• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA TEGAKAN

REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG PT JORONG

BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN SELATAN

ADE SITI NURJANNAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ADE SITI NURJANNAH. Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh IWAN HILWAN.

Kegiatan pertambangan menimbulkan hilangnya vegetasi sehingga menyebabkan berkurangnya penyerapan CO2. Kegiatan reklamasi dan revegetasi

diharapkan dapat meningkatkan penyerapan CO2. Penelitian ini bertujuan untuk

menduga dan membandingkan simpanan karbon yang ada di tegakan revegetasi lahan pasca tambang tahun penanaman 2008, 2009 dan 2010 PT Jorong Barutama Greston. Pendugaan simpanan karbon Acacia mangium dan Paraserianthes falcataria dilakukan dengan menggunakan persamaan alometrik sedangkan untuk serasah dan tumbuhan bawah dengan metode destruktif. Simpanan total karbon tegakan tahun 2008 sebanyak 41.09 ton/ha, tegakan tahun 2009 sebanyak 27.43 ton/ha, dan tegakan tahun 2010 sebanyak 22.90 ton/ha. Hasil analisis vegetasi menunjukkan jumlah spesies tumbuhan bawah yang ada pada tahun 2008 sebanyak 20 spesies, pada tegakan tahun 2009 sebanyak 19 spesies, sedangkan pada tegakan tahun 2010 sebanyak 26 spesies. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tidak berpengaruh terhadap simpanan karbonnya.

Kata kunci: Acacia mangium, Paraserianthes falcaratia, simpanan karbon, tegakan revegetasi

ABSTRACT

ADE SITI NURJANNAH. Potential carbon stock in revegetation stand of post-mining land at PT Jorong Barutama Greston, South Kalimantan. Supervised by IWAN HILWAN.

Mining activities can generate the lost of vegetation that cause absorption of CO2 decrease. Reclamation and revegetation activities were expected could

increase the absorption of CO2. The aims of this research are to presume and to

compare carbon stock in revegetation stand of post-mining land in 2008, 2009, and 2010 cultivation at PT Jorong Barutama Greston. The estimation of carbon stock in Acacia mangium and Paraserianthes falcataria were conducted with allometric model while destructive sampling was used for litter and understorey. Total carbon stock of revegetation stand in 2008, 2009, and 2010 were 41.09, 27.43, and 22.90 ton/ha. The analysis value of vegetation showed that total species of understorey in 2008, 2009, and 2010 were 20, 19, and 26 specieses. The value of Pearson correlation test showed that understorey diversity state had not a significant effect for its carbon stock.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA TEGAKAN

REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG PT JORONG

BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN SELATAN

ADE SITI NURJANNAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan. Nama : Ade Siti Nurjannah

NIM : E44100068

Disetujui oleh

Dr Ir Iwan Hilwan, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah Potensi Simpanan Karbon pada Tegakan Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Iwan Hilwan, MS selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, dan sarannya kepada penulis selama ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada PT Jorong Barutama Greston atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian, Bapak Rizali Rakhman, SHut MS, Bapak Yamani, SHut, dan seluruh keluarga besar Departemen Reklamasi dan Rehabilitasi yang telah membantu selama penelitian ini berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Mama, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, sahabat dan keluarga besar Departemen Silvikultur khususnya Silvikultur 47, teman seperjuangan Zakaria Al Anshori, Dwi Wahyuni, dan Nurani Hardikananda, teman-teman A3 lorong 8 pojok, D’Somplak, teman-teman Queen Castle dan rekan lainnya atas segala dukungan. Tak lupa ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra Eny Dwi Pujawati, MSi, Nurhastuti Sari Wulandari dan Dian Kuncoro Putra dari Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat atas bantuan dan sarannya selama pengambilan data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Pengambilan Data di Lapang 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 10

Kerapatan Kayu Karamunting 11

Simpanan Biomassa Tegakan Revegetasi 12

Simpanan Biomassa Serasah dan Tumbuhan Bawah 13

Simpanan Nekromassa 14

Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa 14

Simpanan Total Karbon 15

Potensi Serapan CO2 16

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah 16

Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

(10)

DAFTAR TABEL

1 Persamaan alometrik pendugaan biomassa dan volume tegakan 6

2 Nilai BEF dan Kerapatan Kayu 6

3 Simpanan biomassa tegakan revegetasi Waste Dump UC 12

4 Simpanan biomassa serasah dan tumbuhan bawah 13

5 Simpanan nekromassa 14

6 Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa 15

7 Simpanan total karbon tegakan revegetasi 15

8 Potensi Serapan CO2 16

9 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi

tahun 2008 17

10 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi

tahun 2009 17

11 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi

tahun 2010 17

12 Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan revegetasi 18 13 Indeks kesamaan komunitas tumbuhan bawah pada tegakan revegetasi 18

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi PT JBG 3

2 Lokasi titik sampel pengambilan data penelitian 3

3 Lay out petak contoh pengambilan data 4

4 Tingkat keutuhan pohon, tiang, dan pancang mati 7 5 Jumlah tiang, pancang dan pohon pada masing-masing tegakan 13 6 Komposisi tanaman tegakan revegetasi Waste Dump UC 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil perhitungan analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah tegakan

revegetasi 2008 22

2 Hasil perhitungan analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah tegakan

revegetasi 2009 23

3 Hasil perhitungan analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah tegakan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu mengenai perubahan iklim global sudah banyak dibicarakan orang. Penyebab terjadinya fenomena ini adalah jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) yang ada di atmosfer telah melampaui ambang batas. Terakumulasinya gas-gas tersebut di atmosfer membuat radiasi matahari terperangkap di dalam atmosfer sehingga terjadi peningkatan suhu secara global. Salah satu gas yang memiliki peranan penting dalam peningkatan GRK adalah karbon dioksida (CO2). Kandungan CO2

di atmosfer diduga meningkat sekitar 0.03-0.06% dan menyebabkan kenaikan suhu sebesar 4.25°F (Fardiaz 1992).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi CO2

di atmosfer adalah dengan mengurangi laju deforestrasi. Tingkat deforestasi di berbagai wilayah di Indonesia sangat bervariasi. Faktor penyebab deforestasi dan degradasi di Indonesia diantaranya adalah alih fungsi lahan hutan untuk usaha pertambangan. Usaha pertambangan, khususnya yang menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining), menimbulkan dampak ekologis yang sangat besar seperti hilangnya vegetasi, perubahan bentang alam dan keterbukaan lahan. Hal ini menyebabkan berkurangnya penyerapan CO2. Oleh karena besarnya

dampak yang ditimbulkan, perusahaan tambang wajib melakukan kegiatan reklamasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Kegiatan reklamasi dan revegetasi diharapkan dapat memulihkan kerusakan ekologi yang terjadi karena salah satu karakteristik tumbuhan adalah memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon selama hidupnya. Karbon disimpan oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa maupun nekromassa. Potensi tumbuhan dalam menyerap karbon penting untuk diketahui mengingat kandungan karbon di atmosfer semakin meningkat yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.

PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang telah melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi sejak tahun 2005. Selama ini belum pernah ada pengukuran potensi karbon yang diserap oleh tanaman revegetasi di perusahaan tersebut. Penelitian mengenai serapan karbon tegakan revegetasi lahan pasca tambang secara umum juga masih minim dilakukan padahal penelitian potensi karbon ini sangat penting untuk mengetahui banyaknya karbon yang dapat diserap setelah kegiatan penambangan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa potensi karbon yang tersimpan pada setiap tegakan revegetasi lahan pasca tambang PT JBG? Apakah tegakan dengan tahun tanam berbeda memiliki potensi karbon yang berbeda?

(12)

2

3. Apakah umur tegakan memengaruhi potensi simpanan karbon di dalam tumbuhan bawah di bawahnya?

4. Apakah keanekaragaman jenis tumbuhan bawah memengaruhi potensi karbon tumbuhan bawahnya?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menduga dan membandingkan simpanan karbon yang ada di tegakan revegetasi lahan pasca tambang tahun penanaman 2008, 2009 dan 2010 PT JBG, Kalimantan Selatan.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah pada tegakan revegetasi lahan pasca tambang di PT JBG, Kalimantan Selatan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah potensi karbon pada tegakan revegetasi lahan pasca tambang tahun penanaman 2008, 2009, dan 2010 PT JBG meliputi simpanan karbon pohon, serasah, tumbuhan bawah dan nekromassa.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2014. Pengambilan data lapangan bertempat di tegakan revegetasi di Waste Dump Upper Central (UC) yang ditanam tahun 2008, 2009, dan 2010 PT JBG, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Peta lokasi PT JBG ditunjukkan pada Gambar 1, sedangkan lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 2.

Alat dan Bahan

(13)

3

Gambar 1 Lokasi PT JBG

Gambar 2 Lokasi titik sampel pengambilan data penelitian

Prosedur Pengambilan Data di Lapang

Metode Penentuan dan Pembuatan Plot di Lapang

Pengambilan data di lapang dilakukan dengan pembuatan 5 petak persegi panjang berukuran 100 m x 20 m pada setiap tegakan revegetasi. Petak contoh

(14)

4

yang dibuat adalah Petak Ukur Permanen (PUP) sehingga pada keempat sudut dan tengah petak dipasang patok yang telah dicat merah sebagai penanda batas petak. Lay out petak contoh tersaji dalam Gambar 3.

Keterangan: a= Plot 20 m x 20 m (*) untuk pengukuran pohon (D ≥ 20 cm); b= plot 10 m x 10 m

(*) untuk pengukuran tiang (10 cm ≤ D < 20 cm); c= plot 5 m x 5 m (*) untuk pengukuran pancang (2 cm ≤ D < 10 cm); d= plot 2 m x 2 m untuk analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah; e= plot 1 m x 1 m untuk pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah; (*) plot digunakan dalam pengukuran pohon, tiang, dan pancang mati.

Gambar 3 Lay out petak contoh pengambilan data

Metode Pengambilan Contoh Biomassa Tegakan

Biomassa tegakan dapat dihitung dengan mengambil data Dbh (1,3 m), tinggi pohon, dan nama jenis untuk tumbuhan tingkat pohon, tiang, dan pancang yang ada dalam masing-masing plot. Potensi biomassa tegakan dihitung dengan menggunakan persamaan alometrik.

Metode Pengambilan Contoh Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah Seluruh tumbuhan bawah yang ada di plot 1 m x 1 m dicabut beserta akarnya. Adapun seluruh serasah yang ada pada plot 1 m x 1 m dikumpulkan. Serasah yang diukur meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting-ranting yang terletak di permukaan tanah (Masripatin et al. 2010b). Bagian tumbuhan bawah yang telah dipisahkan dan serasah yang telah dikumpulkan kemudian ditimbang sebanyak 200 gram untuk mendapatkan berat basah contohnya, apabila bagian tumbuhan tersebut memiliki berat kurang dari 200 gram maka seluruhnya dijadikan berat basah contoh. Setelah itu dilakukan pengovenan dengan suhu 80° C selama 2 x 24 jam (Hairiah dan Rahayu 2007). Metode Pengambilan Contoh Nekromassa Tegakan

Nekromassa adalah batang pohon mati baik yang masih tegak maupun yang rebah. Nekromassa merupakan komponen penting dari C dan diukur untuk mengetahui simpanan C secara akurat (Masripatin et al. 2010b). Pengukuran nekromassa dilakukan dalam plot pengamatan pohon, tiang, dan pancang. Data yang diambil berupa data diameter, tinggi/panjang, berat jenis nekromassa, dan tingkat keutuhan pohon mati.

Metode Penentuan Kerapatan Kayu

(15)

5

basahnya, diukur diameter dan panjangnya kemudian dioven selama 2x24 jam dengan suhu 100 °C dan ditimbang berat kering tanurnya (Hairiah dan Rahayu 2007).

Metode Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah dilakukan pada plot 2 m x 2 m. Data yang diambil berupa nama jenis, nama lokal dan jumlahnya.

Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui potensi karbon dari tegakan, tumbuhan bawah, serasah, dan nekromassa. Selain itu data hasil analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah diolah untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan komposisi tumbuhan bawah yang ada dengan menghitung Indeks Nilai Penting, Indeks Kekayaan Jenis, Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Kemerataan Jenis, dan Indeks Kesamaan Komunitas.

Perhitungan Potensi Biomassa Tegakan

Potensi biomassa diduga dengan menggunakan persamaan alometrik biomassa sesuai dengan jenis pohon dan tipe ekosistem. Jika jenis pohon yang ditemukan tidak memiliki persamaan alometrik biomassa, pendugaan biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan rumus alometrik volume jenis yang bersangkutan (Haruni et al. 2012). Kemudian nilai pendugaan biomassa didapat dengan memasukkan nilai dari persamaan alometrik volume tersebut ke dalam rumus:

Biomassa pohon=V x ρ x BEF Keterangan:

V = volume kayu ρ = kerapatan kayu

BEF = biomassa expantion factor.

Apabila jenis yang ditemukan tidak memiliki persamaan alometrik volume, maka pendugaan biomassa pohon dilakukan dengan menggunakan rumus volume yang umum digunakan:

V=1

4π x ((dbh/100)

2

) x f x H Keterangan:

V = volume pohon

f = angka bentuk pohon, angka bentuk untuk pohon standar sebesar 0,7 H = tinggi pohon.

(16)

6

Tabel 1 Persamaan alometrik pendugaan biomassa dan volume tegakan

No Jenis pohon Persamaan alometrik Sumber

1 Acacia mangium V= 0.000328 D2,2764 Imanuddin dan Bustomi (2004) dalam

Haruni et al. (2012) 2 Paraserianthes falcataria W= 0.148 D2,299 Haruni et al. (2012)

3 Jenis pohon lain W= 0.2291 D2,31 Wulansih (2012)

Keterangan: W = biomassa pohon; V = volume pohon; D = diameter pohon

Tabel 2 Nilai BEF dan Kerapatan Kayu

No Jenis pohon Nilai BEF Nilai Kerapatan kayu

1 Acacia mangium 1.33 500 kg/m3 2 Paraserianthes falcataria 1.34 330 kg/m3 3 Melastoma malabathricum 1.06 Belum diketahui Sumber: Nilai BEF: Haruni et al. (2012); nilai kerapatan kayu: P3HH (2008)

Perhitungan Potensi Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah

Perhitungan biomassa tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan menghitung berat kering total. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar berat kering total menurut Hairiah dan Rahayu (2007) adalah sebagai berikut:

BKT=BKc

BBc x BBT Keterangan:

BKT = berat kering total BKc = berat kering contoh BBc = berat basah contoh BBT = berat basah total

Perhitungan Potensi Nekromassa Pohon, Tiang, dan Pancang Mati

Pohon, tiang, atau pancang mati potensi nekromassanya dapat diduga dengan menggunakan nilai biomassa pohon yang dikalikan dengan tingkat keutuhan pohon mati (lihat Gambar 4). Rumus yang digunakan menurut BSN (2011) adalah sebagai berikut:

Ni=Bi x f Keterangan:

Ni = nekromassa masing-masing komponen (kg) Bi = nilai biomassa pohon

(17)

7

Keterangan: A. Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun dengan faktor koreksi 0.9; B. tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun dan ranting dengan faktor koreksi 0.8; C. Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun, ranting dan cabang dengan faktor koreksi 0.7.

Gambar 4 Tingkat keutuhan pohon, tiang, dan pancang mati. Metode Perhitungan Nekromassa Kayu Mati

Apabila dalam plot ditemukan kayu mati, maka untuk mengetahui potensi nekromassanya dapat menggunakan rumus volume Brereton yang dikalikan dengan berat jenis kayu tersebut. Rumus yang digunakan menurut BSN (2011) adalah sebagai berikut:

Vkm=0.25π

dp+du

2 x 100

2

x p………(Brereton) Nkm=Vkm x ρ

Keterangan:

Vkm = volume kayu mati (m3)

dp = diameter pangkal kayu mati (cm)

du = diameter ujung kayu mati (cm)

p = panjang kayu mati (m) Nkm = nekromassa kayu mati (kg)

ρ = kerapatan kayu (kg/m3)

Pendugaan Potensi Karbon di Atas Permukaan Tanah

Potensi karbon dapat diduga melalui biomassa tumbuhan dengan mengkonversi 0,47 dari biomassa maupun nekromassanya (IPCC 2006; BSN 2011), namun untuk beberapa jenis telah diketahui fraksi karbonnya seperti mangium memiliki nilai fraksi karbon sebesar 45% dan sengon sebesar 44% (Kemenhut 2013). Rumus yang digunakan dalam pendugaan potensi karbon sebagai berikut:

C=B x 0.47 C=N x 0.47 C=BKT x 0.47 Cmangium = B x 0.45

Csengon = B x 0.44

Keterangan:

C = karbon (kg)

B = biomassa tumbuhan (kg) N = nekromassa tumbuhan (kg)

BKT = berat kering tanur tumbuhan bawah dan serasah

(18)

8

Perhitungan Karbon Per Hektar untuk Biomassa di Atas Permukaan Tanah Seluruh hasil perhitungan yang telah didapat kemudian diakumulasi ke dalam luasan per hektar. Rumus yang di gunakan (BSN 2011) adalah,

Cn= Cx 1000 x

10000 L plot Keterangan:

Cn = kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool pada tiap plot (ton/ha)

Cx = kandungan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap plot (kg) L plot = Luas plot pada masing-masing pool (m2).

