• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BEBERAPA KOMPOSISI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF ANGGREK Dendrobium sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BEBERAPA KOMPOSISI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF ANGGREK Dendrobium sp."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BEBERAPA KOMPOSISI PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF

ANGGREK Dendrobium sp.

Oleh

Erna Wahyu Wijaya A34302008

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

RINGKASAN

ERNA WAHYU WIJAYA. Pengaruh Beberapa Komposisi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sp. (Dibimbing oleh AGUS PURWITO dan SINTHO W. ARDIE).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh beberapa komposisi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sp. Penelitian dilaksanakan di rumah plastik University Farm Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor pada awal bulan Oktober 2005 sampai Mei 2006.

Bahan yang digunakan adalah tanaman anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold, berumur + 6 bulan dan pupuk daun NPK (20-15-15), NPK (6-20-30), NPK (32-10-10), NPK (10-55-10) dan NPK (10-40-15), paranet 55%, media tanam campuran arang kayu dan pakis, fungisida (Dithane M-45 dan Benlate) dan insektisida (Decis 2.5 EC). Alat-alat yang digunakan adalah termo-hygrometer dan luxmeter..

Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal berupa komposisi pupuk daun dengan sembilan perlakuan yang terdiri NPK (20-15-15) 3x diselingi NPK 40-15) 1x, NPK (20-(20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x, NPK (20-15-15) 1x diselingi NPK (10-(10-40-15) 1x, NPK (32-10-10) 3x diselingi NPK (6-20-30) 1x, NPK (32-10-10) 2x diselingi NPK (6-20-30) 1x, NPK (32-10-10) 1x diselingi NPK (6-20-30) 1x, NPK (20-15-15) 3x diselingi NPK (10-55-10) 1x, NPK (20-15-15) 2x diselingi NPK (10-55-10) 1x dan NPK (20-15-15) 1x diselingi NPK (10-55-10) 1x .

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yang meliputi : persiapan tempat dan tanaman, pembuatan larutan stok, aplikasi pemupukan dan pemeliharaan. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan parameter pengamatan tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun dan jumlah anakan.

Kondisi tanaman anggrek Dendrobium sp. pada awal perlakuan secara umum baik dan seragam. Pada 6 MSP sebanyak 61.11% pot tanaman terserang penyakit. Rata-rata 17.03% daun per pot tanaman menjadi layu, busuk dan pada

(3)

ii

akhirnya mati dikarenakan adanya serangan penyakit bercak daun atau Antraknosa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun tidak berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun, tetapi parameter jumlah anakan pada 23 MSP berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun. Hal ini diduga semua perlakuan komposisi pupuk memberikan hasil yang sama baiknya terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sp.

Komposisi pupuk daun NPK (20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x (P2) memberikan hasil jumlah anakan lebih banyak dibandingkan komposisi pupuk daun lainnya. Kedua komposisi pupuk daun tersebut mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman anggrek. Unsur-unsur hara tersebut adalah N, P, K, B, Ca, Co, Cu, Fe, Mg, Mn, Mo, S dan Zn. Dalam perbanyakan tanaman dengan cara pemisahan anakan diperlukan adanya hara yang cukup untuk menghasilkan jumlah anakan yang banyak. Semakin banyak jumlah anakan yang dihasilkan oleh suatu tanaman maka semakin banyak bibit atau tanaman baru yang dapat diperbanyak.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati, Jawa Tengah pada tanggal 15 Januari 1984 dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara keluarga Bapak Tri Puryono (Alm.) dan Ibu Sri Purwati.

Tahun 1996 penulis lulus dari SD Negeri Kauman I Juwana, Pati. Kemudian pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Juwana, Pati. Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 1 Pati pada tahun 2002.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

Dalam rangka mengisi waktu liburan semester genap tahun 2003/2004, penulis mengikuti kegiatan magang di Balai Pengembangan dan Promosi Agribisnis Perbenihan Hortikultura (UPTD BP2APH) Kaliurang-Yogyakarta.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tanpa adanya hambatan yang berarti. Judul dari penelitian ini adalah

Pengaruh Beberapa Komposisi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sp.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu selama melakukan penelitian ini, antara lain :

1. Dr. Ir. Agus Purwito, MSc dan Sintho W. Ardie, SP, MSi selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan dan penjelasan berkaitan dengan penelitian ini.

2. Dr. Ir. Anas D. Susila, MS selaku dosen penguji.

3. Ir. Ketty Suketi, MSi selaku dosen pembimbing akademik.

4. Seluruh staf dan karyawan University Farm, atas pemberian ijin tempat dan bantuannya dalam pemeliharaan tanaman.

5. Dewi, teman seperjuangan selama penelitian.

6. Orang tua beserta keluarga ”Papa (Alm.), Mama, Ayah, mas Andi, de’ Fatma, de’ Riza dan de’ Fahmi” atas do’a, kasih sayang, bantuan dan motivasi yang selalu diberikan.

7. Seluruh warga Horteen ’39 dan warga kost ”Pondok Dewi” yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan sivitas akademika.

Bogor, Agustus 2006

(6)

Judul : PENGARUH BEBERAPA KOMPOSISI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF ANGGREK

Dendrobium sp. Nama :

Erna Wahyu Wijaya

NRP

:

A34302008

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Sintho W. Ardie SP, MSi NIP : 131 681 405 NIP : 132 311 728

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP : 130 422 698

(7)

PENGARUH BEBERAPA KOMPOSISI PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF

ANGGREK Dendrobium sp.

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Erna Wahyu Wijaya A34302008

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Botani ... 3 Syarat Tumbuh ... 5 Pupuk Daun ... 6 Pemupukan... . 7

Perbanyakan Vegetatif Anggrek ... . 8

BAHAN DAN METODE ... 9

Tempat dan Waktu ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN... 13

Kondisi Umum ... 13

Hasil dan Pembahasan... 15

KESIMPULAN ... 24

Kesimpulan... 24

Saran... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Bentuk Bunga Anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold.... 4

2. Daun Anggrek Dendrobium sp. yang Terserang Antraknosa . ... 13

3. Anggrek Dendrobium sp. Hasil Perlakuan Komposisi Pupuk Daun ... 23

Lampiran

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Jumlah Unsur Hara N-P-K yang Diterima Setiap Tanaman

selama 23 Minggu. ... 14

2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun

terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sp. ... 15

3. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Tinggi Tanaman

Anggrek Dendrobium sp. ... 16

4. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Jumlah Daun

Anggrek Dendrobium sp. ... 17

5. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Panjang Daun

Anggrek Dendrobium sp. ... 19

6. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Lebar Daun

Anggrek Dendrobium sp. ... 20

7. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Jumlah Anakan

Anggrek Dendrobium sp. ... 21

Lampiran

1. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Tinggi

Tanaman Anggrek Dendrobium sp. ... 29

2. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Jumlah Daun

Anggrek Dendrobium sp... 29

3. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Panjang

Daun Anggrek Dendrobium sp. ... 30

4. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Lebar Daun

Anggrek Dendrobium sp... 30

5. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Jumlah Anakan Anggrek Dendrobium sp... 31

(11)

7. Rata- rata Kelembaban Udara (RH) Harian dan Bulanan (%)... 31

8. Total Curah Hujan Bulanan (mm) ... 32

9. Komposisi Unsur Makro dan Unsur Mikro dalam Pupuk Daun... 32

10. Persentase Rata-rata Jumlah Daun Terserang Penyakit Antraknosa

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kekayaan alam dengan beragam tanaman. Salah satu keanekaragamannya berupa tanaman hortikultura, yang meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias, baik tanaman hias bunga maupun tanaman hias daun. Salah satu tanaman hias bunga yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah tanaman anggrek.

Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi. Bentuk, warna, keragaman jenis dan keawetan bunganya menjadi daya tarik tersendiri dari spesies tanaman tersebut sehingga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar negeri (Santi, 1992).

Di Indonesia, jenis anggrek yang banyak dibudidayakan adalah

Dendrobium sp. Silangan Dendrobium sp. sebagian besar terdapat di Hawai, Thailand dan Singapura (Sheehan, 1992). Dendrobium banyak disukai karena keawetannya dapat mencapai beberapa minggu, perawatannya mudah dan tahan kering karena memiliki kantung penyimpan (canes).

