• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LEBAR JALUR TANAM DENGAN PERTUMBUHAN

MERANTI MERAH (

Shorea leprosula

Miq.) DALAM SISTEM

SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR

LILLA MUTIA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

LILLA MUTIA. Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur. Dibimbing oleh PRIJANTO PAMOENGKAS.

Kebutuhan kayu untuk industri semakin meningkat, seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Hal tersebut berdampak terhadap semakin meningkatnya kebutuhan kayu. Peningkatan produktivitas diharapkan mampu mengimbangin kebutuhan yang ada tanpa merusak ekosistem hutan alam itu sendiri. Salah satu sistem silvikultur yang sesuai diterapkan di hutan alam yaitu sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dengan jenis tanaman yang ditanam yaitu meranti merah (Shorea leprosula Miq). Salah satu upaya untuk meningkatkan produktifitas yang ada adalah dengan mengetahui lebar jalur tanam yang sesuai agar S. leprosula tersebut dapat tumbuh secara optimum. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ada hubungan antara lebar jalur tanam dengan peningkatan diameter dan tinggi tanaman. Lebar jalur tanam yang optimum untuk pertumbuhan S. leprosula adalah pada lebar jalur 6 m.

Kata kunci: lebar jalur tanam, produktivitas, Shorea leprosula, TPTJ

ABSTRACT

LILLA MUTIA. Correlation Between the Width of Planting Line Toward the Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) in Silvicultural System of Selective Cutting and Line Planting . Supervised by PRIJANTO PAMOENGKAS.

The demand of timber for industry is increasing, along with the increasing rate of population growth. It brings an impact toward the timber demand. Increased productivity is expected able to balancing the needs without caused a damage to the forest ecosystem it self. One of the silvicultural system which suitable to be implemented in natural forest is Selective Cutting Line Planting (TPTJ) which planted with S. leprosula species. One of the effort to increase productivity is by determining the land-width which suitable with the S. leprosula species, so that it can grows optimally. The result shows that there is a correlation between the width of planting line toward the growth of diameter and height. The optimum width for the S. leprosula planting line is 6 meters.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

HUBUNGAN LEBAR JALUR TANAM DENGAN PERTUMBUHAN

MERANTI MERAH (

Shorea leprosula

Miq.) DALAM SISTEM

SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR

LILLA MUTIA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

Nama : Lilla Mutia NIM : E44090033

Disetujui oleh

Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScFTrop Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April-Mei 2013 ini adalah Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScFTrop selaku dosen pembimbing. Tak lupa dan tak akan pernah lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Nolo Yudiadi dan Yayuk Wijayanti yang senantiasa menemani dan menerima penulis dalam keadaan susah maupun senang serta tak lupa juga kepada saudara yang ada di rumah. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur yang telah bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian di areal yang dikelolanya serta orang-orang yang telah membantu dalam penelitian di lokasi tersebut yaitu Bang Sofwan, Pak Dadi, Mas Pur, Mas Taufik, Mas Seno, Pak Agus, Mbak Rini, Bang Albi, Bang Idir, Mas Yono, Bang Melek serta seluruh sraf PT. Suka Jaya Makmur. Terima kasih juga tak lupa diucapkan kepada teman se-PS penulis yang telah membantu dalam pengambilan data di lapang maupun pasca lapang yaitu Jamal, Gusti dan Dayat. Terima kasih juga kepada para sahabat penulis yang telah memberikan dukungan agar terus berusaha menyelesaikan skripsi ini yaitu Sylvia, Nizza, Peni, Fitri dan Yuli. Serta tidak lupa ucapan terima kasih untuk teman kontrakan “Midori”, terima kasih atas dukungan dan semangatnya. Terima Kasih juga penulis sampaikan kepada semua keluarga Silvikultur 46 yang sudah menemani hari-hari penulis selama di kampus dengan kegiatan selama diperkuliahan maupun setelah tingkat akhir serta pada umumnya teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB angkatan 46.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, masyarakat, serta PT. Suka Jaya Makmur.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 1

METODE 2

Alat dan Bahan 3

Tahap Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Pertumbuhan S. leprosula 6

Kurva Pertumbuhan S. leprosula 7

Distribusi Kelas Diameter S. leprosula 8

Korelasi Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan S. leprosula 8

Uji Normalitas Data Pertumbuhan S. leprosula 10

Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan S. leprosula 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(11)

DAFTAR TABEL

1 Keadaan lokasi penelitian 2

2 Pertumbuhan S. leprosula 6

3 Nilai patokan dari koefisien korelasi 10

4 Uji normalitas S. leprosula pada setiap lebar jalur tanam 11 5 Hubungan lebar jalur tanam dengan pertumbuhan S. leprosula 11

