• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

(Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

SHCYNTALIA HERTIKA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

SHCYNTALIA HERTIKA. D34103040. 2008. Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MScAgr. Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi.

Usahaternak sapi perah di Indonesia pada umumnya dilakukan dalam dua bentuk yaitu peternakan sapi perah rakyat dan perusahaan peternakan sapi perah. Kedua jenis usaha ini potensial untuk dikembangkan dan umumnya berada di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk serta sesuai dengan kondisi yang diperlukan untuk beternak sapi perah. Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam usahaternak sapi perah dan mempunyai prospek yang cukup baik, salah satunya karena keadaan lokasi yang sesuai dengan syarat pemeliharaan ternak sapi perah. Perusahaan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan keuntungan, tetapi perusahaan belum menghitung secara cermat tentang pendapatan yang diperolehnya. Perhitungan penerimaan dan biaya yang benar akan membantu perusahaan agar dapat membuat kebijakan, sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik, bertahan lama dan memperluas usahanya.

Tujuan dari penelitian adalah : (1) menganalisis besarnya pendapatan yang diterima Perusahaan X, (2) menganalisis besarnya nilai rasio penerimaan dengan biaya (R/C) di Perusahaan X, dan (3) menganalisis besarnya nilai titik impas (BEP) di Perusahaan X.

Penelitian ini dilaksanakan di Perusahaan X yang berlokasi di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Desain penelitian adalah deskriptif analisis dengan metode studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung di lokasi perusahaan, pencatatan dan wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait, literatur, serta hasil penelitian lainnya. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2007. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan dan R/C serta BEP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi susu yang dihasilkan sebesar 14,99 liter/ekor/hari, untuk rata-rata ternak sapi perah yang dipelihara di Perusahaan X adalah 131 ekor atau 91,79 Satuan Ternak (ST). Persentase rata-rata kepemilikan sapi laktasi merupakan yang terbesar, yaitu 60,13 persen, sedangkan ternak jantan muda yang paling kecil sebesar 0,31 persen.

Komponen biaya usaha terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap selama periode penelitian (1 tahun). Komponen dan nilai biaya variabel adalah pakan Rp 361.314.065; inseminasi buatan dan obat-obatan Rp 3.652.000; perlengkapan Rp 6.944.000; air Rp 1.200.000 dan listrik Rp 5.400.000. Sedangkan biaya tetap terdiri dari: transportasi Rp 56.970.000; sewa kandang 1.500.000; penyusutan bangunan Rp15.633.333; penyusutan peralatan 2.173.333; penyusutan ternak Rp 20.000.004; penyusutan kendaraan Rp 6.000.000, tenaga kerja luar keluarga Rp 180.197.000 dan

(3)

tenaga kerja dalam keluarga Rp 56.000.000. Total biaya variabel dan biaya tetap masing-masing yaitu Rp 378.510.065 dan Rp 338.473.671.

Penerimaan terdiri dari penjualan ternak, susu yang dikonsumsi oleh pemilik dan tenaga kerja, perubahan nilai ternak serta penjualan susu. Harga jual susu selama tahun 2007 tidak berubah yaitu Rp 2.800 per liter. Sehingga total penerimaan Perusahaan X selama setahun sebesar Rp 965.570.080.

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Total pendapatan Perusahaan X tahun 2007 sebesar Rp 248.586.344. Rata-rata pendapatan per bulan adalah Rp 20.715.529.

Nilai R/C di Perusahaan X sebesar 1,35. Nilai tersebut dapat diartikan setiap rupiah yang digunakan untuk kegiatan usaha akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,35. Sedangkan nilai R/C untuk penerimaan hanya dari susu (penjualan dan susu yang dikonsumsi) adalah 0,99. Titik impas berada pada saat biaya sama dengan penerimaan. Perhitungan titik impas (dari penerimaan total) dibedakan menjadi dua, yaitu titik impas berdasarkan produksi susu dan jumlah induk yang dipelihara. Nilai yang harus dicapai agar impas adalah saat produksi susu sebesar 13,23 liter/ekor/hari, saat ini produktivitas sapi laktasi di Perusahaan X adalah 14,99 liter/ekor/hari, sedangkan untuk nilai titik impas yang harus dicapai dalam memelihara induk adalah sebanyak 68 ekor. Perusahaan memiliki sapi induk rata-rata 72 ekor, Hal ini berarti perusahaan sudah untung karena produksi susu dan jumlah sapi yang dipelihara sudah di atas nilai titik impas.

(4)

ABSTRACT

Net Income Analysis of Dairy Cow (Case Study at Company X, Cibeureum Village, Cisarua Subdistrict, Bogor Regency)

Hertika, S., S. Mulatsih, and L. Cyrilla

Dairy cow is one of potential animals that can be developed because of its products. Company X is one of the company that focus in dairy cow. To be succeed, Company X has to know the total revenue and cost. The objectives of the study were : (1) to analyze net income of Company X, (2) to analyze return cost ratio (R/C) of Company X, (3) to analyze Break Even Point (BEP) of Company X. The data were collected on June until August 2007 at Company X, Cibeureum Village, Cisarua Subdistrict, Bogor Regency. Primary and secondary data were used in this study, primary data was taking through the interview with owner and labourer. Secondary data was taking from relevant institutions sources which related with the topic of the study. The data used case study as the design, and used income analysis, R/C ratio analysis and BEP analysis for analizing data. The result of the study were: (1) net income of Company X (2007) was Rp 248.586.344, net income is the result of total revenue - total cost, and the amount of them are Rp 965.570.080 and Rp 716.983.736; (2) the return cost ratio of company X showed 1,35; (3) BEP (from milk revenue) was 13,23 litre/tail/day, and BEP (from dairy cow) was 68 AU, it means Company X is profitable.

(5)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

(Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor)

SHCYNTALIA HERTIKA D34103040

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

(Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor)

Oleh

SHCYNTALIA HERTIKA D34103040

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 15 Desember 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Sri Mulatsih, MScAgr Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi

Dekan

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Januari 1986 di Rangkasbitung, Banten. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bambang Hermanto, S.Sos, MM dan Oi Kartika, S.Pd.

Pendidikan dasar diselesaikan tahun 1997 di SDN 1 Rangkasbitung, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 4 Rangkasbitung dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2003 di SMUN 1 Rangkasbitung. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003.

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif sebagai pengurus di Divisi Perekonomian LDK DKM Al-Hurriyyah IPB periode 2003-2005 dan sebagai Sekretaris Divisi Perekonomian tahun 2004. Penulis juga pernah menjadi koordinator Akhowat Divisi PSDM LDK DKM Al-Hurriyyah untuk periode 2007, dan staf Divisi Tahsin-Tahfidz Lembaga Pengajaran Al-Quran (LPQ) Al-Hurriyyah periode 2007. Selain itu penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam selama dua semester tahun ajaran 2005/2006. Saat ini penulis masih aktif sebagai pengajar Tahsin di LPQ IPB.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada manusia tauladan sepanjang zaman, Rasulullah saw.

Skripsi ini merupakan hasil studi mengenai Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pendapatan dan titik impas di Perusahaan X agar dapat mengoptimalkan keuntungan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bogor, Desember 2008

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 2 Tujuan Penelitian ... 3 Kegunaan Penelitian ... 3 KERANGKA PEMIKIRAN... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 6 Sapi Perah ... 6

Usahaternak Sapi Perah ... 6

Pakan... 7

Tenaga Kerja... 7

Lahan ... 8

Pendapatan Usahaternak Sapi Perah... 8

Penerimaan dan Biaya ... 8

Rasio Penerimaan dengan Biaya... 9

Titik Impas ... 10

METODE... 11

Lokasi dan Waktu ... 11

Desain Penelitian ... 11

Data dan Instrumentasi ... 11

Pengumpulan Data ... 11

Analisis Data... 11

Analisis Deskriptif ... 12

Analisis Pendapatan... 12

Analisis Titik Impas... 13

Definisi Istilah... 14

(10)

Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja Perusahaan X... 15

Lahan dan Bangunan ... 16

Peralatan dan Perlengkapan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Bangsa dan Populasi Sapi Perah... 19

Pemasaran dan Produksi Susu ... 19

Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Perah ... 19

Perkandangan... 19 Perkawinan... 20 Tenaga Kerja... 20 Pencatatan (Recording)... 21 Penanganan Limbah... 22 Kesehatan Ternak ... 22

Pakan dan Air Minum... 22

Biaya Usahaternak ... 23

Penerimaan... 28

Pendapatan ... 30

Rasio Penerimaan dengan Biaya... 30

Titik Impas (BEP) ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

UCAPAN TERIMAKASIH ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Konsumsi Susu di Indonesia... 1

2. Produksi Susu Bangsa-bangsa Sapi Perah ... 6

3. Model Perhitungan Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah ... 12

4. Rincian Penggunaan Lahan di Perusahaan X ... 16

5. Populasi Ternak Sapi Perah di Perusahaan X Tahun 2007... 18

6. Komponen Biaya Perusahaan X Tahun 2007 ... 24

7. Penggunaan Pakan di Perusahaan X Tahun 2007... 24

8. Jenis dan Penyusutan Peralatan di Perusahaan X Tahun 2007 ... 27

9. Komponen Penerimaan Perusahaan X Tahun 2007 ... 28

10. Perubahan Nilai Ternak di Perusahaan X selama Tahun 2007... 29

11. Perincian Penggunaan Susu Tahun 2007... 29

12. Tingkat Pendapatan Perusahaan X Tahun 2007 ... 30

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pendapatan Perusahaan X Tahun 2007 (Rp) ... 37

2. Perlengkapan yang Digunakan di Perusahaan X Tahun 2007 ... 38

3. Perhitungan BEP di Perusahaan X... 39

4. Peta Kecamatan Cisarua ... 40

5. Kuesioner Penelitian ... 41

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usahaternak sapi perah di Indonesia pada umumnya dilakukan dalam dua jenis yaitu peternakan sapi perah rakyat dan perusahaan peternakan sapi perah. Kedua jenis usaha ini potensial untuk dikembangkan dan umumnya berada di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk serta sesuai dengan kondisi yang diperlukan untuk beternak sapi perah.

