• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Vegetatif Dan Generatif Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Kristal Asal Sambungan Dengan Perlakuan Pupuk Daun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Vegetatif Dan Generatif Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Kristal Asal Sambungan Dengan Perlakuan Pupuk Daun"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KIKI ANDRIYANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN

JAMBU BIJI (

Psidium guajava

L.) KRISTAL ASAL SAMBUNGAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) Kristal Asal Sambungan dengan Perlakuan Pupuk Daun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Kiki Andriyani

(4)

ABSTRAK

KIKI ANDRIYANI. Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) Kristal Asal Sambungan dengan Perlakuan Pupuk Daun. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman jambu biji (Psidium guajava

L.) kristal. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada bulan Februari-Juni 2015 dengan menggunakan tanaman muda berumur ±1 tahun dan telah berproduksi. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu konsentrasi pupuk daun yang terdiri dari empat perlakuan yakni konsentrasi 1 g l-1, 2 g l-1, 3 g l-1, dan tanpa perlakuan (kontrol). Hasil percobaan menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk daun berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun dan jumlah bunga mekar, dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuncup bunga dan jumlah buah. Perlakuan pupuk daun dengan konsentrasi 1 g l-1 memperlihatkan pertumbuhan vegetatif tanaman jambu biji kristal yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 2 g l-1, 3g l-1, dan kontrol. Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi 2 g l-1 dan 3 g l-1 memperlihatkan pertumbuhan generatif tanaman jambu biji kristal yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 1 g l-1 dan kontrol.

Kata kunci : konsentrasi, pemupukan, pertumbuhan tanaman, Psidium guajava L.

ABSTRACT

KIKI ANDRIYANI. Vegetative and Generative Growth of ‘Kristal’ Guava (Psidium guajava L.) Originated from Grafting with Foliar Fertilizer Treatment. Supervised by SLAMET SUSANTO.

This study was aimed to analyze the concentration effect of foliar fertilizer on the vegetative and generative growth of ‘Kristal’ guava (Psidium guajava L.). The experiment was conducted at Cikabayan Experimental Field, IPB Dramaga, Bogor District, and Agronomy and Horticulture Postharvest Laboratory of IPB, from February to June 2015 by using the 1-year-old bearing trees. The method of this research using Completely Randomized Design with single factor that was the concentration of foliar fertilizer that consisted of four application: 1 g l-1, 2 g l-1, 3 g l-1, and no application (as control). The result indicated that the concentration of foliar fertilizer gave a significant difference on the number of leaf and flowers opened, and gave a very significant different on the number of flower buds and fruits. The kind of application of foliar fertilizer with 1 g l-1 concentration showed that the vegetative growth of ‘Kristal’ guava was better compared to concentration of 2 g l-1, 3 g l-1, and control. The application of foliar fertilizer with concentration of 2 g l-1and 3 g l-1showed better on the generative growth of ‘Kristal’ guava than the concentration of 1 g l-1 and control.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

KIKI ANDRIYANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN

JAMBU BIJI (

Psidium guajava

L.) KRISTAL ASAL SAMBUNGAN

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, kemudahan, rahmat, dan hidayah sehingga karya ilmiah yang berjudul “Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) Kristal Asal Sambungan dengan Perlakuan Pupuk Daun” dapat diselesaikan dengan baik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan nasihat selama penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan nasihatnya. Terima kasih kepada Dr Ir Supijatno, MSi dan Anggi Nindita, SP, MSi selaku dosen penguji atas segala saran dan arahannya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga, Bapak Ramelan, Ibu Mardiyah, kakak Wikaniati, SE, kakak Nofiasari, SE, dan adik Dimas Hasyim Khotibul Umam atas doa, dukungan, dan nasihatnya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Akmal Fajar Firdaus, serta teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 48 atas segala doa, bantuan, dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Jambu Biji (Psidium guajava L.) 2

Syarat Tumbuh Jambu Biji (Psidium guajava L.) 3

Perbanyakan Vegetatif Sambungan (Grafting) 3

Pupuk dan Pemupukan 4

Pupuk Daun 4

Unsur Hara N, P, dan K 5

METODE PENELITIAN 6

Tempat dan Waktu 6

Bahan dan Alat 6

Metode Percobaan 7

Prosedur Percobaan 7

Pengamatan 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum 10

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jambu Kristal 12

Pertumbuhan Generatif Tanaman Jambu Kristal 16

Kualitas Buah Jambu Kristal 20

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 24

RIWAYAT HIDUP 25

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kebutuhan pupuk urea, SP-36, dan KCl yang digunakan

2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif pada 16 MSP dan kualitas buah 3 Pengaruh pupuk daun terhadap kandungan klorofil dan unsur N total

daun tanaman jambu kristal

4 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap kualitas buah jambu kristal

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan panjang cabang tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

2 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap panjang cabang tanaman jambu kristal

3 Pertumbuhan diameter cabang tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

4 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap diameter cabang tanaman jambu kristal

5 Pertumbuhan jumlah daun tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

6 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap jumlah daun tanaman jambu kristal

7 Pertumbuhan luas daun tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

8 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap luas daun tanaman jambu kristal

9 Pertumbuhan jumlah kuncup bunga tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

10 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap jumlah kuncup bunga tanaman jambu kristal

11 Pertumbuhan jumlah bunga mekar tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

12 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap jumlah bunga mekar tanaman jambu kristal

13 Pertumbuhan jumlah buah tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

14 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap jumlah buah tanaman jambu kristal

15 Pertumbuhan diameter buah tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah yang berasal dari benua Amerika Tengah, sekitar Meksiko dan Peru. Tanaman jambu biji kemudian menyebar ke negara-negara di Asia terutama di daerah tropik, termasuk di Indonesia (Ashari 1995). Produksi buah jambu biji di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 181 644 ton, dengan produsen terbesar adalah provinsi Jawa Barat yaitu 47 764 ton (BPS 2013). Apabila dibandingkan dengan produksi buah-buahan lainnya, produksi jambu biji nasional masih tergolong rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi. Peningkatan produksi suatu tanaman dapat dilakukan melalui pemilihan bibit unggul dan pemupukan.

