• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA Negeri 9 Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA Negeri 9 Bogor."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS

GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9

BOGOR

Oleh:

Willy Prasetyo Raharjo

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Zat gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA 9 Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Willy Prasetyo Raharjo NIM I14114019

__________________________

(4)
(5)

ABSTRAK

WILLY PRASETYO RAHARJO. Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA 9 Bogor. Dibimbing oleh HADI RIYADI.

Sosioekonomi keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan dan tumbuh kembang anak, terutama remaja putri lebih rentan terkena masalah gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sosio ekonomi, asupan zat gizi dan status gizi dengan daya tahan kardiorespirasi. Desain penelitian ini adalah

cross sectional. Hasil menunjukan bahwa rata-rata umur contoh adalah 16 tahun

dengan mayoritas status gizi contoh berkategori beresiko, besar keluarga sedang dan pendapatan rata-rata di atas 5 juta perbulan. Daya tahan kardiorespirasi sebagian besar adalah kurang. Rata-rata asupan zat gizi makro dan mikro contoh masih belum memenuhi kecukupan gizi. Tidak ada hubungan signifikan antara asupan zat gizi dengan daya tahan kardiorespirasi (p>0.05). Tidak terdapat hubungan signifikan antara pendapatan dan pendidikan ibu dengan daya tahan kardiorespirasi (p>0.05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan pada daya tahan kardiorespirasi dengan status gizi (p>0.05). Berdasarkan uji regresi linear sebagai uji lanjut tidak ada variabel independen yang berhubungan dengan daya tahan kardiorespirasi sebagai variabel terikat.

Kata kunci: asupan gizi, daya tahan kardiorespirasi, sosioekonomi

ABSTRACT

WILLY PRASETYO RAHARJO. Relationship of Socio Economy, Nutrient Intake and Body Mass Index with Cardiorespiratory Endurance in Female Student of Bogor Highschool 9. Supervised by HADI RIYADI.

Socioeconomic will affect food consumption and child development, especially adolescence girl are more suspectible to nutritional problems. The objective of this study was analyzing the relationship between socioeconomic, nutrient intake, and nutritional status to cardiorespiratory endurance. The study design was cross sectional. Subject were mostly 16 years old with an at risk status, family size was medium size and family income was over 5 million Rupiahs a month. Subject mostly have cardiorespiratory endurance score was poor. Average of nutrient intake for subject were not adequate to requirement. There were no significant differences on nutrient intake with cardiorespiratory endurance (p>0.05). There were no significant corelation between income and maternal education with cardiorespiratory endurance (p>0.05). There were no significant correlation between cardiorespiratory endurance with BMI (p>0.05). Based of linear regression test as further test there were no significant results for independent variable with cardiorespiratory endurance as dependent variable.

(6)
(7)

HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI,

DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK

PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

WILLY PRASETYO RAHARJO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

(8)
(9)

Judul : Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA Negeri 9 Bogor.

Nama : Willy Prasetyo Raharjo NIM : I14114019

Disetujui oleh

Dr Ir Hadi Riyadi, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt atas segala sesuatu yang diperoleh dari-Nya, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya penyusunan skripsi

yang berjudul “Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA Negeri 9 Bogor” dapat diselesaikan dengan baik, lancar dan tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi syarat bagi penulis untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Bapak dr. Naufal Muharam Nurdin, S.ked selaku dosen Penguji dari penulisan skripsi ini yang telah memberikan kritik serta saran yang membangun kepada penulis

3. Bapak Dr. Lilik Kustiyah, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam menjalani jenjang pendidikan sarjana.

4. Orang tua yang telah membesarkan dan mendidik dengan ketulusan, kesabaran serta dukungan dan doa yang tiada henti diberikan untuk penulis. 5. Seluruh teman dan pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu atas

bantuan dan doa yang diberikan pada penulis.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

PRAKATA vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Kegunaan 3

Kerangka Pemikiran 3

METODE 4

Desain, Waktu, dan Tempat 4

Teknik Penarikan Contoh 4

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Keterbatasan Penelitian 10

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 11

Karakteristik Keluarga Contoh 12

Status Gizi 13

Aktifitas Fisik (PAL) 14

Kebiasaan Olahraga 15

Daya Tahan Kardiorespirasi 15

Asupan Zat Gizi 16

Hubungan Sosio Ekonomi Keluarga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 18 Hubungan Asupan Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 19 Hubungan Status Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 21 Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi 22

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

(14)

x

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 6

2 Pembagian status gizi berdasarkan imt menurut umur (kg/m2) 7

3 Angka kecukupan gizi remaja putri 8

4 Nilai physical activity rate (PAR) per satuan waktu 9

5 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL 9 6 Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2max 10

7 Sebaran contoh menurut umur 12

8 Karakteristik keluarga contoh 13

9 Sebaran contoh menurut status gizi 14

10 Sebaran contoh berdasarkan nilai PAL 14

11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga 15 12 Sebaran contoh berdasarkan daya tahan kardiorespirasi 16

13 Rata-rata asupan gizi contoh 16

14 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi (TKE) 17 15 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein (TKP) 17 16 Sebaran contoh berdasarkan Tingkat konsumsi vitamin 18 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi mineral 18 18. Sebaran contoh menurut pendapatan dan daya tahan kardiorespirasi 18 19 Sebaran contoh menurut pendidikan ibu dan daya tahan kardiorespirasi 19 20 Sebaran contoh menurut TKE dan daya tahan kardiorespirasi 19 21 Sebaran contoh menurut TKP dan daya tahan kardiorespirasi 20 22 Sebaran contoh menurut TKV A dan daya tahan kardiorespirasi 20 23 Sebaran contoh menurut TKV C dan daya tahan kardiorespirasi 21 24 Sebaran contoh menurut status gizi dan daya tahan kardiorespirasi 21 25. Uji signifikansi variabel yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi 22

DAFTAR GAMBAR

1. Hubungan sosioekonomi, asupan zat gizi dan status gizi dengan ketahanan

fisik pada siswi SMA Negeri 9 Bogor 4

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner penelitian 27

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan UNHDR (United Nation Human Development Report) tahun

2013, peringkat HDI (Human Develpoment Index) Indonesia berada di posisi 121

dari 187 negara. HDI merupakan ukuran ringkasan untuk menilai kemajuan jangka panjang dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu: kesehatan dan umur panjang, akses terhadap pengetahuan dan standar hidup yang layak. Posisi tersebut menurun dari peringkat HDI Indonesia pada tahun 2009 yaitu berada pada posisi 111 dari 182 negara. Posisi tersebut menunjukan bahwa indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Untuk meningkatkan peringkat HDI Indonesia maka diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok usia remaja.

Salah satu faktor yang menetukan terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas adalah pangan yang bergizi, yang diperoleh dari konsumsi pangan yang baik (Khomsan 2002). Periode rentan gizi melekat pada usia remaja (10-18 tahun) karena pada usia remaja terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan fisik serta aktifitas fisik yang berakibat pada peningkatan kebutuhan terhadap energi dan zat gizi lainnya. Rentan gizi pada wanita diketahui lebih tinggi dibanding pria karena wanita pada umumnya berpikir bahwa bentuk tubuh langsing itu cantik. Wanita melakukan diet berlebihan untuk mencapai berat badan yang dianggap ideal tanpa mengetahui berat badan ideal yang seharusnya. Asupan yang tidak seimbang dapat menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun kurang. Hasil penelitian Kusumajaya et al (2007)

menemukan persepsi remaja terhadap body image sebanyak 23.8% remaja

memiliki persepsi negatif atau menganggap diri mereka lebih gemuk. Data Riskesdas (2013) menunjukan prevalensi status gizi (IMT/U) perempuan remaja usia 16-18 tahun yaitu sebanyak 1% sangat kurus, 4.7% kurus, 86.2% normal, 6.4% lebih dan 1.7% obese.

Menurut Arisman (2004) perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi. Data hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan rata-rata kecukupan konsumsi energi penduduk umur 13-15 tahun (usia pra remaja) di Indonesia, yaitu sebanyak 54.5% mengonsumsi energi di bawah 2125 kkal dan yang mengonsumsi protein di bawah 69 gram sebanyak 38.1%. Rata-rata kecukupan konsumsi energi penduduk umur 16-18 tahun (usia remaja) sebanyak 54.5% di bawah 2125 dan kecukupan konsumsi protein di bawah 59 gram sebanyak 35.6%.

Faktor sosial ekonomi mempunyai peranan dalam pertumbuhan anak (Supariasa et al. 2001). Konsumsi pangan (food intake) seseorang sangat

(16)

2

Asupan gizi yang cukup adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ketahanan fisik. Ketahanan fisik merupakan kemampuan tubuh untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan menggunakan kekuatan, daya kreasi, dan daya tahan dengan efisien dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, serta dengan cadangan energi yang tersisa masih mampu untuk menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal yang tidak terduga. Keadaan sosioekonomi secara tidak langsung berhubungan dengan ketahanan fisik melalui pendidikan maternal yang diterima remaja (Cleland 2009). Ketahanan fisik sangat penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Tingkat ketahanan fisik dinilai dari pengukuran daya tahan kardiorespirasi. Metode Balke

adalah salah satu metode yang dilakukan untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi. Faktor lain yang secara langsung mempengaruhi ketahanan fisik yaitu latihan yang intensif dan teratur dilihat dari aktifitas fisik dan kebiasaan olahraga (Kushendar 2008).

Studi yang dilakukan oleh Adiwinanto (2008) mengungkapkan hampir setengah dari jumlah anak usia 12-21 tahun di Indonesia tidak cukup aktif. Aktifitas fisik kelompok tersebut tergolong ringan-sedang dan hanya sekitar 25% yang aktif berolahraga. Anak perempuan memiliki risiko kurang aktif berolahraga lebih besar dibandingkan laki-laki, terutama menjelang dan setelah pubertas. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 proporsi akrifitas fisik penduduk Indonesia yang kurang aktif menurut kelompok umur 10-14 tahun adalah 49,6% dan kelompok umur 15-19 tahun adalah 35,4%. Olahraga secara teratur dapat bermanfaat untuk menjaga berat badan ideal. Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas, penelitian mengenai hubungan sosioekonomi, asupan zat gizi, dan status gizi terhadap ketahanan fisik remaja dirasa perlu untuk dikaji lebih dalam.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status sosioekonomi, konsumsi pangan, dan status gizi dengan ketahanan fisik pada siswi SMA 9 Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh. 2. Menganalisis status gizi contoh.

3. Menganalisis asupan gizi contoh.

4. Menganalisis aktivitas fisik dan kebiasaan olah raga contoh. 5. Menganalisis daya tahan kardiorespirasi contoh.

(17)

Kegunaan

Kegunaan penelitian “Hubungan antara Sosioekonomi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik Pada Siswi SMA 9 Bogor” antara lain

untuk memberikan informasi mengenai kaitan antara sosio ekonomi keluarga, asupan zat gizi dan status gizi dan hubungannya dengan ketahanan fisik. Informasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orangtua dan anak dalam memperhatikan kesehatan dengan menjaga aktivitas fisik dan pola konsumsi pangan. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, pengembangan penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Kerangka Pemikiran

Kebugaran yang baik bisa diraih dengan melakukan pola hidup yang sehat (Quality of life). Menurut Sharkey (2003), untuk mencapai quality of life, ada tiga

aspek yang harus dipenuhi, yaitu: (1) mengatur makanan; (2) mengatur istirahat; dan (3) melakukan aktivitas (olahraga). Aktifitas fisik merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seluruh atau sebagian anggota tubuh untuk bergerak. Aktifitas fisik dilakukan mulai saat bangun tidur di pagi hari hingga akan tidur kembali di malam hari. Aktifitas fisik identik dengan melakukan olahraga yang memiliki tujuan untuk rekreasi maupun untuk mendapatkan efek kesehatan.

Remaja wanita cenderung memiliki kegiatan yang cukup padat sehari-harinya, baik selama di sekolah maupun selama di luar sekolah atau hari libur. Aktifitas fisik pada remaja laki-laki maupun perempuan lebih banyak dilakukan di sekolah dibandingkan di rumah. Dalam penelitian ini dikhususkan analisis pada remaja wanita. Remaja wanita selain terkenal aktif dalam berbagai kegiatan juga aktif membantu pekerjaan rumah. Berbeda dengan remaja pria yang cenderung aktif pada kegiatan di luar ruangan saja. Seorang remaja wanita seyogyanya bertanggungjawab untuk membantu pekerjaan rumah khususnya membantu berbagai tugas ibu rumah tangga di rumah. Remaja wanita juga memiliki siklus biologis dalam bentuk menstruasi yang rutin terjadi setiap bulan yang berperan besar dalam tingginya anemia di kalangan remaja.

Ekonomi keluarga memegang peranan dalam akses mendapatkan pangan. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Media, pergaulan, body image, dan food preferences adalah faktor-faktor lain diluar

(18)

4

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini

dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 9, Bogor. Lokasi dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki murid dengan latar belakang yang berbeda sehingga diharapkan contoh yang didapatkan beragam. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan September hingga Oktober 2013.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah siswi SMA 9 Bogor. Siswi kelas XII tidak diambil contohnya karena sedang dalam persiapan dalam menempuh ujian akhir sekolah sehingga memiliki banyak kegiatan bimbingan di luar jam pelajaran sekolah. Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswi kelas XI. Penarikan contoh dilakukan secara purposif dimana contoh adalah populasi yang

(19)

memenuhi kriteria inklusi. Adapun yang merupakan kriteria inklusi adalah siswi yang memiliki status aktif sebagai siswi di SMA 9 Bogor, bersedia menjadi contoh dalam penelitian dan bersedia diukur, orangtua bersedia memberikan informasi, serta tidak memiliki penyakit yang menyulitkan proses pengukuran. Besar contoh dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin (Singarimbun & Effendi 2011) sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi

d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)

Jumlah populasi adalah sebesar 320 contoh maka jumlah minimal contoh yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas adalah 76 contoh. Pemilihan contoh menggunakan simple random sampling

dengan cara di undi. Dari 9 kelas yang ada di kelas XI diambil secara acak dari masing-masing kelas sebanyak 10 contoh sehingga didapatkan total 90 contoh secara acak. Alasan penentuan contoh yang lebih banyak dari seharusnya yaitu 90 contoh dari 76 contoh yang seharusnya adalah untuk mengantisipasi adanya contoh yang drop out pada saat pengambilan data.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder (Tabel 1). Data primer meliputi karakteristik keluarga, karakteristik contoh, data status gizi antropometri, konsumsi, aktifitas fisik, kebiasaan olahraga, dan daya tahan kardiorespirasi contoh. Data sekunder yaitu data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi profil SMA, fasilitas SMA, dan jumlah siswi. Jenis variabel dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 1.

Pengambilan data karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Data konsumsi pangan diperoleh dengan menggunakan metode recall 24 jam konsumsi pangan yang dimodifikasi

dengan bantuan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh dan dilakukan dua kali, yaitu satu kali pada hari sekolah dan satu kali pada hari libur. Data status gizi antropometri diambil dengan cara mengukur tinggi badan secara langsung dengan menggunakan microtoise, dan berat badan menggunakan timbangan digital.

Selanjutnya data tersebut dimasukan ke dalam software WHO Anthroplus 2007

untuk diolah dan didapatkan IMT untuk dibandingkan dengan kategori status gizi menurut IMT/U.

(20)

6

peneliti menanyakan kepada contoh apakah ada kesulitan atau tidak dalam mengisi kuesioner.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No. Variabel Alat dan Cara Pengumpulan Data

Data primer 1 Karakteristik contoh:

-Usia Pengisian kuisioner dengan panduan 2 Karakteristik keluarga:

-Besar keluarga Pengisian kuisioner dengan panduan -Pekerjaan orang tua Pengisian kuisioner dengan panduan -Pendidikan orang tua Pengisian kuisioner dengan panduan -Budaya/asal daerah Pengisian kuisioner dengan panduan 3 Status gizi antropometri

-Berat badan Pengukuran langsung dengan timbangan digital -Tinggi badan Pengukuran langsung dengan microtoise 4 Konsumsi Pangan Pengisian kuisioner dengan panduan 5 Aktifitas fisik Pengisian kuisioner dengan panduan 6 Kebiasaan olahraga Pengisian kuisioner dengan panduan

-Jenis olahraga -Frekuensi olahraga

-Durasi atau lama olahraga

7 Daya tahan kardiorespirasi Pengukuran jarak tempuh lari dan VO2 max dengan metode Balke

Data sekunder 1 Gambaran umum lokasi penelitian:

-Profil SMA 9 Mencatat dari data yang ada di SMA 9 Bogor. -Jumlah siswi

Data aktifitas fisik contoh diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner meliputi kegiatan pada hari sekolah selama 24 jam penuh. Daya tahan kardiorespirasi diukur dengan menggunakan tes Balke. Prosedur Tes Balke

menurut Budiman (2007), yaitu subjek diminta untuk berlari menempuh jarak sejauh mungkin dalam waktu 15 menit. Subjek tidak diperbolehkan untuk berhenti atau diam didalam lintasan, tetapi diperbolehkan berjalan apabila lelah berlari. Setelah subjek berlari, jarak yang ditempuh dicatat dan hasilnya dapat digunakan untuk menentukan VO2max. Persiapan yang dilakukan adalah tes minimal dilakukan dua jam setelah makan ringan atau empat jam setelah makan berat, tidak boleh merokok, pakaian tidak ketat, dan nyaman dipakai sehingga tidak mengganggu pergerakan tubuh. Lintasan yang digunakan adalah lapangan olahraga SMA Negeri 9 Bogor. Tes Balke dilakukan pada saat jam pelajaran olahraga dan diatur oleh guru olahraga.

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning dan

analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data

(21)

disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan. Entry adalah memasukkan data

jawaban kuesioner sesuai kode. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap

isian data yang diluar jawaban. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk Tabel serta dianalisis secara statistik deskriptif dan uji hubungan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows.

Data karakteristik contoh meliputi usia, berat badan, dan tinggi badan. Pengukuran status gizi pada penelitian dilakukan dengan metode antropometri melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik (Soekirman 2000). Data status gizi dihitung menggunakan standar penilaian status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan umur menggunakan

software WHO AnthroPlus 2007. Kategori Status gizi berdasarkan IMT/U

dijabarkan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Pembagian status gizi berdasarkan imt menurut umur (kg/m2) Umur -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD

Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram atau ukuran rumah tangga (URT) diolah dengan menggunakan software Nutrisurvey 2007 sehingga didapatkan data asupan zat gizi. Angka kecukupan gizi (AKG)

KGij = penjumlahan zat gizi dari setiap bahan makanan/golongan yang dikonsumsi

Bj = berat bahan makanan j (gram)

Gij = kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat digunakan Sumber: Hardinsyah & Briawan 1994

(22)

8

Tingkat kecukupan energi dinilai berdasarkan acuan Depkes (1993) dengan kategori defisit berat (<70%), defisit sedang (70-79%), defisit ringan (80-89%), normal (90 – 119%), dan kelebihan (>120%). Tingkat kecukupan protein dinilai dengan kategori kurang (<66.7%), cukup (66.7-100%), dan lebih (>100%).Tingkat kecukupan zat gizi mineral dan vitamin dikategorikan menurut Gibson (2005) yaitu kategori kurang (77%), dan cukup (>77%). Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dirumuskan sebagai berikut :

TKGi = (Ki/AKGi) x 100%

Keterangan :

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Konsumsi zat gizi i

AKG = Kecukupan zat gizi yang dianjurkan Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994

Tabel 3 Angka kecukupan gizi remaja putri

Zat gizi Kelompok umur

13-15 tahun 16-18 tahun

Energi (kkal) 2125 2125

Data karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Data besar keluarga dikategorikan

menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga

besar (≥ 7 orang). Data pekerjaan ayah dikategorikan ke dalam enam kelompok,

yaitu PNS, swasta, wiraswasta, buruh, TNI/Polri, dan lainnya (jika ada). Data pekerjaan ibu dikategorikan ke dalam enam kelompok, yaitu ibu rumah tangga, PNS, swasta, wiraswasta, buruh, dan lainnya (jika ada). Data pendidikan terakhir ayah dan ibu dikategorikan dalam lima kelompok, yaitu tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Data pendapatan dikategorikan dalam empat kategori yaitu < 2 juta rupiah, 2 juta hingga 3 juta rupiah, 3 juta hingga 5 juta rupiah, dan lebih dari 5 juta rupiah.

Nilai Physical Activity Rate (PAR) pada Tabel 4 diperlukan untuk

menentukan tingkat aktifitas fisik. Tingkat aktifitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level). PAL

(23)

A = A Alokasi waktu tiap aktivitas24 jam

Tabel 4 Nilai physical activity rate (PAR) per satuan waktu

Aktivitas Nilai PAR per Satuan Waktu

Tidur(siang dan malam) 1.00

Tidur-tiduran, Duduk diam, Membaca 1.20

Duduk sambil menonton TV 1.72

Mandi dan berpakaian 2.30

Berdiri diam, Beribadah, Menunggu (Berdiri), Berhias 1.50

Berkendaraan di mobil/bus/angkutan 1.20

Makan Minum 1.60

Jalan santai 2.50

Berbelanja (membawa beban) 2.40

Mengendarai kendaraan 2.50

Menjaga anak 2.50

Melakukan perkerjaan rumah tangga 2.75

Setrika pakaian (duduk) 1.70

Kegiatan berkebun 2.70

Office Worker (Duduk didepan meja, Menulis, mengetik) 1.30 Office Worker (Berjalan, Membawa arsip) 1.60

Olahraga (Badminton) 4.85

Olahraga (Jogging, Lari jarak jauh) 6.50

Olahraga (Bersepeda) 3.60

Olahraga (Aerobik, Berenang, Sepak Bola, dll) 7.50

Kegiatan dilakukan dengan duduk 1.50

Kegiatan ringan 1.40

Memasak 2.10

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL menurut FAO/WHO/UNU (2001) terdapat pada Tabel 5. Seseorang dikatakan beraktifitas ringan (sedentary) bila tidak banyak melakukan kerja fisik, tidak berjalan jauh,

umumnya menggunakan alat transportasi, tidak latihan atau berolahraga secara teratur, menghabiskan waktu senggang dengan duduk dan berdiri dengan sedikit bergerak seperti pelajar.

Tabel 5 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL

No Kategori Nilai PAL

1 Sangat ringan (very sedentary lifestyle) <1.39

2 Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69

3 Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99

4 Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40

(24)

10

Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO2max yang

diperoleh dari tes lari selama 15 menit kemudian dihitung seberapa jauh jarak tempuh oleh contoh. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO2max calculator).

Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan VO2max ditunjukan pada Tabel 6. Hasil perhitungan jarak yang telah ditempuh contoh dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

%VO2max = [((Jarak total yang ditempuh/15) –133) x 0.172] + 33.3

Tabel 6 Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2max No Kategori daya tahan kardiorespirasi Nilai Vo2 max

1 Sangat kurang <25.0

Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan dilakukan uji korelasi. Data yang diolah secara deskriptif terdiri dari karakteristik keluarga, aktifitas fisik, kebiasaan olahraga, asupan gizi dan daya tahan kardiorespirasi. Uji korelasi yang dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson. Uji korelasi

digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel sosioekonomi, asupan zat gizi dan status gizi dengan daya tahan kardiorespirasi.

Keterbatasan Penelitian

Data pengukuran kebugaran tubuh yang dilakukan pada SMA Negeri 9 Bogor memiliki banyak kendala seperti keadaan lintasan lari yang tidak rata, banyaknya gangguan dari lingkungan dan waktu pengambilan data yang dilakukan pada siang hari. Data konsumsi pangan memiliki kendala pada kejujuran contoh dalam mengisi kuisioner. Berbagai faktor yang disebutkan diatas sedikit banyak mempengaruhi hasil maksimum yang dapat diperoleh oleh contoh.

Definisi Operasional

Aktifitas fisik adalah kegiatan yang menghasilkan gerak yang dilakukan oleh contoh mulai saat bangun tidur hingga tidur kembali di malam hari.

Asupan gizi adalah zat gizi yang dihitung dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi.

(25)

menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan

keluarga besar (≥ 7 orang).

Contoh adalah siswi SMA Negeri 9 Bogor yang bersedia mengikuti setiap tahap

penelitian.

Jenis pekerjaan orangtua adalah pekerjaan atau mata pencaharian orangtua contoh yang dikelompokkan menjadi PNS, swasta, wiraswasta, buruh, TNI/Polri, dan ibu rumah tangga (hanya ibu).

Karakteristik contoh adalah keadaan contoh yang meliputi usia, data berat badan, tinggi badan, dan status gizi (IMT/U).

Kebiasaan olahraga adalah kebiasaan melakukan aktifitas olahraga dalam satu minggu baik untuk rekreasi maupun untuk tujuan kesehatan.

Pendidikan terakhir orangtua adalah jenjang pendidikan terakhir yang diikuti orangtua contoh, yang dikelompokkan menjadi tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi.

Pendapatan orangtua adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh orang tua dari pekerjaannya yang digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Sosio ekonomi keluarga adalah keadaan keluarga contoh meliputi pekerjaan

orangtua, besar keluarga, pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Status gizi adalah status gizi berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh dan

dikategorikan berdasarkan kategori IMT/U.

Tes Balke adalah tes kebugaran untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi dengan cara subjek berlari atau berjalan tanpa henti atau beristirahat di tempat selama 15 menit mengelilingi lintasan.

Usia adalah lama hidup contoh yang dihitung berdasarkan waktu lahir dan waktu pengukuran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(26)

12

Karakteristik Keluarga Contoh

Keluarga adalah tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan (BKKBN 2009). Karakteristik keluarga remaja putri dalam penelitian ini terdiri dari: besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua. Data karakteristik keluarga dapat dilihat pada Tabel 8. Usia contoh pada penelitian ini berada pada rentang 15 tahun sampai 17

tahun dan termasuk ke dalam remaja pertengahan (Mar’at 2009). Sebaran umur contoh ditunjukan pada Tabel 7. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa sebagian besar contoh berumur 16 tahun (71.1%) dan sebagian kecil berusia 15 tahun (6.7%).

Tabel 7 Tabel sebaran contoh menurut umur Umur contoh

Besar keluarga menurut BKKBN (2009) digolongkan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (≥ 7 orang). Besar keluarga contoh berada pada rentang 2 sampai 9 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah sebesar 4.81 orang. Data kategori besar keluarga menunjukan distribusi contoh sebagian besar dalam kategori keluarga sedang (57.8%) dan hanya sebagian kecil (4.4%) dalam kategori keluarga besar.

Tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua menerima informasi dan mengatur kesehatan anaknya. Menurut Isnaini (2011) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap kemampuan dalam mengakses dan menyerap informasi serta menerima suatu inovasi menjadi semakin baik. Tingkat pendidikan orangtua contoh dibagi menjadi tingkat pendidikan ayah dan ibu. Tingkat pendidikan ayah contoh sebagian besar (47.8%) tamat perguruan tinggi/sederajat. Pendidikan ibu contoh sebagian besar (43.4%) tamat SMA/sederajat, Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik seseorang yang saling berhubungan.

Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seseorang dan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya (Suwarman 2004). Pekerjaan ayah contoh sebagian besar (41.1%) adalah pegawai BUMN/Swasta, kemudian TNI/POLRI sebanyak 32.2%. Pekerjaan lainnya yaitu wiraswasta/pedagang/jasa sebanyak 5.6%, petani/buruh sebanyak 4.4%, dan lainnya sebanyak 16.4%. Pekerjaan ibu contoh sebagian besar (67.8%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, dan sebagian (20%) bekerja sebagai PNS/TNI.

(27)

berada pada rentang menengah ke atas. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi (Sukandar 2007).

Tabel 8 Karakteristik keluarga contoh

Karakteristik keluarga SMA 9

n %

Tamat SMA/sederajat 37 41.1

Tamat PT/sederajat 43 47.8

- Ibu

Tamat SD/sederajat 9 10.0

Tamat SMP/sederajat 11 12.2

Tamat SMA/sederajat 39 43.3

Tamat PT/sederajat 31 34.4

Pekerjaan - Ayah

PNS 0 0.0

TNI/POLRI 29 32.2

Pegawai BUMN/swasta 37 41.1

Wiraswasta/pedagang/jasa 5 5.6

Petani/nelayan/buruh 4 4.4

Lainnya 15 16.7

- Ibu

PNS 61 67.8

TNI/POLRI 18 20.0

Pegawai BUMN/swasta 6 6.7

Wiraswasta/pedagang/jasa 0 0.0

Petani/nelayan/buruh 0 0.0

Lainnya 5 5.6

Rata-rata±SD Rp4 616 022 ± Rp3 476 019

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi dalam makanan. Faktor yang secara langsung mempengaruhi

(28)

14

tergolong beresiko, 14.4% contoh normal, 3.3% contoh gemuk, dan tidak ada contoh yang tergolong kurus dan obesitas.

Hasil data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi status gizi remaja yang berumur 16-18 tahun berdasarkan IMT/U di Jawa Barat, yaitu 1.4% sangat kurus, 7.7% kurus, 83.4% normal, 6.2% berat badan lebih, dan 1.4% obese. Prevalensi remaja gemuk di Indonesia meningkat dari 1,4 persen pada tahun 2007 menjadi 7,3 persen pada tahun 2013. Kegemukan dan obesitas pada remaja (12-17 tahun) menyebabkan penurunan tingkat kebugaran kardiorespirasi (Ferreira 2013; Ortega

et al. 2012).

Tabel 9 Sebaran contoh menurut status gizi

Kategori Status Gizi n SMA 9 % sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik berlangsung, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Almatsier 2006). Temuan pada penelitian Malinauskas et al. (2006) bahwa sebagian besar (80%)

dari peserta melaporkan bahwa aktifitas fisik dapat mengendalikan berat badan mereka.

Besarnya aktifitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktifitas fisik. PAL merupakan

besarnya energi yang dikeluarkan per kilogram berat badan dalam 24 jam. Berdasarkan data yang telah diperoleh, nilai PAL contoh berkisar antara 1.25 sampai 2.34. Rata-rata nilai PAL contoh adalah sebesar 1.39. Sebaran contoh berdasarkan nilai PAL dapat dilihat pada Tabel 10. Data nilai PAL contoh menunjukkan tingkat aktifitas fisik contoh sebagian besar (67.8%) dalam kategori sangat ringan dan hanya sebagian kecil (2.2%) dalam kategori berat. Data Riskesdas 2013 menyebutkan proporsi nasional kurang aktifitas fisik pada penduduk yang berusia 10 tahun ke atas adalah 26.1 persen.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan nilai PAL

(29)

Kebiasaan Olahraga

Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang dapat memberikan dampak positif terhadap derajat kesehatan, sehingga dianjurkan untuk dilakukan secara teratur sesuai dengan kondisi seseorang. (Latief 2000 dalam Mustamin, Kunaepah, & Ayu 2010). Kebiasaan olahraga pada penelitian ini dinilai dari frekuensi olahraga dalam periode waktu seminggu. Tabel 11 menunjukkan bahwa contoh paling banyak (75.6%) melakukan olahraga sebanyak 1-2 kali dalam seminggu, sebagian contoh (23.3%) melakukan olahraga lebih dari tiga kali dalam seminggu, serta ada 1.1% contoh yang tidak rutin melakukan olahraga tiap minggu.

Durasi olahraga mengukur seberapa lama seseorang melakukan olahraga dalam satu waktu. Durasi olahraga pada sebagian besar contoh (73.3%) dilakukan selama 1-2 jam dan sebanyak 25.6% contoh melakukan olahraga selama lebih dari 3 jam. Dismenore terjadi secara signifikan pada remaja putri yang tidak

berolahraga (Thing 2011).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga

Kebiasaan Olahraga SMA 9

n %

Durasi Olahraga (jam per minggu)

< 1 jam 1 1.1

Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan fungsi organ paru-paru dan jantung dalam mensuplai oksigen yang bertujuan untuk kerja otot dalam waktu yang lama. Kualitas ketahanan kardiorespirasi dinyatakan dengan VO2max (Irianto 2001). Menurut Wiarto (2013) VO2max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Sebaran contoh berdasarkan daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 12.

Daya tahan kardiorespirasi contoh berkisar antara 22.35 sampai 38.75. Rata-rata VO2max contoh adalah sebesar 30.25. Berdasarkan data daya tahan kardiorespirasi yang telah diperoleh, sebagian besar contoh (46.7%) berada pada kategori kurang, 40.0% pada kategori cukup, dan 8.9% berada pada kategori sangat kurang. Hanya sebagian kecil (4.4%) contoh yang memiliki daya tahan

(30)

16

(2012) yang mengungkapkan daya tahan kardiorespirasi remaja putri sebagian besar berada pada kategori rendah sebesar 34,3 persen.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan daya tahan kardiorespirasi

Kategori Daya Tahan Kardiorespirasi SMA 9

n %

Konsumsi pangan merupakan kumpulan informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu (Madanijah 2006), Menurut Sediaoetama (2008) Bahan pangan yang telah dikonsumsi dan diserap dalam tubuh akan dicerna menjadi berbagai zat gizi. Zat gizi memiliki fungsi antara lain: sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, mengatur metabolisme dan keseimbangan tubuh, serta berperan dalam sisten imun.

Tabel 13 Rata-rata asupan gizi contoh

Asupan zat gizi Rata –rata Sd TKG (%)

(31)

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Hardinsyah & Tambunan 2004). Asupan energi contoh berkisar antara 1028 kkal sampai 1741 kkal. Rata-rata asupan energi contoh adalah sebesar 1259.22 kkal. Sebaran data asupan energi menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (95.6%) termasuk ke dalam kategori defisit berat. Hanya sebagian kecil contoh (1.1%) tergolong kategori normal. Konsumsi karbohidrat yang dianjurkan menurut Depkes (2002) adalah sebesar 50-60% dari kecukupan energi yang dianjurkan. Tabel 14 menunjukan data sebaran tingkat kecukupan energi contoh.

Tabel 14 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi (TKE)

TKE Kategori n %

Menurut Almatsier (2004), protein berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, mengangkat zat-zat gizi, dan pembentukan antibodi. Asupan protein contoh berkisar antara 24 gr hingga 70.5 gr. Rata-rata asupan protein contoh adalah sebesar 42.92 gr. Data sebaran asupan protein menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (51.1%) termasuk ke dalam kategori cukup dan hanya sebagian kecil contoh (7.8%) tergolong kategori lebih. Tingkat kecukupan protein remaja menurut Depkes (2011) berkisar antara 88,3% sampai 129,6% dan yang asupannya dibawah AKG adalah sebanyak 35,6%. Tabel 15 menunjukan data sebaran tingkat kecukupan protein contoh.

Tabel 15 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein (TKP)

TKP Kategori n % B12, dan C. Sebagian kecil contoh termasuk kategori cukup hanya pada asupan vitamin A (16.6%) dan vitamin C (4.4%). Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi vitamin dan mineral ditunjukkan pada Tabel 16 dan 17. Data asupan zat gizi mikro untuk mineral menunjukan bahwa sebagian besar contoh (100%) termasuk kedalam kategori defisit berat untuk asupan mineral kalsium, magnesium, fosfor, besi dan zinc. Bowman & Russell (2001) menemukan bahwa

(32)

18

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan Tingkat konsumsi vitamin

Tingkat konsumsi Kategori

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi mineral

Tingkat konsumsi Kategori

Hubungan Sosio Ekonomi Keluarga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Hubungan uji korelasi pearson menunjukan pendapatan keluarga yang

dinilai dengan pendapatan per bulan tidak berhubungan terhadap daya tahan kardiorespirasi (p=0.816, r=-0,025). Hal ini sejalan dengan penelitian Ariawan dan Appe (2013) yang mengungkapkan bahwa kebugaran bukan dipengaruhi oleh faktor ekonomi melainkan dari kemauan seseorang melakukan olahraga atau aktifitas yang bisa menghasilkan gerak. Tabel 18 menunjukan sebaran subjek dengan kategori pendapatan keluarga terhadap daya tahan kardiorespirasi. Sebagian besar contoh (17.8%) dengan pendapatan keluarga 2 juta rupiah sampai 3 juta rupiah memiliki kategori VO2max cukup.

Tabel 18 Sebaran contoh menurut pendapatan keluarga dan daya tahan kardiorespirasi

Pendapatan Sangat kurang Status VO2max Kurang Cukup Baik

n % n % n % n %

(33)

banyak berubah. Hal ini sejalan dengan teori Engel yang menyatakan bahwa semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli pangan.

Hubungan uji korelasi pearson menunjukan pendidikan orangtua yang

dinilai dengan pendidikan terakhir ibu tidak berhubungan terhadap daya tahan kardiorespirasi (p=0.540, r=0,065). Hal ini menunjukan bahwa semakin baik pendidikan ibu seseorang belum tentu semakin baik daya tahan kardiorespirasinya Tabel 19 menunjukan sebaran subjek dengan kategori pendidikan ibu terhadap daya tahan kardiorespirasi. Sebagian besar contoh (17.8%) dengan pendidikan ibu tamat SMA dan perguruan tinggi memiliki kategori VO2max kurang.

Tabel 19 Sebaran contoh menurut pendidikan ibu dan daya tahan kardiorespirasi

Pendidikan ibu

Status VO2max

Sangat kurang Kurang Cukup Baik

n % n % n % n %

Hubungan Asupan Gizi Dengan Daya Tahan Kardiorespirasi

Sebagian besar contoh (43,3%) dengan kategori TKE defisit berat memiliki status VO2max kategori kurang. Hubungan uji korelasi pearson antara asupan

gizi yang dinilai dengan TKE dengan daya tahan kardiorespirasi yang dinilai dengan VO2max menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.569, r=-0,061). Hal ini sejalan dengan penelitian Hanum (2011) yang mengemukakan bahwa hubungan tidak signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan tingkat kebugaran pada remaja. Tabel 20 menunjukan sebaran subjek dengan kategori tingkat kecukupan energi terhadap daya tahan kardiorespirasi.

Tabel 20 Sebaran contoh menurut TKE dan daya tahan kardiorespirasi

TKE

Status VO2max

Sangat kurang Kurang Cukup Baik

n % n % n % n %

Defisit berat 8 8.9 39 43.3 35 38.9 4 4.4

Defisit ringan 0 0 2 2.2 1 1.1 0 0

Normal 0 0 1 1.1 0 0 0 0

Total 8 8.9 42 46.7 36 40.0 4 4.4

(34)

20

peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik semakin besar. Apabila pendapatan rendah maka akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi (Madanijah 2006).

Sebagian besar contoh (25,6%) dengan asupan protein kategori cukup memiliki status VO2max kategori kurang. Tabel 21 menunjukan sebaran subjek

dengan kategori tingkat kecukupan protein terhadap daya tahan kardiorespirasi. Hubungan uji korelasi pearson antara asupan gizi yang dinilai dengan tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi yang dinilai dengan status VO2max menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.485, r=0,004). Studi yang dilakukan oleh Gutin et al. (2002) yang mengungkapkan bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara kebugaran dengan konsumsi protein. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik asupan protein seseorang belum tentu semakin baik daya tahan kardiorespirasinya.

Tabel 21 Sebaran contoh menurut TKP dan daya tahan kardiorespirasi

TKP

Status VO2max

Sangat kurang Kurang Cukup Baik

n % n % n % n % kardiorespirasinya. Hubungan uji korelasi pearson antara asupan gizi yang dinilai dengan tingkat konsumsi vitamin A dengan daya tahan kardiorespirasi yang dinilai dengan kategori VO2max menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.695, r=-0.042). Vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam diferensiasi dan kekebalan tubuh (Almatsier 2004). Tabel 22 menunjukan sebaran subjek dengan kategori tingkat kecukupan vitamin A terhadap daya tahan kardiorespirasi.

Tabel 22 Sebaran contoh mnurut tingkat kecukupan vitamin A dan daya tahan kardiorespirasi

Vit A

Status VO2max

Sangat kurang Kurang Cukup Baik

n % n % n % n %

Kurang 7 7.8 34 37.8 30 33.3 4 4.4

Cukup 1 1.1 8 8.9 6 6.7 0 0

Total 8 8.9 42 46.7 36 40.0 4 4.4

Sebagian besar contoh (45,6%) dengan asupan vitamin C kategori kurang memiliki status VO2max kategori kurang. Hubungan uji korelasi pearson

(35)

r=-0,045). Studi yang dilakukan oleh Nurwidyastuti (2012) mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin C dengan kebugaran. Terlihat pada status tidak bugar, responden yang memiliki konsumsi vitamin C kurang lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki asupan vitamin C cukup. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik asupan vitamin C seseorang belum tentu semakin baik daya tahan kardiorespirasinya. Tabel 23 menunjukan sebaran subjek dengan kategori tingkat kecukupan vitamin C terhadap daya tahan kardiorespirasi. Vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun, mengurangi kelelahan dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan melindungi sel dari radikal bebas (Chen 2000).

Tabel 23 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan vitamin C dan daya tahan kardiorespirasi

Vit C

Status VO2max

Sangat kurang Kurang Cukup Baik

n % N % n % n %

Kurang 7 7.8 41 45.6 34 37.8 4 4.4

Cukup 1 1.1 1 1.1 2 2.2 0 0

Total 8 8.9 42 46.7 36 40.0 4 4.4

Hubungan Status Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi

Status gizi contoh tidak menunjukkan berhubungan dengan daya tahan kardiorespirasi contoh (r=-0.472; p=0.077). Sebagian besar contoh (83.3%) dengan kategori status gizi beresiko memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori kurang yang dapat dilihat pada Tabel 23. Diantara semua kategori daya tahan

kardiorespirasi, sebaran status gizi normal lebih banyak terdapat pada kategori daya tahan kardiorespirasi cukup, sedangkan untuk sebaran status gizi beresiko

lebih banyak pada kategori daya tahan kardiorespirasi sangat kurang. Hubungan

antara IMT dan tingkat kesegaran jasmani pada penelitian ini tidak terlihat dengan jelas. Hal ini sejalan dengan penelitian Susilowati (2007) yang mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan tingkat kesegaran jasmani. Secara teoritis, semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani, maka kemampuan melakukan aktivitas fisik juga akan meningkat, demikian pula dengan jumlah pengeluaran energi sehingga neraca energi cenderung negatif yang akan menyebabkan penurunan IMT (Ortega et al.2012; Anam 2010; Wahyu A

2008; Utari A 2007).

Tabel 24 Sebaran contoh menurut status gizi dan daya tahan kardiorespirasi

Status Gizi

Daya tahan kardiorespirasi

Total Sangat kurang Kurang Cukup Baik

n % n % n % n %

Normal 1 12.5 5 11.9 6 16.7 1 25.0 13

Beresiko 7 87.5 35 83.3 29 80.6 3 75.0 74

Gemuk 0 0 2 4.8 1 2.8 0 25.0 3

(36)

22

Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi

Hasil analisis regresi linear berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi ditunjukkan pada Tabel 25. Nilai R2 yang diperoleh bernilai negatif yaitu sebesar -0.047, hal ini berarti daya tahan kardiorespirasi tidak dapat dijelaskan oleh variasi dari ketujuh variabel independen, yaitu status gizi, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pendapatan orangtua, asupan energi, protein, dan vitamin C, dan variasi variabel dependen dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar ketujuh variabel tersebut. Hasil penelitian Rachmawati (2013) mengungkapkan pada hasil uji regresi linear berganda terdapat variabel independen seperti status gizi, aktivitas fisik, asupan energi, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan kalsium tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kebugaran contoh.

Tabel 25 Hasil uji signifikansi variabel-variabel yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

(37)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Distribusi umur contoh memperlihatkan bahwa sebagian besar contoh (71.1%) berumur 16 tahun, 22.2% berumur 17 tahun dan sebagian kecil (6.7%) berumur 15 tahun. Kategori besar keluarga termasuk dalam kategori sedang (57.8%). Tingkat pendidikan ayah sebagian besar tamat perguruan tinggi (47.8%) sedangkan (43.3%) ibu tamat SMA. Pekerjaan ayah sebagian besar sebagai pegawai BUMN/swasta (41.1%) sedangkan untuk ibu sebanyak 67.8% bekerja sebagai PNS. Pendapatan rata-rata orangtua contoh sebagian besar sebanyak 40% di atas 5 juta rupiah perbulan.

Sebaran status gizi contoh dibagi lima yaitu yaitu kurus, normal, beresiko, gemuk, dan obesitas. Sebagian besar (87.2%) contoh tergolong beresiko, 14.4% contoh normal, 3.3% contoh gemuk, dan tidak ada contoh yang tergolong kurus maupun obese. Sedangkan untuk sebaran daya tahan kardiorespirasi dibagi kedalam 6 kelompok, yaitu 9.8% sangat kurang, 45.7% kurang, 39.1% cukup, dan 5.4% baik. Aktifitas fisik contoh 67.8% berada dalam kategori sangat ringan. Kebiasaan olahraga yang dilakukan sebagian besar contoh (75.6%) adalah melakukan olahraga 1-2 kali seminggu dengan durasi olahraga sebagian besar contoh (73.6%) selama 1-2 jam.

Rata rata tingkat kecukupan zat gizi contoh untuk energi, lemak dan karbohidrat contoh masih dibawah 70% dan termasuk ke dalam kategori defisit berat. Tingkat kecukupan protein contoh termasuk ke dalam kategori cukup yaitu sebesar 72.75% dari angka kecukupan protein remaja wanita sebesar 59 gr. Seluruh rata rata tingkat kecukupan zat gizi mikro tergolong dalam kategori kurang yaitu dibawah 77%.

Hubungan uji korelasi pearson menunjukan pendapatan keluarga yang

(38)

24

Saran

Untuk mendapatkan data hasil pengukuran daya tahan kardiorespirasi yang lebih akurat perlu merencanakan lebih baik untuk waktu dan tempat pengambilan data. Pada saat penelitian penulis tidak memperhitungkan musim hujan sehingga pengambilan data terkendala dengan hujan. Remaja sebaiknya melakukan aktivitas olahraga secara teratur untuk menjaga kesehatan dan memelihara kebugaran dan disarankan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan sekolah untuk mengisi waktu dengan berbagai aktifitas fisik.

Penelitian ini mengumpulkan data recall dengan menggunakan kuisioner

yang diisi sendiri oleh siswi. Kejujuran pengisian sangat berpengaruh terhadap data asupan gizi walaupun contoh telah memahami cara untuk mengisi kuisioner

recall. Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar siswi masih belum

memenuhi kebutuhan gizinya. Disarankan untuk sekolah agar memberikan pendidikan gizi kepada murid untuk meningkatkan pengetahuan mengenai gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwinanto. 2008. Pengaruh intervensi olahraga di sekolah terhadap indeks masa tubuh dan tingkat kesegaran kardiorespirasi pada remaja obesitas [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.

________. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anam MS. 2010. Pengaruh intervensi diet dan olahraga terhadap indeks massa tubuh, kesegaran jasmani, hscrp dan profil lipid pada anak obesitas [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Ariawan IK, Appe U. 2013. Survei tingkat kebugaran jasmani dilihat dari status Sosial ekonomi siswa smp negeri 15 pasangkayu. E-Journal Tadulako Physical Education, Health And Recreation, Volume 1, Nomor 5 Juli

2013

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Palupi

Widyastuti, editor. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Modul keluargaberencana. [terhubung berkala] http://www.bkkbn.go.id. [6

Oktober 2013].

Bowman dan Russell. 2001. Present Knowledge In Nutrition 8th Edition.

Washington DC: ILSI Press.

Budiman. 2007. Perbandingan Tes Lari 12 Menit Cooper dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand. J Kesehat Masy.7(1):91-94.

Chen J. 2000. Vitamin: Effect of Exercise on Requirements. Oxford: Blackwell

Science, Ltd. Cleland VJ, Ball K, Magnussen C, Dwyer T. 2009. Socioeconomic position and

the tracking of physical activity and cardiorespiratory fitness from childhood to adulthood.Am J Epidemiol. 170(9):1069-1077.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1993. Pedoman Pengaturan Makan Atlet.

(39)

_______ . Departemen Kesehatan. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Depkes

RI. Jakarta

_______ . Departemen Kesehatan. 2003. Program penanggulangan anemia pada wanita usia subur (WUS). Jakarta

Djoko K, Jahari AB, Sulaeman A, Hardinsyah, Astuti M, Soekatri M. Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 untuk Orang Indonesia. WNPG 2012.

Jakarta.

[FAO/WHO/UNU]. Food and Agriculture Organization/ World Health

Organization/United Nation University. 2001. Human Energy

Requirement. FAO/WHO/UNU, Rome

Ferreira FS. 2013. Relationship between physical fitness and nutritional status in a Portuguese sample of school adolescents. J Obes Weight Loss Ther.

3(5):1-6. doi:10.4172/2165-7904.1000190.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press.

Se rcond Edition.

Hanum FN. 2011. Hubungan karekteristik atlet, pengetahuan gizi, konsumsi pangan, dan tingkat kecukupan gizi terhadap kebugaran atlet bola basket di smp/sma ragunan jakarta selatan. [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat,Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah, Briawan D. 1994.Penilaian dan perencanaan asupan pangan.Bogor:

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

______, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI.

Heyward, V. 1997. Advanced Fitness Assessment & Exercise Prescription (3rd

Edition). Champaign, IL: Human Kinetics.

Irianto DP. 2001. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.

Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Isnaini F. 2011. Praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal remaja putri SMA Negeri 1 Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat,Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan (ID). 2013. Riskesdas 2013. Badan Peneliti

dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan : Republik Indonesia 2008.

_________. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta

Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. IPB.

Kushendar D. 2008. Pengertian Kebugaran Jasmani. www.multiply.com [10

Agustus 2014]

Kusumajaya NAA, Wiardani NK, Juniarsana IW. 2008. Persepsi remaja terhadap

body image (citra tubuh) kaitannya dengan pola konsumsi makan dan

status gizi. J Skal Hus. 5(2):114-125.

Madanijah, S. 2006. Pola konsumsi pangan. Di dalam: Baliwati YF, Khomsan, A,

Dwiriani CM, editor. Pengantar Pangan dan Gizi.. Jakarta: Penebar

(40)

26

Malinauskas MB, Thomas DR, Victor GA, Jean LS dan Matthew BD. 2006. Dieting Practices, Weight Perceptions, And Body Composition: AComparison Of Normal Weight, Overweight, And Obese College Females. Nutrition Journal 2006, 5:11

doi:10.1186/1475-2891-5-11.http://www.nutritionj.com/content/5/1/11.[18 Februari 2014].

Mar’at S. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mustamin, Kunaepah U, Ayu S D. 2010. Tingkat pengetahuan gizi, asupan dan status gizi atlet di pusdiklat olahraga pelajar sudiang kota makassar.

Media gizi pangan. Vol IX, Edisi 1, Januari – juni 2010: 47-51

Ortega FB, Tresaco B, Ruiz JR, Moreno LA, Martin-Matillas M, Mesa JL, Warnberg J, Bueno M, Tercedor P, Gutiérrez Á et al. 2012.

Cardiorespiratory fitness and sedentary activities are associated with adiposity in adolescents. J Obes. 15(6):1589-1599.

Rachmawati I. 2013. Hubungan status gizi, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan kebugaran anak sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta. [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat,Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Diktat

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sediaoetama. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Sharkey B J. 2003. Fitness and health. Alih bahasa kebugaran dan kesehatan oleh:

Eri Desmarini Nasution. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Singarimbun M. Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka

LP3ES Indonesia.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.

Jakarta: Ditjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional

Sukandar D. 2007.Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. .

Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Supariasa, Bakri, Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

Suwarman U. 2004. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran). Bogor: Galian Indonesia.

Thing TC. 2011. Hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Utari A. 2007. Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kesegaran jasmani pada anak usia 12-14 tahun [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

[UNDP] United Nation Development Program. 2013. Human Development Report 2013.

[WHO] World Health Organization. 2007. Growth Reference 5-19 years.

[terhubung berkala]. http://www.who.int /growthref/who2007_bmi_for _age/en/index.html [Oktober 2013]

(41)

Wiarto G. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi.2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.

Wong et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Agus S, Neti J, HY Kuncara,

penerjemah; Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Wong’s Essentials of Pediatric Nursing 6th ed.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner penelitian

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI, KONSUMSI

PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK

PADA SISWI SMA 9 BOGOR

Nomor responden Nama responden Enumerator

Tanggal wawancara

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(42)

28

KUESIONER

Kode responden :

KUESIONER PENILAIAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS KEBUGARAN

A. Halaman Muka

1. Nama Lengkap : 2. Jenis kelamin :

3. NIM :

4. Umur :

5. No. Telp/HP :

6. Tempat tinggal : 7. Tempat, Tanggal Lahir :

8. Suku Bangsa :

9. Sumber pendapatan per bulan:

 Orang tua / keluarga, besarnya ……….  Beasiswa, besarnya ………..

 ainnya (sebutkan) ………..

10. Data Antropometri : a) BB : b) TB :

B. Sosial Ekonomi

1. Jumlah anggota keluarga :

(B1) (B2) (B3) (B4) (B5) (B6) (B7) No. Nama Hub. dgn

KK

JK Usia Pendidikan terakhir

Pekerjaan

Keterengan :

(43)

B8. Pendapatan/ bulan

1. Ayah = 2. Ibu = 3. Anak =

4. Anggota keluarga lainnya = 5. Total pendapatan =

C. Pengetahuan gizi

1. Tubuh kita memerlukan zat gizi karena?

a. Zat gizi memberi energi agar kita bisa melakukan berbagai macam aktivitas

b. Zat gizi menunjang pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel tubuh c. Zat gizi meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan

penyakit

d. Zat gizi mengatur proses yang terjadi di dalam tubuh e. Semua jawaban benar

2. Tubuh yang terpenuhi kebutuhan gizinya akan : a. Kuat dan pintar

4. Manakah bahan pangan di bawah ini yang merupakan sumber protein? a. Kedelai, beras, ikan, jagung, singkong

b. Daging sapi, susu, tempe , mentega, mangga c. Telur, susu, keju, tempe, ikan

d. Mentega, ikan, ayam, jagung, jeruk e. Tempe, tahu, singkong, ayam, pisang

5. Manakah bahan pangan di bawah ini yang merupakan sumber karbohidrat?

a. Tahu, ayam, beras, mentega, jagung b. Jagung, tempe, pisang, jeruk, beras c. Kentang, beras, jagung, singkong, sagu d. Susu, kentang, keju, singkong, sagu e. Kedelai, jagung, kacang hijau, kentang 6. Bahan pangan sumber utama Vitamin D adalah :

a. Kuning telur, hati, mentega, ikan sarden, susu b. Jeruk, telur, kentang, pisang, sayuran

(44)

30

7. Zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tubuh disebut…… a. Karbohidrat

b. Lemak

c. Zat gizi mikro d. Zat gizi makro

e. Semua jawaban benar

8. Anak yang makan makanan yang tidak seimbang akan mengakibatkan…. a. Pertumbuhan anak terhambat

b. Perkembangan kecerdasan dan mentalnya terhambat c. Tumbuh sehat dan aktif

d. a dan b benar

e. Semua jawaban benar

9. Kapan sebaiknya kita mencuci tangan? a. Setelah ke jamban

b. Sebelum menyiapkan makanan c. Sebelum makan

d. Sebelum memberi makan anak e. Semua jawaban benar

10.Keracunan makanan dapat terjadi karena… a. Makanan kurang bumbu

b. Makanan murah harganya c. Makanan tidak segar (basi) d. Makanan tidak enak rasanya

e. Gizi yang terkandung dalam makanan tidak seimbang 11.Apakah yang akan terjadi apabila kekurangan vitamin C?

a. Katarak b. TBC

c. Rabun ayam d. Polio

e. Sariawan

12.Seorang anak yang mengalami kekurangan energi dan protein disebut….. a. Polio

b. Kwashiorkor

c. Kwashiorkor-marasmus d. Marasmus

e. Beri-beri

13.Apakah jenis bahan pangan yang kaya akan vitamin A? a. Jeruk

b. Ikan asin c. Daging sapi d. Wortel e. Jagung

14.Apakah jenis bahan pangan yang mengandung kolestrol? a. Kacang

b. Jengkol

c. Daging kambing d. Alpukat

(45)

15.Buah alpukat kaya akan kandungan apakah di dalamnya…. a. Protein

b. Vitamin c. Lemak d. Karbohidrat e. Air

D. Data Konsumsi Pangan Hari libur

FOOD RECALL 2 x 24 JAM Waktu Nama

makanan

Jenis bahan makanan

URT gram Keterangan

Pagi

selingan

Siang

Selingan

(46)

32

Hari kerja

Waktu Nama makanan

Jenis bahan makanan

URT gram Keterangan

Pagi

Selingan

Siang

Selingan

(47)

Food Frequency Questionaires (FFQ) Pangan hewani dan hasil olahannya

No Nama

Pangan Nabati dan hasil Olahannya

(48)

34

Makanan yang tidak disukai:

1.

2.

3.

E. Aktivitas fisik

Hari Waktu Jenis aktivitas Lama (jam) Pagi

(bangun tidur-12.00) Siang (12.00-16.00) Sore (16.00-19.00) Malam (19.00- tidur)

F. Kebiasaan Olahraga

1. Berapa kali dalam seminggu berolahraga? a. 1 kali

b. 2 kali c. ≥ 3kali

2. Jenis olahraga apa yang dilakukan? a. Sepak bola

b. Bulu tangkis c. Voli

d. ainnya ….

3. Berapa lama olahraga dilakukan? a. 1 jam

(49)

Lampiran 2 Riwayat hidup peneliti

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Willy Prasetyo Raharjo dilahirkan di Bogor tanggal 28 November 1990 dari pasangan Kusumawan dan Euis Herlina Romli. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan dimulai penulis dimulai di TK Bhayangkari dari tahun 1995 s.d. 1996, kemudian pendidikan dilanjutkan di SD Rimba Putra dari tahun 1996 s.d. 2002. Penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Bogor dari tahun 2002 s.d. 2005 Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Selama menjadi siswa SMA Negeri 9 Bogor penulis mengikuti organisasi Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) dan menjabat sebagai koordinator divisi 4 bidang ekstrakurikuler. Setelah lulus dari SMA Negeri 9 Bogor, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan (SJMP), Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur test reguler. Lulus dari program Diploma pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya pada jenjang pendidikan Strata 1 di Institut pertanian Bogor jurusan Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia.

Selama menjalani perkuliahan, selain ikut serta dalam beberapa kepanitiaan seperti kuliah umum (2010), SJMPgoes to baros (2009), Fieldtrip SJMP Bogor –

Gambar

Gambar 1. Hubungan Sosioekonomi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan
Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2  Pembagian status gizi berdasarkan imt menurut umur (kg/m2)
Tabel 3  Angka kecukupan gizi remaja putri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengembangkan motorik halus anak melalui pemanfaatan media Koran bekas di TK Kartika guru tidak mengajak anak

Berkaitan yang telah dikemukakan tersebut di atas, masalah yang akan diteliti dan setelah itu akan dilanjutkan dengan suatu pengkajian, baik dari segi hukum, asas-asas

Data umur hidup dalam penelitian ini merupakan data perusahaan yang diperoleh dengan cara melakukan tes pengukuran umur hidup yang dipercepat (accelerated life

1) Pemahaman siswa terhadap teknik dasar lompat jauh melalui media kardus membuat siswa bersemangat untuk melakukan pembelajaran dan semakin aktif untuk mencoba

Untuk membuat ayam kremes Ala KFC sobat bisa mendapatkan bahan-bahan yang sangat mudah, sobat bisa membeli dari pasar – pasar tradisional atau tukang sayur keliling

Jenis yang kedua adalah living walls, merupakan jenis taman vertikal yang terdiri dari dinding yang diberikan media tanam untuk tempat tanaman dapat.. berdiri dan

Dari beberapa jenis analisis keuangan yang disebutkan di atas, analisis rasio profitabilitas merupakan alat analisis yang paling dapat menunjukan kinerja keuangan

LUKISAN MERUPAKAN SUATU KARYA SENI / YANG MENJADI MEDIA CURAHAN PERASAAN DARI SANG PELUKIS // LAIN LAGI YANG. DIALAMI OLEH JAYA