• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kelompok Peduli Lingkungan Di Sub Das Cikapundung Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kelompok Peduli Lingkungan Di Sub Das Cikapundung Jawa Barat"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM

KELOMPOK PEDULI LINGKUNGAN DI SUB DAS

CIKAPUNDUNG JAWA BARAT

HELNAFRI ANKESA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Kelompok Peduli Lingkunga di Sub DAS Cikapundung Jawa Barat” adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

(4)

RINGKASAN

HELNAFRI ANKESA. Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Kelompok Peduli Lingkungan di Sub DAS Cikapundung Jawa Barat. Dibimbing oleh SITI AMANAH dan PANG S. ASNGARI

Penurunan kualitas Sub DAS Cikapundung disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya perilaku membuang sampah yang tidak pada tempatnya oleh warga sekitar. Kesadaran masyarakat terhadap peduli lingkungan sangat penting demi kelangsungan Sub DAS Cikapundung. Isu lingkungan Cikapundung mengundang perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk gerakan kelompok. Pembentukan kelompok menjadi modal yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan keaktifan partisipasi ibu rumah tangga.

Sub DAS Cikapundung mengalir dari Kabupaten Bandung Barat bermuara di sungai Citarum. Tiga bagian aliran Sub DAS Cikapundung yaitu bagian hulu Desa Sunten Jaya Kabupaten Bandung Barat, bagian tengan Kelurahan Lebak Siliwangi Kota Bandung, dan bagian hilir di Desa Dayeuh Kolot Kabupaten Bandung. Kelompok perempuan peduli lingkungan sudah ada di masing-masing bagian Sub DAS Cikapundung. Penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan tentang tingkat partisipasi ibu rumah tangga kelompok peduli lingkungan di Sub DAS Cikapundung. Adapun tujuan penelitian ini meliputi hal berikut: (1) menganalisis faktor pendorong ibu rumah tangga ikut terlibat dalam kelompok peduli lingkungan, (2) menganalisis karakteristik masing-masing kelompok dan, (3) menganalisis keberlanjutan inisiatif perempuan dalam bentuk kelompok peduli lingkungan.

Responden penelitian adalah seluruh anggota kelompok peduli lingkungan dan ibu rumah tangga non anggota kelompok dipilih secara acak (106 orang) di tiga wilayah penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret hingga April 2015. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang terdiri dari 45 pertanyaan dan atau 10 pernyataan meliputi variabel profil ibu rumah tangga responden seperti umur, pendidikan formal, frekuensi pendidikan non formal, tingkat pendapatan dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang sampah. Variabel penelitian juga mencakup tingkat dukungan keluarga, tingkat kedinamisan kelompok, tingkat dukungan tokoh masyarakat dan program penyuluhan serta persepsi ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif kualitatif, dan untuk mengkaji faktor-faktor yang berkorelasi dengan tingkat partisipasi ibu rumah tangga digunakan analisis korelasi rank Spearman.

(5)

program penyuluhan, sedangkan umur merupakan faktor yang berhubungan negatif sangat nyata dengan tingkat partisipasi yaitu dengan nilai koefisien korelasi -0,269. Faktor yang berhubungan positif nyata dengan tingkat partisipasi adalah tingkat pendidikan formal dan tingkat dukungan keluarga. (2) karakteristik setiap kelompok berbeda sesuai dengan cara penanganan sampah di setiap daerah. Kelompok di daerah hulu Sub DAS Cikapundung cara penanganan sampah dengan mendaur ulang sampah, kelompok di daerah tengah penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dan di tabung di Bank sampah, sedangkan di daerah hilir melakukan penggabungkan kedua cara penanganan sampah tersebut. (3) keberlanjutan setiap kelompok dipengaruhi oleh tingkat partisipasi ibu rumah tangga terhadap kegiatan peduli lingkungan. Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat kerusakan dan bencana masing-masing daerah. Semakin tinggi tingkat kerusakan dan bencana suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam kelompok peduli lingkungan, sehingga semakin besar keberlanjutan kelompok perempuan akan dikembangkan.

(6)

SUMMARY

HELNAFRI ANKESA. Participation Levels of Women’s Group of Environmental Care in Waste Management at Cikapundung Sub River Basin Jawa Barat. Supervised by SITI AMANAH and PANG S ASNGARI

Cikapundung Sub river basin loss of quality is caused by various factors, one of it is the local people behavior by littering. Public awareness of environmental care is vital for Cikapundung Sub River basin sustainability. This Cikapundung environmental issues drive the women there to participate in the form of action group. This formation of group is needed to be developed for enhance the activity of the participation of housewives.

Cikapundung Sub river basin flowing from West of Bandung regency into the Citarum river. Three parts flow Cikapundung Sub River Basin is up stream part of Sunten Jaya village West of Bandung regency, middle part of Lebak Siliwangi Village of Bandung, and downstream part of Dayeuh Kolot village of Bandung regency. This group of women who concerned about the environment is allready existing in the respective section of Cikapundung Sub River Basin. This study is to seeks the answer of the questions about the level of participation of housewives groups who concerned about the environment in Cikapundung Sub River basin. The purpose of this study include the following item: (1) analyze the factors which driving housewives get involved in group care environment, (2) analyze the characteristics of each groups and, (3) analyze the sustainability which initiatives the women in the form of group care environment.

The respondents are all members of the group who concerned about the environment and housewives randomly selected non members of the group (106 people) in three areas of research. The data collection was conducted in March and April 2015. Primary data was collected through a questionnaire consisting of 45 questions and 10 statements covering or profile variables housewife respondents such as age, formal education, the frequency of non-formal education, income level and knowledge of housewives about garbage. The research variables also include the level of family support, the level of group dynamics, the level of support of community leaders and outreach programs as well as the perception of housewives towards waste management. Data processing was performed by descriptive qualitative, and to study the factors that correlated with the level of participation of housewives, used Spearman rank correlation analysis .

(7)

have correlation coefficient value on -0,269. Factors related real positive participation level is the level of formal education and the level of family support. (2) the characteristics of each group is different according to the way of handling waste in every area. Group in the upstream Cikapundung sub river basin handling the waste by recycling, the group in the central area of waste management is by collecting garbage and trash bank tube, while downstream areas do combine the two ways of handling the waste. (3) sustainability of each group is influenced by the level of participation of housewives towards environmental awareness activities. The participation rate of housewife influenced by the level of destruction and disaster of each region. The higher the levels of destruction and disaster of a region, the higher the level of participation of housewives in a group concerned about the environment, so that the greater sustainability of women's groups will be developed.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

TINGKAT PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM

KELOMPOK PEDULI LINGKUNGAN DI SUB DAS

CIKAPUNDUNG JAWA BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)
(12)

Judul Tesis : Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Kelompok Peduli Lingkungan di Sub DAS Cikapundung Jawa Barat

Nama : Helnafri Ankesa

NIM : I351130031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Siti Amanah MSc Ketua

Prof Dr Pang S. Asngari Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 27 Januari 2016 (tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:

(tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah

(13)
(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian tentang perilaku masyarakat dalam memelihara lingkungan dengan judul “Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga Kelompok Peduli Lingkungan di Sub DAS Cikapundung Jawa Barat.”

Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini, penghargaan dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

(1) Ketua Komisi Pembimbing Dr Ir Siti Amanah SMc dan Anggota Komisi Pembimbing Prof Dr Pang S. Asngari.

(2) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan Beasiswa Unggulan (BU) tahun 2013 dalam menempuh program Magister.

(3) Kedua orang tua penulis, Ibunda Ermawati dan Ayahanda Adnan, serta kakak penulis (Alenia Fitri), adik penulis (Fajrul Hasni) dan Ary Dwi Santoso ST, atas segala doa dan kasih sayangnya serta nasehatnya.

(4) Kepala Desa Suntenjaya (Bapak Asep), Kelurahan Lebak Siliwangi (Bapak Nursomadin), Kepala Desa Dayeuh Kolot (Bapak Yayan Setiana. A.MD), responden ibu rumah tangga serta seluruh pengurus dan anggota kelompok peduli lingkungan di tiga daerah penelitian.

(5) Dosen (Bapak Heri BT), staf Administrasi IPB (Bu Desi) dan rekan-rekan mahasiswa IPB (Shanti D, Nurul DN, Tintin PN, Herry T, Ike WP, Nila S, Dedeh K, Erix C, Vera A, Minas T dan Lucy NF) atas kerja sama dan diskusi-diskusi selama ini.

(6) The last but not least calon suami penulis Sertu Arif Budiman yang sudah menemani dan memberi semangat kepada penulis dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak terkait pengembangan kelompok peduli lingkungan.

Bogor, 02 Maret 2016

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

I PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

II TINJAUAN PUSTAKA

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Memelihara Lingkungan Hidup 4

Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat 8

Kelompok sebagai Penggerak Perubahan Lingkungan Hidup 13 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 15

Penelitian Terdahulu 17

III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Kerangka Berpikir 19

Hipotesis Penelitian 20

IV METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Populasi dan Sampel 21

Data dan Instrumentasi 22

Pengumpulan Data 22

Variabel Penelitian 22

Defenisi Operasional 23

Uji Validitas dan Reliabilitas 27

Analisis Data 29

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 30

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Ibu Rumah Tangga 32

Tingkat Dukungan Keluarga 37

Tingkat Kedinamisan Kelompok 41

Tingkat Dukungan Tokoh Masyarakat 47

Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Kegiatan Kelompok

Peduli Lingkungan 54

Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam

(16)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi dan Tingkat

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Kelompok Peduli Lingkungan 57 VII SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 61

Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 68

(17)
(18)

DAFTAR TABEL

1 Populasi dan Responden Sampel 21

2 Hasil Uji Analisis Penelitian yang Telah Dilakukan 28 3 Persentase Ibu Rumah Tangga Responden Menurut Umur di Tiga

Daerah Penelitian 32

4 Persentase Ibu Rumah Tangga Responden Menurut Tingkat

Pendidikan Formal 33

5 Persentase Ibu Rumah Tangga Responden Menurut Frekuensi

Pendidikan Non Formal 34

6 Persentase Ibu Rumah Tangga Responden Menurut Tingkat

Pendapatan 34

7 Persentase Pengetahuan yang Benar Ibu Rumah Tangga Terhadap

Peduli Lingkungan 35

8 Persentase Tingkat Dukungan Keluarga Berdasarkan Pandangan

Keluarga terhadap Peran Ibu Rumah Tangga 38

9 Perbedaan Profil Kegiatan Sehari-Hari Ibu Rumah Tangga di Desa Sunten Jaya, Kelurahan Lebak Siliwangi dan Desa Dayeuh Kolot 40 10 Perbedaan Profil Kegiatan Sehari-Hari Laki-Laki di Desa Sunten Jaya,

Kelurahan Lebak Siliwangi dan Desa Dayeuh Kolot 41

11 Persentase Kelompok Menurut Struktur Kelompok 45

12 Persentase Kelompok Menurut Interaksi 46

13 Persentase Tingkat Dukungan Tokoh Masyarakat Menurut Bantuan

Fasilitas 48

14 Persentase Tingkat Dukungan Tokoh Masyarakat Menurut Sosialisasi 50 15 Persentase Tingkat Dukungan Program Penyuluhan Menurut

Teknologi dan Inovasi 52

16 Persentase Ibu Rumah Tangga Menurut Pelaksanaan Kegiatan

Pengelolaan Sampah yang Baik 54

17 Persentase Tingkap Partisipasi Ibu Rumah Tangga Menurut Tiga Tahapan Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi 56 18 Hubungan Profil Ibu Rumah Tangga dengan Persepsi Ibu Rumah

Tangga Terhadap Kelompok Peduli Lingkungan 58

19 Hubungan Faktor Internal dan Faktor Eksternal Ibu Rumah Tangga dengan tingkat Partisipasi Ibu rumah tangga kelompok peduli

lingkunga 60

DAFTAR GAMBAR

1 Syarat Tumbuh Berkembangnya Partisipasi Masyarakat 8

2 Kerangka Berpikir Tingkat Partisipasi Ibu rumah tangga kelompok

peduli lingkunga 20

3 Perbedaan Profil Kegiatan Sehari-Hari Ibu Rumah Tangga di Desa Sunten Jaya, Kelurahan Lebak Siliwangi dan Desa Dayeuh Kolot 40 4 Perbedaan Profil Kegiatan Sehari-Hari Laki-Laki di Desa Sunten Jaya,

(19)

5 Struktur Kelompok Sadulur Satujuan 42

6 Struktur Kelompok Bank Sampah RW 08 43

7 Struktur Kelompok Kawasan Rumah Pangan Lestari 44

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Wilayah Penelitian 70

2 Instrumen Penelitian 71

(20)
(21)
(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan, salah satu masalah yang banyak dihadapi seluruh wilayah Indonesia adalah sampah. Artiningsih (2008) menyatakan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan di Indonesia adalah 800 gram/hari/kapita (1995) menjadi 910 gram/hari/kapita (2010). Hal ini ditemui pula pada Sub DAS Cikapundung. Sungai Cikapundung merupakan sungai sepanjang 28 kilometer ini, melintasi kecamatan di tiga kabupaten/kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Di daerah hulu Sungai Cikapundung terletak di Kabupaten Bandung Barat meliputi Kecamatan Lembang, sedangkan bagian tengah termasuk Kota Bandung meliputi delapan Kecamatan yaitu (1) Kecamatan Cilengkrang, (2) Kecamatan Cidadap, (3) Kecamatan Coblong, (4) Kecamatan Bandung Wetan, (5) Kecamatan Cicendo, (6) Kecamatan Sumur Bandung, (7) Kecamatan Regol, Lengkong dan (8) Kecamatan Bandung Kidul. Sungai Cikapundung salah satunya bermuara di Sungai Citarum di Kabupaten Bandung terdiri dari dua kecamatan yaitu (1) Kecamatan Dayeuh Kolot dan (2) Kecamatan Cimenyan.

Selain sampah ada penyebab lain yang membuat Sungai Cikapundung tercemar. Menurut Rasyidi (2009), perkembangan pemanfaatan lahan di DAS Cikapundung Hulu saat ini telah memperlihatkan kondisi yang mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya laju koefisien limpasan (run off) dan menurunnya aliran infiltrasi serta baseflow di DAS. Fenomena tersebut mengindikasikan telah berubahnya kondisi tata air di DAS yang selain akan menimbulkan permasalahan semakin berkurangnya ketersediaan air Sungai Cikapundung yang selama ini dimanfaatkan untuk pasokan air baku PDAM, PLTA maupun irigasi, juga akan menimbulkan potensi bencana, baik banjir, kekeringan maupun tanah longsor. Kondisi tersebut tidak terlepas dari letak geografis DAS Cikapundung Hulu yang berada di dalam Kawasan Cekungan. Bandung merupakan salah satu dari pusat kegiatan nasional (PKN) yang perekonomiannya berkembang sangat pesat sehingga memerlukan peningkatan dukungan sumber daya yang besar pula baik berupa sumber daya manusia maupun sumber daya alam.

(23)

2

banyak terjadi alih fungsi lahan. Bertambahnya lahan kritis yang disebabkan alih fungsi lahan di daerah-daerah lereng bukit dengan kemiringan tajam, dikhawatirkan akan menimbulkan ancaman lingkungan seperti erosi dan tanah longsor. Lokasi alih fungsi lahan yang berdekatan dengan sungai mengakibatkan jumlah volume tanah yang masuk ke dalam sungai akan menimbulkan masalah pendangkalan pada sungai, sehingga berdampak terhadap masyarakat yang tinggal di daerah hilir sungai.

Keadaan yang mengkhawatirkan tersebut memerlukan kesadaran masyarakat tentang Sungai Cikapundung. Selama ini di daerah Jawa Barat yang terlibat dalam pembangunan aspek fisik lingkungan lebih banyak adalah laki-laki. Berbeda dengan perempuan, sebagian besar curahan waktu ibu rumah tangga lebih banyak dalam urusan domestik dari pada urusan publik, padahal ibu rumah tangga juga mampu berpartisipasi aktif dalam kelompok khususnya pengembangan keterlibatan peduli lingkungan karena ibu rumah tangga lebih sering berurusan dengan pengelolaan sampah. Oleh sebab itu ibu rumah tangga memiliki peran yang sangat penting baik bagi keluarga maupun dimasyarakat seperti yang dijelaskan oleh Mosher (2002) bahwa ibu rumah tangga memiliki tiga peran penting di dalam masyarakat yaitu pertama peran reproduksi yang berkaitan dengan segala urusan rumah tangga, kedua peran ekonomi, dan ketiga peran sosial.

Beberapa isu gender yang sering terjadi di lingkungan masyarakat yaitu rendahnya akses dan partisipasi perempuan dibandingkan dengan laki-laki dalam pengambilan keputusan di berbagai tingkatan mulai dalam rumah tangga sampai tingkat nasional dan international. Akses dan kontrol perempuan yang tidak adil pada pendidikan, informasi, pelatihan, modal, lahan, dan teknologi, dan adanya ketidakadilan dalam menikmati manfaat pembangunan, namun perempuan mendapatkan beban partisipasi yang lebih besar dalam pelestarian dan dampak kerusakan lingkungan (Kurniawan, 2014). Berdasarkan isu di atas pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan No.41/Kep/ Meneg.PP/VIII/2007, tentang Pedoman untuk Revitalisasi Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). Keputusan pemerintah ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi perempuan dalam peduli lingkungan hidup.

(24)

3 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, kelompok yang sudah terbentuk harus berkembang agar dapat mewujudkan harapan anggota menangani permasalahan lingkungan. Kelompok yang kuat dan solid diharapkan pula dapat bertahan lama dan semakin dinamis. Tiga kelompok yang sudah ada di dua desa dan satu kelurahan memiliki peluang untuk berkembang dengan memiliki keterampilan dalam mengolah dan mendaur ulang sampah menjadi barang yang dapat digunakan kembali dan bernilai jual. Keterbatasan ibu rumah tangga mengakses informasi, akses inovasi dan teknologi, sehingga ibu rumah tangga memiliki hambatan untuk mengembangkan kelompok peduli lingkungan tersebut. Ibu rumah tangga bisa saja menjadi pemimpin dalam suatu kelompok terutama kelompok peduli lingkungan namun seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan lebih dan mudah mengakses informasi agar pemimpin tersebut bisa membawa kemajuan terhadap kelompoknya. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Amanah dkk (2013) bahwa dibidang sosial kemasyarakatan laki-laki mempunyai kesempatan yang lebih besar sebagai pemimpin, pertemuan desa, dan terlibat dalam kepanitiaan. Laki-laki lebih banyak memperoleh informasi dan akses inovasi teknologi dari pada perempuan atas kesertaannya dalam program pembangunan, termasuk program lingkungan.

Selain keterbatasan dalam mengakses informasi bagi kaum ibu rumah tangga, penyuluh atau agen perubahan belum banyak terlibat dalam pengembangan kelompok peduli lingkungan di tiga lokasi tersebut, sehingga perkembangan kelompok agak lambat, masalah penelitian yaitu:

(1) Apa yang mendorong ibu rumah tangga terlibat dalam kegiatan kelompok peduli lingkungan hidup di Sub DAS Cikapundung?

(2) Bagaiaman karakteristik masing-masing kelompok di Sub DAS Cikapundung?

(3) Bagaimana upaya partisipasi ibu rumah tangga dalam mengembangkan kelompok peduli lingkungan hidup agar dapat berkelanjutan di Sub DAS Cikapundung?

Tujuan Penelitian

Tingkat partisipasi ibu rumah tangga terhadap kelompok peduli lingkungan adalah seberapa besar peran ibu rumah tangga terhadap kepedulian lingkungan sekitar. Selain itu partisipasi ibu rumah tangga kelompok peduli lingkungan merupakan wujud dari kemampuan ibu rumah tangga terhadap perannya dalam masyarakat. Kendala-kendala yang dihadapi ibu rumah tangga untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok menjadi arah tujuan penelitian ini, maka tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :

(1) Menganalisis faktor-faktor yang mendorong ibu rumah tangga ikut terlibat dalam kelompok peduli lingkungan hidup di Sub DAS Cikapundung Bandung.

(2) Menganalisis karakteristik masing-masing kelompok di Sub DAS Cikapundung.

(25)

4

Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah : (1) Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kajian teori dan pemecahan masalah menyangkut tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam organisasi.

(2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi pihak dan yang berkepentingan dalam meningkatkan partisipasi ibu rumah tangga dalam organisasi khusunya dalam upaya pengelolaan Bank Sampah.

TINJAUAN PUSTAKA

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pemeliharaan Lingkungan Hidup

Partisipasi oleh banyak kalangan disamakan pengertiannya dengan keikut sertaan, turut serta mengambil bagian. Hal ini menunjukkan adanya unsur keterlibatan dalam suatu kegiatan. Menurut Cohen dan Uphoff (Harahap, 2001), partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang sesuatu yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program pembangunan dan evaluasi program pembangunan. Ringkasan dari penjelasan diatas maka partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro, 1995).

Ulasan definisi partisipasi masyarakat dalam pembangunan sosial yang disampaikan oleh para ahli, prinsipnya adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materil (PTO PNPM PPK, 2007). Verhangen (Mardikanto 2003) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Theodorson (Mardikanto, 1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya partisipasi terdapat berbagai pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan-rangsangan yang diberikan. Dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961).

(26)

5 kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Lebih rinci Cohen dan Uphoff (Irene, 2011), membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat, dan ke-empat, partisipasi dalam evaluasi dan pemantauan. Masing-masing jenis partisipasi merupakan tahapan partisipasi masyarakat dalam sebuah kelompok :

(1) Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan:

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal agar keputusan tidak selalu ditetapkan oleh pemerintah pusat sehingga terkesan hanya mewakili kebutuhan kelompok elit (Mardikanto, 2001).

(2) Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan:

Slamet (1993) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, dan partisipasi dalam tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang mencakup merumusan tujuan, maksud dan target.

(3) Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan:

Partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan (Mardikanto, 2001).

(4) Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan:

Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto, 2001). (5) Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan:

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang (Mardikanto, 2001).

(27)

6

informal, para ketua perkumpulan, (3) Aparat pemerintah, dan (4) orang di luar (warga luar). Khusus untuk penduduk lokal, penting untuk digolongkan penduduk menurut (a) usia, (b) jenis kelamin, (c) status keluarga, (d) pendidikan, (e) pekerjaan, (f) penghasilan, dan (g) tempat tinggal. Karakteristik-karakteristik ini mungkin tidak sama-sama relevan untuk semua proyek, dan bebagai karakteristik tambahan mungkin dibutuhkan dalam suatu lingkungan tertentu, meskipun suatu kombinasi dari berbagai karakteristik ini akan berguna untuk mengetahui dengan pasti orang-orang yang berpartisipasi dalam berbagai tahap kegiatan.

Partisipasi penduduk lokal dalam persoalan lingkungan hidup, pengelolaan sampah dan limbah tidak dapat dilepas begitu saja. Masyarakat dengan individu-individu di dalamnya sebagai komponen terpenting dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan merupakan salah satu penyebab alasan partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Pandangan awam masyarakat masih berpikiran bahwa urusan domestik rumah tangga, termasuk pengurusan anak, pada pokoknya merupakan tangggung jawab perempuan, sekalipun kedua orang tuanya sama-sama bekerja padahal semua mempunyai tanggung jawab masing-masing.

Menyambung dari pemikiran awam masyarakat tadi yang menempatkan wanita/istri didudukkan sebagai pekerja rumah tangga, dan pria/suami didudukkan sebagai pekerja pencari nafkah, akan tetapi sering terlihat “kenyataan” tidak demikian halnya, bahkan banyak wanita di bidang pertanian, dalam kegiatan ekonomi di pasar-pasar atau merupakan tenaga kerja di pabrik sebagai tenaga kerja yang tidak terlatih (Hutajulu, 2004). Masalah pengambilan keputusan sering terjadi pada keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sama-sama memegang peranan penting dalam rumah tangga. Profil keluarga yang lebih dominan suami menanamkan pada keluarga dengan nilai-nilai dan sikap tradisional terhadap keterlibatan perkawinan. Pendapatan yang lebih tinggi dari suami mengakibatkan suami mempunyai kekuatan finansial dalam keluarga, sebaliknya jika pendapatan suami sedikit, maka istri ikut berpartisipasi dalam pembuatan keputusan keluarga (Sutisna, 2004).

Struktur sosial masyarakat yang membagi-bagi tugas antar pria dan wanita seringkali merugikan wanita. Wanita yang bekerja di dalam rumah tangga tidak mendapatkan penghargaan secara ekonomi. Nilai wanita sebagai ibu adalah suatu nilai yang sakral yang penuh dengan pengabdian namun menurut Daulay (2007), wanita memiliki nilai yang lebih dari sekedar mengabdi kepada keluarga, wanita memiliki tiga peran penting dalam hidupnya bermasyarakat. Istilah peran rangkap tiga yang dimiliki wanita, yaitu : peran produktif (bekerja/mencari nafkah), peran reproduktif (menyiapkan semua keperluan keluarga untuk di dalam dan di luar rumah, keperluan suami dan anak), serta peran kemasyarakatan (arisan, gotong royong dan pengajian).

(28)

7 Keterlibatan ibu rumah tangga dalam mencari nafkah keluarga memberikan peluang bagi ibu rumah tangga untuk ikut berpartisipasi dalam peran masyarakat. Partisipasi ibu rumah tangga dalam masyarakat, sedikit banyak tentu akan berkaitan dengan konsep community development. Partisipasi merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep community development. Seperti dikutip dari Hasim dan Remiswai (2009), community development merupakan satu pendekatan pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia di dalamnya.

Salah satu peran masyarakat yang melibatkan partisipasi ibu rumah tangga juga berkaitan erat dengan perannya dalam keluarga adalah partisipasi ibu rumah tangga dalam peduli lingkungan hidup. Partisipasi yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dalam peduli lingkungan dapat melengkapi tanggung jawabnya dalam masalah domestik juga pada saat sekarang dapat menambah pendapatan dan membantu suami mencari tambahan untuk keluarga. Partisipasi ibu rumah tangga menjadi salah satu faktor terpenting agar terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik. Ibu rumah tangga sebagai bagian dari masyarakat harus mampu ikut berperan dalam pengawasan timbulnya kerusakan lingkungan hidup yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Pencemaran lingkungan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab harus juga menjadi perhatian kaum wanita. Pemahaman ibu rumah tangga tentang lingkungan hidup merupakan pengetahuan yang wajib dimiliki oleh ibu rumah tangga, sehingga ibu rumah tangga dapat tanggap terhadap lingkungannya. Ibu rumah tangga diharapkan dapat pro-aktif jika telah terjadi ketidakadilan dalam bentuk pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Partisipasi semua pihak terutama ibu rumah tangga terhadap partisipasi kegiatan peduli lingkungan hidup perlu ditingkatkan. Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok (Gambar 1), yaitu:

(a) Adanya kemauan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi

(b) Adanya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi (c) Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

(29)

8

Gambar 1.Syarat Tumbuh dan Berkembangnya Partisipasi Masyarakat

Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan “sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.” Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah secara tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan demi terciptanya lingkungan yang bebas sampah. Ensiklopedi Bebas Wikipedia mengartikan pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan pengendalian timbunan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah. Pengelolaan sampah yang tepat akan berdampak positif pada lingkungan. Idealnya, pengelolaan sampah juga melibatkan warga masyarakat, dengan begitu masyarakat akan mengerti bahwa sampah bisa menjadi bahaya yang mengancam setiap saat bila tidak tertangani dengan tepat. Untuk membatasi kajian dalam penelitian ini, pengelolaan sampah yang dimaksud penulis disini adalah pengelolaan sampah rumah tangga.

Manajemen sampah yang selama ini diberlakukan hanyalah memindahkan sampah dari rumah ke tempat sampah tingkat desa atau kelurahan kemudian

Kemauan Berpartisipasi

Kemampuan Berpartisipasi

Partisipasi Masyarakat

dalam Pembangunan KesempatanB

(30)

9 dipindahkan lagi ketempat pembuangan akhir milik Pemkot, Pemkab ataupun Pemprov. Hal ini tentu bukan penyelesaian yang solutif. Memindahkan sampah dari satu TPS ke TPS lain kemudian ke TPA sama halnya dengan memindahkan masalah. Oleh sebab itu diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis partisipasi masyarakat agar masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak memusuhi sampah, namun dengan mendayagunakan atau mendaur-ulang sampah. Pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan yang baik membutuhkan partisipasi ibu rumah tangga disamping juga peran dari stakeholder. Keterlibatan masyarakat khususnya perempuan dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu cara efektif untuk menanggulangi permasalahan sampah, khususnya sampah rumah tangga.

Menurut Reksosoebroto (Darmawan, 2013), pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. Techobanoglous (Maulana, 1998) mengatakan bahwa pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat.

Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Lingkungan Hidup

Beragam defenisi persepsi diungkapkan oleh para ahli seperti yang dikutip oleh Asngari (Jurnal Media Perternakan, 1984). Forgus maupun Forgus dan Melamed mendefinisikan persepsi sebagai “the process of information extraxtion,” Harris dan Levey dalam The New Columbia Encyclopedia mendefinisikan persepsi sebagai “mental organization and interpretation of sensory information,” Menurut Litterer, persepsi adalah “the understanding or view people have of things in the world around them,” sedangkan Hillgard menyebutkan bahwa “perception is the process of becoming aware of objects.” (Asngari, 1984).

Menurut Dali (1986), persepsi pada dasarnya menyangkut proses informasi pada diri seseorang dalam hubungannya dengan objek stimulus. Dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif, artinya persepsi sangat bergantung pada kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan. Pada kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut. Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1996) mengatakan, persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan (Hermawan, 2005).

(31)

10

limafaktor yang berpengaruh terhadap pembentukan persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah budaya, status sosial ekonomi, usia, agama, dan interaksi antara peran gender, desa/kota, dan suku. Krech dan Cruthcfield (Rakhmat, 1996) menjelaskan bahwa perbedaan persepsi bisa terjadi karena terdapat empat prinsip dasar dalam proses pembentukan persepsi, yaitu:

(1) Persepsi dipengaruhi oleh karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli yang diterima. Artinya seseorang akan memberikan sesuatu arti tertentu terhadap stimulus yang dihadapinya, walaupun arti dan maksud stimulus tidak sesuai dengan arti persepsi orang tersebut

(2) Persepsi bersifat selektif secara fungsional, yakni seseorang dalam mempersepsikan suatu stimulus melalui proses pemilihan.

(3) Persepsi yang selalu diorganisasikan dan diberi arti memiliki suatu medan kesadaran yang memberi struktur terhadap gambaran yang muncul kemudian. Keadaan lingkungan sosial seseorang akan mempengaruhi proses pembentukan persepsi.

(4) Persepsi ditentukan oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya melalui pembauran.

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam mengerti informasi tentang lingkungan, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (Sarwono 1999). Sarwono menjelaskan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti jenis kelamin, perbedaan generasi (usia), tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan di luar yang mempengaruhi persepsi seseorang, seperti lingkungan sosial budaya, interaksi antar individu, dan media komunikasi yakni seseorang memperoleh informasi tentang sesuatu.

Menurut Manurung (2008), persepsi adalah suatu pandangan / pengertian seseorang terhadap suatu objek, gejala maupun peristiwa, yang dilakukan individu yang bersangkutan secara sengaja dengan cara menghubungkan objek, gejala atau peristiwa tersebut dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman, sistem kepercayaan, adat istiadat yang dimilikinya. Menurut Asngari (1984) (Harihanto, 2001), persepsi seseorang terhadap lingkunganya merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan individu tersebut. Persepsi yang benar terhadap suatu obyek diperlukan, karena persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku.

(32)

11 lingkungan yang berkenaan dengan segenap unsur yang terdapat dalam lingkungan, khususnya yang menyangkut limbah rumah tangga.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam hal ini yang dimaskud dengan persepsi adalah gambaran, pemahaman atau pandangan para ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan yang berkenaan dengan segenap unsur yang terdapat dalam lingkungan, khususnya yang menyangkut limbah rumah tangga.

Persepsi Masyarakat Pendukung Program Penyuluhan Lingkungan

Litterer (Asngari, 1984) menyatakan bahwa persepsi sangat penting untuk mengetahui penyusunan atau organisasi tingkah laku seseorang. Menurut Litterer, seseorang bertindak atas dasar sesuatu yang dipikirkan, diketahui atau dimengertinya. Pembentukan persepsi menurut Litterer (Asngari, 1984), ada keinginan atas kebutuhan manusia untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat ia hidup, dan mengetahui makna dari informasi yang diterimanya. Orang bertindak sebagian dilandasi oleh persepsi mereka pada suatu situasi (Mokoginta dkk, 2009).

Pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal, pengalaman serta pengalaman yang dihubungkan dengan objek, gejala atau peristiwa akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan non formal yang dimaksud adalah kegiatan penyuluhan. Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalampelestarian fungsi lingkungan hidup (Kementan, 2006).

Margono Slamet pada kesempatan seminar penyuluhan pembangunan (2000) mengungkapkan bahwa dalam perjalanannya, kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti:

(1) penyebar luasan informasi, sehingga sasaran penyuluhan mendapatkan manfaat akses informasi dari kegiatan penyuluhan tersebut.

(2) penerangan atau penjelasan, penyuluhan harus membangun komunikasi timbal balik yang memusat agar informasi yang di sampaikan kepada sasaran bisa diterima dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.

(3) pendidikan non formal, ketika informasi yang disampaikan diharapkan dapat merubah perilaku sasaran penyuluhan melalui proses belajar.

(4) perubahan perilaku, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada “penyebar -luasan informasi/inovasi”, dan “memberikan penerangan”, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terusmenerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh sasaran penyuluhan.

(5) rekayasa sosial, pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan kelompok sasarannya.

(33)

12

(7) pemberdayaan masyarakat.

Persepsi masyarakat terhadap kepedulian lingkungan dengan menjaga kebersihan dan pengolahan sampah yang baik perlu dikembangkan agar tujuan menciptakan lingkungan yang bersih dan aman dapat dicapai. Dengan adanya penyuluhan tentang lingkungan dikalangan masyarakat akan menigkatkan persepsi dari masyarakat itu sendiri. Tentunya penyuluhan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat itu sendiri yaitu program penyuluhan lingkungan sebagai gudang akses informasi bagi warga, tempat pelatihan cara pengelolaan sampah yang baik dan mendapatkan teknologi inovasi yang bisa membantu dan memudahkan warga dalam merubah perilaku hidup bersih. Penyuluhan lingkungan hidup perlu dibantu oleh peran perguruan tinggi untuk memperoleh informasi tentang teknologi dan inovasi yang dibutuhkan dalam meningkatkan persepsi masyarakat terhadap lingkungan hidup.

Pengelolaan Sampah dan Dampaknyaterhadap Masyarakat dan Lingkungan Hidup

Menurut Chandra (2006), pengelolaan sampah disuatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan juga ada yang negatif. Pengaruh positif dari pengelolaan sampah ini terhadap masyarakat dan lingkungan, antara lain :

(1) Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah

(2) Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

(3) Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak

(4) Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat

(5) Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah

(6) Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat

(7) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat (8) Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan

suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain

Pengaruh negatif sampah terhadap masyarakat juga sangat banyak seperti dampak buruk terhadap kesehatan, lingkungan maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Uraian lengkapnya yaitu sebagai berikut:

(1) Pengaruh terhadap kesehatan

(a) Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan sektor penyakit seperti lalat atau tikus

(34)

13 (c) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan

misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya (d) Gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan

lain-lain.

(2) Pengaruh terhadap lingkungan

(a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata

(b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas

(c) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal (d) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal

(e) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat seperti jalan, jembatan dan saluran air.

(3) Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

(a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat setempat

(b) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

(c) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola (misalnya kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi)

(d) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja dan produktifitas masyarakat menurun

(e) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang

(f) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat

(g) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis

(h) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.

Kelompok sebagai Penggerak Perubahan Lingkungan Hidup

(35)

14

semakin besar kesempatan terjadinya interaksi sosial yang mendalam antar-sesama anggota kelompok (Ahmadi, 2007).

Kelompok di dalam masyarakat terbagi beberapa jenis, salah satunya adalah kelompok sosial. Menurut Sherif (Ahmadi, 2007), kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma–norma tertentu, yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. Menurut Roland Freedman kelompok sosial adalah organisasi terdiri atas dua atau lebih individu yang tergantung oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran kelakuan yang diterima dan disetujui oleh semua anggotanya.

Menurut paham fungsionalisme didalam antropologi yang di pelopori oleh Malinowski bahwa pertimbangan untuk membentuk kelompok sosial adalah adanya fungsi, adanya tujuan dari pada kelompok sosial. Tujuannya berupa tujuan bersama, misalnya pada kelompok berburu. Jadi kelompok-kelompok sosial tersebut adalah himpunan atau satu kesatuan manusia yang hidup bersama dan adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong serta adanya organisasi antara anggotanya (Ahmadi. 2007).

Terdapat empat jenis-jenis kelompok menurut Ahmadi (2007) antara lain : kelompok primer, sekunder, kelompok formal dan informal, dan kelompok hubungan in-group dan out group. Berikut penjelasan masing-masing jenis kelompok.

(1) Kelompok Primer

Dalam kelompok primer terdapat interaksi sosial yang intensif dan lebih erat antara anggotanya dari pada dalam kelompok sekunder. Peranan kelompok primer dalam kehidupan individu besar sekali karena dalam kelompok primer itu manusia pertama-tama berkembang dan dididik sebagai makhluk sosial. Contoh-contoh kelompok primer adalah keluarga, rukun tetangga, kelompok sepermainan sekolah, kelompok belajar, kelompok agama dan sebagainya. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok primer ini bercorak kekeluargaan, dan lebih berdasarkan simpatik .

(2) Kelompok Sekunder

Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak langsung, berjauhan dan formal, kurang bersifat kekeluargaan. Hubungan-hubungan dalam kelompok sekunder biasanya lebih objektif. Peranan atau fungsi kelompok sekunder dalam kehidupan manusia adalah untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama, secara objektifdan rasional. Contoh-contoh kelompok sekunder ialah partai politik, perhimpunan serikat kerja dan sebagainya.

(3) Kelompok Formal dan Informal

(36)

15 prilaku anggotanya dan konvensinya, tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok formal.

(4) Hubungan in-group dan out-group

Di dalam in-group dimana individu termasuk di dalamnya, maka sering mengadakan penyesuain diri dengan kelompok. Misalnya “itu partai saya, golongan saya dan sebaginya.” Jadi adanya unsur mendukung norma yang termasuk di dalamnya di sebut in-group. Dalam out-group, individu terasa pada lingkungan kelompok tertentu. Ia merasa bahwa ia tidak tergolong di dalamnya. Sebernarnya persoalan tentang in-group dan out-group ini bukan merupak persoalan penting selama tidak terjadi persaingan.

Kelompok peduli lingkungan termasuk kedalam kelompok sosial yang formal. Sebagai kelompok sosial tentunya kelompok peduli lingkungan yang sudah terbentuk memiliki struktur kelompok yang dapat membentuk perilaku anggota didalamnya. Menurut Kuspriatni (2011), kelompok kerja memiliki struktur yang dapat membentuk perilaku anggota kelompok tersebut. Ada beberapa variabel struktur kelompok, yaitu:

(a) Kepemimpinan Formal, Pemimpin formal harus selalu ada dalam setiap kelompok, seperti: manager, Kepala Satuan Tugas, atau Ketua Komite.

(b) Peran adalah seperangkat pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial tertentu. Kelompok-kelompok memberlakukan persyaratan peran berlainan ke individu, seperti : Identitas Peran, Persepsi Peran, Pengaharapan Peran dan Konflik Peran.

(c) Norma, adalah standar perilaku yang dapat diterima dengan baik dalam suatu kelompok dan digunakan oleh semua anggota dalam kelompok tersebut yang dapat mempengaruhi perilaku anggota.

(d) Status adalah posisi yang didefinisikan secara sosial yang diberikan kepada kelompok atau anggota oleh orang lain. Status ada yang formal dan informal. Status mempengaruhi kekuatan norma dan tekanan di dalam kelompok. (e) Komposisi. Menyelesaikan suatu kegiatan, kelompok yang terdiri dari

beranekaragaman keterampilan dan pengetahuan (heterogen) akan lebih efektif dibanding kelompok yang anggotanya homogen.

(f) Kepaduan. Kelompok-kelompok itu berbeda menurut kepaduan mereka, yaitu sejauh mana para anggota tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk di dalam kelompok. Kepaduan itu akan membuat hubungan kelompok menjadi produktif.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan sampah tidak terlepas dari karakteristik individu maupun pengaruh dari lingkungan eksternal individu. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah, seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, persepsi, pendapatan, peran pemerintah/tokoh masyarakat dan sarana prasarana. Penjelasan alasan mengapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Tingkat pendidikan

(37)

16

Mulyadi et al. (2010) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat mengenai pengelolaan sampah, maka akan semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat karena masyarakat semakin sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan di tempat mereka tinggal.

Tingkat pendidikan terbagi atas dua yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), pendidikan merupakan rangkaian proses belajar mengajar yang menghasilkan perubahan perilaku. Pendidikan menjadi urutan pertama dalam menentukan tingkat keinovatifan seseorang. Lamanya mengikuti pendidikan formal dilengkapi pendidikan non formal dan terlebih pendidikan khusus menambah pengelaman dan kedewasaan berfikir seseorang. Pendidikan memiliki tujuan menciptakan manusia-manusia yang berkualitas, termasuk dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan juga mempengaruhi perilaku seseorang baik dari segi pola piker, bertindak serta kemampuan menerapkan inovasi baru.