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram kegiatan penelitian 2

2 Desain jalur pengamatan (17 m jalur antara, 3 m jalur tanam dan jalur pengamatan, 2.5 m jarak tanam, pohon meranti merah pada jalur

tanam) 3

3 Kurva pertumbuhan S. leprosula: (a) diemeter; (b) tinggi 8 4 Distribusi kelas diameter S. leprosula pada plot: (a) TPTJ 2006; (b)

TPTJ 2007; (c) TPTJ 2008; (d) TPTJ 2009; (e) TPTJ 2010; (f) TPTJ

2011; (g) TPTJ 2012 9

5 Kurva uji normalitas S. leprosula pada lebar jalur tanam: (a) 3 m; (b)

5 m; (c) 6 m; (d) 10 m 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian 15

2 Hasil uji korelasi lebar jalur tanam dengan diameter dan tinggi S.

leprosula 16

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan kayu untuk industri semakin meningkat, seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Hal tersebut berdampak terhadap semakin meningkatnya kebutuhan kayu untuk pertukangan maupun untuk bahan baku industri lainnya. Namun sebaliknya, kemampuan hutan alam sebagai penyedia kayu semakin lama semakin menurun (Khaerudin 1993).

Salah satu upaya mengimbangi peningkatan permintaan akan kayu maka yang harus dilakukan adalah upaya peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas ini diharapkan mampu mengimbangi kebutuhan yang ada tanpa merusak ekosistem hutan alam itu sendiri, salah satu caranya dengan pengelolaan hutan secara lestari. Sementara itu untuk pengelolaan hutan produksi yang lestasi perlu adanya keseimbangan pengelolaan dalam hal ekonomi, ekologi dan sosial. Faktor ekologi yang berperan dalam pengelolaaan hutan yaitu perlu adanya pengetahuan tentang tehnik silvikultur serta pengetahuan tentang sistem silvikultur yang sesuai pada wilayah tersebut. Pengetahuan tentang sistem silvikultur yang sesuai ini nantinya yang akan menentukan jenis pohon yang sesuai, teknik pengelolaan (penanaman, pemeliharaan serta pemanenan) serta perlindungan hutannya.

Salah satu sistem silvikultur yang sesuai diterapkan di hutan alam yaitu sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ). Tanaman yang biasa ditanam pada sistem ini yaitu jenis meranti merah (Shorea leprosula Miq.) karena tanaman ini dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, termasuk dalam kelompok jenis cepat tumbuh. Meranti merah tergolong cepat pertumbuhannya (Joker 2002). Oleh karena itu perlu adanya upaya pengelolaan yang baik dan intensif sehingga produktivitasnya meningkat serta dapat memenuhi kebutuhan kayu yang ada. Upaya untuk meningkatkan produktivitas, maka perlu adanya penelitian tentang hubungan pertumbuhan dengan lebar jalur tanam yang ada sehingga dapat diketahui pada lebar jalur tanam berapa S. leprosula ini dapat tumbuh secara optimal.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lebar jalur tanam yang optimal bagi pertumbuhan S. leprosula di Areal IUPHHK-HA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam) PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat.

Manfaat

(13)

2

METODE

Penelitian dilakukan di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat mulai dari bulan Maret sampai dengan April 2013. Areal hutan yang digunakan untuk penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) dari berbagai lebar jalur tanam yang berbeda dan untuk memudahkan dalam pengamatan maka satuan plot mempunyai kelerengan yang homogen serta sudah dilakukan pemeliharaan sebelumnya. Pengambilan data pada setiap plot menggunakan metode purposive sampling yang berukuran 100 x 100 m atau 1 ha. Lokasi penelitian terdiri dari 7 plot, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Keadaan lokasi penelitian Plot Lebar jalur tanam

(m)

Jenis tanaman Umur (tahun)

TPTJ 2006 10 S. leprosula 7

Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, serta analisis data. Diagram alir kegiatan penelitian sepeti pada Gambar 1.

(14)

3

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian berupa kaliper, pita meter, galah, walking stick, GPS, kamera digital, alat tulis, tally sheet. Bahan penelitian berupa tanaman S. leprosula di sepanjang jalur tanam pada berbagai plot yang berada di setiap tahun tanam yang berbeda pada sistem silvikultur TPTJ

.

Tahap Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan pada beberapa tahap. Tahap penelitian yang dilakukan berupa persiapan penelitian, pengambilan data pertumbuhan pohon yaitu tinggi dan diameter pohon di lapangan serta analisis data.

Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan merupakan tahap yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan penelitain di lapangan. Tahap persiapan yang dilakukan berupa studi pustaka tentang kerangka penelitian termasuk informasi tentang daerah penelitian serta persiapan alat yang untuk pengambilan data di lapangan.

Tahap Pengambilan Data Pertumbuhan Tanaman S. leprosula

Pengambilan data pertumbuhan berupa pengambilan data diameter dan tinggi pohon ada setiap plot pengamatan. Desain jalur pengamatan di lapangan ditujukan pada Gambar 2.

(15)

4

Pengukuran tinggi S. leprosula menggunakan alat walking stick dan galah. Pengukuran diameter menggunakan pita meter untuk tanaman kecil yang diukur pada ketinggian 10 cm di atas permukaan tanah dan tanaman yang sudah besar yang diukur pada ketinggian 1.3 m pada permukaan tanah.

Tahap Analisis Data

Analisis data yang digunakan berdasarkan hasil pengukuran pertumbuhan dilapangan berupa perhitungan riap rata-rata tahunan (MAI) diameter dan tinggi pohon, distribusi kelas diameter, uji korelasi, uji normalitas data, dan analisis ANOVA.

Riap rata-rata tahunan (MAI) diameter pohon

Perhitungan riap rata-rata tahunan diameter ini didasarkan pada rumus riap tahunan rata-rata (Mean Annual Increment atau MAI).

� �

=

��

Keterangan :

�� � = riap diameter rata-rata pada tahun ke-i (cm/tahun)

� � = diameter rata-rata pada tahun tanam ke-i (cm)

�� = umur tanaman pada tahun tanam ke-i (tahun) Riap rata-rata tahunan (MAI) tinggi pohon

Perhitungan riap rata-rata tahunan tinggi ini didasarkan pada rumus riap tahunan rata-rata (Mean Annual Increment atau MAI).

ℎ �

=

��

Keterangan :

ℎ � = riap tinggi rata-rata pada tahun ke-i (m/tahun) ℎ � = tinggi rata-rata pada tahun tanam ke-i (m)

�� = umur tanaman pada tahun tanam ke-i (tahun) Distribusi Kelas Diameter

Analisis distribusi pertumbuhan menggunakan Ms. Excel 2007 yaitu dengan mengurutkan data dari yang terkecil ke yang paling terbesar; menentukan range (r) dengan mengurangi data terbesar dengan data terkecil; menentukan jumlah kelas (k) dengan rumus Sturges (k) = 1 + 3.3 log n, k ε bulat; menentukan kelas interval (i) yaitu range (r) dibagi dengan jumlah kelas (k); menentukan kelas, data terkecil harus masuk dalam kelas pertama sedangkan data terbesar masuk pada kelas terakhir; serta menghitung frekuensi dengan menjumlahkan data yang terdapat pada masing-masing kelas.

Uji Korelasi

(16)

5

Uji Normalitas S. leprosula

Analisis uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16. Pengelompokan distribusi pertumbuhan dilakukan pada masing-masing lebar jalur tanam dan dilanjutkan dengan uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov untuk melihat apakah data yang diambil memiliki sebaran normal atau tidak dengan taraf uji 0.05. Sebaran normal apabila nilai Kolmogorov-Smirnov (KS) hitung lebih besar dari nilai Kolmogorov-Kolmogorov-Smirnov (KS) tabel dan tidak memiliki sebaran normal apabila nilai Kolmogorov-Smirnov (KS) hitung kurang dari nilai Kolmogorov-Smirnov (KS) tabel.

Analisis ANOVA

Analisis ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan software SPSS 16 untuk membandingkan rata-rata dari diameter dan tinggi pada tiap-tiap plot. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf nyata 0.05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan No. 106/KPTS-II/2000 tanggal 29 Desember 2000, PT Suka Jaya Makmur diberi kepercayaan untuk mengusahakan areal hutan seluas 171.340 ha yang terletak di Kelompok Hutan S. Pesaguan-S. Tayap-S. Biya Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan SK IUPHHK No. 106/KTSP-II/200 luas Hutan Produksi Terbatas seluas 158.340 ha dan Hutan Produksi tetap seluas 13.000 ha (Lampiran 1). Secara geografis, areal IUPHHK merupakan areal kompak yang terletak di antara 110˚20’ BT-111˚20’ BT dan 01˚20’ LS-01˚55’ LS. Berdasarkan Peta Geografi Provinsi Kalimantan Barat, diketahui bahwa batuan yang terdapat pada areal unit hutan produksi PT. Suka Jaya Makmur adalah Basal Bunga, batuan gunung api Kerabai, Granit Laur, Granit Sangiyang dan Granit Sukadana. Sesuai dengan Peta Tanah Provinsi Kalimantan Barat, jenis tanah yang terdapat pada areal pengusahaan hutan hampir seluruhnya terdiri atas tanah podsolik merah kuning.