Bibit tanaman jambu biji dapat diperoleh melalui perbanyakan secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan secara generatif adalah perbanyakan yang dilakukan melalui biji (Jumin 2005). Perbanyakan tanaman melalui biji ini hanya dapat mempertahankan sifat-sifat dari induknya sekitar 70% (Soetopo 1997). Kelebihan dari perbanyakan generatif yaitu dihasilkan tanaman dengan sistem perakaran yang kuat, masa produktif lebih lama, dan lebih mudah diperbanyak, sedangkan kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pertumbuhan tanaman baru dan sifat tanaman yang dihasilkan berbeda dengan sifat tanaman induknya, sehingga tidak cocok untuk perbanyakan yang membutuhkan keseragaman (Jumin 2005). Perbanyakan vegetatif merupakan tipe pembiakan tanaman secara aseksual yang memanfaatkan bagian-bagian dari tanaman induk. Kelebihan dari perbanyakan ini yaitu diperoleh tanaman yang identik atau memiliki sifat yang sama dengan tanaman induknya dan memiliki waktu pertumbuhan yang lebih cepat, namun dalam perbanyakannya harus memiliki keahlian (Hartmann et al. 1990).

(12)

2

Pemupukan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman (Purnama 2006). Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk akar maupun pupuk daun. Pupuk akar adalah segala macam pupuk yang diberikan ke tanaman melalui akar, sedangkan pupuk daun merupakan jenis pupuk yang diaplikasikan melalui daun dengan cara penyemprotan pada mahkota tanaman (Sutedjo 1987). Keunggulan dari pupuk daun yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pupuk melalui akar, sehingga tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak mengalami kerusakan akibat pemupukan (Lingga dan Marsono 2007). Kelebihan dari aplikasi pupuk daun tersebut menjadi dasar dilakukannya penelitian ini dengan harapan mampu meningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji. Agar diperoleh hasil yang baik, maka perlu diketahui konsentrasi pupuk daun yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman jambu biji.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh aplikasi pupuk daun dengan berbagai macam konsentrasi terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman jambu biji kristal asal sambungan (grafting).

Hipotesis

Aplikasi pupuk daun dengan konsentrasi tertentu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman jambu biji kristal.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Jambu biji (Psidium guajava L.) termasuk dalam famili Myrtaceae dengan genus Psidium (Singh 2011). Bentuk tanamannya berupa semak atau perdu yang memiliki kanopi pendek, percabangan dekat dengan tanah, dan sering tumbuh tunas liar di dekat pangkal batang. Kayunya keras dan memiliki kulit kayu bertekstur halus serta mengelupas apabila sudah tua. Tunasnya berbentuk segi empat, dengan dua daun setiap ruas. Duduk daun berlawanan, dan ukuran daun antara 5-15 cm x 3-7 cm. Bunganya berkelompok dengan jumlah bunga 2-13 setiap kelompoknya. Mahkota bunga berwarna putih cerah sebanyak 4-5 buah dengan kepala sari yang sangat banyak dan muncul pada ketiak daun. Buah jambu biji yang telah matang berwarna hijau pucat atau kuning cerah (Ashari 1995). Buahnya memiliki kandungan vitamin dan mineral yang tinggi. Setiap 100 g buah jambu biji mengandung 8.92 g gula, 228.3 mg vitamin C, 624 IU vitamin A, 0.73 mg vitamin E, 2.6 μg vitamin K, 417 mg potassium, 40 mg fosfor, 22 mg magnesium, dan 18 mg kalsium (Singh 2011).

(13)

3 tumbuhnya tunas lateral. Apabila daun jambu biji dirompes dan dirundukkan maka tunas lateral yang tumbuh akan terus berbunga. Perompesan dan pemangkasan dapat digunakan untuk mengatur tajuk tanaman agar lebih produktif (Ashari 1995).

Syarat Tumbuh Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Syarat tumbuh tanaman selalu berkaitan dengan keadaan lingkungan, yaitu kondisi iklim dan keadaan tanah. Ashari (1995) menjelaskan bahwa tanaman jambu biji pada daerah tropik dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1 500 m di atas permukaan laut, sedangkan ketinggian ideal untuk pertumbuhan dan produksi adalah 3-500 m di atas permukaan laut (Cahyono 2010). Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 oC, namun hasil terbaik diperoleh pada suhu 23-28 oC (Ashari 1995). Curah hujan optimum bagi pertumbuhan tanaman jambu biji berkisar antara 1 000-2 000 mm tahun-1 (Paull dan Duarte 2012) dengan kelembaban udara 30-50% (Balitbu 2014).

Jambu biji memiliki adaptasi yang luas terhadap jenis tanah, tetapi untuk pertumbuhan yang baik jambu biji menghendaki tanah dengan tekstur liat berpasir, berstruktur gembur, mudah merembaskan air, solum tanah dalam (1.5-10 m), memiliki daya menahan air cukup baik, tahan erosi, dan banyak mengandung bahan organik, serta memilki pH antara 5.5-7.5 (optimal pada pH 6.5), sedangkan untuk kedalaman air tanah berkisar 0.5-1.5 m (Cahyono 2010).

Unsur cahaya harus mendapat perhatian serius karena hampir semua objek agronomi berupa tanaman memiliki kegiatan fotosintesis yang memerlukan cahaya, khusunya cahaya matahari. Pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lama penyinaran (Jumin 2005). Tanaman jambu biji dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi maksimum, serta memiliki rasa buah yang manis memerlukan penyinaran matahari langsung sepanjang hari (Cahyono 2010).

Perbanyakan Vegetatif Sambungan (Grafting)

Tanaman jambu biji dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Tanaman jambu biji guna pengembangan agrobisnis dan konsumsi segar biasanya diperbanyak secara vegetatif (Soetopo 1997), yaitu secara cangkok (air layering) atau sambung (grafting) (Ridwan 2013). Secara umum jambu biji diperbanyak secara vegetatif karena bibit yang berasal dari biji mengalami segregasi sifat sehingga hasil panen tidak sesuai dengan induknya (Cahyono 2010).

Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan yang digunakan untuk menghasilkan tanaman yang identik dalam hal genotiope dengan sumber atau tanaman induknya. Perbanyakan vegetatif merupakan tipe pembiakan tanaman secara aseksual yang memanfaatkan bagian-bagian dari tanaman induk. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok (air layering), menyambung (grafting), penempelan mata tunas (budding), stek batang atau daun, dan struktur khusus (Hartmann et al. 1990).

(14)

4

dikotil angiosperma dan gymnosperma (Hartmann et al. 1990). Tujuan dari grafting

adalah untuk mendapatkan tajuk yang baik dan perakaran yang kuat (Jumin 2005). Perbanyakan vegetatif dengan grafting pada dasarnya dimaksudkan untuk menggabungkan dua sifat, yaitu batang atas dan batang bawah, sesuai dengan keunggulan sifat masing-masing (Sugito 1994). Batang bawah berasal dari biji yang berumur sekitar 6 bulan, dimaksudkan agar perkembangan sistem perakarannya lebih kuat dan dalam karena memiliki akar tunggang, sehingga relatif tahan terhadap kekeringan (Harimurti 2008), serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit dalam tanah (Sugito 1994). Batang atas harus berasal dari tanaman dengan tajuk yang baik, mempunyai potensi hasil dan kualitas buah serta biji yang tinggi, serta cepat berbuah (Sugito 1994).