Produk utama dari usahaternak sapi perah adalah susu, tetapi kenyataan yang terjadi sekarang adalah produksi susu dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan permintaan masyarakat. Seperti ditunjukkan pada Tabel 1, konsumsi susu di Indonesia tahun 2007 mencapai 1.430.258 ton. Saat ini produksi susu di Indonesia hanya sanggup memenuhi 25-30 persen kebutuhan konsumsi nasional, sehingga harus mengimpor susu dan produk olahannya dari luar negeri. Susu yang diimpor tersebut berupa Skim Milk Powder dan Anhydrous Milk Fat, kemudian akan diolah kembali oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk dikonsumsi di dalam negeri.

Tabel 1. Konsumsi Susu di Indonesia

Tahun Konsumsi (ton)

2003 1.021.802 2004 1.237.986 2005 1.291.294 2006 1.354.235

2007* 1.430.258

Keterangan: * Angka sementara

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2007

Seiring dengan peningkatan konsumsi protein hewani yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan peningkatan kesadaran akan pentingnya nilai gizi, maka permintaan akan hasil ternak sapi perah khususnya susu terus meningkat. Hal tersebut merupakan peluang bisnis dan menjadi pendorong bagi usahaternak sapi perah untuk meningkatkan produksinya.

(14)

Usaha yang harus dilakukan diarahkan untuk perbaikan kuantitas maupun kualitas dari usahaternak sapi perah. Keberhasilan akan dicapai jika usahaternak sapi perah dapat memperoleh keuntungan, sehingga usaha akan terus berjalan dan semakin berkembang. Penelitian tentang pendapatan usahaternak khususnya di perusahaan sangat diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan tersebut dapat mengalokasikan faktor-faktor produksi yang dimiliki, seperti sumber daya alam (tanah, ternak, tumbuh-tumbuhan), sumber daya manusia (tenaga kerja, keterampilan baik dalam teknologi maupun manajerial), dan faktor produksi modal. Dengan demikian perusahaan dapat memperoleh bahan informasi dalam mengambil keputusan.

Perumusan Masalah

Usahaternak yang ada saat ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani. Salah satu usahaternak yang dapat meningkatkan persediaan protein hewani khususnya susu adalah perusahaan peternakan sapi perah.

Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam usahaternak sapi perah dan mempunyai prospek yang cukup baik. Salah satunya karena keadaan lokasi yang sesuai dengan syarat pemeliharaan ternak sapi perah. Perusahaan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan keuntungan, tetapi perusahaan belum menghitung secara cermat tentang pendapatan yang diperolehnya. Informasi mengenai pendapatan yaitu selisih antara penerimaan dengan biaya merupakan masukan yang sangat penting bagi perusahaan dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yang dimiliki. Perhitungan penerimaan dan biaya yang benar akan membantu perusahaan agar dapat membuat kebijakan sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik, bertahan lama dan memperluas usahanya. Melihat besarnya fungsi tentang informasi tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk menganalisis beberapa permasalahan yang terkait dengan pendapatan, yaitu :

1. Berapa besar pendapatan dan nilai rasio penerimaan dengan biaya di Perusahaan X?

(15)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis besarnya pendapatan dan nilai rasio penerimaan dengan biaya di Perusahaan X.

2. Menganalisis besarnya nilai titik impas di Perusahaan X.

Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Perusahaan X, sebagai informasi dan bahan masukan untuk evaluasi dalam meningkatkan pendapatan

2. Pemerintah dan instansi terkait, khususnya Dinas Peternakan sebagai informasi bagi pengembangan usahaternak sapi perah di wilayah tersebut. 3. Peneliti lain, sebagai sarana dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.

(16)

KERANGKA PEMIKIRAN

Usahaternak sapi perah umumnya dibedakan menjadi usahaternak sapi perah rakyat dan perusahaan peternakan sapi perah. Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada perusahaan peternakan sapi perah, yaitu Perusahaan X.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek pada Perusahaan X di Desa Cibeureum, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Bogor. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif, analisis pendapatan dan analisis Revenue Cost Ratio (R/C), serta analisis titik impas/Break Even Point (BEP). Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan umum perusahaan, analisis pendapatan untuk menghitung selisih penerimaan dengan biaya, analisis R/C untuk menghitung perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya, dan analisis BEP untuk menghitung jumlah produksi yang harus dicapai oleh perusahaan agar tidak mengalami kerugian maupun belum mendapatkan untung.

Keseluruhan analisis yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai pendapatan di Perusahaan X. Kesimpulan tersebut akan direkomendasikan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan usaha. Secara konseptual kerangka pemikiran penelitian ini disajikan dalam Gambar 1.

(17)

Usahaternak Sapi Perah Perusahaan Peternakan Penerimaan Variabel Perhitungan Pendapatan Perusahaan Kesimpulan Rekomendasi Analisis Titik Impas/BEP Analisis Pendapatan

dan Analisis R/C ratio

Biaya Tetap Peternakan Rakyat Perhitungan Titik Impas Perusahaan Keterangan : Tidak dianalisis

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Perah

Menurut Blakely dan Bade (1991) ada lima bangsa sapi perah yang dikenal di daerah tropik yaitu Ayrshire, Brown Swiss, Guernsey, Jersey dan Fries Holland. Di Indonesia sapi perah yang dipelihara umumnya bangsa sapi perah Fries Holland (FH) dan peranakannya. Sapi perah FH merupakan bangsa sapi perah yang memiliki tingkat produksi susu tertinggi dan kadar lemak terendah dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya (Tabel 2). Produksi susu sapi perah di Indonesia rata-rata 10 liter/ekor/hari atau lebih kurang 3.050 kg per laktasi (Sudono et al., 2003)

Tabel 2. Produksi Susu Bangsa-bangsa Sapi Perah Bangsa Sapi Perah Rataan Produksi Susu

(Kg/Tahun)

Persentase Lemak Susu (%) Ayrshire 5.000 4,0 Brown Swiss 5.000 - 5.500 4,0 Guernsey 4.500 4,7 Jersey 4.000 5,0 Fries Holland 5.750 3,7

Sumber: Blakely dan Bade, 1991

Hasil Penelitian Prabowo (2002) menyatakan bahwa produksi susu sapi perah berbeda-beda di tiga lokasi penelitian (Kebon Pedes; 11,54 liter/ekor/hari, Tajur Halang; 10,67 liter/ekor/hari, dan Cibeureum; 13,37 liter/ekor/hari). Perbedaan produksi susu disebabkan oleh faktor lingkungan diantaranya adalah manajemen pemeliharaan. Manajemen pemeliharaan di Kebon Pedes lebih baik dibandingkan manajemen pemeliharaan di Tajur Halang sehingga produksi susu di Kebon Pedes lebih baik dari pada Tajur Halang. Peternakan sapi perah di Cibeureum selain manajemen pemeliharaannya yang baik juga ditunjang dengan faktor iklim yang cocok untuk pemeliharaan sapi perah.

Usaha Peternakan Sapi Perah

Menurut surat Keputusan Menteri Pertanian No. 751/Kpts/Um/10/1982 tentang pembinaan dan pengembangan usaha peningkatan produksi susu dalam

(19)

negeri, usaha sapi perah adalah usaha peternakan sapi perah rakyat maupun perusahaan sapi perah. Usaha peternakan sapi perah rakyat adalah usaha peternakan sapi perah yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi laktasi/dewasa atau memiliki kurang dari 20 ekor sapi perah campuran, sedangkan perusahaan peternakan sapi perah adalah untuk tujuan komersil dengan produksi utama adalah susu sapi, memiliki 10 ekor sapi laktasi/dewasa atau lebih atau memiliki jumlah keseluruhan sapi perah campuran atau lebih (Pulungan dan Pambudy, 1993).

Menurut Sudono (1999), faktor terpenting untuk suskes dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri. Peternak harus dapat menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapi-sapi berproduksi tinggi, pemakaian peralatan yang tepat, lahan yang subur/sesuai untuk tanaman hijauan serta pemasaran yang baik.