(17)

6

Pertumbuhan S. leprosula

Menurut Gardner et al. (2008), pertumbuhan dalam arti sempit adalah pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat balik. Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, secara luas dapat dibagi menjadi 2 yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik). Faktor eksternal meliputi iklim (cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas), edafis/tanah (tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, pH, kejenuhan basah dan ketersediaan nutrien), dan biologi (gulma, serangga, organisme penyebab penyakit nematoda, herbivora dan mikro-organisme). Faktor internal meliputi ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis; laju fotosintetik; respirasi; pembagian hasil asimilasi dan N; pengaruh langsung gen dan diferensiasi. Hasil pengamatan pertumbuhan S. leprosula dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pertumbuhan S. leprosula

Plot

Umur (tahun)

Rata-rata Riap tahunan rata-rata (MAI)

Tabel 2 menunjukkan rata-rata pertumbuhan dan riap S. leprosula per tahun tanam. Rata-rata diameter dan tinggi per tahun tanam didapatkan meningkat secara fluktuatif dengan rata-rata diemeter dan tinggi terbesar pada plot TPTJ 2006 dengan umur 7 tahun sebesar 11.63 cm dan 9.40 m serta yang terkecil pada plot TPTJ 2012 dengan umur 1 tahun sebesar 1.02 cm dan 1.48 m. Hasil yang didapat lebih kecil dari pada hasil yang diperoleh Wahyudi dan Panjaitan (2011) yang menyatakan bahwa pada umur 1 tahun rata-rata diameter dan tinggi yang didapat berturut-turut sebesar 1.05 cm dan 1.50 m. Rata-rata diameter dan tinggi pada umur 16 tahun sebesar 21.22 cm dan 13.1 m.

(18)

7

tahun sebesar 1.36 cm/tahun. Hasil penelitian Adman (2011) untuk riap diameter dan tinggi jenis S. leprosula lebih tinggi dibandingkan dengan Shorea spp. lainnya, besarnya masing-masing yaitu 1.6 cm/tahun dan 1.47 m/tahun di PT.SBK serta 0.8 cm/tahun dan 0.88 m/tahun di PT. IKANI. Sementara untuk hasil penelitian Suryana dan Abdurachman (2009) untuk jenis S. parvifolia Dyeer umur 13 tahun pada areal bekas tebangan, riap rata-rata diameter dan tinggi sebesar 1.22 cm/tahun dan 1.24 m/tahun. Hasil penelitian Suryana dan Abdurachman (2011) untuk jenis S. leprosula Miq umur 13 tahun pada areal bekas tebangan, riap rata-rata diameter dan tinggi yang didapat lebih tinggi dari pada S. parvifolia Dyer pada penelitian tahun 2009 yaitu sebesar 1.26 cm/tahun dan 1.27 m/tahun. Pada umur 20 tahun S. leprosula, S. parvifolia dan S. platyclados memiliki rata-rata diameter lebih dari 20 cm. Selama periode pengamatan keseluruhan tingkat pertumbuhan riap rata-rata tahunan adalah 0.88 cm/tahun untuk S. leprosula (58 sampel), 0.99 cm/tahun S. parvifolia (88 sampel) dan 1.04 cm/tahun S. patyclados (Appanah dan Weinland 1996).

Perbedaan riap diameter dan tinggi serta rata-rata diameter dan tinggi tanaman ini diduga karena adanya pebedaan umur tanaman, jumlah sampel, pengaruh faktor internal dari tanaman berupa genetik pada setiap tanaman yang berbeda serta faktor eksternal berupa ketersediaan cahaya matahari dan tempat tumbuh. Hal ini didukung dengan temuan di lapangan bahwa ada beberapa areal tempat tumbuh yang tergenang oleh air yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman jadi terganggu sehingga mempengaruhi besarnya rata-rata diameter dan tinggi serta riap diameter dan tinggi yang di dapat. Soekotjo (2009) menyatakan dalam bukunya bahwa tanaman S. leprosula tidak menyukai tempat tumbuh yang tergenang air, tetapi menyukai tempat tumbuh yang berdrainase baik serta pada lahan yang mempunyai kemiringan dari relatif landai sampai curam. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Joker (2002) yang menyatakan bahwa S. leprosula tidak toleran terhadap genangan.