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah senyawa yang mengandung unsur hara yang diberikan pada tanaman guna mencukupi kebutuhan hara tanaman (Jumin 2005). Pupuk dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kriterianya, antara lain: (1) berdasarkan asalnya, terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik, (2) berdasarkan cara pemberiannya, terdiri dari pupuk akar dan pupuk daun, (3) berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, terdiri dari pupuk tunggal, pupuk majemuk, dan pupuk lengkap (Lingga dan Marsono 2007). Purnama (2006) menambahkan, berdasarkan proses pembuatannya pupuk dikelompokkan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan.

Pemupukan merupakan pemberian atau penambahan bahan-bahan atau zat-zat kepada kompleks tanah-tanaman untuk melengkapi keadaan unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung di dalamnya. Pemberian zat hara pada proses pemupukan tidak boleh salah, berlebihan/kurang, atau tidak tepat pada waktunya karena akan menimbulkan akibat-akibat yang fatal atau sangat merugikan, seperti kematian tanaman, timbul gejala penyakit tanaman baru, kerusakan fisik tanah, dan tidak ekonomis (Sutedjo 1987). Pemupukan tidak berhasil apabila tanaman tidak memberi respon terhadap pemupukan yang diberikan. Efisiensi pemupukan akan berkurang akibat hilangnya pupuk dari tanah sebagai akibat erosi, leaching, dan diikat senyawa lain (Jumin 2005).

Aplikasi pemupukan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu tanaman serta mampu meningkatkan produksi suatu tanaman. Purnama (2006) menjelaskan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa produksi pertanian akan berlipat ganda apabila menggunakan pupuk yang unsur haranya lengkap. Semakin lengkap unsur hara tanaman, maka akan semakin tinggi produksinya, dan sebaliknya.

Pupuk Daun

(15)

5 konsentrasi ataupun dosis yang tertera dalam kemasan sebaiknya diikuti dengan cermat (Marsono dan Sigit 2001).

Apabila dibandingkan dengan pupuk akar, pupuk daun dikatakan lebih unggul karena penyerapan hara oleh tanaman berjalan lebih cepat, sehingga dapat meningkatkan hasil fotosintesis. Hal ini disebabkan pada daun terdapat stomata yang mampu membuka dan menutup secara mekanis yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Apabila tekanan turgor meningkat, maka stomata akan membuka dan sebaliknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan turgor tersebut adalah banyak air yang terbuang lewat penguapan daun. Jika air dalam daun cepat berkurang akibat penguapan oleh matahari dan angin, maka tekanan turgor berkurang dan menyebabkan stomata menutup. Kemudian, jika daun tersebut disemprot air maka tekanan turgor akan naik sehingga stomata membuka dan menyerap air tersebut untuk menggantikan cairan yang hilang lewat penguapan. Apabila cairan yang disemprotkan adalah pupuk, maka tanaman akan menyerap air dan zat hara pada pupuk yang dibutuhkan tanaman. Hal tersebut menyebabkan penyerapan hara melalui daun lebih cepat dibandingkan melalui akar (Lingga dan Marsono 2007). Walaupun demikian, pemberian pupuk daun saja kurang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga dalam aplikasinya pupuk akar harus tetap diberikan (Wulandari dan Susanti 2012).

Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk daun NPK (20:20:20) memberikan hasil berbeda nyata terhadap peubah pertumbuhan vegetatif tanaman cabai merah, dimana konsentrasi 2 g l-1 optimum untuk pertambahan tinggi tanaman, konsentrasi 3 g l-1 optimum untuk pertambahan panjang percabangan, dan konsentrasi 1 g l-1 optimum untuk pertambahan jumlah daun (Yasin 2009). Mulyono (2003) menjelaskan bahwa penggunaan pupuk daun NPK (19:6:20) secara tunggal juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman lada, dengan konsentrasi yang digunakan yaitu 1 g l-1. Selain itu, pemberian pupuk daun NPK (14:12:14) dengan konsentrasi 2 g l-1 air juga memberikan pengaruh pertumbuhan yang besar pada pertumbuhan vegetatif bibit jabon merah (Palemba et al. 2012). Wulandari dan Susanti (2012) menambahkan bahwa bibit jabon mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih baik dengan adanya penambahan pupuk daun organik dibandingkan dengan kontrol.

Unsur Hara N, P, dan K

Salah satu usaha untuk mengatasi ketersediaan hara bagi tanaman adalah dengan memberikan tambahan unsur hara yang diperlukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman (Soedradjad 2005). Unsur hara yang diserap oleh tanaman secara fisiologi akan memiliki fungsi tertentu di dalam tanaman. Tanaman mengandung 90 jenis unsur dalam jumlah kecil, namun dari 90 unsur tersebut hanya 16 unsur yang diketahui bersifat esensial, termasuk unsur hara N, P, dan K (Wijaya 2008). Unsur hara esensial adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanpa unsur hara tersebut organisme hidup tidak dapat bertahan hidup (Agustina 2004).

(16)

6

karbohidrat/asimilat dalam jumlah cukup untuk menopang pertumbuhan vegetatif. Selain itu, N juga berperan penting dalam pertumbuhan akar tanaman dan memperbaiki resistensi alami tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Peran N dalam pertumbuhan generatif tanaman yaitu berkaitan dengan inisiasi pembungaan, yang diinduksi oleh rasio C dan N (Wijaya 2008).

Unsur P pada tanaman umumnya berbentuk fosfat, yang berperan dalam hampir semua proses reaksi biokimia. Unsur P mampu menangkap energi cahaya matahari dan kemudian mengubahnya menjadi energi biokimia. Selain itu, unsur P juga memacu pembentukan bunga dan biji serta menentukan kemampuan berkecambah biji yang akan dijadikan benih. Defisiensi unsur P dapat menekan jumlah bunga dan menunda inisiasi pembungaan dikarenakan oleh keseimbangan

phytochrome yang berubah (Wijaya 2008).

Unsur K sangat berperan dalam mengaktifasi enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme dan biosintesis, serta berperan dalam menjaga tekanan osmosis dan turgor sel. Jika kandungan K pada tanaman turun, tekanan turgor sel-sel tanaman termasuk sel penutup stomata berkurang dan akibatnya stomata akan menutup, sehingga penyerapan air melalui tarikan transpirasi akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan tanaman mengalami kelayuan (Wijaya 2008).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga, Kabupaten Bogor. Analisis kualitas buah dan analisis kandungan klorofil daun dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, sedangkan analisis kandungan N total daun dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari hingga awal bulan Juni 2015.

Bahan dan Alat

(17)

7 Metode Percobaan

Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan perlakukan acak lengkap (RAL) satu faktor, yaitu perlakuan pupuk daun yang terdiri dari empat taraf : (1) kontrol (P0); (2) pupuk daun NPK (20:20:20) dengan konsentrasi 1 g l-1 (P1); (3) pupuk daun NPK (20:20:20) dengan konsentrasi 2 g l-1 (P2); dan (4) pupuk daun NPK (20:20:20) dengan konsentrasi 3 g l-1 (P3). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali, sehingga terdapat 16 satuan percobaan. Model aditif linier dalam percobaan ini (Mattjik dan Sumertajaya 2006) adalah:

Yij = µ + αi + εij

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan pupuk daun ke-i, dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan pupuk daun ke-i

εij = Galat percobaan perlakuan pupuk daun ke-i, pada ulangan ke-j

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2013 untuk rekapitulasi data dan pembuatan grafik, STAR (statistical tool for agricultural research) IRRI untuk analisis ragam (uji F) untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan. Jika terdapat beda nyata pada taraf α = 5%, maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Prosedur Percobaan Persiapan tanaman

Pelaksanaan percobaan dimulai dari persiapan tanaman dengan memilih tanaman yang seragam berdasarkan tinggi tanaman dan jumlah daun, lalu memberi label dan melakukan tagging pada lima cabang sekunder setiap tanamannya. Lima cabang tersebut digunakan sebagai cabang contoh untuk mengamati pertumbuhan panjang cabang, diameter cabang, dan diameter buah tanaman jambu kristal pada setiap minggu pengamatan. Tanaman jambu kristal yang digunakan dalam penelitian ini berumur sekitar 11 bulan pada awal percobaan.

Persiapan pupuk NPK (20:20:20)

Pupuk yang digunakan merupakan kombinasi dari pupuk tunggal urea, SP-36, dan KCl, yang sebelumnya dihitung terlebih dahulu kebutuhan pupuk untuk masing-masing perlakuan (Tabel 1). Setelah diketahui kebutuhan pupuk, kemudian pupuk ditimbang, dikemas, dan diberi label sesuai dengan perlakuan pemupukan. Tabel 1 Kebutuhan pupuk urea, SP-36, dan KCl yang digunakan

Perlakuan Urea (g) SP-36 (g) KCl (g)

Kontrol (P0) 0.00 0.00 0.00

Konsentrasi 1 g l-1 (P1) 0.44 0.55 0.33

Konsentrasi 2 g l-1 (P2) 0.89 1.11 0.67

Konsentrasi 3 g l-1 (P3) 1.33 1.67 1.00

Perlakuan pemupukan

(18)

8

disemprotkan pada tajuk tanaman menggunakan hand sprayer sampai tajuk tanaman basah secara merata, terutama sisi permukaan bawah daun dengan volume aplikasi sebanyak 1 l tanaman-1. Waktu aplikasi dilakukan setiap seminggu sekali yaitu pada pagi atau sore hari untuk menghindari penguapan oleh sinar matahari. Khusus untuk tanaman kontrol dilakukan penyemprotan pada tajuk tanaman menggunakan air biasa dengan volume yang sama, yaitu 1 l tanaman-1.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi pembumbunan, pemupukan rutin, pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit. Pembumbunan dilakukan dengan meninggikan area tumbuh tanaman dengan tanah di sekitarnya dengan tujuan untuk menguatkan perakaran tanaman dan menggemburkan tanah. Pemupukan rutin dilakukan 3 bulan sekali dengan menggunakan pupuk kandang dengan dosis ±20 kg tanaman-1, serta pupuk NPK dengan dosis 250 g tanaman-1. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan melakukan penyiangan di sekitar radius 0.5 m di sekeliling tanaman menggunakan cangkul, dilakukan kurang lebih sebulan sekali. Pengendalian gulma juga dilakukan secara kimia dengan cara penyemprotan menggunakan herbisida berbahan aktif isopropilamina glifosat 486 g l-1 sebanyak 100 ml yang diencerkan ke dalam 15 liter air. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal percobaan dan pertengahan percobaan ketika pertumbuhan gulma sudah terlalu banyak. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara manual dilakukan dengan cara membuang bagian tanaman yang terserang. Pengendalian hama secara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida kontak, berbahan aktif profenofos 500 g l-1 dengan konsentrasi 4 ml l-1, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida berbahan aktif propinep 70% dengan konsentrasi 3 g l-1.

Pembungkusan buah

Pembungkusan buah dilakukan pada buah berdiameter ±20 mm dengan menggunakan plastik putih. Pembungkusan buah ini harus dilakukan pada waktu yang tepat karena apabila pembungkusan buah dilakukan pada buah yang masih terlalu kecil ukurannya dapat menyebabkan buah rontok di dalam plastik pembungkus, sedangkan apabila terlambat dapat menyebabkan buah terserang hama dan penyakit tanaman, terutama lalat buah. Pembungkusan buah dilakukan hingga buah siap dipanen dengan tujuan agar dihasilkan buah yang lebih mulus, tidak terserang hama dan penyakit, dan warna buah lebih menarik.

Panen

Pemanenan dilakukan ketika buah jambu kristal telah berwarna hijau kekuningan atau telah berumur sekitar 12 minggu dari terbentuknya set buah atau 14-15 minggu setelah anthesis. Panen dilakukan pada pagi hari untuk menjaga kesegaran buah. Setelah panen, buah dibawa ke Laboratorium Pascapanen AGH untuk dianalisis kualitas buahnya.

Pengamatan

(19)

9 1. Panjang cabang (cm), dilakukan dengan cara mengukur cabang contoh dari

pangkal cabang hingga ujung cabang setiap dua minggu sekali.

2. Diameter cabang (mm), dilakukan dengan mengukur diameter cabang contoh yang berada 5 cm dari pangkal cabang dengan menggunakan jangka sorong digital, dilakukan setiap dua minggu sekali.

3. Jumlah daun (helai), dilakukan dengan cara menghitung semua daun yang terbuka sempurna pada setiap tanaman, diamati setiap minggu sekali.

4. Luas daun (cm2), diukur satu bulan sekali dengan metode gravimetri, yaitu mencetak daun pada kertas koran kemudian digunting dan ditimbang. Luas koran yang digunakan untuk perhitungan luas daun adalah 20 cm x 20 cm.

� =� � � � �

5. Kandungan klorofil daun (mg g-1), dilakukan dengan mengambil sampel daun tanaman secara komposit pada akhir percobaan. Analisis klorofil ini menggunakan metode Sims dan Gamond (2002). Sampel daun ditimbang dengan bobot segar lebih kurang 0.02 g. Daun tersebut dihaluskan dengan mortar dan ditambahkan larutan acetris (aceton 85% ditambah dengan tris 1%) sebanyak 1 ml. Daun yang sudah halus dimasukkan ke dalam microtube ukuran 2 ml, kemudian mortar dibilas dengan acetris sampai microtube penuh 2 ml. Setelah itu microtube disentrifugasi dengan kecepatan 14 000 rpm selama 10 detik. Supernatan diambil 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah acetris 3 ml, lalu tabung reaksi ditutup dengan kelereng. Absorbansi diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 470 nm, 537 nm, 647 nm, dan 663 nm.

6. Kandungan unsur N total daun (%), dilakukan di akhir percobaan dengan mengambil sampel daun tanaman secara komposit. Analisis dilakukan di Laboratorium Pengujian Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

Pengamatan pada setiap parameter pertumbuhan generatif tanaman dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Jumlah kuncup bunga (buah), dengan menghitung jumlah kuncup bunga yang muncul pada setiap tanaman, dihitung setiap minggu sekali.

2. Jumlah bunga mekar (buah), dengan menghitung jumlah bunga yang sudah mekar pada setiap tanaman, dihitung setiap minggu sekali.

3. Jumlah buah (buah), dengan menghitung jumlah buah yang ada pada setiap tanaman, dihitung setiap minggu sekali.

4. Diameter buah (mm), diukur menggunakan jangka sorong secara horizontal (melingkari buah) setiap minggu sekali. Buah yang diamati adalah buah yang berada pada cabang contoh.

Pengamatan terhadap kualitas buah dilakukan setelah panen, meliputi: 1. Bobot buah (g), diukur dengan menimbang buah dengan timbangan digital. 2. Diameter buah (mm), diukur menggunakan jangka sorong secara horizontal

(melingkari buah).

3. Tingkat kelunakan buah (mm g-1 s-1), diukur dengan alat penetrometer dengan menggunakan beban 50 g dan waktu 5 detik.

4. Padatan terlarut total (PTT) (oBrix), diukur dengan alat hand refraktometer. 5. Total asam tertitrasi (TAT) (%), diukur dengan metode titrasi NaOH 0.1 M

(20)

10

menggunakan akuades hingga volumenya 100 ml. Filtrat buah sebanyak 25 ml ditambahkan indikator phenoftalin sebanyak 3 tetes, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 M hingga larutan berubah warna menjadi menjadi merah muda/pink. Perhitungan total asam terlarut sebagai berikut (Syafutri et al. 2006):

TAT (%) = � � � . 64 �

� � � ℎ

6. Kandungan vitamin C (mg/100 g), diukur dengan metode titrimetri, yaitu titrasi iodin 0.01 N dengan indikator amilum (Syafutri et al. 2006). Bobot contoh buah yang digunakan yaitu 25 g, kemudian dihaluskan menggunakan mortar. Sari buah disaring dan ditera dengan menggunakan akuades hingga volumenya 100 ml. Filtrat buah sebanyak 25 ml ditambahkan indikator amilum sebanyak 3 tetes, kemudian dititrasi dengan larutan iodin 0.01 N hingga larutan berubah warna menjadi biru tua. Perhitungan vitamin C dengan standarisasi larutan iodine yaitu setiap 1 ml iodine 0.01 N ekuivalen dengan 0.88 mg asam askarbot. Kandungan vitamin C dapat dihitung menggunakan rumus :

Vitamin C (mg/100 g) = � . � .88 � �

� � � ℎ

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, dari bulan Februari hingga Juni 2015. Data iklim bulan Februari-Juni 2015 di lokasi percobaan yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG 2015) wilayah Dramaga, Bogor, menunjukan bahwa rata-rata suhu bulanan selama masa percobaan berkisar antara 25.0-26.2 oC, dengan rata-rata curah hujan bulanan adalah 90-374 mm, dan rata-rata kelembaban udara yaitu 79-88%. Ashari (1995) menjelaskan bahwa tanaman jambu biji di daerah tropik dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1 500 m di atas permukaan laut, sedangkan ketinggian tempat yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi adalah 3-500 m di atas permukaan laut (Cahyono 2010). Jambu biji dapat tumbuh pada suhu 15-45 oC, sedangkan suhu optimum berkisar antara 23-28 oC (Ashari 1995). Curah hujan optimum untuk pertumbuhan jambu biji yaitu 1000-2000 mm tahun-1 (Paull dan Duarte 2012) dengan kelembaban udara 30-50% (Balitbu 2014). Hal ini menunjukkan bahwa lokasi percobaan cocok untuk dilakukan budidaya tanaman jambu biji.

(21)

11 pada saat penelitian adalah bercak daun. Semangun (2004) menjelaskan bahwa penyakit bercak daun dapat disebabkan oleh Cercospora spp., Pestalotiopsis spp., dan Colletotrichum sp. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit bercak daun yaitu pada daun terdapat bercak-bercak bulat atau kurang teratur bentuknya dan berwarna merah kecoklatan, kemudian daun akan mengering dan akhirnya gugur. Pengendalian penyakit pada tanaman dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida berbahan aktif propinep 70% dengan konsentrasi 3 g l-1. Pengendalian hama dan penyakit tanaman juga dilakukan secara manual dengan membuang bagian tanaman yang terserang hama maupun penyakit.

Hasil rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan tanaman jambu kristal ditunjukkan pada Tabel 2. Perlakuan pupuk daun pada percobaan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan jumlah bunga mekar, serta menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuncup bunga dan jumlah buah, sedangkan pada peubah lainnya, yaitu panjang cabang, diameter cabang, luas daun, kandungan klorofil (klorofil a, klorofil b, dan klorofil total), kandungan N total daun, diameter buah, dan kualitas buah menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata.

Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif pada 16 MSP dan kualitas buah

Peubah Analisis sidik ragam KK (%)

A. Pertumbuhan vegetatif

Panjang cabang tn 19.77

Diameter cabang tn 14.63

Jumlah daun * 9.57

Luas daun tn 19.44

Klorofil a tn 14.87

Klorofil b tn 17.77

Klorofil total tn 15.56

Kandungan N total daun tn 8.26

B. Pertumbuhan generatif

Jumlah kuncup bunga ** 10.84

Jumlah bunga mekar * 14.26

Jumlah buah ** 13.92

Diameter buah tn 8.43

C. Kualitas buah

Bobot buah tn 19.80

Diameter buah panen tn 6.72

Kelunakan buah tn 10.83

PTT tn 10.61

TAT tn 14.97

Vitamin C tn 18.30

(22)

12

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jambu Kristal

Terdapat 8 peubah yang diamati pada pertumbuhan vegetatif tanaman jambu kristal, yaitu panjang cabang, diameter cabang, jumlah daun, luas daun, klorofil a, klorofil b, klorofil total, dan kandungan unsur N total daun. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, namun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan vegetatif lainnya.