Pakan

Pakan sapi perah menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu, serta bisa mempengaruhi kesehatan sapi, baik kesehatan tubuhnya maupun kesehatan reproduksinya. Secara umum, pakan sapi perah adalah rumput dan konsentrat sebagai pakan penguat. Meskipun demikian, pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan sapi, kadar lemak susu, dan produksi susunya, terutama bagi sapi-sapi yang telah berproduksi (Sudono et al., 2003).

Hasil penelitian Mutaqien (2006) di perusahaan peternakan HMB Agro menyatakan bahwa penggunaan pakan terdiri dari rumput dan konsentrat. Jumlah rumput yang diberikan sebesar 39,01 kg/ST/hari, sementara itu rata-rata pemberian konsentrat sebesar 6,43 kg/ST/hari.

Tenaga Kerja

Menurut Sudono (1999), faktor tenaga kerja di dalam usaha peternakan harus diperhitungkan, karena biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah biaya pakan yaitu 20-30 persen dari biaya produksi. Penggunaan tenaga kerja yang efisien pada usaha peternakan sapi perah di Indonesia, yaitu seorang tenaga kerja menangani enam sampai tujuh ekor sapi dewasa (6-7 ST). Berdasarkan hal ini,

(20)

makin tinggi efisiensi penggunaan tenaga kerja maka makin tinggi pendapatan yang akan diterima.

Pekerjaan rutin yang dilakukan dalam pemeliharaan sapi perah meliputi: pemberian hijauan, pemberian konsentrat, pemberian air minum, membersihkan kandang dan peralatan susu, memandikan sapi, pemerahan, mengawinkan sapi, mengangkut susu, mencari hijauan dan mencacah rumput (Syaf, 1993).

Lahan

Menurut Sudono et al. (2003), dua hal yang harus diperhatikan dalam persiapan lahan beternak sapi perah yaitu lahan untuk kandang dan lahan untuk penanaman rumput. Lahan yang dibutuhkan untuk kandang berdasarkan keadaan sapi perah dibagi menjadi 3, yaitu: (1) Kandang seekor sapi masa produksi membutuhkan lahan seluas 380 x 140 cm = 5,32 m2. Luas lahan ini termasuk selokan, jalan kandang, dan tempat pakan. (2) Kandang sapi dara siap bunting sampai bunting membutuhkan lahan 12 x 24 m = 240 m2 untuk 10 ekor, dalam hal ini sapi-sapi dara dilepas secara berkelompok. (3) Kandang seekor pedet membutuhkan lahan seluas 150 x 120 cm = 1,8 m2.

Usaha peternakan sapi perah sangat bergantung pada ketersediaan pakan hijauan. Agar peternak memiliki persediaan hijauan, keberadaan lahan untuk penanaman rumput mutlak diperlukan. Lahan seluas 1 ha bisa memenuhi kebutuhan hijauan sekitar 10-14 ekor sapi dewasa selama 1 tahun.

Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah

Hasil penelitian Pamei (1992) menunjukkan bahwa pemilikan sapi laktasi rata-rata di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung adalah satu sampai tujuh satuan ternak per peternak dan persentase sapi laktasi 65,17 persen. Hal ini tergolong menguntungkan dengan pendapatan peternak Rp 3.320,127/peternak/hari atau Rp 1.287,132/ST/sapi laktasi/hari.

Penerimaan dan Biaya

Menurut Kadarsan (1995), penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan dan barang olahannya. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk

(21)

konsumsi keluarga pun harus dihitung dan dimasukkan sebagai penerimaan perusahaan, walaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi

Pengeluaran (biaya) adalah semua uang yang dikeluarkan perusahaan sebagai biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel atau biaya-biaya lainnya. Dalam suatu usahatani keluarga sering terjadi balas jasa untuk tenaga kerja keluarga atau pemilik yang juga mengusahakan perusahaannya sebagai manajer harus dihitung, sehingga balas jasa untuk perkiraan-perkiraan ini dihitung sebagai pengeluaran.

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) Biaya tetap (fixed cost); dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Hasil penelitian Effendi (2002) pada peternak di Cisarua memperlihatkan biaya tetap yang dikeluarkan meliputi biaya pajak, listrik, transportasi, sewa lahan, penyusutan kandang, dan penyusutan milk can. Biaya pajak, listrik, transportasi dan sewa lahan digolongkan ke dalam biaya tetap tunai, sedangkan biaya penyusutan (kandang dan milk can) digolongkan ke dalam biaya tetap tidak tunai, karena biaya-biaya tersebut tidak dikeluarkan dalam bentuk uang tunai.

Berdasarkan penelitian Marliani (2008), penerimaan usahaternak sapi perah terdiri dari penjualan susu, penjualan ternak sapi perah, penjualan produk sampingan (karung dan kotoran sapi), nilai susu yang dikonsumsi keluarga peternak dan perubahan nilai ternak. Besar atau kecilnya penerimaan usahaternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jumlah kepemilikan sapi perah, banyak atau sedikitnya jenis dan jumlah produk sapi perah yang dijual, serta produktivitas ternak yang dimiliki.

Rasio Penerimaan dengan Biaya

Analisis R/C adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara teoritis bila rasio R/C = 1 artinya

(22)

merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat tingkat keuntungan relatif dari suatu usaha berdasarkan perhitungan finansial, dimana akan diuji seberapa besar setiap rupiah dari biaya yang dikeluarkan yang dapat memberikan penerimaan.

Berdasarkan penelitian Mutaqien (2006), nilai rasio penerimaan di peternakan HMB Agro memiliki nilai kurang dari satu yaitu 0,95. Hal ini karena total biaya yang dikeluarkan pada tahun tersebut lebih besar dari penerimaan total yang didapatkan pada tahun yang sama. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan selama satu tahun akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 0,95 atau peternakan HMB Agro harus menanggung kerugian sebesar Rp 0,05.

Titik Impas

Menurut Riyanto (1997) analisis titik impas adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam menganalisis titik impas digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut: (1) Biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap; (2) Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti biaya variabel per unitnya adalah sama; (3) Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produk atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan; (4) Harga jual per unitnya tidak berubah selama periode yang dianalisis; dan (5) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk adalah konstan.

(23)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan X, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan yang berdiri cukup lama dengan populasi sapi perah yang cukup banyak. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2007.

Desain Penelitian

Desain penelitian adalah studi kasus untuk mengetahui pendapatan pada perusahaan peternakan sapi perah. Hasil penelitian hanya berlaku pada kasus di tempat penelitian atau di perusahaan lain dengan kondisi serupa.

Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung di lokasi perusahaan, pencatatan dan wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun. Data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait, literatur, serta hasil penelitian lainnya.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Juni 2007. Data primer diperoleh dari Perusahaan X, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, sedangkan data sekunder yang dikumpulkan didasarkan atas bahan-bahan yang mendukung penelitian.

Analisis Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan diolah dengan menggunakan tiga macam analisis, yaitu:

(24)

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan umum di lokasi penelitian dan tatalaksana usaha peternakan sapi perah Perusahaan X.

2. Analisis Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan di Perusahaan X dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya transportasi, sewa kandang, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga, penyusutan bangunan, peralatan, ternak dan penyusutan kendaraan. Biaya variabel meliputi biaya pakan, inseminasi buatan dan obat-obatan, perlengkapan, listrik dan air.

Tabel 3. Model Perhitungan Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Nilai (Rp/tahun)

Keterangan

Tunai Tidak Tunai Inventaris Total Pendapatan kotor :

+ Penjualan + Nilai akhir tahun + Nilai kotoran - Nilai awal tahun + Nilai yang dikonsumsi - Pembelian Total - Biaya variabel Margin kotor - Biaya tetap Pendapatan bersih

Sumber: Soekartawi et al., 1986

Analisis R/C (Return Cost Ratio) ini digunakan sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

(25)

Keterangan : TR = total penerimaan, TC = total biaya

3. Analisis Titik Impas

Analisis titik impas atau Break Even Point (BEP) digunakan untuk melihat besarnya tingkat produksi yang harus dicapai agar tidak merugi walaupun belum mendapatkan untung. Secara matematis rumus untuk mendapatkan tingkat produksi pada saat titik impas adalah:

BEP = TVC P - AVC Keterangan:

TFC = Total biaya tetap (Rp) AVC = Biaya variabel per unit (Rp) P = Harga jual (Rp)

Perhitungan BEP yang digunakan ada dua yaitu:

1. BEP untuk menghitung jumlah induk yang harus dipelihara di Perusahaan X agar impas. Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Rata-rata ternak sapi laktasi sebesar 60,13 persen dari total populasi. b. Produksi susu sebesar 14,99 liter/ekor/hari.

c. Harga pedet umur 1 hari Rp 500.000

d. Induk menghasilkan 1 ekor pedet per tahun. e. Harga susu per liter Rp 2.800

2. BEP untuk menghitung jumlah liter susu yang harus diproduksi sapi per ekor/hari di Perusahaan X agar impas. Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Hari laktasi adalah 300 hari

b. Jumlah sapi induk laktasi yang diperah adalah 55 ekor/hari c. Harga susu per liter Rp 2.800

(26)

Definisi Istilah

1. Biaya tetap adalah biaya yang selalu dikeluarkan oleh Perusahaan X walaupun besarnya tingkat produksi berbeda-beda.

2. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung dari produksi di Perusahaan X.

