EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN REVEGETASI
LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA PADA BLOK M1W
PT JORONG BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN
SELATAN
ADI SETIADI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Keberhasilan Tanaman Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
ABSTRAK
ADI SETIADI. Evaluasi Keberhasilan Tanaman Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh Dr Ir Omo Rusdiana, MSc.
Pasca operasi penambangan perlu dilakukannya kegiatan reklamasi guna memulihkan dan memperbaiki fungsi lahan ke kondisi yang lebih baik dan produktif (P.60/Menhut-II/2009). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberhasilan revegetasi dilihat dari daya tumbuh dan performa tanaman A. mangium di Blok M1W PT Jorong Barutama Greston, memberikan rekomendasi perbaikan lahan dan tanaman, dan mengidentifikasi penyebab ketidakberhasilan revegetasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status keberhasilan revegetasi pada Blok M1W belum dikatakan berhasil karena dilihat dari rata-rata persentase tumbuh dan kesehatan tanaman masih di bawah 80% yaitu sebesar 59.38% dan 50.01%. Perbaikan yang dilakukan adalah melakukan pembenah tanah dan penyulaman menggunakan tanaman yang tahan terhadap tanah masam dan kandungan logam berat tinggi. Penyebab utama ketidakberhasilan revegetasi dikarenakan kondisi tempat tumbuh yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman A. mangium dan kurangnya pemeliharaan tanaman. Hal tersebut menjadi penyebab menurunnya keberhasilan tanaman revegetasi. Selain itu, Standar Operasional Prosedur (SOP) kegiatan revegetasi perlu diperbaiki dengan penambahan mengenai kegiatan pemeliharaan tanaman kaitannya dengan pengendalian hama dan penyakit.
Kata kunci: A. mangium, evaluasi, lahan pasca tambang, revegetasi
ABSTRACT
ADI SETIADI. The Evaluation of the Success of Plant Revegetation in Post Coal Mining Block M1W PT Jorong Barutama Greston, East Kalimantan. Under Supervision of Dr Ir Omo Rusdiana, MSc.
Reclamation activities were to be held after mining operation for restoring and improving the function of the land to be a better condition and productive (P.60/Menhut-II/2009). This research aims to analyze the status of the success of revegetation seen from the growing power and performance of plants of A. mangium at PT Jorong Barutama Greston Block M1W, recommend improvements to the land and plants, and identifies the cause of the failure of revegetation. The results of this research were indicate that status of the success revegetation at Block M1W have not been categorized as successful category. They were seen from the average of growth percentage and health of plants that less than 80%. Those value were 59.38% and 50.01%. The improvement that could be done were land amandment and plant tatting by resistant plant. They plants have to be resistant from acid land heavy metal high. The main causes of failure of revegetation was due to the condition of site plants were less supportive of growth of plants A. mangium and lack of maintenance plant. This was the cause of decreasing the success of revegetation plants. Beside that, Standard Operational Procedure (SOP) about revegetation activities need to repair increment maintenance plant to be related of pest and disease control.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN REVEGETASI
LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA PADA BLOK M1W
PT JORONG BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN
SELATAN
ADI SETIADI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah evaluasi keberhasilan revegetasi, dengan judul Evaluasi Keberhasilan Tanaman Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan saran sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para staff PT JBG, khususnya tim Departemen Rehabilitasi dan Reklamasi yang telah membantu selama berjalannya kegiatan penelitian ini dan memberi pengalaman baru bagi penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 2
METODE 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Penelitian 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Karakteristik Lahan 10
Persentase Tumbuh dan Pertumbuhan Tanaman 12
Kesehatan Tanaman 17
Rekomendasi Perbaikan Lahan dan Tanaman 20
Faktor Penyebab Ketidakberhasilan Revegetasi 22
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 25
vi
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik lahan pada setiap plot pengamatan di Blok M1W 10 2 Hasil analisis tanah pada Blok M1W tahun 2014 11 3 Jumlah tanaman pada setiap plot pengamatan di Blok M1W 12 4 Rata-rata pertumbuhan tanaman A. mangium umur 2 tahun 16 5 Hasil pengamatan gangguan tanaman A. mangium pada plot
pengamatan di Blok M1W 18
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik curah hujan maksimum bulanan selama tahun 2004 – 2014 4 2 Grafik hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014 4
3 Skema plot petak ukur penilaian tanaman 6
4 Skema plot contoh di lapangan 6
5 Diagram persen tumbuh setiap plot pengamatan 13 6 Tanaman A. mangium yang menglamai kematian 13
7 Kondisi tempat tumbuh tanaman 14
8 Diagram rata-rata tinggi tanaman A. mangium 15
9 Diagram rata-rata diameter batang tanaman A. mangium 15 10 Diagram rata-rata diameter tajuk tanaman A. mangium 15 11 Diagram persentase kesehatan tanaman setiap plot pengamatan 17 12 Diagram persentase gangguan tanaman A. mangium 18
13 Gejala gangguan tanaman 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta plot contoh pengamatan pada Blok M1W 25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksploitasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Kemenhut 2011). Perusahaan tambang dalam melakukan kegiatan pertambangan seringkali dilakukan dengan pembukaan wilayah untuk mendapatkan bahan mineral yang berada di bawah permukaan bumi. Pembukaan wilayah akan menyebabkan areal tersebut mengalami kerusakan dan menimbulkan permasalahan lingkungan.
Permasalahan yang ditimbulkan pasca penambangan antara lain tanah menjadi tidak subur, pH yang masam, dan unsur hara yang sedikit. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan kegiatan reklamasi untuk memperbaiki dan mengembalikan fungsi lahan ke kondisi yang lebih baik dan produktif. Kegiatan reklamasi yang dilakukan meliputi penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, dan revegetasi (Kemenhut 2009). Lahan yang telah selesaikan direklamasi selanjutnya siap untuk ditanami tumbuhan sebagai upaya dalam mengembalikan fungsi lahan sebelumnya. Kegiatan revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2011). Kegiatan revegetasi yang dilakukan perusahaan pertambangan di Indonesia seringkali tidak berhasil, hal tersebut dikarenakan kondisi lahan yang sangat marjinal, kurangnya ketersediaan top soil, adanya materi logam berat yang tersisa, dan keberadaan air asam tambang.
PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) merupakan salah satu perusahaan pertambangan batu bara yang terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT JBG merupakan penambangan terbuka (open pit mining). Cara mendapatkan bahan tambang berupa batu bara adalah seluruh tanaman yang ada dipermukaan tanah dibersihkan, tanah dan batuan penutup dipindahkan ke suatu tempat sehingga mengakibatkan lahan terdegradasi, tidak produktif dan menjadi marjinal. Pengelolaan yang tidak baik dapat berdampak buruk terhadap kualitas udara dari debu yang dihasilkan, air permukaan, air tanah, pemanfaatan pasca tambang, serta bentuk permukaan lahan berupa tumpukan overburden dari rona awal (Putri 2012).
2
Berbagai jenis tipe tambang memiliki proses eksploitasi yang berbeda-beda sehingga tingkat kerusakannya juga berbeda. Hal ini akan bedampak pada keberhasilan kegiatan reklamasi yang tentunya akan tidak adil jika penilaian yang dilakukan terhadap semua tipe tambang digunakan penilaian dengan kriteria yang sama.
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis status keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan oleh PT JBG. Selain itu, penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi perbaikan lahan dan tanaman, dan mengidentifikasi penyebab ketidakberhasilan revegetasi.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana status keberhasilan revegetasi yang kaitannya dengan daya hidup dan performa pertumbuhan tanaman revegetasi di Blok M1W? 2. Bagaimana rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami
ketidaknormalan pertumbuhan?
3. Apa saja faktor penyebab yang mengakibatkan ketidakberhasilan revegetasi kaitannya dengan karakteristik lahan revegetasi pasca penambangan?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis status keberhasilan revegetasi yang kaitannya dengan daya hidup dan performa pertumbuhan tanaman revegetasi di Blok M1W. 2. Memberikan rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami
ketidaknormalan pertumbuhan.
