• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Nitrat Tanaman Caisin (Brassica rapa L.) pada Dataran Sedang dan Dataran Rendah yang Ditanam Terbuka dan Ternaungi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Nitrat Tanaman Caisin (Brassica rapa L.) pada Dataran Sedang dan Dataran Rendah yang Ditanam Terbuka dan Ternaungi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA NITRAT TANAMAN CAISIN (

Brassica rapa

L.) PADA

DATARAN SEDANG DAN DATARAN RENDAH YANG DITANAM

TERBUKA DAN TERNAUNGI

KARTIKA RATNA SARI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Nitrat Tanaman Caisin (Brassica rapaL.) pada Dataran Sedang dan Dataran Rendah yang Ditanam Terbuka dan Ternaungi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Kartika Ratna Sari

(4)
(5)

ABSTRAK

KARTIKA RATNA SARI. Dinamika Nitrat Tanaman Caisin (Brassica Rapa L.) pada Dataran Sedang dan Dataran Rendah yang Ditanam Terbuka dan Ternaungi. Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi akumulasi nitrat pada tanaman caisin (Brassica rapaL.) yang ditanam dengan naungan dan terbuka pada dataran rendah dan sedang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2013. Tanaman contoh yang digunakan dalam penelitian diambil dari 3 lokasi dataran rendah dan 3 lokasi dataran sedang di Bogor. Lokasi dataran rendah berada pada ketinggian dibawah 500 m dpl dan dataran sedang berada pada 500700 m dpl. adalah yang diamati pada 2 dan 3 MST. Masing-masing lokasi terdapat dua perlakuan yaitu naungan dan terbuka. Dataran rendah mendapat cahaya lebih banyak daripada dataran sedang. Pada pengamatan 2 MST, tanaman yang mendapat cahaya lebih rendah mengakumulasi nitrat lebih tinggi seperti tanaman di dataran sedang dan tanaman yang tumbuh di bawah naungan.

Kata kunci: nitrat, caisin, iluminasi, ketinggian tempat, naungan

ABSTRACT

KARTIKA RATNA SARI. Nitrate Dynamics in Caisin (Brassica rapaL.) Grown at low and medium altitudes with Open and Shaded Condition. Supervised by HERDHATA AGUSTA.

The objective of this study was to identify the accumulation of nitrate in caisin (Brassica rapa L.) grown in open field and screen shading at low and medium altitudes. This research was conducted on June to October 2013. Plant sampling was conducted at 3 locations at each altitudes. According to the elevation classification, low altitudes were under 500 masl (meters above sea level) and medium altitudes were between 500700 masl. At each locations, there were 2 conditions, shaded and open field. On 2 weeks after planting, caisin grown in medium altitudes had higher nitrate levels than in the low altitudes. In addition, caisin grown under cover had higher nitrate levels than in open field.

(6)
(7)

iii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DINAMIKA NITRAT TANAMAN CAISIN (

Brassica rapa

L.) PADA

DATARAN SEDANG DAN DATARAN RENDAH YANG DITANAM

TERBUKA DAN TERNAUNGI

KARTIKA RATNA SARI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

v

Judul Skripsi: Dinamika Nitrat Tanaman Caisin (Brassica rapaL.) pada Dataran Sedang dan Dataran Rendah yang Ditanam Terbuka dan Ternaungi Nama : Kartika Ratna Sari

NIM : A24090157

Disetujui oleh

Dr Ir Herdhata Agusta Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah ekotoksikologi tanaman, dengan judul Dinamika Nitrat Tanaman Caisin (Brassica rapa L.) pada Dataran Sedang dan Dataran Rendah yang Ditanam Terbuka dan Ternaungi.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orang tua, adik-adik, dan Ludfi Oki Arifianto yang telah memberikan semangat serta dukungan dalam penyelesaian penelitian ini.

2. Dr Ir Herdhata Agusta selaku pembimbing skripsi, yang telah membimbing penulis selama penyelesaian tugas akhir ini serta telah membantu biaya penelitian.

3. Dr Ir Iskandar Lubis selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi masukan selama perkuliahan.

4. Seluruh dosen AGH yang telah membagi ilmu dan pengalaman selama masa perkuliahan.

5. Para petani yang telah berkenan untuk menyediakan tanaman selama penelitian berlangsung.

6. Kak Yanwar, Ambar, Adi, Kak Ghani, Tiara, Munil, Ratu, serta keluarga AGH 46, 47, dan 48 yang telah membantu dan memberi masukan dalam penyelesaian penelitian ini.

7. Om Henry, Tante Eva, Nafi, Fatisa, dan penduduk rumah bahagia (baik tetap maupun tidak) dalam memberi dukungan dan memfasilitasi penulis untuk mempermudah penyelesaian penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(12)
(13)

ix

Uji Multi Lokasi dan Cara Budidaya 9

Perlakuan Lama Penyimpanan Pada Pasca Panen 15

Survey Pasar 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(14)

x

DAFTAR TABEL

1. Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam di dataran rendah dan sedang pada umur 2 MST 10

2. Hasil pengamatan konsentrasi nitrat caisin yang ditanam di dataran rendah dan sedang pada umur 2 MST 11

3. Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam terbuka dan dengan naungan pada umur 2 MST 11

4. Hasil pengamatan konsentrasi nitrat caisin yang ditanam terbukadan dengan naungan pada umur 2 MST 12

5. Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam di dataran rendah dan sedang pada umur 3 MST 13

6. Hasil pengamatan konsentrasi nitrat pada caisin yang ditanam di dataran rendah dan sedang pada umur 3 MST 13

7. Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam terbuka dan dengan naungan pada umur 3 MST 14

8. Hasil pengamatan konsentrasi nitrat pada caisin yang ditanam terbuka dan dengan naungan pada umur 3 MST 14

9. Konsentrasi nitrat pada tanaman caisin selama penyimpanan 16

10. Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin hasil survey pasar 17

11. Hasil pengamatan konsentrasi nitrat caisin hasil survey pasar 17

DAFTAR GAMBAR

1. Serangan hama (Phyllotretta vittata) pada tanaman caisin 7

2. Data pengamatan iluminasi di dataran rendah. 9

3. Data pengamatan iluminasi di dataran sedang. 9

4. konsentrasi nitrat tanaman caisin pada 2 MST 12

5. Laju akumulasi konsentrasi nitrat tanaman dengan naungan dan

terbuka pada penyimpan pasca panen 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rekapitulasi analisis ragam pertumbuhan vegetatif tanaman dan konsentrasi nitrat tanaman caisin di berbeda ketinggian tempat (dataran rendah dan dataran sedang) dengan naungan dan terbuka

pada 2 MST 20

2. Rekapitulasi analisis ragam pertumbuhan vegetatif tanaman dan konsentrasi nitrat tanaman caisin di berbeda ketinggian tempat (dataran rendah dan dataran sedang) dengan naungan dan terbuka

pada 3 MST 21

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen yang tersedia lebih banyak pada tanah berdrainase baik. Oleh sebab itu pada tanah aerobik, NO3-merupakan bentuk

nitrogen yang dominan untuk diserap tanaman (Fageria 2009). Nitrogen berfungsi sebagai komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin, dan enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Nitrogen diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan dalam tanaman, terutama pada pertumbuhan vegetatif (Munawar 2011).