Dewasa ini permintaan anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman pot semakin meningkat. Volume ekspor anggrek pada tahun 2003 sebesar 638 339 kg, tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 702 173 kg dan volume ekspor tahun 2005 sebesar 772 390 kg, sedangkan volume impor tahun 2003 sebesar 72 757 kg, tahun 2004 sebesar 157 155 dan tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 339 455 kg1). Dengan meningkatnya permintaan pasar akan anggrek dalam bentuk bunga potong dan tanaman pot, maka diperlukan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas penyediaan anggrek dalam jumlah lebih banyak dan berkesinambungan.

Produksi nasional anggrek pada tahun 2002 berjumlah 4 995 735 tangkai, tahun 2003 berjumlah 6 904 109 tangkai dan tahun 2004 berjumlah 8 027 720 tangkai. Setiap tahun produksi nasional anggrek mengalami peningkatan, tetapi produktivitasnya menurun. Produktivitas nasional anggrek sebesar 4.37 tangkai/m2 (tahun 2002), 6 tangkai/m2 (tahun 2003) dan 3.55 tangkai/m2 pada tahun 20042). Penurunan produktivitas nasional anggrek disebabkan menurunnya

1)

www.litbang.deptan.go.id

2)

(13)

2

jumlah produksi anggrek setiap meter persegi luas lahan yang digunakan untuk budidaya. Oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan produktivitas tanaman anggrek.

Penyediaan anggrek secara berkesinambungan memerlukan teknik perbanyakan yang tepat. Perbanyakan anggrek dapat dilakukan dengan pemisahan anakan. Perbanyakan dengan pemisahan anakan biasanya dilakukan pada tanaman anggrek simpodial seperti Dendrobium sp. dan sebaiknya dipilih tanaman yang bebas penyakit (Rimando, 2001). Tanaman akan berpotensi menghasilkan jumlah anakan yang banyak jika terpenuhi unsur hara bagi pertumbuhannya dan berada pada kondisi lingkungan optimal. Menurut Widiastoety, Prasetio dan Solvia (2000), pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Komponen iklim seperti cahaya, suhu dan kelembaban serta faktor lain seperti jenis media dan hara sangat menentukan pertumbuhan tanaman anggrek.

Anggrek memerlukan adanya pemberian pupuk sebagai penyedia hara untuk pertumbuhan, perkembangan dan merangsang pembungaan serta meningkatkan produktivitasnya. Untuk sebagian besar anggrek dan khususnya anggrek epifit, pemupukan diberikan dalam bentuk larutan. Pada praktek budidaya anggrek, pemberian pupuk yang berbeda rasio unsur makro secara bergantian seringkali dilakukan untuk menjaga ketersediaan suplai hara. Hasil penelitian Ginting, Prasetio dan Sutater (2001) menunjukkan bahwa pemupukan NPK (25:5:20) 3x diselingi NPK (10:40:15) 1x menghasilkan tanaman yang cenderung lebih tinggi dibanding tanaman yang dipupuk NPK (25:5:20) 2x diselingi NPK (10:40:15) 1x.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh beberapa komposisi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sp.

Hipotesis

Setidaknya terdapat satu komposisi pupuk daun yang menghasilkan pertumbuhan vegetatif terbaik pada anggrek Dendrobium sp.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani

Anggrek secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam phyllum Spermatophyta atau tumbuhan berbiji, kelas Angiospermae atau berbiji tertutup, subkelas Monocotyledonae atau bijinya berkeping satu, ordo Gynandrae karena alat reproduksi jantan dan betina bersatu sebagai tugu bunga dan famili

Orcidaceae atau keluarga anggrek (Puspitaningtyas et al., 2003).

Famili anggrek mempunyai 750 genus berbeda dengan 25 000 spesies dan lebih dari 30 000 kultivar hasil persilangan (Hew dan Yong, 1996). Dendrobium

merupakan salah satu genus anggrek terbesar di Asia (Warren dan Tettoni, 1996). Nama Dendrobium berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata dendron

artinya pohon dan biein artinya untuk hidup. Secara keseluruhan Dendrobium

berarti tanaman yang hidup pada pohon. Genus Dendrobium diperkenalkan oleh seorang botanist Swedia, Olaf Swarts pada tahun 1800. Botanist tersebut mendiskripsikannya dalam sembilan spesies. Dendrobium tumbuh di Asia Tenggara, Himalaya (Nepal dan Sikkim), Birma, propinsi Moulmein, India Barat Daya, Ceylon, Malaysia, Filipina, Indonesia, New Guinea, Australia, Cina dan Jepang (Paul, 1963).

Bentuk daun anggrek bermacam-macam dari sempit memanjang, pensil, bulat, bulat-lonjong, bulat telur, mata lembing/lanset, jantung dan masih banyak lagi variasi lainnya. Seperti umumnya tumbuhan monokotil, daun anggrek memiliki tulang daun yang sejajar dengan helaian daun dan tidak memiliki pertulangan yang bercabang. Tebal daun bervariasi dari tipis hingga tebal berdaging (sukulen). Pada setiap bukunya, daun melekat berselang-seling atau berpasangan dan setiap buku terdapat dua helai daun yang berhadapan (Puspitaningtyas et al., 2003). Dendrobium mempunyai daun yang tebal (Hew dan Yong, 1996). Bentuk daun pada Dendrobium bigibbum dan Dendrobium phalaenopsis hampir sama, bentuk daunnya besar di bagian pangkal dan mengecil di bagian ujung. Panjang daunnya dapat mencapai 10 cm (LIPI, 1980).

Dilihat dari karakteristik bentuk bunganya, maka bunga dari tanaman anggrek yang berbeda mungkin kelihatan berbeda, tetapi semuanya mempunyai

(15)

4

struktur dasar yang sama, yaitu terdiri dari tiga petal dan tiga sepal (Orchid Society, 1998). Gabungan dari petal dan sepal disebut tepal. Bunga anggrek biasanya biseksual, terdiri dari dua lingkaran (Paul, 1963). Lingkaran terluar berbentuk calyx atau sepal dan lingkaran dalam terdiri dari corolla atau petal. Bentuk petal dan sepal sering tidak teratur. Pembungaan (inflorescence) anggrek dapat muncul dari ujung batangnya (terminal) atau pada ruas sampingnya (lateral, axilar) (Puspitaningtyas et al., 2003). Organ reproduktif anggrek terdiri dari style

dan filamen yang merupakan kesatuan bentuk gynostemium atau pistil. Bentuk dan ukuran organ ini berbeda untuk tiap spesies (Paul, 1963). Berikut adalah gambar bentuk dan bagian-bagian bunga anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold.

Gambar 1. Bentuk Bunga Anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold

Ciri lain dari tanaman anggrek Dendrobium sp. adalah mempunyai

pseudobulbs tegak lurus dengan daun dalam dua baris. Pseudobulbs biasanya membesar pada bagian paling dasar dan bagian tengah. Daun pada bagian paling bawah dari pseudobulbs adalah kecil atau tidak ada (Orchid Society, 1998).

Dendrobium sp. termasuk dalam tipe anggrek epifit yang dapat tumbuh pada pohon maupun batu, dengan beberapa akarnya menggantung di udara (Paul, 1963). Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah patah, ujung runcing, berklorofil, licin dan memiliki daya lekat. Rambut-rambut pendek yang melekat pada bagian akar digunakan untuk menyerap air dan hara (Puspaningtyas et al., 2003). Sepal tengah Sepal lateris Sepal lateris Labellum Petal Petal Pollinia

(16)

5

Syarat Tumbuh

Tanaman anggrek memerlukan beberapa persyaratan tumbuh. Solvia dan Sutater (1997) menyatakan bahwa sebagian jenis anggrek, terutama Dendrobium

dapat tumbuh dan berkembang tergantung pada faktor abiotik (komponen mati) bahkan beberapa jenis anggrek sangat tergantung pada faktor biotik (lingkungan hidup).

Kondisi lingkungan yang optimal dibutuhkan oleh tanaman anggrek karena pertumbuhannya tidak dapat dilepaskan dari kondisi lingkungan setempat. Kondisi lingkungan setempat seperti pengaturan faktor cahaya, suhu, kelembaban, jenis media dan pemupukan sangat menentukan pertumbuhan tanaman anggrek (Widiastoety, Prasetio dan Solvia, 2000). Anggrek Dendrobium memerlukan suhu udara 26oC - 30oC pada siang hari, 21oC pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0 - 650 mdpl (Stewart, 2000). Kelembaban udara (Relative Humidity/RH) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anggrek berkisar antara 70% - 80% (Pridgeon, 1992). Anggrek Dendrobium sp. membutuhkan intensitas cahaya yang berkisar antara 1 000 - 2 500 foot candle atau 10 764 - 26 910 lux (Widiastoety dan Bahar, 1995).

Cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan. Energi matahari sangat penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis dan proses-proses lainnya antara lain dalam membentuk gula, pati, protein dan lemak (Widiastoety dan Bahar, 1995). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada tanaman bila kekurangan cahaya maka proses fotosintesis menjadi rendah, akibatnya hasil fotosintesis dapat habis terombak oleh proses respirasi, sehingga tidak ada sisa untuk pertumbuhannya. Hasil penelitian Widiastoety, Prasetio dan Solvia (2000) menyatakan bahwa penggunaan naungan 55% (7 500 – 27 000 lux) pada anggrek Dendrobium Bali Queen memberikan produksi bunga tertinggi dibandingkan penggunaan naungan 65% (6 000 – 20 000 lux) dan 75% (3 000 - 7 500 lux).

Pada tanaman dewasa, media tanam berfungsi sebagai tempat berpijak bagi akar, agar batang semu mampu menyangga tangkai bunga dengan sejumlah kuntum bunga. Media tanam juga berfungsi untuk menyimpan air dan hara tanaman bagi keperluan proses pertumbuhan tanaman. Bibit memerlukan media

(17)

6

tanam yang kelembabannya tepat dan relatif konstan dengan cara menggunakan bahan media yang mempunyai daya mengikat air yang tinggi. Widiastoety dan Santi (1997) menyatakan bahwa media tanam yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya.

Media tanam yang dapat digunakan untuk anggrek antara lain : arang, sabut kelapa, serat pakis dan sphagnum moss. Hasil penelitian Ginting, Prasetio dan Sutater (2001) menyatakan bahwa media arang serta campuran arang dengan sabut kelapa menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif yang sama baiknya. Tanaman yang ditumbuhkan pada media arang menghasilkan tanaman yang lebih tinggi. Panjang daun, lebar daun, jumlah daun dan tebal daun pertumbuhannya cukup seragam pada kedua jenis media yang digunakan.

Di Indonesia, umumnya Dendrobium sp. ditumbuhkan pada media pakis. Serat pakis yang digunakan berasal dari batang pohon pakis (Sheehan, 1992). Pakis memiliki hampir semua sifat yang dikehendaki untuk pertumbuhan yang baik, memiliki cukup kadar hara, kemampuan mengikat airnya baik, pH cukup asam dan melapuk perlahan-lahan (Sheehan dan Sheehan, 1979).

Pupuk Daun

Pupuk adalah bahan yang memberikan hara pada tanaman. Pupuk biasanya diberikan melalui tanah, tetapi dapat juga diberikan melalui daun sebagai larutan (Harjadi, 1996). Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun. Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat (Hardjowigeno, 2003).

Pupuk daun merupakan pupuk anorganik yang mengandung unsur makro dan mikro. Pupuk anorganik dijual dengan berbagai merek dagang dan mengandung bahan campuran utama yang seimbang, terdiri dari tiga elemen esensial dasar untuk pertumbuhan dan pembungaan. Ketiga elemen tersebut adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) (Orchid Society, 1998). Pupuk

(18)

7

yang memberikan N, P dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk (grade atau analisis) merupakan persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur N), fosfor (dinyatakan sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan sebagai K2O).Selain

unsur makro, unsur mikro juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil (Harjadi, 1996). Pada umumnya elemen esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain C, O, H, N, P, K, S, Ca, Mg, Mn, Fe, B, Zn, Cu dan Mo (Edison, 1957).

Pemupukan

Dalam usaha budidya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Kebutuhan tanaman anggrek akan hara sama dengan tumbuhan lainnya, tetapi anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengingat pertumbuhan anggrek sangat lambat. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk organik maupun anorganik (Widiastoety dan Santi, 1997).

Anggrek tidak membutuhkan pemberian pupuk khusus, tetapi lebih baik diberikan dalam bentuk larutan. Menurut Santi (1992), pemupukan lewat daun pada tanaman anggrek Aranda Lilac akan lebih efektif dan lebih efisien apabila pupuk diberikan dengan konsentrasi lebih rendah, tetapi intensitas pemberian pupuk ditingkatkan. Pemberian pupuk pada anggrek itu sendiri dapat dilakukan pagi atau sore hari. Tetapi menurut Andani dan Purbayanti (1991), pemupukan pada sore hari lebih efektif dibandingkan pagi hari karena anggrek termasuk tanaman Crassulacean Acid Metabolism (CAM) yang mana stomata akan terbuka pada sore hari.

Pemupukan pada anggrek tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis pupuk, tetapi dapat dilakukan penyelingan dua jenis pupuk berbeda. Penyelingan beberapa pupuk daun dilakukan untuk melengkapi komposisi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Setiap jenis pupuk daun mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda. Hasil penelitian Ginting, Prasetio dan Sutater (2001) menunjukkan bahwa pemupukan NPK (25:5:20) 3x

(19)

8

diselingi NPK (10:40:15) 1x menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dibanding tanaman yang dipupuk NPK (25:5:20) 2x diselingi NPK (10:40:15) 1x. Hal ini dikarenakan pupuk yang diberikan dapat mensuplai ketersediaan hara (N-P-K), yang dilepaskan dari pupuk Hyponex (25:5:20) dan Hyponex (10:40:15) sehingga dapat menjaga atau memenuhi kebutuhan tanaman selama pertumbuhan. Jumlah kuntum bunga per tangkai pada perlakuan pupuk NPK (25:5:20) 3x diselingi NPK (10:40:15) 1x meningkat 50% dibandingkan dengan kontrol atau tanpa pupuk. Pemberian NPK (25:5:20) 3x diselingi NPK (10:40:15) 1x adalah paling efektif karena pemberian N tinggi dengan frekuensi yang lebih sering memberikan hasil yang lebih baik.

Unsur makro N-P-K merupakan unsur penting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga harus selalu tersedia dalam tanaman. Pemupukan dengan N yang relatif tinggi dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk P dan K yang tinggi dapat meningkatkan pembungaan. Secara umum pemupukan dengan NPK mempunyai perbandingan N:P:K (21:21:21) atau dapat digunakan perbandingan dosis NPK yang berbeda sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk meningkatkan pembungaan mempunyai proporsi P dan K yang lebih tinggi (Orchid Society, 1998).

Perbanyakan Vegetatif Anggrek

Salah satu bagian dari tanaman anggrek yang dapat digunakan dalam perbanyakan secara vegetatif adalah batang atau pseudobulb. Metode perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara pemisahan keiki, pemisahan anakan dan kultur jaringan. Perbanyakan dengan pemisahan anakan biasanya dilakukan pada tanaman anggrek simpodial seperti : Cattleya, Dendrobium, Paphiopedilum dan

Cymbidium. Anggrek simpodial mempunyai rhizome yang merupakan tempat

tumbuhnya pseudobulb. Pseudobulb tersebut dapat dipisahkan jika dalam satu

rhizome tanaman terdapat minimal tiga sampai empat pseudobulb dan tanaman dalam kondisi sehat atau utuh.Selanjutnya, pseudobulb tersebut dipotong dengan pisau steril dan masing-masing ditanam dalam pot yang terpisah (Rimando, 2001).

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di rumah plastik University Farm Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor pada awal bulan Oktober 2005 sampai Mei 2006.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold. Bibit yang digunakan berumur + 6 bulan. Rata-rata tinggi tanaman 8 cm, jumlah daun 4 - 5 helai, memiliki 2 - 3 tunas atau anakan. Rumah untuk percobaan ini menggunakan naungan berupa paranet 55%.