3. Mengidentifikasi penyebab dari ketidakberhasilan revegetasi kaitannya dengan karakteristik lahan revegetasi pasca penambangan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak pengelola sebagai bahan evaluasi terhadap kegiatan revegetasi yang telah dilakukan. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menjalankan revegetasi di masa mendatang.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Posisi Geografis
3 3045’07”LS – 4000’15”LS dan 114045’23”BT– 115005’53”BT. Area pelabuhan terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut.
PT JBG melakukan kegiatan penambangan batu bara di Desa Swarangan yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Utara : Kec. Jilatan 2. Timur : Kec. Asam-asam
3. Selatan : Laut Jawa dan Desa Swarangan 4. Barat : Kec. Penyipalan
Adapun untuk mencapai wilayah penambangan batu bara PT JBG dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor :
1. Dari kota Banjarmasin ke arah tenggara menuju Pelaihari dengan jarak ± 60 km dengan waktu ± 1.5 jam dengan kendaraan bermotor.
2. Dari Pelaihari ke arah tenggara menuju lokasi wilayah PKP2B PT JBG yang terletak di Kecamatan Jorong dengan jarak ± 39 km dengan waktu ± 1 jam.
3. Dari Pos penjagaan PT JBG menuju kantor induk sejauh 6 km dengan kondisi jalan angkut yang tidak beraspal dan dapat ditempuh dengan waktu ± 15 menit (AMDAL 2006).
Jenis Tanah dan Topografi
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa tanah pada areal kegiatan tambang batu bara di PT JBG didominasi oleh sebaran tanah podsolik (ultisol) (AMDAL 2006). Tanah podsolik merupakan tanah utama pada lahan kering di Kalimantan Selatan yang tergolong tanah berusia lanjut. Tanah podsolik merupakan tanah yang mempunyai horizon argilik bersifat masam dan kejenuhan basa yang rendah. Unsur hara yang rendah dan unsur P terfiksasi tetapi kadar Al umumnya tinggi.
Curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan basah menyebabkan terjadinya pencucian basa-basa dan liat (lessivage). Pencucian basa-basa menyebabkan tanah bereaksi masam dan kadar Al menjadi tinggi. Pencucian liat menyebabkan terbentuknya horizon albik di lapisan tanah atas dan horizon argilik di lapisan bawah (Hardjowigeno 1993). Tanah aluvial (inceptisol) hanya terdapat di sekitar sungai (sungai Asam-asam, sungai Katal-katal dan sungai Nahiya) dalam luasan yang sempit. Selain itu, topografi kecamatan Jorong merupakan topografi berbukit, ada di sekitar bukit Pria dengan elevasi 465 meter di atas permukaan laut berdekatan dengan daerah Kintap dan kecamatan Batu Ampar.
Iklim dan Curah Hujan Daerah Penelitian
Lokasi wilayah PT JBG 4 S dengan kondisi temperatur udara cukup panas yaitu rata-rata sekitar 28.05 C (temperatur udara minimum 23.7 C) dan dengan kelembaban udara cukup tinggi yaitu sekitar 83% (AMDAL 2006).
Sebagaimana di wilayah Indonesia lain, maka iklim di daerah penelitian adalah tropis dan memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Curah hujan maksimum untuk 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2004 –
4
terjadi pada bulan September sebesar 6 mm (Gambar 1). Curah hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014 adalah sebesar 129.18 mm.
Hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014 adalah 10 hari. Jumlah hari hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 25 hari. Hari hujan terendah terjadi pada bulan September yaitu sebanyak 1 hari.
Gambar 1 Grafik curah hujan maksimum bulanan tahun 2004 – 2014
Gambar 2 Grafik hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014
Sarana dan Prasarana
Sarana penunjang yang ada di PT JBG adalah kantor penambangan, perumahan karyawan, bengkel, gudang, tempat penyimpanan bahan bakar, laboratorium, dan poliklinik. Prasarana yang ada di PT JBG meliputi jaringan jalan tambang, pelabuhan laut khusus batu bara, dan jalan angkut batu bara (hauling) dari lokasi tambang blok tengah hingga ke pelabuhan laut sepanjang ±18 km (AMDAL 2006).
Bangunan seperti rumah karyawan, kantin, perkantoran, dan fasilitas lainnya terpusat di sekitar lokasi pelabuhan. Jalan produksi dibuat sekitar 40 km dari tempat penambangan. Tempat penumpukan batu bara (stockpile) berada dekat dengan pelabuhan. Kolam pengendapan (settling pond) merupakan tempat aliran air limbah tambang yang mengandung lumpur dan batubara halus (diameter 0.5 mm). Kolam pengendapan ditaburkan kapur dan tawas agar mempercepat proses pengendapan. Ukuran kolam 40 m x 20 m x 3 m. Ada 3 buah kolam pengendapan dengan ukuran yang sama. Kolam pertama untuk pengendapan lumpur, kolam kedua dan ketiga untuk menampung air dari dalam tambang sebelum dialirkan ke badan air guna mecegah terjadinya peningkatan kekeruhan, padatan tersuspensi, kemasaman, dan perubahan warna ke sungai Asam-Asam. Jumlah kolam
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des
Cur
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
5 dikumpulkan di dekat tambang agar mengering dan setelah kering akan diangkut oleh dump truck menuju lokasi penimbunan.
PT JBG menggunakan alat berat seperti bulldozer, excavator, wheel loader maupun dump truck serta alat penunjang lainnya. Perbaikan dan perawatan alat berada pada bengkel dengan 2 tugas, yaitu bengkel yang menangani alat-alat listrik dan ada pula yang menangani alat-alat berat. Gudang yang ada di PT JBG terletak di dekat pelabuhan dan memiliki ukuran 10 m x 30 m yang berisi sarana penunjang operasi tambang, penyimpanan suku cadang serta barang-barang yang diperlukan selama operasi penambangan berlangsung.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan pertambangan batu bara PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan pada tanggal 16 Februari – 30 Mei 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera, kaliper, walking stick, laptop, software ArcGIS version 9.3, Global Mapper 13, SPSS 16.0, tally sheet, kalkulator, meteran, tali rafia, golok, GPS, dan kompas. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta reklamasi dan rehabilitasi dengan skala 1 : 10 000, dokumen AMDAL PT JBG, dokumen rencana dan realisasi reklamasi, dan obyek penelitian ini adalah tananam A. mangium yang berumur 2 tahun pada Blok M1W.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Plot Contoh
Plot contoh pengamatan disajikan dalam bentuk peta yang dibuat dengan menggunakan software ArcGIS version 9.3 dan Global Mapper 13 yang akan digunakan sebagai peta acuan untuk menilai keberhasilan revegetasi pada semua plot contoh yang diamati yaitu Blok M1W dengan luas 33.46 ha. Penilaian tanaman hasil revegetasi dilakukan dengan metode Systematic Sampling with Random Start serta menggunakan intensitas sampling sebesar 5% (Kemenhut 2009), sehingga jumlah plot contoh pada Blok M1W sebanyak 17 plot dengan ukuran 40 m x 25 m (0.1 Ha). Adapun tahapan pembuatan plot contoh pengamatan pada penelitian ini yaitu:
a. Menyiapkan peta hasil penanaman skala 1 : 10 000.
b. Menentukan petak ukur pertama secara acak pada peta tersebut.
c. Pembuatan garis transek melalui titik petak ukur pertama, yaitu garis vertikal dan garis horizontal yang berpotongan pada titik petak ukur pertama tersebut. Garis vertikal memotong tegak lurus larikan tanaman dan garis horizontal sejajar larikan tanaman.