Banyak petani menganggap bahwa mengaplikasikan pupuk nitrogen yang berlebihan dapat mengatasi kehilangan hasil panen. Akan tetapi hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena proses leaching, volatilisasi, denitrifikasi, dan aliran permukaan. Pencemaran lingkungan tersebut mengakibatkan tanaman sayur, terutama sayuran daun mengakumulasi nitrat diluar batas aman (Anjana et al. 2007). Selain pemupukan nitrogen yang berlebihan, menurut Hambridge (2012) musim, intensitas cahaya, suhu, cara budidaya, pupuk yang digunakan, dan penyimpanan pada pasca panen termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi akumulasi nitrat pada tanaman sayur.

Keberadaan nitrat berkorelasi dengan resiko kanker lambung yang disebabkan oleh pembentukan endogen senyawa N-nitroso (Shimada dan Ko 2004). Nitrat relatif tidak beracun namun 5% dari nitrat yang tertelan dikonversi menjadi nitrit dalam kelenjar dan sistem pencernaan. Nitrit bisa bereaksi dengan haemoglobin (oksiHb) dan menjadi methaemoglobin (metHb). Dampak yang ditimbulkan dari terbentuk metHb adalah terganggunya penyaluran oksigen ke jaringan tubuh. Perubahan warna biru pada kulit karena adanya darah yang terdeoksigenasi, keadaan ini biasa disebut methaemoglobinaemia atau blue baby syndrome (Santamaria 2006). Nitrat secara alami ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada sayuran tertentu. Sayuran merupakan kontributor utama asupan nitrat, sekitar 30 90% dari keseluruhan asupan nitrat. AdapunAcceptable Daily Intake

(ADI) yang telah ditetapkan untuk nitrat adalah 0 3.7 mg/kg berat badan (Hambridge 2012).

Brassicaceae merupakan salah satu famili sayuran yang mengakumulasi nitrat relatif tinggi. Kandungan nitrat berbeda pada setiap bagiannya, adapun urutan bagian tanaman yang mengandung nitrat dari tertinggi hingga terendah adalah: tangkai daun, daun, batang, akar, bunga,tuber,bulb, buah, biji (Santamaria 2006). Caisin (Brassica rapa L.) termasuk tanaman sayur dari famili Brassicaceae. Tanaman tersebut dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi, namun biasanya dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 100 500 m dpl (Edi dan Bobihoe 2010; Rieuwpassa 2011).

(16)

2

diamati dalam hal ini adalah cahaya yang diukur dari iluminasi pada masing-masing lokasi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi akumulasi nitrat pada tanaman caisin (Brassica rapaL.) yang ditanam dengan naungan dan terbuka pada dataran rendah dan sedang.

Hipotesis

1. Tanaman caisin di dataran rendah mengakumulasi nitrat lebih rendah daripada di dataran sedang.

2. Tanaman caisin yang ditanam tanpa naungan mengakumulasi nitrat lebih rendah daripada dibawah naungan.

3. Akumulasi nitrat pada tanaman meningkat selama masa penyimpanan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Caisin

Caisin termasuk familiBrassicaceae, daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Caisin tumbuh baik di tempat yang bersuhu tinggi maupun rendah, tetapi caisin yang ditanam di dataran tinggi memiliki pertumbuhan dan produksi lebih baik. Biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100500 m dpl dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, dan berdrainase baik

Teknik penanaman caisin biasanya disemai terlebih dahulu sebelum ditanam di lapang. Bibit caisin yang berumur 23 minggu setelah semai atau telah berdaun 3 4 helai sudah dapat dipindah tanam ke lahan tanam. Tanaman caisin dianjurkan untuk diberi pupuk urea dengan dosis 150 kg/ha dan pupuk organik dengan dosis 2 - 4 kg/m2. Caisin termasuk tanaman sayur yang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal di tanah dengan kondisi kelembaban yang cukup. Pemanenan dapat dilakukan setelah Caisin berumur 40 hari setelah tanam (Edi dan Bobihoe 2010).

Nitrogen dalam Tanaman

(17)

3

umur daun. Konsentrasi N akan lebih tinggi pada daun yang terkena matahari langsung dari pada daun yang berada di bawah kanopi atau naungan.

Nitrogen dapat diabsorbsi oleh tanaman dalam 3 bentuk berbeda yaitu NO3-,

NH4+, dan asam amino. Asimilasi N (konversi dari inorganik menjadi organik N)

memerlukan banyak karbon. NO3- harus terlebih dahulu direduksi menjadi NH4+,

yang kemudian terikat dengan rangka karbon sebelum dapat digunakan pada biosintesis. Nitrat direduksi pada akar dan diangkut ke daun, hal tersebut terjadi di bawah matahari. Langkah pertama dalam proses reduksi dikatalisasi oleh nitrat reduktase. Enzim reduktase dapat diterjemahkan saat beraksi terhadap penggunaan nitrat. Protein tersebut terdegradasi dalam beberapa saat saja, sehingga tidak akan bertahan lama. Aktivasi enzim tersebut dikendalikan oleh fosforilasi. Enzim nitrat reduktase dinon-aktifkan oleh fosforilasi pada malam hari. Namun pada saat radiasi meningkat, protein fosfatase akan mengaktifkan kembali enzim tersebut. Reduksi nitrat banyak terjadi pada daun. Daun tempat terjadinya reduksi nitrat merupakan daun yang terkena intensitas cahaya tinggi, terutama pada siang hari (Lamberset al. 2008).

