• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI unit Ciampea Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI unit Ciampea Bogor"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PENGEMBALIAN KREDIT UMKM BRI UNIT CIAMPEA

BOGOR

WINDA ANGGRAINI HARAHAP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI Unit Ciampea Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Winda Anggraini Harahap

(4)

ABSTRAK

WINDA ANGGRAINI HARAHAP. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI Unit Ciampea Bogor. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI

Salah Sektor usaha yang sering ditemui dan memiliki andil yang besar di Indonesia saat ini adalah sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) khususnya di bidang agribisnis. Namun hal tersebut belum tentu mencerminkan perkembangan sektor usaha ini sudah baik karena dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah permasalahan kesulitan mengakses permodalan melalui pinjaman dari lembaga keuangan karena dianggap sektor agribisnis memiliki risiko yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik debitur kredit UMKM secara umum pada sektor agribisnis yang melakukan pembayaran lancar maupun mengalami kemacetan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM. Metode regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan ada tidaknya agunan berpengaruh signifikan terhadap kelancaran tingkat pengembalian kredit UMKM di BRI unit Ciampea. Pihak bank juga perlu memperhatikan karakteristik debitur melalui analisis yang tepat sasaran yang memperhatikan karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit untuk menekan angka kredit bermasalah.

Kata kunci: UMKM, kredit UMKM, Tingkat pengembalian kredit ABSTRACT

WINDA ANGGRAINI HARAHAP. The Factors that Affecting UMKM Credit repayment in agribusiness sector at BRI unit Ciampea, Bogor . Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI

UMKM especially in agribusiness sector is one of business sector that

often be found and have a big contribution in Indonesia. However, it still can’t

reflect the sector's growth has been good because it is influenced by several factors. One of that factor is how difficult to access capital through loans from financial institutions because it is considered the agribusiness sector has a high risk. This research identify the characteristic of UMKM credit debtors generally in agribusiness sector that repay their debt or have arrear payment and analyze the factors affecting UMKM credit repayment in agribusiness sector. Regression logistic method show that repayment at BRI unit Ciampea is significantly influenced by education level, number of dependent , and collateral value. Bank as a creditor has to concentrate to analyze right on target the characteristic of the debtors that notify the individual characteristic, business characteristic, and credit characteristic to decrease the number of credit arrears.

(5)

5

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON

PERFORMING LOAN (NPL) KREDIT UMKM SEKTOR

AGRIBISNIS BRI UNIT CIAMPEA BOGOR

WINDA ANGGRAINI HARAHAP

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

7

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI unit Ciampea Bogor

Nama : Winda Anggraini Harahap NIM : H34090018

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Juli 2013 ini ialah Kredit UMKM, dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian UMKM BRI unit Ciampea Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi selaku pembimbing. Disamping itu, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Agus Kurniawan, Bapak Teguh, dan Ibu Neneng dari BRI unit Ciampea Bogor yang banyak membantu, memberi informasi dan wawasan serta mendampingi selama melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa, Mama, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga kepada teman-teman satu bimbingan skripsi Agatha, Nanda, Masta dan teman-teman terdekat Mada, Adit, Bobi, Tyo, Raymond, Nurma, dan Mega Pratiwi, Rekha, Qiqit, M. Taufik serta teman-teman Agribisnis 46 atas dukungan doa dan motivasinya dalam penyusunan skripsi saya ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(9)

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penulisan 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 5

Penelitian Terdahulu 6

Perbedaan Penelitian yang Dilaksanakan dengan Penelitian Terdahulu 7

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Kerangka Pemikiran Operasional 11

Waktu dan Lokasi Penelitian 15

Jenis dan Sumber Data 15

Populasi dan Sampel 15

Metode dan Analisis Data 16

Definisi Operasional 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea 19

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit UMKM 20

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

(10)

DAFTAR TABEL

1. Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha

tahun 2010- 2011 1

2. Perkembangan nilai produk domestik bruto (PDB) UMKM

menurut skala usaha tahun 2011-2011 atas dasar harga konstan 2000 2 3. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha

tahun 2010-2011 2

4. Penyedia kredit UMKM tahun 2011 3

5. Penelitian terdahulu faktor- faktor tingkat pengembalian kredit 7 6. Data jumlah sampel berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis (n=41) 16 7. Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table 21 8. Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Omnibus Tests of

Model Coefficeints dengan Metode Enter 21

9. Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Hosmer and

Lemeshow Test 21

10.Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Variables in the

Equation 22

DAFTAR GAMBAR

1. Trend Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM tahun 2010-2012 4

2. Unsur-unsur kredit 8

3. Prosedur penyaluran kredit 9

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor usaha yang sering ditemui di Indonesia saat ini adalah sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Hal ini dikarenakan menurut para pelaku usaha sektor ini dianggap cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM juga memiliki andil yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia karena selain sebagai penggerak sektor ekonomi di kalangan sebagian besar masyarakat Indonesia selain itu juga karena sektor ini dianggap sektor yang mampu bertahan di saat terjadi krisis ekonomi global melanda usaha-usaha berskala nasional maupun internasional. Peningkatan jumlah UMKM sebesar 2.57%, yaitu dari 53 823 732 pada tahun 2010 menjadi 55 206 444 pada tahun 2011 merupakan bukti dari perkembangan sektor usaha ini. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menegah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun 2010- 2011

Indikator Jumlah (unit) Perkembangan

2010 2011 Unit Persentase

Usaha Mikro 5 207 500 54 559 969 1 352 470 2.54

Usaha Kecil 573 601 602 195 28 594 4.98

Usaha Menengah 42 631 44 280 1 649 3.87

Total Usaha Mikro Kecil

Menengah Besar (UMKM) 53 823 732 55 206 444 1 382 713 2.57

Usaha Besar (UB) 4 838 4952 114 2.35

Jumlah 53 828 569 55 221 396 1 382 827 2.57 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa menurut Kementerian Negara Koperasi dan UMKM jumlah UMKM sangat besar di Indonesia tahun 2010-2011 yaitu 99.99% dari total jumlah usaha yang ada di Indonesia. Sektor usaha mikro yang sangat banyak yaitu sebesar 53 207 500 unit pada tahun 2010 dan 54 559 969 unit pada tahun 2011 dan mencakup 98.80% dari jumlah total usaha yang ada. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sektor UMKM ini sebagai penggerak ekonomi Indonesia.

(12)

Tabel 2 Perkembangan nilai produk domestik bruto (PDB) UMKM menurut skala usaha tahun 2011-2011 atas dasar harga konstan 2000

Indikator Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)

Jumlah UMKM yang besar dapat menunjukkan bahwa sektor ini merupakan salah satu solusi dalam mengatasi tingkat pengangguran di Indonesia. Pengembangan UMKM akan mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia di negara ini. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja Usaha Mikro menurut skala usaha tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2010-2011

Indikator Jumlah (Orang) Perkembangan

Tahun 2010 Tahun 2011 Orang % Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)

Tabel 3 menunjukkan pengembangan usaha sektor mikro dapat mengatasi permasalahan pengangguran di Indonesia Penyerapan tenaga kerja yang besar oleh sektor mikro ini dikarenakan banyaknya jumlah usaha mikro yang ada yaitu sebesar Berdasarkan 93 014 759 orang pada tahun 2010 dan 94 957 797 pada tahun 2011 yaitu sebesar 90.96% pada 2010 dan 90.78% pada 2011 dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia sangat besar berada pada sektor agribisnis. Hal ini dikarenakan faktor Indonesia yang merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya alamnya. Sehingga para pelaku usaha banyak bergerak di bidang agribisnis.