6
dengan jarak antar garis vertikal 1 cm dan jarak antar garis horizontal 1 cm di peta.
e. Pembuatan petak ukur persegi panjang ukuran 4 mm x 2.5 mm di peta (di lapangan 40 x 25 m) pada garis transek tersebut dengan titik potong garis transek sebagai titik pusatnya, sehingga penyebaran letak petak ukur tersebut dapat mewakili seluruh areal tanaman yang dinilai. Skema plot contoh di peta dan di lapangan disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Keterangan: = Batas areal penanaman
= Petak ukur pertama (ditentukan secara acak) ukuran 4 mm x 2.5 mm
= Petak ukur berikutnya ditentukan secara sistematis
Gambar 3 Skema plot contoh di peta
Keterangan: * = Tanaman pioner = Jarak tanam 4 m x 4 m
Gambar 4 Skema plot contoh di lapangan
Pengambilan Data Tanaman
Pengambilan data dilakukan pada setiap plot contoh. Data yang diambil di antaranya yaitu tinggi, diameter batang, diameter tajuk, dan kesehatan tanaman. Pengukuran diameter tanaman dilakukan pada titik 15 cm dari pangkal batang menggunakan kaliper manual, pengukuran diameter tajuk tanaman dilakukan
40 meter
25
mete
7 dengan mengukur tajuk terpanjang dan terlebar dengan menggunakan meteran, sedangkan pengukuran tinggi dilakukan pada masing-masing tanaman dengan menggunakan meteran dan walking stick. Pengamatan terhadap kondisi fisik tanaman juga dilakukan untuk mengetahui status kesehatan tanaman revegetasi.
Kondisi fisik tanaman yang diamati terbagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu tanaman sehat, kurang sehat, dan merana. Tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh segar, batang relatif lurus, bertajuk lebat dengan tinggi sesuai standar dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang tumbuh tidak normal atau terserang hama penyakit, daun berwarna kuning atau berwarna tidak normal, dan batang bengkok. Tanaman merana adalah tanaman yang tumbuh tidak normal atau terserang hama penyakit sehingga jika dipelihara kecil kemungkinannya akan tumbuh dengan baik (Kemenhut 2009). Tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan mempunyai ciri, yaitu memiliki diameter dan tinggi yang lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman sejenis yang seumur di sekitarnya dan mempunyai warna daun yang kekuningan (Adinda 2012).
Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan nilai persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman yang menunjukkan daya tumbuh dan performa tanaman. Data diameter batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman juga dilakukan pengolahan untuk mendapatkan nilai rata-ratanya. Berikut uraian dari pengolahan data yang dilakukan.
Persentase Tumbuh Tanaman
Persentase tumbuh tanaman merupakan hasil perbandingan antara jumlah tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh yang diamati. Nilai persentase tumbuh tanaman dihitung dengan persamaan:
T =
x 100% Keterangan:
T = persen tumbuh tanaman (%)
hi = jumlah tanaman yang hidup pada plot ke-i Ni = jumlah tanaman yang ditanam pada plot ke-i
Adapun rata-rata persentase tumbuh tanaman dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
R = Keterangan:
R = rata-rata persentase tumbuh tanaman (%)
Ti = jumlah persentase tumbuh tanaman pada plot ke-i n = jumlah seluruh plot
Persentase Kesehatan Tanaman
8
K =
Keterangan:
K = persentase kesehatan tanaman (%) ri = jumlah tanaman sehat padat plot ke-i hi = jumlah tanaman yang hidup pada plot ke-i
Adapun rata-rata persentase kesehatan tanaman dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
P = Keterangan:
P = rata-rata persentase kesehatan tanaman (%)
Ki = jumlah persentase kesehatan tanaman pada plot ke-i n = jumlah seluruh plot
Diameter Batang dan Tinggi Tanaman
Pada masing-masing plot contoh dilakukan perhitungan rata-rata diameter dan rata-rata tinggi tanaman. Persamaan untuk menghitung rata-rata tinggi dan diameter tanaman yaitu sebagai berikut:
d = t = Keterangan:
d = rata-rata diameter batang (cm) t = rata-rata tinggi (cm)
di = diameter pohon ke-i ti = tinggi pohon ke-i
n = jumlah pohon yang diukur
Diameter Tajuk
Pada masing-masing plot contoh dilakukan perhitungan diameter tajuk dengan mengukur tajuk terpanjang dan terlebar pada setiap tanaman. Persamaan untuk menghitung diameter tajuk tanaman yaitu sebagai berikut:
dt = Keterangan:
dt = diameter tajuk (cm) tp = tajuk terpanjang (cm) tl = tajuk terlebar (cm)
Adapun rata-rata diameter tajuk dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Rt = Keterangan:
Rt = rata-rata diameter tajuk (cm)
9
Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dengan tujuan untuk mengelompokkan atau mengklasifikan data menjadi sebuah informasi yang berguna. Pengolahan data statistik pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16.0. Adapun tahapan analisis statistik data pada penelitian ini yaitu:
Jangkauan (Range)
Range adalah selisih bilangan terbesar dan terkecil dari suatu kumpulan data. Rumus yang digunakan adalah:
R = Xmax - Xmin Keterangan:
R = jangkauan (range) Xmax = nilai terbesar Xmin = nilai terkecil Jumlah Kelas
Jumlah kelas adalah pengelompokkan data pada interval tertentu yang dibagi dalam kelas. Rumus yang digunakan adalah:
K = 3.3 log (n) + 1 Keterangan:
K = jumlah kelas n = banyaknya data
Interval
Interval adalah selang atau selisih dari data yang dikelompokkan berdasarkan kelas tertentu. Rumus yang digunakan adalah:
I =
Keterangan: I = interval Xmax = nilai terbesar Xmin = nilai terkecil K = jumlah kelas
Simpangan Baku (Standard Deviation)
Standard deviation adalah rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data diukur dari nilai nilai rata-rata data tersebut atau akar dari variance. Rumus yang digunakan adalah:
s = √ ( X) Keterangan:
S = simpangan baku xi = nilai data ke-i
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lahan
Penelitian ini berada di areal revegetasi yaitu Blok M1W yang merupakan areal bekas penambangan yang sudah ditutup kembali dengan tanah timbunan dan sudah dilakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi. Pengamatan dilakukan secara visual dengan melihat kondisi secara langsung di setiap plot pengamatan untuk mengetahui kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman A. mangium yang telah ditanam. Karakteristik lahan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik lahan pada setiap plot pengamatan di Blok M1W Plot
ke- Karakteristik lahan
1 Topografi cukup miring, terdapat gully erosion, tanah berpasir, tergenang, tertutupi serasah dan rumput liar, ada penggembalaan ternak liar.
2 Topografi cukup miring, terdapat erosi alur, tanah berpasir, tanah keras, tanah overburden muncul di permukaan tanah, ada penggembalaan ternak liar, ada saluran drainase dan guludan.
3 Topografi relatif datar, ada genangan air, drainase kurang baik, ditumbuhi rumput liar, tanah padat, ada penggembalaan ternak liar.
4 Topografi cukup miring, terdapat rumput liar, gully erosion, tanah padat, ada penggembalaan ternak liar, ada saluran drainase.
5 Topografi datar, didominasi rumput liar, drainase kurang baik, tanah padat, ada penggembalaan ternak liar.
6 Topografi miring, tanah padat, terdapat gully erosion, terdapat rumput liar atau gulma. 7 Topografi miring, tanah tertutupi serasah dan sebagian tertutup rumput liar atau gulma. 8 Tanah padat, berpasir, didominasi rumput liar, keterbukaan lahan tinggi, terdapat gully
erosion, genangan air, pernah dilakukan pengapuran.
9 Tanah overburden terbuka di permukaan tanah, ada genangan air, keterbukaan lahan tinggi, gully erosion, banyak tanaman unsuccess, penggembalaan ternak liar, pernah dilakukan sulaman dengan beberapa treatment pembenah tanah seperti penambahan hydrogell, NPK, kompos, rockphospat, dilakukan pemangkasan cabang (pruning), terdapat parit untuk saluran air.
10 Topografi miring, tanah tertutupi dengan serasah, tutupan tajuknya cukup rapat, banyak anakan alam, jarak tanam sudah tidak teratur.