Perhitungan Potensi Serapan CO2

Banyaknya CO2 yang diserap tanaman dapat diduga dengan mengalikan

nilai dugaan karbon per hektar dengan faktor konversi atom C di dalam senyawa CO2. Rumus yang digunakan menurut Hardjana (2009) sebagai berikut:

CO2=C x 3.67

Perhitungan Kerapatan Kayu

Pengukuran volume kayu menggunakan rumus Brereton, sedangkan untuk perhitungan kerapatan kayu menurut Hairiah (2007) menggunakan rumus sebagai berikut:

ρ g/cm³ =Berat kering(g) volume (cm3)

Kerapatan kayu yang didapat kemudian dikonversi ke dalam satuan (kg/m3), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ρ kg m³ =ρ g cm³ x10

-3

10-6 Perhitungan Hasil Analisis Vegetasi

1. Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting (importance value index) merupakan parameter kuantitatif yang dipakai untuk mengetahui tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2010). Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR), dan Frekuensi Relatif (FR) (Soerianegara dan Indrawan 2008). Berikut rumus-rumus yang digunakan dalam menentukan nilai INP:

Kerapatan ( ind ha) = jumlah individu (ind) luas seluruh petak contoh (ha) Kerapatan Relatif (%)= kerapatan spesies

kerapatan seluruh spesies x 100% Frekuensi= jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies

jumla h seluruh petak contoh Frekuensi Relatif (%)= frekuensi suatu spesies

frekuensi seluruh spesies x 100% Dominansi ( m² ha)=luas bidang dasar suatu spesies (m

2)

(19)

9

Dominansi Relatif (%)= dominansi spesies

dominansi seluruh spesies x 100%

INP (%)=KR+FR (untuk tingkat tumbuhan bawah, semai, dan pancang) 2. Indeks Kekayaan Jenis (R)

Indeks kekayaan jenis Margalef (R) merupakan perhitungan kekayaan jenis spesies dalam suatu komunitas. Indeks ini menurut Magurran (1988) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

R= S-1 ln(N) Keterangan :

R = Indeks kekayaan jenis dari Margalef S = Jumlah jenis

N = Jumlah seluruh individu 3. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)

Keanekaragaman tumbuhan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener yang diperoleh dengan parameter kekayaan jenis dan proporsi kelimpahan masing-masing jenis di suatu komunitas (Krebs 1978). Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung indeks keanekaragaman jenis:

H’ = indeks keanekaragaman jenis ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah seluruh individu 4. Indeks Kemerataan Jenis (E)

Tingkat kemerataan vegetasi pada suatu komunitas ditunjukkan oleh indeks kemerataan spesies (species eveness index). Indeks kemerataan ini menunjukkan penyebaran individu spesies dalam suatu komunitas. Indeks ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Ludwig dan Reynold 1988):

E= Hʼ ln(S) Keterangan :

E = indeks kemerataan jenis H’ = indeks keanekaragaman jenis S = jumlah jenis

5. Indeks Dominansi (C)

Indeks dominansi (indeks of dominance) adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas rumus yang digunakan dalam menentukan indeks dominansi adalah:

C= ni N

2 n

(20)

10

Keterangan :

C = indeks dominansi ni = jumlah spesies ke-i

N = jumlah seluruh spesies Indeks Kesamaan Komunitas (IS)

Indeks kesamaan komunitas atau index of similarity (IS) kadang-kadang diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, unit sampling, atau komunitas serta mengetahui perbandingan komposisi dan struktur komunitasnya (Indriyanto 2010). Untuk mengetahui besarnya indeks kesamaan komunitas dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:

IS =2w

a+bx 100% Keterangan:

IS = Indeks kesamaan komunitas

w = Jumlah nilai penting (INP) yang sama atau nilai yang terendah dari jenis-jenis yang terdapat dalam dua petak contoh yang dibandingkan

a = jumlah INP di dalam komunitas A b = jumlah INP di dalam komunitas B

Setelah analisis data potensi karbon selesai, hasil dari analisis data akan ditabulasikan, kemudian akan dilakukan analisis korelasi terhadap variabel tahun penanaman dan keanekaragaman jenis tumbuhan dengan menggunakan Microsoft excel dan hasilnya akan dilakukan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak dan Posisi Geografis

Secara administrasi PT JBG terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis lokasi penambangan PT JBG terletak pada 3°45’07”–4°00’15”LS dan 114°45’23”–115°05’53”BT. Area pelabuhan terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut.

PT JBG melakukan kegiatan penambangan batubara di Desa Swarangan yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Utara : Kecamatan Jilatan 2. Timur : Kecamatan Asam-asam

3. Selatan : Laut Jawa dan Desa Swarangan

4. Barat : Kecamatan Penyipalan (PT JBG 2006). Jenis Tanah dan Topografi

(21)

11

argilik bersifat masam dan kejenuhan basa yang rendah. Topografi wilayah tambang PT JBG ada 3 macam yakni daerah topografi yang relatif datar, bergelombang, dan berbukit. Daerah dengan topografi berbukit hampir sebagian besar dimiliki oleh Kabupaten Tanah Laut. Daerah yang relatif datar dan bergelombang pada umumnya terdapat di sepanjang pantai dan muara sungai. Sungai utama yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Asam-asam, Sungai Katal-katal, dan Sungai Nahiya (PT JBG 2006).

Iklim dan Curah Hujan

Lokasi PT JBG dipengaruhi oleh iklim tropika basah dengan ciri khas, curah hujan yang cukup tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Menurut klasifikasi Koppen daerah ini diklasifikasikan sebagai Af, karena selalu basah dengan curah hujan > 60 mm atau tipe A menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson. Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan 2004-2013, curah hujan rata-rata tahunan 2359.4 mm. Curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 97.87-277.25 mm. Musim kemarau dan musim hujan tidak jelas karena terjadinya perubahan iklim. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 277.25 mm, sedangkan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan

September dengan curah hujan sebesar 97.87 mm. Hari hujan rata-rata bulanan

selama tahun 2004 – 2013 adalah 12 hari, sedangkan untuk jumlah hari hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 25 hari dan hujan terendah terjadi pada bulan September yaitu sebanyak 1 hari (PT JBG 2014). Suhu udara bulanan periode 1994-2003 rata-rata 27.1°C dengan suhu terendah terjadi pada bulan Januari (26.6°C), sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan Oktober (27.5°C) (PT JBG 2006).

Kelembaban nisbi bulanan berdasarkan data kelembaban nisbi tahun 1994-2003 berkisar 75-85% dengan rata-rata 81%. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah terjadi pada bulan Agustus-September. Rata-rata penyinaran matahari bulanan 45% berkisar dari 32-62% berdasarkan data penyinaran matahari rata-rata bulanan periode 1994-2003. Presentase penyinaran pada musim hujan berkisar 32-55%, sedangkan presentase penyinaran pada musim kemarau berkisar 50-62%. Ditinjau dari lama waktu penyinaran berkisar antara 2.8-4.7 jam selama musim hujan, dan berkisar 4.5-5.8 jam pada musim kemarau (PT JBG 2006).