(13)

3

serta biaya operasional. Peran lembaga keuangan sangat dibutuhkan dalam penyelesaian permasalahan permodalan ini. Permasalahan pendanaan yang sering terjadi adalah sulitnya para pelaku usaha UMKM untuk mengakses pinjaman uang dari bank dikarenakan banyaknya syarat dan ketentuan peminjaman yang tidak dapat dipenuhi oleh mereka. Peraturan-peraturan yang sering dianggap sulit bagi pelaku usaha utuk dipenuhi adalah jumlah agunan, cicilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan per bulan, dan lama usaha berjalan.

Penyaluran kredit untuk pertanian perbankan nasional di Indonesia masih tergolong kecil yaitu di bawah 6% (Deptan 2012). Hal ini dikarenakan sektor pertanian masih dianggap berisiko tinggi. BRI sebagai salah satu bank nasional yang dikenal berpihak kepada UMKM khususnya sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari misi BRI yaitu melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance1. Misi ini dianggap cukup terealisasi karena BRI telah melakukan penyaluran kredit untuk UMKM yang mencapai 67.58% dan merupakan bank penyalur kredit untuk UMKM yang paling besar di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Penyedia kredit UMKM tahun 2011

Nama Bank Total Kredit

(Rp juta)

Jumlah Kredit

UMKM (Rp juta) Persentase Kredit UMKM (%)

BRI 233 668 009 157 916 823 67.58

BNI 126 073 612 79 963 723 63.42

MANDIRI 229 989 109 29 802 423 12.95

CIMB NIAGA 96 291 494 23 140 382 24.03

DANAMON 72 850 105 22 818 042 31.32

Sumber : Biro Riset Infobank 2011

Terdapat beberapa kredit untuk sektor agribisnis yang disediakan oleh BRI, salah satunya Kredit UMKM. Kredit UMKM merupakan kredit komersial dengan bunga bersaing oleh BRI unit dan teras BRI yang bertujuan untuk pengembangan usaha kecil dengan dua jenis kredit yaitu untuk modal kerja dan investasi. Kredit UMKM dianggap cocok sebagai fasilitas pendanaan bagi UMKM dengan plafond Rp1 000 000 hingga maksimum Rp100 000 000. Spesifikasi-spesifikasi kredit Kredit UMKM dari BRI ini bertujuan agar memudahkan pelaku usaha UMKM untuk mengakses sumber pedanaan dan tidak sulit dalam pengembalian kreditnya.

1

(14)

Perumusan Masalah

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank nasional yang menyediakan jasa penyaluran kredit bagi pelaku usaha UMKM dimana bank ini merupakan bank nasional yang dianggap berpihak kepada sektor agribisnis. Sampai dengan Desember 2012, outstanding kredit BRI mencapai Rp4.5 triliun, meningkat sebesar Rp0.7 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumya yang mencapai Rp3.8 triliun (BRI 2013). Pertumbuhan kredit BRI tetap dimotori oleh segmen UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang merupakan fokus utama pengembangan bisnis.

BRI memiliki kredit untuk UMKM yaitu Kredit Umum Pedesaan dan KUR (Kredit UMKM). Kemudahan yang diberikan BRI dalam mengakses peminjaman dana melalui kredit UMKM ini membuat para pelaku UMKM memilih BRI dibandingkan bank lain. Keistimewaan dari penggunaan jasa kredit UMKM adalah:

1. Suku Bunga Bersaing

2. Diberikan IPTW (Insentif Pembayaran Tepat Waktu) sebesar ¼ bagian dari suku bunga bagi nasabah yang membayar angsuran pinjaman secara tepat waktu selama periode tertentu,

3. Fasilitas asuransi jiwa, kecelakaan, dan meninggal dunia 4. Agunan tidak bersertifikat

5. Pola angsuran beragam

Namun adanya agunan yang menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi menjadikan ini sulit untuk nasabah. Masih banyak UMKM yang tidak memiliki harta benda yang dapat dijadikan agunan untuk memperoleh Kredit UMKM sehingga Pemerintah menetapkan untuk mengadat kredit tanpa agunan yaitu KUR pada beberapa bank nasional dan salah satunya adalah BRI sebagai bank penyelenggara KUR.

Tren Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM BRI unit Ciampea yang terjadi di tahun 2010-2012 menunjukkan angka yang membaik yaitu terjadi penurunan 2.13% di tahun 2010 ke angka 1.25% di tahun 2012. NPL Kupedes di BRI unit Ciampea mengalami hal yang sama yaitu penurunan yaitu 2.40% di tahun 2010 dan 1% di tahun 2012, namun berbeda dengan NPL pada KUR yang mengalami peningkatan 4.52% di tahun 2010 dan 5.24% di tahun 2012. NPL KUR di tahun 2012 ini angkanya sudah dapat dikatakan tidak sehat. Tren NPL UMKM BRI Unit Ciampea bisa dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Trend Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM tahun 2010-2012 Sumber : BRI Unit Ciampea, Bogor

(15)

5

total realisasi sebesar Rp759 000 00 dan NPL KUR 5.24% dari total realisasi Rp113 000 000. NPL ini menunjukkan tingkat pengembalian kredit cukup tinggi untuk Kupedes dan sangat rendah untuk KUR. Bank Indonesia telah menetapkan bahwa suatu bank hanya boleh memiliki maksimal NPL sebesar 5% karena jika diatasnya bank tersebut berarti tidak sehat 2. Tingkat NPL menunjukkan kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit sehingga NPL dapat menunjukkan jumlah tunggakan kredit pada suatu bank.

BRI Unit Ciampea menghadapi beberapa kendala dalam penyaluran kredit UMKM. Kendala yang dihadapi diantaranya adalah banyaknya nasabah yang terlambat untuk melunasi tunggakan dari peminjaman kreditnya sehingga menyebabkan kinerja penyaluran kredit dinilai kurang baik, walaupun terdapat beberapa usaha yang telah dilakukan BRI untuk memudahkan nasabah dalam permohonan kredit seperti sistem bunga yang flat dan jangka waktu pinjaman yang dapat ditentukan sendiri oleh nasabah.

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea saat ini?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM pada BRI Unit Ciampea, Bogor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Mengidentifikasi sistem penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea, Bogor 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit

UMKM di BRI unit Ciampea, Bogor.

Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaaat dan kegunaan juga informasi serta masukan bagi pihak yang berkepentingan yaitu :

1. Bagi BRI unit Ciampea, Bogor yaitu mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pengembalian Kredit UMKM sehingga diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan saran untuk menentukan kebijakan untuk menghindari kredit bermasalah

2. Bagi mahasiswa yaitu sebagai bahan pustaka serta referensi bagi penelitian terkait.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Menurut Rafinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi pertumbuhan Usaha Baru, UMKM memiliki karakteristik

2

(16)

yang merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat baik dari aktifitas usaha maupun perilaku pelaku usaha tersebut. Karakterisitik ini dijadikan pembeda antar pelaku usaha berdasarkan aspek manajemen dan komoditasnya menurut skala usahanya yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah.

Karakteristik usaha mikro antara lain: (1) Jenis komoditinya berubah-ubah dan sewaktu waktu dapat berganti produk/usaha, (2) tempat usahanya tidak selalu menetap atau sewaktu-waktu dapat pindah 3) belum adanya pencatatan keuangan usaha secara baik, 4) sumber daya manusianya rata-rata sangat rendah yakni SD-SMP, 5) pada umumnya belummengenal perbankan dan lebih sering berhubunngan dengan tengkulak ataurentenir, 6) umumnya usaha ini tidakmemilki ijin usaha.

Usaha Kecil memiliki karakteristik yaitu : (1) Jenis barang atau komoditinya tidak gampang berubah, (2) mempunyai kekayaan maksimal 200 Juta dan dapat menerima kredit maksimal 500 Juta, (3) lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap, (4) sudah memiliki pembukuan walaupun masih sederhanaartinya pencatatan administrasi keuangan perusahaan sudah mulai dipisah, (5) memiliki legalitas usaha atau perijinan lainnya, (6) sumber daya manusianya sudah lumayan baik, dari aspek tingkat pendidikan yakni rata tingkat SMU, ( 7) sudah mulai mengenal perbankan.

Karakteristik Usaha Menengah dapat ditandai dengan (1) kekayaan 200 Juta sampai 10 Milyar, dan dapat menerima kredit antara 500 Juta sampai 5 Milyar. (2) memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur dan baik dengan pembagian tugas Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006 yang lebih jelas antar bagian/unit, (3) telah memiliki sistem manajemen keuangan sehingga memudahkan untuk dilakukan auditing termasuk oleh pihak auditor publik, (4) telah melakukan penyesuaian terhadap peraturan pemerintah dibidang ketenagakerjaan, Jamsostek dan lain-lain. (5) memiliki persyaratan legal secara lengkap, (6) sering bermitra dengan perbankan dan pelaku usaha lainnya, dan (7) Sumber daya manusianya jauh lebih baik dan handal pada level manajer dan supervisor.

Kredit UMKM merupakan kredit yang disalurkan oleh BRI pada tahun 1984. Kredit UMKM hanya terdapat di seluruh BRI unit dan Teras BRI dengan plafond maksimum Rp 100 juta. Kredit dengan bunga bersaing yang bertujuan untuk mengembangkan usaha mikro yang layak (feasible) ini bersifat umum dan individual.

Penelitian Terdahulu

(17)

7

Tabel 5 Penelitian terdahulu faktor- faktor tingkat pengembalian kredit

Perbedaan Penelitian yang Dilaksanakan dengan Penelitian Terdahulu Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu belum pernah ada yang meneliti terkait dengan faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes di BRI unit Ciampea, Bogor adalah nasabah yang diteliti merupakan nasabah yang aktif melakukan pinjaman kredit UMKM (Kupedes dan KUR) sektor agribisnis. Selain itu variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian yang digunakan lebih beragam dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.

Nama Judul Tahun Alat Analisis Faktor-faktor yang

berpengaruh signifikan

2011 Model logit variable jarak tempat tinggal dengan BRI dan omset usaha

(18)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Kredit

Kredit menurut undang–undang nomor 7 tahun 1992 pasal 1 ayat 12 adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga tertentu (Mahmoeddin, 2010). Sedangkan Kredit menurut Drs. OP. Simorangkir adalah pemberian prestasi dengan balas prestasi yang kan terjadi pada waktu yang akan datang. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit dengan saling menanggung risiko.

Unsur-unsur kredit

Dilihat dari pengertian kredit diatas dapat menunjukkan bahwa terdapat beberapa unsur yang terdapat dalam kredit yaitu kepercayaan, waktu, risiko, serta prestasi. Unsur-unsur kredit ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Unsur-unsur kredit Sumber : Untung, 2000

Gambar 2 Menjelaskan unsur-unsur yang terdapat pada kredit menurut Budi Untung (2000) adalah :

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan yang dimiliki si pemilik kredit bahwa prestasi yang diberikannya (uang, barang, atau jasa) akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang

2. Waktu, yaitu waktu yang memisahka antara pemebrian prestasi dengang kontraprsetasi yang akan diterima pada masa yang akan datang

3. Risiko, yaitu risiko akibat adanya jangka waktu yang telah ditentukan yang akan dihadapi oleh pihak terkait. Semakin panjang jangka waktuyang diberikan maka semakin tinggi risiko yang ada. Karena unsur risiko ini maka diperlukan jaminan dalam pemberian kredit. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit yang menyangkut uang yang paling sering ditemui.

Kepercayaan

Unsur Kredit

Waktu

(19)

9

Permohonan Kredit Pemenuhan

Persyaratan Kredit

Pengisian Formulir Permohonan Kredit

Pencairan Kredit Penilaian dan analisis

Permohonan kredit Keputusan atas

Permohonan Kredit

Pelunasan kredit Pengawasan Kredit

Prosedur Penyaluran kredit

Permohononan kredit hingga realisasi kredit memerlukan prosedur yang harus dijalani oleh debitur. Adapun prosedur yang harus dilakukan dapat dilihat pada Gambar

3.

Gambar 3 Prosedur penyaluran kredit Sumber: Urusan kredit Bank Indonesia 2000

Analisis Kredit

Pemberian kredit mengandung risiko yang disebabkan adanya kemungkinan tidak dilunasi kredit oleh debitur pada masajatuh tempo kredit tersebut. Sehingga dalam menentukan kesanggupan pengembalian kredit seorang debitur diperlukan analisis kredit terhadap debitur tersebut. Analisis kredit dalam arti luas adalah proses menilai risiko pemberian pinjaman kepada perusahaan atau kepada perorangan.

Menurut Harun (2010), analisis kredit dapat dimulai melalui pengumpulan informasi yang berkenaan dengan prinsip 5C yaitu :

1. Character, yaitu kepribadian debitur yang dimaksudkan untuk menilai kejujuran dan iktikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan penagihan.

2. Capacity, yaitu kemampuan untuk membayar kredit yang diajukan dengan melihat prospek usahanya

3. Capital, yaitu modal usaha yang telah ada pada bank sehingga fungsi bank sebenarnya dalam penyedian modal hanyalah sebagai pemberi modal tambahan saja

4. Collateral, yaitu barang-barang berharga yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai agunan atas kredit yang diterimanya atau jaminan yang mudah dicairkan 5. Condition of economy, yaitu prospek usaha nasabah debitur. Bila bank tidak

melihat adanya prospek dari usaha ini maka bisa jadi kredit yang dikucurkan tidak memberi manfaat apapun sehingga mengancam keberlangsungan kredit

Fungsi dan Jenis Kredit

Menurut Abdullah dan Tantri (2012) pemberian kredit oleh bank kepada debitur mempunyai manfaat-manfaat yang akan dirasakan berbagai pihak. Adapun manfaat yang dirasakan dari penyaluran kredit menurut antara lain :

1. Mencari keuntungan yaitu mendapatkan keuntungan melalui balas jasa yang dibayarkan oleh debitur dalam bentuk bunga dari kredit yang mereka pinjam. 2. Membantu usaha nasabah dalam rangka menjalankan dan mengembangkan

(20)

investasi.

3. Membantu pemerintah dengan semakin meningkatnya realisasi kredit akan semakin berdampak baik bagi pemerintah. Keuntungan-keuntungan ini didapatkan melalui peningkatan kredit akan meningkatkan pendapatan pajak, meningkatkan pembangunan nasional di berbagai sektor, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan devisa negara, dsb.

Kredit yang diberikan oleh perbankan nasional terdiri dari berbagai jenis, secara umum jenis-jenis kredit dapat dibedakan dari berbagai aspek. Adapun jenis-jenis kredit menurut aspek tertentu anatara lain :

1. Aspek Kegunaan

a. Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk membangun proyek baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi adalah untuk membangun pabrik dan membeli mesin-mesin

b. Kredit modal kerja adalah kreidt yang berfungsi untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit ini adalah untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, biaya lainnya yang berhubungan dengan produksi.

2. Aspek Tujuan Kredit

a. Kredit Produktif adlah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi dan investasi. Contoh dari kredit ini adalah untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian, kredit pertambangan, kredit industri, dll.

b. Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan. Contoh kredit perumahan, kredit mobil pribadi, dll

c. Kredit perdagangan adalah kredit yang digunakan untuk perdagangan. Kredit ini dibayar dengan hasil dari imbalan perdagangan yang dilakukan. Contoh dari kredit ini adalah kredit ekspor impor.

3. Aspek Jangka Waktu

a. Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu taundan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contoh kredit ini adalah Kredit peternakan ayam atau pertanian

b. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga tahun atau lima tahun. Biasnya kredit ini untuk invesata si jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur.

4. Aspek Jaminan

a. Kredit dengan jaminan adalah kredit yang diberikan dengan jaminan. Jaminan dapat berberntuk barang berwujud, bukan berwujud, atau jaminan orang.

b. Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini dilihat melalui prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.

(21)

11

Salah satu bank nasional yang sangat berpihak terhadap sektor UMKM di bidang agribisnis adalah BRI. BRI telah banyak menyalurkan kredit bagi UMKM melalui beberapa jenis kredit yang dimilikinya yaitu Kredit Umum Pedesaan dan KUR yang bisa didapatkan di BRI unit.

Akses dalam mendapatkan kredit UMKM di BRI dapat dikatakan mudah apalagi dengan adanya kebijakan untuk memudahkan nasabah dalam permohonan kredit seperti sistem bunga yang flat dan jangka waktu pinjaman yang dapat ditentukan sendiri oleh nasabah. Namun dalam pemberian kredit BRI tetap melakukan analisis terhadap calon debitur dengan menggunakan prinsip 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditition of economy . Analisis ini dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya penunggakan kredit oleh calon debitur.

Pengembalian kredit UMKM dapat digolongkan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu dan pelunasan kredit tidak mengalami penundaan berdasarkan perjanjian. Debitur dengan pelunasan tepat waktu akan mendapatkan reward berupa bonus yang dinamakan IPTW sebesar ¼ bagian dari suku bunga. Sedangkan kredit digolongkan tidak lancar (menunggak) dalam pengembaliannya jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang diperjanjikan digolongkan lagi ke dalam lima tingkatan oleh BRI yaitu (1) DPK (dalam pengawasan khusus), status ini diberikan pada debitur yang menunda pembayaran angsuran kredit UMKM selama satu minggu hingga 60 hari dari tanggal yang ditentukan. (2) Kurang lancar, yaitu pembayaran angsuran oleh debitur sedikit terhambat karena ada kecenderungan usaha nasabah mulai mengalami kesulitan, namun tingkat kesulitan tersebut masih tergolong ringan dan menyangkut salah satu aspek usaha saja. Status ini diberikan pada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kupedes selama lebih dari 60 hari hingga 90 hari. (3) Meragukan, terhambatnya pengembalian kredit diindikasikan dengan kemerosotan yang tajam dalam usahanya dan biasanya permasalahan yang terjadi mencakup berbagai aspek usaha. Status ini diberikan pada debitur yang menunggak selama lebih dari 90 hari hingga 120 hari. (4) Macet, status ini dikenakan kepada debitur yang tidak dapat membayar angsuran dan bunga kredit dalam jangka waktu yang lama antara lebih dari 120 hari hingga 270 hari. (5) Pengembalian kredit yang termasuk dalam datar hitam (DH) yaitu debitur yang benar-benar sudah tidak mampu membayar pelunasan kredit karena usahanya sudah bangkrut dan kemungkinan asetnya tidak dapat dicairkan ataut idak ada sama sekali dan batasan seorang nasabah dimasukkan ke dalam daftar hitam (DH) adalah ketika pelunasan kreditnya mengalami penundaan lebih dari 270 hari.

(22)

individu terdapat jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah tanggungan dan status dalam keluarga. Kedua adalah karakteristik usaha yaitu omset usaha, pengalaman usaha, pendapatan bersih. Karakteristik kredit juga diduga berpengaruh dengan faktor-faktor plafond pinjaman, jangka waktu pengembalian, frekuensi pengembalian, dan agunan. Semua faktor atau variabel diambil berdasarkan referensi dari berbagai sumber dan penelitian terdahulu:

1. Karakterisitik Individu

Jenis kelamin, wanita diduga memiliki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada pria karena diduga bahwa wanita memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit UMKM dibandingkan pria.

Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Semakin tinggi usia debitur maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam bertindak semakin baik dan kemampuan pengelolaan usaha semakin baik pula sehingga peluang penunggakan pengembalian kredit semakin kecil, dengan kata lain pengembalian kredit diharapkan lebih lancar.

Tingkat pendidikan diduga bepengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena berdasarkan penuturan dari pihak manajemen yang menangani kredit di BRI unit Ciampea, semakin tinggi tingkat pendidikan debiturmaka mereka akan semakin berani dalam melakukan penunggakan pengembalian kredit.

Status pernikahan dalam hal ini dibedakan atas dua yaitu menikah dan belum menikah. Debitur yang sudah menikah dianggap lebih berpeluang untuk melakukan penunggakan karena dianggap dengan menikah artinya tanggungan diri debitur semakin bertambah

Status dalam keluarga terbagi atas dua yaitu menjadi kepala keluarga ataupun menjadi anggota keluarga. Seseorang yang berada sebagai kepala kelurga lebih besar risikonya melakukan penunggakan karena dianggap sebagai orang yang memegang kendali keuangan keluarga dengan tanggungan yang ada.

Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari sehingga menghabiskan sejumlah besar proporsi pendapatannya. Hal ini menyebabkan adanya peluang ketidakmampuan debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak dalam pengembalian kredit. 2. Karakteristik Usaha

Omset usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar pendapatan usaha maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga semakin besar sehingga peluang pengembalian kredit secara lancar juga semakin besar pengembalian kredit.

(23)

13

Pendapatan bersih juga memiliki peluang berpengaruh positif karena tingginya pendapatan bersih akan menimbulkan peluang terjadinya penunggakan kredit oleh debitur semakin kecil.

3. Karakteristik kredit

Nilai plafon kredit diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai plafond kredit yang diterima maka angsuran dan bunga yang harus dibayar oleh debitur semakin tinggi sehingga akan memperbesar peluang debitur melakukan penunggakan pengembalian pinjaman.

Jangka waktu pengembalian kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit, asumsinya semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih cepat dengan besar pinjaman yang sama. Jadi semakin panjang jangka waktu pelunasan kredit maka semakin berpeluang bagi nasabah untuk mengembalikan kredit dengan baik/lancar.

Frekuensi peminjaman juga diduga berpengaruh positif dalam kelancaran pengembalian kredit karena debitur yang frekuensi peminjaman kreditnya lebih besar atau dengan kata lain semakin sering debitur memperoleh pinjaman kredit sebelumnya menunjukkan bahwa kredibilitas debitur lebih baik ddalam pengembalian angsuran kredit sehingga pihak bank juga lebih percaya dalam memberikan pinjaman kembali.

(24)

Gambar 4 Kerangka operasional penelitian. Evaluasi

Collateral Agunan

Condition of Economy Capacity

Jumlah

tanggungan

Omzet usaha

 Pendapatan bersih

 Pengalaman Usaha

 

Barat

Kredit UMKM

Permasalahan :

1. Tingkat NPL yang tinggi 2. Besarnya tunggakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM

Capital

Plafond

pinjaman

Frekuensi

pengembalian

Jangka Waktu

pengembalian

Character

Jenis

kelamin

Usia

Tingkat

pendidikan

Status dalam

(25)

15

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BRI Unit Ciampea, Kabupaten Bogor dan nasabah Kredit UMKM BRI unit Ciampea yang menjadi responden. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena BRI Unit Ciampea, Bogor merupakan salah satu lembaga keuangan perbankan yang aktif dalam menyalurkan Kredit UMKM kepada UMKM di bidang agribisnis. Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan daam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini merupakan para nasabah Kredit UMKM sektor agribisnis BRI unit Ciampea, Bogor yang masih aktif melakukan pinjaman hingga tahun 2012. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 41 orang responden dari keseluruhan populasi sebesar 406 orang. Data primer lainnya diperoleh dari hasil diskusi dengan para karyawan di BRI unit.

