• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Iklan terhadap Penjualan Jasa pada CV. ARKT Nicle Crome Cibinong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Iklan terhadap Penjualan Jasa pada CV. ARKT Nicle Crome Cibinong"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS IKLAN TERHADAP PENJUALAN JASA

CV. ARKT NICLE CROME CIBINONG

Oleh

NIA BILQIS ANNISA

H24104129

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

EFEKTIVITAS IKLAN TERHADAP PENJUALAN JASA

CV. ARKT NICLE CROME CIBINONG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NIA BILQIS ANNISA

H24104129

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul Skripsi : Efektivitas Iklan terhadap Penjualan Jasa pada CV. ARKT Nicle Crome Cibinong

Nama : Nia Bilqis Annisa

NIM : H24104129

Disetujui Oleh, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Dosen Pembimbing

Diketahui Oleh,

Dr. Mukhamad Najib, STP., MM Ketua Departemen

.

(4)

RINGKASAN

NIA BILQIS ANNISA. H24104129. Efektivitas Iklan terhadap Penjualan Jasa pada CV. ARKT Nicle Crome Cibinong, dibawah bimbingan JONO M. MUNANDAR

Di Kota Bogor dan sekitarnya, permintaan pasar untuk jasa pelapisan crome meningkat dengan pesat dalam lima tahun terakhir. Hal ini mencerminkan perkembangan usaha jasa ini sangat menguntungkan dan mengundang banyak perusahaan baru untuk memberikan jasa pelapisan crome kepada konsumen. Peningkatan tersebut berdampak pada persaingan antara perusahaan. Oleh sebab itu, maka para pelaku usaha crome memilih strategi promosi yang efektif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi promosi yang dilakukan oleh CV. ARKT Nicle Crome; 2. Menganalisis efektivitas promosi CV. ARKT Nicle Crome; dan 3. Menguji apa kahter dapat perbedaan tingkat penjualan CV. ARKT Nicle Crome sebelum dan sesudah promosi.

EPIC model dan Uji-t digunakan untuk mengevaluasi kekuatan sebuah promosi yang berkaitan dengan kemampuan promosi itu untuk mendapatkan perhatian, mudah tidaknya promosi itu dipahami, sertakemampuan promosi itu menggugah perasaan dan mempengaruhi perilakucalonpelanggan.Pengumpulan data dilakukan melaluipengisian kuesioner kepada 153 orang respondendanwawancara dengan pihak manajemen CV. ARKT Nicle Crome.Uji instrument dilakukandenganujivaliditas dan ujireliabilitas.EPIC Model digunakan untuk mengukur keefektifan promosi, dan pengujian statistika (uji-t) dilakukan untuk menguji perbedaan tingkat penjualan sebelum dan sesudah promosi.

(5)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Fenomena empiris menunjukkan perkembangan jasa pelapisan croming sedang berkembang pesat di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 8% per tahun. Menurut AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), pada tahun 2009 penjualan sepeda motor mencapai 6.881.777 unit, tahun 2010 naik 7,5 % menjadi 7.398.644 unit, dan tahun 2011 naik 8,7 % menjadi 8.043.535 unit. Hal ini juga dipengaruhi faktor pemasaran, antara lain faktor citra merek, periklanan, kemudahan yang diberikan para produsen kendaraan bermotor kepada konsumen dan disertai dengan penawaran menarik, serta mekanisme pembayaran tunai atau kredit dan didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia.

Periklanan merupakan salah satu kegiatan penting dalam dunia pemasaran. Perkembangan iklan mendapat perhatian yang besar semenjak aspek informasi menjadi bagian penting dalam bisnis, dimana kegiatan periklanan yang efektif dipandang mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat. Periklanan yang efektif akan mengubah pengetahuan publik mengenai ketersediaan dan karakteristik beberapa produk. Secara empiris dapat dilihat bahwa berbagai aktivitas periklanan juga mampu mempengaruhi elastisitas permintaan suatu produk. Selanjutnya, dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap suatu produk yang diiklankan, maka penjualan dan market share produk tersebut juga semakin meningkat.

Dampak iklan sangat bervariasi. Iklan yang efektif memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan volume penjualan produk atau jasa yang diiklankan, sebaliknya, apabila iklan tidak efektif maka dampaknya tidak terlihat pada peningkatan volume, dan biaya iklan yang dikeluarkan menjadi sia-sia.

(6)

untuk memiliki kendaraan bermotor yang sesuai dengan selera konsumen. Dampaknya semakin banyak konsumen yang pada awalnya hanya ingin sebatas memiliki motor menjadi terdorong memiliki kendaraan motor yang bernuansa sport, eksklusif dengan harga yang terjangkau.

Bagi masyarakat berpenghasilan tinggi, membeli kenderaan bermotor ternama dan bernuansa sport serta memiliki penampilan yang glamour merupakan suatu kebanggan tersendiri. Disamping peningkatan penjualan kendaraan bermotor, juga terdapat kecenderungan peningkatan bengkel modifikasi untuk kendaraan bermotor. Hal ini mencerminkan adanya keinginan memiliki kenderaan bermotor berpenampilan glamour dengan budget minim.

Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen akan jasa pelapisan Crome, perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa plating Crome juga berkembang dengan pesat di sejumlah kota-kota besar di Indonesia. Perkembangan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan per kapita Indonesia yang telah mencapai 3.557 USD per kapita pada tahun 2012 (World Bank. 2013). Hal ini berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat lapisan menengah di Indonesia. Sejalan dengan itu, kebutuhan konsumen akan layanan jasa Crome semakin meningkat.

(7)

USD (BPS, 2007-2013). Secara grafis impor Crome Indonesia disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Impor Crome Indonesia tahun 2009-2012 (sumber: BPS, 2007-2013)

Data di atas mennjukkan, dalam 4 tahun terakhir, impor Crome Indonesia meningkat hampir 3 kali lipat, dengan rata-rata pertumbuhan 42,53% per tahun. Hal ini mencerminkan, permintaan Crome di Indonesia meningkat pesat.

Di Kota Bogor dan sekitarnya, permintaan pasar untuk jasa pelapisan Crome meningkat dengan pesat, yang mencerminkan perkembangan usaha ini semakin bagus. Namun di sisi lain, peningkatan tersebut juga berdampak pada persaingan antara perusahaan yang memberikan layanan yang sama. Oleh sebab itu, para pelaku usaha Crome melakukan berbagai strategi promosi untuk menarik calon pelanggan.

Namun di sisi lain, penjualan CV ARKT Nickle Crome Cibinong menurun drastis sebesar 43,6 % dari Rp 152,3 juta (Agustus 2010) menjadi Rp 85,9 juta (April 2011). Sebagaimana disajikan pada Gambar 2.

M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

Serie s1 97 10 14 15 14 14 12 11 12 86 98 86 11 94 10 10 88 12 11 11 80

90 100 110 120 130 140 150 160

2010 2011 Rp 152,3 juta`

(8)

Gambar 2. Grafik penjualan CV. ARKT Nicle Crome sebelum promosi (sumber: CV ARKT, 2013)

Gambar di atas menunjukkan penjualan perusahaan sebelum melakukan promosi. Setelah penurunan drastis pada bulan Agustus 2010 hingga April 2011, perusahaan tetap berupaya maningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan. Hal ini mampu meningkatkan penjualan, dan rata-rata meningkat sebesar 8,72 persen per tahun. Namun perkembangan ini masih belum stabil atau cenderung berfluktuasi setiap tahun. Disamping peningkatan penjualan di atas, dorongan melakukan promosi ini juga dipengaruhi oleh peluang yang dapat dimanfaatkan oleh CV. Anggi Rafli Karya Teknik (ARKT) Nicle Crome. Perusahaan ini khusus melayani jasa pelapisan Crome. Berdasarkan kondisi persaingan yang tinggi, CV. ARKT Nicle Crome berupaya melakukan strategi promosi yang tepat untuk menghadapi persaingan yang terjadi, agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya.

Hal ini menunjukkan adanya potensi pasar yang baik, sehingga mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan promosi sejak Januari 2012. Strategi promosi yang dilakukan adalah dengan brosur dan web site.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui apakah strategi promosi yang dilakukan telah berjalan dengan efektif atau tidak. Oleh karena itu penulis mengambil judul “Efektivitas Iklan terhadap Penjualan Jasa CV. ARKT Nicle Crome Cibinong” untuk menilai seberapa besar efektivitas iklan yang dilakukan, dan akan digunakan sebagai landasan pembuatan kebijakan perusahaan selanjutnya.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

(9)

2. Apakah efektivitas iklan yang dilakukan oleh CV. ARKT Nicle Crome adalah strategi promosi yang efektif?

3. Apakah iklan yang dilakukan mampu mempengaruhi tingkat penjualan CV. ARKT Nicle Crome secara efektif?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi efektivitas iklan yang dilakukan oleh CV. ARKT Nicle Crome.

2. Menganalisis efektivitas iklan CV. ARKT Nicle Crome.

3. Menguji apakah terdapat perbedaan tingkat penjualan CV. ARKT Nicle Crome sebelum dan sesudah melakukan iklan?

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

(10)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan CV. ARKT Nicle Crome yang beralamatkan di Kampung Curug RT. 04, RW. 03 Pakansari Cibinong.

2. Laporan data tingkat penjualan yang dilihat dilihat dari tahun 2010, 2011, dan 2012.

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi

Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan (demand). Kotler dan Keller (2009) menyebutkan terdapat tiga hal penting dalam inti pemasaran, yakni kebutuhan (need), keinginan (want) dan permintaan. Promosi pada hakekatnya adalah suatu komunikasi pemasaran, artinya aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/mebujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soemanagara (2006), bahwa komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan kepada konsumen, yakni:

1. Perubahan Pengetahuan

Konsumen mengetahui keberadaan produk atau jasa, untuk apa produk itu diciptakan, dan kepada siapakah produk tersebut ditujukan. Dengan demikian, tujuan promosi adalah menyampaikan pengetahuan tentang produk kepada konsumen.

2. Perubahan Sikap

Tahap perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen, yakni (a) pengetahuan (cognition), (b) perasaan (affection) dan (c) perilaku (conation). Jika ketiga komponen ini menunjukkan adanya kecenderungan terhadap sebuah perubahan, maka akan terjadi perubahan sikap, yang mengarah pada keinginan untuk mencoba produk atau jasa.

3. Perubahan Perilaku

(12)

Adapun tujuan promosi menurut Sulaksana (2007) adalah:

1. Menginformasikan (informing), yakni untuk menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk, terutama produk baru, memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk, menyampaikan perubahan harga kepada pasar dan merangsang permintaan awal.

2. Membujuk pelanggan sasaran (persuasif), yakni untuk membentuk pilihan merek, mengalihkan pilihan ke merek tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk

3. Mengingatkan (reminder) , yakni untuk mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat, serta mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan

Dari uraian di atas, dapat dinyatakan dengan ringkas, bahwa promosi berkaitan dengan upaya untuk menggerakkan seseorang agar mengenal suatu produk atau jasa yang diberikan perusahaan, lalu memiliki pengetahuan dan perubahan sikap, menyukai, yakin, hingga kemudian membeli dan selalu ingat akan produk tersebut.

2.2. Bauran Promosi

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) bauran promosi (promotion mix) adalah merupakan paduan spesifik dan kombinasi yang paling baik dari variabel periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal selling, pemasaran langsung dan Word of Mouth (WOM).

1. Periklanan (advertisement), yaitu semua bentuk terbayar presentasi non pribadi (non personal) dan promosi ide, barang atau jasa dengan sponsor tertentu.

(13)

a. Untuk memperkenalkan produk atau jasa baru, di sini iklan berusaha untuk menyajikan kepada calon pembeli produk atau jasa baru biasanya relatif lebih mahal pada saat peluncuran produknya.

b. Untuk memperluas pasar untuk pembeli baru, iklan dilakukan untuk memperkenalkan produk ke pembeli baru yang mungkin menemukan minat atau kegunaan dari produk tersebut.

c. Mengumumkan modifikasi: sebuah produk yang sudah di pasar mungkin ingin diberi tampilan baru dan kemudian perlu adanya iklan untuk menyorot kepada konsumen modifikasi yang telah dilakukan.

d. Mengumumkan perubahan harga: iklan dapat dilakukan jika organisasi produk atau layanan mengalami penambahan atau pengurangan harga sehingga konsumen dapat menerima informasi yang benar.

e. Untuk memperkenalkan kemasan baru

f. Untuk merangsang promosi penjualan, iklan mungkin membuat penawaran khusus ketika lingkungan bisnis sedang statis.

g. Untuk mendidik konsumen. Hal ini sehubungan pendidikan iklan diperlukan ketika sebuah komoditas, layanan atau tawaran membutuhkan penjelasan rinci.

h. Untuk mempertahankan penjualan.

i. Untuk menantang kompetisi: tujuan beberapa iklan adalah untuk menantang kehadiran pesaing.

2. Promosi Penjualan (sales promotion), merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa.

Sales promotion menghasilkan respon konsumen langsung, menarik perhatian dan menciptakan kesadaran produk, memungkinkan pengukuran mudah hasil dan menyediakan waktu peningkatan penjualan pendek.

(14)

4. Penjualan personal (personal selling) yaitu prsentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan.

5. Pemasaran langsung (direct marketing), yaitu hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperolah respons segera dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng. Pemasaran langsung dapat dilakukan dengan surat langsung, telepon, televisi respon langsung, e-mail, internet dan sarana lain untuk berkomunikasi. Interaktif media saat ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mempromosikan produk atau jasa sehingga konsumen bias mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang produk atau jasa mereka. Perubahan ini didorong oleh kemajuan teknologi komunikasi yang memungkinkan dilakukannya komunikasi secara interaktif melalui media massa waktu yang berbeda.

6. Personal Selling memiliki keuntungan dibandingkan yang lainnya, karena mendapatkan respon segera, pesan sesuai kebutuhan pelanggan dan adanya hubungan langsung dengan pelanggan atau kontak Personal.

(15)

2.3. Jasa

Jasa atau layanan jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak lain yang pada intinya tidak berwujud (intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Jasa dapat dikaitkan dengan produk fisik, tetapi jasa juga bisa dikaitkan dengan non fisik. (Kotler dan Keller, 2009). Jasa juga diartikan tindakan atau kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama (penerima).

Kotler dan Keller (2009) menyebutkan bahwa jasa memiliki empat karakteristik berbeda dan sangat mempengaruhi desain program pemasaran, yakni:

1. Tak Berwujud (Intangibility)

Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha. Jika barang dapat dimiliki, maka jasa hanya bisa di konsumsi tetapi tidak dimiliki. Meskipun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan di dukung oleh produk fisik – misalnya telepon dalam jasa komunikasi, pesawat dalam jasa angkutan udara, makanan dalam jasa restoran, esensi dari apa yang dibeli pelanggan adalah kinerja yang diberikan oleh produsen. Jasa bersifat intangible, maksudnya tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.

2. Tidak Terpisahkan (Inseparability)

(16)

3. Bervariasi (Variability)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang tinggi ini dan seringkali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih.

4. Dapat Musnah (Perishability)

Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi kereta api yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik seorang dokter, akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan di waktu yang lain.

Dewasa ini perkembangan industri jasa meningkat dengan pesat dan bahkan melampaui perkembangan industri manufaktur. Hal ini turut mendorong penerapan konsep pemasaran jasa. Pemasaran jasa dilakukan secara menyeluruh (holistik), yakni pemasaran eksternal, juga pemasaran internal untuk memotivasi karyawan dan pemasaran interaktif.

Dalam pemasaran jasa, harapan pelanggan memiliki peran penting. Oleh sebab itu perusahaan perusahaan penyedia jasa harus mengelola kualitas jasa dan memahami dampak dari setiap pertemuan dengan pelanggan. Untuk memberikan dukungan terbaik, penyedia jasa mengidentifikasi jasa yang paling dihargai pelanggan, serta menyediakan layanan purna jual.

2.4. Efektivitas Promosi

(17)

yang menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Jika perusahaan ingin berjalan efektif, diperlukansasaran sebagai tindakan dan alokasi sumber daya perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan. Ukuran yang menggambarkan sejauh mana kegiatan penyampain pesan tentang suatu produk dapat mencapai sasaran baik kepada konsumen individu maupun masal.

2.5. Empathy, Persuasive, Impact, Communication (EPIC) Model

EPIC model adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis efektivitas suatu iklan. Model ini dikembangkan oleh AC. Nielsen – salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia. EPIC model terdiri dari empat dimensi yang saling melengkapi. Dimensi-dimensi pada EPIC Mode ladalah Empathy, Persuasive, Impact, dan Communication, sebagaimana dijelaskan berikut.

2.5.1. Dimensi Empati (Empathy)

(18)

2.5.2. Dimensi Persuasi (Persuasion)

Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasar dapat memperoleh pemahaman tentang dampak promosi terhadap keinginan konsumen untuk membeli suatu produk yang ditawarkan.

Persuasi (persuasion) adalah perubahan kepercayaan, sikap dan keinginan berperilaku yang disebabkan oleh komunikasi promosi dan sesuatu yang dapat menarik seseorang untuk melakukan suatu hal tertentu.

Dalam pemasaran, persuasi merupakan upaya membujuk pelanggan maupun calon pelanggan untuk membentuk pilihan merek, mengalihkan pilihan ke merek tertentu, serta mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk.

Menurut Soemanagara (2006), persuasif merupakan tahap kedua dalam strategi komunikasi pemasaran. Tahap pertama adalah menginformasikan fungsi, karakteristik, tipe dan kegunaan suatu produk. Tahap kedua adalah mempengaruhi konsumen secara persuasif untuk mengetahui apa perbedaan suatu produk dibandingkan dengan produk lain, menjelaskan mengapa produk tersebut penting, bagaimana menggunakannya dan apa jaminannya. Pada tahap ketiga, adalah memotivasi pelanggan untuk memperolehnya. Uraian di atas menunjukkan bahwa persuasif bertujuan pada perubahan siap dan perilaku konsumen. Tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk akan menentukan keberhasilan proses persuasi dalam pemasaran.

2.5.3. Dimensi Dampak (Impact)

(19)

pengetahuan produk (levels of product knowledge) yang berbeda-beda, yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian.

Konsumen dapat memiliki empat tingkat pengetahuan produk, yaitu: kelas produk, bentuk produk, merek, dan model. Selain itu konsumen juga dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu pengetahuan tentang ciri atau karakter produk, konsekuensi atau manfaat positif menggunakan produk, dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai suatu produk. Keterlibataan (involvement) mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktifitas. Konsumen yang melihat bahwa suatu produk memiliki konsekuensi yang relevan secara pribadi, maka konsumen dikatakan terlibat dengan produk tersebut dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. Konsekuensi dengan suatu produk atau suatu merek memiliki aspek kognitif maupun pengaruh. Secara kognitif, yang termasuk dalam keterlibatan adalah pengaruh, seperti evaluasi produk. Jika keterlibatan suatu produk tinggi, maka orang akan mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat, seperti emosi dan perasaan yang kuat. Keterlibatan dapat berkisar dari tingkat yang rendah – sedikit atau tidak ada relevansinya – ketingkat yang moderat – ada relevansi yang dirasakan – hingga ke tingkat yang tinggi – relevansinya sangat dirasakan. Keterlibatan adalah status motivasi yang menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan.

2.5.4. Dimensi Komunikasi (Communication)

Dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, kekuatan kesan yang ditinggalkan dan kejelasan promosi.

(20)

promosi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan, kemudian meng-encoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol yang paling tepat (menggunakan kata, gambar, atau tindakan). Kemudian, pesan ditransmisikan ke sebuah penerima melalui berbagai media, seperti pertunjukan televisi, penawaran via pos, billboard, atau majalah. Penerima atau konsumen, jika digiring ke suatu promosi, harus men-dekoding atau menerjemahkan maknanya. Kemudian, konsumen dapat mengambil tindakan, seperti pergi ke toko atau melakukan pembelian. Dua tahapan model komunikasi sangat dibutuhkan, khususnya demi keberhasilan penerapan strategi promosi. Tahapan pertama terjadi ketika pemasar menciptakan komunikasi promosi untuk meng-enkoding suatu makna. Tahap kedua adalah pen-dekoding-an, yaitu konsumen masuk dan memahami informasi dalam komunikasi promosi dan mengembangkan interpretasi pribadi mereka terhadap makna yang ditangkap.

2.6. Crome

Sebagian besar masyarakat umum menyamakan istilah Crome dengan semua jenis pelapisan logam. Ketika menyebutkan electro plating yang mereka maksud adalah Crome. Padahal, boleh jadi pelapisan logam tersebut hanya menggunakan tembaga atau nikel saja atau gabungan keduanya, dilapis tembaga kemudian dilapis nikel, namun tidak menggunakan lapisan Crome. Crome plating adalah salah satu teknik melapis logam (electro plating) menggunakan chromium sebagai pelapis ke permukaan logam yang hendak dilapis. Crome adalah ungkapan populer dari Chromium yang merupakan salah satu senyawa kimia dengan symbol Cr yang memiliki nomor atom 24 (Cr24). Crome adalah logam

tapi dalam aplikasi penggunaannya tidak efektif dalam bentuk solid.

(21)

membuat permukaan logam yang dilapis mengkilap, akan tetapi masih tampak pucat dan kekuning-kuningan. Setelah dilapis dengan Crome barulah permukaan logam yang dilapis mengkilap dan bercahaya seperti pada sebuah cermin.

Untuk aplikasi engineering seperti melapis silinder hidrolik, ring piston, mata bor, permukaan cetakan, tidak mesti dilapis nikel sebagai pelapisan dasar, cukup dengan memoles permukaan benda kerja sampai halusdan mengkilap lalu dilapis dengan Crome.

Perbedaan mendasar anatara chrome plating (untuk dekoratif) dan hard chrome (untuk aplikasi engineering) adalah tebal lapisan dan konsentrasi larutan Crome. Hard chrome lapisannya lebih tebal dibandingkan pelapisan Crome biasa.

2.7. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan EPIC model dalam menguji efektivitas suatu iklan.

1. Tarigan. (2012) melakukan penelitian Efektivitas Iklan Televisi Axis Versi Liberation Dance dengan Menggunakan EPIC model pada Pengunjung Bandung Electronic Centre (BEC). Dewasa ini para perusahaan provider telepon seluler berlomba-lomba dalam membuat iklan untuk menarik perhatian masyarakat. Dicatat oleh AC Nielsen bahwa sampai Agustus 2011 belanja iklan di televisi mencapai Rp 3 triliun sampai dengan Rp 376 miliar berasal dari iklan kategori telekomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas iklan televisi AXIS versi Liberation Dance diukur dengan EPIC model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan televisi AXIS versi Liberation Dance secara keseluruhan berada pada tingkatan tidak efektif karena hanya mendapat presentase sebesar 61,78%.

(22)

karena penonton hanya menyukai namun tidak merasa memiliki hubungan dengan iklan ini. Dimensi persuasion menunjukkan apakah konsumen mengingat iklan ini sebagai iklan AXIS, mampu untuk membuat konsumen agar tertarik terhadap produk AXIS dan dapat menimbulkan keinginan untuk membelinya. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil 61,25% yang artinya iklan AXIS tidak efektif dinilai dari dimensi ini. Ketidakefektifan ini diperoleh karena iklan tidak mampu membuat konsumen tertarik terhadap produk AXIS dan tidak dapat membuat konsumen memiliki keinginan untuk membeli produk. Namun iklan ini masih memiliki nilai lebih dari dimensi persuasion, yaitu konsumen tahu bahwa iklan ini merupakan iklan AXIS dimensi impact menunjukkan apakah iklan mempu memberikan product knowledge, terlihat lebih menonjol dibandingkan iklan lain dari produk yang sejenis dan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil 63,08% yang artinya iklan ini efektif dinilai dari dimensi persuasion. Keefektifan ini dalam kemampuan iklan terlihat lebih menonjol dibandingkan iklan lain pada produk sejenis dan mampu memberikan product knowledge. Namun tidak efektif dalam membuat konsumen merasa terlibat dalam pesan yang disampaikan.

(23)

2. Dewi (2011). Analisis Efektivitas Bauran Promosi pada Bimbingan Belajar Sentral Edukatif Bogor. Hasil pengukuran efektivitas promosi dengan EPIC model yang terdiri dari dimensi empati, persuasi, dampak dan komunikasi menunjukkan bahwa promosi Sentral Edukatif Bogor, masuk dalam kategori promosi yang efektif, dengan nilai EPIC rate sebesar 3,45. Hasil pengukuran efektivitas promosi dengan Direct Rating Method (DRM), menunjukan bahwa promosi Sentral Edukatif masuk dalam kategori promosi yang baik dengan total skor direct rating sebesar 69,05.

3. Bram. (2005). Analisis Efektivitas Iklan Sebagai Salah Satu Strategi Pemasaran Perusahaan Percetakan dan Penerbitan PT Rambang dengan Menggunakan Metode EPIC model. Efektivitas iklan dari keempat faktor EPIC tersebut dinyatakan efektif karena berdasarkan analisaa dan pembahasan pada bab sebelumnya didapatkan hasil perhitungan darimasing-masing variabel berturut-turut adalah 3,558, 2,395, 3,570, dan 3,870. Ternyata faktor Communication menjadi faktor yang paling dominan diantara faktor lainnya. Perusahaan dapat lebih menekankan pada peningkatan dan mempertahankan faktor dominan ini dalamupaya mempertahankan efektivitas iklan.

Analisis regresi yang dilakukan terhadap variabel biaya promosi sebagai variabel independent/bebas dan volume penjualan sebagai variabel dependent/terikat juga menunjukkan efektivitas kegiatan promosi yang dilakukan secara signifikan. Hal ini terlihat dari analisis korelasi, uji-F, Uji-t dan parameter regresi yang memberikan hasil yang signifikan terhadap efektivitas kegiatan promosi terhadap peningkatan volume penjualan.

4. Satriya. (2012). Efektivitas Iklan Media Televisi Djarum Super My Great Adventure dengan Menggunakan Metode EPIC Model. Penelitian iklan televisi Djarum Super “My Great Adventure” dengan menggunakan EPIC model pada maha pelanggan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang ini bertujuan

untuk mengetahui tingkat efektivitas iklan terhadap minat pembelian. Penelitian

dengan mengambil populasi dan sampel pada pelanggan Fakultas Ekonomi

Universitas Brawijaya ini adalah termasuk dalam jenis penelitian survey dengan

(24)

pernyataan-pernyataan responden mengenai dimensi-dimensi EPIC, yaitu meliputi dimensi empathy, dimensi persuasion, dimensi impact, dan dimensi communication.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisa metode EPIC terhadap iklan TV Djarum Super “My Great Adventure” adalah penghitungan dimensi empathy mendapatkan penilaian Sangat efektif. Dalam penghitungan dimensi persuasi mendapatkan penilaian efektif. Dimensi impact (dampak) sebagai parameter product knowledge mendapatkan penilaiani efektif. Dan untuk dimensi komunikasi diperoleh hasil penilaian efektif. Bahwa dari keempat dimensi EPIC

(empathy, persuasion, impact, dan communication) iklan televisi rokok Djarum Super My Great Adventure yang lebih menonjol atau sangat efektif adalah dimensi empathy (empati) dibandingkan 3 (tiga) dimensi yang lain.

Hal itu menunjukkan bahwa responden menyukai, dengan menyatakan

kesukaannya terhadap iklan Djarum Super My Great Adventure tersebut dan merasa bahwa iklan itu sudah baik bagi dan mudah diingat oleh penonton

(responden). EPIC rate secara keseluruhan memiliki penilaian positif yang berarti bahwa iklan televisi rokok Djarum Super My Great Adventure adalah berada dalam skala efektif tetapi memiliki kinerja yang belum maksimal.

Dari penelitian terdahulu di atas dapat dilihat dengan ringkas sebagaimana disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Ringkasan penelitian terdahulu tentang efektivitas iklan dengan EPIC model

No Peneliti Iklan Dimensi dalam EPIC Model Rata-rata Makna

Empati Persuasi Dampak Komunikasi

1 Tarigan Axis

64,63 61,25 63,08 58,17 61,78 Tidak

Efektif

2 Dewi. Bimbingan Belajar

63,60 71,40 69,40 71,60 69,00 Efektif

3 Bram. Percetakan

71,16 47,90 71,40 77,40 66,97 Tidak

Efektif

4 Satria. Djarum Super

(25)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa EPIC model mampu mengukur efektivitas suatu iklan. Dari keempat penelitian terdahulu dapat diperoleh informasi empiris yang penting, yakni efektivitas suatu iklan sangat tergantung pada keempat dimensi EPIC tersebut. Tarigan (2012) menunjukkan bahwa iklan Axis tidak berhasil menumbuhkan empati pelanggan, dan hal ini berdampak pada rendahnya dorongan persuasif pelanggan dan dampak yang dihasilkan juga sedang, dan keadaan ini semakin memburuk karena dimensi komunikasi relatif sangat rendah dibandingkan ketiga dimensi lainnya. Sementara hasil penelitian Dewi (2011) cukup menarik, dimana iklan pada bimbingan belajar, dimana empati pelanggan relatif rendah, namun iklan tersebut mampu melakukan perubahan sikap pelanggan dalam dimensi persuasif serta menyampaikan komunikasi iklan dengan baik, sehingga secara keseluruhan iklan bimbingan belajar tersebut secara keseluruhan adalah efektif.

Dalam penelitian ketiga, hasil penelitian Bram (2012) menunjukkan bahwa dimensi empati, dimensi dampak dan dimensi komunikasi berada pada kondisi yang efektif, namun ketiganya tidak didukung oleh dimensi persuasi yang baik, sehingga secara keseluruhan iklan pada percetakan tersebut menjadi tidak efektif.

(26)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Perusahaan ini memiliki visi, misi, dan tujuan sebagai langkah awal untuk mengetahui efektivitas promosi pada CV. ARKT Nicle Crome. Promosi bertujuan memberikan informasi dan mengajak secara Persuasif kepada konsumen untuk menggunakan produk yang diproduksi oleh produsen, di mana bentuk persuasif merupakan kunci dari promosi. Strategi promosi adalah salah satu yang sangat penting dari strategi pemasaran suatu perusahaan.

Promosi mengarahkan seseorang untuk mengenal suatu produk yang ditawarkan, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, dan membeli yang akhirnya dapat meningkatkan penjualan. Oleh karena itu promosi harus dirancang dan dilakukan seefektif mungkin dengan cara-cara yang kreatif untuk menarik konsumen. Kegiatan promosi yang efektif diharapkan mampu mendukung strategi pemasaran dengan cara mengetahui efektivitas promosi. Efektivitas promosi dapat dengan mudah didapat bagaimana respon konsumen terhadap bauran promosi yang diterapkan perusahaan. Apakah respon konsumen sudah seperti yang diharapkan perusahaan.

(27)

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian Promosi

CV. ARKT Nicle Crome

Bauran Promosi

Responden Konsumen

Perbedaan tingkat penjualan antara

sebelum dan sesudah promosi

Uji-t

Perbedaan tingkat penjualan antara sebelum dan sesudah promosi

Konsumen

EPIC Model

Rekomendasi

Konsumen Konsumen

(28)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada CV. ARKT Nicle Crome, Jl.Cikaret, Gang KH. Toha, RT. 05/03 No. 64 Kampung Curug Pakansari Cibinong Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama satu tahun, dari bulan November 2012 hingga November 2013.

3.3. Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis ini terdiri dari dua yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil jawaban reponden atas kuesioner yang dibagikan, dan juga dari hasil pengamatan langsung kegiatan perusahaan, serta diskusi dan wawancara dengan Bapak Andrian Prasetyo selaku Manajer. Data sekunder dikumpulkan dari data perusahaan, dokumentasi perusahaan, buku-buku dan skripsi pada perpustakaan Institut Pertanian Bogor serta literatur yang dikeluarkan oleh berbagai instansi terkait antara lain Departemen Manajemen IPB.

3.4. Penyusunan dan Uji Coba Kuesioner

Kuesioner dibuat setelah didapatkan kerangka dari konsep penelitian yang diukur, dan diberikan secara sengaja kepada responden (purposive sampling). Responden yang dipilih adalah yang telah mengetahui dan mengikuti kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian, dapat diketahui karakteristik konsumen secara menyeluruh dan menggali jawaban responden atas promosi yang dilakukan CV. ARKT Nicle Crome.

3.5. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan non probability sampling, yaitu metode insidential sampling. Kuesioner diberikan kepada siapa saja yang bersedia mengisi kuesioner maupun pelanggan-pelanggan lama yang bersedia menjawab kuesioner dengan lengkap dan mengembalikannya.

(29)

konsumen. Adapun persen kelonggaran kesalahan sampel yang masih ditolerir (e) adalah sebesar 5%. Ukuran responden diperoleh berdasarkan perhitungan secara matematis menggunakan rumus slovin berikut:

2

1 Ne

N n

 ... (1)

Keterangan: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

e = Kesalahan yang dapat ditolerir (5%)

Dengan menggunakan rumus Slovin, maka nilai n adalah sebagai berikut:

2

)

05

,

0

(

248

1

248

n

153.08 dibulatkan 153 orang

Maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 153 responden.

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yakni penelitian yang memakai sampel dan menggunakan kuesioner sebagai alat (instrumen) mengumpulkan data. Berdasarkan data pokok ini kemudian dilanjutkan dengan uji verifikasi yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian verifikatif, yaitu penelitian yang berupaya menguji jawaban masalah atau menguji hasil pemikiran yang kebenarannya bersifat sementara (hipotesis) berdasarkan data empiris.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui metode wawancara langsung dengan pihak manajer dan pengisian kuesioner oleh konsumen. Selain itu pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

(30)

mengukur keefektifan promosi yang dilakukan dengan bantuan komputer, yakni dengan software SPSS versi 17 for windows dan Microsoft Excel for windows. 3.6.1 Pengujian Instrumen

a. Uji Validitas

Menurut Ety et al. (2007), tujuan uji validitas adalah untuk mengetahui apakah alat ukur (instrumen) yang digunakan benar-benar mengukur apa yang perlu diukur. Dengan perkataan lain, uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa cermat suatu instrument melakukan pengukuran. Semakin tinggi validitas alat test, maka alat test tersebut semakin mengenai pada sasaran, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dengan tujuan test tersebut.

Uji validitas dilakukan pada setiap variabel, yakni dengan mengkorelasikan tiap butir/nomor pernyataan dengan total skor jawaban responden, yakni dengan menggunakan rumus koefisien korelasi berikut:

 



2 2 2 2

)

(

)

(

)

(

)

(

1 t t i i t i t i x x

x

x

n

x

x

n

x

x

x

x

n

r

t . ... (2)

Keterangan:

rxixt = korelasi antara pernyataan ke-i dengan total skor responden

xi = jawaban responden atas pernyataan ke-i

xt = total skor jawaban responden

Pengujian statistik untuk menyatakan valid atau tidak valid dilakukan dengan membandingkan koefisien korelasi di atas dengan nilai kritis (critcal value). Pengujian validitas dilakukan pada setiap variabel. Selanjutnya koefisien korelasi tersebut dibandingkan dengan nilai kritis rtabel Product Moment pada

tingkat signifikansi () = 5 %. Jika koefisien korelasi rhitung lebih besar dari rtabel

maka pertanyaan tersebut adalah valid pada taraf signifikansi yang ditentukan, sebaliknya jika koefisien korelasi rhitung lebih kecil dari nilai rtabel maka pertanyaan

(31)

b. Uji Reliabilitas

Tujuan uji reliabilitas adalah untuk mengetahui kehandalan alat ukur dengan cara memberikan skor yang relatif sama. Metode yang dilakukan untuk uji reliabilitas adalah metode Ganjil-Genap. Metode ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kehandalan kuesioner. Langkah yang dilakukan ialah dengan memisahkan jawaban responden masing-masing setengah bagian, yakni dengan cara mengelompokkan skor jawaban bernomor ganjil di satu pihak dan kelompok pernyataan bernomor genap di pihak lain. Kemudian kedua kelompok tersebut secara internal dikomparasikan dengan formula korelasi. Koefisien korelasi antar kedua kelompok tersebut menunjukkan kehandalan internal alat ukur yang digunakan. Koefisien korelasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menghitung kehandalan (reliabilitas), dengan formula Spearman-Brown berikut.

b b i

r

1

r

2

r

... (3) Keterangan:

ri = reliabilitas instrumen secara keseluruhan

rb = korelasi antara kelompok ganjil dan genap

Selanjutnya koefisien reliabilitas di atas dibandingkan dengan nilai kritis rtabel pada tingkat signifikansi () = 5%. Jika koefisien korelasi rhitung lebih besar

dari rtabel maka pernyataan tersebut adalah reliabel atau handal, sebaliknya jika

jika koefisien korelasi rhitung lebih besar dari rtabel maka pernyataan tersebut

adalah tidak reliabel atau tidak handal. Setelah data yang digunakan telah memadai, baik dari segi validitas dan reliabilitas maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data..

3.6.2 Pengolahan Data EPIC Model

(32)

a. Dimensi empati bertujuan untuk mengetahui apakah konsumen merasa dirinya memiliki pikiran atau perasaan yang sama dengan perasaan perusahaan melalui iklan yang disampaikan. Sikap empati akan tercermin pada perasaan tertarik dan menyukai promosi yang dilakukan. Sedangkan menurut Pardosi (2008) Dimensi empati menginformasikan, apakah konsumen menyukai suatu iklan dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara suatu iklan dengan pribadi mereka. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2012) tentang sikap konsumen dalam mendukung efektivitas iklan. Terdapat lima buah pertanyaan pada dimensi empati, yakni butir pertanyaan nomor 1, 2, dan 3.

b. Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu promosi untuk meningkatkan daya tarik suatu produk dan mendorong keinginan konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Durianto (2004) meyatakan bahwa sikap konsumen terhadap merek dapat timbul setelah mengenal merek atau langsung mendengar pesan iklan (informasi) yang disampaikan produsen. Terdapat tiga buah pertanyaan pada dimensi persuasi, yakni butir pertanyaan nomor 4, 5 dan 6.

c. Dimensi dampak menunjukan apakah promosi yang dilakukan dapat memberikan dampak positif kepada konsumen. Bram (2005) menyebutkan strategi pemasaran berdampak positif terhadap efektivitas suatu iklan. Bentuk kuesioner direpresentasikan oleh empat buah pertanyaan, yaitu pertanyaan 7,8 dan 9.

d. Dimensi komunikasi menunjukan apakah suatu promosi bisa menyampaikan suatu informasi yang baik dan bisa diterima oleh konsumen dengan jelas. Soemanagara (2006), menyatakan bahwa komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan kepada konsumen, yakni: perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku. Hasil penelitian Noviani (2012), menunjukkan dimensi komunikasi memiliki pengaruh besar dalam efektivitas iklan. Bentuk kuesioner direpresentasikan oleh empat buah pertanyaan, yaitu pertanyaan 10, 11, dan 12.

(33)

1. Analisa Tabulasi Sederhana

Analisa tabulasi sederhana data yang diperoleh diolah dengan rumus:

� = ��

∑ �� % ... (3)

Keterangan:

P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu

Σfi = Banyaknya jumlah responden 2. Skor Rata-rata

Skala pengukuran jawaban responden dilakukan dengan skala likert, yakni membagi jawaban responden dalam lima skala, dengan skor 1 sampai 5. Dalam EPIC Model rata-rata skor jawaban responden dihitung dengan rumus:

� = ∑ ��∗��

∑� � % ... (4)

Keterangan:

X = Rata-rata terbobot fi = Frekuensi

wi = Bobot

Langkah selanjutnya adalah menggunakan rentang skala penilaian untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor setiap variabel. Skala yang digunakan adalah skala Likert. Menurut Kotler dan Keller (2009), skala Likert adalah pernyataan responden dengan memperhatikan tingkat kesetujuan atau tidak setuju. Bobot alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkat terdiri dari kisaran antara 1 hingga 5 yang menggambarkan posisi yang sangat negatif ke posisi yang positif, yakni: sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), ragu-ragu (skor 3), setuju (skor 4) dan sangat setuju (skor 5).

Nilai rentang skala (Rs) dapat dihitung dengan formula berikut:

= �... ... (5) Keterangan:

Rs = Rentang Skala

(34)

Skala yang digunakan adalah skala Likert, dimana banyaknya kategori bobot (M) adalah 5, makarentang skala penilaian yang diperoleh adalah:

= −1= = .

3. Konversi ke dalam satuan persen

Rata-rata skor di atas juga dapat dikonversi ke dalam satuan persen, dengan formula berikut:

� = � � %... (6) Keterangan:

E = Tingkat efektivitas X = Rata-rata

5 = Bobot nilai tertinggi dalam Skala Likert

Rentang skala tersebut digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dari hasil analisis EPIC model yang dilakukan. Pembobotan nilai yang dilakukan pada EPIC model dan rentang skala keputusan EPIC model dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot nilai dan rentang skala keputusan EPIC model

Kriteria Jawaban Bobot Nilai

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Sedang 3

Setuju 4

Sangat setuju 5

Kriteria Skor Konversi ke Persen

[image:34.596.116.515.468.728.2]
(35)

3. EPIC Rate

Nilai EPIC rate diperoleh dari hasil penjumlahan nilai rata-rata terbobot dari dimensi dimensi, adapun rumusnya adalah

�� �� � = � � � � + � �� � � + � � �� + � � ��� �

EPIC rate akan menggambarkan posisi promosi suatu produk dalam persepsi responden sesuai dengan rentang skala yang telah ditentukan. Hasil rentang skala tersebut dapat diketahui sejauh mana keefektifan promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan.

3.6.3. Uji - t

Menurut Larson dan Farber (2003), uji-t digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua populasi. Uji hipotesis untuk dua sampel dapat dibedakan atas uji independen (independent two sample) atau uji berpasangan (paired two sample). Menurut Ety et al. (2007), analisis data statistik untuk kasus dua sampel bebas pada data ratio, dapat dilakukan dengan uji-t.

Hipotesis penelitian:

H0 : 1 = 2. Rata-rata nilai penjualan sebelum promosi (1) tidak berbeda

dengan rata-rata nilai penjualan sesudah promosi (2)

H1 : 1<2. Rata-rata nilai penjualan sebelum promosi (1) lebih kecil

dengan rata-rata nilai penjualan sesudah promosi (2).

Uji t diharapkan bernilai positif, artinya rata-rata nilai penjualan sesudah promosi (2) lebih besar dari rata-rata nilai penjualan sebelum promosi (1). Pengujian dilakukan pada taraf  = 5%, dimana derajat bebas (df = degree of feedom) adalah n1 + n2 – 2 (Larson dan Farber, 2003). Sehingga diperoleh nilai

t-tabel dengan derajat bebas 24 + 12 – 2 = 34 atau (t0.05, 34) adalah 2,0322.

Jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel, maka keputusan pengujian adalah terima H0, sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel, maka

keputusan pengujian adalah terima H1, artinya terdapat perbedaan yang signfikan

(36)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum CV. ARKT Nicle Crome

4.1.1. Sejarah Perusahaan

ARKT Nicle Crome berdiri pada tahun 2005, dengan nama Anggi Rafli Karya Tehnik disingkat menjadi ARKT dengan badan hukum perusahaan perorangan (CV). Pada awalnya, perusahaan ini lebih dikenal dengan nama Karya Teknik.

Seiring dengan meningkatnya perusahaan dalam bidang jasa plating dengan menggunakan Crome, maka perusahaan memperkenalkan nama baru yakni ARKT Nicle Crome. Nama ini ternyata berhasil menarik konsumen dalam jumlah yang semakin banyak, karena langsung mewujudkan brand image bagi konsumen bahwa perusahaan ini khusus mengerjakan layanan dalam bidang Crome, sebaliknya nama karya teknik lebih bersifat umum dan konsumen menganggapnya sebagai usaha bengkel mobil.

Pada awalnya berdirinya perusahaan (2005), jumlah karyawan adalah 7 orang. Seiring dengan meningkatnya permintaan dalam jasa pelapisan Crome (plating), tahun 2013 jumlah karyawan telah mencapai 30 orang, dan termasuk dalam perusahaan kelas menengah. Perusahaan ini terus berkembang dan melayani jasa plating nicle Crome untuk barang logam apa saja (non plastik), terutama bidang furniture maupun bidang otomotif, seperti plating chrome untuk knalpot, furniture, bemper, body mesin dan lain-lain.

4.1.2. Lokasi Perusahaan

(37)

4.1.3. Aspek Sumber Daya Manusia

CV. ARKT Nicle Crome mengembangkan strategi marketing yang berbasis pada keunggulan Sumberdaya Manusia (SDM), dimana karyawan memiliki kemahiran dan keterampilan dalam melaukukan jasa plating. Disamping itu menekankan aspek produk, yakni dengan mengembangkan aspek kualitas produk dan tahan karat, antara lain dalam layanan jasa plating chrome untuk knalpot, furniture, bemper, body mesin dan lain-lain.

Memodifikasi kendaraan bermotor mencakup banyak hal, salah satu diantaranya adalah dengan cara pelapisan Crome (chrome plating) kendaraan bermotor, dimana penampilan kenderaan tersebut menjadi lebih menarik. Crome merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat.

Dengan sifat tersebut, Crome banyak digunakan sebagai pelapis pada komponen kendaraan roda dua maupun roda empat, seperti knalpot pada sepeda motor maupun velg mobil. Hasil kerja pelapisan Crome CV. ARKT Nicle Crome disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Perbedaan logam sebelum dan sesudah dilapisi dengan Crome 4.2. Pelaksanaan Bauran Promosi CV. ARKT Nicle Crome

4.2.1. Tujuan Promosi CV. ARKT Nicle Crome

[image:37.596.101.513.93.822.2]
(38)

CV. ARKT Nicle Crome bertujuan untuk melayani pelanggan perseorangan maupun perusahaan yang membutuhkan jasa Crome.

4.2.2. Penganggaran Promosi

Kegiatan penganggaran promosi yang dilakukan oleh pihak perusahaan, dan mulai efektif dilaksanakan sejak tahun 2012. Promosi ini pada awalnya cukup dengan komunikasi kepada sesama pelanggan, dan jumlah pelanggan cenderung berkembang pesat pada tahun 2009 dan 2010. Namun pada tahun 2011 terdapat kecenderungan menurun, sehingga kegiatan promosi mulai efektif diterapkan sejak tahun 2012.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur CV. ARKT Nicle Crome, kegiatan promosi sudah dilaksanakan, namun belum ada pengujian apakah kegiatan promosi tersebut benar-benar efektif.

4.2.3. Bauran Promosi CV. ARKT Nicle Crome

Pengembangan strategi promosi oleh CV. ARKT Nicle Crome saat ini masih terus dikembangkan oleh pihak manajemen guna mengajak konsumen maupun calon konsumen menggunakan jasa Crome pada CV. ARKT Nicle Crome.

Kegiatan bauran promosi yang dilakukan oleh CV. ARKT Nicle Crome, terdiri dari:

1. Periklanan

Periklanan dilakukan dengan media cetak, yakni dengan membuat brosur yang ringkas dan jelas, dan disebar secara berkala kepada calon pelanggan.

2. E-commerce

(39)

93,10% 6,90% 95,79%

4,21%

Laki-laki Perempuan 4.3. Profil Responden

Ulasan tentang efektivitas iklan pada CV. ARKT Nicle Crome dengan menggunakan metode EPIC model diperjelas dengan riset yang dilaksanakan dalam kurun waktu enam (6) bulan. Responden adalah pelanggan CV. ARKT Nicle Crome. Riset menggunakan pendekatan survei. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Jumlah responden adalah 153 orang, diambil berdasarkan kesediaan responden dan mengembalikannya dengan lengkap. Deskripsi responden secara umum diuraikan di bawah ini.

1. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini terdiri atas 8 orang wanita dan 145 orang pria. Hal ini menunjukkan sebanyak 94,77% atau hampir seluruh responden adalah laki-laki. Para pelanggan yang membutuhkan pada umumnya chroming itu sendiri sangat erat dengan kenderaan bermotor roda dua dan roda empat. Disamping itu, sekitar 5% terdapat responden wanita yang membutuhkan jasa pelapisan Crome untuk memperindah kenderaannya. Profil responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 5. .

Gambar 5. Konsumen berdasarkan jenis kelamin pada brosur dan web site 2. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia

Usia responden meliputi usia 17 sampai 20 tahun sebanyak 3 orang (1,96%), 21 sampai 30 tahun sebanyak 7 orang (4,58%), 31 tahun sampai 40 tahun sebanyak 14 orang (9,15%), 41 sampai 55 tahun sebanyak 44 orang

[image:39.596.100.521.112.804.2]
(40)

5%

24%

71%

0% 2,1%

11,6%

72,6%

13,7%

SMA D3 S1 S2-S3

2% 4% 13%

18% 63%

17-20 21-30 31-40 41-55

55-2% 5% 3%

47% 43%

(28,76%), dan usia lebih dari 55 tahun sebanyak 85 orang (55,56%). Data tersebut menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden berada pada usia diatas 55 tahun. Menurut hemat penulis, hal ini ada kaitannya dengan kondisi kemampanan finansial maupun ketersediaan waktu pada kelompok responden tersebut, dan menghendaki kondisi keindahan yang lebih besar pada bagian-bagian kenderaan yang ingin diperindah dengan lapisan Crome. Profil responden berdasarkan usia disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Konsumen berdasarkan usia pada brosur dan web site 3. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambaran umum tingkat pendidikan responden. Terdapat 5 orang berpendidikan SMA (3,27%), D3 sebanyak 25 orang (16,34%), S1 sebanyak 110 orang (71,90%) dan S2/23 sebanyak 13 orang (8,50%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan S1, diikuti D3 dan S2-S3. Profil responden berdasarkan pendidikan disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Konsumen berdasarkan tingkat pendidikan (i) web site (ii) brosur

[image:40.596.97.516.68.781.2]
(41)

4. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan

Dari sisi pekerjaan, terdapat 1 orang pelajar (0,65%), mahasiswa 4 orang (2,61%). PNS sebanyak 8 orang (5,23%), Wiraswasta sebanyak 92 orang (60.13%), Profesional sebanyak 92 orang (60,13%) dan pekerjaan lainnya sebanyak 4 orang (2,61%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta dan profesional (pengacara dan dokter maupun konsultan). Profil responden berdasarkan pekerjaan disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Konsumen berdasarkan pekerjaan brosur dan web site 5. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan tingkat pendapaan, diperoleh informasi responden dengan pendapatan per bulan kurang dari 2 juta sebanyak 5 orang (3,27%), antara 2 sampai 3,5 juta sebanyak 11 orang (7,19%), antara 3,6 sampai 5 juta sebanyak 20 orang (13,0%), antara 5,1 sampai 7,5 juta sebanyak 68 orang (44,44%), lebih dari 7,5 juta sebanyak 49 orang (32,03%). Profil responden berdasarkan tingkat pendapatan disajikan pada Gambar 9.

3,4% 0,0%

22,4%

72,4% 1,7%

1,1% 2,1% 8,4%

32,6% 52,6%

3,2%

Pelajar Mahasiswa PNS Profesional Wiraswasta Lainnya

[image:41.596.103.520.83.754.2]
(42)

3%

14%

27% 36%

20%

< 250 250 - 500 501-750 751-1000 > 1000

Gambar 9. Konsumen berdasarkan tingkat pendapatan pada brosur dan web site

6. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pengeluaran untuk Croming

Terdapat 5 orang (3,27%) yang mengeluarkan jasa croming dibawah Rp 250.000. Jasa ini umumnya benda-benda yang relatif kecil dan luas permukaan yang dichroming relatif kecil, seperti mur, baut, dan stang, dan beberapa kerusakan kecil akibat goresan kecelakaan. Terdapat 17 orang (11,11 %) yang pada kisaran Rp 250.000 hingga Rp 500.000, 43 orang (28,10 %) mengeluarkan biaya sebesar Rp 500.000 hingga Rp 750.000, 55 orang (39,45%) mengeluarkan biaya sebesar Rp 750.000 hingga Rp 1 juta dan selebihnya, terdapat 33 orang (21,57%) yang mengeluarkan biaya di atas Rp 1 juta, terutama untuk jasa pelapisan Crome velg mobil. Profil responden berdasarkan pengeluaran untuk croming disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Konsumen berdasarkan pengeluaran untuk croming pada brosur dan web site

3,4% 6,9% 6,9%

58,6%

24,1% 3,2% 7,4%

16,8%

35,8% 36,8%

< 2 jt 2,0 - 3,5 jt 3,6 - 5.0 jt 5,1 - 7.5 jt > 7.5 jt

(i) web site (ii) brosur

4% 7%

29% 36%

24%

[image:42.596.56.516.37.835.2]
(43)

19%

22% 50%

9%

69% 26%

5%

21%

51% 28%

1 kali 2 kali 3 kali

7. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Frekuensi Melakukan Croming

Hampir seperlima dari responden melakukan jasa pelapisan chroming hingga 3 kali, dan terdapat 63 orang (41,18%) membutuhkan jasa pelapisan chroming hingga 2 kali, dan sebanyak 60 responden (39,22 %) hanya 1 kali. Frekuensi melakukan chroming disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Konsumen berdasarkan frekuensi melakukan croming pada brosur dan web site

8. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Penelusuran Informasi Internet Terkait dengan penelusuruan informasi melalui web site, terdapat 11 orang (7,19%) yang mencari informasi melalui web site lebih dari 3 kali, 37 orang 24,18%) mencari informasi melalui web site lebih dari 2 kali, 70 orang (45,75%) rata-1 kali. Profil responden berdasarkan penelusuran informasi internet disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Konsumen berdasarkan penelusuran informasi internet pada brosur dan web site

62% 23%

9%

6%

1 kali 2 kali 3 kali > 3 kali

[image:43.596.84.529.29.828.2]
(44)

38%

0% 26%

5% 10%

21% 0% 27%

21% 52%

0% 0%

Jakarta Cibinong Depok Bogor Tangerang Lain

9. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Domisili

Informasi lainnya adalah domisili responden, dimana responden terbanyak berasal dari Bogor, yakni 52 orang (33,72%), diikuti Depok sebanyak 35 orang (22,88%), Cibinong sebanyak 26 orang (16,99%), Jakarta sebanyak 22 orang (14,38%). Disamping itu, juga terdapat responden yang berasal dari Tangerang sebanyak 6 orang (3,92%) dan dari daerah lainnya sebanyak 12 orang (7,84%). Profil responden berdasarkan penelusuran domisili tempat tinggal disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Konsumen berdasarkan tempat tinggal pada brosur dan web site 4.4. Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel variabel dalam penelitian, meliputi uji validitas dan uji reliabilitas pertanyaan. Kuesioner tahap awal disebar kepada tiga puluh responden dengan dua belas pertanyaan di dalam kuesioner yang akan dijawab oleh responden tersebut.

[image:44.596.91.530.80.775.2]
(45)

4.4.1 Uji Validitas

Suatu data dikatakan valid (sahih) jika pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Apabila tidak valid maka butir pertanyaan tersebut akan di-drop atau kuesioner diperbaiki.

Suatu data dapat dikatakan valid apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai kritis pada tabel t (pada alpha 5%) atau nilai korelasi hitung (r) lebih besar dari batas kritsis korelasi Product Moment. Jika r hitung bernilai positif, dan r hasil > r tabel, maka butir pertanyaan atau variabel tersebut valid. Nilai t-hitung seluruh butir pernyataan berada pada kisaran 3,872 hingga 10,199. Sedangkan nilai kritis t tabel pada taraf alpha 5% dengan derajat bebas 30 atau t0,05;151 adalah 2,045.

Karena nilai t hitung lebih besar dari batas kritis t tabel, maka dapat dinyatakan seluruh butir pernyataan adalah valid. Hasil uji validitas disajikan pada Tabel 3 berikut

Tabel 3. Hasil uji validitas instrumen

No Dimensi Butir Korelasi t-hitung t-tabel r Product

Moment Keputusan

1 Empati E1 0,447 4,819 2,045 0,361 Valid

E2 0,700 9,464 2,045 0,361 Valid

E3 0,611 7,445 2,045 0,361 Valid

2 Persuasi P1 0,490 5,426 2,045 0,361 Valid

P2 0,485 5,343 2,045 0,361 Valid

P3 0,483 5,323 2,045 0,361 Valid

3 Dampak I1 0,672 8,748 2,045 0,361 Valid

I2 0,382 3,991 2,045 0,361 Valid

I3 0,719 9,988 2,045 0,361 Valid

4 Komunikasi C1 0,373 3,872 2,045 0,361 Valid

C2 0,441 4,743 2,045 0,361 Valid

C3 0,727 10,199 2,045 0,361 Valid

Sumber: Data Primer (diolah)

[image:45.596.104.531.425.695.2]
(46)

pada kisaran 0,373 hingga 0,727. Sedangkan nilai r kritis Product Moment pada alpha 5% dan responden 30 orang adalah 0,361 (Lampiran 4). Dengan demikian, karena seluruh nilai korelasi butir (r) lebih besar dari batas r tabel, maka keputusan pengujian atas seluruh pernyataan 1 hingga 12 adalah tolak H0 atau

terima H1, yang artinya seluruh butir pernyataan dalam instrumen adalah valid.

Berdasarkan hasil uji validitas tersebut di atas, seluruh butir pernyataan menunjukkan angka positif dan lebih besar dari r 4(0,361), maupun nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,045). Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini.

4.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat diandalkan. Uji realibilitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu instrumen jika dipergunakan untuk mengukur himpunan objek yang sama berkali-kali akan mendapatkan hasil yang serupa.

Suatu kuesioner dikatakan reliabel (handal) jika jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan adalah konsisten. Hubungan tersebut dinyatakan dengan koefisien “r”. Koefisien r berkisar dari 0 sampai dengan 1, dan nilai r < 0,7 secara umum mengindikasikan ketidak tercukupan konsistensi reliabilitas internal. Nilai r tersebut merupakan nilai alpha yang terletak di akhir output reliability analysis. Jika nilai r alpha positif dan lebih besar dari 0,7 artinya variabel tersebut adalah reliabel/dapat dipercaya.

Uji reliabilitas digunakan dengan metode ganjil-genap (Sugiyono, 2010), dan diperoleh nilai korelasi butir pernyataan ganjil dan genap sebesar 0,7138 (Lampiran 3). Selanjutnya, diperoleh nilai reliabilitas sebesar:

8330

,

0

7138

,

0

1

7138

,

0

*

2

b

r

(47)

Tabel 4. Uji reliabilitas instrumen penelitian

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .781 12

Dari hasil pengolahan data di atas, dapat dilihat bahwa nilai reliabilitas metode Ganjil-Genap adalah 0,8330 nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,781. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan adalah reliabel atau handal karena hasil pengujian tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari 0,7 (Sugiyono, 2010). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keduabelas pernyataan dalam keempat dimensi EPIC model adalah valid dan handal.

4.5. Analisis EPIC Model pada Brosur

4.5.1 Dimensi Empati

Dimensi empati memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu promosi. Pertanyaan dimensi empati bertujuan untuk mengetahui perasaan konsumen terhadap promosi yang dilakukan oleh CV. ARKT Nicle Crome. Hasil perhitungan dimensi empati terhadap promosi CV. ARKT Nicle Crome dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan dimensi empati pada brosur

Code Atribut STS TS C S SS Jumlah

1 2 3 4 5

B-E.1. Brosur perusahaan ini sesuai dengan yang di rasakan dan dipikirkan oleh calon pelanggan.

0 1 70 18 6 95 B-E.2. Brosur perusahaan memberikan

kemudahan dalam memberikan informasi tentang layanan yang diberikan

0 1 71 23 0 95 B-E.1. Brosur perusahaan sesuai dengan

kebutuhan saya. 0 2 52 38 3 95

[image:47.596.108.513.566.728.2]
(48)

Pada Tabel 5, nilai terbesar adalah butir B-E.3. yang menyatakan “Brosur CV. ARKT Nicle Crome Cibinong sesuai dengan kebutuhan saya.” Hal ini mendorong tingginya skor empati dari pelanggan, dimana promosi melalui brosur sesuai dengan yang di rasakan dan dipikirkan pelanggan. Pesan yang disampaikan dalam brosur memberikan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen. Tahap selanjutnya adalah menghitung skor rataannya, dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas dimensi empati. Total skor rataan dimensi empati dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Total skor rataan dimensi empati pada brosur

Atribut Frekuensi x Bobot Skor Rata-rata per Atribut

B-E.1. 314 314 ÷ 95 = 3,305

B-E.2. 307 307 ÷ 95 = 3,232

B-E.3. 327 327 ÷ 95 = 3,442

Rata-rata Skor Dimensi Empati 3,326

Keterangan: B = Brosur, E = Dimensi Empati

pada Tabel 6, diperoleh total skor rataan dimensi empati sebesar 3,326. Skor rataan tersebut selanjutnya dimasukan dalam rentang skala keputusan EPIC Model. Berdasarkan hasil analisis pengukuran efektivitas promosi CV. ARKT Nicle Crome dengan menggunakan EPIC Model diketahui bahwa dimensi empati pada promosi CV. ARKT Nicle Crome masuk dalam skala cukup efektif, seperti dilihat pada Gambar 14.

Cukup Efektif

1 1,8 2,6 3,4 4,2 5

XEmpati= 3,326

Gambar 14. Posisi

Gambar

Gambar 1.  Impor Crome Indonesia tahun 2009-2012
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2.  Bobot nilai dan rentang skala keputusan  EPIC model
Gambar 4.  Perbedaan logam sebelum dan sesudah dilapisi dengan Crome
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pcndapat dan landasan teoritis serta keadaan perusahaan secara umum dipcroleh suatu hasil riset bahwasanya pihak Emeral Garden Internasional menggunakan kelima alat

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4 yang menyatakan efektivitas iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada merek “X” di Surabaya diterima, bahwa

Promosi merupakan alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen dan berbagai kelompok masyarakat. Promosi juga merupakan bagian dari usaha untuk meningkatkan volume

Secara keseluruhan EPIC rate, rata-rata adalah 4,077, artinya iklan menggunakan aplikasi mobile offline ini berada pada dimensi “efektif” (Gambar 4). Hal ini

Pengaruh Efektivitas Komunikasi Dan Kualitas Layanan Terhadap Hubungan Komitmen Melalui Kepercayaan Pada Konsumen Klinik Kecantikan Di Kota Jember; Bima Prasetya

Menjalin suatu komunikasi yang baik antara perusahaan dengan konsumen melalui program promosi merupakan hal yang penting karena promosi juga menentukan keberhasilan dari

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis efektivitas bauran promosi berdasarkan dampak komunikasi yang ditimbulkan, yaitu: MMP (Media Mix

Bauran promosi merupakan kombinasi dari berbagai alat promosi yang ditetapkan oleh pimpinan perusahaan dengan tujuan untuk menginformasikan dan membujuk konsumen