akibat kondisi pakan hijauan ditentukan oleh pihak pemilik peternakan Erif Farm berdasarkan hasil pencatatan data setiap susu yang dihasilkan setiap harinya, kemudian pihak pemilik memperoleh batas normal kehilangan susu akibat kondisi pakan hijauan dari jumlah 19 sapi yang diteliti. Kehilangan hasil susu sapi yang masih dapat dianggap normal akibat kondisi pakan hijauan adalah 35 liter untuk setiap siklus produksi selama 30 hari. Tapi, kenyataannya ada saat dimana jumlah susu yang

hilang karena penyakit kurang dari 35 liter dan ada juga kemungkinan lebih dari 35 liter. Probabilitas terjadinya produksi susu yang hilang lebih atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z.

Maksud dari kondisi pakan hijauan yang menjadi penyebab kehilangan susu yang dihasilkan adalah rumput yang sudah tua atau peternak menyebutnya rumput ilalang. Pemberian rumput ilalang tersebut tetap diberikan kepada sapi di masing- masing kandang, walaupun pemberian pakan hijauan berupa rumput ilalang ditambah tetap saja tidak akan berpengaruh terhadap produksi susu sapi yang dihasilkan, karena sapi tersebut tidak akan nafsu untuk memakan rumput-rumput tersebut dengan kondisi daun yang sudah tua.

Tabel 16 Hasil Perhitungan probabilitas sumber risiko kondisi pakan hijauan di peternakan sapi perah Erif Farm (Mei 2014)

Total risiko kondisi pakan hijauan 883.5

Rata-rata 29.5

Standar Deviasi 7.1

X 35

Z 0.78

Nnilai pada tabel Z 0.7823

Probabilitas 21.77%

Hasil perhitungan dalam Tabel 16 menunjukkan bahwa jumlah susu yang hilang akibat kondisi pakan hijauan yang tidak sesuai dapat lebih atau kurang dari batas normal yang telah ditetapkan oleh pihak pemilik peternakan yaitu 35 liter. Probabilitas jumlah susu yang hilang untuk 30 hari lebih dari 35 liter adalah 21.77%, dan kemungkinan jumlah susu yang hilang kurang dari batas normal adalah sebesar 78.23%.

Analisis Dampak Risiko Produksi Susu Sapi Erif Farm

Analisis dampak risiko merupakan tahapan yang dilakukan selanjutnya dalam proses pengelolaan risiko setelah analisis probabilitas. Setiap adanya risiko dalam sebuah usaha akan memberikan dampak negatif yaitu berkurangnya penerimaan atau bahkan mengalami kerugian. Masing-masing sumber risiko produksi mengakibatkan kerugian yang berbeda-beda bagi pihak perusahaan. Dampak risiko kehilangan jumlah produksi susu sapi pada Erif Farm dihitung dengan menggunakan harga jual susu sapi langsung kepada konsumen akhir, yaitu Rp 12 000 per liter untuk mengetahui seberapa besar kerugian yang mungkin akan dihadapi oleh peternakan Erif Farm akibat masing-masing sumber risiko yang diteliti. Perhitungan dampak atau kerugian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko tersebut dapat dihitung dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penghitungan dampak risiko adalah sebesar 95%, sisanya sebesar 5% merupakan error.

1. Kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu

Hasil produksi susu sapi yang hilang pada peternakan sapi perah Erif Farm dapat disebabkan oleh kualitas dan kuantitas ampas tahu yang digunakan sebagai bahan campuran dengan konsentrat tidak sesuai. Batas normal kehilangan susu sapi akibat kualitas dan kuantitas ampas tahu yang tidak sesuai adalah 30 Liter berdasarkan ketetapan yang diberikan pemilik peternakan Erif Farm untuk 19 sapi yang diteliti. Kerugian yang diderita oleh pihak Erif Farm sebagai dampak dari terjadinya pencampuran ampas tahu yang tidak sesuai dengan kualitas dan kuantitas pada sapi perah dapat dicari menggunakan metode Value at Risk yang dapat menunjukkan kerugian maksimal sebagai akibat dari salah satu sumber risiko pada setiap siklus produksi. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR adalah 95% dan 5% merupakan error. Hasil perhitungan dampak dari 19 sapi yang diteliti selama bulan Mei 2014 akibat campuran ampas tahu dapat dilihat dalam Tabel 17.