3. Hari Kerja Pria (HKP) adalah satuan untuk mengukur alokasi waktu kerja dimana 1 HKP setara dengan 8 jam kerja pria dewasa, wanita setara dengan 0,8 HKP dan anak-anak setara dengan 0,5 HKP.

4. Pendapatan total (Rp) perusahaan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total selama satu tahun.

5. Penerimaan (Rp) meliputi susu yang dikonsumsi (pemilik dan tenaga kerja), perubahan nilai ternak, meliputi penjualan ternak dan penjualan susu.

6. Penyusutan adalah penurunan nilai inventaris akibat penggunaannya dalam proses produksi, penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu:

Penyusutan (Rp/tahun) = Nilai Baru – Nilai Sisa Jangka Usia Ekonomis (Tahun)

7. Satuan Ternak (ST) adalah ukuran jumlah ternak yang dipelihara dengan faktor konversi 1 ST untuk ternak sapi dewasa (umur > 2 tahun), 0,5 ST untuk ternak sapi muda (umur 1-2 tahun), 0,25 ST untuk ternak sapi anak (umur < 1 tahun).

8. Tenaga kerja dalam keluarga adalah anggota keluarga yang terdiri dari pemilik dan isteri yang bekerja untuk menangani usaha peternakan sapi perah.

9. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga manusia yang digunakan untuk menangani usaha peternakan sapi perah dan diberi upah.

(27)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Perusahaan X

Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan perorangan yang bergerak dibidang ternak sapi perah. Perusahaan peternakan sapi perah ini berlokasi di Desa Cibeuruem, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Lokasi perusahaan terletak + 2 km dari jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur. Lokasi perusahaan cukup strategis dan dapat dilalui dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Secara geografis, Perusahaan X terletak pada ketinggian 925 meter dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata 19-22oC (Profil Kecamatan Cisarua, 2006). Kondisi geografis ini mendukung untuk memelihara ternak sapi perah.

Usahaternak sapi perah ini dirintis oleh H. Erief Kemal Syarif dan Hj. Tuti Sulastri (isteri). Pada awal berdirinya, Perusahaan X merupakan peternakan rakyat dengan jumlah ternak sapi sebanyak empat ekor, ternak tersebut berasal dari bantuan kredit Bank BRI pada tahun 1986. Usahaternak H. Erief Kemal Syarif terus berkembang, kemudian pada tahun 1992 jumlah sapi yang dimiliki berjumlah 20 ekor, sehingga sudah masuk kategori perusahaan peternakan sapi perah. Saat penelitian dilakukan, sapi perah yang dimiliki rata-rata berjumlah 131 ekor atau 91,79 ST.

Tujuan dari Perusahaan X adalah memperoleh keuntungan dengan cara menyediakan kebutuhan protein hewani khususnya berupa susu yang berkualitas dan juga dengan kuantitas yang banyak, selain itu perusahaan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerjanya. Tujuan lain perusahaan adalah agar dapat menjaga kestabilan kualitas dan produksi susu serta memperluas usaha.

Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja Perusahaan X

Perusahaan X belum mempunyai struktur organisasi yang baku, karena dalam pelaksanaan kegiatannya, pemilik ikut mengelola. Pemilik (tenaga kerja dalam keluarga) selaku pemimpin, mengelola langsung dan bertanggungjawab atas kegiatan reproduksi, kesehatan ternak, dan keuangan. Tenaga kerja luar keluarga yang berjumlah 11 orang terdiri dari 10 orang tenaga kandang/pemeliharaan dan 1 orang supir. Rata-rata pendidikan tenaga kerja di Perusahaan X adalah setingkat Sekolah

(28)

Dasar (SD). Mereka bertugas untuk membersihkan sapi dan kandang, melakukan pemerahan, mencari serta memberi pakan.

Semua tenaga kerja tidak diberikan libur. Tenaga kerja beserta keluarganya tinggal di rumah yang telah disediakan oleh pemilik, selain itu ada fasilitas lain berupa tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, sembako, bonus susu dan bonus prestasi jika produksi susu banyak dan ketika ada sapi melahirkan. Selain meningkatkan pendapatan, perusahaan ini memiliki tujuan mensejahterakan tenaga kerjanya, sehingga budaya perusahaan lebih bersifat kekeluargaan. Walaupun tidak ada hari libur, pegawai tetap merasa nyaman untuk bekerja di Perusahaan X.

Lahan dan Bangunan

Total lahan dan bangunan yang dimiliki Perusahaan X seluas 4.008 m2. Bangunan yang dimiliki oleh Perusahaan X tidak dalam satu lokasi yang sama, tetapi masih berada di wilayah Kecamatan Cisarua. Kandang, tempat penampungan feses dan gudang penyimpanan pakan berada tepat di samping rumah pemilik, sedangkan untuk lahan hijauan berada di Desa Citeko dan tempat tinggal pegawai berada + 500 meter dari lokasi Perusahaan X. Penggunaan lahan dan bangunan Perusahaan X dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Penggunaan Lahan di Perusahaan X

Luas Penggunaan lahan m2 % Kandang induk 352 8,78 Kandang dara 144 3,59 Kandang pedet 50 1,25 Gudang 6 0,15 Lahan hijauan 3.000 74,85

Tempat tinggal pegawai 420 10,48

Tempat penampungan feses 36 0,90

Total 4.008 100,00

Berdasarkan Tabel 4, total luas kandang adalah 546 m2. Kandang induk terdiri atas dua buah kandang yang mempunyai kapasitas total 68 ekor, karena sapi

(29)

induk lebih dari 68 ekor maka perusahaan biasanya menggunakan kandang dara. Kandang dara berjumlah satu buah dengan kapasitas 36 ekor. Kandang pedet yang dimiliki perusahaan berkapasitas total 28 ekor, perusahaan menyewa satu buah kandang untuk pedet dengan kapasitas 20 ekor, sehingga total kapasitas untuk pedet adalah 48 ekor.

Peralatan dan Perlengkapan

Perlengkapan (umur pemakaian kurang dari 1 tahun) yang terdapat di Perusahaan X adalah ember plastik, sikat, sapu lidi, sabit, saringan kain, selang, perlengkapan kesehatan, vaselin, kain lap, dan sepatu boot. Ember digunakan untuk menampung susu ketika pemerahan sebelum dimasukkan ke dalam milk can, ember juga digunakan untuk pedet sebagai tempat pakan konsentrat, sikat digunakan untuk memandikan sapi, sapu lidi dipakai untuk membersihkan kandang. Selain itu sabit digunakan tenaga kerja ketika mencari hijauan, sedangkan sepatu boot digunakan ketika melakukan pemerahan, mengambil hijauan dan membersihkan kandang. Saringan kain digunakan saat memasukkan susu dari ember ke milk can. Perlengkapan kesehatan terdiri dari desinfektan untuk membersihkan kandang, yodium tincture untuk mencegah kuman masuk setelah pemerahan dan sarung tangan dipakai ketika melakukan inseminasi buatan. Kain lap digunakan untuk membersihkan ambing sapi sebelum pemerahan dan vaselin berfungsi melicinkan puting sehingga memudahkan tenaga kerja dalam pemerahan.

Peralatan (umur pemakaian lebih dari 1 tahun) yang dimiliki Perusahaan X adalah milk can dan ember (stainless steel) untuk menaruh susu hasil pemerahan. Selang untuk membersihkan sapi, kandang, dan memberi air minum kepada ternak sapi. Sekop dipakai untuk membersihkan feses ternak. Arit dan cangkul dipergunakan oleh tenaga kerja ketika mengambil hijauan.