Kurva Pertumbuhan S. leprosula

Menurut Gardner et al. (2008) pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang berbentuk kurva sigmoid. Pola kumpulan sigmoid merupakan ciri semua organisme, organ, jaringan dan bahkan penyusun sel. Apabila massa tumbuhan (berat kering), volume, luas daun tinggi dan penimbunan bahan kimia digambarkan terhadap waktu, suatu garis yang dapat ditarik dari data secara normal akan berbentuk sigmoid. Kurva berbentuk S akan terbentuk karena adanya perbedaan laju pertumbuhan sepanjang daur hidupnya. Kurva pertumbuhan rata-rata diameter dan tinggi tanaman S. leprosula pada umur 1–7 tahun dapat dilihat pada Gambar 3.

(19)

8

menurun serta fase mantap sebagai pematangan fisiologi. Hal yang sama diungkapkan oleh Pamoengkas dan Randana (2013) menyatakan bahwa pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman S. leprosula pada umur 1 tahun sampai umur 6 tahun memiliki pertumbuhan yang cepat.

Gambar 3 Kurva pertumbuhan S. leprosula: (a) diameter; (b) tinggi Distribusi Kelas Diameter S. leprosula

Menurut Daniel et al. (1987) tegakan hutan seumur adalah tegakan yang semua pohonnya ditanam pada tahun yang sama, atau pada waktu bersamaan dan ditandai dengan tajuk yang seragam. Jumlah terbesar pohon berada berada pada kelas diameter yang diwakili oleh rata-rata tegakannya dan pohon-pohon lebih sedikit pada kelas yang di atas atau di bawah rata-ratanya.

Gambar 4 menjelaskan bahwa distribusi kelas diameter yang terbanyak per tahun tanam berada pada rata-rata diameter yang ada yaitu pada plot TPTJ 2006, TPTJ 2007, TPTJ 2008 dan TPTJ 2009. Hal ini sesuai dengan prinsip tegakan hutan seumur yang dicirikan dengan kurva berbentuk lonceng yang berarti bahwa jumlah terbesar berada pada rata-rata diameter sementara untuk kelas diameter terbesar dan terkecil memiliki jumlah pohon yang relatif sedikit. Menurut hasil penelitian Suryana dan Abdurrachman (2011) struktur tegakan S. leprosula umur 13 tahun memiliki bentuk genta atau kurva normal dengan rata-rata diameter terbanyak berada pada rata-rata diameter yang ada.

Plot TPTJ 2010, TPTJ 2011 dan TPTJ 2012 jumlah frekuensi terbanyak tidak berada pada rata-rata diameternya tetapi berada pada kelas yang berada di bawah atau di atas rata-rata. Penyebab hal ini terjadi adalah karena umur tanaman yang relatif muda yaitu antara umur 1–3 tahun yang menyebabkan pertumbuhan belum optimal dan masih memerlukan naungan untuk tumbuh. Jenis semi toleran yang salah satunya adalah S. leprosula, memerlukan naungan untuk tumbuh sampai umur 3–4 tahun atau sampai tanaman mencapai tinggi 1–3 m.

Korelasi Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan S. leprosula

Lebar jalur tanam yang sesuai adalah salah satu cara untuk memanipulasi faktor lingkungan. Pada teorinya semakin besar lebar jalur tanam yang ada maka akan semakin besar juga diameter dan tinggi yang dihasilkan. Salah satu cara untuk

(20)

9

mengetahui hubungan lebar jalur tanam dengan diameter dan lebar jalur tanam dengan tinggi adalah dengan melakukan uji korelasi.

(21)

10

Menurut Hasan (2003), korelasi merupakan istilah yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel. Analisis korelasi adalah cara untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antar variabel. Korelasi yang terjadi antara dua variabel dapat berupa korelasi positif, korelasi negatif, tidak ada korelasi ataupun korelasi sempurna. Sementara itu, koefisien korelasi (KK) merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antar variabel. Nilai patokan untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar variabel tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai patokan dari KK