Tabel 17 Hasil perhitungan dampak sumber risiko kualitas dan kuantitas ampas tahu di peternakan sapi perah Erif Farm pada tingkat harga Rp 12 000

Total kerugian 10 080 000

Rata-rata Kerugian 336 000

Standar deviasi 59 355.16

Z 1.645

VaR 353 826

Tabel 17 menunjukkan bahwa hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko dari kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu adalah sebesar Rp 353 826. Nilai yang telah diperoleh tersebut menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%, kerugian maksimal yang akan dihadapi pemilik peternakan sebagai dampak dari sumber risiko kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu adalah sebesar Rp 353 826. Selain itu, kemungkinan terjadinya kerugian diatas hasil yang sudah didapat sebesar Rp 353 826 yang akan dihadapi oleh pemilik peternakan adalah sebesar lima persen.

2. Penyakit

Salah satu sumber risiko utama penyebab hilangnya produksi susu sapi pada peternakan sapi perah Erif Farm adalah penyakit. Batas normal kehilangan susu sapi akibat sumber risiko penyakit adalah 40 liter berdasarkan ketetapan yang diberikan pemilik peternakan Erif Farm untuk 19 sapi yang diteliti. Kerugian yang diderita oleh pihak Erif Farm sebagai dampak dari adanya penyakit pada sapi perah dapat dicari menggunakan metode Value at Risk yang dapat menunjukkan kerugian maksimal sebagai akibat dari salah satu sumber risiko pada setiap siklus produksi. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR adalah 95% dan lima persen merupakan error. Hasil perhitungan dampak dari 19 sapi yang diteliti selama bulan Mei 2014 akibat risiko penyakit dapat dilihat dalam Tabel 18.

Tabel 18 Hasil perhitungan dampak sumber risiko penyakit di peternakan sapi perah Erif Farm pada tingkat harga Rp 12 000

Total kerugian 16 776 000

Rata-rata Kerugian 559 200

Standar deviasi 120 849.41

Z 1.645

VaR 595 495

Tabel 18 menunjukkan bahwa hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko penyakit adalah sebesar Rp 595 495. Nilai yang telah diperoleh tersebut menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%, kerugian maksimal yang akan dihadapi pemilik peternakan sebagai dampak dari sumber risiko penyakit adalah sebesar Rp 595 495. Selain itu, kemungkinan terjadinya kerugian diatas Rp 595 495 yang akan dihadapi oleh pemilik peternakan adalah sebesar lima persen. 3. Kondisi pakan hijauan

Sumber risiko selain penyakit yang menyebabkan kehilangan produksi susu sapi pada peternakan Erif Farm adalah kondisi pakan hijauan. Batas normal kehilangan susu sapi akibat sumber risiko kondisi pakan hijauan adalah 35 liter berdasarkan ketetapan yang diberikan pemilik peternakan Erif Farm untuk 19 sapi yang diteliti. Kerugian yang diderita oleh pihak Erif Farm sebagai dampak dari terjadinya pemberian pakan hijauan dengan kondisi yang tidak sesuai pada sapi perah dapat dicari menggunakan metode Value at Risk yang dapat menunjukkan kerugian maksimal sebagai akibat dari salah satu sumber risiko pada setiap siklus produksi. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR adalah 95% dan lima persen merupakan error. Hasil perhitungan dampak dari 19 sapi yang diteliti selama bulan Mei 2014 akibat risiko kondisi pakan hijauan dapat dilihat dalam Tabel 19.