Kerapatan Kayu Karamunting

(22)

12

Simpanan Biomassa Tegakan Revegetasi

Biomassa merupakan jumlah karbon potensial yang dapat dilepas ke atmosfer sebagai karbon dioksida ketika hutan ditebang atau dibakar, sebaliknya dengan pendugaan biomassa dapat dilakukan perhitungan jumlah karbon dioksida yang dapat dipindahkan dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau dengan penanaman (Brown 1997 dalam Indrapraja 2013). Pendugaan biomassa hutan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan karbon yang tersimpan dalam hutan. Diperkirakan bahwa 50 persen dari biomassa hutan mengandung karbon (Ketterings et al. 2001; Brown 1997 dalam Roesyane 2010).

Simpanan biomassa tegakan revegetasi terdiri dari simpanan biomassa pohon, tiang, dan pancang. Pendugaan simpanan biomassa tegakan mangium pada penelitian ini menggunakan persamaan alometrik volume yang dikembangkan oleh Imanuddin dan Bustomi (2004) dalam Haruni et al. (2012) untuk hutan tanaman mangium di daerah Kalimantan Selatan. Penggunaan persamaan alometrik volume Imanuddin dan Bustomi (2004) ini berdasarkan kesamaan lokasi dan tipe ekosistem dengan lokasi penelitian. Persamaan alometrik yang digunakan untuk menduga biomassa sengon adalah persamaan alometrik Haruni et al. (2012) untuk biomassa total sengon yang ditanam di hutan tanaman Jawa Barat. Belum adanya persamaan alometrik biomassa sengon untuk hutan tanaman di wilayah Kalimantan Selatan secara spesifik yang menyebabkan penggunaan persamaan alometrik Haruni et al. (2012) pada penelitian ini. Adapun persamaan alometrik untuk jenis pohon lain yang ditemukan di petak contoh menggunakan persamaan alometrik Wulansih (2012), terkecuali untuk jenis karamunting yang tidak menggunakan persamaan alometrik melainkan dengan menggunakan rumus volume secara umum. Hasil pengukuran simpanan biomassa di tegakan revegetasi Waste Dump UC dengan tahun penanaman berbeda tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Simpanan biomassa tegakan revegetasi Waste Dump UC

Komponen hutan Biomassa (ton/ha)

Tegakan tahun 2008 Tegakan tahun 2009 Tegakan tahun 2010

Pohon 23.74 1.53 0.53

Tiang 39.04 38.49 23.36

Pancang 19.68 13.84 21.35

Jumlah 82.46 53.86 45.24

Simpanan biomassa tertinggi dari ketiga tegakan berasal dari permudaan tingkat tiang. Ketiga tegakan masih didominasi tingkat tiang dan pancang meskipun ketiga tegakan telah mencapai umur 4 tahun, 5 tahun, dan 6 tahun (lihat Gambar 4). Hal ini terjadi karena kondisi tanah yang berbeda dengan hutan tanaman pada umumnya. Top soil yang digunakan dalam reklamasi bukanlah horison O melainkan horison A sehingga pH tanah masam dan tanah miskin hara. Selain itu, ketebalan top soil yang hanya berkisar 15-50 cm membuat pertumbuhan akar kurang optimal, akibatnya pertumbuhan tanaman pun menjadi terhambat. Mangium dan sengon tingkat pohon paling banyak dijumpai di tegakan tahun 2008 dengan diameter terbesar hanya 32.01 cm.

(23)

13

hasil penelitian penulis pada umur yang sama (tegakan tahun 2010) sebesar 45.24 ton/ha. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan persamaan alometrik dan nilai kerapatan kayu mangium dan sengon yang digunakan. Selain itu, tegakan revegetasi PT JBG menggunakan 2 tanaman pokok, yaitu mangium dan sengon dengan jarak tanam 4 m x 4 m sedangkan tegakan yang diukur pada penelitian Hanggara (2012) merupakan tegakan homogen dengan jarak tanam 3 m x 4 m. Meskipun pada tegakan PT JBG perbandingan penanaman mangium dan sengon 1:1, namun mangium lebih mendominasi dibandingkan dengan sengon (lihat Gambar 4). Hal ini disebabkan sengon kalah bersaing dengan mangium, selain itu banyak mangium yang memiliki batang bercabang dibawah 1,3 m sehingga pengukuran biomassa dilakukan di masing-masing cabang.

Gambar 5 Jumlah tiang, pancang dan pohon pada masing-masing tegakan

Gambar 6 Komposisi tanaman tegakan revegetasi Waste Dump UC

Simpanan Biomassa Serasah dan Tumbuhan Bawah

Serasah dan tumbuhan bawah merupakan salah satu komponen hutan yang harus diukur ketika dilakukan pendugaan simpanan biomassa hutan. Hasil dari pendugaan simpanan biomassa serasah dan tumbuhan bawah tercantum dalam Tabel 4.

Tabel 4 Simpanan biomassa serasah dan tumbuhan bawah

Komponen hutan Biomassa (ton/ha)

Tegakan tahun 2008 Tegakan tahun 2009 Tegakan tahun 2010

(24)

14

Simpanan biomassa serasah berbanding lurus dengan biomassa tegakan, semakin besar biomassa tegakan maka semakin tinggi biomassa serasahnya. Tegakan dengan umur lebih tua memiliki simpanan biomassa serasah yang lebih besar (lihat Tabel 4). Daun mangium memiliki kadar lignin dan nisbah C/N yang tinggi sehingga proses dekomposisi serasahnya berjalan lambat (Hardiyanto et al. 2004 dalam Hanggara 2012) sehingga serasah mangium banyak ditemukan di lantai hutan. Adapun biomassa tumbuhan bawah berbanding terbalik dengan biomassa tegakan. Tegakan dengan umur lebih muda memiliki tumbuhan bawah yang lebih banyak dibandingkan dengan tegakan umur tua (lihat Tabel 4). Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari pohon di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis. Tegakan dengan umur lebih tua memiliki tutupan tajuk yang lebih rimbun sehingga tumbuhan bawah kurang mendapatkan cahaya, padahal cahaya sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi (Gusmaylina 1983 dalam Nirwani 2011).

