• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ekuitas Merek dan Balanced Scorecard Wana wisata Cikole Perhutani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Ekuitas Merek dan Balanced Scorecard Wana wisata Cikole Perhutani"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKUITAS MEREK DAN

BALANCED SCORE CARD

WANA WISATA CIKOLE PERHUTANI

ARFAN DAMARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Ekuitas Merek dan Analisis Balanced Scorecard Wana Wisata Cikole Perhutani adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

ARFAN DAMARI. Kajian Ekuitas Merek dan Balanced Scorecard Wana wisata Cikole Perhutani, Bandung. Dibimbing oleh JONO M MUNANDAR dan MA’MUN SARMA.

Dalam fungsi pengembangan ekowisata, Wana wisata Cikole Perhutani didirikan sejak tahun 2010 untuk dikelola menjadi sebuah resort , yaitu kawasan wisata alam terpadu dengan berbagai fasilitas pendukung yang memadai. Dengan target pemasukan Rp 6.000.000.000,00 tahun 2014, pengelola Wanawisata Cikole Perhutani perlu mengoptimalkan fungsi pemasaran maupun kebijakan kelola secara umum. Merek sebagai salah satu sarana pemasaran menjadi keniscayaan untuk pengelolaan yang lebih baik. Untuk memicu peningkatan kinerja manajerial analisis Balance Scorecard menjadi tepat bila di terapkan di wana wisata ini. Permasalahannya adalah, sudahkah Wanawisata Cikole Perhutani memanfaatkan merek Perhutani sebagai ikon penarik bagi pengunjung. Selanjutnya, bagaimana kinerja manajerial, apakah sudah terstandar dengan indikator yang terukur.

Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Kajian Ekuitas Merek berupa analisis deskriptif, uji Cohran dan Balanced scorecard. Tehnik penelitian menggunakan survey berupa wawancara. Untuk Kajian Ekuitas merek menggunakan sampel 60 orang, Kepuasan karyawan menggunakan sensus yaitu 12 orang. Untuk kepuasan pelanggan responden 30 orang. Sedangkan analisis Balanced Scorecard dilakukan dengan cara indepth interview dengan tokoh kunci perusahaan.

Hasil Kajian ekuitas merek wisata alam pengunjung memilih Wana wisata Cikole 8,3% untuk Top of Mind. Sebanyak 65 % pengunjung tidak mengenal Wana Wisata Cikole Perhutani sebagai pengelola. Pemandangan indah, aman, murah, gaya hidup aktif, wisata sehat, nyaman, dan pelayanan memuaskan adalah Brand Assosiation Wanawisata Cikole. Wisata melegenda mempunyai nilai terkecil (2,48) dalam analisis Perceifed Quality disusul harga khusus yang tidak menarik. Pemandangan indah (5,03) dan gaya wisata sehat (5,27) menjadi ukuran PerceivedQuality yang dominan. Sebanyak 60% pengunjung menjadi Commited Buyer, sedangkan Liking the Brand, Satisfied Buyer dan Switcer berturut-turut 55%, 78%, dan 30%.

Hasil kinerja analisis Balanced Scorecard perspektif keuangan yaitu Return on Investmen 14%. Pengunjung juga mengatakan puas (2,89), walaupun kebersihan dinyatakan 2,55 dan biaya 2,28. Inovasi cukup baik karena setiap satu tahun ada inovasi. Untuk kepuasan karyawan berada pada angka 2,97(puas). Masalah aplikasi tehnologi informasi tidak puas (1,69). Juga promosi jabatan hanya memperoleh angka 2,64 (puas). Total skor Balanced Scorecard Wana wisata Cikole Perhutani adalah 60,83 dengan indikasi perusahaan kurang sehat.

(5)

SUMMARY

ARFAN DAMARI. Study of Brand Equity and Balanced Scorecard Cikole Perhutani forest tourism. Supervised by JONO M MUNANDAR and MA’MUN SARMA.

Cikole perhutani tourism was established since 2010, managed as a resort. That was integrated natural tourism area with a variety of adequate support facilities. Through targeted income Rp. 6.000.000.000,00 in 2014, Forest Tourism Cikole Perhutani organizer necessary to optimize marketing function as well as general management policies. The brand as one of the means of marketing becomes necessity for a better management. To trigger an increasein managerial performance analysis, Balanced Scorecard appropriately applied in these sights. The problem was, have Wana wisata Cikole Perhutani took advantage of the brand as a visitor attraction. Then how the managerial performance , was it standardized by a measured indicator.

For that purpose ,this research was conducted using the study of brand equity that was a descriptive analysis and Cohran test and continued with Balanced scorecard by descriptive analysis. Research method used survey through interviews. The study of brand equity using a sample of 60 people. Employee satisfaction using census of 12 people. Customer satisfaction using respondent of 30 people. While Balanced scorecard analysis was carried out by means of indepth interview with the main company figure.

The result of Brand Equity study of Cikole natural tourism only selected by 8,3 % as the Top of mind. 65 % of the visitors did not know Perhutani as the organizer of the tourism. The beautiful scenery, safety, cheapness, active lifestyle, healthy tourism, comfortable, and satisfying service were Brand Association of Cikole tourism. Legendary tourism has the smallest value (2.48) in the analysis Perceifed Quality followed by special price which was not interesting. Beautiful scenery (5.03) and healthy tourist style (5.27) becomes the dominant benchmarks of Perceived Quality. A number 60% of visitors became Committed Buyer, while Liking the brand, Satisfied buyer and Switcer respectively 55%, 78%, and 30%.

The results of financial perspective of the Balanced Scorecard analysis were return on Investmen 14%. Visitors also said that was satisfied (2.89), although the stated hygiene is 2,55 and costs 2,28. The innovation was good enough because every year there was innovation. To employee satisfaction stands at 2.97 (satisfied). Unsatisfied on the application of information technology (1.69). Promotion also only scored 2.64 (satisfied). The total score of the Balanced Scorecard Cikole Perhutani Forest tourism was 60.8, and it was not healty company.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

Pada

Program Studi Ilmu Manajemen

KAJIAN EKUITAS MEREK DAN ANALISIS

BALANCED

SCORE CARD

WANA WISATA CIKOLE PERHUTANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Kajian Ekuitas Merek dan Balanced Scorecard Wana wisata Cikole Perhutani

Nama : Arfan Damari NIM : H251110131

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Jono M Munandar, M.Sc, Ketua

Dr Ir Ma’mun Sarma, M.Ec Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Manajemen

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr .Ir. Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Alhamdulillah Pujian hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan pertolongan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Wana wisata , dengan judul Kajian Ekuitas Merek dan Balanced Scorecard Wanawisata Cikole Perhutani.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Jono M. Munandar, M.Sc dan Bapak Dr Ir Ma’mun Sarama, M.Ec selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Abdul Basith, M.Sc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan pada Seluruh karyawan dan manajemen Wana wisata Cikole, Ibu Ani, Pa Cecep, Ibu Lilis, Pak Apit, pak Dede, Ibu Tati yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa Nazarudiin (Alm), Mama Mien Suminah, Istriku Wiwik Dwi Haryanti, Anakku Haifa Salsabila Huda, Hana Fahima Dinul Haq, dan Hammam Fallah Zhilal Huda, serta seluruh keluarga, atas segala doa, air mata dan kasih sayangnya.

Rekan sejawat dan segenap dosen di PS ilmu Manajemen angkatan V terimakasih atas kebersamaannya. Anak-anakku dan dewan guru di SMP Terbuka Cahaya, SMA Cahaya, PKBM Cahaya, SMP Terbuka Ciaruteun dan seluruh siswa yang berkendala ekonomi untuk melanjutkan sekolah. Tetap semangat, semoga Allah memudahkan cita-cita kita semua. Jazakumulloh.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 METODE 3

Kerangka Pemikiran 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Jenis dan Sumber Data 5

Pemilihan Sampel 5

Pengumpulan Data 5

Prosedur Analisis Data 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Profil Wana wisata Cikole Perhutani 10 Profil pengunjung wana wisata Wana wisata Cikole Perhutani 12 Analisis Ekuitas Merek Wana wisata Cikole Perhutani 17 Pengukuran kinerja Wana wisata Cikole Perhutani 25 Rancangan Balanced Scorecard Wana wisata Cikole Perhutani 28

Implikasi Manajerial 33

4 SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 37

(12)

DAFTAR TABEL

1. Matrik IFE 7

2. Matrik EFE 7 3. Top of Mind Wana wisata Cikole Perhutani 18

4. Brand Recall Wana wisata Cikole Perhutani 19

5. Brand recognition Wana wisata Cikole Perhutani 19

6. Unaware Brand Wanawisata Cikole Perhutani 20

7. Hasil uji Cohran Wana wisata Cikole Perhutani 20

8. Atribut Semantic Perceifed Quality Wana wisata Cikole Perhutani 21

9. Switcher Wana wisata Cikole Perhutani 22

10.Satisfied Buyer Wana wisata Cikole Perhutani 22

11.Liking The Brand Wana wisata Cikole Perhutani 23

12.Commited Buyer Wana wisata Cikole Perhutani 23

13.Perhitungan Laba bersih dan ROI Wana wisata Cikole Perhutani 25

14.Pengukuran Kepuasan pelanggan Wana wisata Cikole Perhutani 27

15.Pengukuran Kepuasan Karyawan Wana wisata Cikole Perhutani 27

16.Pengukuran Retensi karyawan Wana wisata Cikole Perhutani 28

17.Pengukuran SWOT internal Wana wisata Cikole Perhutani 29

18.Pengukuran SWOT eksternal Wana wisata Cikole Perhutani 29

19.Perhitungan BSC Wana wisata Cikole Perhutani 2013 30

20.Perhitungan BSC Wana wisata Cikole Perhutani 2013 BUMN 31

21.Perhitungan BSC Wana wisata Cikole Perhutani 2013 Penyesuaian 33

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Penelitian 4

2. Total skor IFE EFE 8

3. Konsep ekuitas merek 10

4. Profil Pengunjung berdasarkan Jenis Kelamin 12

5. Profil Pengunjung berdasarkan Usia 12

6. Profil Pengunjung berdasarkan Status 13

7. Profil Pengunjung berdasarkan Pendidikan 13

8. Profil Pengunjung berdasarkan Pekerjaan 14

9. Profil Pengunjung berdasarkan Pengeluaran Wisata 14

10.Profil Pengunjung berdasarkan Pengeluaran Bulanan 15

11.Profil Pengunjung berdasarkan alat Transportasi 15

12.Profil Pengunjung berdasarkan Rekan Wisata 16

13.Profil Pengunjung berdasarkan Keputusan Wisata 16

14.Profil Pengunjung berdasarkan Alamat Pengunjung 17

15.Paramida Brand Loyalty Wana wisata Cikole 24

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU Nomor 10 2009). Menurut Kode Etik Kepariwisataan Dunia tahun 1999, kepariwisataan adalah kegiatan yang sering diasosiasikan dengan beristirahat dan bersantai, berolahraga dan berhubungan dengan alam dan budaya, haruslah direncanakan dan diwujudkan sebagai sarana mulia bagi pemenuhan kualitas hidup baik secara perseorangan ataupun secara kolektif; tatkala diwujudkan dengan sikap keterbukaan, maka kepariwisataan adalah faktor yang tak tergantikan sebagai sarana pembelajaran mandiri, pengembangan sikap toleransi, dan menumbuhkan sikap untuk memahami hakekat perbedaan penduduk dan kebudayaannya serta kebhinekaannya.

Peraturan Pemerintah Nomor Lima puluh Tahun 2011 juga menegaskan bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Visi pembangunan kepariwisataan nasional adalah terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat.

Menurut Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor Lima puluh tahun 2001, Pembangunan Daya Tarik Wisata meliputi: a. Daya Tarik Wisata alam; b. Daya Tarik Wisata budaya; dan c. Daya Tarik Wisata hasil buatan manusia. Wisata alam atau wisata ekologi diketahui kekhususannya sebagai kegiatan yang mendukung dalam memperkaya dan meningkatkan reputasi kepariwisataan, sejauh kepariwisataan menjaga warisan alam dan menghormati penduduk setempat serta tetap memperhatikan daya dukung tempat (Kode etik 1999).

Perkembangan wisatawan mancanegara ke Indonesia mempunyai kecenderungan naik (Kemenparekraf 2013). Tahun 2008 berjumlah 6.234.497 orang dan meningkat di tahun 2012 menjadi 8.044.462 orang. Dengan perumbuhan berkisar antara 1,43 % hingga 13,24 %. Penerimaan devisa juga menunjukan trend positif mulai dari $ 7.347.600 di tahun 2008 hingga $ 9.120.850 di tahun 2012. Namun penurunan signifikan terjadi di tahun 2009. Pertumbuhan hanya 1,43 % dan pertumbuhan devisa negatif 14,29 % .

Data mengenai wisatawan nusantara walaupun kecenderungannya naik namun untuk rata-rata perjalanan amat lambat meningkat. Tahun 2008 – 2010 wisatawan nusantara rata-rata tidak sampai dua kali berwisata dalam setahun hanya 1,92 kali perjalanan. Kenyataan ini menunjukkan perlunya upaya mendorong jumlah kunjungan pada wisatawan nusantara .

(14)

2

1

Artikel berjudul : Aksesbilitas Kendala Perkembangan Destinasi Wisata http://www.investor.co.id/home/aksesbilitas-kendala-perkembangan-destinasi-wisata/50171 di akses [ 9 Maret 2014 ]

kawah maupun gua yang telah dikembangkan sejalan dengan program pemerintah dalam memajukan sektor wisata. Wilayah kerja Perum Perhutani yang tersebar dari hutan pantai hingga hutan pegunungan menyuguhkan pemandangan alam yang sangat menarik serta alami sehingga merupakan aset yang potensial bagi pengembangan usaha wanawisata.

Perhutani terus berupaya meningkatkan optimalisasi potensi wanawisata yang pasarnya saat ini terus berkembang pesat. Melalui perbaikan pengelolaan masing-masing objek, Perhutani mengembangkan wanawisata sekaligus menggugah kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam menjaga kelestarian hutan. Namun saat ini potensi wisata tersebut belum optimal dikenal oleh masyarakat luas, oleh karena itu sangat diperlukan pendekatan strategi pemasaran yang tepat sehingga potensi-potensi tersebut dapat lebih bermanfaat baik bagi pengelola dalam hal ini Perhutani, bagi pemerintah daerah maupun masyarakat.

Perumusan Masalah

Dalam mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan nasional meliputi pengembangan: a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat; b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara; c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan (PP Nomor Lima puluh 2011).

Kendala dalam pengembangan pariwisata diantaranya aksesibilitas masih jadi permasalahan utama dalam upaya pengembangan destinasi wisata yang berdaya saing global. Belum optimalnya bandara, frekuensi penerbangan, dan kapasitas tempat duduk di beberapa destinasi dan pelabuhan laut dari dan ke destinasi-destinasi potensial masih menjadi kendala berkembangnya destinasi wisata di Indonesia. 1

Dengan mempertimbangkan latar belakang di atas, maka permasalahan utama pariwisata indonesia secara umum dan khususnya Wana wisata Cikole Perhutani dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pelanggan Wana wisata Cikole Perhutani ?

2. Bagaimana kekuatan merek Wana wisata Cikole Perhutani sebagai pendukung sisi pemasaran wisatanya ?

(15)

3

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan karakteristik pelanggan wisata di Wana wisata Cikole Perhutani.

2. Menganalisis kekuatan elemen ekuitas merek dari Brand Awarenes, Brand Asosiasi, Perceved Quality, dan Brand Loyalty Wana wisata Cikole Perhutani. 3. Merumuskan rekomendasi balanced scoredcard dengan perspektif kinerja

keuangan, proses internal, dan pembelajaran Wana wisata Cikole Perhutani.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Pengelola Wanawisata Cikole Perhutani untuk dapat bersaing meningkatkan jumlah pengunjung dan mengembangkan usaha wisatanya.

2. Destinasi wisata khususnya wisata alam dalam strategi pengembangan wisata dengan analisis merek dan Balanced scorecard.

3. Pemerintah khususnya BUMN Perhutani dalam pengembangan potensi wisata alam.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dibatasi pada kajian ekuitas merek dan analisis Balanced score card Wanawisata Cikole Perhutani Lembang Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat.

2.

METODE

Kerangka Pemikiran

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara walaupun ada kecenderungan naik, namun tetap berpotensi terjadi penurunan seperti yang terjadi pada tahun 2009. Sedangkan frekuensi kunjungan wisatawan nusantara yang lambat sekitar 1,9 kali menunjukkan perlunya dilakukan optimalisasi pengelolaan wisata di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji ekuitas merek dan balanced scorecard dalam upaya optimalisasi proses pengelolaan wisata demi peningkatan kunjungan wisata.

(16)

4

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi kreatif serta data dari BPS. Tahap selanjutnya yang merupakan data primer dilakukan secara bersamaan dikaji elemen Brand Equity yang terdiri dari Brand awarenes, brand Association, perceive quality, dan brand loyalty. Hasil Brand equity yang merupakan Brand customer equity akan digabungkan dengan perspektif pelanggan pada kajian balanced scorecard. Analisis SWOT dilakukan guna menemukan strategi yang tepat bagi pengembangan Wana wisata Cikole. Hasil matrik SWOT ini di ambil sebagai tema strategis dalam analisis Balanced scorecard. Selanjutnya di kaji empat perspektif Balanced scorecard yaitu keuangan, pelanggan, proses internal dan pembelajaran. Pada perspektif pelanggan dimasukkan hasil brand customer equity sebagai komplemen analisis perspektif pelanggan balanced scorecard.

(17)

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi Wana wisata Cikole Perhutani Lembang Bandung Barat. Wana wisata Cikole dipilih karena : 1) Target perhutani relatif besar untuk pemasukan dari wanawisata ini.2, 2) Mempunyai penginapan dan objek wisata alam dalam satu kawasan , dan 3) Memiliki kerjasama dengan fihak luar di pengembangan wisata. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2014.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui in depth interview kepada pengelola Wanawisata Cikole Perhutani dan kuisoner kepada pengunjung Wana wisata Cikole Perhutani. Data sekunder diperoleh melalui berbagai studi literatur dan informasi yang dihasilkan oleh instansi terkait dengan topik kajian.

Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel pengunjung dilakukan secara accidental sampling dengan syarat hanya untuk penanggungjawab atau yang mewakili bila rombongan. Sedangkan untuk pengelola dengan purposive sampling yaitu bagian yang bertanggung jawab sesuai topik penelitian. Analisis SWOT mengambil sampel 2 orang yaitu Site Manager dan bagian pemasaran. Analisis Ekuitas merek mengambil sampel 60 orang pengunjung. Sampel untuk pengunjung berjumlah 60 orang mengingat sudah melebihi batas penyebaran normal data yaitu 30 sampel (Champion, 1970 dalam Malo 2000). Analisis Balanced Scorecard menggunakan 12 karyawan (sensus) untuk kepuasan karyawan dan 30 pelanggan untuk kepuasan pelanggan. Untuk pengukuran kinerja keuangan satu orang bagian keuangan.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuisoner untuk pengelola dan kuisoner untuk pengunjung dengan pendekatan brand equity dan Balanced Scorecard

2

(18)

6

Prosedur Analisis Data

Tahapan awal penelitian dimulai dengan identifikasi faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang diperoleh melalui wawancara dengan tokoh kunci perusahaan Wana wisata Cikole. Tahap selanjutnya adalah analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan internal factor evaluation matrix (IFE) dan internal factor evaluation matrix (EFE), tahap penggabungan dengan matriks internal eksternal (IE), serta pencocokkan alternatif strategi dengan matriks strength weakness opportunity threat (SWOT). Daftar alternatif strategi selanjutnya menjadi masukan dalam tema strategis dalam analisis balanced scorecard.

Tahap kedua wawancara dilakukan untuk mendapatkan data kajian ekuitas merek. Untuk melihat Brand Awarenes, Brand Assiciation, Perceived Quality dan Brand Loyalty Wanawisata Cikole Perhutani. Brand awarenes dan brand loyalty menjadi unsur pelengkap dalam memahami perspektif pelanggan dalam analisis balanced scorecard.

Tahap ketiga adalah pengukuran kinerja pada perspektif keuangan, pelanggan, internal proses dan pembelajaran dan pertumbuhan. Pada tahap ini dimasukkan hasil SWOT.

Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis karakteristik pariwisata di Indonesia secara umum. Selanjutnya memperlihatkan wisata yang dikelola Perhutani dan wana wisata Cikole khususnya.

Analisis SWOT

Analisis SWOT menggunakan Matriks IFE dan matriks EFE. Matriks IFE dan EFE adalah matriks faktorfaktor internal dan eksternal wanawisata Cikole yang disusun berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki yang berkaitan dengan peluang wanawisata Cikole di pasar internasional. Terdapat beberapa tahap untuk menyusun matriks IFE dan EFE (Tabel 1 dan 2) (Hubeis dan Najib 2008), antara lain:

1. Membuat daftar faktor-faktor penting lingkungan eksternal (peluang, ancaman) dan internal (kekuatan, kelemahan) yang berpengaruh terhadap wanawisata Cikole.

2. Memberikan bobot pada setiap faktor dari tidak penting sampai sangat penting. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor harus sama dengan 1,0. 3. Menentukan rating setiap faktor antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal

dengan nilai 1 (lemah/di bawah rata-rata), 2 (rata-rata), 3 (di atas rata-rata), dan 4 (superior/sangat bagus). Menentukan rating setiap faktor internal dengan nilai 1 (sangat lemah) dan 2 (lemah) untuk faktor kelemahan; serta nilai 3 (kuat) dan 4 (sangat kuat) untuk faktor kekuatan.

(19)

7 Tabel 1 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix)

Internal faktor Bobot (a) Rating (b) Skor bobot (c) Kekuatan

1. 2.

Kelemahan 1.

2. Total

Sumber : Hubeis dan Najib 2008

Tabel 2 Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix)

Eksternal faktor Bobot (a) Rating (b) Skor bobot (c) Peluang

1. 2.

Ancaman 1.

2. Total

Sumber : Hubeis dan Najib 2008

5. Menjumlahkan skor yang diperoleh untuk setiap variabel sehingga didapatkan total skor. Total skor bobot berkisar antara 1.0 sampai 4.0; total skor 4,0 menunjukkan bahwa Wanawisata Cikole Perhutani mampu merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik, sedangkan total skor 1.0 menunjukkan Wanawisata Cikole Perhutani tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

Matriks IE. Hasil skor dari matriks IFE dan EFE akan menentukan posisi persaingan usaha wanawisata Cikole dalam matriks IE. Matriks ini memposisikan suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel (Gambar 2). Total skor bobot IFE berada pada sumbu x dan total skor IFE pada sumbu y. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda, yaitu:

1. Daerah I meliputi sel I, II, atau IV digambarkan dengan daerah tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang sesuai adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk, dan strategi integratif, misalnya integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal. 2. Daerah II meliputi sel III, V, atau VII termasuk dalam daerah menjaga dan

mempertahankan (hold and maintainance). Strategi yang paling sesuai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

(20)

8

Gambar 2. Total Skor matrik IFE

Balanced Scorecard

Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal (Kaplan 2010). Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. Empat perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal pembelajaran

Keuangan

(21)

9 bertumbuh (growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus tersebut mempunyai tujuan fmansial yang berbeda. Pelanggan

Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha. Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya mencapai target finansialnya.

Selanjutnya apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan mereka (Kaplan, 2010).

Proses Bisnis internal

Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui flnancial retums Tiap-tiap perasahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum, Kaplan (2010) membagi proses bisnis internal dalam 3 prinsip dasar, yaitu: Inovasi. Operasi dan Pelayanan purna jual. Pembelajaran

Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu: Kapabilitas, , Retensi dan Produktivitas.

Ekuitas Merek (Brand Equity)

Ekuitas merek merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Menurut Aaker (1997), ekuitas merek dapat dikelompokkan kedalam lima katagori (Gambar 3), yaitu :

a. Kesadaran merek (Brand Awarness) b. Asosiasi merek (Brand Association) c. Kesan kualitas (Perceived Quality) d. Loyalitas merek (Brand Loyalty)

(22)

10

Gambar 3. Ekuitas merek

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Wana wisata Perhutani

Perum Perhutani adalah perusahaan yang bergerak di bidang Kehutanan (khususnya di Pulau Jawa dan Madura) dan mengemban tugas serta wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH) dengan memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. BUMN merupakan tangan kedua pemerintah dalam melaksanakan pembangunan setelah APBN. Untuk itu BUMN dituntut untuk menjadi instrument ketahanan nasional di bidang pangan, energy dan air. Selain itu BUMN juga diharapkan untuk menjadi engine of growth yaitu mesin pendorong pertumbuhan nasional dan BUMN harus menjadi pelopor dan kebanggan nasional.

Berkaitan dengan ketiga misi BUMN tersebut, Perum Perhutani diberi tugas oleh Negara untuk mengelola kawasan seluas 2,5 juta hektar di Pulau Jawa dan Madura. Perum Perhutani adalah perusahaan yang bergerak di bidang Kehutanan (khususnya di Pulau Jawa dan Madura) dan mengemban tugas serta wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH) dengan memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Dalam operasionalnya, Perum Perhutani berada di bawah koordinasi Kementerian BUMN dengan bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan.

(23)

11 Untuk mewujudkan perubahan status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 sampai dengan Nomor 30, tahun 1961, tentang ”Pembentukan Perusahaan-Perusahaan Kehutanan Negara (PERHUTANI)”. Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang awalnya berada di bawah Departemen Kehutanan diberi tanggung jawab dan hak pengelolaan hutan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur sejak tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 1972. Wilayah kerja Perum Perhutani selanjutnya diperluas pada tahun 1978 dengan masuknya kawasan hutan Negara di Provinsi Jawa Barat berdasarkan PP Nomor 2 tahun 1978.

Perum Perhutani memiliki 9 (sembilan) kelompok produk barang dan jasa dan/atau 8 (delapan) produk unggulan. Semuanya terkait dengan dengan pengelolaan hutan. Produk dan jasa dimaksud dapat disampaikan, sebagai berikut: 1) Sustainable Wood Produk , 2) Forest Chemical Produk, 3) Ecotourism and Landscape Beauty, 4) Forest Food and Health Produk, 5) Forest Seed Produk, 6) Forestry Trainning and Development, 7) Forest Clean Energy Produk, dan 8) Flora and Fauna Forestry Produk

Produk pemanfaatan ekoturisme Perhutani ini berupa paket- paket wana wisata ke obyek-obyek wisata alam diwilayah kelolaan Perusahaan. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan berkembangnya kesadaran untuk berpartisipasi pada pemeliharaan kelestarian lingkungan membuat pasar wana- wisata ini semakin terbuka. Bagi Perusahaan, meningkatnya kegiatan ekoturisme akan memberi dampak positif, berupa semakin tingginya dukungan dan partisipasi masyarakat untuk turut memelihara kelestarian kawasan hutan. Disamping itu, kegiatan ekoturisme membuka pasar bagi produk-produk hasil hutan dari masyarakat desa hutan, membuka peluang kerja yang pada akhirnya mensejahterakan masyarakat.

Wana wisata Cikole Perhutani atau yang lebih dikenal sebagai Bumi Perkemahan Cikole, lokasi ini sejak tahun 2010 oleh Perum Perhutani telah dikelola menjadi sebuah resort , yaitu kawasan wisata alam terpadu dengan berbagai fasilitas pendukung yang memadai. Cikole Resort terletak 28 km sebelah utara kota Bandung, tepat di poros wisata Lembang- Tangkuban Parahu – Ciater di Jl. Raya Tangkuban Parahu 147 Cikole, Lembang Bandung Barat . Resort ini menyediakan fasilitas akomodasi yang sangat nyaman berupa cottage ditengah asrinya hutan pinus. Tersedia pula camping ground yang mampu menampung 1500 peserta dan dilengkapi dengan function room seluas 200 m2 yang bisa dimanfaatkan untuk rapat, seminar hingga pesta.

(24)

12

Profil Pengunjung Wana wisata

Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, secara keseluruhan mayoritas pengunjung berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42 orang (70%) dan sisanya 18 orang (30%) berjenis kelamin perempuan. Grafik data disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Profil pengunjung berdasarkan jenis kelamin

Jumlah pengunjung yang didominasi laki-laki menunjukan kesan petualangan pada wana wisata Cikole hendaknya lebih di kedepankan. Fasilitas variasi wisata seperti Paintball, ATV dan rekreasi yang memicu adrenalin perlu lebih dipromosikan.

Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, secara keseluruhan total pengunjung terbanyak berada pada usia 31-40 tahun sebanyak 14 orang (23,33%). Selanjutnya pengunjung berusia di bawah 20 tahun dan 41 – 50 tahun urutan kedua dengan jumlah 13 orang atau 21,67 %. Usia mapan yaitu 31 – 50 tahun mendominasi pengunjung wana wisata ini. Kemungkinan berdasarkan kestabilan dalan pengelolaan keuangan sehingga bisa menyisihkan waktu dan uangnya untuk liburan. Tetapi yang perlu di cermati juga usia pelajar yang menempati porsi pengunjung urutan kedua. Perkemahan merupakan daya tarik kuat bagi hadirnya siswa SMA dan Mahasiswa di sini. Grafik data disajikan pada Gambar 5.

(25)

13

Berdasarkan Status

Berdasarkan status, total pengunjung terbanyak memiliki status menikah dan sudah punya anak dengan presentasi sebanyak 25 orang (41,67%). Grafik data disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Profil pengunjung Wana wisata Cikole berdasarkan status Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan pendidikan, total pengunjung terbanyak memiliki pendidikan perguruan tinggi sejumlah 36 orang (60%) selanjutnya SMA 24 orang (40%). Grafik data disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Profil pengunjung Wana wisata Cikole berdasarkan pendidikan

Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan, total pengunjung terbanyak memiliki pekerjaan sebagai pelajar sejumlah 17 orang (28,33%) selanjutnya pegawai swasta 16 orang (26,67%) Grafik data disajikan pada Gambar 8.

7 11.67

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(26)

14

Gambar 8. Profil pengunjung Wana wisata Cikole berdasarkan pekerjaan Perlu diadakan acara wisata berbasis pelajar mengingat tingginya jumlah pengunjung berdasarkan pekerjaan ini. Event yang mengundang publik figur yang di gemari pelajar atau acara wisata edukasi menjadi potensi bagus bagi pengembangan wana wisata ini. Kemudian jumlah pengunjung dari karyawan swasta dengan ciri khas kekuatan ekonominya membuat pengelola di tantang untuk mengemas outdoor activity yang mengurangi ketegangan kerja.

Berdasarkan Pengeluaran Wisata

Berdasarkan pengeluaran wisata, total pengunjung terbanyak memiliki pengeluaran wisata dalam 1 tahun sebesar >Rp 5.000.000 sebanyak 23 orang (38,33%) selanjutnya pengeluaran rp 1.000.000 – 2.000.000 sebanyak 17 orang (28,33%). Grafik data disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Profil pengunjung Wana wisata Cikole berdasarkan pengeluaran wisata

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pelajar/MahasiswaPegawai NegeriPegawai SwastaIbu Rumah TanggaWiraswasta Pedagang

(27)

15 Berdasarkan Pengeluaran Bulanan

Berdasarkan pengeluaran bulanan, total pengunjung terbanyak memiliki pengeluaran bulanan Rp 2.000.001-Rp 5.000.000 sejumlah 25 orang (41,67%) selanjutnya pengeluaran Rp 5.000.001 - Rp 10.000.000 sebanyak 13 orang (21,67%). Grafik data disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Profil pengunjung Wana wisata Cikole berdasarkan pengeluaran bulanan

Berdasarkan Alat Transportasi

Berdasarkan alat transportasi, total pengunjung terbanyak menggunakan alat transportasi mobil pribadi sejumlah 33 orang (55%). Selanjutnya sewa bus pariwisata 7 orang (11,67%) Grafik data disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Profil pengunjung Wana wisata Cikole berdasarkan alat transportasi

Berdasarkan Rekan Wisata

Berdasarkan rekan wisata, total pengunjung terbanyak berwisata dengan Teman dekat sebanyak 25 orang ini (41,67%%). Selanjutnya keluarga inti sejumlah 19 orang atau (31,67%) Grafik data disajikan pada Gambar 12.

6 10.00 10

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

<Rp 1000.000 Rp 1.000.001

-Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Motor Mobil Pribadi Sewa Mobil Sewa Bus Pariwisata

Angkutan Umum/Bus

(28)

16

Gambar 12. Profil pengunjung Wana Wisata Cikole berdasarkan rekan wisata

Berdasarkan Keputusan Wisata

Berdasarkan keputusan wisata, total pengunjung terbanyak berwisata berdasarkan keindahan alam sejumlah 42 orang (70%).Selanjutnya dengan alasan lainnya 5 orang (8,33%) . Pesona pemandangan alam menjadi magnet terkuat alasan pengunjung berdatangan ke Wana wisata Cikole. Perawatan dan eksplorasi pembelajaran alam bisa di buat sebagai atraksi wisata yang menarik. Hutan pinus (Pinus merkusii) sekaligus pengumpulan getah pinus bisa menjadi obyek edutourism yang bisa membuat segmen pelajar lebih dioptimalkan. Grafik data disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Profil pengunjung Wana wisata Cikole keputusan wisata

Berdasarkan Alamat Pengunjung

Berdasarkan alamat pengunjung, total pengunjung terbanyak berasal dari Bandung. Hasil survey menunjukkan bahwa pengunjung Cikole terbanyak

0 0.00

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(29)

17 berasal dari Bandung 24 orang (40%). Selanjutnya dari Jakarta sebanyak 17 orang (28,33%) . Kota Bandung sebagai kota terdekat ternyata menjadi asal pengunjung yang paling banyak. Kebutuhan rekreasi bagi warganya penulis temukan cukup besar terpuaskan di wisata alam ini. Promosi sebaiknya dioptimalkan di kota ini dengan beragam bentuk seperti mengikuti pameran wisata di Ibukota Jawa Barat ini atau menyebar brosur di banyak Hotel di Bandung. Jakarta sebagai ibukota negara juga perlu di jadikan tujuan promosi mengingat jumlah pengunjunya menca 28 ,33%. Grafik data disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Profil pengunjung Wana Wisata Cikole berdasarkan alamat pengunjung

Analisis Merek Wanawisata Cikole Perum Perhutani

Analisis Brand Awareness

Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Dalam analisis brand awareness terbagi berdasarkan beberapa tingkatan yaitu top of mind, brand recall, brand recognition, dan unaware brand.

Analisis Top of Mind

Top of mind merupakan merek yang pertama kali diingat konsumen atau yang pertama kali ketika responden ditanya tentang suatu kategori produk. Top of Mind juga merupakan tingkatan tertinggi dalam brand awareness dan juga merupakan pimpinan dari berbagai merek yang terdapat dalam produk yang serupa yang ada dalam benak konsumen. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Top Of Mind berdasarkan wisata alam disajikan pada Tabel 3 .

24

(30)

18

Tabel 3. Top Of Mind berdasarkan wisata alam

No Tempat Wisata f %

1 Wana wisata Cikole 5 8,33

2 Ciater, Bandung 6 10,00

3 Curug indah Cimahi 1 1,67

4 Gede Pangrango 4 6,67

5 Galunggung 1 1,67

6 Pangandaran, Jawa Barat 3 5,00

7 Pulau Puteri 1 1,67

8 Pulau Seribu 1 1,67

9 Puncak Bogor 2 3,33

10 Rinjani 1 1,67

11 Tangkuban Perahu 3 5,00

12 Karimun Jawa 1 1,67

13 Pulau Pari 1 1,67

14 Tidak menjawab wisata alam 30 50

Total 60 100

Wana wisata Cikole menempati urutan kedua dengan jumlah pengunjung yang memilihnya sebanyak 5 orang atau 8,33 %. Sedangkan urutan pertama Ciater Bandung sejumlah 6 orang ( 10%).

Analisis Brand Recall

Brand recall menggambarkan pengingatan kembali merek yang mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided question). Tangkuban perahu dipilih oleh 5 orang atau 8,3 %. Urutan ke dua menunjukkan Wana wisata Cikole dan Bandung dipilih oleh 4 orang atau 6,7 %.

Untuk merek yang diposisikan kedua sebagai tempat wisata yang diingat, Wana wisata Cikole mendapat kedudukan cukup dikenal. Kesempatan ini bisa menjadi pemicu pengenalan yang lebih dalam bagi pengembangan wisata ini.Tangkuban perahu sebagai tempt wisata yang sudah dikenal bisa dimanfaatkan sebagai patner terutama dalam promosi bersama. Ketika Tangkuban perahu dinyatakan berbahaya karena sedang aktif beberapa pengunjung juga mengalihkan tujuan wisatanya ke Cikole.

(31)

19 Tabel 4. Brand Recall Wana Wisata Cikole

No Tempat Wisata f %

1 Wanawisata cikole 4 6,7

2 Gunung Creme Jogja 1 1,7

3 Kawah Putih 1 1,7

4 Puncak Bogor 1 1,7

5 Tangkuban Perahu 5 8,3

6 Pantai Baron 1 1,7

7 Ciater 1 1,7

8 Senggigi 1 1,7

9 Citarik 2 3,3

10 Ciwidey 2 3,3

11 Papandayan 2 3,3

12 Pulau Pari 1 1,7

13 Bromo 1 1,7

14 Tidak menjawab wisata alam 31 61,6

Jumlah 60 100,0

Analisis Brand Recognition

Brand recognition adalah tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan (aided recall). Analisis Brand recognition dilakukan untuk mengetahui apakah responden perlu diberikan bantuan dalam mengingat Wana wisata Cikole. Yaitu pengunjung yang mengetahui ketika mengisi kuisoner. Tidak satupun orang harus diingatkan akan keberadaan wisata cikole. Data disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Brand Recognition Wana wisata Cikole

No Uraian f %

1 Tahu Wana Wisata Cikole perhutani 21 35

2 Tidak tahu Wana Wisata Cikole perhutani 39 65

3 Tahu setelah mengisi kuisoner 0 0

Jumlah 60

Analisis Unaware of Brand

(32)

20

Tabel 6. Unaware Brand Wana wisata Cikole

No Uraian f %

1 Tahu Wana wisata Cikole Perhutani 21 35

2 Tidak tahu Wana wisata Cikole Perhutani 39 65

3 Tahu setelah mengisi kuisoner 0 0

Jumlah 60

Analisis Brand Association

Analisis ekuitas merek kedua yaitu menggunakan brand association. Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul dibenak konsumen yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Untuk menguji asosiasi- asosiasi tersebut, maka digunakan metode uji cochran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan asosiasi-asosiasi tersebut yang terdapat pada Wana wisata Cikole Perum Perhutani. Hasil perhitungan brand association dapat dilihat pada Lampiran. Asosiasi-asosiasi yang diuji, yaitu :

- Assosiasi No. 1 = Wana wisata Cikole mempunyai pemandangan yang indah - Assosiasi No. 2 = Wana wisata Cikole aman.

- Assosiasi No. 3 = Harga Wana wisata Cikole murah

- Assosiasi No. 4 = Berwisata ke Wana wisata Cikole mencerminkan gaya hidup aktif

- Assosiasi No. 5 = Berwisata ke Wana wisata Cikole merupakan gaya wisata sehat

- Assosiasi No. 6 = Wana wisata Cikole nyaman dan tenang

- Assosiasi No. 7 = Wana wisata Cikole adalah wisata yang melegenda - Assosiasi No. 8 = Wana wisata Cikole cocok sebagi wisata keluarga

- Assosiasi No. 9 = Wana wisata Cikole mempunyai pelayanan yang memuaskan

Uji Asosiasi Wana wisata Cikole

Pengujian asosiasi-asosiasi Wana wisata Cikole melibatkan seluruh responden yaitu sebanyak 31 orang.

Tabel 7. Hasil uji Cochran asosiasi Wana wisata Cikole Perum Perhutani

(33)

21 asosiasi mempunya pemandangan indah, asosiasi aman, asosiasi gaya hidup aktif, asosiasi gaya hidup sehat, asosiasi kenyamanan dan ketenangan dan asosiasi pelayanan yang memuaskan. Sedangkan wisata melegenda diluar asosiasi Wana wisata Cikole.

Analisis Perceived Quality

Perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Dalam penelitian ini, perceived quality akan diukur dengan skala Semantic Differensial. Analisis atribut pengujian ini menggunakan skala evaluasi enam angka yang berjajar dari 1 sampai 6, mengenai tingkat kepentingan atribut dapat dilihat pada Tabel 8.

.

(34)

22

Brand Loyalty

Analisis Switcher

Analisis switcher dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan Wana Wisata Cikole Perum Perhutani yang termasuk ke dalam switcher. Switcher adalah pelanggan yang menjawab ”setuju” dan ”sangat setuju” apabila ditanyakan ”Kepuasan anda dalam berwisata ke Wana wisata Cikole Perhutani karena faktor harga?”. Jumlah pelanggan yang sensitif terhadap harga dengan menyatakan sering dan selalu 18 orang (30%) .

Pelanggan jenis Switcher umumnya sering berganti-ganti tujuan wisata. Mereka berwisata kemana saja dan seringkali membanding-bandingkan harga mencari yang lebih murah.Hasil penghitungan switcher produk Wana wisata Cikole Perhutani dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Switcher pada Wana Wisata Cikole

No X F %

1 Tidak pernah 6 10,0

2 Jarang 10 16,7

3 Kadang-kadang 26 43,3

4 Selalu 14 23,3

5 Sering 4 6,7

60 100,0

Analisis Satisfied Buyer

Analisis satisfied buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan produk Wana Wisata Cikole Perum Perhutani yang termasuk ke dalam satisfied buyer. Konteks satisfied buyer dalam penelitian ini adalah pelanggan produk Wana Wisata CikolePerum Perhutani yang mendapatkan kepuasan dalam berwisata. Satisfied buyer adalah pelanggan yang menjawab “puas” dan “sangat puas” apabila ditanyakan “apakah anda merasa puas menikmati wisata di Wana wisata Cikole ?” Jumlah pelanggan yang menemukan kepuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut karena kualitas sebesar 78,3 % atau 47 orang. Hasil penghitungan satisfied buyer dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil penghitungan Satisfied Buyer Wana wisata Cikole Perhutani

No X F %

1 Sangat tidak

puas 0 0,0

2 Tidak puas 5 8,3

3 Ragu-ragu 8 13,3

4 Puas 44 73,3

5 Sangat puas 3 5,0

(35)

23 Analisis Liking The Brand

Analisis liking the brand dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan produk Wana Wisata Cikole Perum Perhutani yang termasuk ke dalam liking the brand. Konteks liking the brand dalam penelitian ini adalah pelanggan produk Wana Wisata Cikole Perum Perhutani yang menyukai merek tersebut. Liking the brand adalah pelanggan yang menjawab “suka” dan “sangat suka” apabila ditanyakan “Ketika ada kesempatan dimasa yang akan datang . Apakah wisata ini akan dijadikan sebagai satu-satunya pilihan yang paling disukai?” Jumlah pelanggan yang berwisata ke Wana Wisata Cikole tersebut karena satu-satunya pilihan yang paling disukai sebesar 55,0 % atau 33 orang. Hasil penghitungan liking the brand dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11.Penghitungan Liking The Brand merek Wana wisata Cikole Perhutani

No X F %

1 Sangat tidak suka 4 6,7

2 Tidak suka 8 13,3

3 Ragu-ragu 15 25,0

4 Suka 30 50,0

5 Sangat Suka 3 5,0

60 100,0

Analisis Committed Buyer

Analisis committed buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan produk Wana Wisata Cikole Perum Perhutani yang termasuk ke dalam committed buyer. Konteks committed buyer dalam penelitian ini adalah pelanggan Wana Wisata Cikole Perum Perhutani yang merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut ke pihak lain. Committed buyer adalah pelanggan yang menjawab “sering” dan “selalu” apabila ditanyakan “Apakah anda pernah menyarankan atau mengajak orang lain untuk berwisata ke Wana Wisata Cikole ?” Jumlah pelanggan yang menyarankan atau mengajak orang lain untuk berwisata ke Wana Wisata Cikole Perum Perhutani sebesar 36 atau 60 % . Hasil penghitungan committed buyer merek Wana Wisata CikolePerum Perhutani dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penghitungan Committed Buyer merek Wana Wisata Cikole Perhutani

No X F %

1 Tidak pernah 17 28,3

2 Jarang 5 8,3

3 Kadang-kadang 2 3,3

4 Selalu 32 53,3

5 Sering 4 6,7

(36)

24

Piramida Brand Loyalty

Piramida brand loyalty merupakan gambar susunan tingkatan brand loyalty. Piramida tersebut disusun berdasarkan hasil penghitungan analisis switcher, satisfied buyer, liking the brand dan committed buyer. Piramida brand loyalty Wanawisata Cikole Perhutani dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Piramida Brand Loyalty Wana Wisata Cikole

Ada dua tampilan piramida brand loyalty yang umum yaitu bentuk piramida dan piramida terbalik. Bentuk piramida menunjukan loyalitas merek yang belum memiliki brand equity yang kuat, porsi terbesar dari konsumennya berada pada tingkatan switcher. Selanjutnya porsi kedua ditempati oleh habitual buyer, dan seterusnya sehingga porsi terkecil ditempati oleh commited buyer. Sebaliknya, jika merek sudah memiliki brand equity yang kuat, tingkatan brand loyalty – nya yang diharapkan adalah membentuk segitiga terbalik. Maksudnya makin ke atas semakin melebar sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih besar daripada switcher.

Pada Brand Loyalty Wana wisata Cikole terlihat merupakan gabungan dari kedua bentuk umum tersebut. Satisfied masih merupakan tingkatan terbanyak. Namun yang patut dicermati adalah tingkat commited buyer yang cukup besar yaitu 60 %. Dengan kenyataan ini fihak pengelola dapat mengoptimalkan pelanggan yang komitmennya tinggi, misalnya dengan program member card dan beragam diskon.

(37)

25 Honda di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah variabel loyalitas merek. Hal ini berarti bahwa sepeda motor merek Honda telah memberikan keterikatan emosional yang dipengaruhi oleh kepuasan yang dirasakan oleh konsumen yang telah menggunakan sepeda motor merek Honda. Begitu juga loyalitas merek dengan bagian besarnya adalah pengunjung berkomitmen pada Wana wisata Cikole perhutani menjadi peluang pengembangan pariwisata secara luas dan berkelanjutan.

Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard Wanawisata Cikole

Pengukuran perspektif keuangan

Ditinjau dari siklus hidupnya, Wanawisata Cikole Perhutani merupakan usaha wisata yang berada pada tahap sustain (bertahan). Sasaran strategis dalam perspektif keuangan yang sebaiknya dijadikan sebagai tolok ukur kinerja bisnis yang utama adalah tolok ukur keuangan Sustain merupakan tahap kedua dari siklus kehidupan perusahaan. Yuwono (2007), mengatakan bahwa sebagian besar perusahaan berada pada tahap ini, dimana unit bisnisnya melakukan investasi dan reinvestasi yang diharapkan dapat menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Tujuan finansial pada tahap ini bertumpu pada ukuran finansial tradisional dengan tolok ukur seperti: tingkat pengembalian investasi (ROI = Return on Investment). Dengan keterbatasan pengambilan data, pada pengukuran kinerja keuangan Wana wisata Cikole Perhutani di batasi pada Laba bersih setelah pajak dan Return On Investment. Pengukuran indikator keuangan pada tabel 13 :

Tabel 13. Perhitungan Laba bersih dan ROI

No Uraian F Harga Jumlah

6 Kerjasama BTT KTM dan Parkir 200.000.000

7 Lain-lain 191.000.000

Total Pendapatan 5.000.000.000

Biaya Biaya tetap

1 Tanah (pinjam negara) - 2 Penginapan single 5 150.000.000 2.250.000.000 3 Penginapan dobel 12 300.000.000 3.600.000.000 4 Penginapan barak 6 400.000.000 2.400.000.000

3 Bangunan lain 5 200.000.000 1.000.000.000

total biaya tetap 9.250.000.000

(38)

26

Tabel 13. Lanjutan Perhitungan Laba bersih dan ROI

No Uraian F Harga Jumlah

Biaya Variabel

1 Modal paket Outbond 0,7 2.800.000.00 1.960.000.000

2 Listrik 12 12.000.000 144.000.000

3 Telpon 12 1.000.000 12.000.000

4 Internet 12 500.000 6.000.000

5 Gaji Perhutani 156 3.000.000 468.000.000

6 Honor PP 36 2.500.000 90.000.000

7 Kasual/borongan 120 1.000.000 120.000.000

8 Alat mandi 12 3.000.000 36.000.000

9 Iuran desa 12 300.000 3.600.000

10 Sampah 12 400.000 4.800.000

11 Setrika 12 500.000 6.000.000

12 Gas/bensin 12 4.000.000 48.000.000

13 Promosi 12 1.000.000 12.000.000

14 Transport TU 12 200.000 2.400.000

15 ATK 12 200.000 2.400.000

16 Jamuan tamu 12 250.000 3.000.000

Total biaya variabel 2.918.200.00

Total Biaya 12.168.200.0

Laba sebelum pajak 2.081.800.00

Pajak 0,2 2.960.150.00 416.360.000

Laba setelah pajak 1.665.440.00

Return On Investment

(ROI) 14%

Sumber : Data primer hasil wawancara (diolah)

Laba setelah pajak untuk tahun 2013 sejumlah Rp 1.665.440.000,00 . Analisa ROI menyumbangkan 14 %. Jika di asumsikan setiap tahun laba setelah pajak sebesar 1.665.440.000,00 perlu waktu sekitar 7,3 tahun agar bisa kembali modalnya.

Pengukuran Perspektif pelanggan

Kepuasan pelanggan

(39)

27 Tabel 14. Pengukuran Kepuasan Pelanggan

No Pertanyaan Skor

1. Keramahan dan kepedulian karyawan 3,34

2. Kecepatan dan ketanggapan karyawan 3,24

3. Kenyamanan dalam melayani kostumer 3,03

4. Penampilan/kerapihan karyawan 3,48

5. Kepuasan terhadap kebersihan 2,55

6. Kualitas pelayanan yang diberikan 3,17

7. Biaya yang ditawarkan 2,28

8. Informasi yang diberikan oleh karyawan 2,9

9. Ketepatan waktu dalam memberikan informasi 2,9

10. Jawaban yang diberikan karyawan 2,9

Rata-rata 2,98

Pengukuran kinerja Proses Bisnis Internal Pengukuran Inovasi

Selama 3 tahun terakhir, Wana wisata Cikole belum optimal dalam pengembangan inovasi prodak. Hanya 2 produk baru diluncurkan dalam tiga tahun. Penambahan fasilitas outbond yang bekerjasama dengan fihak luar pada tahuan 2010. Selanjutnya di tahun 2011 membuat program Outdoor Activity. Pengukuran Pembelajaran dan pertumbuhan

Kepuasan karyawan Wana wisata Cikole berada pada angka 2,97 (Puas). Masalah pelatihan dan aplikasi tehnologi informasi merupakan dua hal yang paling lemah yaitu 1,69 (tidak puas) dan 2,52. Hal lain yang perlu di cermati juga masalah promosi jabatan yang hanya pada angka 2,64. Data pada tabel 15.

Tabel 15. Pengukuran kepuasan karyawan

No Pertanyaan Rataan

1 Fasilitas yang disediakan 3,12

2 Suasana kerja 3,25

3 Promosi jabatan 2,64

4 Pelatihan 1,69

5 Kemudahan software (sistem dan teknologi informasi) 2,52

6 Tanggapan atas komplain 3,92

Total Kepuasan Karyawan 2,97

Pengukuran Retensi karyawan.

(40)

28

tidak ada satupun karyawan yang keluar. Status BUMN memungkinkan karyawan tetap bertahan. Retensi karyawan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Pengukuran retensi karyawan

No Status karyawan Tahun

2011 2012 2014

1 Masuk

Karyawan Perhutani 13 13 13

Honorer 2 2 3

Borongan 0 8 8

2 Keluar 0 0 0

Total 15 23 24

Turn Over 0 0 0

Rancangan Balanced Scorecard Wanawisata Cikole Perhutani

Analisis SWOT.

Pengembangan strategi pada matriks SWOT dilakukan berdasarkan hasil dari matriks IE. (Hubeis,dan Najib 2008), yaitu:

1. Strategi SO (Strength-Opportunity), yaitu strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk meraih peluang yang ada.

2. Strategi WO (Weakness-Opportunity), yaitu strategi memperkecil/ meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang.

3. Strategi ST (Strength-Threat), yaitu strategi untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki.

4. Strategi WT (Weakness-Threat), strategi bertahan dengan mengurangi kelemahan serta menghindari ancaman.

Berapa pun faktorinternal dan eksternal yang dipertimbangkan , baik itu peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan total nilai tertimbang yang dihasilkan akan berkisar dari 1,0 untuk yang sangat rendah sampai dengan 4,0 untuk yang sangat tinggi, dengan skor rataannya 2,5.

Dengan demikian, jika misalnya dari hasil matrik EFE ditemukan bahwa hasil yang diperoleh dibawah 2,5 berarti perusahaan dengan keadaan yang ada belum mampu memnfaatkan peluang secara optimal dan sangat rentan terhadap ancaman perusahaan seiring lainnya. Dengan kata lain, dalam menghadapi dinamika lingkungan eksternal, perusahaan sedang dalam posisi lemah.

(41)

29 Tabel 17. Pengolahan SWOT Faktor Internal Wana wisata Cikole

FAKTOR INTERNAL Bobot (a) Rating (b) Skor (c)

Kekuatan

Paket outbond sebagai pendapatan terbesar 0,05 4 0,2

Pemandangan alam yang menarik 0,1 4 0,4

Pelayanan Makanan tradisional 0,1 4 0,4

Keramahan karyawan 0,025 3 0,075

Adanya sumber air 0,05 4 0,2

Lokasi strategis kawasan wisata 0,05 4 0,2

Kerjasama dengan pendukung wisata 0,05 3 0,15

Akses hutan langsung 0,05 3 0,15

Kerajinan masyarakat/oleh-oleh 0,025 3 0,075

Kelemahan

Penginapan terbatas 0,05 2 0,1

Kuantitas dan kualitas air sering bermasalah 0,05 2 0,1

Tidak ada tehnisi House keeping 0,05 2 0,1

Kuantitas dan kualitas SDM lemah 0,1 2 0,2

Marketing belum optimal 0,05 1 0,05

Sistem informasi berbasis komputer tidak terintegrasi 0,05 2 0,1

Belum ada standar operasi yang tertulis 0,05 2 0,1

Belum jelas strategi reward dan punishment dan jalur karir 0,025 2 0,05 Infrastruktur jalan panjang dan kualitas belum optimal 0,05 2 0,1

Pengolahan Sampah 0,025 2 0,05

Total 2,8

Tabel 18. Pengolahan SWOT Faktor Eksternal Wana wisata Cikole

FAKTOR EKSTERNAL Bobot Rating Skor

Peluang

Pasar pelanggan corporate terbuka luas 0,075 4 0,3

Jumlah kunjungan wisata ke wanawisata cikole selalu meningkat

0,05

3

0,15

kemudahan peluang e marketing 0,075 4 0,3

trend hidup sehat dan back to nature 0,075 4 0,3

Peminat makanan tradisional 0,075 4 0,3

Kapasitas perkemahan besar 0,1 4 0,4

Pembuatan hutan penelitian dan edukasi 0,05 3 0,15

Kelemahan

Persaingan wisata harga, pelayanan dan inovasi wisata

ketat 0,125 1 0,125

waspada bencana alam tangkuban perahu 0,125 2 0,25

aturan pajak dan aturan kehutanan 0,125 2 0,25

Penataan PKL 0,125 2 0,25

(42)

30

Gambar 16. Perhitungan Skor IFE dan EFE Wana wisata Cikole Pada Gambar 16 total skor IFE dan EFE menunjukkan Wana wisata Cikole pada kuadran V. termasuk dalam daerah menjaga dan mempertahankan (hold and maintain). Strategi yang paling sesuai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Perhitungan Balanced Scorecard Wana wisata Cikole

Kinerja suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target dan realisasi. Kinerja juga perlu memasukkan bobot berupa tingkat kepentingan yang disusun oleh stakeholder perusahaan. Tabel 19 merupakan perhitungan kinerja Wana wisata Cikole berbasis metode Balanced Scorecard.

Tabel 19. Perhitungan Balanced scorecard Wana wisata Cikole tahun 2013

Ket. T = Target, B = Bobot dan R = Realisasi Perspektif Indikator Kinerja Utama

(IKU)

T B R BSC

W.Cikole (Key Performance

Indicator)

Lag/akibat Lead/Sebab

(43)

31 Berdasarkan kriteria kesehatan perusahaan BUMN, maka Wana Wisata Cikole Perhutani dengan total score kinerja balanced scorecard 60,83 masuk dalam kondisi Kurang Sehat . Karena analisis balanced scorecard baru pertama kali dilakukan penentuan bobot diasumsikan sama yaitu 25%. Bila disamakan dengan standar BUMN (Rangkuti,2011), maka bobot perspektif keuangan menjadi 50 %. Hasil simulasi menunjukan total skor kinerja Wana Wisata Cikole perhutani adalah 55,78. Nilai perusahaan masih kurang sehat. Disajikan pada tabel 20.

Tabel 20. Perhitungan BSC Wanawisata Cikole Perhutani tahun 2013 menurut standar BUMN

Lag/akibat Lead/Sebab

Keuangan ROI Bauran pendapatan 0,3 50 0,14 23,33

Kepuasan pelanggan Survey pelanggan 4 10 2,98 7,45

Citra merek Top of mind 20 5 8,3 2,08

Loyalitas pelanggan Commited buyer 70 5 60 4,29 Proses Internal Pendapatan produk

baru

Inovasi produk baru

2 15 1 7,50

Pembelajaran Kepuasan Karyawan Survey karyawan 4 15 2,97 11,14

Total 55,78

R BSC W.Cikole

(Key Performance Indicator)

Pelanggan

Perspektif Indikator Kinerja Utama (IKU) T B

Untuk dapat meningkatkan tingkat kesehatan perusahaan Wana Wisata Cikole dapat melakukan hal berikut.

1. Penambahan Inovasi.

Pendapatan Outdoor Activity merupakan pendapatan terbesar bagi objek wisata ini. Oleh karena itu memungkinkan penambahan inovasi. Kenyataan hanya satu buah inovasi pertahun perlu di dorong menjadi minimal 2 atau bahkan 3. Objek dan kegiatan yang bisa ditambahkan sebagai inovasi yaitu :

a. Wisata Edukasi.

(44)

32

b. Pembibitan tanaman

Karena sudah pernah dan masih ada penjualan tanaman hias, maka peluang ini bisa dimanfaatkan. Kerja sama dengan penduduk sekitar berupa penyediaan bibit tanaman atau fauna seperti kelinci masih memungkinkan dikelola.

c. Pembuatan Gift Corner

Umumnya pengunjung menyukai membawa oleh-oleh, maka warung buah tangan bisa diusahakan. Kerajinan tangan masyarakat sekitar, atau kaos Cikole bisa dimunculkan. Kerajinan berbasis kayu atau bunga pinus juga bisa menjadi objek menarik. Selanjutnya bisa di padukan dengan proses pembuatannya langsung didiringi kesenian Parahyangan seperti kecapi suling.

d. Festival kebudayaan

Dengan jarak yang tidak begitu jauh dari Kota Bandung, sangat mungkin di gelar festival kesenian seperti wayang golek, atau kesenian daerah lainnya. Bekerjasama dengan dinas pariwisata Provinsi sehingga potensi pengunjung yang mayoritas dari Ibukota Jawa Barat ini menjadi terpuaskan.

Kepuasan Karyawan

Untuk meningkatkan kepuasan karyawan dapat ditingkatkan dengan kegiatan berikut :

a. Penambahan pelatihan

Pelatihan yang minim sebenarnya bisa di optimalkan dengan bekerja sama dengan institusi pemerintahan seperti Kementrian Pariwisata dan Dinas pariwisata setempat. Pelatihan manjemen mutu baik sisi kepariwisataannya atau sains. Pelatihan software juga memudahkan sistem manajemen sekaligus mengurangi komplain pelanggan.

a. Penyusunan Standar Operasional , Reward dan Punishment

Kendala bagi karyawan yang mau memajukan perusahaan adalah reward yang belum terstandar. Sehingga belum bisa mengairahkan kinerja karyawan. Jika sudah di susun karyawan akan semakin giat dan menambah motivasi. Kejelasan kenaikan jabatan atau perubahan status juga menjadi reward yang baik untuk dikembangkan.

(45)

33 Tabel 21. Perhitungan BSC Wanawisata Cikole Perhutani tahun 2013 menurut

standar BUMN dengan penyesuaian. Perspektif

Indikator Kinerja Utama (IKU)

T B R BSC W.Ckl (Key Performance Indicator)

Lag/akibat Lead/Sebab

Keuangan ROI Bauran

Strategi Marketing Wana wisata Cikole Perhutani

Strategi Merek.

Strategi merek yang perlu dilakukan terutama melakukan promosi guna meningkatkan citra produk Wana wisata Cikole. Biaya dan kegiatan promosi masih sangat sedikit dilakukan oleh Perhutani. Sedangkan wisata merupakan produk jasa yang sarat dengan kreatifitas. Banyaknya kreatifitas yang dibuat akan menyebabkan perubahan pada jenis produk yang pada gilirannya akan merangsang konsumen unutk menikmati produk yang ditawarkan. Seringnya terjadi perubahan akan membutuhkan promosi produk yang lebih sering dibandingkan jenis produk barang. Tidak terkecuali wanawisata pun membutuhkan kreatifitas dan promosi yang senantiasa berubah. Untuk itu perlu disusun strategi yang memadai guna meningkatkan loyalitas konsumen pada merek Wanawisata Cikole. Strategi merek Wana wisata Cikole yang optimal meliputi:

1. Menentukan segmentasi, targeting dan positioning produk. Segmentasi yang tepat untuk produk wanawisata cikole adalah berdasarkan gaya hidup, yakni gaya hidup sehat dan cocok untuk wisata keluarga. Fokus pada segmentasi Corporate perlu di kedepankan mengingat kenyataan program Outdoor Activity banyak mengambil dari segmen ini.

2 .Mendiferensiasi produk. Diferensiasi produk perlu dilakukan guna memberi keunggulan produk atas fitur-fitur yang dimilikinya. Differensiasi produk Wanawisata cikol adalah salah satunya keindahan alam termasuk akses langsung ke hutan pinus.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2. Total Skor matrik IFE
Gambar 3. Ekuitas merek
Gambar 5. Profil pengunjung Wana wisata Cikole berdasarkan usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persentase sekolah terklasifikasi hitam tingkat kota/kabupaten yang ada di Provinsi

Pada hemat saya teori Charles Taylor tentang politik pengakuan dan multikulturalisme bisa mendorong Indonesia menjadi komunitas yang bermakna. Di dalam komunitas yang bermakna

Sumber belajar terdiri atas pesan (segala informasi dalam bentuk ide, fakta, dan data yang disampaikan kepada anak didik), orang (manusia yang berperan sebagai

Pada Penelitian Ini tidak terdapat peningkatan kadar Mg 2+ serum pada pasien epilepsi yang memperoleh terapi obat natrium valproat selama lebih dari 3 bulan

The method of this study is library research. The primary source is the novel entitled My Name is Red. The secondary sources are taken from books and articles which

Given the specific postcolonial conditions, the female characters in both novels come across as autonomous and having their individual voices that cannot be reduced into one

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran melalui

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi melaksanakan diet pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Dr.. Bagi RSUD