Akumulasi Nitrat pada Sayuran

Adanya nitrat pada makanan dan air terjadi secara alami sebagai konsekuensi dari siklus nitrogen. Beberapa sayuran diketahui mengandung nitrat dengan konsentrasi yang tinggi, diantaranya adalah brokoli, kubis, seledri, dan bayam. Kandungan nitrat pada sayuran memang bervariasi. Hal tersebut terjadi karena kandungan nitrat pada tanaman sayur dipengaruhi oleh jumlah dan waktu aplikasi pemupukan, intensitas cahaya, suhu, dan karakteristik cahaya. Tanaman yang tumbuh pada rumah kaca mengandung nitrat dengan konsentrasi lebih tinggi daripada tanaman sayur yang tumbuh di tempat terbuka, hal tersebut karena intensitas cahaya yang lebih rendah dan kandungan nitrogen lebih tinggi (Thomson 2004).

Bahaya Nitrat bagi Kesehatan

Kandungan nitrat pada tanaman sayur, ataupun di air dan pada makanan lain merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Nitrat relatif tidak bersifat racun, namun 5% dari nitrat yang tertelan oleh manusia akan dikonversi dengan cepat oleh kelenjar dan saluran pencernaan menjadi nitrit yang bersifat racun. Dampak nitrit bagi tubuh manusia adalah kemampuan senyawa tersebut untuk bereaksi dengan haemoglobin (oxyHb) untuk menjadi metHb. Saat metHb mencapai 10% dari level normal haemoglobin, akan terjadi perubahan warna biru pada kulit karena adanya deoksigenasi darah. Hal tersebut dikenal sebagai methaemoglobinemia atau juga dikenal sebagaiblu baby syndrome(Santamaria 2006; Shao-ting 2007). Selain itu, nitrit juga berpotensi membentuk senyawa nitrosamid, suatu senyawa penyebab kanker terutama kanker perut (Yuningsih 2007; Bryanet al. 2012).

(18)

4

menyebabkan keracunan, karena dengan bantuan bakteri rumen, nitrat akan direduksi menjadi nitrit yang 10 kali lebih toksik dari nitrat. Ion nitrit selanjutnya akan diserap dalam darah, dan bila terjadi kontak dengan eritrosit, nitrit akan mengoksidasi Fe2+dalam haemoglobin menjadi Fe3+membentuk methaemoglobin. Kandungan metHb dalam darah 30 40% dapat menimbulkan gejala klinis, dan bila kandungannya 80 90% akan menyebabkan kematian pada ternak. Hal tersebut dapat dihambat apabila rasio karbohidrat dalam pakan hijauan tersebut tinggi maka pembentukan nitrit dapat dicegah, karena nitrat diubah menjadi amonia (Yuningsih 2007).

METODE

Lokasi dan Waktu Percobaan

Percobaan lapang terbagi menjadi dua kelompok yaitu dataran rendah dan dataran sedang, terdapat 3 lokasi pada masing-masing dataran. Tanaman contoh untuk dataran rendah diambil dari 3 lokasi di Leuwiliang, sedangkan untuk dataran sedang diambil dari 2 lokasi di Gunung Bunder dan 1 lokasi di Gunung Menyan. Percobaan uji multi lokasi di dataran sedang dan dataran rendah dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2013.

Tanaman contoh pada percobaan pasca panen diambil dari 3 lokasi dataran rendah yang sama dengan uji multilokasi pada bulan Oktober 2013. Tanaman contoh selanjutnya disimpan dan diamati di Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor.

Tanaman contoh untuk survey pasar diambil pada bulan Oktober 2013 dari 3 pasar tradisional dan 3 pasar modern di Bogor. Lokasi survey pasar tradisional terletak di Pasar Anyar, Pasar Gunung Batu, dan Pasar Laladon. Lokasi survey pasar modern terletak di Sindang Barang, Yasmin, dan Gudang Bogor Tengah.

Bahan Penelitian

(19)

5

Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian adalah cardy ion meters Horibameter C-141/352343, mortar, lightmeter (T-TOOL-1634) HS1010, GPS (Global Positioning System), penggaris, dan timbangan analitik.

Metode Percobaan

Percobaan uji multi lokasi dan cara budidaya menggunakan nested design

dengan dua faktor yaitu ketinggian tempat (dataran rendah dan dataran sedang) dan naungan. Terdapat 3 ulangan pada masing-masing lokasi dengan 2 kali pengambilan tanaman contoh. Dibutuhkan 10 tanaman contoh dari masing-masing lokasi sehingga terdapat 120 tanaman untuk percobaan lapang. Terdapat 10 tanaman contoh berumur 3 MST dari 3 lokasi dataran rendah untuk percobaan pascapanen.

Modelnested designyang digunakan adalah:

= + + +

Dimana : = nilai dari variabel terikat diamati pada replikasi ke-rdengan ketinggian tempat ke-idan naungan ke-j

= nilai tengah umum dari populasi contoh = pengaruh ketinggian tempat ke-i,i= 1, 2 = pengaruh naungan ke-j,j= 1, 2

= pengaruh galat percobaan genotipe ke-i,kelompok ke-j

Percobaan pasca panen menggunakan RKLT (Rancangan Kelompok Lengkap Teracak) dengan dua faktor yaitu naungan dan periode lama simpan. Dibutuhkan 10 tanaman contoh dari masing-masing perlakuan sehingga terdapat 60 tanaman. Survey pasar menggunakan analisis survey, dibutuhkan 10 tanaman contoh dari masing-masing lokasi survey sehingga terdapat 60 tanaman contoh.

Model RKLT (Rancangan Kelompok Lengkap Teracak) yang digunakan adalah:

= + + + ( )

Dimana: = nilai dari variabel terikat diamati pada replikasi ke-rdengan naungan ke-idan periode ke-j

= nilai tengah umum dari populasi contoh = pengaruh naungan ke-i,i= 1, 2

= pengaruh periode ke-j, j= 1, 2, 3, 4

( ) = pengaruh interaksi antara naungan ke-idan periode ke-j

= pengaruh galat percobaan genotipe ke-i,kelompok ke-j

Analisis Data

(20)

6

Prosedur Percobaan

Uji multi lokasi

Penelitian dimulai dengan mencari lokasi dataran sedang (500–700 m dpl)

dan dataran rendah (<500 m dpl) (Djaenudin 2008). Lokasi-lokasi tersebut. Tanaman caisin yang digunakan berasal dari petani pada masing-masing lokasi. Para petani melakukan persiapan lahan 1 minggu sebelum tanam. Persiapan yang dilakukan adalah lahan dibersihkan dari gulma dan diberi pupuk kandang kotoran ayam sebanyak 20 kg untuk luasan 18m2 (12 x 1.5 m). Sebagian lahan ditutupi naungan dengan taraf 50%.