Media tanam yang digunakan adalah campuran arang kayu dan pakis. Pot yang digunakan bediameter 15 cm, terbuat dari tanah liat dengan lubang pada bagian dasar dan sisinya. Jenis pupuk daun yang digunakan adalah NPK (20-15-15), NPK (6-20-30), NPK (32-10-10), NPK (10-55-10) dan NPK (10-40-15) dengan konsentrasi masing-masing 2 g.l-1. Beberapa jenis pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit adalah fungisida (Dithane M-45 dan Benlate) dan insektisida (Decis 2.5 EC). Alat-alat yang digunakan antara lain: hand sprayer, timbangan, takaran, termo-hygrometer, luxmeter, meteran dan alat tulis. Hand sprayer digunakan untuk pemupukan dan pemberian pestisida. Timbangan untuk menimbang pupuk dan pestisida. Takaran dibutuhkan untuk menakar banyaknya pupuk dan pestisida yang akan digunakan. Termo-hygrometer

untuk mengukur suhu dan kelembaban udara. Luxmeter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Meteran atau penggaris dan alat tulis digunakan saat pengamatan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal, yaitu komposisi pemupukan. Terdapat sembilan perlakuan dengan

(21)

10

masing-masing perlakuan terdiri dari delapan ulangan sehingga jumlah bibit yang diperlukan 72 tanaman. Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y

ij

= μ + α

i

+

Σ

ij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan (respon) perlakuan pupuk ke-i pada ulangan ke-j μ : Nilai tengah populasi

αI : Pengaruh perlakuan jenis pupuk pada taraf ke-i

(i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)

Σij : Pengaruh galat percobaan perlakuan pupuk ke-i pada ulangan ke-j

Perlakuan :

P1 : NPK (20-15-15) tiga minggu berturut-turut diselilingi NPK (10-40-15) satu minggu P2 : NPK (20-15-15) dua minggu berturut-turut

diselingi NPK (10-40-15) satu minggu

P3 : NPK (20-15-15) satu minggu diselingi NPK (10-40-15) satu minggu

P4 : NPK (32-10-10) tiga minggu berturut-turut diselingi NPK (6-20-30) satu minggu P5 : NPK (32-10-10) dua minggu berturut-turut

diselingi NPK (6-20-30) satu minggu P6 : NPK (32-10-10) satu minggu

diselingi NPK (6-20-30) satu minggu P7 : NPK (20-15-15) tiga minggu berturut-turut

diselingi NPK (10-55-10) satu minggu P8 : NPK (20-15-15) dua minggu berturut-turut

diselingi NPK (10-55-10) satu minggu P9 : NPK (20-15-15) satu minggu

diselingi NPK (10-55-10) satu minggu

Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.

(22)

11

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Tempat dan Tanaman

Tempat yang digunakan berupa rak-rak dari bambu dan diberi naungan paranet 55%. Bibit anggrek dipersiapkan sebanyak + 100 tanaman dan dipilih yang seragam sebanyak 72 tanaman. Tanaman diberi label sesuai dengan perlakuan yang diberikan kemudian ditata berderet tiga baris secara acak. Selanjutnya dilakukan pemilihan dan penentuan daun yang akan diamati panjang dan lebarnya. Daun yang diamati dipilih secara acak dan diberi tanda. Dalam satu pot tanaman anggrek dipilih dua daun yang diamati setiap satu minggu sekali. 2. Pembuatan Larutan Stok

Dosis pupuk daun yang digunakan 2 g.l-1. Sebelum pengaplikasian pupuk daun, terlebih dahulu dibuat larutan stok pupuk daun. Larutan stok dibuat dengan cara menimbang masing-masing pupuk daun sebanyak 200 g kemudian dilarutkan dalam 1 liter air. Pada saat akan dipergunakan untuk pemupukan, larutan stok tersebut diambil 10 ml, kemudian diencerkan dengan cara menambah air sampai 1 liter.

3. Aplikasi Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.30 – 16.30 WIB, dengan frekuensi pemberiannya satu minggu sekali (hari Selasa) selama 23 minggu. Pemberian pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Cara pemupukan dilakukan dengan menyemprotkannya pada seluruh bagian daun dan media secara merata. Volume semprot yang diberikan setiap pot tanaman sebanyak + 25 ml.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pengendalian gulma serta pemberantasan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan satu hari sekali atau sesuai kebutuhan tanaman. Gulma yang tumbuh di sekitar pot atau tanaman dibersihkan dengan cara mencabutnya. Dalam pengendalian hama dan penyakit digunakan fungisida berupa Dithane M-45 dan Benlate serta pemberian insektisida Decis 2.5 EC, dilakukan seminggu sekali secara bergantian. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit ini adalah dengan memotong bagian tanaman yang terserang hama maupun penyakit.

(23)

12

5. Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali setelah perlakuan (MSP) mulai dari umur 1 MSP sampai 23 MSP. Pengamatan tersebut meliputi :

1. tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh (cm) 2. panjang daun, diukur dari pangkal atau ketiak daun sampai ujung daun (cm) 3. lebar daun, diukur pada bagian tengah daun terlebar dari daun yang diamati

(untuk parameter ke-2) (cm)

4. jumlah daun, dihitung per tanaman (daun yang sudah membuka sempurna) 5. jumlah anakan

Sebagai data pendukung dilakukan pengukuran RH dan suhu harian (T). RH dan suhu diukur dengan cara menggantungkan alat Hygrometer di tempat penelitian, kemudian mencatat RH dan suhunya. Pengamatan dilakukan sehari tiga kali pada pagi hari (pukul 07.30), siang hari (pukul 12.30) dan sore hari (pukul 17.30). Menurut Handoko (1993), suhu rata-rata harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Trata-rata harian : ((2T07.30) + T12.30 + T17.30)/4

T07.30 : Suhu harian pada pukul 07.30

T12.30 : Suhu harian pada pukul 12.30

T17.30 : Suhu harian pada pukul 17.30

RH merupakan perbandingan antara kandungan tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air sehingga RH dituliskan dalam persen (%). RH rata-rata harian dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

RHrata-rata harian : ((RH07.30) + RH12.30 + RH17.30)/3

RH07.30 : RH harian pada pukul 07.30

RH12.30 : RH harian pada pukul 12.30

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Kondisi tanaman anggrek Dendrobium sp. pada awal perlakuan secara umum baik dan seragam. Pada 6 MSP sebanyak 61.11% pot tanaman terserang penyakit. Rata-rata 17.03% daun per pot tanaman menjadi layu, busuk dan pada akhirnya mati. Hal ini dikarenakan adanya serangan penyakit bercak daun atau Antraknosa (Gambar 2). Menurut Pirone (1978), gejala penyakit ini terlihat dengan adanya bercak kekuningan sampai kecoklatan pada daun. Permukaan daun menjadi lunak dan cekung.

Gambar 2. Daun Anggrek Dendrobium sp. yang Terserang Antraknosa

Penyakit Antraknosa disebarkan oleh patogen Colletotrichum sp. melalui percikan air hujan atau terbawa angin. Pada bulan November (6 MSP) hujan turun hampir setiap hari disertai angin dengan total curah hujan 423 mm. Total curah hujan rata-rata selama penelitian 341 mm/bulan (BMG Stasiun Darmaga). Untuk mengatasi serangan penyakit tersebut dilakukan pemindahan tanaman ke tempat yang tidak terkena percikan air hujan saat hujan turun. Pemotongan daun yang terkena Antraknosa dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan fungisida (Dithane M-45 dan Benlate) dengan dosis masing-masing 2 g.l-1 dan insektisida (Decis 2.5 EC) dengan dosis 2 ml.l-1, yang diberikan setiap satu minggu sekali secara bergantian.

Penggunaan paranet 55% pada penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian Widiastoety, Prasetio dan Solvia (2000), dimana penggunaan paranet 55% menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif anggrek Dendrobium

(25)

14

Bali Queen yang terbaik. Intensitas cahaya aktual pada penelitian ini (3 928 lux) lebih rendah dibanding intensitas cahaya aktual pada penelitian Widiastoety, Prasetio dan Solvia (2000) (7 500 – 27 000 lux) maupun intensitas cahaya optimal untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium (10 764 – 26 910 lux) (Widiastoety dan Bahar, 1995).

Kondisi iklim selama penelitian menunjukkan adanya fluktuasi suhu dan kelembaban. Suhu harian berkisar antara 25oC – 32oC dengan rata-rata bulanan 28.67oC (Tabel Lampiran 6). Menurut Stewart (2000), anggrek Dendrobium sp. memerlukan suhu udara 26oC - 30oC pada siang hari dan 21oC pada malam hari.

RH harian selama penelitian berkisar antara 71% - 93% dengan rata-rata bulanan 78.52% (Tabel Lampiran 7). Menurut Pridgeon (1992), RH yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. berkisar antara 70% - 80%. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dan RH selama penelitian berada pada kisaran suhu dan RH optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium sp.