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN Bangsa dan Populasi Sapi Perah

Bangsa sapi perah yang dipelihara oleh Perusahaan X adalah Fries Holland (FH). Populasi sapi perah pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Populasi Ternak Sapi Perah di Perusahaan X Tahun 2007

Bulan Laktasi Kering Dara Pedet Jantan Muda Total ST % ST % ST % ST % ST % ST % Januari 45,00 56,25 15,00 18,75 15,00 18,75 3,00 3,75 2,00 2,50 80,00 100,00 Febuari 48,00 58,72 12,00 14,68 15,00 18,35 5,75 7,03 1,00 1,22 81,75 100,00 Maret 45,00 52,79 22,00 25,81 11,50 13,49 6,75 7,92 0,00 0,00 85,25 100,00 April 44,00 48,75 29,00 32,13 8,50 9,42 8,75 9,70 0,00 0,00 90,25 100,00 Mei 50,00 54,05 23,00 24,86 7,50 8,11 12,00 12,97 0,00 0,00 92,50 100,00 Juni 63,00 67,92 9,00 9,70 8,50 9,16 12,25 13,21 0,00 0,00 92,75 100,00 Juli 66,00 69,11 10,00 10,47 7,50 7,85 12,00 12,57 0,00 0,00 95,50 100,00 Agustus 65,00 67,36 11,00 11,40 9,00 9,33 11,50 11,92 0,00 0,00 96,50 100,00 September 71,00 72,45 6,00 6,12 9,00 9,18 12,00 12,24 0,00 0,00 98,00 100,00 Oktober 64,00 65,64 13,00 13,33 8,50 8,72 12,00 12,31 0,00 0,00 97,50 100,00 November 55,00 56,99 22,00 22,80 7,50 7,77 12,00 12,44 0,00 0,00 96,50 100,00 Desember 49,00 51,58 28,00 29,47 6,00 6,32 12,00 12,63 0,00 0,00 95,00 100,00 Rata/bulan 55,42 60,13 16,67 18,29 9,46 10,54 10,00 10,72 0,25 0,31 91,79 100,00

Tabel 5 menunjukkan sapi laktasi merupakan jumlah ternak sapi terbanyak di Perusahaan X. Persentase rata-rata sapi laktasi selama tahun 2007 adalah 60,13 persen. Menurut Sudono (1999), persentase sapi laktasi merupakan faktor yang penting dan tak dapat diabaikan dalam tata laksana yang baik dalam suatu peternakan untuk menjamin pendapatan peternak. Peternakan sapi perah yang baik yang mempunyai sapi laktasi sebanyak > 60 persen.

Berdasarkan Tabel 5, kepemilikan awal tahun ternak sapi perah sebanyak 80 ST kemudian di akhir tahun meningkat menjadi 95 ST. Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah pedet yang dilahirkan selama tahun 2007 yaitu sebanyak 85 ekor dan yang dijual 37 ekor. Pada akhir tahun jumlah pedet adalah 48 ekor/12,00 ST. Sapi dara di awal tahun berjumlah 15 ST kemudian pada akhir tahun mengalami

(31)

penurunan menjadi 6 ST, hal ini karena sapi dara sudah berumur di atas dua tahun sehingga masuk ke golongan sapi induk. Sapi induk di awal tahun berjumlah 60 ST kemudian meningkat menjadi 77 ST.

Perusahaan memiliki 2 ST sapi jantan muda pada awal tahun, tetapi seluruh ternak jantan muda tersebut dijual pada bulan Febuari dan Maret 2007 karena perusahaan hanya menggunakan sistem Inseminasi Buatan (IB) dalam perkawinan. Pemeliharaan jantan muda akan menambah beban biaya pakan sehingga kurang efisien jika perusahaan tetap memeliharanya.

Pemasaran dan Produksi Susu

Produksi susu mencakup susu yang dijual, diberikan ke pedet serta yang diminum oleh pemilik dan tenaga kerja. Produksi susu yang dihasilkan di Perusahaan X selama setahun sebanyak 303.002,60 liter. Rata-rata produktivitas ternak sapi perusahaan adalah 14,99 liter/ekor/hari. Berdasarkan penelitian Andryani (2007) di CV. Cisarua Integrated Farming (CIF), jumlah produksi susu di CV. CIF masih lebih rendah dari Perusahaan X yaitu sebesar 12,77 liter/ekor/hari.

Susu yang telah diperah dijual dengan harga Rp 2.800,00 per liter. Tenaga kerja (supir) mengantar susu setiap pagi dan sore ke Cimory Resto. Cimory Resto merupakan restoran yang menyediakan susu dan hasil olahannya sebagai menu utama. Hasil susu Perusahaan X telah memenuhistandar kualitas penjualan sehingga Cimory Resto mau bekerjasama dalam pemenuhan kebutuhan bahan bakunya. Standar kualitas yang ditentukan Cimory Resto antara lain, berat jenis susu harus > 1,028 dan dengan jumlah mikroba maksimal 1.000.000 cfu/ml.

Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Perah Perkandangan

Sistem pemeliharaan yang dilakukan Perusahaan X adalah sistem intensif. Sapi dikandangkan terus menerus sepanjang hari. Kandang yang dibangun berfungsi untuk melindungi ternak sapi perah dari terik sinar matahari, angin, hujan, pengaruh buruk lingkungan dan juga berfungsi sebagai tempat istirahat. Kandang di Perusahaan X dibuat permanen dengan lantai terbuat dari semen cor.

(32)

Bahan pembuatan lantai sangat berpengaruh terhadap kesehatan ternak, terutama sapi perah. Jika lantai basah atau terlalu lembab maka akan terkena resiko penyakit. Di Peternakan X lantai kandang dibuat miring beberapa derajat agar feses, urine maupun sisa makanan langsung mengalir ke parit-parit/saluran pembuangan yang juga terdapat di kandang. Dinding kandang terbuat dari tembok yang dibangun setinggi 160 cm, sedangkan untuk kandang induk 250 cm. Untuk bahan pembuatan atap kandang memakai asbes. Tipe kandang adalah tail to tail, tipe ini memudahkan tenaga kerja dalam membersihkan kandang. Membersihkan sapi, kandang dan peralatan susu dilakukan dalam satu kegiatan yang akan dilakukan sebelum pemerahan dilakukan. Hal ini untuk mencegah ternak sapi dari penyakit yang salah satunya datang dari keadaan kandang atau ternak yang kotor.

Perkawinan

Cara perkawinan ternak yang dilakukan di Perusahaan X adalah dengan menggunakan kawin suntik atau IB (Inseminasi Buatan). Cara tersebut digunakan karena dianggap lebih praktis dan efisien jika dibandingkan dengan memelihara dan menggunakan pejantan untuk kawin alami. Rata-rata service per conception perusahaan kurang dari 2,00. Menurut Sudono (1999), untuk di Indonesia yang baik adalah kurang dari 2,00. Sedangkan untuk selang beranak di Perusahaan X berkisar antara 12 sampai 13 bulan, Sudono et al. (2003) menyatakan bahwa jika selang beranak diperpanjang sampai 450 hari (+ 15 bulan), maka akan meningkatkan produksi susu sebesar 3,5 persen, tetapi jika dilihat dari segi ekonomi maka akan merugikan dibandingkan dengan biaya makanan yang diberikan.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja di Perusahaan X berjumlah 11 orang, tenaga kerja kandang berjumlah 10 orang dan rata-rata dapat menangani 9,18 ST/hari. Tenaga kerja yang digunakan di Perusahaan X sudah efisien, hal ini sesuai dengan pendapat Sudono (1999) yang menyatakan bahwa seorang tenaga kerja menangani enam sampai tujuh ekor sapi dewasa (6-7 ST). Penggunaan tenaga kerja yang relatif tinggi di Perusahaan X diharapkan pendapatan yang akan diterima semakin tinggi.

Pekerjaan tenaga kerja di Perusahaan X khususnya tenaga kerja luar keluarga bagian kandang antara lain, mencari hijauan, memberikan hijauan, memberikan air

(33)

minum, memberikan konsentrat, memandikan sapi, membersihkan kandang dan peralatan susu serta memerah sapi. Supir bertugas mengangkut dan mengantarkan susu, mengangkut hijauan serta membeli konsentrat.

Tenaga kerja mulai bekerja pada pukul 05.30-16.30 WIB, tetapi dalam rentang waktu tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk bekerja. Rata-rata tenaga kerja kandang bekerja selama 586 menit/orang/hari (1,22 HKP) dan supir sebesar 438 menit/hari (0,91 HKP). Kegiatan mencari hijauan membutuhkan waktu yang paling lama yaitu rata-rata 240 menit/hari. Hal ini disebabkan oleh lokasi pencarian yang cukup jauh yaitu + 15 kilometer dari perusahaan. Hijauan diperoleh dari kebun rumput sendiri yang berada di Desa Citeko dan sisanya dicari di lahan pertanian/kebun rumput milik orang lain di sekitar Kecamatan Cisarua. Pencarian hijauan biasanya dilakukan pagi hari antara pukul 08.00-12.00 WIB.

Kegiatan membersihkan kandang, memandikan sapi dan membersihkan peralatan susu dilakukan secara berturut-turut sebelum pemerahan, kegiatan ini dilakukan dua kali sehari. Fungsinya untuk mencegah sapi dari penyakit juga menghindari masuknya kotoran ke susu. Membersihkan kandang dan peralatan susu meliputi membersihkan lantai dari kotoran dan sisa-sisa makan sapi, membersihkan tempat makan dan minum juga membersihkan milk can. Tenaga kerja umumnya menggunakan sapu lidi, sekop dan semprotan dari selang air. Lantai disapu dan dibersihkan, kemudian limbah tersebut dibuang dan dialirkan ke parit yang terdapat dalam kandang.

Total kandang yang ada berjumlah 5 buah (4 milik Perusahaan X dan 1 menyewa) dan total milk can 18 buah, sedangkan tenaga kerja yang membersihkan ada 10 orang sehingga membutuhkan curahan waktu yang lebih sedikit dengan rata-rata 36 menit/hari. Waktu yang digunakan untuk memerah berkisar antara 10-15 menit/ekor.