Penanaman dilakukan dengan menggunakan bibit varietas Tosakan yang berumur 1820 HSS dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Penyiangan dan penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore kecuali hari hujan. Pada minggu ke-2 setelah tanam, pupuk diaplikasikan dengan jumlah yang sama saat persiapan lahan. Panen dilakukan pada minggu ke-3 setelah tanam di masing-masing lokasi. Tanaman caisin diambil pada 2 dan 3 MST sebanyak 10 tanaman sebagai tanaman contoh dari masing-masing lokasi.

Pasca panen

Pengambilan tanaman contoh dilakukan pada 3 MST di 3 lokasi dataran rendah. Tanaman yang digunakan pada penyimpanan pasca panen ditanam pada waktu yang berbeda dengan uji multilokasi. Hasil panen disimpan pada suhu ruang dengan memisahkan tanaman caisin di lahan terbuka dengan caisin di lahan ternaungi. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga hari ke-3 setelah penyimpanan.

Survey pasar

Tanaman caisin yang diamati merupakan tanaman yang dibeli di masing-masing lokasi survey pasar baik pada pasar tradisional maupun pasar modern. Asal tanaman, varietas, cara budidaya, waktu panen tidak diketahui. Tanaman contoh diamati pada hari pembelian.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap karakter kuantitatif. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan vegetatif tanaman, kadar air, dan konsentrasi nitrat pada tanaman segar. Pengukuran pertumbuhan vegetatif tanaman yang dilakukan mengacu pada Deptan (2008) meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, bobot tanaman,edible part(pada 3 MST dan survey pasar). Konsentrasi nitrat diperoleh dari pengukuran konsentarsi nitrat cairan tanaman hasil ekstrak tanaman segar dengan cara meneteskan cairan tersebut di atas sensor Horibameter. Kadar air dapat diperoleh dari pengukuran bobot basah dan bobot kering. Bobot kering tanaman diperoleh dengan cara mengeringkan tanaman contoh segar yang telah ditimbang (untuk mendapat bobot basah) di oven dengan suhu 105oC selama 24 jam. Kadar air dihitung dengan persamaan:

(21)

7

Dimana: KA= Kadar Air BB = Bobot Basah BK = Bobot Kering

Konsentrasi nitrat pada tanaman segar dapat diperoleh dengan menghitung kadar air dan nitratsaptanaman dengan persamaan:

( 100 ) =

100× 100 ×

Dimana: NT = Konsentrasi nitrat tanaman segar (mg 100 g-1)

KA= Kadar Air

NS = Konsentrasi nitrat padasaptanaman

Selain pengamatan pada tanaman, pengamatan juga dilakukan terhadap besaran iluminasi pada lahan terbuka dan lahan yang menggunakan naungan di masing-masing lokasi pengambilan contoh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Bahan tanaman yang dianalisis untuk uji multi lokasi berasal dari tanaman caisin yang ditanam oleh para petani di masing-masing lokasi survey. Lokasi survey terbagi menjadi lokasi dataran rendah dan sedang. Ketinggian tempat pada masing-masing lokasi dataran rendah adalah 230 m dpl, 230 m dpl, dan 243 m dpl. Ketinggian tempat pada masing-masing lokasi dataran sedang adalah 642 m dpl, 645 m dpl, dan 612 m dpl.

Gambar 1 serangan hama (Phyllotretta vittata) pada tanaman caisin

(22)

8

tanaman caisin normal. Serangan hama tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman caisin terutama di dataran rendah. Kerusakan yang diakibatkan serangan kutu anjing lebih besar terjadi pada lokasi dataran rendah dibanding dengan dataran sedang, menurut Burgess (2012) serangan kutu anjing terjadi saat cuaca cerah, hangat, dan kering. Cuaca basah dengan suhu rendah mengurangi intensitas serangan dan membantu pertumbuhan tanaman.

Bahan tanaman yang dianalisis pada survey pasar berasal dari lokasi survey pasar. Lokasi survey pasar terbagi menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Para pedagang di pasar tradisional hanya menyiram tanaman sesekali untuk menjaga kebersihan dan kesegaran. Sebaliknya para pelayan di pasar modern tidak mengetahui secara spesifik asal dan kondisi caisin yang dijual di pasar tersebut, sehingga tidak didapatkan informasi tentang tanaman caisin tersebut. Di pasar modern tanaman caisin diletakkan di atas gabus basah. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kelembaban yang berdampak pada kesegaran caisin.

Kondisi Cahaya Berdasarkan Iluminasi

Cahaya matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan akumulasi nitrat tanaman caisin pada percobaan ini. Rata-rata intensitas cahaya matahari pada dataran rendah lebih besar daripada dataran sedang, yaitu 18 504 lx (Gambar 2) sedangkan dataran sedang 13 464 lx (Gambar 3). Grafik intensitas cahaya matahari pada Gambar 2 dan Gambar 3 juga menunjukkan taraf naungan yang digunakan pada dataran rendah dan dataran sedang. Intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi proses fotosintesis, hal tersebut menyebabkan pertumbuhan yang berbeda pada tanaman yang ditanam secara terbuka dan dinaungi pada dataran rendah dan sedang.

Pengukuran cahaya matahari dilakukan dari pukul 07.00 hingga 17.00. Intensitas cahaya matahari maksimum di dataran rendah terjadi pada pukul 11.30 yaitu sebesar 33 089 lx, dengan lahan dibawah naungan sebesar 15 536 lx. Rata-rata intensitas cahaya matahari pada lahan terbuka 18 504 lx, sedangkan pada lahan menggunakan naungan 8 185 lx. Cahaya yang didapat tanaman yang tumbuh tanpa naungan 55.77% lebih tinggi daripada tanaman di lahan yang tumbuh dengan naungan (Gambar 2).

(23)

9

Gambar 2 Data pengamatan iluminasi di dataran rendah. terbuka dan naungan

Gambar 3 Data pengamatan iluminasi di dataran sedang. terbuka dan naungan

Uji Multi Lokasi dan Cara Budidaya

Proses fotosintesis merupakan proses yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Proses fotosintesis sangat dipengaruhi oleh keberadaan cahaya matahari sebagai sumber energi. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman sangat berkaitan dengan keberadaan cahaya matahari. Penutupan cahaya oleh awan juga akan mengurangi laju fotosintesis (Lakitan 2004). Pada percobaan ini, tanaman

(24)

10

caisin yang tumbuh di dataran sedang dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di dataran rendah. Jumlah cahaya yang didapat pada masing-masing lokasi menjadi faktor lingkungan yang diamati. Salah satu penyebab dataran sedang mendapat penyinaran lebih sedikit adalah masing-masing lokasi ditutupi awan lebih tebal daripada dataran rendah. Perbedaan jumlah cahaya yang didapat pada masing-masing lokasi mempengaruhi pertumbuhan dan konsentrasi nitrat yang diakumulasi tanaman. Cara budidaya tanaman dengan menggunakan naungan dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di lahan terbuka. Berbeda dengan perbandingan ketinggian tempat, menurut Sulistyaningsih et al (2005) tanaman caisin dibawah naungan mengalami pertumbuhan lebih cepat daripada di lahan terbuka.

Pada percobaan uji multi lokasi 2 MST terdapat pengaruh ketinggian tempat lokasi penanaman terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan bobot tanaman. Ketinggian tempat lokasi penanaman juga berpengaruh pada konsentrasi nitrat yang terakumulasi pada tanaman.

Cahaya yang diperoleh di dataran rendah memiliki rata-rata 28% lebih besar daripada dataran sedang. Perbedaan cahaya tersebut mengakibatkan laju pertumbuhan tanaman berbeda antara dataran rendah dan sedang. Pada umur 2 MST, tanaman yang mendapat cahaya lebih banyak memiliki laju pertumbuhan lebih cepat, hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. Pertumbuhan vegetatif yang menjadi parameter pada pengamatan ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan bobot tanaman. Tanaman di dataran rendah memiliki tinggi tanaman berkisar antara 21.1 33.3 cm, jumlah daun berkisar antara 4.3 5.3, panjang daun antara 19.9–31.1 cm, lebar daun antara 7.5–10.5 cm, dan bobot

tanaman 9.9 25.1 g (Tabel 1). Menurut Sarmita et al (2011), tanaman yang ditanam di dataran rendah memiliki tinggi tanaman lebih besar dan jumlah daun lebih banyak.

Tabel 1 Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam di dataran rendah dan sedang pada umur 2 MST

Berbeda dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, konsentrasi nitrat padasap

tanaman di dataran rendah lebih rendah daripada dataran sedang yaitu antara 2 000 3 044 mg kg-1, sedang tanaman di dataran sedang memiliki rata-rata konsentrasi nitrat 39.34% lebih rendah yaitu berkisar 3 269 3 745 mg kg-1 (Tabel 2). Konsentrasi nitrat pada sap berbanding lurus dengan konsentrasi nitrat pada

(25)

11

tanaman. Konsentrasi nitrat pada tanaman di dataran rendah berkisar antara 1 826

–2 846 mg kg-1sedangkan tanaman di dataran sedang berkisar antara 2 969–3 541

mg kg-1. Jumlah cahaya yang diterima pada masing-masing lokasi mempengaruhi akumulasi nitrat pada tanaman (Gambar 4). Menurut Demsaret al. (2004) tanaman yang mendapat penyinaran lebih rendah mengakumulasi nitrat lebih tinggi.

Tabel 2 Hasil pengamatan konsentrasi nitrat caisin yang ditanam di dataran rendah dan sedang pada umur 2 MST

Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan akumulasi kandungan nitrat pada tanaman dapat diketahui dari perbandingan hasil perlakuan tanam secara terbuka dan naungan. Intensitas cahaya sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Terjadi etiolasi pada tanaman yang tumbuh dibawah naungan yang disebabkan oleh perusakan auksin oleh cahaya lebih sedikit. Penyinaran kuat menurunkan auksin dan mengurangi tinggi tanaman (Gardner 2008). Sebaliknya, pertumbuhan tanaman caisin yang ditanam dengan naungan lebih baik daripada yang ditanam secara terbuka, hal tersebut dibuktikan dengan tanaman yang ditanam dengan naungan memiliki tinggi tanaman lebih besar serta jumlah daun lebih banyak (Firmansyahet al. 2009).

Pertumbuhan vegetatif tanaman dibawah naungan lebih baik daripada tanaman yang ditanam secara terbuka, hal tersebut dapat dilihat dari daun yang memiliki ukuran berbeda. Tanaman yang tumbuh dengan naungan memiliki daun lebih besar, panjang daun berkisar antara 17.531.5 cm dan lebar daun berkisar antara 6.610.6 cm (Tabel 3). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sulistyanningsihet al (2005) yaitu tanaman caisin dengan menggunakan naungan memiliki luas daun lebih besar daripada tanaman yang ditanam tanpa naungan.

Tabel 3 Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam terbuka dan dengan naungan pada umur 2 MST

Karakter Perlakuan tanam

Terbuka Naungan

Tinggi tanaman (cm) 20.4 ± 4.5 24.2 ±11.5

(26)

12

Konsentrasi nitrat pada sap tanaman yang ditanam dibawah naungan lebih tinggi yaitu berkisar antara 2 8343 772 mg kg-1sedangkan tanaman yang ditanam tanpa naungan berksiar antara 2 025 3 429 mg kg-1. Tanaman caisin yang ditanam dengan naungan memiliki konsentrasi nitrat berkisar antara 2 643–3 513 mg kg-1

sedangkan tanaman tanpa naungan antara 1 8293 197 mg kg-1(Tabel 4).

Tabel 4 Hasil pengamatan konsentrasi nitrat caisin yang ditanam terbukadan dengan naungan pada umur 2 MST

Intensitas cahaya yang ditangkap tanaman bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tapi juga konsentrasi nitrat yang diakumulasi tanaman. Tanaman di lahan terbuka mendapat intensitas cahaya matahari lebih banyak daripada tanaman dinaungi. Nitrat reduktase membutuhkan cahaya untuk mereduksi nitrat, semakin besar intensitas yang ditangkap tanaman maka semakin tinggi reduksi nitrat. Oleh karena itu, konsentrasi nitrat pada tanaman yang dinaungi lebih besar daripada tanaman yang tumbuh di lahan terbuka (Changet al. 2013)

Gambar 4 konsentrasi nitrat tanaman caisin pada 2 MST

Lokasi di dataran rendah mendapat cahaya lebih banyak dapat mengakibatkan cepat terinduksinya pembungaan. Pada tanaman semusim, pertumbuhan vegetatif diakhiri oleh pertumbuhan fase generatif. Bagian-bagian vegetatif bukan hanya

(27)

13

kalah bersaing hasil asimilasi tapi dapat juga menyumbangkan karbon dan mineralnya melalui proses mobilisasi (Gardner 2008). Caisin (tanaman kelompok Brassicaceae) memiliki pertumbuhan determinet dengan periode fase generatif yang cenderung lebih lama (Still 1999). Penyinaran yang didapat lebih banyak mengakibatkan tanaman di dataran rendah mengalami fase generatif lebih awal. Fase generatif yang terjadi lebih awal memicu masa panen menjadi lebih cepat karena caisin biasa biasa dipanen sebelum terjadi pembungaan.

Pada pengamatan 3 MST, tanaman di dataran rendah sudah memulai fase generatif, hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan vegetatif tanaman di dataran rendah terhambat daripada pertumbuhan tanaman di dataran sedang. Hanya lebar daun dan kadar air tanaman di dua ketinggian tempat yang menunjukkan perbedaan, parameter pertumbuhan vegetatif lain dan konsentrasi nitrat tidak menunjukkan adanya perbedaan. Baik naungan maupun ketinggian tempat lokasi penanaman tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap tanaman pada pengamatan 3 MST.

Berbeda dengan pengamatan pada 2 MST, pertumbuhan vegetatif tanaman caisin pada pengamatan 3 MST cenderung tidak memiliki perbedaan antara tanaman di dataran sedang dan rendah. Pada pengamatan 3 MST hanya lebar daun yang menunjukkan perbedaan yaitu berkisar antara 6.79.1 cm pada tanaman di dataran rendah, sedangkan tanaman di dataran sedang berkisar antara 8.911.3 cm. Selain lebar daun, kadar air pada tanaman yang diamati juga menunjukkan perbedaan yaitu berkisar antara 97.4%98.4% pada tanaman di dataran rendah, sedangkan tanaman di dataran sedang mengandung kadar air berkisar antara 91.2%-92.8% (Tabel 5).

Tabel 5 Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam di dataran rendah dan sedang pada umur 3 MST

Karakter Ketinggian tempat

Tabel 6 Hasil pengamatan konsentrasi nitrat pada caisin yang ditanam di dataran rendah dan sedang pada umur 3 MST

Karakter Ketinggian tempat

Dataran rendah Dataran Sedang

Konsentrasi nitrat sap (mg kg-1) 2 438 ± 746 2 245 ± 451

(28)

14

Konsentrasi nitrat padasaptanaman dataran rendah berkisar antara 1 6923 184 mg kg-1sedangkan di dataran sedang 1 7942 695 mg kg-1. Konsentrasi nitrat tanaman dataran rendah berkisar antara 1 656 3 120 mg kg-1sedangkan pada tanaman dataran sedang berkisar antara 1 646–2 486 mg kg-1(Tabel 6). Tanaman

di dataran rendah mengalami terlambat panen, hal tersebut mengakibatkan tanaman banyak mengakumulasi nitrat.

Tabel 7 Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam terbuka dan dengan naungan pada umur 3 MST

Karakter Perlakuan tanam

Tabel 8 Hasil pengamatan konsentrasi nitrat pada caisin yang ditanam terbuka dan dengan naungan pada umur 3 MST

Gambar 4 mengelompokkan lokasi berdasarkan jumlah cahaya yang sampai pada tanaman terhadap konsentrasi nitrat yang terakumulasi. Pada 3 MST, tanaman caisin yang mendapatkan cahaya dalam jumlah sedikit mengakumulasi nitrat lebih banyak daripada tanaman yang mendapatkan cahaya dalam jumlah lebih banyak (Gambar 4). Tabel 7 menunjukkan pertumbuhan vegetatif terhambat akibat fase generatif sudah muncul pada 3 MST, hal tersebut dapat menyebabkan akumulasi nitrat lebih tinggi.

Pada umur 3 MST, tidak terjadi perbedaan yang nyata antara tanaman yang ditanam terbuka dan dibawah naungan baik pada parameter pertumbuhan vegetatif maupun konsentrasi nitrat. Konsentrasi nitrat saptanaman yang ditanam di lahan terbuka berkisar 1 705 2 503 mg kg-1sedangkan tanaman yang menggunakan naungan 1 8813 277 mg kg-1. Konsentrasi nitrat tanaman yang ditanam di lahan

(29)

15

Gambar 4 konsentrasi nitrat tanaman caisin pada 3 MST

Perlakuan Lama Penyimpanan Pada Pasca Panen

Akumulasi nitrat pada tanaman caisin yang ditanam secara terbuka tidak berbeda dengan tanaman menggunakan naungan setelah penyimpanan. Lama simpan tanaman caisin pasca panen dengan suhu ruang tidak mempengaruhi laju peningkatan konsentrasi nitrat secara nyata. Pengamatan hanya dilakukan selama 3 hari setelah panen karena caisin yang disimpan di suhu ruang sudah tidak layak konsumsi setelah 3 hari penyimpanan.

(30)

16

Gambar 5 menunjukkan sedikitnya terjadi laju peningkatan konsentrasi nitrat pada tanaman dalam masa simpan selama 3 hari. Santamaria (2006) menyatakan nitrat terakumulasi pada makanan yang terkontaminasi atau pada jaringan tanaman sayur yang rusak pada penyimpanan suhu ruang selama beberapa hari.

Tabel 9 Konsentrasi nitrat pada tanaman caisin selama penyimpanan

Perlakuan tanam Konsentrasi nitrat pada hari

ke-0 1 2 3

Nitrat padasap(mg kg-1)

Terbuka 2 210 ± 407 2 347 ± 341 2 350 ± 567 2 853 ± 730

Naungan 2 667 ±1 033 2 753 ±1 333 2 789 ± 703 3 360 ±1 398

Nitrat pada tanaman (mg kg-1)

Terbuka 2 028 ± 380 2 125 ± 327 2 103 ± 542 2 519 ± 644

Naungan 2 462 ± 957 2 502 ± 621 2 518 ±1 227 2 942 ±1 224

Tanaman caisin yang ditanam secara terbuka memiliki konsentrasi nitratsap

berkisar antara 1 803–2 617 mg kg-1sedangkan tanaman yang di bawah naungan

berkisar antara 1 634 3 700 mg kg-1pada hari panen. Setelah panen, konsentrasi

nitrat sap tanaman diamati setiap hari selama 3 hari. Pada 1 hari setelah penyimpanan konsentrasi nitratsaptanaman yang ditanam secara terbuka menjadi 2 0062 688 mg kg-1, sedangkan pada 3 hari penyimpanan berkisar antara 2 123

3 583 mg kg-1. Konsentrasi nitrat sap tanaman yang ditanam dibawah naungan setelah penyimpanan 1 hari berkisar antara 1 4204 086 mg kg-1, setelah disimpan selama 3 hari menjadi 1 9624 758 mg kg-1. Konsentrasi nitrat pada tanaman di

tempat terbuka mengalami peningkatan 29.10% setelah penyimpanan selama 3 hari, sedangkan tanaman dengan naungan mengalami peningkatan 25.98% dari konsentrasi nitrat saat panen (Tabel 9).

Konsentrasi nitrat tanaman di tempat terbuka pada saat panen berkisar antara 1 6482 408 mg kg-1, sedangkan tanaman dengan naungan berkisar antara 1 505

–3 419 mg kg-1. Setelah penyimpanan selama 3 hari konsentrasi nitrat tanaman di

tempat terbuka menjadi 1 8753 163 mg kg-1, sedangkan tanaman dengan naungan

menjadi 1 7184 166 mg kg-1(Tabel 9).

Survey Pasar

Ukuran tanaman caisin yang dijual di pasar modern relatif tidak jauh berbeda dengan tanaman caisin yang dijual di pasar tradisional. Tinggi tanaman caisin yang dijual di pasar modern berkisar 28.2–42.6 cm, jumlah daun antara 4.1–6.5, panjang

(31)

17

Tabel 10 Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin hasil survey pasar

Karakter Pasar

Tradisional Modern

Tinggi tanaman (cm) 37.7 ± 1.5 35.4 ± 7.2

Jumlah daun 7.3 ± 0.7 5.3 ± 1.2

Panjang daun (cm) 37.2 ± 1.9 34.7 ± 7.7

Lebar daun (cm) 13.1 ± 2.6 11.2 ± 1.7

Edible part(g) 63.0 ±15.2 45.2 ±18.0

Kadar air (%) 97.6 ± 0.2 97.3 ± 0.3

Tabel 11 Hasil pengamatan konsentrasi nitrat caisin hasil survey pasar

Konsentrasi nitrat yang terdapat padasappada tanaman caisin yang dijual di pasar tradisional berkisar antara 2 3343 120 mg kg-1dan caisin di pasar modern 2 4803 546 mg kg-1. Konsentrasi nitrat pada tanaman caisin di pasar tradisional

berkisar antara 2 273 3 031 mg kg-1 sementara tanaman caisin di pasar modern berkisar antara 2 426 3 452 mg kg-1 (Tabel 11). Tanaman caisin yang dijual di pasar modern dan pasar tradisional tersebut yang sampai pada konsumen. Kontribusi asupan nitrat dari sayuran sekitar 85% dengan ADI (Acceptable Daily Intake) berkisar 03.7 mg/kg berat badan, apabila diasumsikan asupan nitrat dari sayuran hanya dari tanaman caisin yang dikonsumsi oleh manusia berbobot badan 60 kg, maka manusia tersebut hanya boleh mengonsumsi caisin mentah sebanyak 67.5 g per hari atau setara dengan 2 tanaman caisin per hari (Santamaria 2006; Hsu

et al. 2009).

Karakter Pasar

Tradisional Modern

Konsentrasi nitrat sap (mg kg-1) 2 727 ± 393 3 013 ± 533

(32)

18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jumlah cahaya mempengaruhi akumulasi nitrat pada tanaman. Tanaman di dataran rendah dengan jumlah cahaya 27.24% lebih rendah daripada dataran sedang mengakumulasi nitrat 39.34% lebih rendah daripada tanaman di dataran sedang, namun hal tersebut tidak berlaku apabila tanaman melewati masa panen. Tanaman dengan naungan dengan taraf naungan 54.91% dapat mengakumulasi nitrat 17.74% lebih tinggi daripada tanaman tanpa naungan.

Tanaman caisin yang dipanen dari lahan terbuka dan dengan naungan tidak mengalami peningkatan akumulasi nitrat secara signifikan setelah disimpan selama 3 hari di suhu ruang yaitu hanya 17.78%. Tanaman caisin yang dijual di pasar modern memiliki konsentrasi nitrat lebih tinggi daripada tanaman caisin di pasar tradisional.

Saran

Para petani di dataran sedang tidak perlu menggunakan naungan untuk menanam caisin, hal tersebut dilakukan untuk menjaga keamanan pangan dari tanaman yang diproduksi.

Berdasarkan pengamatan pengaruh lama penyimpanan terhadap suhu ruang disarankan untuk tidak mengonsumsi tanaman caisin yang sudah disimpan lama terutama pada suhu ruang. Konsumen perlu selektif untuk memilih sayuran yang dikonsumsi mentah, tanaman caisin hanya boleh dikonsumsi 67.5 g per hari dalam kondisi mentah.

DAFTAR PUSTAKA

Anjana, Umar S, Iqbal M, Abrol YP. Are nitrate concentrations in leafy vegetables within safe limits.Crt Sci. 92(3):355-360.

Burgess L. 2012. Flea beetles (Coleoptera: Chrysomelidae) attacking rape crops in the Canadian Prairie Provinces1. The Canadian Entomologist [Internet]. [diunduh 2014 Feb 12]; 109:21-32. Tersedia pada: http://journals. cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage.

Bryan NS, Alexander DD, Coughlin JR, Milkowski AL, Boffetta P. 2012. Ingested nitrate and nitrite and stomach cancer risk: an update review. Food and Chem Tox. 50:3646-3665.

Chang AC, Yang TY, Riskowski GL. 2013. Ascorbic acid, nitrate, and nitrite concentration relationship to the 24 hour light/dark cycle for spinach grown in different conditions.Food Chem. 138:382-388.

(33)

19

Edi S, Bobihoe J. 2010. Budidaya tanaman sayuran. Muara Jambi (ID): BPTP Jambi.

Demsar J, Osvald J, Vodnik D. 2004. The effect of light-dependent application of nitrate on growth of aeroponically grown lettuce (Lactuca sativa L.). J. Amer. Soc. Hort. Sci. 129(4):570-575.

Djaenudin D. 2008. Perkembangan penelitian sumber daya lahan dan kontribusinya untuk mengatasi kebutuhan lahan pertanian di Indonesia. J Litbangtan. 27(4):137-145.

Fageria NK. 2009.The Use of Nutrients in Crop Plants. London (GB): CRC Press. Firmansyah F, Anngo TM, dan Akyas AM. 2009. Pengaruh umur pindah tanam bibit dan populasi tanaman terhadap hasil dan kualitas sayuran pakcoy (Brassica campestrisL.).Jurnal Agrikultura. 20(3):216-224.

Gardner FP, Pearce RB. 2008.Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, Subiyanto, penerjemah. Jakarta (ID): UI-Press. Terjemahan dari: Phisyology of Crop Plants.

Hambridge T. 2012. Nitrate and nitrite.IPCS[Internet]. [diunduh 2013 Maret 20]. Tersedia pada: http://www.inchem.org/documents/jecfa/jecmono/v50je07. Hsu J, Arcot J, Lee, NA. 2009. Nitrate and nitrite quantification from cured meat

and vegetables and their estimated dietary intake in Australians.Food Chem. 115:334-339.

Lakitan B. 2004.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Lambers H, Chapin FS, Pons TL. 2008. Plant Physiological Ecology. New York (US): Springer Publisher.

Munawar A. 2011.Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr. Rieuwpassa JA. 2011. Teknologi budidaya sawi. BPTP Maluku [Internet]. [diunduh

2013 Mar 10]. Tersedia pada:http://maluku.litbang.deptan.go.id/ind/index. php?option=com_ontent&view= article&id=289:te.

Santamaria P. 2006. Review nitrate in vegetables: toxicity, content, intake, and EC regulation.J Sci Food Agric. 86:10–17.doi:10.1002/jsfa.2351.

Sarmita F, Hastuti ED, Haryanti S. 2011. Pertumbuhan legume pada ketinggian yang berbeda.BIOMA. 13(2):67-72.

Shao-ting DU, Zhang YS, Lin XY. 2007. Accumulation of nitrate in vegetables and its possible implications to human health.Agr Sci in Chin. 6(10):1246-1255. Shimada Y, Ko S. 2004. Nitrate in vegetables.Chugokugakuen J. 3: 7-1.

Still DW. 1999. The development of seed quality in Brassicas.Horttech. 9(3):335-340.

Sulistyaningsih E, Kurniasih B, Kurniasih E. 2005. Pertumbuhan dan hasil caisin pada berbagai warna sungkup plastic.Ilmu Pertanian. 12(1):65-76.

Thomson B. 2004. Nitrates and Nitrites Dietary Exposure and Risk Assessment. A Crown Research Institut. Christchurch (NZ): A Crown Research Institute. Yuningsih. 2007. Keracunan nitrat-nitrit pada ternak ruminansia dan upaya

(34)

20

Lampiran 1 Rekapitulasi analisis ragam pertumbuhan vegetatif tanaman dan konsentrasi nitrat tanaman caisin di berbeda ketinggian tempat (dataran rendah dan dataran sedang) dengan naungan dan terbuka pada 2 MST

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%; tn: Tidak berpengaruh nyata

Karakter Ketinggian

tempat Naungan KK (%)

Tinggi tanaman (cm) * tn 25.76

Jumlah daun * tn 7.89

Panjang daun (cm) ** * 15.52

Lebar daun (cm) * tn 13.31

Bobot tanaman (g) ** * 21.53

Kadar air (%) tn tn 2.12

Konsentrasi nitrat padasap(mg g-1) ** * 10.05

Konsentrasi nitrat pada tanaman

(35)

21

Lampiran 2 Rekapitulasi analisis ragam pertumbuhan vegetatif tanaman dan konsentrasi nitrat tanaman caisin di berbeda ketinggian tempat (dataran rendah dan dataran sedang) dengan naungan dan terbuka pada 3 MST

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%; tn: Tidak berpengaruh nyata

Karakter Ketinggian

tempat Naungan KK (%)

Tinggi tanaman (cm) tn tn 16.85

Jumlah daun tn tn 13.14

Panjang daun (cm) tn tn 18.75

Lebar daun (cm) * tn 13.19

Bobot tanaman (g) tn tn 24.85

Kadar air (%) ** tn 0.86

Edible part tn tn 27.54

Konsentrasi nitrat padasap(mg g-1) tn tn 21.98

Konsentrasi nitrat pada tanaman

(36)

22

Lampiran 3 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh lama penyimpanan pada pasca panen dan naungan terhadap konsentrasi nitrat

Keterangan: tn: Tidak berpengaruh nyata

Karakter Naungan Periode KK (%)

Konsentrasi nitrat padasap

(mg g-1) tn tn 25.28

Konsentrasi nitrat pada tanaman

(mg 100 g-1)

(37)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 November 1991. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara yaitu Naufal Zulfahmi, Luthfia Zahrona, Khairani Hanania Nachrawi, dan Faizi Abbas Nachrawi dari pasangan Adnan Nachrawi Ghozali dan Suryati. Tahun 2003 penulis lulus dari SDN Sukamaju 1, Depok, Jawa Barat, kemudian pada tahun 2006 menyelesaikan studi di SMP Terpadu Al-Ghifari, Sukabumi, Jawa Barat. Selanjutnya pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 2 Depok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui ujian SNMPTN dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Pertanian S1 pada tahun ajaran 2011/2012, mata kuliah Manajemen Hara dan Air pada tahun ajaran 2012/2013, mata kuliah Teknik Budidaya Tanaman 2012/2013, mata kuliah Dasar-Dasar Hortikultura pada tahun 2012/2013, dan mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi S1 pada tahun ajaran 2013/2014.

Selama menjadi mahasiswa S1, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan. Penulis merupakan sekretaris Departemen Komunikasi dan Informasi Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura) pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2012–2013, penulis merupakan staff Departemen Eksternal Himagron 2012–

Gambar

Gambar 1 serangan hama (Phyllotretta vittata) pada tanaman caisin
Gambar 2 Data pengamatan iluminasi di dataran rendah.
Tabel 1 Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam di dataran
Tabel 3 Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif caisin yang ditanam terbuka dandengan naungan pada umur 2 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis dapat memahami pendapat seseorang (walaupun pendapat itu tidak benar), yang mengatakan bahwa Agama Buddha itu memiliki sifat-sifat tersendiri, yang agak berbeda

Pada penelitian ini, digunakan soda abu tungku kopra asap sebagai bahan pengenyal dan asap cair sebagai bahan pengawet mi basah.. Penambahan soda abu 4 o Baume

Hanya kekaguman yang terpikir saat melihat warna biru air laut dan pemandangan laut yang sangat indah, bermacam-macam ikan yang jarang ditemui penulis dalam

Dari dua penelitian terdahulu, konsep atau teori yang membahas mengenai kemampuan bernyanyi, dan fenomena yang terjadi di Sekolah Wattonglongmittrap 198 Hatyai, Thailand

Skils assessment indicator include directing students to show achievement of learning outcomes, project task according student progress, time frame of work, rubric

[r]

selektif Buat distribusi intensif Buat lebih banyak distribusi intensif Selektif lepas toko yang tidak mengun- tungkan Promosi penjualan Gunakan banyak promosi penjualan

adalah bagaimana perlakuan akuntansi pendapatan di BPJS Ketenagakerjaan Kota. Pangkalpinang berdasarkan PSAK