• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Ekstrak Kasar Daun Pala Sebagai Bahan Anestesi Pada Simulasi Transportasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Ekstrak Kasar Daun Pala Sebagai Bahan Anestesi Pada Simulasi Transportasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

1

EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN PALA SEBAGAI

BAHAN ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI

IKAN BAWAL AIR TAWAR (

Colossoma macropomum

)

VIDYATAMI HANUM PRATIWI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)
(3)

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Efektivitas Ekstrak Kasar Daun Pala sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” adalah benar merupakan karya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Vidyatami Hanum Pratiwi NIM C34110023

(4)
(5)

5

ABSTRAK

VIDYATAMI HANUM PRATIWI. Efektivitas Ekstrak Kasar Daun Pala sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan PIPIH SUPTIJAH.

Bahan anestesi yang digunakan pada metode transportasi sistem kering ini adalah daun pala (Myristica fragrans). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak kasar daun pala yang dikombinasikan dengan perlakuan suhu dan waktu pemingsanan terbaik, serta kelulusan hidup ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) pada transportasi sistem kering. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 1%, 3%, dan 5% (b/v). Konsentrasi optimal yang diperoleh adalah 3%, dengan waktu pingsan 2 menit 32 detik dan waktu sadar 3 menit 46 detik. Perlakuan suhu dan waktu pemingsanan yang digunakan yaitu 15 ºC dan 17 ºC selama 60, 90, 120, 150, dan 180 menit. Hasil terbaik tanpa simulasi yang diperoleh yaitu suhu 17 ºC dengan tingkat kelangsungan hidup 100% hingga menit ke-120. Simulasi transportasi menggunakan media serbuk gergaji, lama waktu yang diujikan yaitu 150 dan 180 menit. Hasil terbaik setelah simulasi transportasi yaitu simulasi dengan lama waktu 150 menit yang memiliki tingkat kelulusan hidup 93%.

Kata kunci: anestesi, ekstrak daun pala, ikan bawal, transportasi sistem kering

ABSTRACT

VIDYATAMI HANUM PRATIWI. The Effectivity of Nutmeg Leaves Crude Extract as Anesthetic Substance in Transport Simulation to the Tambaqui

(Colossoma macropomum). Supervised by RUDDY SUWANDI and PIPIH SUPTIJAH.

Anesthetic substance which was used in this dry system transportation method was nutmeg leaves (Myristica fragrans) extract. The aim of this research was to determine the concentration of crude extract of nutmeg leaves combained with the best temperature and time of unconscious treatment, as well as the survival rate of tambaqui (Colossoma macropomum) in dry system transportation. The concentration of the extract used were 1%, 3%, and 5% (b/v). The optimal concentration was 3%, with unconscious time was 2 minutes 32 seconds and conscious time was 3 minutes 46 seconds. In addition, the treatment of temperature and unconscious time used were 15 ºC dan 17 ºC for 60, 90, 120, 150, and 180 minutes. The best result without simulation was obtained by the temperature 17 ºC with a survival rate of 100% up to 120 minutes. Moreover,

transport simulation used sawdust media, the tested time were 150 and 180 minutes. The best simulation was 150 minutes which was had 93% survival

rate.

(6)
(7)

7

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

9

EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN PALA SEBAGAI

BAHAN ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI

IKAN BAWAL AIR TAWAR (

Colossoma macropomum

)

VIDYATAMI HANUM PRATIWI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(10)
(11)
(12)
(13)

13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Kasar Daun Pala sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelsaikan studi di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1 Dr Ir Ruddy Suwandi MS MPhil dan Dr Dra Pipih Suptijah MBA selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan, motivasi dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian.

2 Dr Mala Nurilmala SPi MSi selaku dosen penguji yang telah bersedia menyediakan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingannya.

3 Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Tekonolgi Hasil

Perairan.

4 Dr Ir Iriani Setyaningsih MS selaku Ketua Komisi Pendidikan Departemen

Teknologi Hasil Perairan

5 Seluruh dosen dan staf Departemen Teknologi Hasil Perairan, terimakasih atas bimbingan, arahan, kerja sama, dan ilmu pengetahuan yang diberikan.

6 Kedua orang tua (M. Teguh Totoyuwono dan Wantini), adik (Ahmad Suluh

Purusotama), dan kerabat dekat (Andi Eriec Chalil) yang telah mendukung,

mendoakan, memotivasi, dan memfasilitasi penulis dalam menjalankan penelitian.

7 Seluruh keluarga besar mahasiswa THP 48 yang telah banyak membantu, memberikan dukungan, saran, dan semangat kepada penulis.

8 Saeful Bahri yang banyak menghibur, memberikan motivasi, wejangan, kritik dan saran selama penelitian.

9 Keluarga Bonsai (Nadia, Diah, dan Dihar) atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian, dan kebersamaaanya saat suka duka selama ini.

10 Mas Ipul Fans Club (Fitri, Ulfa, Mely, Nisa, dan Mang Idan) yang telah banyak membantu, bertukar pikiran, dan warnai hari-hari selama penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini memiliki banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, September 2015

(14)
(15)

15

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 3

Waktu dan Tempat ... 3

Bahan dan Alat ... 3

Prosedur Penelitian ... 3

Penelitian Pendahuluan... 4

Penelitian Utama Tahap I ... 5

Penelitian Utama Tahap II ... 6

Prosedur Analisis ... 8

Analisis Kualitas Air ... 8

Analisis Glukosa Darah ... 8

Analisis Data... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

Penelitian Pendahuluan ... 11

Konsentrasi Terbaik Ekstrak Kasar Daun Pala terhadap Ikan Bawal ... 11

Pengamatan Tingkah Laku Ikan selama Proses Pemingsanan ... 13

Perlakuan Suhu terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan ... 13

Penelitian Utama ... 14

Kadar Glukosa Darah Ikan Bawal ... 16

Analisis Kualitas Air ... 17

Simulasi Transportasi ... 19

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

Kesimpulan ... 21

Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 25

(16)

DAFTAR TABEL

1 Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan bawal ... 13 2 Kadar glukosa darah ikan bawal pada waktu pemingsanan ... 17 3 Hasil analisis kualitas air ... 18

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian pendahuluan ... 5 2 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap I ... 6 3 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap II ... 7 4 Pengaruh pemberian ekstrak kasar daun pala dengan berbagai

konsentrasi berbeda terhadap waktu pingsan ( ) dan sadar ( ) ... 11 5 Diagram batang perlakuan suhu 15 ºC ( ) dan 17 ºC ( ) terhadap

kelangsungan hidup ikan ... 14 6 Diagram batang waktu sadar ikan bawal terhadap pengaruh waktu

pemingsanan pada perlakuan ( ) dan kontrol ( ) ... 15 7 Diagram batang kelangsungan hidup ikan bawal terhadap

pengaruh waktu pemingsanan pada perlakuan ( ) dan kontrol ( ) ... 16 8 Diagram batang kelulusan hidup ikan bawal pada perlakuan ( )

dan kontrol ( ) saat simulasi transportasi ... 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi kegiatan penelitian... 27 2 Hasil analisis waktu pingsan ikan bawal ... 28 3 Hasil analisis waktu sadar ikan bawal ... 28 4 Tabel uji Independent Sample T Test perlakuan suhu terhadap

kelangsungan hidup ikan ... 29 5 Tabel uji Independent Sample T Test waktu sadar ikan terhadap

lama pemingsanan ... 30 6 Tabel uji Independent Sample T Test tingkat kelulusan hidup

ikan terhadap lama waktu pemingsanan ... 31 7 Tabel uji Independent Sample T Test kelulusan hidup ikan

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi ikan dari masyarakat semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya kandungan protein pada makanan. Data statistik Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan pada tahun 2012 menunjukkan tingkat konsumsi ikan mencapai 33,89 kg per kapita per tahun dan pada tahun 2013 menargetkan sebesar 35,14 kg per kapita per tahun (KKP 2013a). Ikan air tawar merupakan salah satu jenis pangan yang mengandung protein tinggi, mudah didapatkan dan dikonsumsi sehari-hari.

Komoditas perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan telah dibudidayakan secara intensif adalah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Data produksi ikan bawal air tawar menunjukkan

pada tahun 2012 yaitu sebesar 433.358.395 ton (KKP 2013b). Tingkat kesadaran masyarakat yang semakin tinggi tentang pentingnya mengkonsumsi ikan segar, terutama ikan air tawar yang banyak tersedia di setiap daerah menyebabkan permintaan ikan atau produk perikanan juga meningkat. Teknik transportasi ikan hidup yang dapat menjamin ikan sampai kepada konsumen dalam keadaan tetap hidup dan mutu yang baik sangat dibutuhkan, sehingga penanganan dalam transportasi ikan harus diperhatikan.

Transportasi ikan hidup umumnya menggunakan sistem basah tertutup dengan kantung plastik dan sistem basah terbuka dengan wadah atau drum. Kendala utama yang sering dialami dalam transportasi sistem basah yaitu jumlah kapasitas angkut yang sedikit dan memicu adanya kerusakan fisik. Ketahanan hidup ikan juga sangat beresiko jika jumlah air dikurangi untuk meningkatkan kapasitas angkut ikan. Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kendala-kendala tersebut yaitu dengan menggunakan metode pengangkutan sistem kering. Transportasi ikan hidup sistem kering untuk pengangkutan bawal air tawar jarak jauh dalam waktu lama merupakan cara yang lebih efektif. Sistem ini dapat menjadi pilihan yang tepat apabila kondisi optimalnya diketahui sehingga kelulusan hidup biota tetap tinggi sampai di tempat tujuan.

Ikan bawal yang akan ditransportasikan dengan sistem kering harus dipingsankan terlebih dahulu sebelumnya. Pemingsanan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi maupun dengan perlakuan suhu rendah. Anastesi pada ikan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menekan aktivitas metabolisme ikan sehingga dapat bertahan hidup dan tidak stres selama proses transportasi (Berka 1986). Bahan anestesi kimia yang biasa digunakan dalam transportasi ikan adalah MS-222 (tricaine methane sulphonate) dan quinaldine. Bahan anestesi alami yang umumnya banyak digunakan adalah ekstrak cengkeh. Penggunaan bahan tersebut perlu diperhatikan agar ikan tetap aman untuk dikonsumsi.

(18)

2

flavonoida. Daun pala juga mengandung minyak atsiri, senyawa utama minyak atsiri pada daun pala adalah myristicin (Puslitbang Perkebunan 2014). Minyak atsiri ini bersifat analgetik. Efek analgetik pada daun pala ini diduga dapat digunakan sebagai bahan anestesi alami pada ikan bawal sebelum ditransportasikan. Informasi tentang efektivitas ekstrak daun pala sebagai bahan anestesi untuk ikan bawal air tawar belum tersedia, maka perlu adanya kajian mengenai potensi pemaanfaatannya dalam aplikasi tansportasi ikan bawal hidup.

Perumusan Masalah

Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan segar semakin meningkat, hal ini menyebabkan permintaan konsumen terhadap komoditas perikanan dalam bentuk hidup semakin besar. Ikan segar diperoleh dengan cara transportasi. Permasalahan yang sering terjadi dalam transportasi ikan bawal hidup adalah kematian dan menurunnya kesegaran ikan. Metode transportasi sistem kering dengan diberi perlakuan anestesi merupakan cara yang tepat untuk menanggulangi masalah tersebut. Tanaman yang dapat berpotensi sebagai bahan anestesi salah satunya yaitu tanaman pala, namun penelitian bahan anestesi menggunakan daun pala belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini diharapkan menghasilkan bahan anestesi alami yang mudah didapat, murah, dan efisien untuk transportasi ikan bawal hidup.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak kasar daun pala yang dikombinasikan dengan perlakuan suhu dan waktu pemingsanan terbaik, serta mengetahui tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar jika ditransportasikan pada sistem kering.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas ekstrak kasar daun pala sebagai bahan anestesi pada ikan bawal air tawar yang menghasilkan kelulusan hidup tertinggi saat ditransportasikan menggunakan transportasi sistem kering.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2015 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, dan pemeliharaan ikan dilakukan di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bawal yang dipelihara di kolam budidaya Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan bobot 200 hingga 270 g per ekor. Bahan anestesi yang digunakan yaitu daun pala yang diperoleh dari halaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan yang digunakan saat uji kualitas air yaitu chlorox, phenate, MNSO4, indikator phenolphthalein (PP),

NaOH 0,0227 N, dan NH3 1 ppm. Bahan yang digunakan saat penelitian

berlangsung yaitu air, es batu, serbuk gergaji, dan kain kasa.

Alat yang digunakan untuk pengujian kualitas air yaitu DO meter, pipet volumetrik, gelas ukur, erlenmeyer, pH meter, pipet mikro, spectrofotometer

“OPTIMA” 630 nm. Alat yang digunakan untuk pemingsanan yaitu plastik es, aerator, toples ukuran 10 L, akuarium dengan ukuran 50 x 35 x 30 cm3, jarum suntik, glukosa meter merk gluco-DR AGM 2100, dan termometer. Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak kasar daun pala yaitu baskom, saringan, blender, sarung tangan. Alat yang digunakan untuk simulasi yaitu simulator, toples, dan kotak styrofoam berukuran 30 x 30 x 40 cm3, gunting dan penggaris.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terbagi menjadi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi preparasi bahan utama daun pala, pengujian konsentrasi terbaik dari daun pala dan pengujian tingkat kelulusan hidup dengan perlakuan suhu yaitu 15 ºC dan 17 ºC. Perlakuan suhu tersebut diperoleh dari hasil penelitian Novesa (2012) yaitu pengamatan respon bawal air tawar terhadap penurunan suhu rendah yang menunjukan bahwa bawal mulai memasuki fase pingsan ringan pada kisaran suhu 17-15 ºC. Perlakuan suhu ini bertujuan untuk mendapatkan temperatur terbaik pada kelulusan hidup ikan bawal air tawar dalam keadaan tidur.

(20)

4

didapatkan, selanjutnya disimulasikan dengan media serbuk gergaji menggunakan simulator transportasi.

Penelitian Pendahuluan

Preparasi sampel dan ekstraksi daun pala

Daun pala yang digunakan diperoleh dari halaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Daun pala kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel, dan diekstraksi menggunakan pelarut air. Daun pala yang telah bersih kemudian ditimbang sebanyak 10, 30, dan 50 g selanjutnya daun pala yang telah ditimbang masing-masing dihancurkan menggunakan blender dengan ditambahkan pelarut berupa air (1000 mL) hingga membentuk larutan seperti

juice”, kemudian disaring dengan menggunakan saringan. Ekstrak kasar daun pala yang diperoleh dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5% (b/v) selanjutnya dilakukan pengujian konsentrasi terbaik pada pemingsanan ikan bawal.

Pengujian konsentrasi terbaik

Penentuan konsentrasi terbaik dari ekstrak kasar daun pala ini

masing-masing menggunakan tiga ekor ikan bawal dengan bobot per ekor antara 200-270 g. Ikan bawal diperoleh dari pembudidaya yang terletak di Lebaksirna,

Desa Ciampea, Kabupaten Bogor yang kemudian di pelihara di kolam BDP dan diberi makan pelet apung. Ikan bawal yang dipelihara di kolam BDP dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam. Pemuasaan ini bertujuan untuk menyeragamkan kondisi tubuh ikan dan ketika disimulasi transportasi tidak banyak mengeluarkan sisa metabolisme. Ikan bawal diaklimatisasi selama 30 menit di akuarium dengan air bersuhu 28 ºC agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, kemudian ikan ditimbang terlebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam ekstrak kasar daun pala volume 4 L dengan konsentrasi yang telah ditentukan yaitu 1%, 3%, dan 5% hingga pingsan, selanjutnya dilakukan pembugaran yang diberikan aerasi penuh. Pencatatan waktu pingsan dan waktu sadar (recovery time) dilakukan pada tahap ini sebanyak tiga kali ulangan.

Pengujian suhu terbaik terhadap kelangsungan hidup ikan

(21)

5

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian pendahuluan

Penelitian Utama Tahap I

Penelitian utama merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan yang menguji tingkat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar terbaik. Parameter uji meliputi pengujian kadar glukosa darah, analisis kualitas air, dan simulasi transportasi yang kemudian dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan ikan yang diberi perlakuan dengan ikan kontrol hanya terletak pada pemberian ekstrak kasar daun pala. Ekstrak daun pala hanya diberikan pada ikan perlakuan dan tidak pada kontrol. Ikan bawal air tawar dipuasakan selama 24 jam di kolam percobaan BDP yang berukuran 2,5 x 2,5 x 1,5 m3, kemudian diaklimatisasi selama 30 menit di akuarium. Ikan ditimbang dan diuji glukosa darah pertama baik pada kontrol maupun perlakuan. Ikan bawal kemudian dipingsankan menggunakan ekstrak daun pala terbaik sebagai perlakuan, selanjutnya ikan dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air dengan suhu 17 ºC yang diperoleh dari suhu terbaik pada penelitian sebelumnya, dengan lama waktu 150 dan 180 menit baik pada

Daun pala

Pembersihan daun pala dari kotoran Ikan bawal

Pemuasaan selama 1x24 jam dan aklimatisasi 30 menit

dengan suhu 28 ºC

Ekstraksi daun pala dengan sebanyak 10, 30, dan 50 g masing-masing dalam 1000 mL air

Ekstrak kasar daun pala 1%, 3%, dan 5% (b/v)

Pemingsanan dengan konsentrasi ekstrak 1%, 3%, dan 5%

Pengujian tingkat kelangsungan hidup pada air bersuhu 15 ºC dan 17 ºC dengan waktu tidur 60, 90,

120, 150, dan 180 menit

(Berdasarkan survival rate)

Konsentrasi terbaik

(22)

6

perlakuan dan kontrol. Ikan selanjutnya dibugarkan dengan cara dimasukkan ke dalam wadah yang telah diisi air bersuhu 28 ºC dan diberi aerasi penuh. Ikan yang telah sadar kemudian ditimbang dan diuji glukosa darah kedua. Analisis kualitas air dilakukan pada perlakuan dua waktu tersebut. Penelitian tahap ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Diagram alir dari tahap penelitian utama dicantumkan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap I

Penelitian Utama Tahap II Simulasi transportasi

Penelitian tahap simulasi transportasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun pala terbaik pada uji transportasi sistem kering terhadap tingkat kelulusan hidup bawal air tawar jika ditransportasikan dengan lama waktu tertentu menggunakan simulator. Simulator transportasi yang digunakan ini menghasilkan riak air setinggi 2 cm. Simulator transportasi merupakan alat yang memberikan getaran menyerupai kendaraan. Wadah yang digunakan untuk uji simulasi ini yaitu kotak styrofoam yang berukuran 50 x 35 x 30 cm3. Media pengisi yang digunakan yaitu serbuk gergaji. Serbuk gergaji sebelumnya direndam dengan air bersuhu 28 ºC selama 3 hari dengan setiap hari dicuci dan dilakukan penggantian

Ikan bawal

Pemuasaan 1 x 24 jam

Aklimatisasi 30 menit

Pemingsanan ikan dengan konsentrasi terbaik

Peletakkan dalam akuarium yang berisi 10 L air dengan suhu 17 ºC

Penentuan waktu tidur 150 dan 180 menit 3 kali ulangan (Berdasarkan waktu sadar,

SR, glukosa darah, kualitas air)

Penetapan waktu sadar Pembugaran Uji glukosa

darah I

Uji glukosa darah II Analisis

(23)

7

air lalu ditiriskan dan dijemur hingga kering. Serbuk gergaji kemudian direndam dengan air es sampai suhu mencapai 17 ºC (suhu pingsan ikan bawal air tawar).

Ikan yang digunakan pada tahap simulasi ini sebanyak 5 ekor ikan per perlakuan. Ikan bawal dipuasakan terlebih dahulu di kolam selama 24 jam, kemudian diaklimatisasi selama 30 menit di akuarium dan diuji glukosa darah pertama sebelum ditransportasikan. Ikan kemudian dipingsankan menggunakan ekstrak daun pala 3%, setelah pingsan ikan dibungkus menggunakan kain kasa dilakukan uji glukosa darah kedua. Penelitian tahap ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (Lampiran 1). Diagram alir dari tahap simulasi dicantumkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap II

Uji glukosa darah I

Penyimpanan dalam kotak styrofoam dengan media serbuk

gergaji selama 150 dan 180 menit dengan suhu 17 ºC

Penyadaran menggunakan air pada suhu 28 ºC dengan aerasi penuh

Perlakuan terbaik

(24)

8

Prosedur Analisis

Analisis Kualitas Air (Boyd 1982)

Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laboratorium bersumber dari tanah yang telah diendapkan selama 2 hari. Air yang diujikan pada pengujian kualitas air yaitu air yang digunakan pada pengujian tingkat kelangsungan hidup ikan bawal pada menit ke 150 dan 180, baik perlakuan maupun kontrol. Pengujian kualitas air dilakukan dengan cara pengukuran suhu, pH, kadar oksigen terlarut (DO), CO2, dan total amonia nitrogen (TAN):

1) Pengukuran pH (APHA 1975)

Air yang telah digunakan pada penentuan waktu tidur baik kontrol maupun perlakuan masing-masing diukur kadar pH. Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter merk ORION Model 410 yang di masukkan kedalam air tersebut, kemudian dilakukan pembacaan skala.

2) Pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) (APHA 1975)

Pengukuran DO pada analisis kualitas air dilakukan menggunakan DO-meter merk Lutron DO-5510 dengan cara merendam bagian ujung alat kedalam air dari penentuan waktu tidur baik perlakuan maupun kontrol, kemudian dilakukan pembacaan skala.

3) Pengukuran kadar CO2 (Rand et al. 1975)

Sampel air yang digunakan dituang sebanyak 25 mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Indikator phenolphthalein ditambahkan sebanyak 2-3 tetes ke dalam sampel, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,0227 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume titran yang digunakan lalu dicatat.

4) Pengukuran total amonia nitrogen (TAN) (APHA 1975)

Sampel air sebanyak 25 mL masing-masing diberikan MnSO4 sebanyak 1

tetes, reagen chlorox 0,5 mL, dan phenate 0,6 mL. Larutan tersebut selanjutnya dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit. Tahap selanjutnya dilakukan pengukuran dengan Spektrofotometer OPTIMA SP-300 diatur absorbansi 0 dan panjang gelombang 630 nm.

Analisis Glukosa Darah (GlucoDr AGM 2100)

Uji glukosa darah pada penelitian ini menggunakan alat GlucoDr AGM 2100 yang merupakan alat portabel dan dapat digunakan untuk mengukur kadar gula darah, dimana hasil dapat diketahui dalam waktu 11 detik. Masukkan tes strip ke port tes, lalu tempelkan pada darah yang diuji. Sampel darah minimal yang dibutuhkan untuk mengukur kadar gula darah yaitu sebanyak 4 μL. Hasil tes kemudian akan ditampilkan pada layar LCD secara otomatis, meter GlucoDr akan menampilkan hasil kadar gula darah dalam rentang 30 – 600 mg/dL.

Analisis Data

(25)

9

Yij= μ + τi+ εij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada taraf ke-i (i = 1%, 3%, 5%) dan ulangan ke-j

(j = ulangan 1, 2, 3) yang memperoleh perlakuan ke-i (i = 1%, 3%, 5%)

μ = Nilai tengah atau rataan umum pengamatan

τi = Pengaruh perlakuan pada taraf ke-i (i = 1%, 3%, 5%)

εij = Galat atau sisa pengamatan taraf ke-i (i = 1%, 3%, 5%) dan ulangan ke-j

(j = ulangan 1, 2, 3)

Hipotesis uji konsentrasi ekstrak kasar daun pala terhadap waktu pingsan ikan: H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala tidak berpengaruh

terhadap waktu pingsan ikan bawal

H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala berpengaruh terhadap

waktu pingsan ikan bawal

Hipotesis uji konsentrasi ekstrak kasar daun pala terhadap waktu sadar ikan: H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala tidak berpengaruh

terhadap waktu sadar ikan bawal

H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala berpengaruh terhadap

waktu sadar ikan bawal

Jika hasil analisis data menunjukkan ada pengaruh (p<0,05) maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey (multiple comparisons) dengan rumus sebagai berikut:

BNJ = qα v,k

KTG

n

Keterangan:

BNJ = Beda nyata jujur K = Jumlah kelompok V = Derajat bebas galat N = Banyaknya sampel

qα v,k = Nilai tabel studentized range statistic

KTG = Kuadrat tengah galat

Hipotesis uji Tukey konsentrasi ekstrak kasar daun pala terhadap waktu pingsan: H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala memberikan pengaruh

yang tidak berbeda nyata terhadap waktu pingsan ikan bawal

H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap waktu pingsan ikan bawal

Hipotesis uji Tukey konsentrasi ekstrak kasar daun pala terhadap waktu sadar: H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala memberikan pengaruh

yang tidak berbeda nyata terhadap waktu sadar ikan bawal

H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala memberikan pengaruh

(26)

10

Analisis data penelitian pendahuluan (perlakuan suhu terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan) dan penelitian utama yaitu menggunakan uji Independent-Sample T-test. Model matematika Independent-Sample T-test adalah sebagai berikut:

Uji t untuk varian yang sama (equal variences) menggunakan rumus:

t = X − X

√ n − S + n − Sn + n − n + n

Uji t untuk varian yang berbeda (unequal variances) menggunakan rumus:

t = X − X

Hipotesis uji untuk perlakuan suhu terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan: H0 : Tidak ada perbedaan antara suhu 15 ºC dengan suhu 17 ºC terhadap

Ada perbedaan waktu sadar antara perlakuan dengan kontrol terhadap lama waktu pingsan.

Tidak ada perbedaan tingkat kelangsungan hidup ikan antara perlakuan dengan kontrol terhadap lama waktu pingsan.

Ada perbedaan tingkat kelangsungan hidup ikan antara perlakuan dengan kontrol terhadap lama waktu pingsan.

Tidak ada perbedaan tingkat kelulusan hidup ikan antara perlakuan dengan kontrol terhadap simulasi transportasi

(27)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan

Ikan bawal air tawar yang digunakan pada penelitian ini memiliki kondisi yang baik dan tidak cacat fisik bila dilihat dari tingkah laku dan ciri fisik ikan tersebut. Hal tersebut ditunjukkan dengan tampilan ikan yang sangat segar dan tidak pucat, gerakan renang yang agresif, posisi tubuh tegak dan kokoh, serta sangat responsif jika terdapat rangsangan dari luar.

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik didaerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae, yang mempunnyai sekitar 200 spesies. Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan puncak tajuknya tumpul. Daun pala berbentuk bulat telur, pangkal dan pucuknya meruncing. Warna bagian bawah daun hijau kebiru-biruan muda (Sunanto 1993). Jenis daun pala yang digunakan yaitu pala jantan. Daun yang dipetik untuk dijadikan bahan anestesi pada penelitian ini yaitu 3 hingga 4 helai dari pucuk, berwarna hijau mengkilap, bentuk ujung daun tajam, tekstur daun sedikit kaku, tepi daun lurus. Panjang rata rata daun yaitu 3,27 cm, lebar rata-rata daun yaitu 7,99 cm. Daun pala yang telah jatuh dan mengering memiliki rata-rata panjang 2,86 cm dan lebar 7,3 cm. Hasil analisis daun pala menunjukkan bahwa kadar myristicin (senyawa utama minyak atsiri pala) pada tanaman pala jantan lebih tinggi hampir tiga kali lipat daripada tanaman pala betina dan tanaman pala monoecious. Kadar myristicin pada pala jantan rata-rata adalah 3,52%, pala betina 1,05%, dan monoecious 0,97% (Puslitbang Perkebunan 2014).

Konsentrasi Terbaik Ekstrak Kasar Daun Pala terhadap Ikan Bawal

Konsentrasi ekstrak daun pala yang digunakan adalah 1%, 3%, dan 5%. Masing-masing konsentrasi diaplikasikan pada 3 ekor ikan dengan kondisi yang sama sebanyak 3 kali ulangan. Waktu pingsan ikan dihitung mulai dari menit ke-0 hingga ikan pingsan. Waktu sadar ikan dihitung hingga ikan kokoh dan dapat berenang kembali. Diagram batang pengaruh pemberian ekstrak kasar daun pala terhadap waktu pingsan dan sadar ikan bawal disajikan pada Gambar 4.

(28)

12

Hasil analisis statistik menggunakan menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak daun pala memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap waktu pingsan dan sadar ikan. Perbedaan konsentrasi ekstrak daun pala memberikan hasil yang berbeda nyata pada waktu sadar dan pingsan ikan, kecuali pada perlakuan konsentrasi ekstrak daun pala 3% dan 5% memiliki hasil yang tidak berbeda nyata pada waktu sadar ikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Grafik ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pala maka waktu pingsan semakin cepat dan waktu sadar semakin lama. Hal ini dapat terjadi karena tingginya kadar bahan anestesi yang masuk ke dalam tubuh ikan, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka waktu sadar akan semakin lama, karena ikan membutuhkan waktu yang lebih lama pula untuk mengeluarkan atau membersihkan bahan anestesi dari dalam tubuhnya. Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian Ilhami et al. (2015) yang melaporkan bahwa konsentrasi ekstrak bunga kamboja yang semakin tinggi menyebabkan waktu pemingsanan ikan semakin cepat karena jumlah kandungan senyawa aktif yang terserap pada tubuh ikan lebih banyak. Yanto (2009) menyatakan bahwa pemberian anestesi yang terlalu banyak akan menyebabkan waktu pemulihan yang semakin lama. Respon yang diberikan ikan selama perlakuan pemingsanan akan berbeda, sesuai dengan kadar bahan anastesi dan ukuran ikan.

Ekstrak daun pala ini sangat berpengaruh terhadap pemingsanan ikan, hal ini diduga karena adanya senyawa utama minyak atsiri pada daun pala, yaitu myristicin. Senyawa myristicin dapat menimbulkan rasa berkhayal atau halusinasi. Senyawa ini merupakan agen yang bersifat halusinogen dan toksik yang dapat menyebabkan kercunan pada dosis yang berlebih (Lutony dan Rahmayati 1999). Kandungan kimia bagian tumbuhan pala pada biji dan daunnya mengandung polifenol. Biji dan buahnya juga mengandung saponin dan daunnya mengandung flavonoid Hutapea (1994). Senyawa organik banyak digunakan sebagai bahan anestesi, misalnya senyawa golongan alkaloid dan senyawa aromatik. Senyawa golongan alkaloid memiliki sifat analgesik, antibakteri, dan anti kanker, sedangkan contoh senyawa aromatik yaitu eugenol, elemycin, myristicin, polifenol, dan safrole yang bersifat menimbulkan daya halusinasi jika digunakan dalam konsentrasi tertentu (Nurdjanah 2007).

Anestesi bertujuan untuk menurunkan seluruh aktivitas ikan untuk menghindari stress. Ikan dapat menyerap bahan anestesi melalui jaringan otot, saluran pencernaan dengan cara injeksi atau melalui insang. Saskia et al. (2013) menyatakan bahwa penggunaan bahan anestesi terlalu banyak akan menyebabkan kerusakan pada beberapa organ seperti insang, syaraf, ginjal, otak, stress berkepanjangan, cenderung menjadi racun, dan mengakibatkan kematian ikan. Kematian tersebut diduga bahan anestesi yang larut dalam air akan mengakibatkan berkurangnya laju respirasi.

(29)

13

Pengamatan Tingkah Laku Ikan selama Proses Pemingsanan

Waktu pingsan ikan yang diberikan anestesi merupakan salah satu paramater untuk mencari konsentrasi terbaik dalam memingsankan ikan. Konsentrasi daun pala sebagai bahan anestesi yang diujikan pada ikan bawal yaitu 1%, 3%, dan 5%. Pengamatan terhadap tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dilakukan setiap satu menit, dimulai dari menit ke-0 sampai ikan tidak sadar (pingsan). Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan bawal terhadap masing-masing konsentrasi ekstrak daun pala dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan bawal

Waktu (menit)

Konsentrasi (%)

1 3 5

0-1 Normal Normal, meronta Normal, meronta, kehilangan

keseimbangan, buka tutup

Hasil pengamatan tingkah laku ikan bawal selama proses pemingsanan pada konsentrasi ekstrak daun pala sebesar 1%, 3%, dan 5%. Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh ikan yang diuji hingga mencapai tahap pingsan berbeda-beda. Perlakuan dengan konsentrasi 5%, dan 3% memberikan pengaruh yang cepat dan sesuai dengan skala anestesi ideal jika dibandingkan dengan perlakuan 1%. Perlakuan 1% memberikan pengaruh yang lambat sehingga membutuhkan waktu yang lama hingga ikan tersebut pingsan.

Perlakuan Suhu terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan

(30)

14

kelangsungan hidup ikan (keterangan: angka-angka yang diikuti huruf

yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan [p<0,05])

Tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar dengan perlakuan suhu yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda pula. Ikan yang diberi perlakuan suhu 15 ºC dan 17 ºC selama 60, 90, dan 120 menit sama-sama memiliki kelulusan hidup sebesar 100%, sedangkan pada suhu 15 ºC dan 17 ºC pada menit ke 150 dan 180 sudah terlihat adanya penurunan terutama pada suhu 15 ºC. Hal ini dapat terjadi karena ketidakmampuan ikan bawal dalam menoleransi suhu rendah dengan waktu yang lama, suhu rendah dapat membuat ikan bawal tersebut menjadi stres bahkan memicu terjadinya kematian karena suhu yang tidak sesuai dengan lingkungan hidupnya.

Perubahan suhu yang ekstrim dan kekurangan ruang gerak sempit dapat menyebabkan kematian pada ikan (Weatherley 1972). Rachmawati et al. (2010) melaporkan bahwa suhu merupakan salah satu sumber stres yang dapat mempengaruhi perubahan fisiologis tubuh ikan, ketidaksesuaian suhu tempat ikan hidup (lingkungan) akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan dapat berakibat pada kematian ikan. Suhu perairan di habitat asli ikan bawal air tawar yaitu (27,2-29,1) ºC (Ghufran et al. 2007). Analisis statistik menunjukkan bahwa antara perlakuan suhu 15 ºC dan 17 ºC tidak terdapat perbedaan karena menghasilkan nilai p>0,05 (Lampiran 4)sehingga untuk menentukan suhu terbaik dapat dilihat secara deskriptif. Suhu terbaik yang diperoleh dilihat dari persentase tingkat kelulusan hidup ikan bawal yaitu 17 ºC.

Penelitian Utama

Penelitian utama ini merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan yang menggunakan perlakuan konsentrasi ekstrak daun pala 3% dan suhu terbaik yaitu 17 ºC, sedangkan pada kontrol ikan tidak diberi ekstrak daun pala. Waktu yang digunakan adalah 150 dan 180 menit. Pengukuran glukosa darah dilakukan sebelum dan setelah ikan dipingsankan dalam suhu dan waktu yang telah ditentukan. Gambar 6 merupakan diagram batang hasil perhitungan waktu sadar ikan bawal air tawar, dan Gambar 7 merupakan diagram batang kelangsungan hidup ikan (survival rate) terhadap pengaruh waktu pemingsanan.

(31)

15

Analisis statistik memberikan hasil bahwa pada masing-masing waktu pemingsanan tidak terdapat perbedaan antara kontrol dan perlakuan pada menit ke-150, karena nilai p>0,05 namun terdapat perbedaan antara kontrol dan perlakuan pada lama pemingsanan menit ke-180 karena hasil analisis menghasilkan nilai p<0,05 (Lampiran 5). Hasil pada grafik menunjukkan bahwa semakin lama waktu tidur yang diberikan maka semakin lama waktu sadar baik pada kontrol maupun perlakuan yang diberikan ekstrak daun pala, namun waktu sadar terlama terdapat pada kontrol. Hal ini diduga ikan mendapatkan perlakuan perubahan suhu secara mendadak sehingga ikan tersebut mengalami stres dan shock yang lebih besar dibandingkan dengan ikan yang diberi perlakuan anestesi terlebih dahulu, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk ikan tersebut sadar lebih lama. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Handayani (2014) ikan tanpa diberi perlakuan anestesi ekstrak umbi teki sebelumnya (kontrol) memiliki waktu pembugaran yang lebih lama dibandingkan dengan perlakuan ekstrak umbi teki 9%, diduga ikan bawal yang semula berada pada suhu habitatnya (27-29 ºC) langsung dimasukkan ke air bersuhu 10 °C (perubahan suhu drastis), maka ikan mengalami shock yang lebih berat sehingga membutuhkan waktu pembugaran yang lebih lama akibat fungsi syaraf yang lebih banyak rusak.

Lamanya waktu sadar ditentukan oleh kemampuan ikan untuk membersihkan bahan pembius dari dalam tubuhnya, pada saat proses penyadaran air yang mengandung cukup oksigen terlarut masuk melalui insang ke dalam aliran darah dan akan membersihkan sisa-sisa bahan anestesi di dalam tubuh ikan dan mengeluarkannya melalui saluran pembuangan. Insang berperan penting dalam proses penyadaran ikan yaitu dengan membersihkan bahan pemingsan saat ikan dalam keadaan pingsan ditaruh dalam air bersih (Pramono 2002). Keadaan pulih sadar ditunjukan dengan pergerakan ikan yang aktif dan respon dari rangsangan yang ada. Sistem pernafasan dan sirkulasi darah ikan mulai stabil seiring dengan berpindahnya bahan pembius dari jaringan tubuh ke lingkungan (Sukmiwati dan Sari 2007). Lamanya proses penyadaran disebabkan karena kekurangan oksigen dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan tubuh ikan menjadi lemas. Hal ini berpengaruh pada waktu sadar ikan, sehingga untuk penyadaran kembali membutuhkan waktu yang lebih lama (Junianto 2003).

a

a

a

(32)

16

Gambar 7 Diagram batang kelangsungan hidup ikan bawal terhadap pengaruh waktu pemingsanan pada perlakuan ( ) dan kontrol ( ) (keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan [p<0,05])

Analisis statistik yang dilakukan hanya pada waktu pemingsanan menit ke-180, hal ini dikarenakan data pada waktu pemingsanan menit ke-150 tidak terdapat keberagaman. Hasil analisis statistik pada menit ke-180 menunjukkan bahwa nilai p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan antara perlakuan dengan kontrol pada taraf nyata 5% (Lampiran 6). Hasil tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar terhadap pengaruh waktu pemingsanan memiliki tingkat kelulusan hidup 100%, namun pada perlakuan menit ke-180 memiliki penurunan tingkat kelangsungan hidup ikan menjadi 89%. Ikan pada menit ke-180 yang diberi perlakuan anestesi menggunakan ekstrak daun pala 3% terdapat ikan yang mati. Ikan yang mati ini disebabkan ikan berada dalam kondisi lemah akibat faktor pemberian ekstrak kasar daun pala kemudian diberi perlakuan suhu yang tidak sesuai dengan habitatnya. Wijayanti et al. (2011) menyatakan bahwa semakin lama waktu pemingsanan maka waktu pemulihan semakin panjang, dan semakin lama waktu penyadaran ikan, maka tingkat kematian akan semakin tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelulusan hidup ikan yaitu spesies, umur, ukuran ikan, jenis kelamin, kondisi tubuh, status kesehatan, dan ketahanan relatif ikan, serta faktor lingkungan seperti suhu dan pH (Hasan 2007). Hasil terbaik dari penelitian tahap ini dapat disimpulkan bahwa ikan bawal air tawar yang diberi perlakuan ekstrak kasar daun pala 3% hanya mampu mempertahankan hidupnya pada menit ke-150 dengan suhu 17 ºC karena memiliki tingkat kelulusan hidup 100%.

Kadar Glukosa Darah Ikan Bawal

(33)

17

Tabel 2 Kadar glukosa darah ikan bawal pada waktu pemingsanan

Nilai Glukosa Darah (mg/dL)

Waktu Tidur (menit)

Kontrol Perlakuan dengan anestesi

Sebelum Sesudah Selisih Sebelum Sesudah Selisih

150 147,33 217,22 69,89 159,11 219,33 60,22

180 118,89 219,78 100,89 177,00 259,11 82,11

Kadar glukosa darah pada Tabel 2 menunjukkan bahwa selisih kenaikan glukosa darah setelah dipingsankan selama 150 dan 180 menit pada perlakuan pemingsanan dengan anestesi memberikan selisih yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi anestesi. Hal ini disebabkan bahwa ekstrak daun pala sebagai bahan anestesi mampu menekan laju metabolisme ikan bawal, sehingga dapat mengurangi tingkat stres pada ikan. Kadar glukosa darah mengalami peningkatan seiring dengan semakin lama waktu perendaman yang diberikan. Hal ini dapat terjadi karena lama waktu perendaman yang menyebabkan ikan menjadi stres akibat adanya perlakuan suhu dingin, saat ikan berada dalam kondisi stres maka ikan membutuhkan energi yang lebih banyak untuk bertahan hidup. Energi ini diperoleh dari pemecahan senyawa non karbohidrat menjadi glukosa darah. Hastuti et al. (2003) menyatakan bahwa terjadinya peningkatan kadar glukosa darah tersebut disebabkan oleh stres akibat perlakuan yang diberikan. Makin tinggi kadar glukosa darah mengindikasikan meningkatnya level stres akibat perubahan suhu. Adanya perlakuan shock suhu dingin, tubuh ikan mensekresikan hormon stres yang berfungsi menghambat sekresi insulin.

Peningkatan kadar glukosa darah merupakan efek sekunder dari stres yang diperantarai oleh pelepasan kortikosteroid dan katekolamin. Li et al. (2009) menyatakan bahwa ikan yang mengalami stres maka akan terjadi peningkatan glukokortikoid yang berakibat pada peningkatan kadar glukosa darah untuk mengatasi kebutuhan energi yang tinggi pada saat stres. Mekanisme terjadinya perubahan kadar glukosa darah selama stress menurut Porchas et al. (2009) dimulai dari diterimanya informasi penyebab faktor stress oleh organ reseptor, selanjutnya informasi tersebut disampaikan ke otak bagian hipotalamus melalui sistem syaraf. Hipotalamus memerintahkan sel kromafin untuk mensekresikan hormon katekolamin dan kortisol melalui serabut syaraf simpatik, adanya kortisol ini akan mengaktivasi enzim-enzim yang terlibat dalam katabolisme simpanan glikogen, sehingga kadar glukosa darah mengalami peningkatan. Peningkatan glukosa darah akibat adanya gerakan tubuh ikan yang tersadar pada saat ditransportasikan sehingga ikan menjadi stress dan merespon ke dalam syarafnya.

Analisis Kualitas Air

Analisis kualitas air dilakukan untuk mengetahui kondisi air pada saat pemingsanan selama waktu yang telah ditentukan baik kontrol maupun perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari pemberian ekstrak kasar daun pala terhadap karakteristik fisik kimia air yang telah digunakan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah DO, pH, CO2

(34)

18

Tabel 3 Hasil analisis kualitas air

Parameter Menit ke- 0 Menit ke-150 Menit ke-180

Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan

CO2 2,00 ± 0,00 7,99 ± 0,00 9,98 ± 0,00 5,99 ± 0,00 9,98 ± 0,00

TAN 0,03 ± 0,00 0,75 ± 0,14 0,80 ± 0,14 0,54 ± 0,12 0,56 ± 0,14

pH 7,50 ± 0,03 7,27 ± 0,16 7,26 ± 0,10 7,25 ± 0,07 7,23 ± 0,07

DO 6,60 ± 0,00 2,57 ± 0,45 2,47 ± 0,35 2,50 ± 0,20 2,33 ± 0,25

Tingginya kadar karbon dioksida dalam air dapat mengganggu kondisi keseimbangan fisiologis ikan, atau bahkan dapat berakibat fatal misal kematian pada ikan. Peningkatan nilai CO2 yang semakin tinggi ini disebabkan oleh

pengeluaran hasil dari respirasi ikan bawal air tawar. Hal tersebut diduga karena tingginya aktivitas metabolisme ikan yang terjadi pada kontrol dan ikan tidak pingsan secara sempurna sehingga pembuangan sisa ekskresi berupa CO2 akan

meningkat lebih banyak dibandingkan yang pingsan sempurna. Kadar CO2 ikan

juga akan semakin meningkat seiring dengan semakin lama waktu pemingsanan karena ikan mengalami stres yang lebih lama. Nilai CO2 yang diperoleh pada

penelitian ini masih dalam batas toleransi bagi kehidupan ikan budidaya.

Karbon dioksida dengan konsentrasi yang tinggi (>10 mg/L), dapat beracun pada ikan, karena keberadaannya dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Kenaikan karbondioksida di dalam air akan menghalangi proses difusi oksigen dan sebagai kompensasinya biota akan aktif bernafas (Kordi et al. 2007). Bhatnagar dan Devi (2013) menyatakan bahwa nilai CO2 yang dapat ditolerir ikan budidaya adalah 0-10 ppm.

Hasil uji kualitas air dari parameter TAN menunjukkan terjadi peningkatan baik pada kontrol maupun perlakuan. Hal ini diduga karena ikan berada dalam kondisi stres dan membuang sisa metabolisme yang berlebihan, serta adanya akumulasi ekskresi ikan bawal selama pemingsanan. Bhatnagar dan Devi (2013) menyatakan bahwa amonia (NH3) adalah produk dari metabolisme protein dari

ikan dan dekomposisi bakteri dari bahan organik. Limit maksimum konsentrasi amonia untuk hewan air adalah 0,1 mg/L. Suwandi et al. (2011) menyatakan bahwa tinggi rendahnya amonia dalam air dipengaruhi oleh suhu, nilai CO2, dan

pH. Nilai TAN dipengaruhi oleh kandungan produksi CO2. Nilai TAN akan

meningkat seiring dengan peningkatan nilai CO2.

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter penting yang menentukan tingkat kelangsungan hidup ikan dan mengindikasikan tingkat asam atau basa suatu perairan, apabila nilai pH media tidak sesuai, maka akan menimbulkan gangguan kronis pada ikan, antara lain terhambatnya pertumbuhan, stres berkelanjutan hingga kematian. Nilai pH air yang baik untuk budi daya yaitu sebesar 6,5-9,0 dan kisaran optimal pH adalah 7,5-8,5 (Ghufran et al. 2007). Hasil uji kualitas air pada parameter pH, nilai pH pada lama pingsan menit ke-150 yaitu 7,27 pada kontrol dan 7,25 pada perlakuan. Nilai pH pada lama pingsan menit ke-180 yaitu 7,26 pada kontrol dan 7,23 pada perlakuan. Artinya semakin lama waktu pemingsanan nilai pH cenderung menurun walaupun sangat kecil, penurunan tersebut diduga karena meningkatnya kadar CO2 dalam air.

(35)

19

cenderung menurun karena nilai CO2 ikan bawal yang meningkat. Bhatnagar dan

Devi (2013) memaparkan bahwa pH ideal untuk produktivitas makhluk hidup berada pada kisaran 7-8,5 sedangkan ikan dapat stress pada pH 4-6,5 dan 9-11. Ikan dapat mati pada pH kurang dari 4 atau lebih dari 11. Kisaran pH air yang digunakan pada penelitian ini masih dalam kisaran standar yang ditentukan, sehingga dapat diasumsikan bahwa perubahan pH air akibat pemberian ekstrak daun pala masih dapat ditolerir oleh kelangsungan hidup ikan bawal.

Simulasi Transportasi

Pengujian simulasi transportasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kelangsungan hidup ikan bawal jika ditransportasikan dengan lama waktu tertentu dalam kondisi pingsan menggunakan ekstrak kasar daun pala dengan konsentrasi 3% dan suhu 17 ºC. Lama waktu yang diujikan yaitu 150 dan 180 menit. Waktu ini dipilih karena pada lama waktu pemingsanan ikan bawal air tawar menit ke-150 memiliki tingkat kelulusan hidup yang paling tinggi yaitu 100%, dan lama waktu 180 menit juga dipilih untuk dilakukan pengujian simulasi karena tingkat kelulusan hidup ikan bawal masih cukup tinggi yaitu sebesar 89%. Media yang digunakan yaitu serbuk gergaji. Hasil pengamatan tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar yang disimulasikan dalam media serbuk gergaji disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Diagram batang kelulusan hidup ikan bawal air tawar pada perlakuan ( ) dan kontrol ( ) saat simulasi (keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan [p<0,05])

Analisis statistik pada lama simulasi menit ke 150 dan 180 menghasilkan nilai p>0,05 hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara perlakuan dengan kontrol pada taraf nyata 5% (Lampiran 7). Tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar dalam simulasi transportasi kering jika dilihat dari grafik menunjukkan adanya penurunan seiring dengan lamanya simulasi yang diberikan baik pada kontrol maupun perlakuan, namun pada grafik menunjukkan penurunan yang lebih tinggi terdapat pada kontrol. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama ikan bawal ditransportasikan maka tingkat kelulusan hidup akan semakin menurun. Hasil tersebut disebabkan pada perlakuan, ikan berada dalam kondisi pingsan dan ditempatkan pada kotak styrofoam yang diberi media dengan suhu tidur ikan bawal sehingga ikan lebih tenang dan tidak mengalami stres yang tinggi. Kematian ikan yang terjadi diduga karena ikan bawal tersebut telah sadar akibat

a

a

a

(36)

20

dari perubahan suhu yang semakin meningkat dan ketersediaan oksigen dalam media kemasan sangat terbatas sehingga ikan bawal dapat mengalami kekurangan oksigen yang berakibat pada kematian. Karnila dan Edison (2001) menyatakan bahwa suhu yang semakin tinggi menyebabkan ikan sadar dan aktivitas ikan akan tinggi, semakin tinggi aktivitas ikan maka akan menuntut ketersediaan oksigen yang tinggi untuk dikonsumsi.

Suhu pada media akan semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu penyimpanan. Suhu media pengisi pada saat transportasi ikan harus disesuaikan dengan suhu pemingsanan ikan bawal karena suhu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam transportasi sistem kering sehingga suhu harus di pertahankan hingga akhir transportasi. Simulasi transportasi ini menggunakan suhu 17 ºC pada awal transportasi dan mengalami perubahan setelah dilakukan pengemasan dari waktu ke waktu dengan suhu terakhir pada menit ke-150 dan 180 yaitu berada pada 18 ºC. Perubahan suhu yang kecil menyebabkan bawal tetap tenang, tidak banyak bergerak, aktivitas metabolisme dan respirasi berkurang sehingga diharapkan daya tahannya cukup tinggi di luar habitatnya.

Suhu media untuk transportasi ikan sistem kering berkisar atau sama dengan suhu pembiusnya (Andasuryani 2003). Suryaningrum et al. (1994) menjelaskan bahwa suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam transportasi ikan sistem kering dan berpengaruh terhadap kelulusan hidup ikan yang ditransportasikan. Suhu dalam kemasan harus dipertahankan sebaik mungkin dan idealnya pada akhir transportasi suhu tidak lebih dari 20 ºC.

Media yang digunakan sebagai bahan pengisi yaitu serbuk gergaji. Keunggulan dari serbuk gergaji antara lain adalah mampu mempertahankan suhu rendah selama 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di dalamnya serta memiliki daya serap air yang tinggi dan harganya murah (Junianto 2003). Suhu media pengisi yang telah disesuaikan dengan suhu pingsan ikan bawal yaitu 17 ºC kemudian media dipindahkan kedalam styrofoam yang telah diberi es sebanyak 500 g. Media pengisi diasumsikan dapat mempertahankan suhu 17 ºC hingga waktu yang telah ditentukan.

Uji kadar glukosa darah dilakukan setelah simulasi transportasi. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah ikan setelah simulasi transportasi baik pada perlakuan maupun kontrol. Pengujian glukosa darah ini hanya dilakukan pada menit ke-150. Hasil uji glukosa darah ikan bawal pada kontrol sebelum dan sesudah dipingsankan masing-masing yaitu 93,13 mg/dL dan 302,13 mg/dL yang menghasilkan selisih sebesar 209 mg/dL. Glukosa darah pada perlakuan dengan pemberian anestesi sebelum dan setelah dipingsankan secara berturut-turut yaitu sebesar 94,4 mg/dL dan 243,27 mg/dL dan menghasilkan selisih 148,87 mg/dL.

(37)

21

Perubahan suhu dapat menyebabkan stres pada ikan yang akan meningkatkan sekresi katekolamin dan kortisol. Li et al. (2009) menyatakan bahwa peningkatan kadar glukosa darah merupakan efek sekunder dari stres yang diperantarai oleh pelepasan kortikosteroid dan katekolamin, dalam keadaan stres terjadi peningkatan glukokortikoid yang berakibat pada peningkatan kadar glukosa darah untuk mengatasi kebutuhan energi yang tinggi pada saat stres.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan terbaik ekstrak kasar daun pala yaitu 3% dengan suhu 17 ºC. Kelangsungan hidup ikan bawal air tawar tertinggi saat disimulasikan yaitu sebesar 93% dalam waktu 150 menit.

Saran

Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian fitokimia untuk mengetahui kandungan bioaktif dari daun pala sebagai pembius, pengoptimalisasian metode ekstraksi, serta pengujian transportasi secara langsung agar dapat menghasilkan data yang akurat dan spesifik. Perlu dilakukan pula penelitian menggunakan bahan anestesi dari daun pala yang telah jatuh dan kering untuk melihat keefektivan yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Aini M, Mahrus A, Berta P. 2014. Penerapan teknik imotilisasi benih ikan nila (Oreochromis niloticus) menggunakan ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides) pada transportasi basah. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan 11(2): 217-226.

Andasuryani. 2003. Pengendalian suhu dan pengukuran oksigen peti kemas transportasi sistem kering udang dan ikan dengan kendali fuzzy [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[APHA] American Public Health Association. 1975. Standar Methods for The Eximination of Water and Wastewater 14 th Edition. New York (US): American Public Health Association.

(38)

22

Bhatnagar A, Devi P. 2013. Water quality guidelines for the management of pond fish culture. International Journal of Environmental Sciences. 3(6):1980- 2009.

Boyd. 1982. Water Quality Mangement for Pond Fish Culture. Alabama (US): Departement of Fisheries and Apllied Aquaculture, Agricultural Experiment Station Auburn University, Alabama.

Ghufran HK, Kordi, Tancung AB. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budi Daya Perairan. Jakarta [ID]: Rineka Cipta.

Handayani MT. 2014. Teknik imotilisasi ikan nila menggunakan ekstrak umbi rumput teki. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hanum K. 2014. Penggunaan ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus l.) sebagai bahan anestesi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hasan D. 2007. Pengujian transportasi ikan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dengan metode anestesi. Berkala Perikanan Terubuk 35(1):134-146

Hastuti S, Supriyono E, Mokoginta I, Subandiyono. 2003. Respon glukosa darah ikan gurami (Osphronemus gouramy, LAC.) terhadap stres perubahan suhu lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(2): 73-77.

Hutapea JR. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ilhami R, Mahrus A, Berta P. 2015. Transportasi basah benih nila (Oreochromis niloticus) menggunakan ekstrak bunga kamboja (Plumeria acuminata). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan 3(2):390-396

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Karnila R, Edison. 2001. Pengaruh suhu dan waktu pembiusan bertahap terhadap ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dalam transportasi sistem kering. Jurnal Natur Indonesia 3(2):151-167.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2013a. Statistik Konsumsi Ikan. http://statistik.kkp.go.id/ [7 Mei 2015].

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Perikanan Budidaya. 2013b. Statistik Perikanan Budidaya Kolam. http://statistik.kkp.go.id/ [8 Mei 2015].

Kordi M, Ghufron H dan Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Li P, Brian R, Delbert M, Gatlin, Todd S, Ruguang C, Rebecca L. 2009. Effect of handling and transport on cortisol response and nutrient mobilization of golden shiner, Notemigonus crysoleucas. Journal of the World Aquaculture Society 40(6):803-809

(39)

23

Novesa A. 2012. Pembiusan ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) dengan suhu rendah secara bertahap dalam transportasi sistem kering. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nurdjanah N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Badan Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Departemen Pertanian.

Porchas MM, Cordova LRM, Enriquez RR. 2009. Cortisol and glucose: reliable indicators of fish stress ? Pan-American Journal of Aquatic Sciences 4(2): 158-178.

Puslitbang Perkebunan. 2014. Pendugaan jenis kelamin tanaman pala dengan analisis kandungan myristicin pada daun. InfoTek Perkebunan 10(6):39. Pramono V. 2002. Penggunaan ekstrak Caulerpa racemosa sebagai bahan

pembius pada pra transportasi ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup. [skripsi]. Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor.

Rachmawati FR, Susilo U, Sistina Y. 2010. Respon fisiologis ikan nila, Oreochromis niloticus, yang distimulasi dengan daur pemuasaan dan pemberian pakan kembali. J. Seminar Nasional Biologi 7: 492-499.

Rand MC, Greenberg AE, Taras MJ. 1975. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 14th Ed. Washington DC (US): APHA, 1015 Eighteenth Street NW.

Rastuti U, Widyaningsih S, Kartika D, Ningsih DR. 2013. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Pala dari Banyumas terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta Identifikasi Senyawa Penyusunnya. Jurnal Molekul 197-203.

Saskia Y, Harpeni E, Kadarini T. 2013. Toksisitas dan kemampuan anestetik minyak cengkeh (Sygnium aromaticum) terhadap benih ikan pelangi merah (Glossolepis incises). Aqua sains (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan). 2(1): 83-87.

Sukmiwati M, Sari N I. 2007. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet (Havea branciliensis Muel. ARG) sebagai pembius terhadap aktivitas dan kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio, L) selama transportasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 12(1):23-29.

Sunanto, Hatta. 1993. Budidaya Pala Komoditas Ekspor. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Suryaningrum TD, Setiabudi E, Muljanah I, Anggawati AM. 1994. Kajian penggunaan metode pembiusan secara langsung pada suhu rendah dalam transportasi lobster hijau pasir (Panulirus homarus) dalam media kering. Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan 79: 56-72.

(40)

24

Syawal H, Syafriadiman, Hidayah S. 2008. Pemberian ekstrak kayu siwak (Salvadora persica L.) untuk meningkatkan kekebalan ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang dipelihara dalam keramba. Jurnal Biodiversitas. 9(1): 44-47.

Wijayanti I, Elizabeth J T, Agus, Nani N, Christina L, R Marwita S P, Adrianus O W K, Ruddy S. 2011. Pengaruh temperatur terhadap kondisi anastesi pada bawal tawar Colossoma macropomum dan lobster tawar Cherax quadricarinatus. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Pulau-Pulau Kecil. 67-76.

Yanto H. 2012. Kinerja MS-222 dan kepadatan ikan botia (Botia macracanthus) yang berbeda selama transportasi. Jurnal Penelitian Perikanan 1(1): 43-51. Weatherley AH. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. New York (US):

(41)

25

(42)
(43)

27

Lampiran 1 Dokumentasi kegiatan penelitian

Hewan uji (ikan bawal) Daun pala

Penimbangan daun pala Pemblenderan daun pala dengan air

Ekstrak daun pala Pengukuran glukosa darah

Uji kualitas air Simulasi transportasi

(44)

28

Lampiran 2 Hasil analisis waktu pingsan ikan bawal

ANOVA (Analisis Ragam)

Variabel tidak bebas: waktu pingsan ikan bawal Jumlah

Lampiran 3 Hasil analisis waktu sadar ikan bawal

ANOVA (Analisis Ragam)

(45)

29

Lampiran 4 Tabel uji Independent Sample T Test perlakuan suhu terhadap kelangsungan hidup ikan

Waktu (menit)

Perlakuan suhu

(ºC) N Rata-rata Simpangan baku Galat baku rata-rata

(46)

30

Lampiran 5 Tabel uji Independent Samples T Test waktu sadar ikan terhadap lama waktu pemingsanan

Lama pingsan

(menit) Perlakuan N Rata-rata Simpangan baku Galat baku rata-rata

150 Dengan anestesi 3 1,3867 0,04726 0,02728

Tanpa anestesi 3 2,5967 0,53116 0,30667

180 Dengan anestesi 3 1,8600 0,40150 0,23180

Tanpa anestesi 3 3,4967 0,31565 0,18224

Uji Asumsi Keragaman dengan

Levene's Test

Uji T statistik

F Sig. t Derajat

bebas Sig. (2 arah)

Selisih Rata-rata

Selisih simpangan

baku

Selang Kepercayaan Selisih pada taraf 95% Batas bawah Batas Atas

Lama pingsan 150 menit

Asumsi

Keragaman Sama 13,196 0,022 -3,930 4 0,017 -1,21000 0,30788 -2,06481 -0,35519

Asumsi Keragaman Tidak Sama

-3,930 2,032 0,058 -1,21000 0,30788 -2,51510 0,09510

Lama pingsan 180 menit

Asumsi

Keragaman Sama 0,078 0,794 -5,551 4 0,005 -1,63667 0,29486 -2,45534 -0,81799

Asumsi Keragaman Tidak Sama

-5,551 3,789 0,006 -1,63667 0,29486 -2,47364 -0,79969

(47)

31

Lampiran 6 Tabel uji Independent Samples T Test tingkat kelulusan hidup ikan terhadap lama waktu pemingsanan

Lama pingsan

(menit) Perlakuan N Rata-rata Simpangan baku Galat baku rata-rata

150 Dengan anestesi 3 100,0000 0,00000

a

0,00000

Tanpa anestesi 3 100,0000 0,00000a 0,00000

(48)

32

Lampiran 7 Tabel uji Independent Samples T Test kelulusan hidup ikan terhadap lama simulasi

Lama simulasi

(menit) Perlakuan N Rata-rata Simpangan baku Galat baku rata-rata

150 Dengan anestesi 3 93,3333 11,54701 6,66667

Tanpa anestesi 3 80,0000 0,00000 0,00000

180 Dengan anestesi 3 66,6667 11,54701 6,66667

Tanpa anestesi 3 60,0000 0,00000 0,00000

Uji Asumsi Keragaman dengan

Levene's Test

Uji T statistik

F Sig. t Derajat

bebas Sig. (2 arah)

Selisih Rata-rata

Selisih simpangan

baku

Selang Kepercayaan Selisih pada taraf 95% Batas bawah Batas Atas

Lama pingsan 150 menit

Asumsi

Keragaman Sama 16,000 0,016 2,000 4 0,116 13,33333 6,66667 -5,17630 31,84297

Asumsi Keragaman Tidak Sama

2,000 2,000 0,184 13,33333 6,66667 -15,35102 42,01768

Lama pingsan 180 menit

Asumsi

Keragaman Sama 16,000 0,016 1,000 4 0,374 6,66667 6,66667 -11,84297 25,17630

Asumsi Keragaman Tidak Sama

1,000 2,000 0,423 6,66667 6,66667 -22,01768 35,35102

(49)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Magetan, Jawa Timur, tanggal 17 April 1993 yang kemudian berdomisili di Kota Bekasi, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang bernama Ahmad Suluh Purusotama dari pasangan Muhammad Teguh Totoyuwono dan Wantini. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis diantaranya yaitu TK Bina Insani Rawalumbu Bekasi, SDN Bojong Rawalumbu X Kota Bekasi, SMPN 1 Bekasi, dan SMAN 6 Bekasi. Penulis masuk di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di jurusan Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi anggota di Himpunan Profesi Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN) bidang SKPP periode 2012-2013 dan bidang INFOKOM periode 2013-2014, menjadi panitia OMBAK bidang komisi disiplin pada masa perkenalan fakultas FPIK tahun 2013, menjadi sekretaris I di kepanitiaan masa perkenalan departemen Teknologi Hasil Perairan yaitu SENSORI 2014 pada divisi BPH. Penulis pernah melakukan kegiatan praktik lapang di UD. Usaha Suwaga Jaya, Gresik, Jawa Timur mengenai analisis kelayakan dasar pada otak-otak bandeng, dan menghasilkan

laporan praktik lapang yang berjudul “Analisis Kelayakan Dasar pada

Pengolahan Otak-Otak Bandeng di UD. Usaha Suwaga Jaya, Gresik,

Jawa Timur”. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Ekstrak

Gambar

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian pendahuluan
Gambar 2 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap I
Gambar 3.
Gambar 4 Pengaruh pemberian ekstrak kasar daun pala dengan berbagai konsentrasi berbeda terhadap waktu pingsan (    ) dan sadar (    )   (keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada waktu pingsan dan sadar ikan menunjukkan hasil yang berbeda nyata [p<0,05])
+7

Referensi

Dokumen terkait

Delta Merlin Sandang Tekstil I Sragen yaitu Bapak Suparno, menjelaskan bahwa belum ada penelitian mengenai stres kerja dan konflik kerja dengan produktivitas kerja pekerja

Rangkain alat kominusi yang terdapat di tambang merupakan rangkaian alat kominusi yang menghasilkan coarse product yaitu : mobile crusher, belt conveyor, hammer crusher dan

Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan di atas, dapat disampaikan saran-saran yang perlu menjadi bahan masukan bagi semua pihak dalam rangka pengawasan orang

Sumber informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data item. Terdapat beberapa pengertian data menurut beberapa ahli, diantaranya :

Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat kejenuhan ammonium sulphat yang digunakan untuk ekstraksi dari endapan preparat menghasilkan rendemen protease kasar biduri yang

Pada tahapan ini berbagai lembaga pengawasan baik internal maupun eksternal eksekutif akan berperan termasuk BPK RI, lembaga legislatif, pengawasan oleh

Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas imunomodulator fermentasi teh rosela jamur kombucha terhadap proliferasi sel limfosit secara in

Herrixka hauetan harresiek lur-harri nukleoa dute, zeinak kanpoaldera hareharrizko (aztarnategien inguruko lehengaia) xaflez osaturiko hormekin estaltzen diren. Harrien artean ez