Simpanan Nekromassa

Pohon atau kayu mati merupakan bagian penting dalam pengukuran karbon tegakan. Banyaknya nekromassa yang tersimpan pada pengukuran nekromassa dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5 Simpanan nekromassa

Komponen hutan Nekromassa (ton/ha)

Tegakan tahun 2008 Tegakan tahun 2009 Tegakan tahun 2010

Pohon mati 0.37 - -

Tiang mati 1.97 0.76 0.61

Pancang mati 1.21 1.68 1.08

Kayu mati 0.06 0.11 0.05

Jumlah 3.61 2.55 1.74

Simpanan nekromassa terbesar terdapat pada tegakan tahun 2008 dengan proporsi terbesar berasal dari nekromassa tiang mati. Tingkat keutuhan pohon mati di ketiga tegakan didominasi oleh pohon tanpa daun dan pohon tanpa daun dan ranting masing-masing sebanyak 27 pohon dan 25 pohon dari total 74 pohon yang mati. Banyaknya pohon yang mati diduga dikarenakan serangan hama dan faktor lingkungan lain.

Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa

(25)

15

Tabel 6 Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa

Komponen hutan Biomassa dan Nekromassa (ton/ha)

Tegakan tahun 2008 Tegakan tahun 2009 Tegakan tahun 2010

Pohon 23.79 1.52 0.53

Tiang 39.14 38.35 23.30

Pancang 19.72 13.78 21.33

Serasah 4.32 3.98 2.96

Tumbuhan bawah 0.42 0.55 0.62

Nekromassa 3.61 2.55 1.74

Jumlah 91.00 60.73 50.48

Tegakan tahun 2008 memiliki simpanan biomassa tertinggi, yakni sebesar 91.00 ton/ha, sedangkan simpanan biomassa tegakan tahun 2009 sebesar 60.73 ton/ha dan tegakan tahun 2010 sebesar 50.48 ton/ha. Kontribusi biomassa paling besar berasal dari biomassa tiang sedangkan terkecil berasal dari tumbuhan bawah.

Simpanan Total Karbon

Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam ekosistem. Di dalam atmosfer, karbon terikat dan membentuk senyawa karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida juga dapat membentuk persediaan karbon organik dalam

proses fotosintesis. Karbon organik ini akan tetap berada di dalam tubuh produsen (tumbuhan) atau pun konsumen (manusia dan hewan) sampai mati. Setelah produsen/konsumen mati, karbon organik akan terurai melalui proses dekomposisi dan CO2 akan terlepas kembali ke atmosfer. Penguraian bahan organik ini ada

yang berlangsung cepat adapula yang berlangsung sangat lama. Proses penguraian yang berlangsung sangat lama akan membentuk bahan bakar fosil (Killham 1996; Vickery 1984; Gopal dan Bhardwaj 1979 dalam Indriyanto 2010).

Simpanan karbon total di atas permukaan diperoleh dari hasil penjumlahan karbon pohon, tiang, pancang, serasah, tumbuhan bawah, dan nekromassa. Hasil pendugaan simpanan karbon tegakan revegetasi PT JBG tersaji dalam Tabel 7. Tabel 7 Simpanan total karbon tegakan revegetasi

Komponen hutan Karbon (ton/ha)

Tegakan tahun 2008 Tegakan tahun 2009 Tegakan tahun 2010

Pohon 10.69 0.68 0.24

Pancang 17.57 17.26 10.49

Tiang 8.86 6.22 9.60

Serasah 2.03 1.87 1.62

Tumbuhan bawah 0.32 0.26 0.32

Nekromassa 1.62 1.14 0.63

Jumlah 41.09 27.43 22.90

(26)

16

ton/ha (lihat Tabel 8). Jika dibandingkan dengan potensi karbon hutan tanaman mangium di tempat lain, potensi karbon tegakan revegetasi ini jauh lebih kecil. Hutan tanaman mangium umur 5 tahun yang ditanam PT Perhutani Bogor mengandung simpanan biomassa sebesar 176.84 ton/ha, sedangkan hutan tanaman mangium umur 6 tahun di hutan tanaman Benakat, Sumatera Selatan memiliki simpanan karbon sebesar 91.2 ton/ha (Heriansyah dan Siregar 2002; Ginting 1997 dalam Masripatin 2010a).

Adanya perbedaan simpanan karbon yang cukup besar disebabkan oleh perbedaan kualitas tapak, iklim, serta perlakuan silvikultur yang diberikan. Lahan reklamasi pasca tambang memiliki kualitas tapak yang lebih rendah seperti pH rendah dan miskin unsur hara. Perlakuan silvikultur seperti perawatan tanaman pun kurang intensif jika dibandingkan dengan hutan tanaman.

Potensi Serapan CO2

Dugaan potensi serapan CO2 dari tegakan revegetasi lahan pasca tambang

PT JBG disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8 Potensi Serapan CO2

Tahun penanaman Potensi penyerapan CO2

(ton/ha)

Potensi penyerapan CO2

(ton/ha/tahun)

2008 147.09 24.52

2009 97.24 19.45

2010 90.10 22.53

Potensi penyerapan CO2 tegakan revegetasi tahun 2008 sebesar 147.09

ton/ha, tahun 2009 sebesar 97.24 ton/ha, dan tahun 2010 sebesar 90.10 ton/ha. potensi penyerapan CO2 rata-rata per tahun tegakan revegetasi PT JBG berkisar

19.45-24.52 ton/ha/tahun. Nilai ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan nilai potensi penyerapan CO2 tegakan mangium menurut Subarudi (2003) di

Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan yang berkisar 40-67 ton/ha/tahun. Hasil pendugaan potensi penyerapan CO2 tegakan mangium di HTI Kalimantan Timur

oleh Hardjana (2009) memiliki rata-rata penyerapan CO2 sebesar 55.45

ton/ha/tahun. Perbedaan banyaknya CO2 yang diserap diduga karena pengaruh

beberapa faktor seperti iklim, topografi, kualitas tempat tumbuh, spesies dan komposisi umur pohon, serta tahap pertumbuhan pohon (Dury et al 2002 dalam Ginoga 2004). Tegakan revegetasi PT JBG memiliki serapan CO2 yang rendah

dikarenakan kondisi lahan yang miskin hara sehingga pertumbuhan tanaman lebih lambat.

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah

(27)

17

Tabel 9 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi tahun 2008

Tabel 10 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi tahun 2009

Tabel 11 Lima jenis tumbuhan bawah yang paling dominan di tegakan revegetasi tahun 2010

(28)

18

tegakan tahun 2008, 2009, dan 2010 dengan nilai penting sebesar 52.90%, 45.11%, 74.91%.

Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah

Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkat komunitas yang bisa digunakan untuk menyatakan struktur komunitas berdasarkan organisasi biologi. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi apabila di dalam komunitas tersebut terdapat banyak spesies dengan kelimpahan yang sama/hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman rendah apabila di dalam komunitas tersebut terdapat sedikit spesies dengan sedikit spesies yang dominan (Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2010). Hasil analisis keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tersaji pada Tabel 12. Tabel 12 Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan revegetasi

Indeks

keanekaragaman Tegakan tahun 2008 Tegakan tahun 2009 Tegakan tahun 2010

R 2.40 2.32 3.06

H’ 1.75 2.01 1.72

E 0.59 0.69 0.53

C 0.22 0.17 0.34

Indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah yang tertinggi terdapat di tegakan tahun 2010 dengan nilai sebesar 3.06, Indeks keanekaragaman jenis tertinggi ada pada tegakan tahun 2009 dengan nilai sebesar 2.01, indeks kemerataan jenis tertinggi ada pada tegakan tahun 2009 dengan nilai 0.69, sementara untuk indeks dominansi jenis tegakan tahun 2010 memiliki nilai terbesar, yaitu 0.34.

Angka-angka yang ada dalam Tabel 12 menunjukkan bahwa pada ketiga tegakan tingkat kekayaan jenisnya tergolong rendah karena nilai R<3.5 (Magurran 1988). Tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tegakan tahun 2009 tergolong sedang harena memiliki nilai H’ berkisar antara 2-3, sementara tegakan tahun 2008 dan 2010 keanekaragamannya tergolong rendah karena nilai H’<2. Tingkat kemerataan jenis tegakan tahun 2009 tergolong tinggi karena nilai E >0.6, sedangkan 2 tegakan lainnya tergolong sedang dengan nilai E berkisar antara 0.3-0.6. Adapun untuk indeks dominansi spesies ketiga tegakan tidak ada yang mendekati 1 sehingga nilainya tergolong rendah, artinya pada ketiga tegakan tumbuhan bawahnya menyebar ke banyak jenis (tidak ada yang mendominasi). Tabel 13 Indeks kesamaan komunitas tumbuhan bawah pada tegakan revegetasi

Indeks Kesamaan Komunitas (%)

Tahun penanaman 2008 2009 2010

2008 -

2009 70.07 -

2010 57.40 63.85 -

(29)

19

kesamaan komunitas tegakan tahun 2009 dan 2008 sebesar 70.07%, sedangkan indeks kesamaan komunitas tegakan tahun 2008 dan 2010 sebesar 57.40%. Istomo dan Kusmana (1997) mengemukakan bahwa suatu komunitas dianggap sama apabila memiliki nilai IS>75%. Hal ini berarti ketiga komunitas secara komposisi jenis berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini bisa disebabkan perbedaan intensitas cahaya yang diterima tumbuhan bawah.

Uji korelasi antara indeks keanekaragaman jenis dengan kandungan karbon tumbuhan bawah dilakukan dengan menggunakan uji Pearson. Hasil uji menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tidak berpengaruh nyata terhadap simpanan karbon tumbuhan bawahnya pada taraf 95%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Tegakan revegetasi PT JBG tahun 2008 memiliki simpanan karbon di atas permukaan tanah tertinggi yakni 41.09 ton/ha, sedangkan tegakan revegetasi tahun 2009 sebesar 27.43 ton/ha, dan tegakan tahun 2010 sebesar 22.90 ton/ha.

2. Umur tegakan memengaruhi potensi simpanan karbon di dalam serasah dan tumbuhan bawahnya. Semakin tua umur tegakan, maka semakin besar potensi karbon dari serasah yang ada di bawah tegakan. Sementara itu, semakin tua umur tegakan maka kandungan karbon di dalam tumbuhan bawahnya semakin sedikit.

3. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah menunjukkan jumlah tumbuhan bawah pada tegakan tahun 2008 sebanyak 20 spesies, pada tegakan tahun 2009 sebanyak 19 spesies, dan pada tegakan tahun 2010 sebanyak 26 spesies. Tumbuhan bawah yang paling mendominasi berasal dari famili Poaceae, yakni Brachiaria mutica dengan INP 52.90% (2008), Brachiaria fasciculata dengan INP 45.11% (2009), dan Imperata cylindrica dengan INP 74.81% (2010). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah tidak berpengaruh terhadap simpanan karbonnya.

Saran

1. Perlu dilakukan perawatan tanaman yang lebih intensif seperti pemupukan, penjarangan, dan pemberantasan hama penyakit agar pertumbuhan tanaman revegetasi lebih baik sehingga simpanan karbonnya lebih banyak.

2. Perlu dilakukan evaluasi mengenai persentase hidup tanaman jika dilihat dari jauhnya perbandingan antara jumlah tanaman sengon dan mangium serta banyaknya tanaman yang mati, agar diketahui penyebab pasti kematian tanaman dan dapat dilakukan pencegahan serta penanganannya.

3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab tanaman yang mati.

(30)

20

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon–Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting). Jakarta (ID): BSN.

Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Ginoga KL. 2004. Beberapa cara perhitungan biomassa karbon. J Info Sosial Ekonomi. 4(1):1-7.

Hairiah K, Rahayu S. 2007. Petunjuk praktis pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast Asia.

Hanggara BAT. 2012. Pendugaan kandungan karbon pada tegakan akasia (Acacia mangium) dan tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) di lahan reklamasi pasca tambang batubara PT Arutmin Batulicin, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.

Hardjana AK. 2009. Potensi biomassa dan karbon pada hutan tanaman Acacia mangium di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. JPenelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 7(4):237-249.

Haruni K, Adinugroho WC, Imanuddin R. 2012. Monograf Model-Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian Kehutanan, Kementerian Kehutanan.

Indrapraja R. 2013. Potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah pada tegakan meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Jepang (JP): Institute for Global Environmental Strategies (IGES).

Irawan DJ. 2009. Pendugaan kandungan karbon pada tegakan jati (Tectona grandis) tidak terbakar dan pasca kebakaran permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.

Istomo, Kusmana C. 1997. Penuntun Praktikum Ekologi Hutan. Laboratorium Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institur Pertanian Bogor.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2010. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.4/menhut-ii/2011 tentang pedoman reklamasi hutan. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2013. Pedoman Penggunaan Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon Hutan di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Krebs CJ. 1978. Ecologi The Experimental Analysis of Distribution and

Abundance. New York (US) : Harper & Row.

(31)

21

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurenment. Princeton NJ (US): Princeton University Press.

Masripatin N, Kirsfianti G, Gustan P, Wayan SD, Chairil AS, Ari W, Dyah P, Arief SU, Niken S, Mega L et al. 2010a. Cadangan Karbon pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Masripatin N, Kirsfianti G, Ari W, Wayan SD, Chairil AS, Mega L, Indartik, Wening W, Niken S, Retno M et al. 2010b. Pedoman Pengukuran Karbon untuk Mendukung Penerapan REDD+ di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Nirwani Z. 2011. Keanekaragaman tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat di hutan Taman Nasional Gunung Leuseur Sub Seksi Bukit Lawang [tesis] [internet]. (diunduh 2014 Januari 16); Medan (ID): Program Studi Magister Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/22749/3/Chapter%20III-V.pdf.

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Pananjung WG. 2013. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi (Samanea saman Merr.) di lahan pasca tambang batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.

[P3HH] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. 2008. Petunjuk Praktis Sifat-Sifat Dasar Jenis Kayu Indonesia A Handbook of Selected Indonesian Wood Species. [tempat tidak diketahui] (ID): Indonesian Sawmill And Woodworking Association (ISWA).

[PP] Peraturan Pemerintah. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pascatambang. Jakarta (ID): Sekretariat Negara Republik Indonesia.

[PT JBG] PT Jorong Barutama Greston. 2006. Analisis Dampak Lingkungan. Jorong (ID): PT Jorong Barutama Greston.

[PT JBG] PT Jorong Barutama Greston. 2014. Dokumen curah hujan PT Jorong Barutama Greston tahun 2004-2013. Jorong (ID): PT Jorong Barutama Greston. Roesyane A. 2010. Potensi simpanan karbon pada hutan tanaman mangium

(Acacia mangium Willd.) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.

Subarudi, Djaenudin D, Erwidodo, Cacho O. 2003. Growth and carbon sequestration potential of plantation forestry in Indonesia: Paraserianthes falcataria and Acacia mangium. Working Paper CC08, 2003. ACIAR project ASEM 1999/093.

Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Wulansih D. 2012. Model persamaan alometrik penduga biomassa dan massa

(32)

22

15 Vitex pubescens Laban Lamia-ceae

(33)

23

(34)

24

Lampiran 3 Hasil perhitungan analisis vegetasi semai dan tumbuhan bawah tegakan revegetasi 2010

18 Mimosa pudica Putri malu Mimosa-ceae

22 Belum diketahui Cangkok

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 8 Januari 1993. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan H. Matrof dan Hj. Salimah. Penulis pernah mengenyam pendidikan di TK Kepudang (1996-1998), SDN Tersana Baru (1998-2004), SMPN 1 Babakan (2004-2007), dan SMAN 1 Babakan (2007-2010). Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada tahun 2010 di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Pada tahun yang sama penulis juga memperoleh Beasiswa Bidik Misi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif sebagai pengurus BEM Fakultas Kehutanan pada tahun 2011-2013, anggota Public Relation IFSA pada tahun 2011-2013, anggota Project Division Tree Grower Community (TGC) pada tahun 2012-2013. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang Timur dan Papandayan Garut, Jawa Barat pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2013, dan Praktek Kerja Profesi di PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan, pada tahun 2014.

Gambar

Gambar 1 Lokasi PT JBG
Gambar 4 Tingkat keutuhan pohon, tiang, dan pancang mati.  Metode Perhitungan Nekromassa Kayu Mati
Gambar 5 Jumlah tiang, pancang dan pohon pada masing-masing tegakan
Tabel 6 Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengkaji karakteristik tanah dan keragaan tanaman pada area revegetasi pasca tambang batubara PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan

Sejalan dengan potensi biomassa, kandungan karbon yang diukur di dalam penelitian ini adalah kandungan karbon yang terdapat di atas permukaan tanah, yaitu pada

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa potensi simpanan karbon di atas lahan pada tegakan Jati dipengaruhi oleh umur dan kondisi tempat tumbuh. Pada umumnya

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di lokasi penelitian hanya beberapa plot saja yang sudah dilakukan perbaikan lahan dan pemeliharaan tanaman,

Potensi keterpulihan lahan pasca tambang dapat diindikasikan dari tanaman revegetasi (tanaman penutup tanah dan cepat tumbuh mampu tumbuh dan bertahan serta tajuk

Tahapan pemetaan tutupan lahan Potensi simpanan karbon bawah tegakan dapat diperoleh dari beberapa data penyusun simpanan karbon gambut, diantaranya data luas lahan

Rekomendasi yang dapat diberikan dalam hasil penelitian yaitu perlu adanya klasifikasi mengenai karateristik lahan terlebih dahulu agar mengetahui permasalahannya

Rata-rata proporsi simpanan biomassa untuk komponen karbon pohon, tumbuhan bawah, dan nekromasa kurang dari 1%, sedangkan proporsi simpanan karbon pada komponen karbon