Tabel 1. Jumlah Unsur Hara N-P-K yang Diterima Setiap Tanaman Selama 23 Minggu Unsur Hara (g) Perlakuan N P5O5 K2O P1 0.230 0.235 0.172 P2 0.195 0.260 0.172 P3 0.175 0.310 0.172 P4 0.303 0.140 0.165 P5 0.277 0.150 0.185 P6 0.225 0.170 0.225 P7 0.205 0.272 0.165 P8 0.195 0.312 0.155 P9 0.175 0.145 0.035

(26)

15

Hasil dan Pembahasan

Tabel 2 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sp. Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun tidak berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun, tetapi parameter jumlah anakan pada 23 MSP berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun.

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sp.

Parameter Pengamatan Umur Tanaman (MSP) Komposisi Pupuk Daun KK (%) 3 tn 23.74 8 tn 19.84 13 tn 26.78 18 tn 21.28 Tinggi Tanaman (cm) 23 tn 20.25 3 tn 21.86 8 tn 23.15 13 tn 14.91 18 tn 13.77 Panjang Daun (cm) 23 tn 13.08 3 tn 16.54 8 tn 16.52 13 tn 10.19 18 tn 8.50 Lebar Daun (cm) 23 tn 8.22 3 tn 17.40 8 tn 19.36 13 tn 19.34 18 tn 16.92 Jumlah Daun 23 tn 18.49 3 tn 20.26 8 tn 20.05 13 tn 17.19 18 tn 17.41 Jumlah Anakan 23 * 19.02

Keterangan : * Nyata pada taraf uji 5% tn Tidak nyata pada taraf uji 5%

(27)

16

Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman tidak berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun. Tinggi tanaman yang dihasilkan setiap komposisi pupuk daun mengalami peningkatan dari 3 MSP sampai 23 MSP (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Tinggi Tanaman Anggrek

Dendrobium sp. Perlakuan 3MSP 8MSP 13MSP 18MSP 23MSP --- cm --- P1 1.79 3.62 15.54 16.90 18.09 P2 1.79 3.78 15.48 16.49 16.74 P3 1.73 3.74 13.64 15.69 17.49 P4 1.62 3.35 13.09 16.18 17.35 P5 1.82 3.70 14.86 17.98 18.51 P6 1.62 3.46 13.69 16.46 16.74 P7 1.54 3.33 15.38 16.20 16.50 P8 1.51 3.07 10.73 13.10 14.98 P9 1.68 3.71 16.18 17.25 17.91 Uji F tn tn tn tn tn

Keterangan : tn Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% * Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%

Huruf yang sama pada tiap nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, berat dan jumlah sel. Ukuran tanaman sebagai indikator pertumbuhan dapat dilihat secara satu dimensi misalnya dengan mengukur tinggi tanaman, dua dimensi misalnya dengan mengukur total luas permukaan daun dan tiga dimensi misalnya dengan mengukur volume akar (Lakitan, 1995).

Komposisi pupuk NPK (32-10-10) 2x diselingi NPK (6-20-30) 1x (P5) mencapai titik kritikal pertumbuhan tinggi tanaman pada 18 MSP (Tabel 3). Titik kritikal pertumbuhan merupakan suatu titik yang menunjukkan batas antara pertumbuhan secara cepat dan selanjutnya pertumbuhan melambat.

Komposisi pupuk P5 mengandung unsur hara N sebanyak 0.277 g/tanaman dan unsur hara K sebanyak 0.185 g/tanaman (Tabel 1). Kedua pupuk tersebut mengandung unsur makro N-P-K dan unsur mikro yang saling melengkapi. Menurut Wasito dan Tedjasarwana (2003), unsur makro N-P-K

(28)

17

dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak sebagai hara untuk pertumbuhannya. Semakin tinggi pemberian dosis pupuk N dan K, maka semakin meningkat laju pertambahan tinggi tanaman.

Nitrogen (N) merupakan unsur yang paling membatasi pertumbuhan tanaman (Harjadi, 1996) dan unsur utama pendorong pertumbuhan. Nitrogen juga merupakan bagian dari molekul protein dan enzim, klorofil a dan klorofil b, terdiri dari asam nukleat dan hormon (Edison, 1957). Unsur N berguna bagi pembentukan protoplasma yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel baru dalam pertumbuhan (Solvia dan Sutater, 1997).

Jumlah Daun

Pertumbuhan tanaman tidak hanya ditentukan oleh tinggi tanaman. Tetapi, ukuran daun yang meliputi jumlah, panjang dan lebar daun dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan pertumbuhan tanaman. Pembentukan daun berawal dari pembelahan sel yang terjadi di dekat apeks tajuk yang kemudian diikuti primordianya (Salisbury dan Ross, 1995). Dalam pembentukan daun diperlukan adanya unsur hara yang cukup agar jumlah daun yang dihasilkan banyak.

Tabel 4. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Jumlah Daun Anggrek

Dendrobium sp. Perlakuan 3MSP 8MSP 13MSP 18MSP 23MSP P1 3.75 3.63 3.75 3.63 3.63 P2 3.88 3.63 3.63 3.63 4.00 P3 3.63 3.75 3.38 3.38 3.50 P4 3.50 3.50 3.38 3.50 3.63 P5 4.13 3.75 3.50 3.75 3.75 P6 3.75 3.50 3.88 3.88 3.63 P7 3.13 3.25 2.88 3.13 3.13 P8 3.63 3.25 3.63 3.63 3.63 P9 3.38 3.63 3.38 3.38 3.50 Uji F tn tn tn tn tn

Keterangan : seperti pada Tabel 3

Tabel 4 menunjukkan bahwa parameter jumlah daun tidak berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun. Jumlah daun pada 3 MSP sampai 23 MSP

(29)

18

mengalami perubahan yang tidak signifikan. Pada 23 MSP komposisi pupuk NPK (20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x (P2) yang mempunyai kandungan unsur hara N sebanyak 0.195 g/tanaman (Tabel 1) dapat menghasilkan jumlah daun 4 helai, sedangkan komposisi pupuk NPK (20-15-15) 3x diselingi NPK (10-55-10) 1x (P7) yang mempunyai kandungan unsur hara N sebanyak 0.205 g/tanaman (Tabel 1) hanya menghasilkan jumlah daun 3.13 helai. Hal ini diduga, selama penelitian tanaman yang menerima hara N lebih banyak dapat meningkatkan kerentanan terhadap serangan penyakit yang menyebabkan daun layu, busuk dan akhirnya mati sehingga terjadi penurunan terhadap jumlah daun. Menurut Hardjowigeno (2003), kelebihan N dapat mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit.

Selain mengandung unsur hara N-P-K, kedua pupuk daun dalam komposisi pupuk P2 juga mengandung unsur hara Mg (Tabel Lampiran 9). Adanya kandungan unsur hara Mg dapat lebih meningkatkan jumlah daun. Hasil penelitian Supriyadi (2001) menyatakan bahwa tanaman yang diberi pupuk daun Mg menghasilkan jumlah daun lebih banyak dibandingkan tanpa pupuk Mg. Menurut Laegreid, Backman dan Kaarstad (1999), unsur Mg merupakan penyusun pigmen klorofil pada tanaman yang berperan mengambil dan mengubah energi cahaya menjadi bentuk yang dapat digunakan dalam proses fotosintesis.

Panjang Daun

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa parameter panjang daun tidak berbeda nyata antar komposisi pupuk daun. Komposisi pupuk NPK (20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x (P2) mencapai titik kritikal pertumbuhan panjang daun (13 MSP) lebih cepat dibandingkan komposisi NPK (20-15-15) 3x diselingi NPK (10-55-10) 1x (P7) yang mencapai titik kritikal pertumbuhan panjang daun pada 23 MSP (Tabel 5).

Komposisi pupuk daun NPK (20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x (P2) selain mengandung unsur hara N-P-K, juga tersedia unsur hara mikro lengkap. Kandungan unsur mikro dalam pupuk daun NPK (10-40-15) paling lengkap dibandingkan pupuk daun yang lainnya (Tabel Lampiran 9) karena semua unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia di dalamnya. Unsur mikro

(30)

19

pada pupuk daun dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Meskipun kebutuhan tanaman sedikit tetapi kekahatan unsur mikro dapat menghambat pertumbuhan tanaman3).

Tabel 5. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Panjang Daun Anggrek

Dendrobium sp. Perlakuan 3MSP 8MSP 13MSP 18MSP 23MSP --- cm --- P1 1.64 2.81 2.86 2.95 2.96 P2 1.71 2.64 3.08 3.14 3.19 P3 1.64 2.58 2.87 2.94 2.96 P4 1.56 2.74 2.87 2.99 3.01 P5 1.74 2.61 2.98 3.01 3.09 P6 1.54 2.69 2.86 2.89 3.10 P7 1.47 2.46 2.81 2.83 2.96 P8 1.45 2.50 2.67 2.92 2.94 P9 1.60 2.57 2.91 3.01 3.15 Uji F tn tn tn tn tn

Keterangan : seperti pada Tabel 3

Ukuran daun tanaman dapat ditentukan berdasarkan panjang dan lebar daun. Ukuran dan ketebalan daun ada yang berbeda diantara spesies yang satu dengan yang lain, tetapi ada pula yang hampir serupa (Solvia dan Sutater, 1997). Anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold mempunyai bentuk daun lanset agak membulat dan lebar sehingga ukuran daun anggrek tidak hanya ditentukan oleh panjang daun tetapi juga lebar daun.

Lebar Daun

Semua perlakuan komposisi pupuk daun yang diberikan pada anggrek

Dendrobium sp.secara analisis sidik ragam menunjukkan bahwa parameter lebar daun tidak berbeda nyata antar komposisi pupuk daun. Lebar daun yang dihasilkan setiap komposisi pupuk mengalami peningkatan dari 3 MSP sampai 23 MSP (Tabel 6).

3)

(31)

20

Tabel 6. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Lebar Daun Anggrek

Dendrobium sp. Perlakuan 3MSP 8MSP 13MSP 18MSP 23MSP --- cm --- P1 1.48 2.02 2.11 2.20 2.21 P2 1.51 2.17 2.26 2.32 2.36 P3 1.48 1.98 2.20 2.26 2.29 P4 1.42 1.96 2.12 2.22 2.24 P5 1.55 2.19 2.20 2.25 2.29 P6 1.39 2.02 2.14 2.19 2.29 P7 1.36 1.92 2.09 2.18 2.20 P8 1.35 1.86 2.04 2.23 2.26 P9 1.44 1.99 2.08 2.20 2.34 Uji F tn tn tn tn tn

Keterangan : seperti pada Tabel 3

Komposisi pupuk daun NPK (32-10-10) 2x diselingi NPK (6-20-30) 1x (P5) mencapai titik kritikal pertumbuhan lebar daun pada 8 MSP, sedangkan komposisi pupuk daun NPK (20-15-15) 3x diselingi NPK (10-55-10) 1x (P7) mencapai titik kritikal pertumbuhan lebar daun pada 18 MSP (Tabel 6).

Komposisi pupuk P5 mempunyai kandungan unsur hara K (0.185 g/tanaman) lebih banyak dibandingkan kandungan unsur hara K pada komposisi pupuk P7 (0.165 g/tanaman). Unsur K mempunyai peranan penting sebagai katalisator, terutama di dalam penguraian protein menjadi asam amino serta penyusunan dan pembongkaran karbohidrat (Solvia dan Sutater, 1997). Kalium juga berperan dalam proses fisiologi tanaman, pembukaan stomata, mengaktifkan enzim dan mempengaruhi penyerapan unsur-unsur hara lainnya (Hardjowigeno, 2003).

Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6 menunjukkan bahwa pupuk NPK berperan dalam pertumbuhan panjang daun dan lebar daun sehingga dapat lebih cepat mencapai titik kritikal pertumbuhan. Pemberian hara N-P-K pada tanaman anggrek Dendrobium sp. lebih efektif diserap melalui daun sehingga dapat mensuplai ketersediaan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Santi (1992), pemupukan lewat daun pada tanaman anggrek Aranda Lilac akan lebih efektif dan lebih efisien apabila pupuk diberikan dengan konsentrasi lebih rendah, tetapi intensitas pemberian pupuk ditingkatkan.

(32)

21

Panjang daun dan lebar daun berhubungan dengan luas permukaan daun. Menurut Hidayat (1995), daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis dan proses metabolisme lainnya. Jika luasan daun lebih besar maka kemampuan daun untuk berfotosintesis semakin besar pula dan karbohidrat yang dihasilkan juga lebih banyak. Karbohidrat dari proses fotosintesis tersebut akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Jumlah Anakan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa parameter jumlah anakan pada 23 MSP berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Jumlah Anakan Anggrek

Dendrobium sp. Perlakuan 3MSP 8MSP 13MSP 18MSP 23MSP P1 2.38 2.50 2.25 2.25 2.50a P2 2.25 2.38 2.25 2.25 2.50a P3 2.25 2.25 2.00 2.00 2.00bc P4 2.25 2.13 2.13 2.13 2.13abc P5 2.50 2.50 2.13 2.13 2.38ab P6 2.38 2.38 2.13 2.25 2.13abc P7 2.25 2.25 2.25 1.88 1.88c P8 2.50 2.50 2.25 2.25 2.38ab P9 2.00 2.00 2.00 2.00 2.13abc Uji F tn tn tn tn *

Keterangan : seperti pada Tabel 3

Pada 3 MSP sampai 18 MSP, jumlah anakan yang dihasilkan oleh komposisi pupuk daun NPK (20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x (P2) mengalami peningkatan dan penurunan. Pada 23 MSP komposisi pupuk daun tersebut menghasilkan jumlah anakan lebih banyak dibandingkan komposisi pupuk daun NPK (20-15-15) 3x diselingi NPK (10-55-10) 1x (P7). Komposisi pupuk daun P7 menghasilkan jumlah anakan yang relatif konstan pada 3 MSP sampai 13 MSP dan pada 18 MSP mengalami penurunan jumlah anakan yang cukup banyak. Menurut Puspitaningtyas et al. (2003), Dendrobium sp. termasuk anggrek simpodial yang mempunyai pertumbuhan ujung batang terbatas dan

(33)

22

setelah mencapai pertumbuhan maksimum maka akan terbentuk tunas anakan samping.

Komposisi pupuk daun P2 mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman anggrek. Pupuk NPK (20-15-15) yang terdapat dalam komposisi pupuk P2 mempunyai kandungan unsur hara P (0.260 g/tanaman) lebih banyak dibandingkan kandungan unsur hara N (0.195 g/tanaman) dan K (0.172 g/tanaman) yang relatif seimbang (Tabel 1). Fosfor (P) merupakan unsur esensial untuk fotosintesis, respirasi, pembentukan sel dan transformasi gula-starch dalam tanaman (Edison, 1957). Unsur ini sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman karena merupakan bagian dari molekul fosfat, nukleotida, asam nukleat, fosfolipid dan koenzim yang penting untuk metabolisme tanaman (Salisbury dan Ross, 1969). Dalam proses pembentukan dan perkembangan anakan dibutuhkan hara dalam jumlah relatif besar (Edmond et al., 1983).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan unsur hara dalam setiap komposisi pupuk daun yang diterima oleh tanaman memberikan hasil yang sama baiknya terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Hal ini diduga, perbedaan kandungan unsur hara antar komposisi pupuk daun masih relatif kecil sehingga pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun tidak berbeda nyata antar komposisi pupuk daun. Menurut Dwidianthy (2003), pemberian pupuk daun secara terus-menerus akan memberikan respon tanaman terhadap pemupukan semakin baik dan pada akhirnya proporsi unsur hara yang tersedia bagi tanaman juga meningkat, dengan demikian akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Dalam perbanyakan tanaman dengan cara pemisahan anakan diperlukan adanya hara yang cukup untuk menghasilkan jumlah anakan yang banyak. Semakin banyak jumlah anakan yang dihasilkan oleh suatu tanaman maka semakin banyak bibit atau tanaman baru yang dapat diperbanyak. Menurut Rimando (2001), pemisahan anakan anggrek menjadi tanaman baru dapat dilakukan jika minimal terdapat tiga sampai empat pseudobulb. Selanjutnya masing-masing pseudobulb yang telah dipisahkan ditanam dalam pot terpisah.

(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun anggrek Dendrobium sp. tidak berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun, tetapi pada 23 MSP jumlah anakan anggrek Dendrobium sp. berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun. Komposisi pupuk daun memberikan hasil yang sama baiknya terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sp.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya perlu diperhatikan jumlah kandungan hara yang diperlukan setiap tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu juga perlu diperhatikan kondisi lingkungan optimal untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. Anggrek Dendrobium sp. sebaiknya ditempatkan pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya optimal yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Andani, S. dan Purbayanti. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman (terjemahan). Gajah Mada Press, Yogyakarta. 421 hal.

Dwidianthy, Y. 2003. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Mawar (Rosa hibrida L. var. Princess). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 42 hal.

Edmond, J. B., T. L. Seen, F. S. Andrews and R. S. Halfacre. 1983. Fundamental of Horticulture. Mc. Graw Hill Inc. New York. 560 p.

Edison, T. A. 1957. Fundamental of Horticulture Third Edition. Mc. Graw-Hill Book Company, USA. 456p.

Ginting, B., W. Prasetio dan T. Sutater. 2001. Pengaruh cara pemberian air, media dan pemupukan terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. J.Hort. 11(1) : 22-29.

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya, Jakarta. 192 hal.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. 286 hal.

Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 195 hal.

Hew, C. S. dan J. W. H. Yong. 1996. The Physiology of Tropical Orchid in Relation to The Industry. Department of Botany National University of Singapore, Singapore. 331 p.

Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB, Bandung. 275 hal.

Laegreid, M., O. C. Backman and O. Kaarstad. 1999. Agriculture Fertilizers and The Enviroment. CABI Publishing, USA. 294 p.

Lakitan, B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 218 hal.

LIPI-Lembaga Biologi Nasional. 1980. Jenis-jenis Anggrek. Balai Pustaka, Jakarta. 135 hal.

Orchid Society of South East Asia. 1998. Orchid Growing In The Tropics. Timber Press, Malaysia. 207 p.

(36)

26

Pirone, P. P. 1978. Diseases and Pests of Ornamental Plants 5th Ed. A Wiley-Intersciense Publication, New York. 566 p.

Pridgeon, A. 1992. The Illustrated Encyclopedia of Orchid. Timber Press, Inc. North Amerika. 304 p.

Puspaningtyas, D. M., S. Mursidawati, Sutrisno dan J. Asikin. 2003. Anggrek Alam di Kawasan Konservasi Pulau Jawa. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Bogor, Bogor. 164 hal.

Rimando, T. J. 2001. Ornamental Horticulture A Little Giant in The Tropics. SEAMEO SEARCA, Los Banos. 333 p.

Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1969. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company Inc. California. 747 p.

---. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 (Terjemahan). ITB, Bandung. 343 hal.

Santi, A. 1992. Pengaruh beberapa pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek

Lilac. J.Hort. 3(2) : 28-30.

Sheehan, T. J. 1992. Orchid. In : Roy, A. L. (ed). Introduction to Floriculture 2nd ed, p. 113-142. Academic Press, New York.

Sheehan, T. dan M. Sheehan. 1979. Orchid Genera Illustrated. Van Nostrand Reinhold Co., A Division of Litton Educational Publishing, Inc. New York, USA. 636 p.

Solvia, N dan T. Sutater. 1997. Bioekologi tanaman anggrek Dendrobium. Buku Komoditas (3) : 1-13. Balai Penelitian Tanaman Hias. 71 hal.

Stewart, J. 2000. Orchid Revised Editions. Timber Press, Portland.

Supriyadi, L. 2001. Pengaruh Pemberian Pupuk Mg terhadap Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe Vera linn) yang Ditanam pada Beberapa Perimbangan Dosis Pupuk N dan K. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 30 hal.

Sutater, T. 1992. Dosis pupuk N dan K pada tanaman krisan Chrysanthemum morifolium. J. Hort. 2(2) : 1-4.

Warren, W. and L. I. Tettoni. 1996. Tropical Flowers of Southeast Asia. Periplus Editions, Singapore. 64 p.

(37)

27

Wasito, A. and R. Tedjasarwana. 2003. Peningkatan mutu bunga dan produktivitas dua kultivar sedap malam dengan pemupukan N, P dan K. J.Hort. 13(3) : 177-181.

Widiastoety, D dan F. A. Bahar. 1995. Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium. J.Hort. 5(4) : 72-75.

Widiastoety, D dan A. Santi. 1997. Pembibitan dan budidaya anggrek. Buku Komoditas (3) : 21-27. Balai Penelitian Tanaman Hias. 71 hal.

Widiastoety, D., W. Prasetio dan N. Solvia. 2000. Pengaruh naungan terhadap produksi tiga kultivar bunga anggrek Dendrobium. J.Hort. 9(4) : 302-306.

http://www.deptan.go.id/pusat data dan informasi pertanian/sub sektor tanaman pangan dan hortikulturan/komoditas anggrek.html. Tanggal akses 12 Juni 2006.

http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/file/0104.ANGGREK.pdf. Tanggal akses 16 Juni 2006.

http://www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3403/hara%20mikro.htm-68k. Tanggal akses 18 Juli 2006.

(38)
(39)

29

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Tinggi Tanaman Anggrek Dendrobium sp.

Umur Tanaman (MSP) Sumber Keragaman db JK KT F Hit Pr>F KK (%) 3 Pupuk Galat Total 8 63 71 0.80 10.01 10.81 0.10 0.16 0.63 0.75 23.74 Pupuk 8 3.78 0.47 0.96 0.47 19.84 Galat 63 30.89 0.49 8 Total 71 34.67 Pupuk 8 183.70 22.96 1.57 0.15 26.78 Galat 63 922.21 14.64 13 Total 71 1105.91 Pupuk 8 117.97 14.75 1.23 0.29 21.28 Galat 63 753.25 11.96 18 Total 71 871.22 Pupuk 8 71.71 8.96 0.74 0.65 20.25 Galat 63 759.07 12.05 23 Total 71 830.78

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Jumlah Daun Anggrek Dendrobium sp.

Umur Tanaman (MSP) Sumber Keragaman db JK KT F Hit Pr>F KK (%) 3 Pupuk Galat Total 8 63 71 5.36 25.25 30.61 0.67 0.40 1.67 0.12 17.40 Pupuk 8 2.25 0.28 0.60 0.78 19.36 Galat 63 29.62 0.47 8 Total 71 31.88 Pupuk 8 5.36 0.67 1.47 0.18 19.34 Galat 63 28.62 0.45 13 Total 71 33.99 Pupuk 8 3.25 0.41 1.13 0.35 16.92 Galat 63 22.62 0.36 18 Total 71 25.88 Pupuk 8 3.44 0.43 0.97 0.46 18.49 Galat 63 27.88 0.44 23 Total 71 31.32

(40)

30

Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Panjang Daun Anggrek Dendrobium sp.

Umur Tanaman (MSP) Sumber Keragaman db JK KT F Hit Pr>F KK (%) 3 Pupuk Galat Total 8 63 71 0.64 7.64 8.29 0.08 0.12 0.66 0.72 21.86 Pupuk 8 2.00 0.25 0.65 0.73 23.15 Galat 63 24.37 0.39 8 Total 71 26.38 Pupuk 8 0.82 0.10 0.56 0.80 14.91 Galat 63 11.59 0.18 13 Total 71 12.4 Pupuk 8 0.49 0.06 0.37 0.93 13.77 Galat 63 10.48 0.17 18 Total 71 10.98 Pupuk 8 0.58 0.07 0.46 0.88 13.08 Galat 63 9.95 0.16 23 Total 71 10.53

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Lebar Daun Anggrek Dendrobium sp.

Umur Tanaman (MSP) Sumber Keragaman db JK KT F Hit Pr>F KK (%) 3 Pupuk Galat Total 8 63 71 0.31 3.58 3.90 0.04 0.06 0.69 0.70 16.54 Pupuk 8 0.31 0.04 0.69 0.70 16.54 Galat 63 3.58 0.06 8 Total 71 3.90 Pupuk 8 0.31 0.04 0.81 0.60 10.19 Galat 63 2.98 0.05 13 Total 71 3.29 Pupuk 8 0.12 0.02 0.42 0.90 8.50 Galat 63 2.26 0.04 18 Total 71 2.38 Pupuk 8 0.19 0.02 0.70 0.69 8.22 Galat 63 2.21 0.04 23 Total 71 2.40

(41)

31

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Jumlah Anakan Anggrek Dendrobium sp.