Tabel 19 Hasil perhitungan dampak sumber risiko kondisi pakan hijauan di peternakan sapi perah Erif Farm pada tingkat harga Rp 12 000

Total kerugian 10 602 000

Rata-rata Kerugian 353 400

Standar deviasi 85 150.01

Z 1.645

VaR 378 973

Tabel 19 menunjukkan bahwa hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko dari kondisi pakan hijauan adalah sebesar Rp 378 973. Nilai yang telah diperoleh tersebut menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%, kerugian maksimal yang akan dihadapi pemilik peternakan sebagai dampak dari sumber risiko kondisi pakan hijauan adalah sebesar Rp 378 973. Selain itu, kemungkinan terjadinya kerugian diatas Rp 378 973 yang akan dihadapi oleh pemilik peternakan adalah sebesar lima persen.

Pemetaan Risiko Produksi Susu Sapi Erif Farm

Beberapa tahap dari proses pengelolaan atau manajemen risiko telah dilakukan, yaitu identifikasi sumber risiko, analisis probablilitas risiko dan analisis dampak risiko pada peternakan sapi perah Erif Farm. Setelah ketiga tahap tersebut dilakukan, maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan pemetaan masing-masing sumber risiko bedasarkan probabilitas dan dampak yang ditimbulkan. Pemetaan risiko ini sangat diperlukan untuk penentuan prioritas dalam penanganan sumber-sumber risiko. Penempatan posisi sumber risiko produksi pada peta risiko ditentukan oleh nilai probabilitas dan dampak dari setiap sumber risiko produksi tersebut. Selanjutnya, pemetaan risiko dilakukan berdasarkan status risiko untuk menentukan letak setiap sumber risiko produksi pada peta risiko sesuai dengan urutan risikonya. Jadi, dalam gambar peta risiko nantinya akan terlihat sumber risiko mana yang berpeluang memberikan kerugian terbesar bagi perusahaan.

Sumber risiko produksi pada peternakan sapi perah Erif Farm ini memiliki lebih dari satu sumber. Oleh karena itu, masing-masing sumber risiko perlu dicari prioritasnya agar mempermudah manajemen perusahaan dalam menentukan penanganan pada masing-masing sumber risiko yang ada. Mencari status risiko dapat dilakukan untuk menentukan prioritas masing-masing sumber melalui perkalian antara probabilitas masing-masing sumber risiko dengan dampak yang disebabkan oleh sumber risiko tersebut. Status risiko pada peternakan sapi perah Erif Farm dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Perhitungan status sumber risiko pada peternakan Erif Farm Sumber Risiko Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status (Rp) Kualitas dan kuantitas

campuran ampas tahu 34.46 353 826 121 929

Penyakit 74.54 595 495 443 882

Kondisi pakan hijauan 21.77 378 973 82 503

Dampak yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko merupakan faktor utama penentu status dari masing-masing sumber risiko. Dapat dilihat dari hasil yang telah ada bahwa sumber risiko penyakit merupakan sumber yang memiliki dampak dan probabilitas paling besar dibandingkan dua risiko lainnya dan menyebabkan sumber risiko penyakit memiliki status risiko terbesar. Berdasarkan hasil perhitungan status risiko pada Tabel 20, maka urutan sumber risiko yang memiliki peluang menyebabkan kerugian terbesar hingga terkecil adalah penyakit, kualitas dan kuantitas campuran ampas tahu, serta kondisi pakan hijauan. Berdasarkan urutan status risiko tersebut, pihak manajemen peternakan dapat menjadikan urutan tersebut sebagai penentu strategi dalam mengurangi probabilitas dan dampak yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko.

Setelah menentukan status risiko dari masing-masing sumber, maka tahap selanjutnya adalah menempatkan masing-masing sumber risiko ke dalam empat

kuadran yang terdapat pada peta risiko. Penempatan sumber risiko tersebut berdasarkan probabilitas terjadinya dan dampak yang disebabkan oleh masing- masing risiko yang ada. Peta risiko terdiri dari sumbu vertikal dan sumbu horizontal. Sumbu vertikal pada peta risiko merupakan skala ukur untuk

Dokumen terkait