Perlakuan pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang cabang tanaman jambu kristal (Gambar 2), namun secara umum panjang cabang terus meningkat pada setiap minggu pengamatan (Gambar 1). Rata-rata panjang cabang pada 16 MSP yaitu 95.5 cm, dengan rata-rata laju pertumbuhan 2.3 cm minggu-1. Cabang tanaman jambu biji dapat tumbuh terus menerus memanjang yang kadang-kadang dapat menekan pertumbuhan tunas lateral (Ashari 1995). Pertambahan panjang tanaman sebagai salah satu ciri pertumbuhan tanaman disebabkan oleh aktivitas pembelahan sel pada meristem apikal, yang diawali dengan pertumbuhan pucuk (Herdiana et al. 2008). Pertumbuhan panjang cabang tersebut dipengaruhi oleh auksin yang dihasilkan oleh ujung apikal tunas lateral dan sitokinin yang ditransport dari akar tanaman. Sitokinin akan merangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis protein sehingga jumlah sel menjadi banyak dan adanya auksin mengakibatkan sel dapat membesar dan memanjang (Lakitan 1996).

(23)

13 Perlakuan pupuk daun juga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter cabang (Gambar 4). Rata-rata ukuran diameter cabang pada 16 MSP yaitu 10.1 mm, dengan laju pertumbuhan sebesar 0.3 mm minggu-1. Grafik pertumbuhan diameter cabang tanaman jambu kristal selama percobaan dapat dilihat pada gambar 3. Pertumbuhan diameter cabang pada tanaman terjadi karena adanya aktivitas kambium pembuluh. Kambium menghasilkan sel-sel baru yang memperluas diameter cabang dengan membentuk xilem sekunder ke bagian dalam dan floem sekunder ke bagian luar (Darmandi et al. 2008)

Gambar 3 Pertumbuhan diameter cabang tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

Gambar 4 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap diameter cabang tanaman jambu kristal

(24)

14

Gambar 5 Pertumbuhan jumlah daun tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

Perlakuan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman jambu kristal. Pupuk daun dengan konsentrasi 1 g l-1 memiliki jumlah daun tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi 2 g l-1, 3 g l-1, maupun kontrol pada 16 MSP, yaitu sebanyak 1 699.8 helai, kemudian diikuti oleh konsentrasi 3 g l-1, 2 g l-1, dan kontrol (Gambar 6). Hal ini sesuai dengan penelitian Yasin (2009) yang menyatakan bahwa pupuk daun NPK (20:20:20) dengan konsentrasi 1 g l-1 optimum untuk pertambahan jumlah daun tanaman cabai. Konsentrasi pupuk daun 1 g l-1 pada percobaan diduga mampu merangsang pertambahan panjang cabang dan pertumbuhan tunas baru, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan daun baru pada setiap minggunya. Adanya peningkatan jumlah daun diduga disebabkan oleh respon tanaman yang diberikan pupuk daun berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan kontrol. Lingga dan Marsono (2007) menjelaskan bahwa salah satu keuntungan pemupukan melalui daun adalah penyerapan haranya berjalan lebih cepat daripada pemupukan melalui akar.

Gambar 6 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap jumlah daun tanaman jambu kristal

Perlakuan pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman jambu kristal pada 4 bulan setelah perlakuan (BSP) maupun pertambahannya (Gambar 8). Rata-rata luas daun sebelum percobaan (0 BSP) yaitu 18 991.7 cm2 - 23 035.5 cm2 dan pada akhir percobaan 70 291.3 cm2 - 82 500.8 cm2, dengan rata-rata pertambahan luas daun sebesar 51 744.5 cm2. Luas daun mengalami peningkatan di setiap bulan pengamatan pada semua perlakuan (Gambar 7).

(25)

15

Gambar 7 Pertumbuhan luas daun tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

Gambar 8 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap luas daun tanaman jambu kristal

Perlakuan pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil daun, baik klorofil a, klorofil b, maupun klorofil total, serta kandungan N total daun tanaman jambu kristal pada akhir percobaan (Tabel 3). Hal ini terjadi karena klorofil daun dipengaruhi oleh luas daun yang berkaitan dengan penangkapan cahaya oleh daun (Nursyiva 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan klorofil daun, antara lain: gen, cahaya, dan unsur N, Mg, Fe sebagai pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil (Salisbury dan Ross 1995). Kandungan klorofil a dan b pada daun akan tinggi apabila daun memiliki kemampuan dalam menangkap energi radiasi cahaya secara efisien, yang biasanya dikaitkan dengan luas daun (Setiari dan Nurchayati 2009). Luas daun yang besar dengan bentuk tajuk tanaman serta susunan daun yang ideal akan mampu menyerap cahaya lebih besar (Soedradjad 2005). Luas daun pada percobaan memiliki rata-rata yang sama pada setiap perlakuan, sehingga untuk kandungan klorofil daun juga memiliki rata-rata yang sama (tidak berbeda nyata) antar perlakuannya.

(26)

16

perlakuan, sehingga kandungan N total daun juga memiliki rata-rata yang sama (tidak berbeda nyata) antar perlakuannya, seperti pada kandungan klorofil daun. Tabel 3 Pengaruh pupuk daun terhadap kandungan klorofil dan unsur N total daun

tanaman jambu kristal Konsentrasi

pupuk daun

Klorofil a Klorofil b Klorofil total N Total ...mg g-1 daun segar ... (%)

P0 (Kontrol) 1.41 a 0.52 a 1.93 a 2.28 a

P1 (1 g l-1) 1.55 a 0.55 a 2.10 a 2.35 a

P2 (2 g l-1)

1.48 a 0.52 a 2.00 a 2.30 a

P3 (3 g l-1)

1.58 a 0.58 a 2.16 a 2.37 a

KK (%) 14.87 17.77 15.56 8.26

Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α=5%

Rata-rata kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total daun bertutut-turut adalah 1.51 mg g-1, 0.54 mg g-1, dan 2.05 mg g-1, sedangkan kandungan unsur N total daun berkisar antara 2.28-2.37% (Tabel 3). Nilai kandungan klorofil total dan N total daun tersebut berkorelasi positif dengan nilai korelasi sebesar 0.992, yang berarti semakin tinggi kandungan klorofil total daun maka semakin tinggi pula kandungan unsur N total pada daun. Hal ini sesuai dengan penelitian Effendi et al.

(2012) yang menyatakan bahwa nilai klorofil meter berkorelasi positif dengan kadar N total daun pada tanaman jagung hibrida.

Pertumbuhan Generatif Tanaman Jambu Kristal

Terdapat 4 peubah yang diamati pada pertumbuhan generatif tanaman jambu kristal, yaitu jumlah kuncup bunga, jumlah bunga mekar, jumlah buah, dan diameter buah. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk daun berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuncup bunga dan jumlah buah, serta berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga mekar, namun tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah. Data jumlah kuncup bunga, jumlah bunga mekar, dan jumlah buah diperoleh dari data akumulasi pengamatan dari 0 MSP hingga 16 MSP, sedangkan data diameter buah diperoleh dari buah yang berumur 1 hingga 12 minggu dari terbentuknya set buah.

(27)

17

Gambar 9 Pertumbuhan jumlah kuncup bunga tanaman jambu kristal dengan perlakuan pupuk daun

Gambar 10 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap jumlah kuncup bunga tanaman jambu kristal

Perlakuan pupuk daun dengan konsentrasi 3 g l-1 nyata lebih tinggi terhadap jumlah bunga mekar daripada konsentrasi 1 g l-1 dan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 2 g l-1 (Gambar 12). Persentase mekarnya bunga dilihat dari rasio antara jumlah bunga mekar terhadap jumlah kuncup bunga pada konsentrasi 1 g l-1, 2 g l-1, 3 g l-1, dan kontrol berturut-turut adalah 0.47%, 0.46%, 0.51%, dan 0.45%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 3 g l-1 memberikan hasil terbaik dalam hal mekarnya bunga tanaman jambu kristal. Grafik pertambahan jumlah bunga mekar pada tanaman jambu kristal disajikan pada gambar 11.

(28)

18

Gambar 12 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap jumlah bunga mekar tanaman jambu kristal

(29)

19

Gambar 14 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap jumlah buah tanaman jambu kristal

Perlakuan pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah tanaman jambu kristal. Rata-rata diameter buah pada umur 1 minggu dari terbentuknya set buah yaitu berkisar antara 12.2-13.2 mm, sedangkan pada umur 12 minggu berkisar antara 80.4-86.3 mm (Gambar 16). Pertumbuhan diameter buah dapat dilihat pada Gambar 15, dimana diameter buah pada minggu ke-7 hingga menjelang panen meningkat cukup signifikan. Panen pada penelitian ini dilakukan pada buah yang berumur 12 minggu dari terbentuknya set buah atau 14-15 minggu dari anthesis bunga. Waktu yang diperlukan dalam pembentukan buah pertama kali adalah 12 hari setelah berbunga, dan biasanya buah jambu biji membutuhkan waktu sekitar 15-17 minggu dari set buah sampai panen (Gfruit 2015).

(30)

20

Gambar 16 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap diameter buah tanaman jambu kristal

Kualitas Buah Jambu Kristal

Perlakuan pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pada kualitas buah, diantaranya bobot buah, diameter buah, kelunakan buah, padatan terlarut total (PTT), total asam tertitrasi (TAT), dan kandungan vitamin C pada buah jambu kristal (Tabel 4). Rata-rata bobot buah jambu kristal adalah 298.6 g, dengan rata-rata diameter buah yaitu 86.5 mm. Rata-rata kelunakan buah jambu kristal sebesar 23.1 mm g-1 s-1, rata-rata PTT buah 9.0 oBrix, dan rata-rata TAT yaitu 0.28%, serta rata-rata kandungan vitamin C adalah 204.2 mg/100 g. Kandungan vitamin C pada buah jambu kristal tinggi, yaitu mencapai 2 kali lipat vitamin C pada jeruk, yang hanya mengandung vitamin C 49 mg/100 g bahan (Rismunandar 1989). Berdasarkan penelitian Widodo et al. (2012) kandungan PTT jambu kristal juga cukup tinggi yaitu mencapai 8.73-10.60 oBrix, sedangkan kandungan TAT berkisar antara 0.13-0.22%.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap kualitas buah jambu kristal Konsentrasi

hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α=5%

Kelunakan buah, kandungan PTT, TAT, dan Vitamin C pada buah tidak berbeda nyata diduga karena panen dan pengamatan dilakukan pada umur buah yang sama, yaitu 12 minggu, sehingga tingkat kemasakan buahnya sama. Widodo

et al. (2012) menjelaskan bahwa tingkat kekerasan buah dan kandungan asam bebas pada buah jambu kristal akan menurun selama proses pemasakan buah, sedangkan

(31)

21 nilai PTT buah semakin bertambah seiring waktu penyimpanan atau pemasakan buah (Dhyan 2014).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian pupuk daun NPK (20:20:20) berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun dan jumlah bunga mekar, dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuncup bunga dan jumlah buah tanaman jambu biji kristal. Pemberian pupuk daun NPK (20:20:20) dengan konsentrasi 1 g l-1 memperlihatkan pertumbuhan vegetatif tanaman jambu biji kristal, terutama pada pertumbuhan daun yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 2 g l-1, 3 g l-1, dan kontrol. Pemberian pupuk daun NPK (20:20:20) dengan konsentrasi 2 g l-1 dan 3 g l-1 memperlihatkan pertumbuhan generatif tanaman jambu biji kristal yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 1 g l-1 dan kontrol, yaitu pada jumlah kuncup bunga, jumlah bunga mekar, dan jumlah buah.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam hal kombinasi konsentrasi pupuk daun dan frekuensi aplikasi pupuk daun guna mengetahui kombinasi perlakuan yang lebih tepat, efisien, dan ekonomis agar diperoleh tanaman yang berproduksi optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Ashari S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta (ID): UI Pr.

[Balitbu] Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. 2014. Budidaya jambu biji. [Internet]. [diunduh 2015 Agustus 10]. Tersedia pada: http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/budidaya-jambu-biji/.

[BMKG]. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data Iklim Stasiun Klimatologi Dramaga. Bogor (ID): BMKG.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi buah jambu biji seluruh provinsi. [Internet]. [diunduh 2015 Agustus 22]. Tersedia pada: http://bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=3&id_subyek=55&notab=0. Cahyono B. 2010. Sukses Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan.

Yogyakarta (ID): Andi Publisher.

Darmanti S, Setiari N, Romawati TD. 2008. Perlakuan defoliasi untuk meningkatkan pembentukan dan pertumbuhan cabang lateral jarak pagar (Jatropha curcas). Jurnal Anatomi Fisiologi. 16(2): 13-20.

(32)

22

Effendi R, Suwardi, Syafruddin, Zubachtirodin. 2012. Penentuan takaran pupuk nitrogen pada tanaman jagung hibrida berdasarkan klorofil meter dan bagan warna daun. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 1(1): 27-34. Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. Fisiologi Tanaman Budidaya. 1991. Jakarta

(ID): UI Pr.

[Gfruit]. Tropical Fruit Global Information System. 2015. Guava. [Internet].

[diunduh 2015 Agustus 10]. Tersedia pada:

http://www.itfnet.org/gfruit/Templates%20 English/guava.flower.fruit.htm. Harimurti D. 2008. Studi pembiakan vegetatif pada Agathis loranthifolia Salisb.

melalui grafting [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hartmann HT, Kester DE, Davies FT. 1990. Plant Propagation: principles and practices. Ed ke-5. New Jersey (US): Prentice-Hall International, Inc.

Herdiana N, Lukman AH, Mulyadi K. 2008. Pengaruh dosis dan frekuensi aplikasi pemupukan NPK terhadap pertumbuhan bibit Shorea ovalis Korth. (Blume.) asal anakan alam di persemaian. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 5(3): 289-296.

Jumin HB. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta (ID): RajaGrafindo Persada. Lakitan B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): RajaGrafindo

Persada.

Lingga P, Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Marsono, Sigit P. 2001. Pupuk Akar: jenis dan aplikasinya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr.

Mulyono D. 2003. Pengaruh pupuk daun dan zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman lada. Jurnal Saint dan Teknologi BPPT. VII.IB.05.

Nursyiva I. 2015. Pengaruh ukuran diameter cabang yang dicangkok terhadap pertumbuhan bibit jambu biji (Psidium guajava L.) kristal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Palemba TY, Lasut MT, Kalangi JI, Thomas A. 2012. Aplikasi pupuk daun gandasil D terhadap pertumbuhan bibit jabon merah (Anthocephalus macrophyllus

Havil) [hasil penelitian]. Manado (ID): Universitas Sam Ratulangi.

Paull RE, Duarte O. 2012. Tropical Fruits Volume 2. London (UK): CAB International.

Poerwanto R, Susila AD. 2014. Teknologi Hortikultura. Bogor (ID): IPB Pr. Pradnyawan SWH, Mudyantini W, Marsusi. 2005. Pertumbuhan, kandungan

nitrogen, klorofil dan karatenoid daun Gynura procumbens [Lour] Merr. pada tingkat naungan berbeda. Jurnal Biofarmasi. 3(1): 7-10.

Purnama R. 2006. Industri Pupuk Majemuk: untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Jakarta (ID): Mutiara Bumi.

Ridwan M. 2013. Analisis usahatani jambu kristal Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rismunandar. 1989. Tanaman Jambu Biji. Jakarta (ID): Sinar Baru.

(33)

23 Sartiami D, Sosromarsono S, Buchori D, Suryobroto B. 1999. Keragaman spesies kutu putih pada tanaman buah-buahan di daerah Bogor. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis; 16 Februari 1999; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Perhimpunan Entamologi Indonesia. Hlm 429-435.

Semangun H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.

Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Setiari N, Nurchayati Y. 2009. Eksplorasi kandungan klorofil pada beberapa sayuran hijau sebagai alternatif bahan dasar makanan tambahan. Jurnal BIOMA. 11(1): 6-10.

Sims DA, Gamond JA. 2002. Relationship between leaf pigment content and spectrol reflectance across a wide range of species leaf structures and development stages. Remote Sensing of Environment. 81: 337-354.

Singh SP. 2011. Guava (Psidium guajava L.). Australia (AU): Woodhead Publishing Limited.

Soedradjat R, Avivi S. 2005. Efek aplikasi Synechococcus sp. pada daun dan pupuk NPK terhadap parameter agronomis kedelai. Bul. Agron. 33(3): 17-23. Soetopo L. 1997. Psidium guajava L. Di dalam: Verheij EWM, Coronel RE, editor.

Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: buah-buahan yang dapat dimakan. Danimihardja S, Sutarno H, Utami NW, Hoesen DSH, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Plant Resources of South East Asia 2: Edible Fruits and Nuts.

Sugito Y. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Sutedjo MM. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Syafutri MI, Pratama F, Saputra D. 2006. Sifat fisik dan kimia buah mangga

(Mangifera indica L.) selama penyimpanan dengan berbagai metode pengemasan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 17(1): 1-11.

Widodo SE, Zulferiyenn, Maretha I. 2012. Pengaruh penambahan indole acetic acid (IAA) pada pelapisan kitosan terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji (Psidium guajava L.) crystal. Jurnal Agrotropika. 17(1): 14-18.

Wijaya KA. 2008. Nutrisi Tanaman: sebagai penentu kualitas hasil dan resistensi alami tanaman. Jakarta (ID): Prestasi Pustaka Publisher.

Wulandari AS, Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika. 3(2): 137-142.

Yasin YY. 2009. Penggunaan pupuk daun dan retardant paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annuum) dalam polybag [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(34)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data iklim tahun 2015 wilayah Dramaga, Kabupaten Bogor Bulan Curah Hujan

(mm)

Jumlah hari hujan (HH)

Temperatur (oC)

Kelembaban Udara (%)

Februari 346 26 25.2 87

Maret 374 28 25.0 88

April 206 28 25.6 85

Mei 202 30 25.8 86

Juni 90 28 26.2 79

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Kiki Andriyani dilahirkan di Batang pada tanggal 5 Januari 1993 dari pasangan Ramelan dan Mardiyah. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dengan kakak Wikaniati, SE dan Nofiasari, SE, serta adik Dimas Hasyim Khotibul Umam. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Kalisalak Batang tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Batang tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kota Pekalongan tahun 2011, kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan pada program studi Agronomi dan Hortikultura (AGH).

Gambar

Tabel 2  Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap
Gambar 4  Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap diameter cabang tanaman
Gambar 5  Pertumbuhan jumlah daun tanaman jambu kristal dengan perlakuan
Gambar 8  Pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap luas daun tanaman jambu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar tannin, kadar serat kasar kasar, uji organoleptik rasa, uji organoleptik aroma,

Ukuran diameter cabang yang dicangkok menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter agronomi pada tinggi bibit, diameter cabang primer awal, panjang cabang primer

Hasil uji lanjut Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) dari efektivitas ekstrak daun jambu biji terhadap penyembuhan luka bakar pada m encit menunjukkan bahwa TPO sebagai kontrol

Hasil uji lanjut Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) dari efektivitas ekstrak daun jambu biji terhadap penyembuhan luka bakar pada m encit menunjukkan bahwa TPO sebagai kontrol

Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  kue  mochi  daun  jambu  biji  yang  berkualitas  dan  disukai . konsumen yaitu  kue  mochi  dengan perlakuan 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik diperkaya berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun dan jumlah cabang primer, tetapi tidak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik diperkaya berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun dan jumlah cabang primer, tetapi tidak

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar tannin, kadar serat kasar kasar, uji organoleptik rasa, uji organoleptik aroma,