Nilai Keterangan

KK=0 tidak ada

0˂KK≤0.20 sangat rendah

0.20˂KK≤0.40 rendah

0.40˂KK≤0.70 cukup

0.70˂KK≤0.90 kuat

0.90˂KK˂1.00 sangat kuat

KK=1 sempurna

Berdasarkan analisis korelasi didapatkan bahwa lebar jalur tanam memiliki hubungan yang signifikan terhadap diameter dan tinggi (p-value 0.000 < 0.01). Koefisien korelasi yang didapat antara lebar jalur tanam dengan diameter sebesar 0.53 yang berarti bahwa apabila ada peningkatan atau penurunan lebar jalur tanam maka akan ada juga peningkatan atau penurunan diameter dengan keeratan hubungan adalah cukup erat. Sementara itu untuk koefisien korelasi antara lebar jalur tanam dengan tinggi sebesar 0.37 yang berarti bahwa apabila ada peningkatan atau penurunan lebar jalur tanam maka akan ada juga peningkatan atau penurunan tinggi dengan keeratan hubungan adalah rendah (Lampiran 2). Perbedaan keeratan hubungan antara lebar jalur tanam dengan diameter dan tinggi diduga disebabkan oleh tempat tumbuh. Tetapi secara kesuluruhan antara lebar jalur tanam dengan diameter dan tinggi memiliki hubungan yang signifikan. Seperti yang dikemukakan oleh Adjers et al. (1995) yang menyatakan bahwa kemampuan bertahan hidup S. leprosula tidak dipengaruhi oleh lebar jalur tanam tetapi untuk tinggi dan diameter dipengaruhi oleh lebar jalur tanam.

Uji Normalitas Data Pertumbuhan S. leprosula

Menurut Usman dan Akbar (2006), uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah data kontinu berdistribusi normal sehingga analisis dengan validitas, reliabilitas, uji t, korelasi dan regresi dapat dilaksanakan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan statistik uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikan yaitu 0.05 dengan pasangan hipotesis.

H0 = distribusi diameter empiris (hasil pengukuran) = distribusi teoritik (normal)

(22)

11

Kaidah keputusan disusun.

Jika signifikan (p ≤ 0.05), maka tolak H0

Jika tidak signifikan (p ≥ 0,05), maka terima H0

Tabel 4 Uji normalitas S. leprosula pada setiap lebar jalur tanam

Lebar jalur tanam (m) p (K-S) Hasil uji

p (K-S) = nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov.

Berdasarkan hasil uji normalitas pada setiap lebar jalur tanam yang ada didapatkan bahwa pada setiap lebar jalur tanam memiliki sebaran diameter dan tinggi yang normal dimana setiap p (K-S) diameter dan tinggi ≥ 0.05 (Lampiran 3). Hasil yang didapat dari uji normalitas ini nantinya akan digunakan untuk uji lanjutan yang pada penelitian ini uji lanjutannya berupa uji ANOVA. Penyajian kurva hasil uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 5.

Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan S. leprosula

Menurut Soekotjo (2009) teknik silvikultur merupakan pengendalian struktur yang memberikan peluang bagi spesies target untuk lebih berkembang karena lingkungan baru yang diciptakan disesuaikan dengan persyaratan spesies target, dalam hal ini adalah S. leprosula sebagai spesies target tersebut. Oleh karena itu penentuan lebar jalur tanam yang sesuai diperlukan agar proses pertumbuhan S. leprosula dapat tumbuh secara optimal.

Analisis yang digunakan adalah ANOVA (Analysis of Variance). Tujuan dari analisis ini adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata sedangkan gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi (Riduwan 2001). Uji analisis ANOVA pertumbuhan S. leprosula dengan lebar jalur tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hubungan lebar jalur tanam dengan pertumbuhan S. leprosula Plot Lebar jalur tanam (m) Riap rata-rata tahunan (MAI)

Diameter (cm/tahun) Tinggi (m/tahun)

TPTJ 2007 3 1.06d 1.22d

TPTJ 2009 5 1.38c 1.50b

TPTJ 2008 6 2.13a 1.85a

TPTJ 2006 10 1.66b 1.34c

(23)

12

Gambar 5 Kurva uji normalitas S. leprosula pada lebar jalur tanam: (a) 3 m; (b) 5 m; (c) 6 m; (d) 10 m

Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan bahwa lebar jalur tanam berpengaruh nyata terhadap riap diameter dan tinggi S. leprosula pada taraf uji 0.05. Rata-rata riap diameter dan tinggi yang terbaik berada pada lebar jalur tanam

(a)

(c)

(24)

