SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH RESIKO PERBANKAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KEMAMPUAN PERBANKAN DALAM
PENYALURAN KREDIT
OLEH
RONAL COLIN 100501036
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Resiko dan
Kebijakan Moneter Terhadap Kemampuan Perbankan Dalam Penyaluran Kredit”
adalah benar hasil karya tulis saya sendiri disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,………
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH RESIKO PERBANKAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KEMAMPUAN PERBANKAN DALAM
PENYALURAN KREDIT
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh resiko bank (rasio loan-loss provisions dan expected default frequency) dan karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) terhadap penyaluran kredit perbankan pada bank umum konvensional di Indonesia dan sejauh mana pengaruh resiko bank (rasio loan-loss provisions dan expected default frequency) dan karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) terhadap penyaluran kredit perbankan dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sebagai variabel moderasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh resiko bank dan karakteristik spesifik bank terhadap penyaluran kredit perbankan dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh resiko bank, karakteristik spesifik bank terhadap penyaluran kredit perbankan dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sebagai variabel moderasi.
Hipotesis dalam penelitian ini ialah resiko bank (rasio loan-loss provisions
dan expected default frequency) dan karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data
laporan keuangan publikasi bank umum konvensional pada
data obligasi diperoleh dari Indonesia Bond Pricing Agency. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda untuk pengujian hipotesis pertama dan regresi linier sederhana (uji residual) untuk hipotesis kedua.
Hasil penelitian hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara bersama-sama resiko bank (rasio loan-loss provisions dan expected default frequency), karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) terhadap penyaluran kredit perbankan pada bank umum konvensional di Indonesia. Uji parsial menunjukkan bahwa satu variabel independen yaitu likuiditas tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan. Pada hipotesis kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku bunga Sertifikat Bank Indonesiamemoderasi pengaruh
size terhadap penyaluran kredit perbankan dan juga memoderasi pengaruh size
terhadap penyaluran kredit. Namun, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tidak memoderasi pengaruh loan-loss provisions terhadap penyaluran kredit perbankan, pengaruh capital terhadap terhadap penyaluran kredit perbankan, dan juga
liquidity terhadap penyaluran kredit perbankan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF INFLUENCE BANK RISK AND MONETARY POLICY TO BANK LENDING CHANNEL
The formulation of problem in this study is the extent to which influence bank risk (ratio of loan-loss provisions and expected default frequency) and bank-specific characteristics (capital, size, liquidity) to bank lending channel in conventional commercial banks in Indonesia and the extent to which influence bank risk (the ratio of loan-loss provisions and expected default frequency ) and bank-specific characteristics (capital, size, liquidity) to bank lending channel with interest rate of Bank Indonesia Certificates as a moderating variable. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of bank risk and bank -specific characteristics to the bank lending channel and to determine and analyze the effect of bank risk and bank-specific characteristics to the bank lending channel with interest rate of Bank Indonesia Certificates as a moderating variable.
The hypothesis of this study is bank risk (the ratio of loan - loss provisions and expected default frequency) and bank-specific characteristics (capital, size, liquidity) effect to bank lending channel.
Secondary data collection is done by downloading the data published financial statements conventional bank on www.bi.go.id and the data bonds obtained from the Indonesia Bond Pricing Agency . The analytical method used is descriptive quantitative by using multiple linear regression for the first hypothesis testing while simple linear regression (residual test) for the second hypothesis .
The results of the study indicate that the first hypothesis is jointly bank risk (the ratio of loan - loss provisions and expected default frequency) and the bank-specific characteristics (capital, size, liquidity) of the bank lending channel at a conventional bank in Indonesia. Partial test showed that the independent variables are liquidity has no effect on bank lending . In the second hypothesis the results showed that the interest rate of Bank Indonesia Certificates moderate the effect of size to bank lending channel and also moderate the effect size to bank lending channel. However, the interest rate of Bank Indonesia Certificates not moderate the effect of loan-loss provisions to bank lending channel, the effect of capital to bank lending channel , as well as liquidity to the lending bank channel.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan pertolonganNya yang diberikan kepada penulis dalam kehidupan ini
sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi berjudul “Analisis Pengaruh Resiko
Perbankan dan Kebijakan Moneter Terhadap Kemampuan Perbankan Dalam
Penyaluran Kredit“. Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
ikut membantu di dalam memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada
penulis baik dalam masa perkuliahaan maupun dalam meyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemenn
Ekonomi pembangunan Sumatera Utara.
3. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Bapak Drs. Sahat Silaen, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah banyak
memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.
5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si sebagai Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan
skripsi ini.
6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi USU yang
selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.
7. Kedua orangtua penulis Ayahanda Ramses Simanjuntak dan Ibunda Elmida
perhatian, dan bantuan materil yang diberikan kepada penulis untuk
menunjang terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2010
(Herbet, Viktor, Rommel, Iman, Fibri, Melinda, Hotneri, Cristopel,
Tangguh, Dhani, Guruh) atas dukungan, kritik, dan kecerian serta
kebersamaan yang diberikan selama penulisan skripsi.
9. Kepada semua pihak yang yang tidak dapat disebutkan namanya
satu-persatu yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih memiliki kekurangan
maupun keterbatasan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan kritik
diharapakan oleh penulis guna memperbaiki kekurangan yang ada. Akhirnya,
semoga skripsi ini bisa memberikan sumbangan kecil bagi perkembangan
perbankan Indonesia serta dapat menambah ilmu pengetahuan kita.
Medan, 10-04-2014 Penulis
DAFTAR ISI
2.1.1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ... 8
2.1.2 Mekanisme Transmisi Melalui Jalur Kredit ... 9
2.1.2.1 Jalur Pinjaman Bank ... 10
2.1.2.2 Jalur Neraca Perusahaan ... 11
2.1.3 Resiko Bank... 12
2.1.4 Karakteristik Spesifik-Spesifik Bank ... 14
2.1.5 Arsitektur Perbankan Indonesia ... 16
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ... 21
2.4 Hipotesis ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Batasan Operasional ... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 25
3.4 Jenis Data danSumber Data ... 26
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Operasioanl ... 26
4.1.3.2 Autokorelasi ... 40
4.1.3.3 Multikoliniearitas ... 40
4.1.4 Pengujian Hipotesis Pertama ... 41
4.1.4.1 Hasil Regrsi Hipotesis Pertama ... 41
4.1.4.2 Hasil Uji F Regresi Hipotesis Pertama ... 43
4.1.4.3 Hasil Uji T Regresi Hipotesis Pertama ... 43
4.1.5 Pengujian Hipotesis Kedua ... 45
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian. ... 47
4.2.1 Pengaruh Ukuran Bank Terhadap Penyaluran Kredit .. 48
4.2.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Penyaluran Kredit ... 49
4.2.3 Pengaruh Capital Terhadap Penyaluran Kredit ... 49
4.2.4 Pengaruh Loan Loss Provisions Terhadap Penyaluran Kredit ... 50
4.2.5 Pengaruh Expected Default Frequency Terhadap Penyaluran Kredit ... 50
4.2.6 Pengaruh Ukuran Bank, Likuiditas, Capital, Loan Loss Provisions, Expected Default Frequency Terhadap Penyaluran Kredit Dengan Variabel Moderasi Suku Bunga SBI ... ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
3.1 Daftar Bank Umum Konvensional yang Menjadi Sampel
pada tahun 2007-2012 ... 26
4.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 37
4.2 Redundant Fixed Effect ... 39
4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 40
4.4 Hasil Analisis Regresi Hipotesis Pertama ... 41
4.5 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ... 42
4.6 Uji F Hipotesis Pertama ... 43
4.7 Hasil Uji Residual Dengan Variabel Size ... 45
4.8 Hasil Uji Residual Dengan Variabel Likuiditas ... 46
4.9 Hasil Uji Residual Dengan Variabel Capital ... 47
4.10 Hasil Uji Residual Dengan Variabel LLP ... 47
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Penelitian Semua Variabel... 59
2 Data Penelitian Variabel EDF ... 61
3 Statistik Deskriptif ... 64
4 Hasil Regresi Tanpa Variabel Moderasi ... 65
5 Redundant Fixed Effects Tests... 66
6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 67
7 Uji Residual (Variabel Size) ... 68
8 Uji Residual (Variabel Likuiditas) ... 69
9 Uji Residual (Variabel Capital) ... 70
10 Uji Residual (Variabel Loan-Loss Provisions) ... 71
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH RESIKO PERBANKAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KEMAMPUAN PERBANKAN DALAM
PENYALURAN KREDIT
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh resiko bank (rasio loan-loss provisions dan expected default frequency) dan karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) terhadap penyaluran kredit perbankan pada bank umum konvensional di Indonesia dan sejauh mana pengaruh resiko bank (rasio loan-loss provisions dan expected default frequency) dan karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) terhadap penyaluran kredit perbankan dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sebagai variabel moderasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh resiko bank dan karakteristik spesifik bank terhadap penyaluran kredit perbankan dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh resiko bank, karakteristik spesifik bank terhadap penyaluran kredit perbankan dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sebagai variabel moderasi.
Hipotesis dalam penelitian ini ialah resiko bank (rasio loan-loss provisions
dan expected default frequency) dan karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data
laporan keuangan publikasi bank umum konvensional pada
data obligasi diperoleh dari Indonesia Bond Pricing Agency. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda untuk pengujian hipotesis pertama dan regresi linier sederhana (uji residual) untuk hipotesis kedua.
Hasil penelitian hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara bersama-sama resiko bank (rasio loan-loss provisions dan expected default frequency), karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) terhadap penyaluran kredit perbankan pada bank umum konvensional di Indonesia. Uji parsial menunjukkan bahwa satu variabel independen yaitu likuiditas tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan. Pada hipotesis kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku bunga Sertifikat Bank Indonesiamemoderasi pengaruh
size terhadap penyaluran kredit perbankan dan juga memoderasi pengaruh size
terhadap penyaluran kredit. Namun, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tidak memoderasi pengaruh loan-loss provisions terhadap penyaluran kredit perbankan, pengaruh capital terhadap terhadap penyaluran kredit perbankan, dan juga
liquidity terhadap penyaluran kredit perbankan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF INFLUENCE BANK RISK AND MONETARY POLICY TO BANK LENDING CHANNEL
The formulation of problem in this study is the extent to which influence bank risk (ratio of loan-loss provisions and expected default frequency) and bank-specific characteristics (capital, size, liquidity) to bank lending channel in conventional commercial banks in Indonesia and the extent to which influence bank risk (the ratio of loan-loss provisions and expected default frequency ) and bank-specific characteristics (capital, size, liquidity) to bank lending channel with interest rate of Bank Indonesia Certificates as a moderating variable. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of bank risk and bank -specific characteristics to the bank lending channel and to determine and analyze the effect of bank risk and bank-specific characteristics to the bank lending channel with interest rate of Bank Indonesia Certificates as a moderating variable.
The hypothesis of this study is bank risk (the ratio of loan - loss provisions and expected default frequency) and bank-specific characteristics (capital, size, liquidity) effect to bank lending channel.
Secondary data collection is done by downloading the data published financial statements conventional bank on www.bi.go.id and the data bonds obtained from the Indonesia Bond Pricing Agency . The analytical method used is descriptive quantitative by using multiple linear regression for the first hypothesis testing while simple linear regression (residual test) for the second hypothesis .
The results of the study indicate that the first hypothesis is jointly bank risk (the ratio of loan - loss provisions and expected default frequency) and the bank-specific characteristics (capital, size, liquidity) of the bank lending channel at a conventional bank in Indonesia. Partial test showed that the independent variables are liquidity has no effect on bank lending . In the second hypothesis the results showed that the interest rate of Bank Indonesia Certificates moderate the effect of size to bank lending channel and also moderate the effect size to bank lending channel. However, the interest rate of Bank Indonesia Certificates not moderate the effect of loan-loss provisions to bank lending channel, the effect of capital to bank lending channel , as well as liquidity to the lending bank channel.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu fungsi bank adalah sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yang memiliki pengertian bahwa bank melakukan kegiatan menghimpun dana yang dilakukan dengan mencari sumber dana, salah satu
sumber utama dana bank berasal dari masyarakat (Kasmir, 2005 : 64). Dana yang
telah diperoleh tersebut kemudian disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
kredit. Kegiatan perkreditan merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam
menghasilkan keuntungan sehingga dapat diamati bahwa penyaluran kredit adalah
tulang punggung kegiatan perbankan.
Permasalahan yang dapat dilihat terkhusus dari dampak krisis Finansial
Global 2008-2009 yang mempengaruhi perlambatan ekonomi Indonesia telah
berimbas pada penurunan ekspansi kredit perbankan dan menyebabkan terjadinya
penurunan posisi kredit yang turun sebesar 2,1 persen dari Rp.1.300 triliun pada
akhir desember 2008 menjadi Rp. 1.273 triliun per januari 2009 (KOMPAS 5
Maret 2009). Hal ini menciptakan peningkatan pengetatan kredit untuk rumah
tangga dan perusahaan besar atau dengan kata lain terjadi keketatan likuiditas.
Likuiditas yang ketat membuat perbankan cenderung untuk memegang aset
yang likuid dan relatif kurang beresiko, seperti Sertifikat Bank Indonesia(SBI),
obligasi pemerintah dan pasar uang antar bank (hipotesis liquidity preference). Hal itu dapat dilihat dari meningkatnya porsi Sertifikat Bank Indonesia dan
hipotesis liquidity preference tersebut, dapat menyebabkan jumlah kredit yang disalurkan akan cenderung berkurang. Peningkatan (penurunan) suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia memberikan dampak yang negatif (positif) terhadap
penyaluran kredit (Rusdianto, 2012; Anggrahini, 2005).
Pandangan yang berbeda dikemukakan oleh Andriani (2008) yang
menyatakan bahwa pada kenyataannya di negara Indonesia kebijakan melalui
penetapan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia belum memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kredit yang disalurkan. Periode awal tahun 2002 suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia sebesar 16,93 persen sampai akhir 2003 sebesar
8,31 persen. Hal yang dapat diamati adalah terjadi kebijakan moneter yang tidak
efektif. Pada saat itu bank sentral melakukan kebijakan moneter yang ekspansif
dengan menurunkan suku bunga SBI. Penurunan tersebut diharapkan dapat
mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit ternyata tidak terjadi,
melainkan hal sebaliknya yang terjadi. Kenaikan suku bunga kredit tidak direspon
baik oleh investor (debitur) sehingga penyaluran kredit menjadi tidak seperti yang
diperkirakan.
Pada perbankan terdapat proses perputaran uang termasuk didalamnya
penyaluran kredit, disinilah salah satu jalur mekanisme transmisi kebijakan
moneter terjadi. Dengan berbagai instrumen yang dimiliki, bank sentral dapat
mempengaruhi jumlah uang beredar dan suku bunga perbankan yang kemudian
akan dapat mempengaruhi jumlah kredit perbankan dan pada akhirnya jumlah
melalui sistem perbankan ini dinamakan transmisi kebijakan moneter jalur
pinjaman/ kredit bank (bank lending channel of monetary transmission).
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu terdapat perbedaan apakah jalur
pinjaman kredit semakin melemah atau tidak di Indonesia, seperti pada penelitian
(Agung et al. 2001; Andriyani, 2008) yang membuktikan keberadaan bank lending channel dalam transmisi kebijakan moneter terjadi di Indonesia, di lain hal penelitian Hadikusumah (2007) menyatakan bahwa kebijakan moneter melalui
jalur kredit di Indonesia belum memberikan pengaruh yang signifikan, dengan
kata lain bahwa bank lending channel di Indonesia tidak terjadi.
Melemahnya transmisi kebijakan moneter jalur pinjaman (kredit) bank dapat
disebabkan karena dua faktor yang bekerja bersamaan : pertama, karena tingkat
konsentrasi industri perbankan yang tinggi (Ridho, 2007). Dikarenakan
konsentrasi yang identik dengan adanya perusahaan besar yang menguasai pasar,
maka sebagaimana halnya dengan konsentrasi perbankan menyebabkan semakin
besar ukuran bank (size), sehingga efektivitas tansmisi kebijakan moneter melalui jalur pinjaman bank akan berkurang. Kedua, peran perbankan (role bank) di dalam mekanisme transmisi telah mengalami perubahan (Kishan dan Opiela,
2000), salah satunya di karenakan inovasi keuangan.
Inovasi keuangan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
sistem keuangan. Namun, di sisi lain inovasi keuangan pada saat yang bersamaan
juga berdampak kepada kompleksitas operasi dan transmisi kebijakan moneter
sehingga menjadi lebih rumit. Perkembangan inovasi keuangan juga akan
bank sentral. Pada akhirnya inovasi keuangan memungkinkan untuk menciptakan
perubahan peranan perbankan (role bank). Perubahan ini dapat menciptakan peran baru dari perbankan yang memiliki dampak terhadap cara perbankan menyalurkan
kredit dan bereaksi terhadap dorongan kebijakan moneter.
Resiko bank harus dipertimbangkan dengan cermat bersamaan dengan
karakteristik spesifik-spesifik bank (capital, size, liquidity) dalam menganalisa transmisi kebijakan moneter jalur pinjaman bank (Borio and Zhu, 2008; Altunbas
et al. 2009). Hal ini dikarenakan inovasi keuangan dapat mempengaruhi variabel dari setiap indikator karakteristik spesifik bank yang digunakan pada literatur jalur
kredit bank yang mungkin tidak cukup memadai untuk penilaian yang akurat
terhadap kemampuan bank dan kemauan dalam menyalurkan kredit tambahan.
Penelitian Kishan dan Opiela (2000) menemukan bahwa penyaluran kredit
dipengaruhi oleh ukuran bank (size) dan modal bank (leverage ratio) yaitu melalui penambahan ekuitas (modal sendiri). Namun, di lain hal indikator size telah menjadi kurang dalam mengindikasikan kemampuan bank dalam penyaluran
kredit karena sejumlah besar aset yang telah disekuritisasikan mengakibatkan
pengurangan size yang diukur dengan indikator neraca keseimbangan. Sekuritisasi yang disebabkan oleh inovasi keuangan mempengaruhi bank untuk mengurangi
batasan likuiditasnya sehingga memperlemah efektivitas saluran kredit dan pada
akhirnya menghasilkan ketidakpastian baru dalam transmisi kebijkan moneter.
Inovasi keuangan mempersulit dalam interpretasi data keuangan karena seringnya
data berubah dengan cepat (Sahabat, 2009) sehingga dapat melemahkan kekuatan
inovasi keuangan mungkin telah mengubah insentif perbankan menuju
pengambilan resiko (Hansel and Krahnen, 2007; Instefjord, 2005).
Dalam konteks perekonomian Indonesia, pengamatan terhadap peran faktor
risiko di sektor keuangan pada bekerjanya mekanisme transmisi kebijakan
moneter belum dilakukan secara mendalam. Goeltom et al. (2009) secara umum menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis empiris, persepsi risiko cukup
berperan dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia. Perbankan di
Indonesia umumnya mempunyai probabilitas kegagalan (default risk) lebih tinggi
diantara perusahaan industri lain (Manurung, 2005). Ini mengindikasikan
perbankan memiliki potensi risiko cukup tinggi yang timbul akibat penerbit
obligasi (emiten perbankan) tidak bisa melakukan kewajiban atas pembayaran
bunga atau kewajiban pokok pada saat jatuh tempo. Berdasarkan kondisi dan
kompleksitas Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan moneter, terdapat
permasalahan dampak asimetris dari kebijakan moneter (Doni dan Solikin, 2011).
Kondisi asimetris tersebut dipengaruhi oleh perilaku sektor keuangan yang
cenderung pro siklis dan jalur pengambilan resiko seperti yang dikemukakan oleh
Borio dan Zhu (2008).
Doni dan Solikin (2011) menyatakan bahwa pengelolaan stabilitas sektor
keuangan dan moneter masih menghadapi permasalahan rigiditas tingkat bunga
kredit, dalam artian perkembangan suku bunga pasar keuangan belum sepenuhnya
merespon perkembangan suku bunga kebijakan. Pengamatan menunjukan bahwa
bunga dasar kredit (SBDK) cenderung meningkat. Dimana didalam SBDK
terdapat unsur premi resiko perbankan.
Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan interaksi antara kebijakan
moneter dengan resiko bank dalam pengaruhnya terhadap bank lending channel. Di Indonesia peran sektor perbankan dalam sektor keuangan masih menjadi
sangat dominan sehingga sangat menarik memahami pengaruh perubahan risiko
sektor keuangan (terkhusus perbankan), karakteristik spesifik bank dan
interaksinya dengan kebijakan moneter terhadap penyaluran kredit perbankan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka judul yang diambil dalam penelitian ini
adalah “ANALISIS PENGARUH RESIKO PERBANKAN DAN KEBIJAKAN
MONETER TERHADAP KEMAMPUAN PERBANKAN DALAM
PENYALURAN KREDIT”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah resiko bank (rasio loan-loss provisions dan expected default frequency), karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan?
2. Apakah resiko bank (rasio loan-loss provisions dan expected default frequency), karakteristik spesifik bank (rasio capital, size, liquidity) berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan dengan suku bunga
1.3 Tujuan penelitian
Seperti yang telah dikatakan dalam perumusan masalah diatas maka, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menguji pengaruh resiko bank, karakteristik spesifik bank yang dimiliki
perbankan terhadap penyaluran kredit perbankan di Indonesia.
2. Menguji pengaruh resiko bank, karakteristik spesifik bank terhadap
penyaluran kredit perbankan dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
sebagai variabel moderasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit serta pada akhirnya
memberikan rekomendasi terhadap investor pasar keuangan guna menilai
kemampuan perbankan dan keinginan untuk menyalurkan pinjaman baru.
2. Regulator yaitu Bank Indonesia dapat menjadikan penelitian ini sebagai
pertimbangan indikator mikro dan makro ekonomi dalam menjalankan
transmisi kebijakan moneter.
3. Dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak perbankan sebagai rujukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan
bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral mempengaruhi
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai
tujuan akhir yang ditetapkan, yaitu pertumbuhan ekonomi dan inflasi (Warjiyo,
2004). Tahap awal mekanisme transmisi moneter dimulai dengan tindakan bank
sentral menggunakan instrumen moneter dalam melaksanakan kebijakan
moneternya. Tindakan tersebut bergerak melalui 6 saluran transmisi kebijakan
moneter, diantaranya saluran uang, kredit, suku bunga, nilai tukar, harga aset, dan
ekspektasi yang akan mempengaruhi kondisi keuangan dan aktivitas ekonomi.
Di bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap
perkembangan suku bunga, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha,
penanaman dana pada obligasi, saham maupun sekuritas lainnya. Sementara itu,
pada aktivitas ekonomi rill, kebijakan moneter mempengaruhi perkembangan
konsumsi, investasi, hingga pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang merupakan
sasaran akhir kebijakan moneter. Dalam pelaksanaannya, mekanisme transmisi
kebijakan moneter merupakan proses yang kompleks, oleh sebab itu dalam teori
ekonomi moneter sering disebut dengan ”black box” seperti digambarkan pada Gambar 2.1. Kompleksnya transmisi kebijakan moneter terutama dipengaruhi
lamanya tenggat waktu (lag) dalam pencapaian sasaran inflasi, serta terjadinya
perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter.
Gambar 2.1 Mekanisme Transmisi Moneter sebagai “Black Box”
2.1.2 Mekanisme Transmisi Melalui Jalur Kredit (Credit Channel)
Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit didasarkan
pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk uang beredar
oleh perbankan selalu disalurkan sebagai kredit kepada dunia usaha (Warjiyo,
2004). Intinya adalah fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan normal.
Interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam
tahapan proses perputaran uang dalam ekonomi, mekanisme transmisi moneter
melalui jalur kredit dapat dijelaskan melalui gambar 2.2
Penjelasannya adalah pertama dimulai dari interaksi antara bank sentral
dengan perbankan terjadi di pasar uang rupiah. Interaksi ini terjadi karena di satu
sisi bank sentral melakukan operasi moneter untuk pencapaian sasaran
operasionalnya baik berupa uang primer ataupun suku bunga jangka pendek,
sementara di sisi lain perbankan melakukan transaksi di pasar uang untuk
pengelolaan di pasar uang untuk pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini akan
mempengaruhi tidak saja perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar uang
tetapi juga besarnya dana yang akan dialokasikan bank-bank dalam bentuk
instrumen likuiditas maupun untuk penyaluran kreditnya (Andriyani, 2008). Jalur
kredit menekankan pentingnya pasar kredit dalam mekanisme transmisi kebijakan
moneter yang tidak selalu berada dalam kondisi keseimbangan yang disebabkan
oleh perilaku bank yang cenderung melakukan seleksi kredit. Penyeleksian
tersebut terjadi karena adanya asymetric information atau sebab-sebab lain. Dalam kaitan ini, terdapat dua jenis saluran kredit yang akan mempengaruhi transnmisi
moneter dari sektor keuangan ke sektor rill, yaitu jalur pinjaman bank (bank lending channel) dan jalur neraca perusahaan (balance sheet channel).
2.1.2.1Jalur Pinjaman Bank (Bank Lending Channel)
Jalur pinjaman bank menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi
keuangan bank baik pada sisi aset maupun liabilitasnya. Jika bank sentral
melakukan kebijakan moneter ekspansif, misalnya dengan menambah jumlah
uang beredar, maka suku bunga SBI akan turun. Penurunana ini akan menurunkan
kuantitas SBI dan sebaliknya akan meningkatkan deposito. Disebabkan oleh
turun, sehingga mengurangi tindakan moral hazard dan adverse selection oleh perusahaan. Keadaan ini akan mendorong peningkatan pinjaman/kredit untuk
perusahaan melakukan investasi yang pada akhirnya akan menigkatkan output.
Skema kebijakan moneter dalam bank lending channel digambarkan sebagai
berikut (Mishkin, 2001):
M ↑ → bank deposits↑ → bank loan↑ → investasi ↑ → output ↑ Ada dua hal yang menjadi syarat bagi berlakunya jalur ini, yaitu :
1. Kredit dan surat berharga bukan merupakan substitusi sempurna bagi
sebagian peminjam atau sebagian peminjam bergantung pada kredit
bank
2. Bank sentral harus mampu mempengaruhi ketersediaan kredit bank.
Kebijakan moneter akan memiliki efek yang lebih besar pada perusahaan
kecil dibandingkan pada perusahaan besar (Mishkin, 2001). Hal ini dikarenakan
perusahaan kecil lebih bergantung pada kredit bank, sedangkan perusahaan besar
dapat mengakses pasar modal secara langsung melalui penerbitan saham dan
obligasi.
2.1.2.2Jalur Neraca Perusahaan (Balance Sheet Channel)
Jalur neraca perusahaan menekankan pengaruh kebijakan moneter pada
kondisi keuangan perusahaan, dan selanjutnya mempengaruhi akses perusahaan
untuk mendapatkan kredit (Andriyani, 2008). Dalam jalur ini, jika bank Sentral
melakukan tindakan kebijakan moneter yang ekspansif, maka suku bunga di pasar
uang akan turun, lalu mendorong harga saham mengalami peningkatan. Sejalan
disebabkan meningkatnya harga equity yang selanjutnya akan mengurangi tindakan adverse selection dan moral hazard oleh perusahaan. Kondisi ini mendorong peningkatan pemberian kredit oleh bank, selanjutnya meningkatkan
investasi, dan pada akhirnya meningkatkan output. Jalur tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut (Mishkin, 2001):
M ↑ → P equity ↑ → adverse selection dan moral hazard ↓ → Lending ↑ →
investasi ↑ → output ↑
2.1.3 Resiko Bank
Escandon dan Diaz-Bautista (2000) melakukan pengembangan model
teoritis untuk memasukan peran risiko sektor keuangan khususnya dari sektor
perbankan dalam menganalisis keberadaan jalur risiko dalam mekanisme
transmisi kebijakan moneter. Model yang dikemukakan oleh kedua peneliti
tersebut mengandung makna yaitu kondisi keseimbangan dalam pasar kredit
perbankan ditunjukkan melalui mekanisme penyesuian tingkat bunga kredit. Pada
sisi permintaan kredit ditentukan oleh tingkat bunga kredit perbankan, tingkat
bunga pasar pada bonds, tingkat perekonomian riil, dan risiko kredit dari sisi
permintaan sedangkan dari sisi penawaran kredit perbankan dipengaruhi oleh
tingkat bunga kredit perbankan, tingkat bunga pasar bonds dan tingkat risiko
alokasi kredit perbankan. Dalam analisisnya Escandon dan Diaz-Bautista tidak
menjelaskan landasan teoritis untuk memasukan variabel risiko permintaan dan
penawaran kredit dalam modelnya. Penjelasan lebih lanjut untuk menjustifikasi
kredit perbankan yang kemudian berinteraksi dengan kebijakan moneter
dikembangkan oleh Freixas dan Jorge (2008).
Guncangan eksogen yang bersumber pada perubahan risiko dari penawaran
dan permintaan kredit perbankan dalam model Escandon dan Diaz-Bautista
memiliki implikasi penting terhadap perekonomian yang ditransmisikan melalui
pergeseran kondisi keseimbangan dalam pasar kredit perbankan. Jika terjadi
peningkatan risiko yang dihadapi oleh perbankan, maka risiko di sisi penawaran
kredit perbankan akan meningkat, meningkatkan biaya kredit perbankan, sehingga
menurunkan tingkat produksi (PDB atau output) perekonomian dalam jangka
panjang.
Menurut Altunbas et al. (2009), posisi resiko bank dari jenis resiko
kreditnya dapat dilihat dari 2 faktor ,yaitu:
• Loan-Loss Provisons (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
Sebagai bagian dari dari manajemen resiko kredit, maka bank diwajibkan
mencadangkan biaya provisi sebagai cadangan penempatan investasi atau
pinjaman yang disebut juga sebagai beban atau Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) atau Loss-Loss Provisons (LLP), yang ditentukan besarnya berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria
umum, besarnya biaya ini mencerminkan besarnya penempatan dan
permasalahan yang ada pada investasi dan pinjaman. Semakin buruk
kualitas investasi atau pinjaman, maka semakin besar pula biaya
penghapusan aktiva produktif.
Perhitungan risiko kegagalan perusahaan dimulai oleh Merton pada tahun
1974 dengan menggunakan Model Black-Scholes (Model BS). Merton menyatakan bahwa kegagalan perusahan dapat diestimasi dengan
menggunakan indikator total asset, ekuitas dan hutang perusahaan.
Hutang yang semakin besar dan aset yang tidak mampu membayar
hutang tersebut mengakibatkan perusahaan gagal melakukan pembayaran
hutang tersebut. Model Merton dimodifikasi dan dikembangkan oleh
Oldrich Vasicek dan Stephen Kealhofer dikenal dengan model VK.
Model ini menyatakan bahwa nilai ekuitas perusahaan adalah sebuah
nilai opsi perpetual dengan adanya titik default yang mengabsorb barrier
untuk nilai aset perusahaan. Ketika aset menyentuh titik default,
perusahaan diasumsikan menjadi default. VK model dikembangan oleh
KMV dikenal dengan KMV model. Model ini menghitung Expected Default Frequency (EDF) yaitu probabilitas kegagalan selama tahun-tahun mendatang atau tahun-tahun untuk perusahaan yang obligasinya
diperdagangkan (Manurung, 2005).
2.1.4 Karakteristik Spesifik-Spesifik bank
Athanasoglou et al. (2005) mengemukakan bahwa karakteristik spesifik-spesifik bank merupakan faktor-faktor yang berasal dari kondisi internal
perusahaan yang dilihat dari neraca dan laporan laba rugi bank. Karakteristik
spesifik-spesifik bank ini dapat dilihat dari tingkat permodalan bank (kapital),
Size menunjukkan skala usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Size atau
ukuran perusahaan terlihat dari dari jumlah aset atau aktiva perusahaan,
bertambahnya aktiva perusahaan menunjukkan bertambah besar investasi
yang dilakukan.
• Liquidity (Likuiditas)
Terdapat berbagai berbagai teori mengenai manajemen likuiditas, salah
satunya adalah the shiftability theory (teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan). Teori ini menjelaskan likuiditas suatu bank tergantung
pada kemampuan bank tersebut untuk memindahkan aktivanya ke
pihak/orang lain dengan harga yang dapat diramalkan. Bank sentral
biasanya melakukan suatu tindakan membeli surat-surat berharga dari
semua bank pada saat perbankan meningkatkan likuiditasnya. Teori ini
umunya cukup efektif terhadap negara-negara yang pasar uangnya sudah
cukup berkembang dan kegiatan operasi terbuka oleh bank sental sudah
berjalan dengan baik.
• Capital (Modal)
Bank memiliki modal (equity) yang sangat kecil dibandingkan dengan total asetnya, karena itu bank dikatakan memiliki tingkat financial leverage yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan jenis industri lain. Modal bank terdiri dari modal disetor dan hasil akumulasi dari laba
2.1.5 Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
Bank Indonesia selaku otoritas moneter dan pengawas perbankan didorong
oleh terjadinya krisis 1997 yang menunjukkan bahwa industri perbankan belum
memiliki kondisi yang kuat sehingga bank Indonesia membuat sebuah konsep
yang disebut Asitektur Perbankan Indonesia (API). API mengadopsi pedoman
industri perbankan yang dikeluarkan oleh BCBS (Basel Commite on Banking Supervision) yang berada di Basel, Swiss. Konsep API mempumyai enam pilar, yaitu : (1) struktur perbankan yang sehat; (2) sistem pengaturan yang efektif; (3)
sistem pengawasan yang independen dan efektif; (4) industri perbankan yang
kuat; (5) infrastruktur pendukung yang mencukupi; dan (6) perlindungan
konsumen.
Sesuai ketentuan bank sentral yang tertera dalam API, perbankan
diwajibkan untuk menambah modal inti secara bertahap. Tahap pertama pada
akhir 2007, bank harus bermodal minimal Rp 80 miliar dan akhir tahun 2010
minimal Rp 100 miliar. Persyaratan modal minimal Rp 100 miliar tersebut
sebenarnya masih kecil bila dibandingkan dengan best pratices di beberapa negara Asia lainnya. Tingkat permodalan bank-bank di Indonesia saat ini masih lemah
sehingga dalam jangka panjang perlu ditingkatkan secara bertahap. Di lain hal
didapati bank-bank kecil masih lemah dari segi kinerja operasional.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
• Alfaro, Garcia, dan Jara (2004) dalam studinya berjudul Bank Lending
digunakan untuk menguji keberadaan transmisi kebijakan moneter adalah
analisis data panel dari bank yang digunakan untuk mengidentifikasi
perubahan penawaran kredit bank akibat perubahan kebijkan moneter dengan
tetap memperhatikan perbedaan karakteristik bank dalam hal likuiditas,
ukuran bank, dan kapitalisasi bank. Variabel dependen terdiri dari
pertumbuhan tahunan jumlah pinjaman kredit, komersil dan konsumsi.
Variabel moderating terdiri variabel makro ekonomi termasuk didalamnya
tingkat suku bunga sebagai penanda kebijakan moneter. Variabel
independennya adalah karakteristik spesifik bank. Hasil pengujian
pendekatannya menunjukkan bahwa jalur pinjaman bank (bank lending
channel) terjadi di negara Chile dan bahwa tingkat likuiditas, ukuran, dan
kapitalisasi bank berpengaruh terhadap penyaluran kredit yang terdiri dari
pinjaman komersil dan konsumsi.
• Dalam studinya yang berjudul Financial Regulation and the Bank Lending
Channel in Developing Countries: The Case of Indonesia, Agung (1998) didalam salah satu dari bagian penelitiannya hendak meneliti apakah
kebijakan moneter berpengaruh terhadap struktur neraca perbankan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan vektor autoregressive (VAR) terhadap data disagregat neraca bank dan dengan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia sebagai indikator kebijakan moneter. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kebijakan moneter secara signifikan dapat
mempengaruhi struktur neraca bank secara keseluruhan. Agung (1998) juga
channel hanya terjadi pada ukuran bank-bank yang lebih kecil (bank-bank
swasta) dari pada bank-bank besar milik pemerintah disebabkan adanya akses
terhadap sumber dana asing dan kepemilikan line commitment yang dimiliki bank pemerintah tersebut.
• Penelitian Ridho (2007) yakni Pengaruh Konsentrasi Pasar Terhadap
Efektivitas Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Pinjaman Bank di
Indonesia. Penelitiannya hendak membuktikan bank lending channel sebagai salah satu saluran transmisi kebijakan moneter di Indonesia dan pengaruh
kebijakan moneter terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Variabel-variabel
yang digunakan hampir sama dengan penelitian Alfaro et al. (2004) Hasil dari
penelitiannya antara lain :
1. Bank lending channel terjadi di Indonesia, setidaknya pada periode
observasi yang digunakan. Hal ini ditunjukkan oleh pengaruh negatif dari
variabel kebijakan moneter terhadap variabel penyaluran kredit, yang
berarti bahwa pada saat kontraksi moneter penawaran kredit perbankan
akan mengalami penurunan, sementara ekspansi moneter akan
meningkatkan penawaran kredit perbankan.
2. Konsentrasi industri memiliki pengaruh yang negatif terhadap output
perbankan dalam bentuk kredit sesuai dengan teori. Sedangkan untuk
karateristik spesifik-spesifik bank yaitu pertama, modal berpengaruh
secara positif terhadap kredit bank, yang menandakan bahwa modal
dapat digunakan bank untuk menanggung resiko dari operasional bank.
menunjukkan bahwa semakin besar bank, semakin baik pula fungsi
intermediasi yang dijalankan bank tersebut.
3. Koefisien variable size yang dimoderasikan dengan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bernilai negatif, yang berarti bahwa
kebijakan moneter melalui bank lending channel akan lebih efektif pada
bank-bank besar, dan koefisien variable modal dimoderasikan dengan
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia bernilai positif, yang berarti bahwa
kebijakan moneter melalui bank lending channel akan lebih efektif pada
bank dengan modal kecil (dalam hal ini modal dibawah Rp 100 milyar).
• Penelitian Altunbas, Gambacorta dan Marquez (2009) yakni Bank Risk and Monetary Policy. Penelitiannya mengenai dampak resiko bank terhadap kemampuan perbankan untuk melindungi penyaluran kredit dari pengaruh
perubahan kebijakan moneter. Dengan enam variabel independen terhadap
satu variabel dependen dengan satu variabel moderating, untuk melihat dan
membuktikan pengaruh probabilitas kegagalan, loan-loss provisions, capital, likuiditas dan ukuran perusahaan, GDP terhadap penyaluran kredit dengan
kebijakan moneter sebagai variabel moderating. Hasil penelitian terhadap
hipotesis yang dilakukan adalah sama yakni resiko bank yang rendah dapat
lebih baik melindungi penyaluran kredit bank dari gunjangan kebijakan
moneter. Dilain hal, resiko bank yang terdiri dari probabilitas kegagalan dan
capital) memiliki pengaruh positif dan untuk ukuran bank berpengaruh
negatif terhadap penyaluran kredit.
• Selanjutnya Freixas dan Jorge (2008), mengembangkan model teoritis
bekerjanya mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui risiko dengan
menggunakan pendekatan partial equilibrium dalam pasar uang antar bank.
Secara garis besar dalam model ini dijelaskan kebijakan moneter yang
dijalankan oleh Bank Sentral akan mempengaruhi ketersediaan likuiditas di
pasar uang antar bank, selanjutnya memaksa bank yang kekurangan likuiditas
merasionalisasi kredit yang diberikan kepada nasabahnya (terjadi credit rationing), sehingga akan menyebabkan peningkatan ataupun penurunan produksi di sektor riil. Informasi yang tidak sempurna dalam pasar uang antar
bank merupakan sumber munculnya risiko yang ada dalam pasar uang antar
bank. Model teoritis ini memberikan justifikasi bekerjanya mekanisme
transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan tanpa harus
menggunakan asumsi tidak ada perilaku credit rationing dalam pasar kredit
perbankan.
• Penelitian Doni dan Solikin (2011) yaitu Perilaku Resiko Dalam Mekanisme
Transmisi Kebijakan Moneter. Kesimpulan pokok yang dihasilkan dari
penelitian ini adalah bahwa persepsi risiko pelaku ekonomi dan tingkat risiko
di sektor perbankan memiliki peran yang signifikan dalam mentransmisikan
kebijakan moneter melalui jalur kredit di Indonesia. Variabel persepsi risiko
pelaku ekonomi dan tingkat risiko di sektor perbankan saat berinteraksi
kebijakan moneter yang longgar. Stance kebijakan moneter yang longgar
dapat merupakan sinyal bagi pelaku ekonomi di sektor perbankan sebagai
kondisi perekonomian sedang menuju perkembangan yang kurang baik.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual tersebut menjelaskan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen yang dimoderasi dengan variabel moderating. Melalui
jalur kredit diyakini bahwa kebijakan moneter bisa mempengaruhi perkonomian
melalui penawaran kredit dari sektor perbankan atau bank lending channel. Peran
risiko sektor keuangan khususnya dari sektor perbankan mempunyai pengaruh
dalam menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme risiko
berperan sebagai faktor pendorong dan penarik dari ekspansi kredit perbankan.
Perbankan di Indonesia umumnya mempunyai expexted default frequency lebih tinggi diantara perusahaan industri lain (Manurung, 2005). Sehingga dengan
tinggiya EDF akan mempengaruhi penyaluran kredit perbankan tersebut. Variabel
Resiko Bank :
- Expected Default Frequency
- Loan-Loss Provisons
Karakteristisk Spesifik Bank : - Capital to asset ratio
- Liquidity
- Size
Penyaluran kredit bank (Bank Lending Channel)
resiko berinteraksi dengan kebijakan moneter sebagai komponen yang
mempengaruhi penyaluran kredit perbankan, penjelasan akan pernyataan ini
terdapat pada hasil penelitian Doni dan Solikin (2011). Posisi resiko lain yaitu
loan-loss provisions mempunyai pengaruh terhadap penyaluran kredit bank. Pengaruh tersebut berdasarkan hasil penelitian Altunbas et al. (2009) yang
menyatakan bahwa keberisikoan dari portofolio kredit memiliki pengaruh negatif
pada kemampuan bank untuk memberikan pinjaman. Faktor lainnya sama,
semakin tinggi loan-loss provisions (LLP) maka akan mengurangi keuntungan, permodalan bank dan, karenanya, memiliki konsekuensi negatif pada pasokan
kredit. LLP memiliki makna sebagai persentase dari kredit di dalam menilai
resiko kredit.
Karakteristik spesifik bank juga memiliki hubungan terhadap bank lending channel dengan kebijakan moneter sebagai variabel interaksi. Sesuai penelitian Ridho (2007) yakni, modal pengaruhnya positif terhadap kredit bank, yang
menandakan bahwa modal dapat digunakan bank untuk menanggung resiko dari
operasional bank. Kedua, ukuran bank memiliki pengaruh yang positif, yang
berarti bahwa semakin besar bank, semakin baik pula fungsi intermediasi yang
dijalankan bank tersebut. Berhubungan dengan likuiditas, penelitian Altunbas et
al. (2009) menyatakan bahwa pengaruh likuiditas pada penyaluran kredit
mengandung arti bank yang likuid lebih berkesempatan untuk memperluas
pinjaman atau kreditnya. Kebijakan moneter mempengaruhi struktur neraca bank
secara keseluruhan (Agung, 1998), artinya terdapat interaksi antara karakteristik
spesifik-spesifik bank merupakan faktor-faktor yang berasal dari kondisi internal
perusahaan yang dilihat dari neraca dan laporan laba rugi bank. Hal pendukung
lainnya, penelitian oleh Agung (1998) yang menyatakan bahwa efek kebijakan
moneter terhadap jalur pinjaman bank lebih kuat untuk bank-bank yang bermodal
rendah. Dan juga transmisi kebijakan moneter melalui bank lending channel
hanya terjadi pada ukuran bank-bank yang lebih kecil (bank-bank swasta) dari
pada bank-bank besar milik pemerintah.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan empiris di atas, maka hipotesis penelitian
yang dapat dirumuskan adalah:
H1: Resiko bank dan karakteristisk spesifik bank berpengaruh terhadap
penyaluran kredit bank.
H2: Resiko bank dan karakteristisk spesifik bank berpengaruh terhadap
penyaluran kredit bank dengan kebijakan moneter sebagai variabel moderasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel
dengan variable lainya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara lima variabel
independen terhadap satu variabel dependen dengan satu variabel moderating,
untuk melihat dan membuktikan pengaruh probabilitas kegagalan, loan-loss provisions, capital, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap penyaluran kredit dengan kebijakan moneter sebagai variabel moderating.
3.2 Batasan Operasional
Batasan Penelitian dalam penulisan penelitian ini antara lain :
1. Penelitian akan difokuskan pada bank umum konvensional yang beroperasi di
Indonesia. Hal ini dikarenakan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank
umum konvensional jauh lebih besar daripada jumlah kredit yang disalurkan
oleh lembaga keuangan lainnya.
2. Penelitian ini menggunakan data yang didapat dari Bank Indonesia selama 6
tahun berturut-turut, yaitu periode 2007-2012.
3. Bank umum konvensional yang mempunyai daftar obligasi di Indonesia Bond
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum konvensional di Indonesia
tahun 2007-2012. Bank tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan di
publikasikan. Jumlah populasi bank umum konvensional di Indonesia ada
sebanyak 120 bank.
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Dalam menentukan jumlah sampel terdapat beberapa kriteria yang
digunakan, yaitu:
1. Bank tersebut mempublikasikan laporan keuangan yang lengkap selama
periode pengamatan (tahun 2007-2012).
2. Bank memiliki minimal 3 tahun data laporan keuangan yang dipublikasikan.
Hal ini dikarenakan perbandingan rasio untuk beberapa tahun, misal: 3 tahun,
akan menunjukkan angka rasio yang lebih berarti dibanding angka rasio 1
tahun saja.
3. Perusahaan merupakan bank yang mempunyai rating obligasi yang baik, yaitu
idA, idA- dan idAA-.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel perusahaan berjumlah
11 bank dengan 6 tahun pengamatan. Daftar perusahaan yang menjadi sampel
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Konvensional yang Menjadi Sampel Penelitian Tahun 2007-2012
Sumber : Bond Indonesia Pricing Agency
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data bank umum
konvensional dalam bentuk angka selama periode tahun 2007-2012 yang
bersumber dari Laporan Keuangan Publikasi Ba
untuk data obligasi diperoleh dari Indonesia Bond Pricing Agency atau Penilai
Harga Efek Indonesia yaitu berupa harga obligasi (face value), tahun terbit dan jatuh tempo. Data yang terkumpul dibuat dalam bentuk data panel yaitu data campuran antara cross section dan time series.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Variabel dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyaluran
kredit bank yang diukur dari perbandingan antara total kredit pada tahun
tertentu dibagi total aset tahun tersebut :
BANK OBLIGASI FACE VALUE TAHUN TERBIT JATUH TEMPO
BANK BRI 2,000,000,000,000 2009 2014
BANK RIAU 500,000,000,000 2011 2016
BANK DANAMON 921,000,000,000 2010 2015
BANK MANDIRI 100,000,000,000 2009 2016
BANK PERMATA 1,750,000,000,000 2011 2018
BANK CIMB 1,320,000,000,000 2011 2016
BANK BII 980,000,000,000 2012 2015
BANK PANIN 540,000,000,000 2010 2015
BANK VICTORIA 200,000,000,000 2012 2017
BANK DKI 300,000,000,000 2011 2018
Pertumbuhan kredit ( ln)= Kredit x 100% Total Aset
2. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Capital-to-asset ratio
Primary ratio (capital-to-asset ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh
mana penurunan yang terjadi dalam total asset dapat ditutupi oleh capital equity (dalam Kishan and Opiela, 2000; Van den Heuvel, 2002).
Ukuran Modal (CAP)=Capitalx 100%
Total Assets
b. Liquidity
Likuiditas merupakan rasio manajemen liabilitasnya dengan aset bank (Stein,
1998):
Liquidty Ratio (LIQ)=Securities and other liquid Assetsx 100%
Total Assets
c. Size
Ukuran bank merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan diproxykan dengan nilai
logaritma natural dari total assets (Kashyap and Stein, 1995). Dihitung dengan formulasi :
Size= Ln Total Assets
d. Loan-Loss Provision
yang terdapat dari laporan keuangan harus di buat menjadi rasio (Ariska,
2008) dengan rumus sebagai berikut:
Loan-Loss Provisions (LLP) = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktifx100% Total Aset
e. Expected Default Frequency
Probabilitas Kegagalan (EDF) merupakan peluang dimana nilai total aset
perusahaan menjadi kurang dari nilai harga obligasi pada saat jatuh tempo
(Asdriargo, 2012).
Keterangan
V0: nilai total asset perusahaan pada saat awal perjanjian (t=0)
B : nilai utang muka(face value) atau nilai obligasi
r : suku bunga bebas resiko
Ϯ : waktu hingga jatuh tempo
Ф : distribusi normal kumulatif
σ : volatilitas aset
3. Variabel Moderating
Variabel yang mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen disebut dengan variabel
moderasi (moderating variabel). Variabel moderating yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia ( iM,t-1)
Indonesia ditentukan oleh bank penerbit, yaitu Bank Indonesia. Karena
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berubah-ubah setiap bulannya,
maka tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia ditentukan dengan
rata-rata perbulan (Natanael, 2011).
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi, yaitu laporan keuangan yang telah dipublikasikan dalam
periode pengamatan kemudian dikumpulkan, dicatat dan dikaji.
3.7 Teknik Analisis
Terdapat beberapa tahap yang harus dipenuhi dalam menganalisis pengaruh
resiko bank dan kebijakan moneter terhadap penyaluran kredit bank. Penelitian ini
menggunakan program Eviews 6.0. Adapun langkah-langkah analisisnya ialah:
1. Menyeleksi bank umum konvensional dari daftar Indonesia Bond Pricing Agency.
2. Melakukan rekap data penyaluran kredit, Capital-to-asset ratio, likuiditas, ukuran bank, loan-loss provisions, probabilitas kegagalan, dan tingkat suku bunga SBI.
3. Melakukan analisis statistik deskriptif. Penyajian data statistik deskriptif melalui tabel. Pada statistik deskriptif terdapat perhitungan modus, median,
mean (pengukuran tendensi sentral), standar deviasi, nilai maksimum dan
minimum, jumlah observasi.
persoalan mengenai ketersediaan data yang digunakan untuk mewakili
variabel yang digunakan dalam penelitian. Tujuan penggunaan data panel
untuk memperpoleh hasil estimasi yang lebih baik (efisien) dengan terjadinya
peningkatan jumlah observasi yang berimplikasi terhadap peningkatan
derajat kebebasan (degree of freedom). Selain itu, keunggulan dari data panel adalah mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit
dengan mengizinkan variabel spesifik-individu. Kemampuan mengontrol
heterogenitas individu ini pada gilirannya membuat data panel dapat
digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku yang lebih
kompleks.
Dalam analisa model data panel dikenal, tiga macam pendekatan yang
terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect) dan pendekatan efek acak (random effect).
a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square Model)
Pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel
adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil yang diterapkan
dalam data yang berbentuk pool. Kemudian data tersebut diregresikan dengan metode OLS. Kelemahan terbesar dalam pendekatan metode
kuadrat terkecil tersebut adalah asumsi intercept dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar daerah maupun antar
waktu sehingga metode ini tidak realistis.
b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)
dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect). Pendekatan ini mengandung arti generalisasi secara umum yang dilakukan dengan
memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit
cross section maupun antar waktu (Ridho, 2007). Dengan kata lain, model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan. Sementara itu,
slope koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu (Pratomo dan Hidayat, 2007 : 167). Kelemahan metode ini yaitu dengan
adanya penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi
banyaknya degree of freedom yang ada dan akhirnya akan
mempengaruhi koefisien dari parameter yang diestimasi.
c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)
Model data panel dengan pendekatan ketiga yaitu model efek acak
. Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar
individu maupun antar waktu dimasukkan kedalam error term. Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat menghemat pemakaian
derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model
efek tetap (Ridho, 2007). Hal ini berimplikasi bahwa parameter yang
merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin efisien.
Penelitian ini menggunakan model fixed effect, sebab model ini memiliki keunggulan mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang
variabel bebas (Ridho, 2007) dan juga berdasarkan uji Redundant Fixed Effect. Berikut ini adalah model fixed effect tanpa variabel moderating :
ln(Loans) i,t= α + β1SIZEi,t+ β2LIQi,t+ β3CAPi,t+ β4LLPi,t+ β5EDFi,t+ €
Keterangan :
ln(Loans) i,t= tingkat penyaluran kredit bank
SIZEi,t = log total aset bank
CAPi,t= rasio capital terhadap total asset
LIQi,t = rasio likuiditas
LLPi,t=rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap total aset
EDFi,t= probabilitas kegagalan
€= error term
i= menunjukkan jumlah bank dalam sampel (unit cross-section)
t=menunjukkan penanda waktu (unit time series)
5. Pengujian Redundant Fixed Effect terhadap model regresi data panel.
Redundant Fixed Effect Test merupakan pengujian metode regresi untuk mengetahui apakah metode FEM baik digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan uji Redundant Fixed Effects – Likelihood Ratio. Berdasarkan hasil uji Redundant Fixed Effect yang dilakukan, apabila diperoleh nilai chi-square signifikan pada tingkat signifikansi 5%, maka dengan demikian dapat disimpulkan model sesuai digunakan dengan metode
Fixed Effect.
6. Pengujian uji asumsi klasik.
Pada permasalahan multikolinearitas dan autokorelasi, proses
panel tidak jauh berbeda, sedangkan untuk permaslahan heteroskedastisitas
terdapat perbedaan yang cukup besar (Ridho, 2007).
a. Multikolinearitas
Model regresi dikatakan terkena multikolinearitas apabila terjadi
hubungan linear yang sempurna diantara beberapa variabel atau semua
variabel bebas dari suatu model regresi. Dapat disimpulkan,
multikolinearitas terjadi pada regresi berganda yang melibatkan lebih dari
dari satu variabel independen. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan
mengkorelasikan antar variabel. Pengambilan keputusannya adalah jika
hasil korelasi antar variabel independen dibawah 0,9 maka tidak terjadi
multikolinearitas.
b. Autokorelasi
Autokorelasi dalam konteks regresi adalah suatu gejala dimana
terdapat korelasi antara error term sekarang dengan error term periode sebelumnya. Autokorelasi biasanya terjadi pada data time series namun dapat juga terjadi pada jenis data cross section. Menurut Pratomo dan Hidayat (2007), bahwa dalam metode FEM (fixed effect model) diasumsikan bebas dari autokorelasi, maka pengujian autokorelasi dapat
diabaikan.
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu
heteroskedastisitas di uji dengan motode cross-section weighting, dimana jika nilai R2 dari weighted statistics yang lebih besar dari pada R2
unweighted statistics square menunjukkan adanya heteroskedastisitas. Jika terdapat masalah heteroskedastisitas, maka dengan metode cross-section weighting masalah sudah teratasi.
7. Test Goodness of Fit
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan suatu nilai untuk
menginformasikan seberapa besar kemampuan variabel independen secara
bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen.
Besarnya koefisien determinasi adalah 0 < R² < 1 dimana semakin
mendekati 1 maka penjelasan variabel bebas terhadap variabel terikat
semakin besar.
b. Uji F-statistik (Uji Secara Simultan)
Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah koefisien regresi
dari variabel independen secara bersama-sama signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
Bentuk pengujiannya sebagai berikut:
1. Jika F-hitung < F-tabel, artinya variabel independen secara
bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai F-hitung > F-tabel, artinya variabel independen secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
c. Uji T-statistik (Uji Parsial)
Uji t-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah koefisien regresi
dari masing-masing variabel independen secara simultan signifikan
mempengaruhi variabel dependen, dengan menganggap variabel bebas lain
adalah konstan.
Bentuk pengujiannya sebagai berikut:
1. Jika nilai t-hitung < t-tabel, artinya variabel independen secara parsial
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai t-hitung > t-tabel, artinya variabel independen secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
8. Melakukan pengolahan regresi variabel moderasi dengan metode residual. Terdapat 3 metode dalam penggunaan regresi variabel moderasi.
Penelitian ini menggunakan metode residual, dimana pengerjaannya lebih
rumit dibandingkan dengan metode interaksi dan selisih mutlak namun
metode ini terbebas dari gangguan multikolinearitas karena hanya
menggunakan satu variabel independen.
Dengan model residual menggunkan metode FEM maka persamaan
regresinya dapat diformulasikan sebagai berikut :
Zi,t = a + b1Xi,t +e
|e| i,t = a + b1Yi,t
Keterangan :
Z = Variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi
X = Variabel independen
|e| = Nilai residual mutlak
i= menunjukkan jumlah bank dalam sampel (unit cross-section)
t=menunjukkan penanda waktu (unit time series)
Analisis regresi dengan metode residual dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
a. Meregresikan variabel independen (X) terhadap variabel yang
dihipotesiskan sebagai variabel moderasi (Z) untuk mendapatkan nilai
residual.
b. Menghitung nilai mutlak residual dari persamaan regresi variabel
independen (X) terhadap variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel
moderasi (Z) untuk mendapatkan nilai |e|.
c. Meregresikan variabel dependen (Y) terhadap nilai mutlak residual yang di
dapat dari persamaan regresi variabel independen (X) terhadap variabel
yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi (Z) atau |e|.
d. Menarik kesimpulan uji moderasi dengan kriteria : jika koefisien regresi
variabel dependen (Y) bernilai negatif dan signifikan terhadap nilai mutlak
residual |e|, maka variabel yang dihipotesiskan sebagai moderasi
dinyatakan memoderasi hubungan antara variabel independen (X) terhadap
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif
Tabel 4.1 dibawah ini adalah statistik deskriptif dari variabel penelitian.
Hasil pengujian statistik deskriptif diperoleh dari 11 bank yang dijadikan sampel
dengan 6 tahun pengamatan, sehingga pengolahannya berbentuk data panel
dengan total sampel penelitian 66. Nilai minimum, median, maksimum, rata-rata,
standar deviasi dari masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1
Deskripsi Variabel Penelitian
SIZE? LIQ? CAP? LLP? EDF? I? LN?
Mean 17.71 95.02 10.59 1.90 7.96E-05 7.06 57.35 Median 18.01 96.58 10.18 1.82 2.31E-42 6.93 58.77 Maximum 20.15 99.97 16.91 4.99 0.002103 9.11 76.72 Minimum 14.49 74.79 6.39 0.65 8.30E-306 4.41 26.48 Std. Dev. 1.52 4.70 2.72 0.73 0.000317 1.57 10.87
Observations 66 66 66 66 66 66 66
Cross sections 11 11 11 11 11 11 11
Sumber: Hasil Olahan Data Eviews, Lampiran 3
Berdasarkan tabel 4.1 diatas bank mandiri tahun 2012 merupakan bank yang
paling besar ukuran perusahaannya dibandingkan dengan bank lain, dengan nilai
ukuran perusahaan 20.15% sedangkan bank dengan ukuran perusahaan terkecil
adalah bank lampung dengan nilai 14.49% pada tahun 2007. Ukuran perusahaan