Umur Tanaman (MSP) Sumber Keragaman db JK KT F Hit Pr>F KK (%) 3 Pupuk Galat Total 8 63 71 1.53 13.75 15.28 0.19 0.22 0.87 0.54 20.26 Pupuk 8 2.03 0.25 1.17 0.33 20.05 Galat 63 13.62 0.22 8 Total 71 15.65 Pupuk 8 0.69 0.09 0.63 0.74 17.19 Galat 63 8.62 0.14 13 Total 71 9.32 Pupuk 8 1.25 0.16 1.14 0.34 17.41 Galat 63 8.62 0.14 18 Total 71 9.88 Pupuk 8 3.19 0.40 2.24* 0.04 19.02 Galat 63 11.25 0.18 23 Total 71 14.44

Keterangan : * Berbeda nyata pada taraf uji 5%

Tabel Lampiran 6. Rata- rata Suhu Harian dan Bulanan (oC) Rata-rata Suhu (oC) Bulan 07.30 12.30 17.30 Min Max Rata-rata Suhu Harian (oC) Desember 26.45 31.26 30.19 20 34 28.59 Januari 26.60 31.70 30.30 25 34 28.80 Februari 26.66 34.89 30.43 26 37 29.66 Maret 25.46 32.57 29.89 24 40 28.35 April 25.38 35.24 28.94 23 39 28.74 Mei 24.50 34.17 28.39 24 40 27.89

Rata-rata Suhu Bulanan (oC) 28.67

Tabel Lampiran 7. Rata- rata Kelembaban Udara (RH) Harian dan Bulanan (%) Rata-rata RH (%) Bulan 07.30 12.30 17.30 Min Max Rata-rata RH Harian (%) Desember 92.03 73.40 80.26 62 100 81.90 Januari 93.00 69.90 77.70 30 100 80.17 Februari 94.64 62.68 79.64 54 99 78.99 Maret 91.28 63.82 72.18 45 100 75.76 April 92.74 58.00 80.18 52 100 76.97 Mei 96.11 56.22 79.72 49 100 77.35 Rata-rata RH Bulanan (%) 78.52

(42)

32

Tabel Lampiran 8. Total Curah Hujan Bulanan (mm)

Bulan Total Curah Hujan Bulanan

(mm/bulan) Oktober 351 November 423 Desember 252 Januari 640 Februari 434 Maret 138 April 164 Mei 324

Rata-rata Curah Hujan Bulanan (mm/bulan) 341

Sumber : Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Darmaga

Tabel Lampiran 9. Komposisi Unsur Makro dan Unsur Mikro dalam Pupuk Daun Pupuk Daun (%) Unsur Hara NPK (20-15-15) NPK (6-20-30) NPK (32-10-10) NPK (10-55-10) NPK (10-40-15) N 20 6 32 10 10 P2O5 15 20 10 55 40 K2O 15 30 10 10 15 B v v 0.02 0.02 v Ca - - 0.05 0.05 v Co v v - - v Cu v v 0.05 0.05 v Fe - - 0.1 0.1 v Mg 1 3 0.1 0.1 v Mn v v 0.05 0.05 v Mo - - 0.0005 0.0005 v S - - 0.2 0.2 v Zn v v 0.05 0.05 v

Keterangan : - Tidak tersedia v Tersedia NPK (20-15-15) : Gandasil-D NPK (6-20-30) : Gandasil-B NPK (32-10-10) : Growmore Hijau NPK (10-55-10) : Growmore Merah NPK (10-40-15) : Hyponex

(43)

33

Tabel Lampiran 10. Persentase Rata-rata Jumlah Daun Terserang Penyakit Antraknosa pada 6 MSP Pot ke- Perlakuan Jumlah Daun Jumlah Daun Terserang Penyakit Antraknosa

Rata-rata Jumlah Daun Terserang Antraknosa (%) 1 PIU1 10 0 0.00 2 PIU2 10 1 10.00 3 PIU3 13 1 7.69 4 PIU4 13 0 0.00 5 PIU5 11 4 36.36 6 PIU6 15 2 13.33 7 PIU7 5 0 0.00 8 PIU8 16 1 6.25 9 P2U1 18 0 0.00 10 P2U2 11 2 18.18 11 P2U3 13 2 15.38 12 P2U4 12 1 8.33 13 P2U5 21 1 4.76 14 P2U6 8 1 12.50 15 P2U7 13 1 7.69 16 P2U8 16 1 6.25 17 P3U1 9 0 0.00 18 P3U2 11 0 0.00 19 P3U3 20 6 30.00 20 P3U4 12 0 0.00 21 P3U5 13 0 0.00 22 P3U6 6 0 0.00 23 P3U7 13 0 0.00 24 P3U8 18 0 0.00 25 P4U1 11 0 0.00 26 P4U2 5 0 0.00 27 P4U3 10 1 10.00 28 P4U4 11 2 18.18 29 P4U5 17 0 0.00 30 P4U6 8 2 25.00 31 P4U7 8 0 0.00 32 P4U8 16 1 6.25 33 P5U1 7 0 0.00 34 P5U2 8 1 12.50 35 P5U3 16 1 6.25 36 P5U4 12 1 8.33 37 P5U5 18 2 11.11 38 P5U6 9 2 22.22 39 P5U7 14 0 0.00 40 P5U8 9 0 0.00

(44)

34 41 P6U1 16 2 12.50 42 P6U2 14 1 7.14 43 P6U3 10 2 20.00 44 P6U4 11 0 0.00 45 P6U5 10 2 20.00 46 P6U6 3 1 33.33 47 P6U7 10 3 30.00 48 P6U8 8 2 25.00 49 P7U1 11 1 9.09 50 P7U2 17 5 29.41 51 P7U3 11 1 9.09 52 P7U4 11 5 45.45 53 P7U5 15 0 0.00 54 P7U6 11 2 18.18 55 P7U7 16 4 25.00 56 P7U8 18 0 0.00 57 P8U1 12 2 16.67 58 P8U2 21 0 0.00 59 P8U3 6 0 0.00 60 P8U4 6 0 0.00 61 P8U5 6 1 16.67 62 P8U6 9 3 33.33 63 P8U7 10 1 10.00 64 P8U8 11 0 0.00 65 P9U1 13 0 0.00 66 P9U2 10 1 10.00 67 P9U3 11 2 18.18 68 P9U4 14 3 21.43 69 P9U5 8 0 0.00 70 P9U6 8 1 12.50 71 P9U7 10 3 30.00 72 P9U8 11 0 0.00

Persentase Rata-rata Jumlah Daun per Pot

Gambar

Gambar 1. Bentuk Bunga Anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold
Gambar 2. Daun Anggrek Dendrobium sp. yang Terserang Antraknosa
Tabel 1. Jumlah Unsur Hara N-P-K yang Diterima Setiap Tanaman Selama 23  Minggu  Unsur Hara (g)  Perlakuan  N P 5 O 5 K 2 O  P1 0.230 0.235  0.172  P2 0.195 0.260  0.172  P3 0.175 0.310  0.172  P4 0.303 0.140  0.165  P5 0.277 0.150  0.185  P6 0.225 0.170
Tabel 2 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi  pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sp
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip dari metode spektrofotometri sinar tampak yang digunakan dalam penetapan kadar klopidogrel adalah pengukuran penurunan intensitas warna kalium permanganat dalam suasana

Maka, kepekaan terhadap sesama dan suatu keadaan itu penting sekali karena dapat meninggkatkan kecerdasan interpersonal para santri, untuk hal ini para asatidz

Dari hasil penelitian menggunakan software online ACD/I-Lab diketahui kandungan senyawa flavonoid turunan apigenin berpotensi memiliki efek buruk yang dapat

Pada tahap akhir murid telah mampu melakukan seluruh proses penerapan metode eurhythmics pada pembelajaran biola tingkat dasar, mulai dari pelatihan solfegge,

Terdapat perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Astutik (2015) yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi

Begitu pula yang telah diatur dalam Pasal 2 UU TPPU, bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan hasil dari tindak pidana asal, tidak hanya tindak pidana

ABSTRAK: Dalam proses pembelajaran banyak hal yang harus diperhatikan oleh guru salah satunya adalah pendekatan yang digunakan, karena pendekatan, metode maupun

Berkenaan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan adik-adik untuk memberikan jawaban atas pernyataan yang terdapat dalam angket ini sesuai dengan kondisi adik-adik dalam