(2) Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki masyarakat mengenai pengelolaan sampah merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah. Berdasarkan hasil penelitian Riswan (2011), pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah untuk menjaga kebersihan lingkungannya.

(3) Persepsi

Persepsi masyarakat terhadap lingkungan yang sehat dan bersih berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dari sampah.Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2005) menunjukkan bahwa semakin baik persepsi ibu-ibu rumah tangga terhadap kebersihan lingkungan, maka semakin baik partisipasi mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan. Penelitian Manurung (2008) juga menunjukkan hasil yang sama, siswa yang memiliki persepsi bahwa lingkungan bersih merupakan hal yang penting akan cenderung berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Hapsari (2012) mengenai persepsi dan partisipasi menunjukkan bahwa persepsi memiliki hubungan langsung dengan tingkat partisipasi masyarakat.

(4) Pendapatan

Pendapatan berkaitan dengan partisipasi masyarakat secara tidak langsung dalam pengelolaan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah memerlukan biaya operasional, seperti contohnya dalam pengangkutan sampah menuju TPA untuk diolah. Begitu pula dengan pelayanan lainnya untuk menjaga kebersihan lingkungan. Biaya operasional tersebut diperoleh dari pembayaran retribusi yang dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pendapatan masyarakat berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Penelitian Yuliastusi et al. (2011) menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan masyarakat berpengaruh pada tingkat partisipasinya terhadap pengelolaan sampah.

(38)

17 Peran pemerintah ataupun tokoh masyarakat berkaitan dengan sosialisasi dan penyebaran informasi mengenai pengelolaan sampah. Sosialisasi ini akan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pengelolaan sampah sebaiknya dilakukan oleh setiap individu agar masalah mengenai sampah dapat diatasi mulai dari akarnya, yaitu sumber penghasil sampah. Selain itu, peran pemerintah/tokoh masyarakat juga berkaitan dengan pengawasan tindakan pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi et al. (2010) membuktikan bahwa peranserta pemerintah daerah mempunyai hubungan yang kuat dengan pengelolaan sampah di Kota Tembilahan.Selain itu, penelitian Yolarita (2011) juga menunjukkan bahwa tokoh masyarakat juga berperan dalam memberikan informasi dan motivasi dalam menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah.

(6) Sarana dan prasarana

Sarana dan prasana dalam pengelolaan sampah berkaitan dengan fasilitas yang ada yang berguna untuk membantu proses pengelolaan sampah. Contohnya adalah tong sampah yang memisahkan sampah organik dan sampah nonorganik ataupun fasilitas pengangkutan sampah rutin oleh petugas. Penelitian yang dilakukan oleh Yolarita (2011) menunjukkan bahwa minimnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor yang membuat partisipasi masyarakat kurang.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Putri (2010) bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi perempuan dalam pengeolaan sampah rumah tangga sebuah lembaga masyarakat yakni Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (BKKLBM). Hasil penelitian Putri menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah terbilang baik. Partisipasi tersebut berupa pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, menabung sampah di bank sampah milik BKKLBM, membuat kerajinan dari sampah dan sebagainya. Adapun peran BKLLBM sendiri adalah sebagai fasilitator pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan sehingga kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Berbagai peran yang dilakukan oleh BKKLBM telah menimbulkan dampak-dampak positif seperti meningkatnya kualitas perempuan dalam hal kesehatan lingkungan, kualitas lingkungan tempat penelitian yang semakin membaik serta munculnya lapangan pekerjaan baru dari mendaur ulang sampah.

(39)

18

Penelitian tentang Ikut Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga oleh Artiningsih Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat di Sampangan dan Jomblang dapat mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA, namun belum optimal dilaksanakan baik dalam pemilahan dan atau dalam pengomposankarena keterbatasan sarana dan prasarana. Komposisi timbulan sampah di Jomblang terdiri atas: sampah organik 50.75%, plastik 17.14%, kertas 19.42%, kaca/logam 12,70%, sedangkan di Sampangan terdiri atas: sampah organik 49.52%, Plastik 18.06%, kertas 19,29%, kaca/logam 12,52 %. Sampah organik yang dimanfaatkan menjadi kompos akan mengurangi timbulan sampah maupun mengurangi beban lingkungan, sedangkan hasil pemilahan selain dapat mengurangi timbulan sampah juga dapat dijual atau dikelola sehingga dapat menambah pendapatan.

(40)

19

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Kerangka Berpikir

Menurunnya kualitas sungai Cikapundung salah satunya terkait erat dengan perilaku masyarakat sekitar. Kegiatan partisipasi ibu rumah tangga terhadap peduli lingkungan adalah modal sosial yang perlu dikembangkan. Pembentukan kelompok peduli lingkungan merupakan salah satu solusi yang dipilih oleh masyarakat terutama kalangan ibu rumah tangga untuk ikut berpartisipasi mewujudkan kegiatan-kegiatan terkait dengan aksi peduli lingkungan.

Tingkat partisipasi ibu rumah tangga kelompok peduli lingkungan menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Cohen dan Uphoff yaitu: keterlibatan ibu rumah tangga dalam setiap tahapan partisipasi, mulai dari tahap pengambilan keputusan dan perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap monitoring dan tahap evaluasi. Tingkat partisipasi ibu rumah tangga terhadap kelompok peduli lingkungan dipicu oleh adanya tiga syarat penting yang dapat menumbuhkan partisipasi ibu rumah tangga. Tiga syarat tersebut adalah kemauan, kesempatan dan kemampuan yang kemudian tiga syarat ini akan menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan peduli lingkungan.

Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan kelompok peduli lingkungan tidak terlepas dari berbagai faktor yang memperngaruhi ibu rumah tangga. Faktor tersebut dapat berupa faktor dari dalam diri ibu rumah tangga atau profil ibu rumah tangga (usia, tingkat pendidikan formal dan non-formal, pendapatan, pengetahuan, dan persepsi ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah) dan faktor dari luar diri ibu rumah tangga (keluarga, kelompok, akses dan pemanfaat informasi serta peran tokoh masyarakat). Penelitian ini mengkaji faktor dari dalam atau luar ibu rumah tangga berhubungan secara tidak langsung terhadap partisipasinya dalam kelompok peduli lingkungan. Sebelum mencapai tindakan partisipasi, individu akan mengalami proses psikologis berupa pembentukan persepsi, sehingga persepsi ibu rumah tangga mengenai kelompok peduli lingkungan merupakan hal yang berhubungan langsung dengan partisipasi ibu rumah tangga kelompok peduli lingkungan.

(41)

20

Gambar 2. Kerangka Berpikir Tingkat Partisipasi Ibu Rumah TanggaKelompok Peduli Lingkungan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian adalah:

(1) Profil IRT, tingkat dukungan keluarga, tingkat kedinamisan kelompok dan tingkat dukungan tokoh masyarakat dan program penyuluhan berhubungan positif nyata dengan persepsi IRT terhadap pengelolaan sampah.

(2) Persepsi IRT terhadap kegiatan kelompok peduli lingkungan berhubungan positif nyata dengan tingkat partisipasi IRT terhadap kegiatan kelompok peduli lingkungan.

(3) Secara tidak langsung profil IRT dan tingkat, tingkat dukungan keluarga, tingkat kedinamisan kelompok dan tingkat dukungan tokoh masyarakat dan program penyuluhan berhubungan positif nyata dengan partisipasi IRT terhadap kegiatan kelompok peduli lingkungan.

Profil Ibu Rumah Tangga (X1): X1.1. Umur

X1.2. Tingkat Pendidikan formal X1.3. Frekuensi Pendidikan Non

Formal

(42)

21

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan metode survei dengan menganalisis kasus partisipasi ibu rumah tangga kelompok peduli lingkunga Jawa Barat. Variabel yang diamati meliputi empat peubah bebas dan dua peubah tidak bebas. Keenam variabel bebas yaitu: profil ibu rumah tangga (X1), tingkat dukungan keluarga (X2), tingkat kedinamisan kelompok (X3), tingkat dukungan tokoh masyarakat dan program penyuluhan (X4). Peubah terikat yaitu persepsi ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah (Y1) dan tingkat partisipasi ibu rumah tangga terhadap kelompok peduli lingkungan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi (Y2).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan dan desa di Sub DAS Cikapundung Jawa Barat, yaitu di Desa Sunten Jaya, Kelurahan Lebak Siliwangi dan Desa Dayeuh Kolot. Ketiga daerah penelitian tersebut sudah memiliki kelompok perempuan peduli lingkungan. Penentuan lokasi ini dilakukan secara purposive sengaja dengan pertimbangan Sub DAS Cikapundung merupakan salah satu sungai yang permasalahan yang khas terkait sampah dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

Desa Sunten Jaya dipilih dengan pertimbangan daerah hulu yang penduduknya banyak bertani dan beternak.Kelurahan Lebak Siliwangi dipilih dengan pertimbangan daerah pemukiman yang padat penduduk sedangkan desa Dayeuh Kolot dipilih dengan pertimbangan daerah ini adalah daerah industri yang banyak didirikan pabrik sehingga dengan variasi ketiga daerah penelitian ini dapat menggambarkan kondisi di Sub DAS Cikapundung.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2015.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh ibu rumah tangga di Desa SuntenJaya, Kelurahan Lebak Siliwangi dan Desa Dayeuh Kolot (Tabel 1). Responden sampel dipilih dari Rw. 5 Desa Suntenjaya, Rw. 8 Kelurahan Lebak Siliwangi dan Rw. 3 Desa Dayeuh Kolot.

Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian. Desa/Kelurahan Populasi

(orang)

Sampel

Anggota kelompok Non anggota

1. SuntenJaya / Rw. 06 191 13 13

2. Lebak Siliwangi / Rw. 08 239 10 10 3. Dayeuh Kolot / Rw. 05 298 30 30

(43)

22

Data dan Instrumentasi Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan cara mewawancarainya menggunakan seperangkat daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan oleh peneliti dan wawancara mendalam diajukan kepada responden dan informan kunci khususnya kepada ibu rumah tangga yang bermukim di lokasi penelitian dan tokoh masyarakat. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah profil ibu rumah tangga, informasi tentang tingkat dukungan keluarga, tingkat kedinamisan kelompok peduli lingkungan dan pengaruh dukungan program penyuluhan lingkungan hidup serta persepsi ibu rumah tangga terhadap kegiatan peduli lingkungan. Data sekunder yang diperoleh berupa keadaan umum wilayah, data mengenai kependudukan dan struktur kelompok masing-masing daerah penelitian yaitu Desa SuntenJaya, Kelurahan Lebak Siliwangi dan Desa dayeuh Kolot serta data-data lain yang berhubungan dan dapat menunjang penelitian. Instrumentasi

Instrumen penelitian disusun dalam bentuk kuesioner, disertai observasi dan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun secara terstruktur sehingga dapat diketahui informasi atau data masing-masing variabel penelitian. Kuisioner disusun menjadi beberapa bagian, yang pertama adalah tentang profil ibu rumah tangga, kedua tentang tingkat dukungan keluarga, tingkat kedinamisan kelompok, tingkat dukungan tokoh masyarakat, dan tingkat dukungan program penyuluhan lingkungan. Bagian ketiga kuisioner yang disusun untuk memperoleh informasi tentang persepsi ibu rumah tangga terhadap kegiatan peduli lingkungan, yang ke empat pernyataan tentang tingkat partisipasi ibu rumah tangga terhadap kegiatan peduli lingkungan.

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara menggunakan daftar kuisioner, pencatatan dan pengamatan lansung di lapangan. Untuk masing-masing variabel dalam penelitian, pengumpulan data dilakukan melalui:

(1) Variabel bebas X1 sampai dengan X4 dan variabel torikat Y1 dan Y2 akan diperoleh dengan wawancara menggunakan kuisioner yang telah di susun. (2) Mengukur tingkat persepsi ibu rumah tangga dilakukan dengan skala Likert

(4 skala) yaitu tidak setuju (skor 1), kurang setuju (skor 2), setuju (skor 3), dan sangat setuju (skor 4).

(3) Mengukur tingkat partisipasi ibu rumah tangga dengan tingkatan yaitu rendah / tidak aktif (skor 1) dan tinggi / aktif (skor 2).

Variabel Penelitian

Gambar

Gambar 1.Syarat Tumbuh dan Berkembangnya Partisipasi Masyarakat
Gambar 2. Kerangka
Tabel 2. Hasil uji instrumen penelitian yang telah dilakukan
Tabel 5. Persentase ibu rumah tangga menurut frekuensi pendidikan non formal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun definisi CSR (Corporate Social Responsibility) menurut ISO 26000 adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak- dampak dari keputusan-keputusan

SMA Negeri 1 Magetan memiliki 18 pegawai Tata Usaha, 6 orang bagian kesiswaan, 2 orang bagian keuangan yang bertugas di loket pembayaran siswa, 4 orang bagian keamanan, 2 orang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, maka terciptalah tatanan masyarakat yang berilmu pengetahuan serta

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang adakah perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan rubber dan latihan burble terhadap kekuatan dan

Sedangkan bagi praktisi saran-saran yang dapat dikemukakan, perusahaan yang ingin meningkatkan likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia, dapat melakukan alternatif berupa stock

Variabel Y dengan Menggunakan Teknik Weight Means Score (WMS) Perhitungan dengan teknik ini digunakan untuk menghitung nilai kecendrungan jawaban responden terhadap

Namun pertunjukan wisata di Kota Padang belum mempunyai suatu paket yang khusus sebagai sqiiar pa'iwisata- Semua paket yang dipertunjukkan kepada wisatawan sama

Dari hasil analisis persepsi responden diketahui bahwa menurut responden pada penelitian ini gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Butik Kharisma Indonesia adalah