Data sekunder diperoleh dari data-data yang dimiliki BRI unit Ciampea, 2012 terkait data mengenai pinjaman yang dilakukan oleh anggota. Data-data pendukung lainnya diperoleh dari lembaga terkait seperti Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Pertanian, dan Bank Indonesia. Proses penelitian ini dimulai dengan penelusuran sumber data dari berbagai referensi yang relevan, dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi.

Populasi dan Sampel

Penentuan populasi dan sampel menjadi langkah awal dalam melakukan penelitian. Dalam menentukan sampel, terlebih dahulu peneliti harus mengetahui populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah nasabah BRI unit Ciampea, Bogor yang melakukan masih aktif melakukan peminjaman hingga tahun 2012. Jumlah populasi tersebut berjumlah 406 orang akan dijadikan sampel yang dianggap mewakili nasabah Kredit UMKM BRI dan telah memenuhi sebaran normal.

(26)

Metode penentuan sampel dilakukan secara stratifikasi acak (stratified random sampling) karena populasi yang tidak homogen. Untuk dapat menggambarkan populasi yang heterogen, maka harus dibuat lapisan (strata) yang seragam untuk mengklasifikasikan populasi sehingga dapat diambil sampel secara acak dari setiap strata tersebut.. Klasifikasi strata dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Data jumlah sampel berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis (n=41) Klasifikasi Sektor Agribisnis Jumlah Populasi Jumlah Sampel

Sektor Pertanian 56 56 x 41 / 406 6

Sektor Industri Rumah Tangga 20 20 x 41 / 4062

Sektor Perdagangan 330 330 x 41/ 40633

Total 406 41

Dari hasil klasifikasi sampel yang akan digunakan sebanyak 6 orang termasuk kedalam strata I dan 2 orang termasuk kedalam strata II dan 33 orang untuk strata III. Penentuan strata mengacu pada sektor usaha agribisnis debitur yang masih aktif melakukan peminjaman hingga 2012. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penentuan subsample pada setiap strata dengan perhitungan sebagai berikut (Nazir 2009):

N = Jumlah satuan elementer dalam populasi Nᵢ = Jumlah satuan elementer dalam strata ke-i n = Jumlah sampel keseluruhan

nᵢ = jumlah subsampel strata ke-i

Metode dan Analisis Data

Pengolahan data dalam analisis ini menggunakan perangkat digital komputer dengan aplikasi program software Microsoft Ecxel 2008 dan SPSS 18. Analisis data dilakukan dengan kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif. Analisis deskriptif pada penelitian ini akan menggambarkan bagaimana prosedur penyaluran Kredit Mikro BRI unit Ciampea, serta menjelaskan bagaimanakah karakteristik dari para nasabah (peminjam) BRI Unit Ciampea. Untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan akan dikaji menggunakan model analisis Regresi Logistik (LOGIT) sehingga dapat diketahui variable-variabel prediktor (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status dalam keluarga, jumlah tanggungan dalam keluarga, pengalaman usaha, omzet, plafon kredit, frekuensi pinjaman kredit, jangka waktu pengembalian, Agunan, pendapatan bersih) yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap keberhasilan pengembalian kredit UMKM BRI unit Ciampea sebagai variable respon.

Estimasi Model Regresi Logistik

(27)

17

Y = 0 ; untuk pembiayaan lancar Y = 1 ; untuk pembiayaan tidak lancar

Estimasi model regresi logistic menurut Sharma (1996):

Logity= o .

Keterangan:

Logity = variable respon, dimana: p : peluang terjadinya Y = 1 X = Status dalam keluarga, Variabel dummy (0= Kepala keluarga, 1=

Bukan kepala keluarga) X = Frekuensi peminjaman kredit (kali) X = Agunan ( 1= Ada, 0= Tidak ada) Uji Kelayakan Model

Pengujian terhadap kelayakan menggunakan statistik G yang merupakan nisbah kemungkinan makasimum untuk mengetahui peran variable-variabel prediktor dalam model secara simultan atau bersama-sama. Rumus uji G adalah sebagai berikut:

฀

0 = fungsi kemungkinan maksimum tanpa peubah penjelas

฀

l

1 = fungsi kemungkinan maksimum dengan peubah penjelas

(28)

Jika nilai G 2 atau p-value dari statistic G lebih kecil dari taraf nyata (  = 0,10) maka keputusannya adalah menolak , artinya setidak-tidaknya ada satu variabel prediktor yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.

Uji Signifikansi Variabel Prediktor

Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variable prediktor secara individu dilakukan dengan uji Wald (W), dengan menggunakan rumus:

W =

 = koefisien variable prediktor ke-k Hipotesis: , artinya variabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara nyata terhadap variabel respon.

Definisi Operasional

1. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Pada penilitian ini nasabah yang dimaksud adalah nasabah dengan jenis usaha di bidang agribisnis pengguna Kredit UMKM di BRI unit Ciampea

2. Usia yaitu umur nasabah (responden) sejak lahir hingga proses wawancara dilakukan.

3. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin nasabah penerima pembiayaan (1=wanita, 0=pria)

4. Tingkat Pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal terakhir yang diperoleh debitur, diukur berdasarkan lamanya pendidikan yang dijalani dalam satuan tahun.

5. Status dalam keluarga yaitu posisi nasabah dalam keluarga ( kepala keluarga = 1, anggota keluarga = 1)

6. Jumlah tanggungan keluarga yaitu banyaknya orang yang masih dibiayai hidupnya oleh debitur dalam keluarganya (termasuk debitur sendiri), dihitung dalam satuan orang.

7. Pengalaman usaha yaitu lama usaha yang digeluti nasabah, diukur dalam satuan tahun.

8. Omset usaha yaitu jumlah penerimaan kotor rata-rata per bulan dari hasil usaha debitur yang tercatat dalam dokumen permohonan kredit, dihitung dalam satuan rupiah.

(29)

19

10. Frekuensi peminjaman kredit yaitu berapa kali debitur telah memperoleh pinjaman kredit UMKM di BRI unit Ciampea

11. Jangka waktu pengembalian yaitu berapa lama pengembalian kredit yang telah disepakati dalam perjanjian, di ukur dalam satuan bulan.

12. Nilai Agunan adalah kekayaan atau surat berharga lainnya yang diserahkan ke bank sebgai jaminan kredit, diukur dalam satuan rupiah

13. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang dihasilkan oleh nasabah dari hasil usaha setelah dikurangi biaya usaha diukur dalam satuan rupiah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea Persyaratan Awal

Calon nasabah yang ingin mengajukan kredit bisa mendatangi BRI unit yang diinginkan dengan membawa beberapa kelengkapan identitas diri, yaitu :

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (suami-istri bila sudah menukah) 2. Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

3. Pas Foto (4X6) sebanyak 1 lembar

4. Surat keterangan usaha dari kecamatan dan kelurahan

5. Agunan (KUR tidak diwajibkan menggunakan agunan akan tetapi tidak menutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan atau agunan ringan)

6. Minimal usaha yang dilakukan telah berjalan selama 6 bulan, dan 7. Foto usaha yang ingin diberikan pinjaman oleh bank

Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu penge,balian kredit UMKM sesuai dengan kemampuannya berdasarkan prosedur kredit yang berlaku. Pendaftaran

Kelengkapan yang diminta bila sudah dipenuhi, maka akan dilakukan proses pendaftaran. Apabila nasabah merupakan calon peminjam kredit, Customer Service

bertugas melengkapi form pengajuan kredit yang dibutuhkan sebelum proses penilaian Mantri. Customer Service juga akan memeriksa apakah calon nasabah tersebut belum atau sudah pernah melakukan pinjaman di tempat lain (baik pinjaman uang ataupun cicilan motor) dan memastikan apakah pinjaman di tempat lain tersebut tidak ada penunggakan. Hal ini dapat dilakukan melalui BI Checking.