11 Topografi datar, terdapat gully erosion, tanah overburden terbuka di permukaan tanah, didominasi rumput liar atau gulma.
12 Topografi cukup miring, didominasi rumput liar atau gulma, terdapat erosi alur, sebagaian tertutupi serasah.
13 Topografi cukup miring, tanah tertutupi serasah dan tertutupi rumput liar, jarak tanam sudah tidak teratur karena banyak anakan alam.
14 Topografi datar, didominasi rumput liar, lahan sangat terbuka, banyak terjadi kematian tanaman, terdapat genangan air, tanah padat, ada penggembalaan ternak liar, pernah dilakukan sulaman dengan beberapa treatment pembenah tanah seperti penambahan hydrogell, NPK, kompos, rockphospat, dilakukan pemangkasan cabang (pruning) dan penjarangan.
15 Topografi datar, tanah tertutupi serasah, tutupan tajuk cukup rapat, jarak tanam sangat rapat karena banyak anakan alam.
16 Topografi cukup miring, terdapat gully erosion, tanah overburden terbuka di permukaan tanah, tanah tertutup rumput liar, terdapat genangan, dan sebagian tanah berpasir. 17 Topografi cukup miring, didominasi rumput liar, banyak anakan alam, ada parit
11 Hasil pengamatan di setiap plot pengamatan bahwa pada plot 9 dan 14 memiliki kondisi yang paling bermasalah di antara plot lainnya. Masalah yang ada pada kedua plot tersebut seperti terdapat gully erosion, genangan air, tanah overburden yang muncul di permukaan tanah, dan adanya penggembalaan ternak liar. Hal ini akan menurukan kualitas dan kesuburan tanah pada plot tersebut yang dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Megawati (2014) di lokasi yang sama yaitu Blok M1W menyatakan bahwa pada Blok M1W terdapat beberapa permasalahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Hasil analisis tanah yang telah dilakukan tersaji pada Tabel 2.
12
atas 60%. Tingginya nilai Al menyebabkan terjadinya fiksasi fosfor (P) sehingga Al bereaksi dengan unsur P membentuk senyawa Al-fosfat yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Setiadi (2012) menyatakan bahwa kandungan Al tanah di atas 3 me/100g atau kejenuhan Al di atas 60% dapat meyebabkan akar keriting, tanaman stagnan, dan bahkan mengalami kematian.
Persentase Tumbuh dan Pertumbuhan Tanaman
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di lokasi penelitian yaitu Blok M1W yang terbagi menjadi 17 plot pengamatan didominasi satu jenis tanaman yaitu akasia (Acacia mangium). Tanaman ini ditanam pada tahun 2013 sehingga umur tanaman hingga saat ini masih berumur 2 tahun. Setiap plot pengamatan memiliki jumlah tanaman yang berbeda disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah tanaman pada setiap plot pengamatan di Blok M1W Plot
ke-
Jenis
Tanaman Nama Ilmiah
Daya Hidup Performa Tanaman
13
Gambar 5 Diagram persen tumbuh setiap plot pengamatan
Nilai persen tumbuh diperoleh dengan membandingkan antara jumlah tanaman hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh. Rata-rata persen tumbuh pada plot pengamatan sebesar 59.38%, nilai rata-rata yang diperoleh masih di bawah 80% sehingga dilihat dari rata-rata persen tumbuh tanaman status keberhasilan revegetasi masih dikatakan belum berhasil karena seharusnya nilai tersebut lebih dari 80% (Kemenhut 2009). Persen tumbuh tertinggi ditunjukkan pada plot 15 sebesar 92.06% sedangkan terendah ditunjukkan pada plot 14 dan plot 9 sebesar 28.57%. Rendahnya persen tumbuh tanaman dapat dikatakan bahwa kemampuan adaptasi tanaman A. mangium terhadap lokasi tempat tumbuh belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena pada plot tersebut banyak tanaman yang mengalami kematian. Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa terdapat banyak sisa ajir tanaman dan tanaman A. mangium yang telah mati serta adanya gangguan dari penggembalaan ternak liar yang membuat tanaman A. mangium rebah dan akhirnya mati tersaji pada Gambar 6.
Gambar 6 Tanaman A. mangium yang mengalami kematian (a) sisa ajir dan tanaman A. mangiun yang mati, (b) tanaman A. mangium yang rebah Kematian tanaman A. mangium pada plot pengamatan disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Salah satu faktor penyebab dari kematian A. mangium yang terlihat di lapangan yaitu karena adanya aliran dan genangan air di luar saluran drainase yang telah dibuat. Aliran air ini terbentuk pada kondisi tanah yang mengalami pemadatan (Putri 2012). Kondisi tanah yang padat dapat mengganggu perkembangan akar akibat dari buruknya
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Plot ke-
Per
se
n
T
um
buh (
%
)
14
sistem tata air dan aerasi. Penyerapan unsur hara pada tanah menjadi terganggu. Fungsi akar sebagai alat absorpsi unsur hara terganggu yang mengakibatkan akar tidak dapat berkembang dengan sempurna. Hal tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat berkembang dengan normal bahkan mengalami kematian.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ketebalan top soil yang tipis juga merupakan salah satu faktor penyebab kematian tanaman. Hal ini tampak pada plot pengamatan bahwa tanah overburden yang muncul di permukaan tanah yang paling atas yang disebabkan karena tipisnya lapisan tanah top soil. Tanah overburden memiliki kandungan logam berat yang tinggi dan miskin unsur hara. Penelitian yang dilakukan Megawati (2014) di lokasi yang sama yaitu Blok M1W menyatakan bahwa kandungan logam berat tertinggi adalah unsur Al sebesar 1.01 – 2.08 me/100g. Kandungan Al tinggi ini menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan bahkan mengalami kematian karena tanaman tidak dapat menyerap unsur hara di dalam tanah secara optimal. Kennedy (1992) dalam Munawar (2011) menyatakan bahwa gejala keracunan tanaman oleh Al dapat meyebabkan ujung akar membengkak, akar kerdil dan keropos, jumlah rambut akar sedikit, serta serapan hara dan air terhambat. Kondisi ini menjadi permasalahan utama yang menyebabkan buruknya kondisi pertumbuhan A. mangium pada plot pengamatan. Hasil pengamatan di lapangan pada kondisi lahan bermasalah yang terdapat pada plot pengamatan di Blok M1W disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Kondisi tempat tumbuh tanaman (a) aliran air di luar saluran drainase, (b) lapisan tanah top soil yang tipis
Persen tumbuh tanaman menunjukkan nilai daya tumbuh tanaman, nilai rata-rata persen tumbuh tanaman pada lokasi penelitian masih di bawah 80% yaitu sebesar 59.38% sehingga di lokasi penelitian masih belum dikatakan berhasil. Sebagaimana yang tercantum dalam Permenhut Nomor P.60 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa status keberhasilan revegetasi akan dikatakan berhasil apabila nilai persen tumbuh tanaman lebih dari 80%. Hal ini tentunya akan merugikan perusahaan terkait dengan kegiatan penanaman yang telah dilakukan dan harus melakukan kegiatan penyulaman untuk meningkatkan persen tumbuh tanaman.
Pertumbuhan tanaman hasil revegetasi pada setiap plot pengamatan dapat dilihat pada dimensi tanaman. Dimensi tanaman yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter batang, dan diameter tajuk. Rekapitulasi nilai rata-rata dan simpangan baku pada setiap parameter tersaji pada Gambar 8, 9, dan 10.
15
Gambar 8 Diagram rata-rata tinggi tanaman A. mangium
Gambar 9 Diagram rata-rata diameter batang tanaman A. mangium
Gambar 10 Diagram rata-rata diameter tajuk tanaman A. mangium
Berdasarkan pengambilan data tinggi, diameter batang, dan diameter tajuk pada masing-masing plot pengamatan diperoleh bahwa plot 10 dan 11 memiliki rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi, yaitu sebesar 513.67 cm dan plot 9 memiliki rata-rata tinggi tanaman terendah, yaitu 131.22 cm. Rata-rata diameter batang tertinggi terdapat pada plot 1 sebesar 8.77 cm dan plot 8 memiliki rata-rata diameter batang terendah sebesar 2.89 cm. Rata-rata diameter tajuk tertinggi dan terendah masing-masing terdapat pada plot 1 dan plot 9 sebesar 269.21 cm dan 67.33 cm. Nilai rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter di atas masih di bawah rata-rata pertumbuhan yang normal dengan umur tanaman sudah mencapai 2 tahun sehingga besarnya diameter tajuk pada tanaman A. mangium memiliki nilai
16
yang rendah. Menurut Krisnawati et al. (2007) pertumbuhan tinggi pada umur 2 – 3 tahun dapat mencapai 10 – 15 m dan pertumbuhan diameter dapat mencapai 15 cm. Hal ini menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman A. mangium di lokasi penelitian mengalami gangguan dan menyebabkan kurang optimalnya pertumbuhan tanaman pada areal tersebut. Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pertumbuhan tanaman A. mangium berumur 2 tahun disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata pertumbuhan tanaman A. mangium umur 2 tahun
Tinggi (m) Diameter (cm) Lokasi Sumber
11.6 12.8 Sumatera Selatan Hardiyanto et al. 2004
9.4 12.3 Sumatera Selatan Hardiyanto et al. 2009
10 – 15 15.0 Kalimantan Selatan Krisnawati et al. 2007 8 – 10 7.5 – 9.0 Jawa Tengah Sunarti et al. 2014
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan tanaman A. mangium menunjukkan perbedaan dari setiap lokasinya. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman A. mangium di lokasi penelitian yang berada di Kalimantan Selatan, menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman A. mangium masih di bawah rata-rata pertumbuhan pada umur 2 tahun atau dapat dikatakan pertumbuhannya buruk. Buruknya pertumbuhan tanaman pada areal tersebut dikarena faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman, rendahnya unsur hara yang berada pada areal tersebut, dan kurangnya pemeliharaan tanaman setelah penanaman. Pertumbuhan tanaman ini dapat dikelompokkan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan yang sudah dicapai pada tanaman tersebut. Pengelompokkan pertumbuhan tanaman ini diperoleh dari nilai simpangan baku setiap plot pengamatan.
17
Kesehatan Tanaman
Persen tumbuh menunjukkan seberapa besar tanaman yang dapat tumbuh pada plot contoh, namun tidak semua tanaman yang tumbuh memiliki kondisi yang sama. Terdapat beberapa tanaman yang dapat dikategorikan sehat, kurang sehat, dan merana (Kemenhut 2009). Rekapitulasi persen kesehatan tanaman disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Diagram persentase kesehatan tanaman setiap plot pengamatan Tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh segar, batang relatif lurus, bertajuk lebat dengan tinggi sesuai standar, dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang tumbuh tidak normal atau terserang hama penyakit, daun berwarna kuning atau berwarna tidak normal, dan batang bengkok. Tanaman merana adalah tanaman yang tumbuh tidak normal atau terserang hama penyakit sehingga jika dipelihara kecil kemungkinannya akan tumbuh dengan baik (Kemenhut 2009). Persentase kesehatan tanaman menunjukkan seberapa besar tanaman dapat tumbuh dengan baik terhadap gangguan dari hama penyakit dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 11), nilai persentase tertinggi terdapat pada plot 13 sebesar 77.55% dan nilai persentase terendah terdapat pada plot 3 dengan nilai sebesar 2.17%. Rata-rata persentase kesehatan tanaman pada plot pengamatan sebesar 50.01% nilai rata-rata yang diperoleh masih di bawah 80% sehingga status keberhasilan revegetasi dilihat dari performa tanamannya masih belum dikatakan berhasil. Sama halnya dengan nilai persen tumbuh tanaman yang seharusnya persen kesehatan tanaman lebih dari 80% (Kemenhut 2009).
Berdasarkan pengamatan di lapangan rendahnya persentase kesehatan tanaman disebabkan karena pemeliharaan setelah penanaman jarang dilakukan bahkan sampai tidak ada pemeliharaan sama sekali serta persyaratan tempat tumbuh untuk tanaman A. mangium belum tercukupi. Hal ini terbukti pada tanaman A. mangium di lokasi penelitian yang mengalami gangguan tanaman. Gangguan tersebut menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Gangguan tanaman di lokasi penelitian yang menimbulkan beberapa gejala
18
tanaman yang tampak pada bagian tanaman A. mangium. Gejala tanaman tersebut seperti bercak hitam, daun menguning, rontok daun, dan percabangan mati. Gejala tersebut diduga disebakan oleh kekurangan suatu unsur hara yang dapat menjadi petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yang bersangkutan (Lakitan 2007). Hal ini berkaitan dengan respon tanaman terhadap tempat tumbuhnya yang ditunjukkan pada bagian tanaman seperti daun, batang, dan akar tidak tumbuh dengan normal.
Gangguan tanaman pada setiap plot pengamatan mengakibatkan pertumbuhan dan kesehatan tanaman A. mangium sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Gejala atau tanda yang ditimbulkan dari gangguan tanaman A. mangium tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengamatan gangguan tanaman A. mangium pada plot pengamatan di Blok M1W
No Gangguan Tanaman Gejala/Tanda
1 Mati cabang (MC) Percabangan tanaman mati dengan ditandai dengan gugurnya daun pada ranting pohon
2 Daun seperti terbakar (DT) Daun berubah berwarna hitam seperti terbakar
3 Benjolan pada daun (BD) Permukaan daun tampak melengkung dan membentuk benjolan
4 Daun menguning (DM) Daun berubah berwarna kuning seperti gejala nekrosis 5 Rontok daun (RD) Daun dimakan hama sampai habis dan menyisakan
ranting
6 Bercak hitam (BH) Terdapat tepung hitam yang melekat pada daun
7 Stagnasi/Kerdil (SK) Tinggi tanaman paling pendek dari tanaman lain pada tanaman yang seumur
8 Hama pemakan daun (HD) Daun dimakan hama dengan ditandai bolong pada daun 9 Daun keriting (DK) Daun menggulung tampak seperti melilit
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan ada 9 jenis gangguan tanaman yang mengganggu kesehatan tanaman A. mangium di lokasi penelitian. Hal ini berdampak negatif pada rendahnya kesehatan tanaman. Hasil perhitungan persentase gangguan tanaman setiap plot pengamatan tersaji pada Gambar 12.
19 Berdasarkan Gambar 12 menunjukkan bahwa gangguan tanaman A. mangium berupa serangan hama dan penyakit pada setiap plot pengamatan terlihat cukup tinggi. Secara keseluruhan yang mengalami gangguan tanaman tertinggi terdapat pada plot 12 dengan gejala tanaman berupa bercak hitam sebesar 47.37%. Plot 11 memiliki persentase tertinggi yang menunjukkan gejala daun menguning sebesar 43.48%. Menurut Adinda (2012) rendahnya nilai nitrogen (N) menyebabkan klorosis atau daun menguning pada daun tua yang kemudian akan mengakibatkan tanaman kering sehingga menyebabkan kematian. Hasil analisis tanah dalam penelitian Megawati (2014) bahwa pada Blok M1W nilai N tergolong sangat rendah berkisar antara 0.07 – 0.28%. Gejala bercak hitam tertinggi terdapat pada plot 12 sebesar 47.37%. Gejala bercak hitam disebakan karena rendahnya nilai kalium (K) pada tanah tersebut (Adinda 2012). Hasil analisis tanah pada Blok M1W bahwa nilai K tergolong sangat rendah hanya berkisar antara 0.02 – 0.15 me/100g (Megawati 2014). Plot 8 memiliki kondisi tanaman kerdil atau stagnasi tertinggi sebesar 18.52%. Menurut Setiadi (2012) bahwa kandungan Al tanah di atas 3 me/100g atau kejenuhan Al di atas 60% dapat meyebabkan akar keriting, tanaman stagnan, dan bahkan mengalami kematian. Tingginya nilai Al menyebabkan terjadinya fiksasi nilai Fosfor (P) sehingga mengakibat tanaman kekurangan unsur P. Hasil analisis tanah pada Blok M1W menunjukkan bahwa nilai Al tergolong tinggi berkisar antara 1.01 – 2.08 me/100g dan nilai P tergolong sangat rendah berkisar antara 0.3 – 3.32 ppm (Megawati 2014). Kekurangan unsur hara di lokasi penelitian menjadi salah satu penyebab rendahnya persentase kesesahatan tanaman.
Kurangnya pemeliharan tanaman dan tidak adanya pengendalian pengendalian penyakit di lokasi penelitian menyebabkan timbulnya beberapa hama dan penyakit sehingga persentase serangan hama dan penyakit pada setiap plot pengamatan cukup tinggi. Plot 15 menunjukkan gejala mati cabang tertinggi sebesar 45.16%, plot 15 terdapat 26.88% yang terserang hama pemakan daun, gejala rontok daun tertinggi terdapat pada plot 3 sebesar 15.32%, kemudian plot 14 terdapat 21.21% yang terkena gejala daun keriting, plot 2 dengan gejala tanaman tertinggi daun seperti terbakar sebesar 11.43%, dan hanya pada plot 9 terdapat bejolan pada daun sebesar 25.93%.
20
Ga
Gambar 13 Gejala gangguan tanaman (a) daun menguning, (b) rontok daun, (c) bercak hitam, (d) hama pemakan daun
Rekomendasi Perbaikan Lahan dan Tanaman
Penyebab utama ketidakberhasilan revegetasi di Blok M1W PT JBG yaitu kondisi tempat tumbuh yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman A. mangium. Hal ini terlihat pada hasil analisis tanah pada Blok M1W yang menunjukkan bahwa pH yang masam, KTK dan kandungan unsur hara seperti N, P, dan K yang rendah, dan kandungan logam berat yaitu Al cukup tinggi (Tabel 2). Pembahasan di atas telah menggambarkan bahwa kondisi tempat tumbuh di lokasi penelitian menunjukkan kondisi tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman A. mangium sehingga perlu banyak perbaikan. Tanaman A. mangium termasuk ke dalam jenis tanaman yang dapat tumbuh pada areal miskin hara atau bersifat masam, tetapi pada kondisi tanah yang ekstrim tanaman A. mangium tidak dapat tumbuh dengan optimal (Putri 2012). Adanya genangan air di areal revegetasi, kondisi tanah yang padat, dan erosi tanah menyebabkan pertumbuhan tanaman A. mangium terganggu dan merupakan salah satu faktor penyebab kondisi tanah menjadi ekstrim.
Permasalahan tempat tumbuh pada plot pegamatan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman menjadi perhatian khusus pada penelitian ini. Menurut Setiadi (2012) menyatakan bahwa salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman yaitu dengan pembenah tanah yang diikuti dengan penyulaman tanaman yang tahan terhadap kondisi tanah yang masam dan memiliki kandungan Al yang tinggi, seperti tembesu (Fragraea fragrans) dan harendong (Melastoma malabathricum). Tanaman ini diharapkan akan membantu dalam kegiatan revegetasi pada lahan pasca tambang yang memiliki kondisi tanah yang sangat beragam dan mengandung logam berat yang tinggi. Selain itu, upaya perbaikan yang telah dilakukan oleh perusahaan diantaranya pada kondisi tanah yang masam dapat diperbaiki dengan pengapuran, KTK yang rendah diperbaiki dengan penambahan bahan organik, fraksi pasir yang
(a) (b)
21 mendominasi pada plot pengamatan dapat diganti dengan tanaman lain yang lebih tahan pada tanah berpasir seperti belangeran (Shorea belangeran), adanya genangan air juga dapat ditanami dengan jenis kayu putih (Melaleuca leucadendron) yang adaptif terhadap adanya genangan air (Nurhayati et al. 2014) Kegiatan pemeliharaan setelah penanaman juga merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kegiatan revegetasi. Tanaman A. mangium memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif pada usia muda agar dapat tumbuh dengan optimal. Jenis A. mangium di lokasi penelitian sebagian besar memiliki percabangan yang banyak karena di tanam pada lahan terbuka. Menurut Krisnawati et al. (2011) pemangkasan cabang perlu dilakukan pada awal pertumbuhan tanaman karena tanaman A. mangium memiliki kemampuan meluruhkan cabangnya yang kurang. Pemangkasan cabang sebaiknya dilakukan pada umur 1 tahun setelah tanam dan pemangkasan berikutnya dilakukan pada tahun kedua sebelum mencapai ketiggian 2 – 3 m serta tahun ketiga sebelum mencapai ketinggian 5 m dan diameter batang 2 cm untuk menghindari infeksi jamur terutama busuk hati (Srivastava 1993). Selain percabangan yang banyak pada tanaman A. mangium di lokasi penelitian juga tanaman ini memiliki anakan alam yang banyak yang tumbuh disekitarnya sehingga tanaman relatif tumbuh dengan rapat dan persaingan unsur hara di dalamnya akan meningkat. Tujuan dari penanaman di areal revegetasi PT JBG ini adalah mengembalikan ke kondisi awal dimana harus terdapat jenis tanaman lokal setempat yang ditanam pada lokasi areal yang direklamasi. Oleh karena itu perlu dilakukannya penjarangan untuk memberi ruang bagi jenis tanaman lokal yang akan ditanam. Menurut Krinawati et al. (2007) menyatakan bahwa kebutuhan penjarangan bervariasi tergantung pada kerapatan tegakan dan kualitas tempat tumbuhnya, hasil penelitiannya menyarankan bahwa penjarangan pertama sebaiknya dilakukan pada umur 2 – 4 tahun.
Pengendalian hama dan penyakit pada areal revegetasi PT JBG masih belum diterapkan. Standar Operasional Prosedur untuk kegitan pemeliharaan hanya tercantum tiga kegiatan yaitu pemupukkan, penyiangan, dan penyulaman. (Lampiran 3). Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa serangan hama dan penyakit cukup tinggi terutama pada plot pengamatan yang hampir mendekati 50%. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya performa tanaman dan mengurangi tingkat keberhasilan revegetasi. SOP mengenai pengendalian hama dan penyakit dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga keberhasilan revegetasi dapat sesuai dengan yang diharapkan.
22
Faktor Penyebab Ketidakberhasilan Revegetasi
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di antaranya yaitu suhu, kelembaban, iklim, curah hujan, dan tanah. Lahan pasca tambang memiliki karakteristik lahan dan kondisi lingkungan yang berbeda dengan tanah biasa (Setiadi 2012). Faktor lingkungan seperti kondisi tanah menjadi salah satu hambatan dalam pertumbuhan tanaman. Jika pertumbuhan tanaman terganggu maka tanaman akan meresponnya dengan memperlihatkan secara fisik dengan menunjukkan beberapa gejala seperti daun menguning, diameter batang yang kecil, yang mati cabang, dan stagnasi (Tabel 4).
Kualitas tempat tumbuh merupakan gabungan dari banyak faktor lingkungan, misalnya jenis tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah, karakteristik profil tanah, komposisi mineral, dan iklim mikro (Baker et al. 1979 dalam Lakitan 2007). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Megawati (2014) di Blok M1W menunjukkan hasil analisis tanah yang memberikan beberapa gambaran permasalahan tempat tumbuh tanaman. Lokasi pengambilan sampel tanah terbagi dalam tiga kategori yaitu normal, sedang, dan buruk dengan kedalaman masing-masing 0 – 30 cm dan 30 – 60 cm. Permasalahan yang muncul dilokasi tersebut memiliki permasalahan pada tekstur tanah yang didominasi oleh pasir sebesar 62.54 – 85.75% dan pH yang masam berkisar 4.37 – 4.95 serta memiliki nilai KTK yang cukup rendah yaitu sebesar 11.83 me/100g. Kondisi berpasir tersebut disertai dengan kelarutan Al yang cukup tinggi hingga 1.01 – 2.08 me/100g.
Buruknya kondisi tempat tumbuh ini diperparah dengan kurangnya perbaikan lahan dan pemeliharaan tanaman sehingga hal ini menyebabkan ketidakberhasilan revegetasi pada lokasi tersebut. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di lokasi penelitian hanya beberapa plot saja yang sudah dilakukan perbaikan lahan dan pemeliharaan tanaman, keterbatasan pekerja dan biaya yang besar menjadi kendala kurangnya dilakukannya tindakan tersebut. Pemeliharaan tanaman yang telah dilakukan oleh perusahaan berupa pemangkasan cabang (pruning) dan penyulaman dengan diikuti treatment pembenah tanah (soil amendment) yang disesuaikan dengan kondisi tanahnya. Perbaikan lahan yang telah dilakukan kaitannya dengan pembenah tanah adalah pengapuran, penggunaan bahan organik, serta pembuatan parit atau saluran drainase untuk pengendali erosi dan sedimentasi.
23
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Status keberhasilan revegetasi tanaman A. mangium pada Blok M1W PT Jorong Barutama Greston dapat dikatakan belum berhasil dilihat dari rata-rata persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman yang memiliki nilai di bawah 80%, nilai tersebut masing-masing 59.38% dan 50.01%. Perbaikan yang dapat dilakukan di lokasi penelitian adalah melakukan pembenah tanah yang diikuti dengan penyulaman menggunakan tanaman yang tahan terhadap tanah masam dan kandungan logam berat yang tinggi. Penyebab utama ketidakberhasilan revegetasi dikarenakan kondisi tempat tumbuh yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman A. mangium dan kurangnya pemeliharaan tanaman. Hal tersebut menjadi penyebab menurunnya keberhasilan tanaman revegetasi. Selain itu, Standar Operasional Prosedur (SOP) kegiatan revegetasi perlu diperbaiki dengan penambahan mengenai kegiatan pemeliharaan tanaman kaitannya dengan pengendalian hama dan penyakit.
Saran
Rekomendasi yang dapat diberikan dalam hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Perlu adanya klasifikasi mengenai karateristik lahan terlebih dahulu agar
mengetahui permasalahannya dan dapat menentukan perbaikan tanah yang tepat untuk mencegah ketidakberhasilan revegetasi.
2. Melakukan analisis tanah pada lahan yang akan direvegetasi sebelum penanaman agar diketahui pembenah tanah yang tepat sehingga kondisi tanah pada saat penanaman sudah mendukung bagi pertumbuhan tanaman.
3. Kegiatan pemeliharaan tanaman sebaiknya dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar pertumbuhan dan kesehatan tanaman revegetasi dapat tumbuh dengan optimal.
4. Standar Operasional Prosedur mengenai kegiatan revegetasi perlu diterapkan sesuai ketentuan dan perlu adanya pengawasan yang lebih intensif saat kegiatan revegetasi tersebut dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda. 2012. Evaluasi pertumbuhan pohon di lokasi revegetasi lahan pasca tambang PT. Vale Indonesia Tbk, Sorowako, Sulawesi Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
24
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan (ID). 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta (ID): Kemenhut.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan (ID). 2011. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan. Jakarta (ID): Kemenhut.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Ed ke-7. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Ed ke-2. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara. Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Acacia mangium Willd. Ekologi,
Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR.
Lakitan B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo.
Mansur I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor (ID): Seameo Biotrop.
Maryani IS. 2007. Dampak penambangan pasir pada lahan hutan alam terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Studi Kasus di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Megawati NJ. 2014. Respon pertumbuhan Acacia mangium willd. terhadap
penambahan kapur dan HSC (Humic Subtances Complex) pada lahan pasca tambang batu bara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press.
Nurhayati, Razali, Zuraida. 2014. Peranan berbagai jenis bahan pembenah tanah terhadap status hara p dan perkembangan akar kedelai pada tanah gambut asal ajamu sumatera utara. Jurnal Floratek (9): 29 – 38. Universitas Syiah Kuala. Putri AD. 2012. Evaluasi keberhasilan revegetasi tanaman hasil revegetasi di
lahan pasca tambang batu bara Site Lati PT. Berau Coal Kalimantan Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setiadi Y. 2006. Bahan Kuliah Ekologi Restorasi. Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Tidak Diterbitkan. Setiadi Y. 2011. Revegetasi Lahan Pasca Tambang. Diktat Kuliah Pengantar
Parktek Kerja Lapang. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Setiadi Y. 2012. Pembenahan Lahan Pasca Tambang (Soil Amendment Post Mined Land). Post Mining Restoration Technical Note. Tidak Diterbitkan Srivastava PBI. 1993. Silvicultural practice. dalam: Awang K dan Taylor D (ed)
25
26
Lampiran 2 Hasil analisis statistik pertumbuhan tanaman A. mangium Nomor Plot: 1
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 40 40 40
Missing 0 0 0
Mean 4.5048E2 8.7685 2.6921E2
Std. Error of Mean 2.77040E1 .49402 1.71152E1
Median 5.1150E2 10.1650 2.8550E2
Std. Deviation 1.75215E2 3.12445 1.08246E2
Variance 3.070E4 9.762 1.172E4
Range 532.00 9.08 329.00
Minimum 121.00 3.13 91.50
Maximum 653.00 12.21 420.50
27 Nomor Plot: 2
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 30 30 30
Missing 0 0 0
Mean 3.3687E2 5.7890 1.8837E2
Std. Error of Mean 2.18730E1 .55174 1.44905E1
Median 3.1450E2 4.2400 1.7450E2
Std. Deviation 1.19803E2 3.02198 7.93676E1
Variance 1.435E4 9.132 6.299E3
Range 342.00 8.70 297.50
Minimum 181.00 2.11 87.50
Maximum 523.00 10.81 385.00
28
Nomor Plot: 3
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 46 46 46
Missing 0 0 0
Mean 2.8185E2 3.9287 1.7968E2
Std. Error of Mean 1.62398E1 .17968 1.31180E1
Median 2.9600E2 4.1150 1.7500E2
Std. Deviation 1.10144E2 1.21862 8.89703E1
Variance 1.213E4 1.485 7.916E3
Range 408.00 4.03 382.50
Minimum 102.00 2.11 38.50
Maximum 510.00 6.14 421.00
29 Nomor Plot: 4
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 52 52 52
Missing 0 0 0
Mean 3.6158E2 4.3910 1.4475E2
Std. Error of Mean 1.17810E1 .12220 4.70187
Median 3.6400E2 4.1800 1.4200E2
Std. Deviation 8.49540E1 .88117 3.39057E1
Variance 7.217E3 .776 1.150E3
Range 348.00 3.12 153.50
Minimum 185.00 3.01 77.00
Maximum 533.00 6.13 230.50
30
Nomor Plot: 5
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 45 45 45
Missing 0 0 0
Mean 3.9482E2 4.7333 1.4524E2
Std. Error of Mean 2.32654E1 .28747 7.10290
Median 3.5100E2 4.2200 1.4700E2
Std. Deviation 1.56069E2 1.92840 4.76477E1
Variance 2.436E4 3.719 2.270E3
Range 512.00 8.61 181.50
Minimum 120.00 1.21 64.50
Maximum 632.00 9.82 246.00
31 Nomor Plot: 6
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 28 28 28
Missing 0 0 0
Mean 4.0143E2 5.6621 1.0514E2
Std. Error of Mean 1.75423E1 .33764 3.91720
Median 4.1100E2 5.2200 1.1025E2
Std. Deviation 9.28250E1 1.78664 2.07279E1
Variance 8.616E3 3.192 429.646
Range 321.00 6.69 71.00
Minimum 210.00 3.11 66.00
Maximum 531.00 9.80 137.00
32
Nomor Plot: 7
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 48 48 48
Missing 0 0 0
Mean 4.1658E2 6.0262 1.5319E2
Std. Error of Mean 1.46383E1 .22426 4.36788
Median 4.3200E2 5.8400 1.6100E2
Std. Deviation 1.01417E2 1.55369 3.02616E1
Variance 1.029E4 2.414 915.762
Range 379.00 6.63 104.00
Minimum 210.00 3.21 94.00
Maximum 589.00 9.84 198.00
33 Nomor Plot: 8
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 30 30 30
Missing 0 0 0
Mean 1.7917E2 2.8920 78.3167
Std. Error of Mean 1.23298E1 .11861 2.68473
Median 1.5750E2 2.6700 75.0000
Std. Deviation 6.75329E1 .64968 1.47048E1
Variance 4.561E3 .422 216.232
Range 275.00 2.10 61.00
Minimum 100.00 2.11 50.50
Maximum 375.00 4.21 111.50
34
Nomor Plot: 9
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 18 18 18
Missing 0 0 0
Mean 1.3122E2 2.9694 67.3333
Std. Error of Mean 1.67288E1 .28030 4.61066
Median 99.0000 2.6650 64.7500
Std. Deviation 7.09744E1 1.18923 1.95614E1
Variance 5.037E3 1.414 382.647
Range 247.00 4.22 76.00
Minimum 73.00 2.01 37.00
Maximum 320.00 6.23 113.00
35 Nomor Plot: 10
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 38 38 38
Missing 0 0 0
Mean 5.0366E2 5.1008 1.7701E2
Std. Error of Mean 1.87479E1 .20375 6.29385
Median 5.3200E2 5.1800 1.7500E2
Std. Deviation 1.15570E2 1.25603 3.87979E1
Variance 1.336E4 1.578 1.505E3
Range 496.00 4.06 166.00
Minimum 219.00 3.15 90.00
Maximum 715.00 7.21 256.00
36
Nomor Plot: 11
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 24 24 24
Missing 0 0 0
Mean 5.1367E2 8.1333 1.8156E2
Std. Error of Mean 2.77131E1 .60849 9.48761
Median 5.3500E2 8.7650 1.7925E2
Std. Deviation 1.35766E2 2.98099 4.64796E1
Variance 1.843E4 8.886 2.160E3
Range 510.00 9.69 169.50
Minimum 171.00 3.52 73.50
Maximum 681.00 13.21 243.00
37 Nomor Plot: 12
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 42 42 42
Missing 0 0 0
Mean 4.0714E2 5.9976 1.4624E2
Std. Error of Mean 1.99386E1 .36588 6.40510
Median 4.1250E2 5.2100 1.5000E2
Std. Deviation 1.29217E2 2.37118 4.15098E1
Variance 1.670E4 5.622 1.723E3
Range 444.00 7.99 159.50
Minimum 200.00 3.14 80.00
Maximum 644.00 11.13 239.50
38
Nomor Plot: 13
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 49 49 49
Missing 0 0 0
Mean 4.5404E2 5.1214 1.7533E2
Std. Error of Mean 1.47867E1 .15225 5.10501
Median 4.5000E2 5.1300 1.7750E2
Std. Deviation 1.03507E2 1.06577 3.57351E1
Variance 1.071E4 1.136 1.277E3
Range 400.00 4.67 179.50
Minimum 310.00 3.14 92.50
Maximum 710.00 7.81 272.00
39 Nomor Plot: 14
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 18 18 18
Missing 0 0 0
Mean 3.9983E2 4.7928 1.7283E2
Std. Error of Mean 2.24526E1 .23787 1.22025E1
Median 4.1250E2 4.6650 1.7250E2
Std. Deviation 9.52583E1 1.00922 5.17710E1
Variance 9.074E3 1.019 2.680E3
Range 331.00 3.87 218.50
Minimum 210.00 3.11 107.00
Maximum 541.00 6.98 325.50
40
Nomor Plot: 15
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 58 58 58
Missing 0 0 0
Mean 4.0897E2 4.6226 1.6922E2
Std. Error of Mean 9.42933 .10538 3.61475
Median 4.2100E2 4.6650 1.7675E2
Std. Deviation 7.18116E1 .80252 2.75291E1
Variance 5.157E3 .644 757.852
Range 323.00 3.27 121.00
Minimum 210.00 3.01 90.00
Maximum 533.00 6.28 211.00
41 Nomor Plot: 16
Histogram
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 37 37 37
Missing 0 0 0
Mean 3.8551E2 4.1916 1.4993E2
Std. Error of Mean 2.09346E1 .31561 6.91446
Median 3.5300E2 3.5200 1.3650E2
Std. Deviation 1.27340E2 1.91981 4.20590E1
Variance 1.622E4 3.686 1.769E3
Range 582.00 8.01 177.50
Minimum 200.00 3.00 93.50
42
Nomor Plot: 17
Statistics
Tinggi Diameter Tajuk
N Valid 33 33 33
Missing 0 0 0
Mean 3.8418E2 3.8100 1.5605E2
Std. Error of Mean 1.57220E1 .11225 5.79108
Median 3.7800E2 3.8100 1.3750E2
Std. Deviation 9.03159E1 .64485 3.32672E1
Variance 8.157E3 .416 1.107E3
Range 379.00 2.10 95.50
Minimum 202.00 3.01 110.50
Maximum 581.00 5.11 206.00
43 Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kegiatan Revegetasi PT JBG
Penanaman Pohon 1. Tujuan ( Purpose ) :
1.1 Memberi pedoman tentang pelaksanaan pekerjaan Penanaman Pohon
1.2 Untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan Penanaman Pohon menjadi lebih efektif dan efisien.
1.3 Memastikan pelaksanaan pekerjaan Penanaman Pohon sesuai dengan standard mutu, lingkungan, Keselamatan kerja dan peraturan perundangan yang berlaku
2. Lingkup penerapan ( Scope of application ) :
Prosedur ini berlaku di Departemen Rehabilitasi Tambang, Environment dan Kontraktor pelaksana penanaman.
3. Rujukan ( Reference ) :
3.1 Standar Internasional dari ISO 9001:2008 : K 7.5 “P P y J ” 3.2 Dokumen dari JBG.QM.QMS.01:
Quality Manual – PT. Jorong Barutama Greston B g 1, B 7.4.1 “P g Op P ” 3.3 Dokumen JBG.SOP.RHB.02 : “N y”
4. Uraian Proses
Diagram Alir Uraian Dokumen
Terkait
Tanggungjawab Wewenang
1. Persiapan Lahan
Memastikan lahan sudah siap, menyiapkan alat dan
penggalian lubang tanam yang disesuaikan dengan jarak tanam. Supaya lurus biasanya menggunakan tali atau benang
3.Penggalian Lubang
Tanam
Penggalian lubang tanam adalah membuat lubang tempat menanam pohon,
yang ukurannya
44
Diagram Alir Uraian Dokumen
Terkait dengan hati-hati kemudian ditanam dengan posisi tegak lurus, kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian lubang itu sendiri
1. Penyiraman
Bila kondisi tanah saat penanaman kering, maka setelah selesai penanaman, lakukan penyiraman
2. Pemberian Pupuk
Kimia
Setelah tanaman berumur diatas satu bulan, dan tanaman masih hidup, maka segera dilakukan pemupukan dengan pupuk kimia (NPK) dengan dosis sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak
3. Pemeriksaan
Tanaman
hasil penanaman diperiksa dilapangan, jika tanaman
hidup lanjutkan
pemantauan hingga 3 bulan kemudian. Jika tanaman tidak tumbuh, kembali ditanam.
4. Pemantauan
Tanaman
a. Yang perlu
dipantau adalah kualitas pertum -buhan
b. Lama pemantauan dilakukan hingga tanaman sudah terjamin hidup atau disesuaikan dengan masa garansi pada kontrak
c. Jika tanaman
subur, pekerjaan