Pencatatan (Recording)

Pencatatan yang lengkap perlu dilakukan, pencatatan berfungsi untuk melihat keadaan ternak sapi dilihat dari produksi, kesehatan, reproduksi dan yang berhubungan dengan manajemen perusahaan seperti data penjualan (susu, ternak sapi), data pembelian dan transaksi keuangan. Hal ini penting dalam memperkirakan

(34)

keuntungan ataupun jika ada kerugian yang terjadi, tetapi Perusahaan X, khususnya pemilik baru mencatat produksi saja.

Penanganan Limbah

Perusahaan menampung feses pada bak tampung yang berukuran 36 m2. Pemilik tidak mengolah maupun menjual feses, tetapi membiarkan masyarakat sekitar untuk menjual atau memanfaatkannya. Salah satu tujuan perusahaan adalah mengolah limbah untuk meningkatkan pendapatan, tetapi karena terbatasnya lahan maka hal tersebut belum bisa dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ilyas dan Sudarnika (2002) yang menyatakan bahwa ketersediaan lahan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pola pengelolaan limbah pada kegiatan usahaternak sapi perah.

Kesehatan Ternak

Upaya pemeliharaan kesehatan ternak dilakukan sendiri oleh pemilik. Pemilik sudah berpengalaman dan mempunyai pengetahuan di bidang tersebut. Pemilik adalah salah satu penyuluh peternakan, khususnya sebagai inseminator, paramedis dan teknisi transfer embrio.

Penyakit yang paling banyak menyerang pada ternak sapi perah di Perusahaan X adalah diare. Selama tahun 2007, sebanyak 6 ekor ternak terkena diare, 2 ekor terkena penyakit kembung, dan 2 ekor terjangkit mastitis klinis, karena penanganan yang cukup cepat maka penyakit mastitis klinis tidak sempat menular ke ternak lain. Pemerintah juga turut serta dalam penanganan penyakit dengan mewajibkan pemberian vaksin setiap setahun sekali. Pemberian vaksin ada dua jenis yaitu vaksin antraks serta vaksin untuk penyakit kuku dan mulut, vaksinasi dilakukan ke setiap ternak yang berguna untuk mencegah wabah penyakit menular tersebut.

Pakan dan Air Minum

Pakan yang diberikan berupa konsentrat dan hijauan. Pakan hijauan berupa rumput lapang yang diberikan sebanyak 34,33 kg/ST/hari, sedangkan untuk konsentrat terdiri dari ampas tahu dan konsentrat jadi merek KPS Feed. Konsentrat KPS Feed dibeli dari KUD Giri Tani dengan jarak + 2 km dari lokasi Perusahaan X, sedangkan ampas tahu dibeli dari Jakarta. Komposisi konsentrat jadi terdiri dari

(35)

bungkil kelapa, jagung giling, onggok, dedak padi, pollard, mineral dan vitamin. Konsentrat jadi yang diberikan pada sapi induk, dara dan pedet sebesar 6,13 kg/ST/hari, sedangkan untuk ampas tahu hanya diberikan pada sapi induk yaitu 3,56 kg/hari. Konsentrat diberikan tiga kali sehari, pukul 06.00, 12.00 dan 16.00 WIB, pemberian dilakukan sebelum pemerahan hal ini berfungsi untuk menenangkan sapi ketika diperah.

Saat musim hujan, pakan hijauan mudah didapat, tetapi ketika musim kemarau produksi hijauan menurun sehingga tenaga kerja perusahaan perlu menyediakan waktu yang lebih banyak untuk mencari hijauan ke tempat lain. Frekuensi pemberian hijauan dilakukan dua kali sehari, yaitu pukul 07.30 dan pukul 18.00 WIB. Hijauan yang diberikan berupa rumput lapang dan tidak dicacah, sedangkan pemberian rumput budidaya seperti rumput gajah tidak pernah dilakukan, karena lahan perusahaan terbatas untuk menanam rumput.

Ketersediaan air bersih sangat penting bagi sebuah peternakan. Tenaga kerja memberikan air minum ad libitum (tak terbatas). Hal ini disebabkan susu yang dihasilkan 87 persen berupa air dan sisanya bahan kering, sehingga sebaiknya sapi diberi minum setiap saat (sekenyangnya) (Sudono et al., 2003). Didukung pula dengan mudahnya mendapatkan air dari mata air pegunungan di wilayah Cisarua.

Biaya Usahaternak

Komponen biaya usaha terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap selama periode penelitian (tahun). Total biaya variabel dan biaya tetap masing-masing yaitu Rp 378.510.065 dan Rp 338.473.671, atau total biaya per bulan yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 59.748.645. Komponen biaya Perusahaan X dalam setahun dapat dilihat pada Tabel 6.

Pakan termasuk ke dalam biaya variabel dan persentase biaya untuk pembelian pakan adalah yang tertinggi di Perusahaan X (Tabel 6), yaitu sebesar 55,39 persen. Menurut Sudono (1999), keuntungan yang diperoleh akan naik dengan naiknya produksi susu, walaupun kebutuhan pakan untuk sapi-sapi yang berproduksi tinggi akan bertambah. Jadi biaya per liter susu atau biaya untuk memproduksi satu liter susu akan semakin kecil dengan semakin tingginya produksi susu.

(36)

Tabel 6. Komponen Biaya Perusahaan X Tahun 2007 Jumlah Komponen Biaya Rp % Biaya Variabel Pakan 361.314.065 55,39 IB dan Obat-obatan 3.652.000 0,51 Perlengkapan 6.944.000 0,97 Air 1.200.000 0,17 Listrik 5.400.000 0,75 Biaya Tetap Transportasi 56.970.000 7,95 Sewa Kandang 1.500.000 0,21 Penyusutan Bangunan 15.633.333 2,18 Penyusutan Peralatan 2.173.333 0,30 Penyusutan Ternak 20.000.004 2,79 Penyusutan Kendaraan 6.000.000 0,84

Tenaga Kerja Luar Keluarga

- Gaji Pokok 127.200.000 17,74

- THR 21.200.000 2,96

- Bonus 5.955.000 0,83

- Tunjangan Kesehatan 300.000 0,04

- Sembako 25.542.000 3,56

Tenaga Kerja Dalam Keluarga

- Gaji Pokok 48.000.000 6,69

- THR 8.000.000 1,12

Total Biaya 716.983.736 100,00

Jenis pakan yang diberikan kepada semua ternak sapi perah di atas umur tiga minggu adalah konsentrat jadi merek KPS Feed. Biaya pakan konsentrat selama satu tahun dengan pembelian sebesar 202.922,30 kg adalah Rp 314.529.565. Harga konsentrat jadi adalah Rp 1.550 per kilogram. Pemberian ampas tahu hanya diberikan kepada sapi induk saja, harga ampas tahu Rp 500 per kilogram, harga ampas tahu tersebut lebih murah daripada konsentrat jadi. Hal ini sesuai seperti penelitian Anisa (2008) di Kabupaten Bandung, bahwa salah satu tujuan pemberian ampas tahu karena alasan ekonomis, yaitu untuk menekan biaya pakan.

Untuk perhitungan biaya rumput sudah termasuk ke dalam biaya tenaga kerja, jumlah pemberian rumput selama setahun sebesar 1.135.734,00 kg. Total biaya pakan di Perusahaan X selama setahun sebesar Rp 361.314.065 (Tabel 7).

(37)

Tabel 7. Penggunaan Pakan di Perusahaan X Tahun 2007

Jenis Pakan Jumlah Pemberian (Kg) Total (Rp)

Konsentrat Jadi 202.922,30 314.529.565

Ampas Tahu 93.569,00 46.784.500

Pemilik melakukan IB sendiri tanpa bantuan mantri hewan. Straw yang digunakan untuk IB dibeli dari KUD Giri Tani seharga Rp 25.000 per straw. Biaya IB selama Tahun 2007 sebesar Rp 1.925.000. Selain itu, pemilik juga mengobati sendiri ternak yang terjangkit penyakit. Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit selama tahun 2007 di Perusahaan X adalah sebagai berikut: diare Rp 696.000; kembung Rp 50.000; mastitis klinis Rp 345.000; vaksin antraks Rp 318.000; serta vaksin penyakit kuku dan mulut Rp 318.000. Jadi biaya total untuk pengobatan dan pencegahan penyakit adalah Rp 1.727.000, dan biaya total untuk IB dan obat-obatan sebesar Rp 3.652.000

Gaji tenaga kerja dalam keluarga untuk pemilik dan isteri masing-masing sebesar Rp 2.500.000 dan Rp 1.500.000 per bulan. Gaji pokok tenaga kerja luar keluarga di Perusahaan X berkisar antara Rp 800.000 – Rp 1.200.000. Perbedaan gaji berdasarkan atas pengalaman dan lama bekerja di perusahaan. Rata-rata biaya untuk tenaga kerja luar keluarga setiap bulan adalah Rp 1.092.537 per orang. Total persentase biaya tenaga kerja adalah kedua terbesar setelah biaya pakan yaitu sebesar 32,94 persen. Menurut Sudono (1999), biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah biaya pakan yaitu 20-30 persen dari biaya produksi. Biaya tenaga kerja di Perusahaan X lebih besar dari 30 persen, hal ini disebabkan oleh karakter pemilik yang mementingkan kesejahteraan tenaga kerjanya.

Berdasarkan Tabel 6, bonus yang diberikan berupa uang sebesar Rp 25.000 jika tenaga kerja kandang menangani kelahiran sapi perah. Bonus juga diberikan pada tenaga kerja yang bisa meningkatkan jumlah produksi susu pada sapi yang menjadi tanggungjawabnya. Bonus untuk supir akan diberikan setiap kali berangkat untuk membeli ampas tahu ke Jakarta, yaitu sebesar Rp 20.000. Bonus Lebaran diberikan satu tahun satu kali kepada seluruh tenaga kerja luar keluarga, bonus yang diberikan berupa bingkisan yang terdiri dari sirup 2 botol dan daging 2 kg, yaitu sebesar Rp 130.000 per orang. Total bonus yang diberikan Perusahaan X selama

(38)

Sembako diberikan setiap bulan kepada seluruh tenaga kerja luar keluarga yang terdiri dari 50 kg beras, 0,5 kg kopi, 1kg gula, dan 0,75 kg ikan asin. Rata-rata biaya sembako setiap bulan sebesar Rp 193.500 per orang. Sedangkan untuk biaya kesehatan adalah yang paling kecil diantara komponen biaya tenaga kerja, yaitu 0,04 persen. Perusahaan akan memberikan vitamin kepada tenaga kerja kandang ketika memasuki pergantian musim. Hal ini dilakukan karena jika salah satu tenaga kerja ada yang sakit maka rata-rata akan menurunkan + 14 persen per ekor dari produksi susu harian. Berdasarkan penelitian Rushen et al. dalam Moberg dan Mench (2000) bahwa produksi susu akan berkurang 10 persen ketika sapi tidak nyaman dengan perlakuan pemerah yang baru.

Biaya komponen tenaga kerja yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah Tunjangan Hari Raya (THR), gaji tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Gaji tenaga kerja dalam keluarga termasuk biaya tetap tidak tunai, dan yang ikut mengelola perusahaan adalah pemilik dan isterinya. Sedangkan THR merupakan biaya tetap tunai yang diberikan kepada tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga dan nilainya adalah dua kali dari gaji pokok.

Perlengkapan mempunyai daya tahan kurang dari satu tahun. Biaya perlengkapan yang dikeluarkan tahun 2007 sebesar Rp 6.944.000. Perlengkapan terdiri dari sepatu boot, sikat, sapu lidi, saringan kain, perlengkapan kesehatan, ember plastik, vaselin, dan lap. Perlengkapan kesehatan terdiri dari desinfektan, yodium tincture dan sarung tangan.

Persentase biaya air adalah 0,16 persen. Rata-rata biaya air yang dikeluarkan sebesar Rp 100.000 per bulan. Biaya air terdiri dari pembayaran ke PDAM dan juga pembayaran untuk pemakaian air dari mata air pegunungan.

Transportasi digunakan untuk mencari rumput, mengantarkan susu untuk dijual ke Cimory Resto, membeli konsentrat KPS Feed ke KUD Giri Tani, dan membeli ampas tahu ke Jakarta. Rata-rata biaya transportasi (bensin) per bulan untuk mencari rumput, mengantarkan susu dan membeli konsentrat adalah Rp 2.129.167, sedangkan biaya transportasi per bulan untuk membeli ampas tahu sebesar Rp 2.250.000. Perawatan alat transportasi mengeluarkan biaya sebesar Rp 4.420.000, jadi total biaya transportasi selama setahun adalah Rp 56.970.000.

(39)

Alat transportasi yang digunakan di Perusahaan X adalah mobil jenis pick up. Kendaraan ini dibeli dengan harga Rp 100.000.000 dengan usia ekonomis selama 10 tahun dan nilai sisa sebesar Rp 40.000.000, jadi penyusutan kendaraan di Perusahaan X selama tahun 2007 adalah Rp 6.000.000.

Tabel 8. Jenis dan Penyusutan Peralatan di Perusahaan X Tahun 2007

Jenis Peralatan Jumlah (buah) Total Harga (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp/Thn) Selang 3 360.000 2 180.000 Sikat Kawat 4 60.000 2 30.000 Tambang 4 120.000 2 60.000 Arit 12 420.000 3 140.000 Sekop 2 100.000 3 33.333 Cangkul 2 100.000 3 33.333 Gun IB 1 500.000 3 166.667

Ember Stainless Steel 3 900.000 5 180.000

Milk Can - 40 Liter 12 4.800.000 5 960.000 - 20 Liter 3 750.000 5 150.000 - 15 Liter 1 200.000 5 40.000 - 10 Liter 2 350.000 5 70.000 Kalkulator 1 50.000 5 10.000

Pemotong Kuku Sapi 1 1.200.000 10 120.000

Peralatan adalah investasi alat yang mempunyai umur pakai lebih dari satu tahun. Nilai penyusutan terkecil di Perusahaan X adalah penyusutan peralatan, yaitu sebesar 0,30 persen (Tabel 6). Penyusutan peralatan Perusahaan X selama satu tahun sebesar Rp 2.173.333. Umur ekonomis dari peralatan yang digunakan berkisar antara 2-10 tahun.

Penyusutan ternak yang dihitung adalah hanya untuk induk yang sudah berumur 7 tahun, umur ekonomis induk adalah 10 tahun. Total penyusutan yaitu sebesar Rp 20.000.004 per tahun, nilai penyusutan ternak adalah yang terbesar dibandingkan nilai penyusutan lainnya, yaitu 2,79 persen.

Kandang yang dimiliki Perusahaan X hanya berjumlah 4 buah, karena lahan yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi untuk menambah kandang baru, sehingga

(40)

biaya sewa kandang adalah yang paling kecil dari total biaya tetap, yaitu 0,19 persen. Penyusutan 4 buah kandang yang terdiri dari 2 kandang sapi induk, 1 kandang sapi

dara, dan 1 kandang pedet berturut-turut adalah Rp 7.333.334; Rp 2.666.667; dan Rp 5.000.000 per tahun. Usia ekonomis masing-masing kandang adalah 15 tahun

kecuali untuk kandang pedet hanya 5 tahun. Total penyusutan kandang selama setahun adalah Rp 15.000.001. Selain kandang, perusahaan juga mempunyai tempat penampungan feces dan gudang penyimpanan pakan. Usia ekonomis tempat penampungan feses 5 tahun, sedangkan gudang adalah 15 tahun. Untuk nilai penyusutan bangunan selama setahun adalah penampungan feses Rp 300.000 dan gudang Rp 333.333.

Penerimaan

Penerimaan terdiri dari penjualan susu, penjualan ternak, susu yang dikonsumsi oleh pemilik dan tenaga kerja, serta perubahan nilai ternak. Total penerimaan Perusahaan X selama setahun sebesar Rp 965.570.080. Komponen penerimaan di Perusahaan X dapat dilihat pada Tabel 9.

Penjualan ternak sapi perah selama tahun 2007 berjumlah 52 ekor, antara lain induk 11 ekor, jantan muda 4 ekor, dan pedet 37 ekor. Penjualan induk, jantan muda dan pedet berturut-turut adalah Rp 87.200.000; Rp 13.500.000; dan Rp 67.700.000. Harga pedet berkisar antara Rp 1.500.000-2.100.000,- per ekor, sedangkan kisaran harga jual sapi induk adalah Rp 5.000.000-8.500.000 per ekor.

Tabel 9. Komponen Penerimaan Perusahaan X Tahun 2007 Jumlah Komponen Penerimaan

Rp %

Penjualan Susu 707.286.440 73,25

Penjualan Ternak 162.000.000 16,78

Susu yang Dikonsumsi Pemilik dan Tenaga Kerja

5.533.640 0,57 Perubahan Nilai Ternak 90.750.000 9,40

Total Penerimaan 965.570.080 100,00

Berdasarkan Tabel 9, komponen penerimaan terbesar adalah dari penjualan susu yaitu 73,25 persen. Penerimaan terkecil merupakan penerimaan berupa

(41)

konsumsi susu oleh pemilik dan tenaga kerja sebesar 1.976,3 liter per tahun atau Rp 5.533.640,-.

Perubahan nilai ternak adalah selisih antara nilai ternak pada akhir tahun (Desember 2007) dengan nilai awal tahun (Januari 2007), nilai ternak dihitung dengan mengalikan stok ternak dengan harga ternak. Perubahan nilai ternak yang terjadi di Perusahaan X sebesar Rp 90.750.000 (Tabel 10).

Tabel 10. Perubahan Nilai Ternak di Perusahaan X selama Tahun 2007 Ternak sapi Awal

(ekor) Akhir (ekor) Perubahan (ekor) Jumlah (Rp) Induk 60 77 17 130.500.000 Dara 30 12 (18) (90.500.000) Pedet 12 48 36 62.750.000 Jantan Muda 4 0 (4) (12.000.000) Jumlah 106 137 31 90.750.000

Keterangan : Nilai dalam ( ) menunjukkan nilai yang negatif

Perubahan yang bernilai negatif adalah pada sapi dara dan jantan muda. Penurunan kepemilikan ternak jantan muda karena dijual, sedangkan untuk sapi dara karena pertambahan usia, sehingga sudah masuk ke kelompok umur sapi induk.

Tabel 11. Perincian Penggunaan Susu Tahun 2007

Uraian Jumlah (liter)

A. Dikonsumsi

1.Pedet 48.424,00 2.Pemilik dan Tenaga Kerja 1.976,30

B. Dijual 252.602,30

Total 303.002,60

Berdasarkan Tabel 11, rata-rata penjualan susu setiap hari adalah 692,06 liter, sedangkan untuk rata-rata susu yang dikonsumsi pedet adalah 3,28 liter/ekor/hari. Pedet yang diberikan susu adalah yang berumur kurang dari empat bulan. Rata-rata susu yang dikonsumsi oleh pemilik dan tenaga kerja sebesar 5,41 liter/hari. Pemilik

(42)

mengizinkan tenaga kerja untuk meminum susu, tetapi tidak diizinkan untuk menjualnya. Susu yang dikonsumsi tenaga kerja berkisar 0,2 - 0,7 liter/orang/hari.

Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Total pendapatan Perusahaan X tahun 2007 sebesar Rp 248.586.344. Rata-rata pendapatan per bulan adalah Rp 20.715.529. Jika melihat dari total pendapatan maka keputusan pemilik untuk menjadikan usaha peternakan sapi perah sebagai mata pencaharian utama sudah tepat. Total pendapatan di Perusahaan X selama tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Tingkat Pendapatan Perusahaan X Tahun 2007

Uraian Jumlah (Rp) A. Penerimaan 965.570.080 B. Biaya Variabel 378.510.065 Tetap 338.473.671 Total B 716.983.736 Pendapatan (A-B) 248.586.344

Rasio Penerimaan dengan Biaya

Nilai rasio penerimaan total (penjualan ternak, penjualan susu, susu yang dikonsumsi dan perubahan nilai ternak) dengan biaya total di Perusahaan X sebesar 1,35. Nilai tersebut dapat diartikan setiap rupiah yang digunakan untuk kegiatan usaha akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,35. Batas besaran R/C ratio terkecil adalah satu. Jadi secara umum Perusahaan X sudah dikatakan untung. Sedangkan nilai R/C untuk penerimaan hanya dari susu (penjualan dan susu yang dikonsumsi) adalah 0,99, jadi Perusahaan X masih perlu meningkatkan penerimaan atau menekan biaya produksi, agar keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar.

Titik Impas (BEP)

Titik impas berada pada saat biaya sama dengan penerimaan. Perhitungan titik impas dibedakan menjadi dua, yaitu titik impas berdasarkan produksi susu dan

(43)

jumlah induk yang dipelihara. Nilai yang harus dicapai agar impas adalah saat produksi susu sebesar 13,23 liter/ekor/hari, saat ini produktivitas sapi laktasi di Perusahaan X adalah 14,99 liter/ekor/hari, agar perusahaan tidak merugi maka produksi susu harian tidak boleh berada di bawah 13,23 liter/ekor. Sedangkan untuk nilai titik impas yang harus dicapai dalam memelihara induk adalah sebanyak 68 ekor. Perusahaan memiliki sapi induk rata-rata 72 ekor, sehingga Perusahaan X sudah dikatakan untung.

Tabel 13. Nilai Titik Impas (BEP) di Perusahaan X Tahun 2007

Uraian BEP Produksi susu (liter/ekor/hari) 13,23

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Total biaya variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan X masing-masing yaitu Rp 378.510.065 dan Rp 338.473.671. Total penerimaan tunai sebesar Rp 869.286.440 dan total penerimaan tidak tunai sebesar Rp 96.283.640, sehingga total pendapatan Perusahaan X selama setahun sebesar 248.586.344.

Nilai rasio penerimaan atas biaya adalah 1,35, sedangkan untuk nilai BEP (liter) sebesar 13,23 liter/ekor/hari sedangkan untuk BEP (ekor) sebesar 68 ekor induk. Hal ini berarti perusahaan sudah untung karena produksi susu (liter) dan jumlah sapi yang dipelihara sudah di atas nilai titik impas.

Saran

1. Perusahaan X diharapkan meningkatkan produktivitas sapi perah misanya dengan penggunaan rumput unggul untuk pakan.

2. Perusahaan X sebaiknya melakukan pencatatan untuk semua kegiatan yang terjadi dalam usahaternaknya untuk mengetahui kemungkinan peningkatan yang bisa dicapai.

(45)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa atas setiap kejadian, dan karena nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi. Sholawat dan salam semoga tersampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnah beliau.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua, Mama dan Papa, serta kepada adik-adik, Dwi dan Anne atas segala kasih sayang, doa, motivasi, semangat, dan semua bantuan moril maupun materil yang tiada henti diberikan. Terimakasih kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih, MScAgr., dan Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi. yang telah memberikan bimbingan, nasehat, saran dan arahannya dari penyusunan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Juniar Atmakusuma, MS., selaku dosen penguji seminar.

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada saudara-saudara penulis di Al-Farisi (Siska, Renti, Mardiana, Nisa, Pipit, Jamal, Akso, Teguh, Joni, Gamal), teman-teman satu angkatan di Ekper, Bisnis, dan Komunikasi, serta SEIP 39 dan 41 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala dukungan, bantuan, persahabatan, motivasi, dan segalanya selama ini. Terimakasih juga penulis sampaikan untuk saudara-saudara di Rangkas (mama Lebak, Teh Iva, A Obi, Wa Ao, Wa Asep), juga kepada pengurus DKM Al-Hurriyyah, Personalia, PSDM, Rohis Fakultas Peternakan, LPQ-AH, teman-teman dan Ibu di Rumah Pendidikan, Tim Al-Hurriyyah 2006 (mba Lya, mba Mimin, Nelly, Desi, Kak Tarwin, Kak Hakim, Didik, Tedi, Singgih), saudara seperjuangan (Ratna, Tessa, Yossy, Yuni, Lina, Fithriya, Okta), Tim Danus (Ariza, Ning, Dynna, Wiwin, Iin, Mastuty, Bram, Zul, Kris), Perusahaan X (Pak Erief dan Ibu Tuti), staf Peternakan (Pak Dodi, Bu Cicih, Pak Kamto, Pak Tibyan, Pak Tris, Pak Nana, Ummi) serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini, Jazakumulloh khoiron katsiro. Terakhir penulis ucapkan terimakasih banyak kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Desember 2008

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Andryani, Y. 2007. Strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja pada usaha peternakan sapi perah (studi kasus di CV. Cisarua Integrated Farming). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anisa, Anis. 2008. Analisis fungsi biaya dan efisiensi usahaternak sapi perah di wilayah kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Blakely, J., dan D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Populasi Sapi Perah Tahun 2003-2007 (Per Provinsi). http://www.ditjennak.go.id. [9 Mei 2008]

__________________________ 2007. Produksi Susu Sapi Segar Tahun 2003-2007 (Per Provinsi). http://www.ditjennak.go.id. [9 Mei 2008]

Effendi, E. S. H. 2002. Analisis kontribusi usaha peternakan sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ilyas, A. Z. dan E. Sudarnika. 2002. Hubungan karakteristik peternak sapi perah dengan sikap dan perilaku aktual dalam pengelolaan limbah peternakan. Laporan penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Marliani, Y. 2008. Analisis kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak anggota KPBSU Lembang Kabupaten Bandung. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Moberg, G. P. dan J.A. Mench dalam Rushen, J., de Passille, A.M. dan Munksgaard,

L. 2000. Dairy Cow’s Fear of People Reduces Milk Yield and Affects Behaviour at Milking.

Mutaqien, F. 2006. Analisis finansial usaha peternakan sapi perah (studi kasus peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pamei, Y.J. 1992. Analisis pendapatan dan fungsi produksi usaha peternakan sapi perah rakyat di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gambar

Gambar  1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar  1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penerimaan

Referensi

Dokumen terkait

I

Berdasarkan variabel kepuasan pelanggan sebagaimana tampak pada tabel diatas menunjukan bahwa dari 100 orang responden yang diteliti ada responden yang memberikan

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah apakah infrastruktur jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi,

Pengaruh pengaktifan zeolit, yaitu dapat memurnikan zeolit dari komponen pengotor, menghilangkan jenis kation logam tertentu dan molekul air yang terdapat dalam rongga,

Pada delay 30 detik dan juga 60 detik, rata-rata selisih waktu tamu terdeteksi yang didapatkan dengan delay 30 detik yaitu 6.05 detik dan delay 60 detik didapatkan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji t menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa depan, disebabkan karena arus kas