13

6 m (TPTJ 2008) yaitu sebesar 2.13 cm/tahun dan 1.85 m/tahun. Rata-rata riap diameter dan tinggi yang terjelek berada pada lebar jalur tanam 3 m (TPTJ 2007) yaitu sebesar 1.06 cm/tahun dan 1.22 m/tahun (Lampiran 4 dan 5). Penyebab lebar jalur tanam 6 m pertumbuhannya lebih optimal dari lebar jalur tanam lainnya diduga karena pada lebar jalur tanam 6 m ini S. leprosula mendapatkan asupan air, nutrisi, cahaya serta ruang tumbuh yang optimal dibandingkan dengan lebar jalur tanam yang lain. Hasil yang didapat ini sama dengan hasil penelitian Pamoengkas (2006) yang menyatakan bahwa riap diameter S. leprosula pada lebar jalur tanam 6 m mengalami peningkatan yang cukup besar dari pada lebar jalur tanam 10 m yang tidak menunjukkan adanya peningkatan diameter. Oleh karena itu pendapat yang menyebutkan bahwa semakin lebar jalur tanam maka kondisi cahaya akan baik nampaknya tidak berlaku untuk jenis Dipterocarpaceae yang memiliki persyaratan cahaya bervariasi pada setiap jenisnya. Hal ini mempertegas bahwa untuk jenis S. leprosula yang ditanam pada sistim silvikultur TPTJ lebar jalur tanam yang sesuai untuk meghasilkan hasil yang optimal adalah pada lebar jalur tanam 6 m. Apabila lebar jalur tanam lebih dari 6 m maka tidak akan menunjukkan peningkatan pertumbuhan, sementara jika lebar jalur tanam kurang dari 6 m maka pertumbuhan S. leprosula akan terganggu karena terjadi persaingan memperoleh air, nutrisi, cahaya matahari serta ruang tumbuh.

Hal yang berbeda dikemukakan oleh Pamoengkas dan Randana (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan S. leprosula terbaik terdapat pada lebar jalur tanam 5 m (TPTJ 2009) dengan rata-rata riap diameter dan tinggi sebesar 1.63 cm/tahun dan 1.91 m/tahun, sedangkan pertumbuhan terendah terdapat pada lebar jalur tanam 6 m (TPTJ 2007) dengan rata-rata riap diameter dan tinggi sebesar 0.99 cm/tahun dan 1.13 m/tahun. Perbedaan antara hasil penelitian ini dengan Pamoengkas dan Randana (2013) disebabkan perbedaan umur tanaman pada lebar jalur tanam yang sama, sehingga mempengaruhi hasil uji yang didapatkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perubahan lebar jalur tanam menyebabkan perubahan diameter dan tinggi tanaman S. leprosula. Lebar jalur tanam yang optimal bagi pertumbuhan S. leprosula adalah pada lebar jalur tanam 6 m.

Saran

Perlu adanya pemeliharaan pada setiap areal TPTJ yang ada dengan pelebaran jalur tanam maksimal 6 m serta pembersihan areal TPTJ yang pada jalur tanamnya terdapat pohon tumbang. Penggunaan bibit unggul perlu segera dimulai dalam kegiatan penanaman.

DAFTAR PUSTAKA

(25)

14

direction and maintenance method of planting line on selected shorea species. Forest Ecology and Management 73:259-270.

Adman B. 2011. Pertumbuhan tiga kelas mutu bibit meranti merah pada tiga IUPHHK di Kalimantan. Dipterokarpa 5(2):47-59.

Appanah S, Weinland G. 1996. Experience with planting dipterocarps in Peninsular Malaysia. Di dalam: Schulte A, Schöne D, editor. Dipterocarp Forest Ecosystems, Towards Sustainable Management. Singapore: World Scientific. hlm 411-445.

Daniel TW, Helms JA, Baker F. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Marsono D, penerjemah; Oemi HS, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr. terjemahan dari: Principles of Silviculture.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants. Hasan I. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara. Joker D. 2002. Informasi Singkat Benih: Shorea leprosula Miq. Jakarta (ID):

Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Khaerudin. 1993. Pembibitan Tanaman HTI. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Pamoengkas P. 2006. Kajian aspek vegetasi dan kualitas tanah sistem silvikultur

tebang pilih tanam jalur (studi kasus di areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pamoengkas P, Randana F. 2013. Respon pertumbuhan meranti merah terhadap lebar jalur tanam dan intensitas cahaya matahari dalam sistem silvikultur TPTJ. Silvikultur Tropika 4(1):51-56.

Riduwan. 2011. Dasar-Dasar Statistika. Bandung (ID): Alfabeta.

Soekotjo. 2009. Teknik Silvikultur Intensif (SILIN). Yogyakarta (ID): UGM Pr. Suryana A, Abdurrachman. 2009. Kondisi tegakan meranti merah (S. parvifolia

Dyer) umur 13 tahun pada hutan bekas terbakar di Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dipterokarpa 3(1):35-41.

. 2009. Kondisi tegakan meranti merah (S. leprosula) umur 13 tahun pada hutan bekas terbakar di Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dipterokarpa 5(1):47-57.

Usman H, Akbar PS. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara Wahyudi, Panjaitan S. 2011. Model pertumbuhan dan hasil tanaman S. leprosula

(26)

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian

(27)

16

Lampiran 2 Hasil uji korelasi lebar jalur tanam dengan diameter dan tinggi S. leprosula

Lampiran 3 Hasil uji normalitas pada setiap lebar jalur tanam 3.1 Lebar jalur tanam 3 m

Diameter Tinggi

N 110 110

Normal parametersa Mean 6.3711 7.3045

Std. deviation 2.21262 2.02282

Most extreme differences Absolute .059 .065

Positive .059 .065

Negative -.040 -.046

Kolmogorov-Smirnov Z .619 .687

Asymp. sig. (2-tailed) .838 .733

3.2 Lebar jalur tanam 5 m

Lebar Diameter Tinggi

Lebar Pearson correlation 1 .531** .374**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 477 477 477

Diameter Pearson correlation .531** 1 .967**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 477 477 477

Tinggi Pearson correlation .374** .967** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 477 477 477

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Diameter Tinggi

N 98 98

Normal parametersa Mean 5.5033 5.9858

Std. deviation 1.96370 1.57899

Most extreme differences Absolute .059 .066

Positive .059 .066

Negative -.050 -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .588 .656

(28)

17

3.3 Lebar jalur tanam 6 m

Diameter Tinggi

N 161 161

Normal parametersa Mean 10.6619 9.2348

Std. deviation 2.63174 1.65840

Most extreme differences Absolute .029 .077

Positive .022 .067

Negative -.029 -.077

Kolmogorov-Smirnov Z .369 .980

Asymp. sig. (2-tailed) .999 .292

3.4 Lebar jalur tanam 10 m

Diameter Tinggi

N 108 108

Normal parametersa Mean 11.8041 9.4815

Std. deviation 4.46676 2.80141

Most extreme differences Absolute .122 .057

Positive .091 .057

Negative -.122 -.039

Kolmogorov-Smirnov Z 1.263 .590

Asymp. sig. (2-tailed) .082 .877

Lampiran 4 Hasil analisis ANOVA antara lebar jalur tanam dengan diameter

(29)

18

Lampiran 5 Hasil analisis ANOVA antara lebar jalur tanam dengan tinggi

(30)

19

Duncan

Lebar N Subset for alpha = 0.05 Duncan

1 2 3 4 Grouping

3.00 110 1.2174 d

10.00 108 1.3545 c

5.00 98 1.4965 b

6.00 161 1.847

0

a

(31)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, 22 Juli 1991 dari pasangan Nolo Yudiadi dan Yayuk Wijayanti. Penulis adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 01 Gondanglegi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Gambar

Tabel 1  Keadaan lokasi penelitian
Gambar 2  Desain jalur pengamatan (17 m = jalur antara, 3 m = jalur tanam dan  jalur pengamatan, 2.5 = m jarak tanam,   = pohon meranti merah pada jalur tanam)
Tabel 2  Pertumbuhan S. leprosula
Gambar 3 Kurva pertumbuhan S. leprosula:  (a) diameter; (b) tinggi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Introduksi pada karya musik Nunca Andes Solo terdapat pada birama 1, kalimat ini diawali dengan harmonisasi mezzo forte pada instrument Violin1, violin2, viola

Perencanaan sistem pengelolaan sampah di Kecamatan Semarang Tengah dengan menggunakan paradigma baru yaitu dengan 3R di sumber timbulan dan pemilahan sampah di

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh pembiayaan musyarakah secara parsial terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa

Lebih lanjut, ada tiga fungsi pemerintahan yang hakiki yaitu pelayanan ( service ), pemberdayaan ( empowerment ) dan pembangunan ( development ). Keberhasilan seseorang

Hasil jerami kedua varietas tersebut nyata lebih tinggi pada perlakuan tanpa olah tanah dengan pemberian bahan organik, baik berupa jerami segar maupun pupuk kandang.

Menurut Kurniawan (2010:4) “PHP merupakan script untuk pemrograman webserver-side, script yang membuat dokumen HTML, secara on the fly, dokumen HTML yang dihasilkan

Sesuai dengan penelitian Esen dan Gundogdu (2010) pada remaja menunjukan, tingginya tingkat peer pressure dan rendahnya dukungan dari orang tua atau guru memiliki

Pindad (Persero) dalam menyelesaikan permasalahan keseimbangan lintasan pada perakitan towing winch, perlu adanya penyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada