PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG
(Katsuwonus pelamis) dan LAYANG (Decapterus macrosoma) di
PERAIRAN KABUPATEN POHUWATO PROVINSI
GORONTALO
MUNIRAH TULI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengelolaan Sumberdaya Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Layang (Decapterus sp) di Perairan
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontaloadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2015
Munirah Tuli
RINGKASAN
MUNIRAH TULI. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Dan Layang (Decapterus Macrosoma) di Perairan Kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo. Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER dan LUKY ADRIANTO.
Ikan cakalang dan ikan layang merupakan dua jenis ikan target utama yang menjadi target penangkapan nelayan di Kabupaten Pohuwato, hal ini dikarenakan harga kedua ikan tersebut yang cukup stabil serta stoknya melimpah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui alokasi upaya penangkapan berdasarkankelimpahan ikancakalang dan ikan layang di Perairan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, Menganalisis kelayakan usaha perikanan dengan analisis Revenue Per Unit Effort (RPUE), Mengidentifikasi tujuan perikanan
berdasarkan persepsi stakeholders.
Penelitian ini dilakukan di Perairan Kabupaten Pohuwato, dilakukan selama kurang lebih 8 bulan. Data primer khususnya tentang sumberdaya ikan diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan para pelaku perikanan (nelayan/ABK, pemilik kapal, pengumpul, petugas TPI dan stakeholders lainnya), dan pilihan dengan menggunakan daftar
pertanyaan/kuisioner yang terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan melalui laporan statistik perikanan mencakup data statstik rumah tangga perikanan (RTP), statistik armada dan alat tangkap , data produksi dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pohuwato, Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sertaTomini Bay Sustainable Coastal Livelihoods and Management (SUSCLAM), disamping berbagai literatur yang
mendukung penelitian ini misalkan publikasi ilmiah, publikasi daerah dan dokumen lainnya. Metode analisis data yaitu untuk mengetahui alokasi upaya penangkapan terhadap kelimpahan ikan yaitu Indeks kelimpahan stok sumberdaya melalui.pencatatan data hasil tangkapan, jumlah trip/kapal/alat tangkap secara runtun waktu Selanjutnya akan dilakukan penghitungan hasil tangkapan per upaya(CPUE), CPUE (Catch per Unit of Effort), Analisis alokasi usaha
penangkapan yaitu dengan indeks musiman bulanan (%), dan prakiraan keuntungan ekonomi dengan analisis Revenue Per Unit Effort (RPUEj). Serta
analisis untuk persepsi stakeholder terhadap tujuan pengelolaan perikanan dengan menggunakan analisis conjoint.
Hasil analisis menunjukan, berdasarkan hasil uji wald diperoleh faktor jenis alat tangkap, kedalaman dan musim berpengaruh signifikan terhadap hasil tangkapan ikan cakalang dengan p-value<5%. Sedangkan zona tidak berpengaruh
terhadap hasil tangkapan ikan cakalang. ikan layang berdasarkan hasil uji wald diperoleh faktor jenis alat tangkap berpengaruh signifikan terhadap hasil tangkapan ikan layang dengan p-value<5%. Sedangkan zona, kedalaman, dan
musim tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil tangkapan ikan layang. Berdasarkan Indeks Musiman Bulanan (Ij) bahwa Ij bulan Agustus yang tertinggi
sebesar 69, 05 % kemudian di ikuti bulan Juli sebesar 65, 94 %. Untuk ikan layang Indeks Musiman Bulanan (Ij), September yang tertinggi sebesar 65, 83 %
Unit Effort (RPUEj). Nilai RPUE tertinggi untuk ikan layang dan ikan cakalang
terjadi pada bulan Oktober. Hasil analisis pengelolaan perikanan dengan metode
conjoint dengan melihat atribut yang memiliki skor kepentingan tertinggi adalah
environmental quality sebesar 14.69 %, kemudian menunjukkan bahwa tujuan pengelolaan yang dilakukan semestinya memperhatikan kualitas lingkungan perairan agar tetap terjaga, selanjutnya atribut yang memiliki skor tertinggi yaitu
inshore/offshore dengan skor kepentingan sebesar 11.52 %.
SUMMARY
MUNIRAH TULI. Resources Management of Skipjack (Katsuwonus Pelamis)
And Flying Fish (Decapterus Macrosoma) in Water Area of Pohuwato Regency
of Gorontalo Province. Supervised by MENNOFATRIA BOER and LUKY ADRIANTO.
Skipjack and flying fish are the two main target of the fisherman in Pohuwato Regency.This is because the price of fish is fairly stable and the stocks are abundant in. The purpose of this study was to determine the allocation of fishing effort based on the abundance of skipjack and flying fish in the water area of Pohuwato Regency, Gorontalo province. The feasibility of fisheries is analyzed by usingRevenue PerUnit Effort(RPUE),then, the objectives of fisheries are
identified based on the perception of stakeholders.
This research was conducted in water area of Pohuwato for approximately 8 months. The primary data particularly on fish resources obtained through direct observation of the research site and interviews with the fishermen including crew members, ship owners, collectors, TPI officers and other stakeholders by using a structured list of questions / questionnaire in accordance with the purpose of the research.Secondary data which is collected through fishery statistical report includes data on domestic fisheries statistics (RTP), statistical fleets and fishing gear, production data from the Department of Fisheries and Marine of Gorontalo Province, Department of Fisheries and Marine of Pohuwato, Central Statistics Bureau of Gorontalo Province, Development Planning Board of and Tomini Bay regional Sustainable Coastal Livelihoods and Management (SUSCLAM), in
addition to a variety of literature which is supporting this research eg scientific publications, local publications and other documents.The method of data analysis aims to determine the allocation of fishing effort on the abundance of fish namely stock abundance index of resources through data recording catches, number of trips / boat / gear in time series. The next will be the calculation of Catch per Unit of Effort (CPUE), Analysis of fishing effort allocation is done with monthly
seasonal index (%), and forecasts of economic benefit to the analysis of Revenue Per Unit Effort (RPUEj). Conjoint analysis is used to analyze the perception of
stakeholders of the fisheries management objectives.
The results of the analysis indicates that based on wald test results that was obtained a factor of gear types, depths and seasons that have given a significant effect on the catch of tuna with a p-value <5%, while the zone has no effect on the catch of skipjack. For the flying fish, based on the wald test results acquired a factor fishing gears significantly influence the catches of flying fish with p-value <5%. While the zone, depth, and season has no significant effect on flying fish catches.Based on the Monthly Seasonal Index (Ij) that Ij in August was the highest by 69.05%, then followed by 65.94% in July. The highest of Monthly Seasonal Index (Ij) for the flying fish is in September at 65.83% then followed by 64.37% in August. The high value of Ij in July, August and September are due to East Season, where the abundance of skipjack and flying fish are quite a lot. However, the level of utilization for tuna and flying fish are still workable.Results of analysis Revenue Per Unit Effort(RPUEj). The RPUE of skipjack is much
high and stable when compared with flying fish. The highest RPUE value for lying fish occurred in May while for skipjack, the highest of its RPUE value was in October.The results of the analysis of fisheries management of conjoint method
acquired by looking at the attributes that have the highest scores on environmental quality interest of 14.69%, then showed that the objectives that are carried out should pay attention to the quality of the water environment in order to stay preserved, then the attributes that have the highest scores is inshore / offshore with a score interests at 11:52%.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Sumberdaya Perairan
PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG
(Katsuwonus pelamis) dan LAYANG (Decapterus macrosoma) di
PERAIRAN KABUPATEN POHUWATO PROVINSI
GORONTALO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2015
PRAKATA
Puji syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT dan Baginda Rasulullah Muhammad SAW, atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai Januari 2014 ini adalah “Pengelolaan Sumberdaya Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Layang (Decapterus macrosoma) di Perairan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo”. Penulis
berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan di Perairan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.
Penelitian ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, terimakasih Penulis sampaikan kepada :
1. Ir. Al-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus, SH,.M.Kes
2. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc, selaku ketua program studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
3. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA dan Dr.Ir. Luky Adrianto, M.Sc, selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama ini.
4. Seluruh keluarga, kedua orang tua (Drs. Muhammad N Tuli, M.Ag dan Dra Nurtin Tuli) dan Suami (Funco Tanipu, MA), Davin dan Zahra, adik dan kakak. Atas segala doa dan motivasinya, sehingga penulis memiliki semangat untuk menyelesaikan tesis.
5. Segenap Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato, baik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pohuwato, BAPPEDA, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pohuwato, Badan Penyuluh Perikanan Kabupaten Pohuwato, yang telah membantu penulis selama penelitian. 6. Nelayan dan pedagang pengumpul ikan di Kabupaten Pohuwato, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas informasi dan kerja sama yang baik selama penulis menyelesaikan penelitian.
7. Mahasiswa Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Negeri Gorontalo angkatan 2010, terima kasih atas segala bantuannya selama penelitian.
8. Teman Teman-teman seperjuangan SDP 2010 (Aay, Dyah, Kak Anti, Kak Sri, Mba Iah, Pak Darwin, Robin, Pak Gema). serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
9. Teman- teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor, atas bantuan yang diberikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tulisan ini.
Bogor, November 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
2 TINJAUAN PUSTAKA 6
3 METODE 18
Waktu dan Lokasi Penelitian 18
Jenis dan SumberData 18
Prosedur Analisis Data 22
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 35
5 SIMPULAN DAN SARAN 67
Simpulan 67
Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 68
LAMPIRAN 72
DAFTAR TABEL
1 Potensi dan pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Tangkap 2
2 Jenis dan sumber data ikan 19
3 Jenis dan sumber data sosial ekonomi 19
4 Jenis dan sumber data sekunder 20
5 Teknik pengambilan contoh 21
6 Atribut tujuan pengelolaan 25
7 Letak geografis menurut kecamatan di Kabupaten Pohuwato 2013 28 8 Suhu udara maksimum, minimum, dan rata-rata menurut bulan di
Kabupaten Pohuwato 29
9 Kelembapan udara (%) menurut bulan di Kabupaten Pohuwato 29 10 Luas wilayah dan julah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten
Pohuwato 2013 30
11 Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama seminggu yang lalu dan jenis kelamin di Kabupaten Pohuwato 2013 30 12 Perkembangan ekonomi dan sosial budaya daerah tahun 2010-2013 31 13 Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Pohuwato 2013 31 14 Jumlah nelayan perikanan laut menurut kategori nelayan dan
kabupaten/kota 32
15 Jenis-jenis perikanan penting, produksinya diKabupaten Pohuwato
tahun 2010 32
16 Rata-rata produksi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 34 17 Jumlah unit pengolahan dan unit pemasaran di Kabupaten Pohuwato 34 18 Hasil tangkapan ikan cakalang (ton) per jenis alat tangkap di perairan
Kabupaten Pohuwato kurun waktu 2005-2013 39
19 Upaya per jenis alat tangkap (unit) cakalang di Perairan Kabupaten
Pohuwato kurun waktu 2005-2013 39
20 Jumlah tangkapan (C) dan jumlah upaya penangkapan (F) ikan cakalang di Perairan Kabupaten Pohuwato berddasarkan hasil
standarisasi kurun waktu 2005-2013 40
21 Hasil tangkapan ikan layang (ton) per jenis alat tangkap di Perairan
Kabupaten Pohuwato kurun waktu 2005-2013 42
22 Hasil tangkapan ikan cakalang (ton) per jenis alat tangkap di perairan
Kabupaten Pohuwato kurun waktu 2005-2013 42
23 Jumlah tangkapan (C) dan jumlah upaya penangkapan (F) ikan layang di Perairan Kabupaten Pohuwato berdasarkan hasil standarisasi, kurun
waktu 2005-2013 43
24 Uji wald ikan cakalang 47
25 Hasil uji ANOVA parameter yang mempengaruhi upaya tangkapan
ikan cakalang 48
26 Uji wald ikan layang 49
27 Hasil uji ANOVA parameter yang mempengaruhi upaya tangkapan
ikan layang 50
28 Jumlah nelayan berdasarkan tingkat pendidikan nelayan penangkap
ikan Kabupaten Pohuwato 51
30 Jumlah responden nelayan penangkap ikan menurut rata-rata hasil
tangkap ikan cakalang per musim tangkap 52
31 Jumlah responden nelayan penangkap ikan menurut rata-rata hasil
tangkap ikan layang per musim tangkap 52
32 Jumlah responden pedagang pengumpul ikan menurut klasifikasi hasil
produksi ikan cakalang 53
33 Jumlah responden pedagang pengumpul ikan menurut klasifikasi hasil
produksi ikan layang 53
34 Indeks musiman bulanan (Ij) ikan cakalang 54
35 Indeks musiman bulanan (Ij) ikan layang 55
36 Alternatif kebijakan tujuan pengelolaan oleh kalangan Pemerintah
Daerah 60
37 Alternatif kebijakan tujuan pengelolaan yang dianggap paling utama
oleh kalangan akademisi 61
38 Analisis tingkat kepentingan alternatif kebijakan mengenai tujuan pengelolaan perikanan yang dianggap paling utama oleh lembaga
swadaya masyarakat 62
39 Analisis tingkat kepentingan alternatif kebijakan mengenai tujuan pengelolaan perikanan yang dianggap paling utama oleh masyarakat
nelayan dan pedagang ikan 63
40 keseluruhan alternatif kebijakan pengelolaan perikanan yang dirasa
penting oleh responden 64
41 Tingkat kepentingan dalam pengelolaan perikanan 64 42 Output korelasi secara Pearson dan Kendall's tau 65
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian 5
2 Ikan layang (Decapterus macrosoma) 7
3 Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) 8
4 Kerangka pengelolaan perikanan berkelanjutan (Adrianto. 2005) 14 5 Klasifikasi tipe habitat berdasarkan kedalaman dan zona 17
6 Peta perairan Kabupaten Pohuwato 18
7 Pertanyaan dalam pilihan percobaan dengan metode conjoint 27
8 Grafik jumlah tangkapan ikan cakalang oleh nelayan Perairan
Kabupaten Pohuwato 40
9 Grafik upaya penangkapan ikan cakalang oleh nelayan di Perairan
Kabupaten Pohuwato kurun waktu 2005-2013 41
10 Grafik tangkapan per satuan upaya penangkapan ikan cakalang oleh nelayan di Perairan Kabupaten Pohuwato kurun waktu 2005-2013 41 11 Grafik jumlah tangkapan ikan layang oleh nelayan Perairan
Kabupaten Pohuwato 43
12 Grafik upaya penangkapan ikan layang oleh nelayan di Perairan
13 Grafik tangkapan per satuan upaya penangkapan ikan layang oleh nelayan di Perairan Kabupaten Pohuwato kurun waktu 2005-2013 44 14 Tabulasi data indeks musiman bulanan ikan cakalang (Ij) (%) dan
effort 55
15 Tabulasi data indeks musiman bulanan ikan layang (Ij) (%) dan effort 56
16 Fluktuasi nilai indeks musiman bulanan ikan cakalang dan layang
(Ij)(%) 56
17 Grafik upaya tangkap dan tingkat produksi ikan cakalang dan ikan
layang 57
18 Skor kepentingan setiap atribut dalam pengelolaan perikanan di
Kabupaten Pohuwato 66
DAFTAR LAMPIRAN
1
Klasifikasi jumlah alat tangkap 722 Jumlah nelayan, RTP, produksi, jumlah armada dan alat tangkap 73 3 Jumlah tangkapan total (Ctotal), upaya penangkapan total (Ftotal),
jumlah tangkapan per satuan upaya total (CPUEtotal) dan Fishing Power Index (FPI) ikan cakalang oleh nelayan Perairan Kabupaten Pohuwato dan perhitungan standarisasi upaya penangkapan 74 4 Jumlah tangkapan total (Ctotal), upaya penangkapan total (Ftotal),
jumlah tangkapan per satuan upaya total (CPUEtotal) dan Fishing Power Index (FPI) ikan layang oleh nelayan Perairan Kabupaten Pohuwato dan perhitungan standarisasi upaya penangkapan 76 5 Hub. hasil tangkapan ikan cakalang dan zona, habitat, kedalaman, dan
musim 79
6 Regresi logistik ikan cakalang 85
7 Regresi logistik ikan layang 85
8 Jumlah nelayan penangkap ikan berdasarkan status kepemilikan alat
tangkap 87
9 Jumlah pedagang pengumpul ikan berdasarkan jenis usaha 87 10 Jumlah pedagang pengumpul ikan berdasarkan lamanya usaha 87 11 Jumlah responden nelayan penangkap ikan menurut klasifikasi
pendapatan setiap musim produktif 87
12 Jumlah responden pedagang pengumpul ikan cakalang menurut
klasifikasi pendapatan 88
13 Jumlah responden pedagang pengumpul ikan layang menurut
klasifikasi pendapatan 88
14 Perhitungan nilai indeks maksimum bulanan (Ij)(%) ikan cakalang
dari bulan April 2013-Januari 2014 89
15 Perhitungan nilai indeks maksimum bulanan (Ij)(%) ikan layang dari
bulan April 2013-Januari 2014 90
16 Perhitungan RPUEj ikan cakalang 91
17 Perhitungan RPUEj ikan layang 94
19 Pola RPUEj untuk ikan cakalang dan ikan layang 98
20 Nilai CPUE dan RPUEj untuk ikan cakalang 99
21 Nilai CPUE dan RPUEj untuk ikan layang 100
22 Alat yang digunakan selama penelitian 101
23 Responden persepsi pilihan percobaan 103
24 Hubungan Suhu Permukaan Laut (SPL) terhadap hasil tangkapan ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) 105
25 Hubungan salinitas terhadap hasil tangkapan ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) 107
26 Hubungan Suhu Permukaan Laut (SPL) terhadap hasil tangkapan ikan
layang(D.macrosoma) 109
27 Hubungan salinitas terhadap hasil tangkapan ikan cakalang
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Gorontalo yang berada di kawasan Teluk Tomini. Khusus untuk Provinsi Gorontalo, luas perairan Teluk Tomini kurang lebih 43.100 km2, dengan panjang garis pantai 438.1 km sepanjang Teluk Tomini (Agus dan Wardono 2007). Daerah ini memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang terdiri dari potensi sumberdaya perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan pulau-pulau kecil. Potensi sumberdaya perikanan tangkap sebesar 605.820 ton, perikanan budidaya sebesar 12.100 ton dengan luas 1.731 ha, dan pulau-pulau kecil sebanyak 49 pulau. Tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan tangkap baru sekitar 69.05%, sedangkan untuk perikanan budidaya sebesar 38% (Tabel 1).
Potensi kandungan sumberdaya alam yang terdapat pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Pohuwato belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal itu dikarenakan oleh keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki, kurangnya informasi fishing ground sehingga dapat mempengaruhi operasi
penangkapan ikan, kelimpahan serta distribusi ikan. Begitu juga dengan sistem pendataan yang kurang baik, khususnya sistem pendaratan. Beberapa kendala yang dihadapi adalah tidak adanya sistem lelang di beberapa TPI, fasilitas, sumberdaya, dan sistem pencatatannya. Aspek lain yang menjadi permasalahan adalah belum adanya visi bersama diantara para stakeholders perikanan, jika
pengelolaan perikanan yang kurang atau bahkan tidak didasarkan pada hasil kajian komprehensip yang mencakup berbagai aspek diantaranya aspek biologis, teknologi, sosial dan ekonomi maka penentuan tingkat pengelolaan kurang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Mengatasi persoalan yang ada, maka di perlukan suatu kajian pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Kabupaten Pohuwato agar dapat memanfaatkan sumberdaya ikan tanpa mengganggu keberlanjutan ekologinya. Disisi lainnnya, persepsi kehidupan sosial perikanan pelagis dalam hal ini persepsi
stakeholders terkait pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis dapat diketahui
2
Tabel 1 Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Tangkap Kegiatan Potensi Sumber : Statistik Perikanan dan Kelautan Pohuwato (2010).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengelolaan perikanan yaitu Ross (2011) yang meneliti model pengelolaan perikanan pelagis secara berkelanjutan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur; pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis kecil di kota Ternate (Bafagih 2011); keberlanjutan perikanan pelagis di Ternate dan strategi pengembangannya (Rommy 2011); pengelolaan sumberdaya perikanan kawasan Teluk (Studi kasus teluk Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara) (Lasabuda 2010); model pengembangan perikanan tangkap ikan pelagis di Provinsi Gorontalo (Baruadi 2004); analisis kapasitas perikanan tangkap dalam rangka pengelolaan armada penangkapan di Provinsi Gorontalo (Olii 2007); analisis investasi optimal pemanfaatan sumberdaya ikan layang (Decapterus spp) di kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo (Parenrengi 2009); skenario pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan (Studi kasus sumberdaya larva ikan bandeng di pesisir kota Jayapura, Provinsi Papua) (Rumbekwan 2010); dan Munirah (2007) yang meneliti pendugaan parameter dinamika populasi, potensi lestari dan tingkat eksploitasi ikan sardin (Sardinella sirm Walbaum, 1792) di Perairan Kabupaten
Barru Sulawesi Selatan.
Perumusan Masalah
3 dikhawatirkan pemanfataan sumberdaya secara intensif akan mendorong usaha perikanan kedalam kehancuran dan terjadinya konflik terhadap sumberdaya ikan.
Kabupaten Pohuwato merupakan satu diantara beberapa kabupaten yang baru di Provinsi Gorontalo. Kabupaten tersebut memiliki sumberdaya laut perikanan yang dijadikan sebagai modal utama bagi pembangunannya, terutama di kawasan Teluk Tomini. Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Tomini relatif dekat dengan garis pantai dan dilakukan dalam satu hari trip (one day fishing),
menggunakan teknologi sederhana, sehingga dimungkinkan potensi sumberdaya ikan yang besar belum dikelola secara optimal.
Sebagian besar Penduduk Pohuwatoyang hidup di wilayah pesisir mengandalkan perikanan dan sumberdaya pesisir/laut lainnya sebagai penopang utama bagi penghidupannya. Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa potensi dari sumberdaya laut terhadap penduduk Pohuwato masih dapat dikembangkan jauh lebih besar. Potensi sumber daya yang besar, menunjukkan bahwa banyak hal yang harus dilakukan untuk merealisasikan potensi tersebut agar menjadi kekuatan ekonomi yang dapat diandalkan. Kesejahteraan masyarakat yang rendah, pemanfaatan sumberdaya yang belum efisien, dan adanya kecenderungan baru yang mengarah pada kerusakan sumberdaya itu sendiri merupakan hal-hal yang harus menjadi perhatian serius dari segenap stakeholders
dari sumberdaya tersebut.
Nugraha dan Suwarso 2006 in Nurhakim et al. 2008 menyatakan bahwa
sejauh ini tipe perikanan yang mengeksploitasi sumberdaya secara umum masih bersifat skala kecil dengan menggunakan armada relatif kecil (< 30 GT), sehingga kapal terkonsentrasi pada perairan pantai. Untuk mengoperasikan alat tangkap pancing tangan (handline) untuk menangkap tuna, ikan cakalang, gill net untuk
menangkap tongkol, pajeko (purse seine mini) untuk menangkap ikan pelagis
kecil, pancing rawai untuk menangkap ikan karang, dan beberapa jenis alat tangkap tradisional lainnya (payang ‟pajala‟, bagan dan lain-lain).
Selain itu, kebijakan keberlanjutan perikanan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah belum dilaksanakan oleh stakeholdersdan masyarakat. Berdasarkan hal ini,
diduga belum ada visi bersama antara Pemerintah Daerah, stakeholders, dan
masyarakat. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pengelolaan perikanan yang memiliki tujuan yang sama.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah mengetahui alokasi upaya penangkapan berdasarkan kelimpahan ikan cakalang dan ikan layang di Perairan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, menganalisis kelayakan usaha perikanan dengan analisis Revenue Per Unit Effort (RPUE), dan mengidentifikasi tujuan perikanan
4
Manfaat Penelitian
Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan untuk penentuan kebijakan pengelolaan perikanan di wilayah perairan Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo
Ruang Lingkup Penelitian
Sumberdaya perikanan merupakan aset negara yang dapat memberikan peranan sebagai penyedia sumber protein, penyedia lapangan kerja serta penghasil devisa. Kebijakan terhadap sumberdaya perikanan dimasa lalu lebih banyak mengarah pada upaya peningkatan produksi. Kebijakan seperti ini tidak menutup kemungkinan menuju kearah pemanfataan yang berlebihan (over exploited), pada akhirnya akan mengancam kelangsungan usaha dan kelestarian
sumberdaya itu sendiri.
Apabila tekanan yang diterima oleh sumberdaya ikan di suatu perairan sangat tinggi, kemampuan untuk memulihkan diri akan menjadi sangat lamban. Keterlambatan proses rekruitment tersebut berdampak pada menurunnya kualitas dan kuantitas jenis ikan yang dapat diperoleh di perairan tersebut. Untuk menjamin ketersediaan stok sumberdaya ikan di suatu perairan, dibutuhkan suatu manajemen pengelolaan, sehingga tidak hanya mengakomodasi dari sisi ekonomi dan teknologi tapi juga mempertimbangkan sisi ekologi dan biologi. Menurut Adrianto et.al. (2004), evaluasi keberlanjutan terhadap suatu kebijakan
pengelolaan sumberdaya ikan seyogyanya dilakukan terhadap aspek ekologi, sosial, ekonomis, etis, maupun kelembagaan guna merumuskan pengelolaan yang obyektif. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan pangan baik untuk saat ini atau masa yang akan datang.
Cochrane (2002) menyatakan bahwa tujuan (goal) umum pengembangan
ekonomi perikanan melalui pengembangan usaha penangkapan ikan meliputi 4 (empat) aspek yaitu sumberdaya (biologi), teknis, ekonomi, dan sosial. Adapun tujuan tersebut adalah :
1. Untuk menjaga sumberdaya ikan pada kondisi di atas tingkat yang diperlukan bagi keberlanjutan produktiivitas.
2. Untuk meminimalkan dampak teknis kegiatan penangkapan ikan bagi lingkungan fisik serta sumberdaya non-target (by-catch), serta sumberdaya
lainnya yang terkait.
3. Untuk memaksimalkan pendapatan
5
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sumberdaya Perikanan
Pelagis di Perairan Kabupaten Pohuwato
Analisis Revenue Per Unit Effort (RPUE)
Analisis conjoint untuk mengidentifikasi tujuan perikanan
Kegiatan perikanan makin tidak efisien dan cenderung over
fishing
Perlu solusi keberlanjutan
Keberlanjutan Ekologi Keberlanjutan Ekonomi Keberlanjutan Sosial
Alokasi upaya penangkapan terhadap kelimpahan ikan
Model pengelolaan perikanan berkelanjutan
6
2
TINJAUAN PUSTAKA
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil
Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya alam yang didukung oleh sumberdaya manusia, modal, teknologi dan informasi yang mencakup seluruh potensi di lautan maupun di perairan daratan yang dapat didayagunakan untuk kegiatan usaha perikanan (Setyohadi 1997 in Bafagih. 2011). Pengelolaan
sumberdaya perikanan laut dihadapkan pada tantangan-tantangan yang timbul karena faktor-faktor yang menyangkut perkembangan penduduk, perkembangan sumberdaya dan lingkungan, perkembangan teknologi dan ruang lingkup international.
Dalam kaitannya dengan sumberdaya perikanan sebagai suatu sistem, Adrianto (2005) berpendapat bahwa perikanan memiliki peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, kesempatan kerja, rekreasi, perdagangan dan kesejahteraan ekonomi, tidak bagi masyarakat di sekitar lingkungan sumberdaya, tetapi juga meliputi suatu kawasan atau komunitas tertentu. Karena itu, sumberdaya perikanan membutuhkan pengelolaan yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang (sustainable). Tidak hanya bagi generasi saat ini,
namun juga generasi masa depan.
Berdasarkan habitatnya, sumberdaya ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu ikan pelagis, ikan demersal dan ikan karang. Ikan demersal adalah ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan yang lebih dalam hingga dasar perairan, umumnya hidup secara soliter dalam lingkungan spesiesnya. Berdasarkan lapisan renangnya, jenis ikan karang termasuk kelompok ikan demersal namun habitatnya secara khusus terdapat disekitar terumbu karang, sehingga sering dipisahkan dari ikan demersal. Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan permukaan hingga kolom air (mid layer). Ikan pelagis bersifat fototaxis positif dan tertarik pada
benda-benda terapung. Ikan pelagis memiliki ciri khas yaitu dalam beraktivitas umumnya membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk
berbagai kebutuhan hidupnya. Ikan pelagis dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah ikan pelagis besar yaitu ikan pelagis dengan ukuran 100-250 cm (ukuran dewasa) dan jenis ikan ini umumnya adalah peruaya dan perenang cepat, misalnya ikan tuna, cakalang, tongkol, tenggiri dan lain-lain. Kelompok kedua adalah ikan pelagis kecil yaitu ikan pelagis yang berukuran 5-50 cm (ukuran dewasa), seperti ikan layang, kembung, lemuru, selar, teri, ikan terbang dan lainnya. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pemanfaatan dan pengelolaan, karena karakter aktivitas yang berbeda kedua kelompok jenis ikan ini.
Penyebaran ikan pelagis dipengaruhi oleh perubahan lingkungan perairan. Hal ini terjadi karena ikan pelagis mencari kondisi lingkungan yang cocok dengan kondisi tubuhnya. Daerah yang banyak diminati oleh ikan pelagis adalah daerah yang masih mendapatkan cahaya matahari yang dikenal sebagai daerah fotik dimana suhu optimal bagi ikan pelagis yaitu berkisar antara 28–300C. Pada siang
7 ikan demersal akan beruaya ke lapisan atas dan berbaur dengan ikan pelagis (Laevastu dan Hayes 1981 in Hugesta 2004).
Ikan layang (Decapterus macrosoma)
Ikan layang tergolong ikan stenohaline (diatas 30‰) menyukai perairan
dengan salinitas 32‰ – 34 ‰. Ikan ini memiliki ciri-ciri sebagai ikan pelagis yang suka berkumpul dan bergerombol, pemakan zooplankton serta senang pada perairan jernih, banyak tertangkap pada perairan sejauh 20 – 30 mil dari pantai (Hardenberg 1937 in Taeran, 2007).
Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984) sebagai berikut : Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidae Famili : Carangidae
Sub Famili : Caranginae Genus : Decapterus
Spesies : D. macrosoma (Ikan layang deles)
Gambar 2. Ikan layang deles (D. macrosoma)
Suhu perairan memiliki peranan penting dalam penyebaran dan dinamika daerah penangkapan ikan layang. Ikan layang dapat beradaptasi pada perairan dengan kisaran suhu yang cukup lebar, yaitu 20-300C, bahkan mampu beradaptasi pada suhu perairan yang lebih rendah lagi, yaitu 12-250C. Ikan layang biasanya
memijah di perairan yang memiliki suhu minimum 170C. Ikan layang umumnya
memiliki dua periode pemijahan setiap tahun. Puncak musim pemijahan jenis ikan ini biasanya terjadi pada bulan Maret-April dan Agusuts-September (Widodo 1988 in Simbolon 2011). Namun, musim pemijahan ini terkadang mengalami
8
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang. .
Taksonomi ikan cakalang menurut Saanin (1984) adalah : Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes
Sub ordo : Scombroidea Famili : Scombridae Genus : Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis
Gambar 3. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae, species
Katsuwonus pelamis. Collete (1983) menjelaskan ciri-ciri morfologi cakalang
yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill rakes) berjumlah 53-63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang
terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek,
terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan
tidak bersisik kecuali pada barut badan (corselets) dan lateral line terdapat titik-
titik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah dan 6 perut keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping badan. Cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan ruaya disekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus. Ikan ini biasa bergerombol diperairan pelagis hingga kedalaman 200 m dan mencari makan berdasarkan penglihatan sehingga rakus terhadap mangsanya.
Distribusi ikan Cakalang ditentukan oleh faktor internal maupun faktor eksternal dari lingkungan perairan. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan
9 bagian selatan. Lokasi penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di
tentukan oleh musim yang berbeda untuk setiap perairan. Penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara umum dapat dilakukan sepanjang tahun.
Hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Musim hasil lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan musim hasil penangkapan sedikit disebut musim paceklik (Nikijuluw. 2002).
Populasi ikan cakalang yang dijumpai di Perairan KTI sebagian besar berasal dari Samudera Pasifik dan memasuki perairan tersebut mengikuti arus. Namun, sebagian ikan cakalang terutama yang terdapat di berbagai daerah kepulauan KTI kemungkinan adalah “stok lokal” yaitu hasil pemijahan di perairan Indonesia. Penyebaran geografis dan kelimpahan ikan cakalang dipengaruhi oleh ketersedian makanan sesuai yang diinginkan dalam jumlah dan waktu yang tepat. Bahkan ikan cakalang melakukan migrasi untuk mencari daerah baru yang kaya akan sumber makanan. Ikan cakalang mempunyai kebiasaan makan secara aktif pada pagi hari, kurang aktif pada siang hari, mulai aktif lagi pada sore hari, dan hampir tidak makan sama sekali pada malam hari.
Armada Penangkapan Ikan
Armada penangkapan ikan adalah sekumpulan unit penangkapan ikan yang melakukan sejumlah upaya untuk memperoleh sejumlah ikan. Sejumlah ikan atau produksi tangkapan sangat bergantung pada upaya penangkapan dan sediaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Untuk memaksimalkan produksi tangkapan, nelayan melakukan introduksi dengan mengefisienkan waktu penangkapan dan penggunaan teknologi penangkapan. Introduksi tersebut menyebabkan adanya interaksi antara dinamika populasi ikan dengan dinamika armada penangkapan (Hilborn 1985).
Upaya penangkapan merupakan ukuran dari jumlah alat tangkap yang beroperasi untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan atau juga merupakan gambaran dari intensitas armada penangkapan ikan yang beroperasi. Dengan kata lain, upaya penangkapan ikan adalah waktu dan frekuensi operasi penangkapan yang dikerahkan oleh berbagai unit penangkapan ikan untuk mendapatkan sejumlah sumberdaya ikan. Keadaan ini menunjukkan bahwa alat tangkap adalah suatu kekuatan (fishing power) atau kemampuan untuk menangkap (catchability)
sumberdaya ikan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan kepadatan stok ikan dimana dilakukan kegiatan penangkapan. Dengan demikian upaya penangkapan dalam biologi perikanan merupakan gambaran tentang kelimpahanikan (Cardinale et al. 2009).
10
dapat dideterminasi dari dua bagian utama, yaitu upaya penangkapan dan kondisi habitat dimana upaya penangkapan dilakukan, sehingga evaluasi dan monitoring perubahan upaya penangkapan dapat menjadi informasi penting untuk tindakan pengelolaan perikanan (McCluskey dan Lewison 2008).
Alokasi Upaya Penangkapan terhadap Kelimpahan Ikan
Stok diartikan sebagai suatu sub gugus dari suatu spesies yang mempunyai parameter pertumbuhan dan mortalitas yang sama dan menghuni secara geografis tertentu (Sparre dan Venema 1999). Oleh karena itu, struktur stok dapat didefinisikan sebagai suatu sub gugus dari suatu populasi yang di dalamnya terdapat ukuran mulai dari stadia juvenil, muda sampai dewasa dan mempunyai pertumbuhan dan mortalitas yang sama dan menghuni suatu geografis tertentu.
Sumberdaya dapat mengalami penipisan kelimpahan (abundance) bahkan
kemusnahan (collapse) jika dibiarkan dalam keadaan nir-kelola. Pengkajian stok (stock assessment) dalam arti sebenarnya adalah mencakup segala upaya riset
yang dilakukan untuk mengetahui respon sumberdaya ikan terhadap kebijakan pengelolaan. Misalnya terhadap penambahan upaya penangkapan (jumlah dan atau ukuran kapal penangkapan, alat penangkapan ikan); terhadap pembatasan hasil tangkapan (jumlah ikan yang boleh ditangkap, ukuran ikan yang yang boleh ditangkap dan sebagainya (Widodo 2003 in Ross. 2011).
Indeks yang paling umum digunakan kelimpahan relatif dalam studi perikanan adalah hasil tangkapan per unit upaya (CPUE). Catch (C) dan upaya
penangkapan (f). Pada umumnya gejala penangkapan berlebih (overfishing) di
tunjukkan oleh (i) penurunan CPUE, (ii) daerah penangkapan yang semakin jauh, (iii) penurunan rata-rata ukuran individu ikan, dan untuk perikanan multispesies (iv) perubahan komposisi jenis hasil tangkapan.
Adanya fluktuasi CPUE merupakan respon sumberdaya terhadap pengaruh dari luar, dimana kegiatan penangkapan dapat diasumsikan sebagai pengaruh utama. Sebagaimana diketahui bahwa faktor lain yang diduga mempengaruhi kelimpahan stok sumberdaya ikan adalah lingkungan (perubahan habitat, suhu, salinitas dan dinamika oseanografis), interaksi antarjenis, density dependent atau density independent', dan sejumlah faktor fisiologis ikan.
Untuk mengetahui hubungan antara hasil tangkapan dengan upaya penangkapan dan faktor-faktor yang mempengaruhi model probabilitas logistik atau disingkat logit (Widarjono, 2010). Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989), tujuan melakukan analisis data menggunakan regresi logistik adalah untuk mendapatkan model terbaik dan sederhana, namun model tersebut sejalan dengan tinjauan dari ilmu biologi untuk menjelaskan hubungan di antara hasil (variabel respon) dengan variabel-variabel bebas (variabel penjelas).
Regresi logistik biner
11 Lemeshow (2000) menjelaskan bahwa model regresi logistik dibentuk dengan menyatakan nilai P(Y = 1│x) sebagai π (x) yang dinotasikan sebagai berikut:
� = ( ) 1+ ( )
Dalam model regresi logistik diperlukan fungsi penghubung yang sesuai dengan model regresi logistik yaitu fungsi logit. Transformasi logit sebagai fungsi dari π(x), dinyatakan sebagai berikut (Hosmer and Lemeshow 1989) :
= ln �
1− �
dengan penduga linear :
= �0 +�1 1 +�2 2 +⋯+� Dengan p = jumlah peubah bebas
Penaksiran parameter
Untuk penaksiran parameter regresi logistik dapat dilakukan dengan maximum Likelihood Estimation (MLE). Metode ini pada dasarnya memberikan
nilai estimasi β untuk memaksimumkan fungsi likelihood (Hosmer dan Lemeshow 1989). Secara matematis fungsi likelihood (xi.yi) dapat dinyatakan :
( ) =� ( ) [1−π( )]1−yi
Karena setiap pengamatan diasumsikan independen maka fungsi likelihoodnya merupakan perkalian antara masing-masing fungsi likelihood yaitu:
� = �=1f(xi)
dan logaritma likelihoodnya dinyatakan sebagai berikut : L(β) = [ (β)]
= =1 . ln(� + 1− ln(1−(� )
Untuk memperoleh nilai β maka dengan memaksimumkan nilai L(β) dan mendiferensialkan L(β) terhadap β dan menyamakannya dengan nol. Persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut :
− �=1 ( ) = 0
Dan persamaan likelihoodnya, sebagai berikut :
= =1 . − �( ) = 0
Statistik uji G
Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum (likelihold ratio test ) yang digunakan untuk menguji peranan peubah bebas secera serentak atau
keseluruhan. Rumus umum untuk uji G : =−2 0
1
L0 = Nilai likelihood tanpa peubah bebas
L1 =Nilai likelihood dengan semua peubah bebas
dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : β1 = β2 = ...= βp = 0
H1 : minimal ada satu nilai βi tidak sama dengan 0, dengan i = 1,2,...p. Statistik uji G akan mengikuti sebaran khi kuadrat dengan derajat bebas p.
12
Pengujian signifikansi parameter
Pengujian dilakukan secara parsial untuk masing-masing koefisien peubah, yaitu dengan menggunakan statistik uji Wald. Uji ini sebanding dengan uji t pada regresi linear.
Uji Wald melakukan pengujian terhadap hipotesis : H0 : βi = 0
H0 : βi ≠ 0
dimana i = 1,2,..,p
Statistik uji Wald didefinisikan sebagai berikut (Hosmer and Lemeshow 1989)
dibandingkan dengan nilai Z tabel, keputusan yang diambil yaitu menolak H0 jika
W>Zα/2 (Hosmer dan Lemeshow 1989) Intrepretasi koefisien
dalam regresi logistik intrepretasi koefisien menggunakan rasio odds. Rasio odds adalah suatu alat untuk mengukur asosiasi, sebagaimana menduga seberapa mirip, dekat, memilki ciri peubah respon. Untuk hasil pendugaan itu hadir untuk x=1 dibandingkan sesuatu hadir untuk x=0. Dimana x=0 dalah peubah kategori yang menjadi referensinya.
Dalam intrepretasi koefisien dari rasio odds untuk peubah penjelas yang berskala nominal, x=1 memiliki kecenderungan untuk y=1 sebesar ψ kali dibandingkan dengan peubah x=0. Sedangkan untuk peubah penjelas yang berskala kontinu, jika ψ lebih besar atau sama dengan satu, maka semakin besar nilai peubah x diikuti dengan semakin besarnya kecenderungan untuk y=1.
Rasio odds tidak membutuhkan peubah yang memyebar normal dan juga hubungan antar peubah tidak terjadi homoscedastic. Dalam model regresi logistik,
rasio odds didefinisikan sebagai berikut :
� = exp(�)
Dimana β adalah koefisien dari model regresi logistik. Rasio odds memiliki selang kepercayaan sebagai berikut (Hosmer and Lemeshow 1989) :
exp [� ±Z1-a/2x (� )]
Analisis Revenue Per Unit Effort (RPUEJ)
Dalam ilmu perikanan, upaya pusat untuk memahami dinamika bersama kedua stok ikan dan nelayan, tidak boleh hanya fokus pada dinamika populasi ikan tetapi juga harus mengintegrasikan analisis perilaku nelayan dan armada dinamika (Opaluch dan Bockstael 1984, Hilbon 1985, Allen dan McGlade 1986, Hilborn dan Walters 1992 in Bene dan Tewfik 2000). Salah satunya adalah
13 Pendekatan analisis sistem dalam menentukan alokasi upaya penangkapan dan perilaku nelayan. Menurut Bene dan Tewfik (2000), menyatakan bahwa kerangka analisis multidisipliner terpadu untuk menganalisa hubungan/interaksi antara komponen berbeda dari pengusahaan suatu sumberdaya perikanan. Komponen tersebut terdiri atas mekanisme biologi, ekonomis dan sosial yang secara langsung menentukan keberlanjutan usaha. Dalam analisis sistem, pemahaman respon nelayan terhadap perubahan biologi, ekonomi, dan kondisi kebijakan (aturan) dapat digunakan sebagai masukan untuk merancang upaya pengelolaan suatu sumberdaya ikan dan aktivitas penangkapannya. Keistimewaan dari analisis ini yaitu menggunakan data harian, bulanan, atau tahunan tergantung dari fenomena yang diamati. Selain itu, menggunakan data kualitatif seperti data hasil penelitian sebelumnya menggambarkan karakteristik sosial masyarakat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan, tujuan pengembangan ekonomi perikanan melekat pada berbagai kegiatan pengelolaan usaha perikanan. Tujuan tersebut adalah (1) meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, (2) meningkatkan penerimaan dan devisa negara, (3) mendorong perluasan dan kesempatan kerja, (4) meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan, (5) mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan, (8) mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal, serta (9) menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan tata ruang.
Analisis Tujuan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Pengelolaan perikanan merupakan sebuah proses yang kompleks dimana membutuhkan integrasi antara ekologi dan biologi sumberdaya dengan sosial ekonomi serta faktor institusi yang mempengaruhi perilaku nelayan dan pembuat keputusan. Tujuan dari bidang yang multidisplin ini adalah untuk membantu pengambil keputusan guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan dari aktivitas perikanan sehingga generasi yang akan datang memperoleh manfaat dari sumberdaya (Seijo et al. 1998 in Lasabuda 2010).
Penilaian dan pengelolaan terhadap stok ikan memiliki sejarah panjang, dengan banyak keberhasilan dan kegagalan. Kegagalan mengelola perikanan secara tepat dapat memiliki efek buruk pada kondisi sosial dan ekonomi (misalnya cod Atlantik timur laut). Alasan kegagalan dapat dikaitkan dengan banyak faktor, termasuk informasi ilmiah tidak memadai atau salah, keputusan manajemen yang buruk, dan ketidakmampuan para pembuat kebijakan untuk bertindak (Sinclair dan Murawski 1997 inMark 2006).
Pola pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya berbeda untuk setiap negara. Walaupun negara-negara tersebut kemungkinan besar menggunakan pendekatan yang sama. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kondisi biologi sumberdaya perikanan dan lingkungannya dapat berbeda-beda di setiap negara. (Boer dan Azis 2007).
Menurut Adrianto et al. (2005) dalam penelitiannya tentang evaluasi
14
menggunakan empat kriteria, yaitu (a) ekologi, berkaitan dengan struktur penangkapan, kondisi sumberdaya, rata-rata eksploitasi, kawasan penangkapan yang dilindungi, aktivitas nelayan; (b) ekonomi, berkaitan dengan volume penangkapan, harga dari hasil tangkapan, pendapatan dari setiap penangkapan, kontribusi sektor perikanan, pengembangan perikanan; (c) komunitas/masyarakat, berkaitan dengan jumlah nelayan di suatu area, partisipasi nelayan terhadap aktivitas perikanan, pengelolaan perikanan yang ada, pendapatan rumah tangga nelayan, tingkat keamanan dibandingkan dengan aktivitas penangkapan; (d) kebijakan (policy), berkaitan dengan dengan adaya kebijakan konservasi, subsidi,
dan pajak, keterlibatan pemerintah terhadap aktivitas perikanan.
Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan
Gambar 2. Kerangka Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan (Adrianto, 2005)
Kerentanan
(vulnerability)
Ketahanan
(resilience)
Gambar 4 Kerangka Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan (Adrianto. 2005).
Secara umum dapat diterima bahwa tanpa pengelolaan, keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh kebanyakkan kegiatan perikanan akan semakin berkurang. Ini adalah argumen “ tragedy of the common” (Hardin, 1968), dan
sekarang ini jelas bahwa tragedi akan terjadi dengan ketidakhadiran pengelolaan, baik pengelolaan tersebut datang dari pemerintah pusat maupun pemerintah lokal. Dalam banyak kasus, sumberdaya bahkan akan punah secara komersil (dimana, walaupun sejumlah spesies bertahan, tetapi mereka tidak bermanfaat untuk ditangkap). Dalam kasus-kasus ekstrim, spesies ini bisa punah secara biologis dan ekonomis ini baru-baru ini saja mulai diperhatikan. Sebelum pergantian abad ke 20, Negara-negara industri di Eropa percaya bahwa sumberdaya perikanan tidak akan habis.
Dengan memperhatikan perkembangan pengelolaan sumberdaya perikanan laut dan permasalahannya, maka kebijakan operasional yang ditempuh antara lain adalah: penerapan prinsip perikanan bertanggung jawab, yaitu pengalokasian sumberdaya ikan dilakukan hanya bila sumberdaya ikan belum dimanfaatkan penuh atau berlebih. Pengalokasian sumberdaya ikan didasarkan pada jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) atau Total Allowable Catch (TAC) untuk
masing-masing jenis sumberdaya ikan di masing-masing wilayah pengelolaan perikanan (Keputusan Menteri Pertanian No 995 tahun 1999 tentang “potensi sumberdaya ikan dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan di wilayah perikanan Indonesia”.
Dalam kebijakan pengelolaan perikanan tangkap dikenal input control, dan output control yang kemudian didalam pelaksanaannya nanti masing-masing
15 telah menerapkan kebijakan input control yang dikombinasikan dengan ecological control. Beberapa kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang dilaksanakan di
Indonesia dan dapat dikelompokkan sebagai input control adalah kebijakan tentang potensi dan alokasi sumberdaya ikan pada setiap wilayah pengelolaan perikanan, dan jumlah, jenis, serta ukuran alat tangkap. Sedangkan kebijakan yang mengarah kepada ecological control di antaranya adalah tentang penetapan
ukuran minimal ikan yang boleh ditangkap, penetapan ukuran mata jaring untuk alat tangkap tertentu, larangan penangkapan daerah tertentu, larangan penggunakan alat tangkap dan bahan tertentu, dll. Jumlah upaya didalam pemanfaatan sumberdaya tertentu dikendalikan (dikontrol) melalui perizinan dan seperangkat peraturan tentang tata cara eksploitasi sumberdaya ikan secara benar dan bertanggung jawab untuk menghindari terlampauinya upaya optimum dan kerusakan sumberdaya yang dimanfaatkan (Nurhakim. 2009).
Menurut American Fisheries Society keberlanjutan perikanan dan sumber
daya lainnya adalah keadaan dimana sumber daya tersebut,dan ekosistem yang mendukung mereka, dikelola sedemikian rupa sehingga kelangsungan hidup bersifat jangka panjang dan produktivitas diselenggarakan untuk kepentingan generasi mendatang (Knuth et al. 1999 in Rudd. 2004).
Tujuan pendekatan adalah untuk memperkirakan struktur pilihan individu dengan menetapkan penetapan kepentingan relatif. Untuk mencapai ini, kumpulan alternatif yang secara umum pada tingkat tertentu pada atribut disajikan kedalam bentuk pertanyaan. Total keperluan yang individu peroleh dari pilihan ditentukan oleh keperluan untuk individu disetiap atribut. Tujuan dari penggabungan analisa berdasarkan teknik kemudian untuk memperkirakan (a) kepentingan relatif atribut individu; (b) pertukaran atau nilai marginal pertukaran individu yang akan terbuat diantara atribut tersebut; dan (c) total kepuasan atau utilitas nilai pada berbagai kombinasi perlengkapan. (Ryan 1996 in Wattage et al. 2005). Salah satu metode
yang digunakan yaitu dengan analisis conjoint.
Analisis Conjoint (Conjoint analysis, Considered Jointly)
16
Parameter Lingkungan Perairan
Kedalaman perairan
Perairan Indonesia umumnya dibagi dua yakni perairan dangkal yang berupa paparan dan perairan laut dalam. Paparan atau perairan laut dangkal terhitung mulai garis sudut terendah hingga pada kedalaman sekitar 200 m, yang kemudian biasanya disusul dengan lereng yang lebih curam kearah laut (Nontji, 1993). Hutabarat dan evans (1986) mengemukakan bahwa kedalaman berhubungan erat dengan stratifikasi suhu vertical, penetrasi cahaya, densitas dan kandungan zat - zat hara.
Penyebaran cakalang secara vertikal (strata kedalaman) dimulai dari permukaan sampai kedalaman 260 m pada siang hari, sedangkan pada malam hari cenderung ke permukaan. Cakalang jarang muncul ke permukaan perairan ketika perairan keruh, karena daya penglihatannya sangat berkurang pada waktu air keruh. Ikan cakalang dapat menyelam hingga kedalaman 40 meter di daerah tropis, karena tingkat transparansi air laut yang tinggi dan perubahan temperature yang tidak terlalu besar (Simbolon. 2011).
Zona Pesisir Laut
Berdasarkan kedalamannya zona pesisir dapat dibedakan menjadi 4 wilayah (zona) yaitu :
a. Zona “Lithoral”, adalah wilayah pantai atau pesisir atau “shore”. Di wilayah
ini pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering disebut juga wilayah pasang surut.
b. Zona “Neritic” (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut
hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuhan-tumbuhan.
c. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki
kedalaman antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di zona neritic.
Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat terbatas.
Habitat perairan
Habitat perairan laut adalah lingkungan tempat spesies dapat bertahan hidup dilingkungan yang dipenuhi air. Bisa dikatakan, habitat perairan laut terdiri dari beragam mahluk. Mulai dari organisme yang terkecil sampai yang terbesar, hidup dilingkungan air yang memiliki kadar asin tinggi. Dimana habitat ini terbagi atas tiga yaitu, habitat perairan pasang surut, habitat perairan laut dangkal, dan perairan laut dalam.
17
Gambar 5. Klasifikasi tipe habitat berdasarkan kedalaman dan zona (Sumber : rfline.wordpress.com)
Daerah dan Musim Penangkapan Ikan
Secara garis besar, cakalang dan layang mempunyai daerah penyebaran dan migrasi yang luas, yaitu meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran terbesar terdapat disekitar perairan khatulistiwa. Daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan. Dalam hubungannya dengan alat tangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan. Dalam arti ikan berlimpah, bergerombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat tangkap mudah dioperasikan (Waluyo. 1987)
Musim penangkapan cakalang di perairan Indonesia bervariasi. Musim penangkapan cakalang di suatu perairan belum tentu sama dengan perairan yang lain. Nikijuluw (1986), menyatakan bahwa penangkapan Cakalang dan Tuna di Perairan Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan apabila dihasilkan lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik.
Ikan layang juga dapat tertangkap sepanjang tahun di Selat Sunda, Perairan Barru (Selat Makassar), Teluk Ambon, Teluk Kupang, Sulawesi Tenggara dan Teluk Tomini. Namun lamanya musim penangkapan bervariasi 1-7 bulan.
18
3
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Perairan Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Pengumpulan data dilapangan dilakukan selama kurang lebih 8 bulan. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Peta Perairan Kabupaten Pohuwato
Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian terdiridari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang, dan data sekunder diperoleh melalui laporan statistik perikanan.
Data primer
Data primer khususnya tentang sumberdaya ikan diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan para pelaku perikanan (nelayan/ABK, pemilik kapal, pengumpul, petugas TPI dan
stakeholders lainnya). Pengamatan langsung di lokasi penelitian meliputi jumlah
19 pelagis dikelompokkan menjadi 0-25m, 25–50 m, 60-100m, 100-150 m, dan 150–200 m (BRKP. 2005). (Tabel 2).
Tabel 2 Jenis dan sumber data ikan
No Jenis Data Uraian Sumber Data Unit 1. Jumlah tangkapan Berapa jumlah hasil
tangkapan setiap satu kali operasi
insitu/log book ekor
mm/ekor 2. Musim penangkapan Lama waktu nelayan
melakukan
operasipenangkapan ikan, terbagi atas musim produktif, peralihan, dan musim kurang produktif
Exsitu hari atau bulan
3. Kedalaman perairan Strata kedalaman untuk
ikan pelagis Exsitu meter 4. Zona Stratifikasi berdasarkan
kedalaman Exsitu Zona I(Litoral), zona II(Neritik), zona III (Batial), 5. Habitat Beberapa kategori habitat Exsitu Berpasir dan
berlumpur
Data primer mengenai aspek sosial ekonomi, didapat melalui wawancara dengan pengisian kuisioner oleh responden. Responden terdiri atas pelaku perikanan (nelayan/ABK, pemilik kapal, pengumpul, petugas TPI dan
stakeholders lainnya) dan pengambil kebijakan. Pertanyaan/kuisioner dalam
wawancara pelaku perikanan diantaranya identitas responden, kondisi sosial ekonomi, dinamika usaha, persepsi responden terhadap keberlanjutan usaha, persepsi responden terhadap model pengelolaan. Data responden pengambil kebijakan meliputi: identitas responden, ada tidaknya program Pemerintah Daerah kabupaten Pohuwato yang berhubungan langsung dengan pengelolaan sumberdaya perikanan cakalang serta persepsi terhadap indikator keberlanjutan usaha, dan persepsi terhadap model pengelolaan sumberdaya perikanan (Tabel 3).
Tabel 3 Jenis dan sumber data sosial ekonomi
Responden Jenis data Sumber data Alat yang digunakan Nelayan tangkap,Pengumpul, TPI,
dan Pedagang Identitas responden, lama usaha, jumlah tanggungan keluarga, dinamika usaha, persepsi terhadap indikator keberlanjutan usaha, persepsi terhadap model pengelolaan sumberdaya perikanan
Wawancara/insitu kuisioner
Pengambil kebijakan dalam hal ini PEMDA Kab.Pohuwato, Dinas Kelautan dan Perikanan,DPRD, BAPEDAKab.Pohuwato, Penyuluh serta unsur Akademisi dan
Lembaga Swadaya Masyarakat .
Identitas responden, Program PEMDA Kab.Pohuwato, persepsi terhadap indikator keberlanjutan usaha, persepsi terhadap model pengelolaan sumberdaya perikanan
20
Data sekunder
Data sekunder dikumpulkan melalui laporan statistik perikanan yang mencakup data statstik rumah tangga perikanan (RTP), statistik armada dan alat tangkap , data produksi dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pohuwato, Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sertaTomini Bay Sustainable Coastal Livelihoods and Management (SUSCLAM), dan berbagai
literatur yang mendukung penelitian ini. Data yang dikumpulkan antara lain kondisi geografi dan administrasi wilayah, keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasarana penunjang perikanan, kebijakan pemerintah di sektor perikanan, data hasil dan upaya penangkapan ikan pemanfaatan sumberdaya perikanan 9 tahun terakhir (2005 - 2013) (Tabel 4).
Tabel 4 Jenis dan sumber data sekunder
Jenis Data Metode Pengumpulan Data Sumber Data
A. Kondisi umum daerah dan lokasi penelitian
a. Keadaan geografis
- Letak dan luas wilayah Studi literatur BPS. Kab. Pohuwato - Keadaan iklim Studi literatur BPS. Kab.Pohuwato b. Keadaan administrasi Studi literatur BPS. Kab.Pohuwato c. Keadaan sosial ekonomi
demografi dan PRDB kab.Pohuwato
Studi literatur/laporan - BPS Kab. Pohuwato
- Laporan hasil penelitian Tomini Bay Sustainable Coastal Livelihoods and Management (SUSCLAM)
-
B. Data perikanan
a. Produksi jumlah alat tangkap, jumlah nelayan, dll.
b. Data perikanan yang didaratkan di beberapa TPI
Laporan
Laporan
Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Gorontalo dan Kab. Pohuwato.
Studi literatur - Tomini Bay Sustainable Coastal Livelihoods and Management (SUSCLAM)
- BAPEDA Kab. Pohuwato
Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi lapangan. Teknik penelitian meliputi wawancara pribadi, observasi, pengarsipan data dan survey melalui kuisoner. Penggunaan kuesioner berguna untuk mengurangi penyimpangan dan memperluas cakupan responden yang terlibat (Ivancevich et al.
2005 in Ross. 2011).
Penentuan lokasi dan besarnya contoh nelayan dilakukan secara purposive sampling. Penentuan lokasi terdiri dari beberapa stasiun yaitu stasiun I di
21 Pemilihan jenis responden sebagai unit penelitian untuk data sosial ekonomi di tentukan secara sengaja (purposive sampling), disesuaikan dengan tujuan
penelitian (Adrianto. 2007). Banyaknya contoh nelayan ditentukan dengan mempertimbangan status nelayan pemilik, perbedaan jenis alat tangkap dan kendala (waktu, tenaga dan biaya) tanpa mengurangi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Penentuan jumlah unit responden ditentukan berdasarkan persamaan estimasi proporsi sebagai berikut (Cochrane 1963 in Nazir 2003).
n= N.p 1-p
Keterangan: n = jumlah unit sampel yang diinginkan, N = jumlah total responden, D = B2/4 (B adalah bound of error = 0.10), dan p adalah estimator dari proporsi
populasi =0,5)
Selanjutnya, responden yang diambil sebagai obyek penelitian untuk menilai tujuan pengelolaan perikanan yaitu pedagang dan pengambil kebijakan ditentukan secara sensus. Sebanyak 14 orang yang berasal dari SKPD-SKPD yang terkait dengan pengelolaan perikanan, 17 orang pedagang, 3 orang, akademisi, dan 3 orangLembaga Swadaya Mayarakat.
Tabel 5 Teknik pengambilan contoh
Tujuan Data yang dikumpulkan Carapengambilan data 1. Mengetahui
alokasi upaya penangkapan terhadap kelimpahan ikan
- Jumlah hasil tangkapan
- Panjang tubuh
- Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
Pengukuran Tempat Pelelangan Ikan dan di kapal penangkapan ikan, pencatatan data panjang dan bobot ikan dilakukan untuk setiap kapal yang membongkar muatan.
Pengukuran panjang dilakukan dengan cara mengambil contoh acak dari setiap jenis ikan yang didaratkan.
- Kedalaman perairan dibagi dalam beberapa strata yaitu ,<25 m, 25-50 m, 50-100,>100 m.
- Zona, dibagi 3 yaitu zona A lithoral/pesisir pantai, zona B/wilayah laut dangkal, zona C/wilayah laut dalam. - Habitat dibagi dalam tipe habitat
berpasir,berlumpur.
- Musim, penelitian dilakukan pada saat musim Timur (Agustus-September). - Latitude/garis lintang, perkiraannya
berdasarkan dimana posisi alat tangkap beroperasi dengan menggunakan GPS
22
Tujuan Data yang dikumpulkan Cara Pengumpulan Data 2. Prakiraan
- Wawancara, kuisioner, survey tentang nama, umur, pendidikan, lama tinggal, lama usaha, tenaga kerja, jumlah tanggungan
- Untuk nelayan penuh terdiri dari jumlah effort per musim, daerah yang menjadi tujuan penangkapan, jumlah alat tangkap, penanganan hasil tangkap, harga jual, serta modal usaha. pengumpul, pedagang dan stakeholder lainnya terhadap Program PEMDA yang berkenaan usaha, efektivitas dari program, dan keterlibatan serta persepsi terhadap indikator keberlanjutan dan model pengelolaannya.
- Pengambil kebijakan, yaitu program yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya, keterlibatan pelaku usaha serta persepsi terhadap indikator keberlanjutan dan model pengelolaannya.
- Pengisian kuisioner oleh responden. responden menyatakan pendapatnya dengan membuat pilihan diantara berbagai kombinasi yang disajikan.D
- Data penunjang mengenai perkembangan terbaru pada perikanan pelagis perairan kabupaten Pohuwato
Prosedur Analisis Data
Mengetahui alokasi upaya penangkapan terhadap kelimpahan ikan
1. Indeks kelimpahan stok sumberdaya
Melalui.pencatatan data hasil tangkapan, jumlah trip/kapal/alat tangkap secara
runtun waktu. Selanjutnya dilakukan penghitungan hasil tangkapan per upaya (CPUE), CPUE (Catch per Unit of Effort). Hasil tangkapan per-satuan
upaya adalah jumlah atau bobot hasil tangkapan yang diperoleh dari satu satuan alat tangkap dalam kurun waktu tertentu, yang merupakan indeks kelimpahan atau abundance suatu stok ikan dalam satuan kg per ha atau ekor
per ha. CPUE digunakan untuk pendugaan stok ikan yang hasilnya dinyatakan dalam densitas atau abundance (indeks kelimpahan) dengan ekor
per satuan usaha.
2. Standarisasi alat tangkap dengan teknik standarisasi.