Kaunit akan memeriksa kelengkapan persyaratan yang diperlukan dan berkas pengajuan yang telah diperiksa oleh Customer Service. Sebelum memutuskan permohonan, Kaunit harus menugaskan Mantri atau Kaunit sendiri yang melakukan pemeriksaan kebenaran laporan usaha yang diberikan oleh calon debitur dengan tujuan lebih mengenal karakter nasabah dan usaha yang dijalankan

Pemeriksaan terhadap Usaha Nasabah

Prinsip 6C (Capital, Character, Collateral, Capacity, Condition, Constraint)

(30)

dan mewawancarai orang-orang yang tepat guna mendapatkan data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis usaha calon nasabah.

Pemeriksaan terhadap usaha nasabah dapat dibagi atas aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek manajemen aspek hukum, dan aspek social ekonomi.

Pencairan Kredit oleh Bank

Pencairan kredit akan dilakukan oleh pihak bank setelah nasabah memenuhi berbagai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian kredit dan ditandatangfani oleh kedua belah pihak yang disahkan notaris. Pencairan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung dikirim ke rekening nasabah ataupun dikirim ke rekening perusahaan yang menjadi rekan nasabah

Pembinaan dan Pengawasan Nasabah

Kelancaran dalam pembayaran pinjaman merupakan hal yang sangat diinginkan oleh bank terhadap seluruh nasabah yang melakukan pinjaman kredit UMKM. Pembinaan dan pengawasan terhadap nasabah diharapkan dapat mengurangi risikoterjadinya tunggakan dalam pembayaran angsuran.

Pelunasan Kredit oleh Nasabah

Tahap pelunasan kredit yang ideal adalah dimana nasabah dapat memnuhhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam perjanjian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.

Penambahan Kredit

Nasabah yang mampu melunasi kredit dengan baik dan usahanya berjalan dengan baik akn diberi kesempatan untuk mendapatkan kredit tambahan. Proses seleksi dan analisis untuk mendapatkan kredit akan diulangi kembali dengan lebih mudah.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit UMKM Penilaian Model Kredit UMKM

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit UMKM di BRI Unit Ciampea meliputi beberapa variable independent yang dibedakan atas tiga karakteristik yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha, serta karakteristik kredit. Karakteristik individu terdapat jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah tanggungan dan status dalam keluarga. Kedua adalah karakteristik usaha yaitu omset usaha, pengalaman usaha, pendapatan bersih. Karakteristik kredit juga diduga berpengaruh dengan faktor-faktor plafond pinjaman, jangka waktu pengembalian, frekuensi pengembalian, dan agunan. Variabel yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan, yaitu apakah nasabah mengembalikan dengan lancar (Y=0) atau nasabah yang mengembalikan pinjaman secara menunggak (Y=1).

(31)

21

Tabel 7 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table

Observed

Predicted

Lancar Percentage

Correct

Lancar Tidak Lancar

Step 1 Lancar Lancar 10 6 62.5

Tidak Lancar 4 21 84.0

Overall Percentage 75.6

Step 10 Lancar Lancar 7 9 43.8

Tidak Lancar 5 20 80,0

Overall Percentage 65.9

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa model regresi logistik yang digunakan cukup baik, karena mampu menebak dengan benar 65.9% kondisi yang terjadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel – variabel tersebut dapat dijelaskan dengan model.

Tabel 8 Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Omnibus Tests of Model Coefficeints dengan Metode Enter

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 14.641 15 ,478

Block 14.641 15 ,478

Model 14.641 15 ,478

Step 10a

Step -1.102 1 ,294

Block 10.757 5 ,056

Model 10.757 5 ,056

Berdasarkan Tabel 8, omnibus tests of model coefficients yang menggunakan tolak H0 jika p-value model  < 0.10. Pada output di atas terlihat p-value model lebih kecil dari nilai taraf nyata  < 0.10 (0.056 < 0.10) berarti tolak H0. Hal ini berarti bahwa minimal ada satu dari 13 variabel independent yang diamati berpengaruh terhadap variabel dependent.

Tabel 9 Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 5.650 8 .686

10 5.399 8 .714

(32)

Tabel 10 merupakan tabel dugaan parameter regeresi logistik biner berdasarkan

variables in the equation yang berfungsi untuk melihat variabel independent mana yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependent. Hasil dari penelitian dengan menggunakan metode ini menunjukkan bahwa variabel independent yang berpengarauh nyata adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan agunan karena nilai koefisien signifikansinya lebih kecil daripada taraf nyata 0.10 yaitu untuk tingkat pendidikan (X3) 0.078 < 0.10, jumlah tanggunan (X5) 0.022 < 0.10, dan agunan (X13) 0.097 < 0.10. Masing-masing variabel independent memberikan peluang yang berbeda terhadap pola pengembalian kredit. Besarnya peluang dapat diketahui dengan dengan mengintepretasikan nilai odds ratio pada masing-masing variabel independent dan besarnya arah dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien (B)

Tabel 10 Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Variables in the Equation

Jumlah Tanggungan 1.097 ,044 2.996

Jenis Usaha ,761

Frekuensi Pengembalian -,190 ,409 ,827

Agunan -1.280 ,207 ,278

Step 10a

Tingkat Pendidikan ,195

Tingkat Pendidikan SD -1.336 ,207 ,263

Tingkat Pendidikan SMP -1.741 ,078 ,175

Jumlah Tanggungan 1.125 ,022 3.079

Lama Usaha ,097 ,199 1.102

Agunan -1.531 ,097 ,216

(33)

23

3.079 kalinya dibandingkan terjadinya kelancaran sesuai dengan arah B yang positif artinya semakin banyak jumlah tanggungan maka pelung ketidaklancaran semakin tinggi. Variabel Agunan juga memiliki peluang terjadinya ketidaklancaran pada seseorang yang beragunan adalah 0.216 kalinya dibandingkan yang tidak beragunan. Sama halnya dengan tingkat pendidikan arah koefisien B pada variabel ini menunjukkan arah yang negatif yang artinya semakin tinggi agunan maka akan mengurangi peluang terjadinya pembayaran yang tidak lancar. Selain ketiga variabel independent tersebut, kesepuluh variabel independent lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian Kredit UMKM di BRI Unit Ciampea, Bogor.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit UMKM

Variabel Usia (X1)

Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena penambahan usia dianggap sejalan dengan meningkatnya rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi usia debitur maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam bertindak semakin baik dan kemampuan pengelolaan usaha semakin baik pula. Pada tingkatan usia yang tinggi dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam melakukan pengembalian kredit UMKM .

Koefisien variabel usia debitur kredit UMKM dari hasil regresi logistik adalah negatif. Artinya semakin bertambahnya usia debitur maka diduga semakin kecil juga peluang debitur untuk melakukan penunggakan pembayar kredit UMKM. Hasil ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini, dimana usia berpengaruh posited terhadap kelancaran pengembalian kredit karena penambahan usia dianggap sejalan dengan meningkatnya rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang. Variabel usia ini juga tidak signifikan karena p-value lebih besar pada taraf nyata () 10%.

Berdasarkan tabel 10, variabel usia memiliki nilai odds ratio (exp (B)) sebesar 0.972 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan usia debitur satu tahun akan menyebabkan kenaikan peluang ketidaklancaran pengembalian kredit UMKM sebesar 0.972 kali dari sebelum penambahan usia. Artinya, semakin bertambah usia seorang debitur maka memiliki peluang yang lebih kecil untuk melakukan penunggakan pembayaran kredit UMKM. Kesimpulan ini juga didukung oleh hasil perhitungan proporsi responden debitur lancar dan menunggak, bahwa pada kisaran usia di bwah 40 tahun proporsi terbesar dalam melakukan penunggakan yaitu 35% dari seluruh proporsi debitur kredit UMKM.

Jenis Kelamin (X2)

Wanita diduga memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit UMKM dibandingkan pria. Diduga bahwa perilaku pengembalian Kredit UMKM baik lancar maupun menunggak berkaitan dengan perbedaan gender. Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit UMKM. Lubis AM (2009) melalui penelitiannya menyatakan bahwa debitur wanita berpeluang lebih melakukan penunggakan dibandingkan pria.

(34)

lancar yang lebih besar dibandingkan pria (wanita=0 dan pria=1) . Namun hasil koefisien B menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak signifikan karena p-value lebih besar dari taraf nyata () 10%.

Nilai koefisien B dari variabel ini adalah 8.089E7 artinya peluang wanita untuk melakukan pembayaran tidak lancar adalah 8.089E7 kali peluangnya debitur pria. Hal ini sesuai dengan identifikasi pada jumlah proporsi debitur yang menyatakan bahwa debitur wanita proporsinya lebih banyak yang melakukan penunggakan kredit UMKM di BRI unit Ciampea dibandingkan dengan proporsi debitur pria.

Tingkat Pendidikan (X3)

Tingkat pendidikan seseorang diduga mampu membedakan rasa tanggung jawab dan disiplin seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dianggap semakin tinggi juga rasa tanggung jawab dan disiplin seseorang. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat kelancaran pembayaran kredit debitur. Tingkat pendidikan debitur yang semakin tinggi diharapkan debitur tersebut memiliki tanggung jawab dan rasa disiplin yang lebih tinggi terhadap pengembalian kreditnya.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel 10, terlihat bahwa arah koefisien B bernilai negatif. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang debitur maka peluang ketidaklancarannya dalam pembayaran angsuran kredit dan bunganya akan semakin kecil. Variabel ini juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM karena p-value lebih kecil dari taraf nyata () 10% yaitu 0.078 < 0.10.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM pada BRI unit Ciampea dengan arah koefisien yang negatif. Dimana artinya peluang terjadinya ketidaklancaran pada seseorang yang berpendidikan SMP adalah 0,175 kalinya dibandingkan yang berpendidikan SMA. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seorang debitur maka peluang ketidaklancarannya juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan analisis manjerial Bank BRI unit Ciampea, Bogor bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga keahliannya dalam melakukan penghindaran pembayaran kredit UMKM. Namun, pihak bank masih harus tetap memberikan pengawasan terhadap debitur yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah walaupun dari hasil analisis menunjukkan peluang terjadinya penunggakan pada debitur tingkat pendidikan ini lebih kecil.

Status dalam Rumah Tangga (X4)

Status dalam keluarga terbagi atas dua yaitu menjadi kepala keluarga ataupun menjadi anggota keluarga. Seseorang yang berada sebagai kepala keluarga dianggap sebagai orang yang memegang kendali keuangan keluarga dengan tanggungan yang ada. Hipotesis sementara pada penelitian ini menyatakan bahwa kepala keluarga dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pembayaran kredit UMKM.

(35)

25

tangga melakukan pengembalian secara lancar ataupun menunggak tidak juga berbeda. Artinya, pengembalian kredit dengan lancar ataupun menunggak tidak dapat dibedakan oleh status dalam rumah tangga.

Jumlah Tanggungan Keluarga (X5)

Jumlah tanggungan dalam sebuah keluarga sangat berpengaruh terhadap pengeluaran debitur. Diasumsikan bahwa seseorang dengan jumlah tanggungan yang lebih banyak maka kebutuhan dalam keluarga tersebut juga akan semakin bertambah dan ini akan mempengaruhi pengeluaran orang tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengembalikan kewajiban angsuran pinjaman beserta bunganya.

Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa koefisien B bernilai positif . Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga seorang debitur maka peluang terjadi ketidaklancarannya juga semakin besar. Variabel ini juga memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM karena p-value lebih besar dari taraf nyata () 10%

Nilai koefisen B sebesar 3.097 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan jumlah tanggungan keluarga sebanyak satu orang maka akan menyebabkan kenaikan peluang menunggak pengembalian kredit UMKM sebesar 3.079 kali dari sebelum penambahan jumlah tanggungan keluarga. Artinya, debitur kredit UMKM yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak memiliki peluang yanglebih besar dalam pengembalian kredit secara menunggak. Kesimpulan, ini didukung hasil analisis deskriptif hasil perhitungan proporsi responden debitur lancar dan menunggak, bahwa jumlah tanggungan keluarga lebih dua memiliki proporsi yang lebih besar dalam melakukan penunggakan.

Jenis Usaha (X6)

Jenis Usaha diduga bepengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit UMKM karean setiap jenis usaha memiliki risiko yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi usaha dalam penghasilan usahanya yang nantinya digunakan untuk pengembalian pinjamannya. Dimana semua usaha yang diteliti dalam skripsi hanya yang bergerak dibidang agribisnis yaitu pertanian, industri rumah tangga, perdagangan.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel 10. diketahui bahwa koefisien B jenis usaha bernilai negatif dimana artinya peluang debitur dengan jenis usaha perdagangan (0) lebih kecil dibandingkan industri rumah tangga (2) dan pertanian (1). Namun pengaruh variabel ini tidak signifikan karena odds ratio lebih besar dari 10%. Nilai odds ratio sebesar nol dapat diartikan bahwa jenis usaha perdagangan dengan industri rumah tangga dan pertanian memiliki peluang yang sama dalam pengembalian kredit UMKM baik secara lancar ataupun menunggak. Artinya, pengembalian kredit dengan lancar ataupun menunggak tidak dapat dibedakan oleh jenis usaha

Pengalaman Usaha (X7)

(36)

peluang keberhasilan usahanya juga akan semakin besar sehingga dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit UMKM.

Koefisien B pada analisis regresi logistik menunjukkan arah yang positif. Dimana arah yang positif ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pengalaman usaha seorang debitur maka semakin tinggi tingkat ketidaklancaran pengembalian kredit. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yag menyatakan bahwa semakin tinggi pengalaman usaha seseorang maka peluang kelancaran pengembalian kredit UMKMnya semakin tinggi juga. Variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM karena nila odds rationya lebih dari taraf nyata () 10% yaitu 1.102

Nilai odds ratio sebesar 1.102 berarti bahwa setiap pertambahan satu tahun usia pengalaman usaha maka akan memiliki peluang 1.102 kali dalam pengembalian secara tidak lancar dari sebelum penambahan usia berjalan. Artinya semakin lama pengalaman usaha seorang debitur maka peluang terjadinya pengembalian kredit UMKM secara menunggak juga meningkat.

Omset Usaha per Bulan (X8)

Omset Usaha merupakan penghasilan kotor yang didapatkan seseorang dari usahanya. Omset ini merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku usaha, diduga semakin tinggi omset usaha seseorang maka semakin tinggi kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Tingginya omset seorang debitur diduga kemampuannya dalam pengembalian kredit UMKM secara lancar juga lebih baik.

Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa koefisien B bernilai negatif yang artinya semakin tinggi omset seorang pelaku usaha maka peluang untuk melakukan penunggakan pembayaran kredit UMKM semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin tinggi omset usaha per bulan seseorang maka diduga debitur tersebut melakukan pengembalian pinjaman lebih baik. Namun variabel ini tidak mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit secara signifikan karena odds ratio nya melebihi taraf nyata () 10 %.

Nilai odds ratio omset usaha per bulan adalah sebesar 0.987 yaitu artinya adalah setiap penambahan jumlah omset usaha per bulan sebanyak satu rupiah maka akan menaikkan peluang pembayaran secara tidak lancar sebanyak 0.987 kali. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi omset usaha per bulan seorang debitur maka semakin baik dia melakukan pengembalian pinjamannya. Hal ini sesuai dengan hasi analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa jumlah responden yang paling banyak menunggak ada pada kategori debitur yang memiliki omset usaha per bulannya rendah yaitu Rp1 000 000 – Rp10 000 000 dan Rp20 000 001 – Rp30 000 000 yaitu masing-masing 12% dari jumlah responden yang ada.

Pendapatan Bersih per Bulan (X9)

(37)

27

Hasil analisis regresi logistik menghasilkan koefisien B memiliki arah positif, artinya semakin tinggi pendapatan bersih seorang debitur maka peluang terjadi ketidaklancaran pembayaran kredit UMKMnya pun semakin besar. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakn semakin besar pendapatan bersih seseorang maka peluang pembyaran tidak lancaranya menurun. Variabel ini juga tidak signifikan karena odds rationya lebih beasar daripada taraf nyata () 10%.

Odds ratio pendapatan bersih per bulan adalah senilai 1.012 yang artinya setiap penambahan jumlah pendapatan bersih per bulan sebanyak satu rupiah maka akan menaikkan peluang pembayaran secara tidak lancar sebanyak 1.012 kali. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan bersih usaha per bulan seorang debitur maka semakin besar peluang melakukan penunggakan pengembalian pinjamannya.

Hal ini tidak sesuai dengan proporsi pembayaran debitur yang menyatakan bahwa kelompok debitur dengan penghasilan di atas Rp7 000 000 memiliki proporsi terbesar dalam pembayaran secara lancar dan proporsi paling kecil dalam kelompok debitur yang melakukan pembayaran menunggak.

Plafon Pinjaman (X10)

Plafond pinjaman merupakan jumlah pinjaman atau kredit yang diberikan pihak bank kepada debitur. Besaranya nilai plafon diduga mempengaruhi kelancaran debitur dalam melakukan pembayaran pinjamannya. Diduga semakin besar jumlah plafon pinjamannya maka semakin besar peluang untuk melakukan penuggakan pembayaran kredit dikarenakan semakin besar angsuran yang harus dibayarkan maka tanggung jawab pengembalian kreditnya juga semakin besar.

Koefisien B nilai plafon pinjaman pada analisis regresi logistik menujukkan arah yang positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini yang menyatakan nilai plafon pinjaman berpengaruh positif terhadapa kelancaran pembayaran kredit UMKM yaitu semakin besar jumlah plafon pinjaman yang didapatkan maka semakin besar peluang untuk terjadinya ketidaklancaran pembayaran kredit UMKM. Namun, Variabel ini tidak signifikan karena koefisien exp(B) nya bernilai lebih dari taraf nyata () 10%. Sehingga, dapat diartikan bahwa plafon pinjaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM.

Variabel nilai plafon pinjaman memiliki nilai koefisien exp (B) sebesar 1.078 yang artinya setiap kenaikan nilai plafon pinjaman satu rupiah maka akan menyebabkan kenaikan peluang ketidaklancaran pembayaran kredit UMKM sebesar 1.078 kali dari sebelum penambahan nilai plafon kredit. Hal ini tidak dapat dijelaskan pada analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa plafon pinjaman tidak dapat dijadikan pembeda untuk karakteristik debitur yang melakukan pembayaran secara lancar ataupun tidak lancar.

Jangka Waktu Pengembalian (X11)

Jangka waktu pengembalian kredit adalah waktu yang diberikan kepada debitur untuk melakukan pelunasan pinjaman yang didapat dari bank yang termasuk di dalamnya pembayaran pokok pinjaman beserta bunga pinjaman. Jangka waktu pengembalian diduga memiliki pengaruh dalam kelancaran pengembalian kredit UMKM. Semakin lama jangka waktu pengembalian yang diberikan diharapkan memperingan tanggung jawab debitur dalam membayar seluruh pinjamannya.

(38)

maka peluang untuk melakukan penunggakan pembayaran kreditnya juga menurun. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini. Namun, odds ratio yang di dapatkan untuk variabel ini menunjukkan tidak signifikan karena nilainya lebih besar dari taraf nyata () 10%.

Berdasarkan tabel 23 variabel jangka waktu pengembalian kredit memiliki nilai odds ratio sebesar 0.954 artinya setiap bertambahnya jangka waktu pengembalian kredit satu bulan akan menyebabkan ketidaklancaran pengembalian pinjaman sebesar 0.954 kali dari sebelum penambahan jangka waktu pengembalian.

Frekuensi Pengembalian (X12)

Frekuensi seorang nasabah melakukan peminjaman kepada bank yang lebih banyak artinya semakin banyak juga nasabah tersebut melakukan pelunasan pinjamannya. Sehingga peluang pengembalian kredit UMKM berikutnya diduga akan lebih besar peluang lancarnya.

Koefisien variabel frekuensi peminjaman kredit dari hasi regresi logistik adalah negatif. Artinya semakin sering seorang debitur melakukan peminjaman kepada kreditur maka peluang melakukan ketidaklancaran kreditnya juga semakin berkurang. Namun, variabel frekuensi peminjaman krdit ini tidak signifikan karena koefisien exp (B) memiliki nilai yang lebih besar dari taraf nyata () 10%.

Hasil analisis regresi logistik meunjukkan variabel frekuensi pengembalian memiliki nilai koefisien exp (B) sebesar 0.827 artinya setiap frekuensi peminjaman kredit satu kali akan menyebabkan kenaikan peluang ketidaklancaran sebesar 0.827 kali dari sebelum penambahan frekuensi pengembalian kredit UMKM.

Agunan (X13)

Agunan merupakan benda berharga yang dijadikan jaminan oleh pihak bank ketika debitur melakukan penunggakan pembayaran kredit. Hal ini mendorong debitur untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar sebelum jatuh tempo, sehingga diharapkan dengan adanya agunan akan menurunkan peluang pembayaran tidak lancar oleh debitur.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel 10 dapat dilihat arah keofisien b variabel ini adalah negatif yang artinya adanya agunan akan menurunkan peluang terjadinya ketidaklacancaran pembayaran pinjaman . Hal ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini dimana agunan merupakan variabel dummy yang terdiri atas D=1 adalah dengan agunan dan D=0 adalah tanpa agunan. Variabel ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran pembayaran kredit UMKM karean nilai koefisin exp (B) nya lebih kecil daripada taraf nyata () 10%

Gambar

Tabel 1  Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun  2010- 2011
Tabel 2  Perkembangan nilai produk domestik bruto (PDB) UMKM menurut skala usaha tahun 2011-2011 atas dasar harga konstan 2000
Tabel 4  Penyedia kredit UMKM tahun 2011
Tabel 5 Penelitian terdahulu faktor- faktor tingkat pengembalian kredit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

Terbentuknya zona bening di sekitar kertas cakram menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji yaitu Salmonella typhi berpengaruh terhadap

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh