• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

F

UNI

SKRIPSI

Oleh Afriani Purba

111101081

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014/2015

(2)
(3)
(4)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Kanker serviks menempati urutan ke-4 terbanyak dari seluruh kanker yang terjadi pada wanita dengan penyebab terbanyaknya adalah karena terinveksi virus HPV, merokok, melakukan seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan seksual. Remaja puteri merupakan fokus penting untuk dilakukan penelitian tentang kanker serviks karena masa remaja beresiko tinggi terkena kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode pengambilan sampel Accidental Samplig yaitu dengan jumlah responden 81 dari jumlah populasi 436 siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks mayoritas baik sebanyak 46 responden (56,8%), sedangkan sikap remaja puteri tentang kanker serviks berada pada kategori positif yaitu sebanyak 79 responden (97,5%). Hasil penelitian ini didapatkan data bahwa mayoritas remaja puteri memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kanker serviks, meskipun demikian diharapkan kepada sekolah agar bekerja sama dengan PIKRR (Pusat Konsultasi Reproduksi Remaja) untuk lebih aktif meningkatkan kegiatan sekolah seperti penyuluhan kesehatan tentang kanker serviks untuk meningkatkan pengetahuan remaja puteri dan mencegah terjadinya angka kejadian kanker serviks.

(5)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Cervical cancer is in the fourth position of the most cancers experienced by women. The major causes are because they are infected by HPV, smoke, commit sexual intercourses at early ages and change mates. Research on cervical cancer to adolescent girls is important because they have the high risk to suffer from. The objective of this research is to identify the knowledge and attitude of adolescent girls toward cervical cancer in SMA Negeri 2, Pematangsiantar. This research uses a descriptive method and an accidental sampling method, namely 81 respondents out of 436 female students. The result of research shows 46 respondents (56.8%) have a good knowledge, 79 respondents (97.5%) have a positive attitude. From this result, it is found out that most adolescent girls have good knowledge and positive attitude about cervical cancer. However, it is expected that the school work together with PIKRR (Juvenile Reproduction Consultation Center), be more active to increase school activities, such as health counseling on cervical cancer to improve the adolescent girls’ knowledge and prevent from the rate of cervical cancer which occurs.

(6)

untuk segala berkat dan penyertaan yang senantiasa diberikan kepada penulis

sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan

dan Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2

Pematangsiantar” dengan baik. Skripsi ini merupakan kegiatan sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan,

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini,

memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama

kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku

Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

2. Ibu Nur Asiah S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat kepada penulis

terhadap proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Nurbaiti, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen penguji I dan Ibu

Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji II yang telah

(7)

dan guru-guru yang telah bersedia membantu selama proses

penelitian.

6. Seluruh siswi di SMA Negeri 2 Pematangsiantar yang telah bersedia

menjadi responden dan membantu selama proses penelitian.

7. Kepada ayahanda penulis J.I.P Purba, Ibunda R. Saragih dan abangda

Jimmy Purba yang selalu memberikan semangat, dorongan, dukungan,

serta perhatian kepada penulis.

8. Kepada sahabat serta teman-teman penulis yang selalu memberikan

semangat, dorongan, dukungan, serta perhatian kepada penulis.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

memerlukan penyempurnaan baik dalam penulisan, serta isi pada skripsi ini. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar

penulisan skripsi ini dimasa yang akan datang dapat lebih baik dan bermanfaat.

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juli 2015

(8)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengetahuan ... 6

2.1.1 Pengertian pengetahuan ... 6

2.1.2 Jenis pengetahuan ... 6

2.1.3 Proses adopsi perilaku ... 7

2.1.4 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif ... 8

2.1.5 Pengukuran tingkat pengetahuan ... 10

2.2 Sikap ... 11

2.2.1 Pengertian sikap ... 11

2.2.2 Komponen pokok sikap ... 11

2.2.3 Berbagai tingkatan sikap ... 12

2.3.4 Pengukuran sikap ... 13

2.3 Remaja ... 14

(9)

2.4.4 Deteksi dini kanker serviks ... 18

2.4.5 Stadium kanker serviks ... 19

2.4.6 Pencegahan kanker serviks ... 21

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN... 24

3.1 Kerangka penelitian ... 24

3.2 Defenisi Operasional ... 25

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

4.1 Desain penelitian ... 26

4.2 Populasi dan sampel ... 26

4.3 Tempat dan waktu penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan etik ... 28

4.5 Instrument penelitian ... 29

4.6 Uji validitas dan uji reliabilitas ... 30

4.7 Pengumpulan data ... 31

4.8 Analisa data ... 32

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

5.1. Hasil penelitian ... 34

5.1.1. Karakterisik responden ... 34

5.1.2. Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks 35 5.1.3. Sikap remaja puteri tentang kanker serviks ... 36

5.2. Pembahasan... 36

5.2.1. Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks 36 5.2.2. Sikap remaja puteri tentang kanker serviks ... 39

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 42

6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Saran ... 42

(10)

Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 ... 20

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Skala Ukur,

dan Hasil ukur ... 25

Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan proporsi remaja puteri SMA

Negeri 2 Pematangsiantar ... 28

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi Karakteristik Remaja Puteri tentang

Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar... 35

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang

Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar... 35

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Puteri tentang Kanker

(11)

Skema 3.1. Kerangka penelitian pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang

(12)

IARC :International Agency for Research on Cancer

SMA : Sekolah Menengah Atas

SEARO :South-East Asia Region

WHO :World Health Organization

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

AIDS :Acquired Immune Deficiency Syndrome

HIV :Human Immunodeficiency Virus

IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat

DNA :Deoxyribo Nucleic Acid

FIGO :International Federation of Gynaecology and Obstetrics

(13)

Lampiran 2. Lembar persetujuan menjadi subjek penelitian ... 50

Lampiran 3. Kuesioner penelitian ... 51

Lampiran 4. Lembar bukti bimbingan ... 56

Lampiran 5. Daftar Riwayat hidup ... 58

Lampiran 6. Jadwal tentatif penelitian ... 59

Lampiran 7. Taksasi dana ... 60

Lampiran 8. Tabel uji reliabilitas ... 61

Lampiran 9. Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 63

Lampiran 10. Distribusi frekuensi pengetahuan responden... 65

Lampiran 11. Distribusi frekuensi pengetahuan responden per item kuesioner ... 66

Lampiran 12. Distribusi frekuensi jawaban pengetahuan responden .... 71

Lampiran 13. Distribusi frekuensi sikap responden... 72

Lampiran 14. Distribusi frekuensi sikap responden per item kuesioner... 73

Lampiran 15. Distribusi frekuensi jawaban sikap responden ... 77

Lampiran 16. Tabel Master Data ... 78

Lampiran 17. Lembar uji validitas ... 82

Lampiran 18. Surat etik penelitian ... 85

Lampiran 19. Surat izin uji reliabilitas... 86

Lampiran 20. Surat bukti uji reliabilitas ... 87

Lampiran 21. Surat izin pengambilan data ... 88

Lampiran 22. Surat bukti pengambilan data ... 89

(14)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Kanker serviks menempati urutan ke-4 terbanyak dari seluruh kanker yang terjadi pada wanita dengan penyebab terbanyaknya adalah karena terinveksi virus HPV, merokok, melakukan seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan seksual. Remaja puteri merupakan fokus penting untuk dilakukan penelitian tentang kanker serviks karena masa remaja beresiko tinggi terkena kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode pengambilan sampel Accidental Samplig yaitu dengan jumlah responden 81 dari jumlah populasi 436 siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks mayoritas baik sebanyak 46 responden (56,8%), sedangkan sikap remaja puteri tentang kanker serviks berada pada kategori positif yaitu sebanyak 79 responden (97,5%). Hasil penelitian ini didapatkan data bahwa mayoritas remaja puteri memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kanker serviks, meskipun demikian diharapkan kepada sekolah agar bekerja sama dengan PIKRR (Pusat Konsultasi Reproduksi Remaja) untuk lebih aktif meningkatkan kegiatan sekolah seperti penyuluhan kesehatan tentang kanker serviks untuk meningkatkan pengetahuan remaja puteri dan mencegah terjadinya angka kejadian kanker serviks.

(15)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Cervical cancer is in the fourth position of the most cancers experienced by women. The major causes are because they are infected by HPV, smoke, commit sexual intercourses at early ages and change mates. Research on cervical cancer to adolescent girls is important because they have the high risk to suffer from. The objective of this research is to identify the knowledge and attitude of adolescent girls toward cervical cancer in SMA Negeri 2, Pematangsiantar. This research uses a descriptive method and an accidental sampling method, namely 81 respondents out of 436 female students. The result of research shows 46 respondents (56.8%) have a good knowledge, 79 respondents (97.5%) have a positive attitude. From this result, it is found out that most adolescent girls have good knowledge and positive attitude about cervical cancer. However, it is expected that the school work together with PIKRR (Juvenile Reproduction Consultation Center), be more active to increase school activities, such as health counseling on cervical cancer to improve the adolescent girls’ knowledge and prevent from the rate of cervical cancer which occurs.

(16)

1.1. Latar Belakang

Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi

remaja (adolescent) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) periode usia

antara 10 sampai 19 tahun. Erikson (dalam Kusmiran, 2011) berpendapat bahwa

untuk menjadi dewasa, remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha

untuk mencari identitas diri (search for self-identity).

Selama proses pencarian jati diri, remaja sering memanifestasikan perilaku

yang mengandung risiko dan berdampak negatif bagi dirinya seperti terjadinya

kasus yang berhubungan dengan penyimpangan perilaku seksual (Maolinda,

2012). Masalah seksual pada remaja saat ini adalah kehamilan remaja,

penyalahgunaan seksual, kehamilan diluar nikah, penyalahgunaan dan

ketergantungan napza, yang dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS melalui

jarum suntik dan melalui hubungan seksual (Pinem, 2009). Sahara (2006 dalam

Maolinda, 2012) menyebutkan bahwa masalah kesehatan seksual pada remaja

terjadi akibat minimnya pengetahuan dan bimbingan tentang kesehatan reproduksi

bagi remaja.

Remaja berusia sebelum 18 tahun yang telah berhubungan seksual akan

berisiko terkena kanker serviks 5 kali lipat (Rasjidi, 2008). Diananda (2009)

menegaskan bahwa remaja berusia dibawah 16 tahun yang sudah melakukan

(17)

terjadinya kanker serviks adalah karena terinveksi virus HPV, merokok,

melakukan seks pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, sistem

kekebalannya terganggu, serta penggunaan pil KB juga merupakan penyebab

terjadinya kanker serviks (Dewi, 2010).

WHO memperkirakan angka kematian akibat kanker serviks akan

meningkat sampai 25% untuk 10 tahun kedepan. Keterlambatan diagnosis pada

stadium lanjut serta keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang

rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis

histopologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari

penderita (Rasjidi dan Henri, 2007).

Menurut data dari Globocan dalamInternational Agency for Research on

Cancer(IARC) tahun 2012, kanker serviks menempati urutan ke-4 terbanyak dari

seluruh kanker yang terjadi pada wanita dengan angka kejadian di dunia sebanyak

528.000 kasus, angka kematian akibat kanker serviks sebanyak 256.000 jiwa.

Sementara di Asia Tenggara berdasarkan WHOSouth-East Asia Region(SEARO)

terdapat angka kejadian kanker serviks sebanyak 175.000 kasus dengan angka

kematian sebanyak 94.000 jiwa.

Berdasarkan data dari sistem informasi RS tahun 2010, jumlah pasien

rawat inap akibat kanker serviks di seluruh RS di Indonesia menempati posisi

kedua terbanyak setelah kanker payudara dengan presentasi sebanyak 12,8% atau

5.349 kasus (Kemenkes, 2014). Berdasarkan estimasi Globocan, IARC tahun

2012 juga menegaskan bahwa terdapat 17 per 100.000 wanita terkena kanker

(18)

Medan tahun 2011 terdapat pasien kanker serviks sebanyak 367 orang dengan

paritas yang paling sering adalah 3-5 anak (Arief, 2013).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mutia Efrida tahun 2013

mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Minat Remaja Putri Dengan Pencegahan

Kanker Serviks di Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar”,

dengan besar sampel 70 responden, menggunakan penelitian deskriptif yang

menggunakan pendekatan cross sectional didapati hasil untuk variabel

pengetahuan tentang kanker serviks yaitu 41,4% remaja puteri memiliki

pengetahuan baik, 8,6% pengetahuan cukup, sedangkan 50% remaja puteri

memiliki pengetahuan kurang (Efrida, M., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh

Berlian dkk tahun 2012 mengenai “Sikap remaja perempuan terhadap

pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi HPV di kota Semarang”, dengan

besar sampel 85 responden didapati hasil untuk variabel sikap tentang kanker

serviks adalah 92,9% remaja puteri memiliki sikap keyakinan yang baik dan 7,1%

memiliki sikap yang tidak yakin (Rachmani dkk, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas dan tingginya resiko terjadinya kanker

serviks serta didapati keterangan dari bagian tata usaha diketahui bahwa disekolah

SMA Negeri 2 Pematangsiantar sering diadakan penelitian, tetapi masih belum

pernah dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap tentang

kanker serviks, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan melihat

bagaimana pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA

(19)

1.2. Rumusan masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja puteri

tentang kanker serviks di SMA negeri 2 Pematangsiantar.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang

Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar”

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks di

SMA Negeri 2 Pematangsiantar

b. Untuk mengetahui sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA

Negeri 2 Pematangsiantar

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Untuk Pendidikan Keperawatan

Untuk menambah wawasan dan sebagai bahan referensi dalam

bidang keperawatan khususnya tentang pengetahuan dan sikap tentang

kanker serviks.

1.4.2. Untuk Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

perawat untuk menambah pengetahuan dan perkembangan tentang

(20)

kanker serviks. Sehingga dapat menjadi referensi bagi pihak pelayanan

kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan kepada remaja puteri di

sekolah-sekolah tentang kanker serviks.

1.4.3. Untuk Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan

informasi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan

(21)

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan sesorang

(Notoatmodjo,2007).

2.1.2. Jenis Pengetahuan

Pengetahuan masyarakat dalam konteks kesehatan beraneka ragam

pemahamannya. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis

pengetahuan di antaranya sebagai berikut.

a. Pengetahuan implisit.

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam

dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang

tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan

prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke

orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit

(22)

Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang bahaya merokok

bagi kesehatan, namun ternyata dia merokok.

b. Pengetahuan eksplisit.

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam

wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam

tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh

sederhana: seseorang yang telah mengetahui tentang bahaya

merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok (Budiman

& Agus, 2013).

2.1.3. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

(23)

e. Adoption, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas

(Notoatmodjo, 2007).

2.1.4. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau ransangan telah diterima. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,

menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan

tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

dintrepretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya dapat

(24)

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

(25)

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas

(notoatmodjo, 2007).

2.1.5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai

materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang

tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan

tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan

seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut.

a. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.

b. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, dan analisis.

c. Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

dan evaluasi.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan

kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga

dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat

umum, yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%.

b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya≤ 50%.

Namun, jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka

(26)

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75%.

b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya≤ 75%

(Budiman & Agus, 2013).

2.2. Sikap

2.2.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2. Komponen Pokok Sikap

Alport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok.

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

(27)

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh

misalnya seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio

(penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan

ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak

terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut

bekerja sehingga ibu berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah

supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu

terhadap objek yang berupa penyakit polio (Notoatmodjo, 2007).

2.2.3. Berbagai tingkatan sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan.

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding), yakni memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing), yakni mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible), yakni bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

(28)

2.2.4. Pengukuran Sikap

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,

karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima

(memperhatikan), Merespons, Menghargai, Mengorganisasi, dan

Menghayati. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif

seseorang terhadap kegiatan suatu objek di antaranya menggunakan skala

sikap.

Hasil pengukuran berupa kategori sikap, yakni mendukung

(positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah

kecenderungan berperilaku pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam

bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu

didukung atau ditolak melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu,

pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan

positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering

digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan

yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek

dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat

tidak setuju (Budiman & Agus, 2013).

2.3. Remaja

Remaja atau “adolescent” (Inggris), berasal dari bahasa Latin “adolescere

yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah

bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.

(29)

RI adalah antara 10 sampai 19 tahun. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19

tahun (Widyastuti, dkk, 2010)

Masa remaja, menurut perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

a. Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain : ingin

bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan

lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :

mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal

tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas antara lain : mampu

berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,

mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,

pengungkapan kebebasan diri (Pinem, 2009).

2.4. Kanker Serviks

2.4.1. Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks (Servical Cancer) atau kanker pada leher rahim

adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ

reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang

terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Diananda,

2009). Farid, Andrijono dan Abdul (2006) menambahkan bahwa penyakit

ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel

(30)

menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan

menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini.

2.4.2. Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Serviks

Penyebab kanker serviks antara lain adanya perubahan gen, terkena

mikroba, radiasi, atau pencemaran oleh bahan kimia. Yang termasuk

mikroba misalnya virus HPV, terutama nomor 16 dan 18. Sementara

presentase akibat radiasi nilainya rendah sekali. Penyebab serius lainnya

adalah sperma pria. Pasalnya, bagian kepala sperma mengandung protein

dasar. Apabila menyatu dengan leher rahim, protein dasar ini dapat

mengakibatkan gangguan pertumbuhan sel di serviks.

Penyebab dan faktor risiko kanker serviks kebanyakan adalah dari

faktor luar, yaitu melakukan hubungan seksual pada usia muda (kurang

dari 16 tahun), wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering

berganti-ganti pasangan (> 4orang), wanita yang mendapat atau

menggunakan penekan kekebalan (immunosuppressive) dan penderita

HIV, kebersihan genitalia eksternal yang buruk (seperti jarangnya

membersihkan daerah organ intim, penggantian pembalut tidak tepat,

jarangnya mengganti pakaian dalam, dll), wanita yang merokok (dapat

merusak DNA sel epitel skuamosa), riwayat penyakit kelamin seperti

herpes dan kutil genitalia, semakin tinggi resiko pada wanita dengan

banyak anak apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu dekat serta

trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.

(31)

dapat meningkatkan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta

mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita

yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A) (Diananda,

2009).

2.4.3. Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks pada awalnya ditandai dengan tumbuhnya sel-sel

pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum menjadi sel-sel

kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut

selama bertahun-tahun. Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak

terdeteksi. Pada tahap awal atau prakanker, tidak ada gejala khas. Jika pun

ada gejala, hanya berupa keputihan, sekret vagina yang agak banyak dan

kadang-kadang dengan bercak perdarahan, atau perdarahan bercak setelah

bersetubuh atau membersihkan vagina. Namun jika sudah menjadi invasif,

gejala yang muncul berupa perdarahan spontan, perdarahan pasca

senggama, keputihan dan rasa tidak nyaman saat berhubungan seks dan

berlangsung lebih lama dan semakin banyak.

Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar ke luar dari

serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat di jumpai tanda lain

seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Hal ini menandakan

keterlibatan ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa

penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rektum

(32)

Namun perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak

selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap Smear test

yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya

perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker selanjutnya

dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas seksual atau di antara

masa menstruasi.

Dengan demikian, gejala-gejala dan tanda klinis terjadinya kanker

leher rahim adalah :

a. keputihan yang makin lama makin berbau busuk

b. perdarahan setelah melakukan hubungan seksual yang lama-kelamaan

dapat terjadi pendarahan spontan (walaupun tidak melakukan

hubungan seksual)

c. mengalami berat badan yang terus turun menurun akibat banyaknya

pendarahan yang keluar

d. setelah menopause timbul perdarahan, pada fase invasif dapat keluar

cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur

dengan darah

e. terjadi anemia (kurang darah) yang disebabkan karena perdarahan

yang sering timbul

f. mengalami rasa nyeri di sekitar genitalia dan timbul nyeri panggul

(pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang pada panggul.

Pada stadium lanjut akan mengalami tanda gejala seperti badan

(33)

kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), atau timbul

gejala-gejala akibat metastasis jauh (Diananda, 2009)

2.4.4. Deteksi Dini Kanker Serviks

Deteksi dini kanker serviks ialah usaha untuk menemukan adanya

kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama

tumbuh, masih lokal dan belum invasif seperti pada lesi prakanker dan

kanker stadium awal. Menurut Rasjidi, 2008 megatakan bahwa ada

beberapa cara deteksi dini kanker serviks, yaitu :

a. Tes Pap (Pap Smear), adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan

porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel

serviks atau porsio. Diindikasikan pada wanita yang sudah

melakukan seksual aktif,deteksi dini adanya keganasan pada servik,

pemantauan setelah tindakan pembedahan, radioterapi, atau

kemoterapi kanker serviks.

b. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat),

merupakan metode inspeksi yang sangat sederhana, murah,

nyaman, praktis, dan mudah. Pemeriksaan ini mendeteksi kanker

serviks dengan cara menggunakan larutan asam cuka (asam asetat

2%) dan larytan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan

warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk

melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu

metode skrining kanker mulut rahim. IVA positif apabila

(34)

permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona

transformasi.

c. Pemeriksaan DNA HPV ini dilakukan berupa pengambilan sampel

untuk mengetahui adanya infeksi HPV dengan menggunakan lidi

kapas atau sikat.Tes HPV DNA lebih berguna bila dikombinasikan

dengan pemeriksaan sitologi. Pasien dengan hasil tes positif

sebainya dilakukan pemeriksaan koloskopi. Penderita dengan HPV

positif dan tes pap menunjukkan adanya displasia termasuk

kelompok risiko tinggi dan harus dilakukan pemeriksaan koloskopi

dan bila perlu biopsi.

d. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan alat

koloskop yaitu alat mikroskop binokuler dengan sumber cahaya

yang terang untuk memperbesar gambaran visual serviks. Sehingga

dapat membantu mendiagnosa neoplasia serviks.

2.4.5. Stadium Kanker serviks

Stadium kanker serviks ditentukan melalui pemeriksaan klinik dan

sebaiknya pemeriksaan dilakukan dibawah pengaruh anastesi umum

(35)

Stadium secara klinik menurut FIGO 2000 (Yatim, 2005) :

Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000

0

Sel Kanker masih di selaput lendir serviks (karsinoma insitu)

Kanker masih terbatas di dalam jaringan serviks dan belum menyebar ke

badan rahim

Karsinoma yang idiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum

menunjukkan kelainan/keluhan klinik.

Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam <3 mm,

serta ukuran besar tumor <7 mm.

Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm–5 mm) dengan lebar 7 mm

Ukuran kanker sudah > dari IA2

Ukuran tumor = 4 cm

Ukuran tumor > 4 cm

II

IIA

IIB

Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai

dinding rongga panggul. Meskipun sudah menyebar ke vagina tetapi

masih terbatas pada 1/3 atas vagina

Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus

Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus

III

IIIA

Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah menyebar

jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah

mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni (hidronephrosis)

dan mengalami gangguan fungsi ginjal

(36)

IIIB Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal

dan/atau hidronephrosis

IV

IVA

IVB

Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara klinik sudah

terlihat tanda-tanda infasi kanker ke selaput lendir kandung kencing

dan/atau rektum

Sel kanker menyebar pada alat/organ yang dekat dengan serviks

Kanker sudah menyebar pada alat/organ yang jauh dari serviks

2.4.6. Pencegahan Kanker Serviks

2.4.6.1. Pencegahan Primer

a. Menunda onset aktivitas seksual

Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan

berhubungan secara monogami(tidak berganti-ganti pasangan)

akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.

b. Penggunaan kontrasepsi barier

Penggunaan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma, dan

spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus

saat berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit

infeksi menular seperti Gonorrhoe, chlamydia, sipilis, dan

(37)

c. Penggunaan vaksinasi HPV

Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi

infeksi Human Papiloma virus, karena mempunyai kemampuan

proteksi >90%.

d. Berhenti merokok

Menghindari merokok atau berhenti merokok dapat

meningkatan derajat kesehatan secara umum, dan mencegah

CIN (Cervical Intraepitelial Neoplasia = pertumbuhan sel epitel

ke arah ganas), dan kanker serviks.

e. Konsumsi Vitamin A

Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa vitamin A berperan

menghentikan atau mencegah perubahan keganasan sel-sel,

seperti yang terjadi pada permukaan serviks.

f. Menjaga kebersihan daerah genitalia eksterna

Menjaga kebersihan daerah genitalia eksterna dapat mencegah

terjadinya segala penyakit yang mungkin terjadi di daerah organ

intim. Wanita diharuskan membersihkan daerah organ intim

dengan bersih dan tidak membiarkan lembab karena dapat

mengundang bakteri dan jamur, menggunakan pakain dalam

yang kering dan mengganti pakain dalam minimal dua kali

sehari, ganti pembalut 4-5 kali sehari disaat darah haid sedang

banyak-banyaknya dan 3 kali sehari pada hari-hari haid terakhir

(38)

2.4.6.2. Pencegahan Sekunder

Tes Pap adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio

untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau

porsio. Tes pap merupakan tes yang dipercaya sebagai pencegahan

sekunder kanker serviks dan tidak mahal. Menurut Rasjidi, 2008

pencegahan sekunder terbagi atas dua, yaitu :

a. Pencegahan sekunder - Pasien dengan resiko sedang

Hasil test Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut

dengan selisih waktu antarpemeriksaan satu tahun dan atas

petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien atau partner

hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui,

dianjurkan untuk melakukan tes Pap tiap tahun.

b. Pencegahan Sekunder–Pasien dengan Resiko Tinggi

Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia <18 tahun dan

wanita yang mempunyai banyak partner (multipel partner)

seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset

seksualintercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan

menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan resiko khusus,

seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual

(39)

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

variabel yang terdiri atas : pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kanker

serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, meliputi pengertian kanker serviks,

penyebab dan faktor risiko kanker serviks, tanda dan gejala kanker serviks,

deteksi dini kanker serviks, stadium pada kanker serviks, pencegahan kanker

serviks.

(40)

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil ukur

serviks, dimulai dari pengertian, etiologi dan faktor risiko, tanda dan gejala,

(41)

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan pendekatan cross sectional yaitu subjek diukur sekali saja dalam kurun

waktu yang bersamaan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja

puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar (Nursalam,

2008).

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah para pelajar puteri di SMA

Negeri 2 Pematangsiantar yang berada di tempat pada saat penelitian

dilakukan yaitu pelajar puteri yang duduk kelas X dan XI karena Kepala

sekolah tidak mengijinkan untuk siswa/i kelas XII dijadikan responden

karena siswa/I sedang persiapan untuk ujian akhir. Adapun populasi

pelajar puteri berjumlah 436 orang, yang duduk di kelas X sebanyak 236

orang dan di kelas XI sebanyak 200 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Metode pengambilan sampel

(42)

peneliti dapat

pat digunakan sebagai sampel, bila dipanda

n ditemui itu cocok sebagai sumber data.

nurut Setiadi dalam menentukan besarnya

h kecil dari 1000 dengan menggunakan rumus

= = = 81.34

ngambilan sampel dari setiap kelas ditent

kan rumus :

x n

n :

sampel yang harus diambil dari Kelas

(43)

Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan proporsi remaja puteri SMA Negeri 2 Pematangsiantar

Kelas Populasi Sampel

X 236 44

XI 200 37

Total 436 81

Berdasarkan perhitungan, maka jumlah sampel yang diambil dari

kelas X 44 orang, kelas XI 37 orang, total 81 orang. Sampel dari tiap

kelas diambil secara acak dengan teknik undian.

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, jalan Patuan

Anggi No.8 Pematangsiantar. Dengan pertimbangan lokasi ini merupakan daerah

dengan jumlah remaja puteri yang cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah

remaja puteri di sekolah lain (jumlah sampel yang memadai untuk dilakukan

penelitian dan pertimbangan efisiensi waktu dan jarak dari tempat tinggal

peneliti). Selain itu, didaerah ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai

pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan April 2015 dan pengolahan data pada bulan Mei sampai

Juni 2015.

4.4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

(44)

surat permohonan kepada kepala SMA Negeri 2 Pematangsiantar untuk

mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti

memulai penelitian dengan menekankan masalah etik. Lembar persetujuan

diberikan dan dijelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, resiko, dan

hak-hak sebagai subjek penelitian. Bila responden bersedia, maka responden

dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan tersebut. Bila responden tidak

bersedia, peneliti tidak memaksa dan menghormati hak-hak responden.

Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik

resiko fisik maupun psikologis. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,

peneliti tidak mencantumkan nama jelas responden pada lembar penelitian

melainkan hanya mencantumkan inisial dari responden. Dan kerahasiaan

informasi mengenai responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Setiap penelitian membutuhkan instrumen sebagai alat ukur sebuah

penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang

terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner yang berisi data pengetahuan remaja puteri

dan sikap remaja puteri.

Kuesioner pengetahuan bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja

puteri tentang kanker serviks. Pertanyaan yang disajikan adalah pertanyaan

pilihan berganda 15 pertanyaan, pertanyaan dengan jawaban benar akan diberikan

skor 2, pertanyaan dengan jawaban yang salah akan diberikan skor 1, dan jawaban

(45)

jika skor jawaban 21-30, cukup jika skor jawaban 11-20, dan kurang jika skor

jawaban 1-10.

Kuesioner sikap bertujuan untuk mengidentifikasi sikap remaja puteri

tentang kanker serviks yang terdiri dari 10 pernyataan yang diukur dengan skala

likert, masing-masing pernyataan dibuatkan skor 0-2. Untuk soal nomor 1-5

merupakan pernyataan positif dengan kategori penilainnya adalah apabila

responden menjawab sangat setuju (SS) diberi skor 2, setuju (S) diberi skor 1,

tidak setuju (TS) diberi skor 0 dan sebaliknya pada soal nomor 6-10 merupakan

pernyataan negatif dengan kategori penilainnya adalah apabila responden

menjawab sangat setuju (SS) diberi skor 0, setuju (S) diberi skor 1 dan tidak

setuju (TS) diberikan skor 0. Maka sikap dikategorikan negatif jika jumlah skor

yang diperoleh adalah 1-10 dan dikategorikan positif jika jumlah skor yang

diperoleh adalah 11-20.

4.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau

mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

(46)

Uji validitas terhadap kuesioner pengetahuan dan sikap remaja

puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar telah

dilakukan oleh pakarnya yaitu dosen yang ahli dari bagian Departemen

Keperawatan Maternitas dan Anak dan diperoleh hasil 0,97.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila

pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang

berbeda (setiadi, 2007).

Uji reliabilitas penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 April

2015 pada 30 responden remaja puteri di SMA Negeri 4 Pematangsiantar

yang bukan merupakan bagian dari sampel penelitian.

Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Cronbach’s Alpha, dalam

uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Jika r alpha > r tabel maka pernyataan

tersebut reliabel, begitu sebaliknya. Suatu instrumen dikatakan reliable

jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha>0,70 (Polit dan Hungler, 1999).

Dari hasil penelitian didapat hasil reliabilitas variabel pengetahuan adalah

0,80 dan hasil variabel sikap 0,78.

4.7. Pengumpulan Data

Peneliti telah mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada

Institusi Pendidikan Program Studi Keperawatan USU yang dilanjutkan dengan

mengajukan permohonan izin penelitian di SMA Negeri 2 Pematangsiantar.

Setelah mendapat izin dari kepala SMA Negeri 2 Pematangsiantar, pada bulan

(47)

data penelitian. Peneliti juga telah meminta izin kepada kepala sekolah dan guru

untuk memakai jam belajar untuk melakukan penelitian dan menjelaskan isi

kuesioner. Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada responden,

menjelaskan isi kuesioner dan meminta kepada responden untuk mengisi

lembaran kuesioner selama 15-20 menit sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam

kuesioner tersebut, selama pengisian kuesioner responden boleh bertanya tentang

apa yang tidak dimengerti dan bila sudah selesai responden mengembalikan

kepada peneliti.

4.8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan

memeriksa kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan benar (editing).

Peneliti melakukan pengecekan jawaban kuesioner tentang kelengkapan

pengisian, terbaca dengan jelas, dan relevan dengan pertanyaan. Tahapediting ini

dilakukan pada waktu dan tempat yang sama sehingga mempermudah melengkapi

data bila ada kekurangan.

Tahap kedua adalah pemberian kode (coding) berupa angka pada setiap

jawaban kuesioner. Pengkodean dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam

melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan keputusan yang

dimasukkan kedalam bentuk tabel.

Tahap selanjutnya adalah memasukkan data (entry) yang telah dikode ke

dalam komputer untuk dianalisis dengan menggunakan program statistik. Tahap

terakhir dilakukan adalah cleaning yakni pemeriksaan semua data yang telah

(48)

Tehnik analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif yaitu analisis

univariat, dimana hasil data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan presentase untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja puteri

(49)

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2

Pematangsiantar. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 April 2015

dengan jumlah responden sebanyak 81 siswi.

5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menjabarkan deskripsi karakteristik responden,

pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2

Pematangsiantar.

5.1.1. Karakteritik Responden

Karakteristik responden mencakup usia responden terbanyak

berada pada rentang 16 tahun yaitu sebanyak 38 responden (46,9%),

pernah mendapatkan informasi 58 responden (71,6%), dan informasi yang

pernah di dapat dari media (cetak, elektronik, internet) 42 responden

(51,9%). Hasil penelitian mengenai karakteristik responden secara lengkap

(50)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Puteri tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar

Karakteristik Responden Frekuensi %

Guru, teman, keluarga, media 1 1,2

Tidak mendapat informasi 23 28,4

5.1.2. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks

Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan responden tentang

kanker serviks mayoritas baik yaitu sebanyak 46 responden (56,8%).

Dapat dilihat pada tabel 5.2.

Table 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar

(51)

5.1.3. Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks

Hasil penelitian ini menunjukkan sikap responden tentang kanker

serviks mayoritas memiliki sikap positif yaitu sebanyak 79 responden

(97,5%). Dapat dilihat pada tabel 5.3.

Table 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Puteri tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar

No. Sikap Remaja Puteri

Tentang Kanker Serviks Frekuensi %

1 Positif 79 97,5

2 Negatif 2 2,5

5.2. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian disajikan dengan mengacu pada tujuan

penelitian yaitu menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang

kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar.

5.2.1. Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan remaja puteri tentang

kanker serviks mayoritas adalah kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak

46 responden (56,8%). Hal ini disebabkan karena mayoritas responden

telah mendapat informasi tentang kanker serviks (71,6%).

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari

tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan

adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.

(52)

informasi tentang kanker serviks. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa

sumber informasi mayoritas yang diperoleh siswi adalah media

(elektronik, cetak, internet) karena sumber informasi berupa media massa

adalah media informasi yang cukup berkembang dan mudah diakses

sehingga dapat kita lihat bahwa hampir sebagian masyarakat menggunakan

media (elektronik, cetak, internet) sebagai sumber informasi. Selain itu,

guru, keluarga dan teman merupakan orang terdekat bagi individu untuk

mendapatkan informasi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

Alfarisyi (2014) di SMA Negeri 2 Lubukpakam yang menyatakan bahwa

pengetahuan siswi terhadap kanker serviks mayoritas berpengetahuan

kurang 50 responden (50%). Berdasarkan penelitian yang dilakukannya,

Alfarisyi (2014) mengatakan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan

tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu kurang pedulinya siswi

terhadap kesehatan reproduksi walaupun sudah adanya sarana informasi

baik dari media cetak dan elektronik serta penyuluhan.

Jika dilihat satu persatu, berdasarkan data dapat dilihat bahwa pada

siswi yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 siswi pernah

memperoleh informasi mengenai kanker serviks dan 10 siswi tidak pernah

memperoleh informasi tentang kanker serviks, pada siswi pengetahuan

cukup sebanyak 19 siswi pernah memperoleh informasi tentang kanker

serviks dan 6 siswi tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker

serviks, pada siswi pengetahuan kurang sebanyak 3 siswi pernah

(53)

mendapatkan informasi tentang kanker serviks. Hal ini dapat dimaklumi

sebab proses belajar dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti

motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta

keadaan sosial budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

adalah pendidikan, informasi/ media massa, sosial, budaya, ekonomi,

lingkungan, pengalaman, dan usia (Budiman & Agus, 2013). Hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih ada responden yang tidak

pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks (28,4%).

Pengetahuan sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun

pengalaman yang diperoleh dari orang lain, pengetahuan yang baik akan

mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan

pengetahuannya yang telah didapatkan. Dalam penelitian ini diketahui

bahwa mayoritas remaja puteri berpengetahuan baik (56,8%). Ini dapat

dilihat dari pertanyaan pengetahuan yang mayoritas dijawab benar oleh

responden dan hanya sedikit menjawab mayoritas salah atau tidak tahu

diantaranya 37 responden (45,7%) menjawab salah tentang penyebab

kanker serviks, 35 responden (43,2%) menjawab tidak tahu pada

pertanyaan tentang penggunaan pembersih vagina yang mengandung

antiseptic dalam mencegah kanker serviks, dan 37 responden (45,7%)

menjawab tidak tahu pada pertanyaan tentang jangka waktu pemeriksaan

pap smear dilakukan secara rutin. Hal ini disebabkan karena sudah

bagusnya informasi yang diperoleh remaja puteri tentang kanker serviks.

(54)

dapat dimaklumi karena memang di dalam kurikulum sekolah tidak

terdapat topik yang membahas tentang kanker serviks. Faktor lain yang

menyebabkan hal ini adalah faktor lingkungan dan pengalaman individu

itu sendiri. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

5.2.2. Sikap remaja puteri tentang kanker serviks

Dalam penelitian ini didapati hasil sikap terhadap kanker serviks

adalah mayoritas positif (97,5%) dan hanya ada 2 responden yang

menjawab negatif (2,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Alfarisyi (2014)

di SMA Negeri 2 Lubukpakam didapati hasil sikap responden terhadap

kanker serviks adalah mayoritas cukup (88%), diikuti dengan kurang (9%)

dan baik (3%). Hal ini sesuai dengan Purwanto (1999) yang menyatakan

bahwa sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu. Sehingga berdasarkan hal ini

sikap remaja puteri tentang kanker serviks berubah menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa siswi yang

memiliki sikap positif pernah memperoleh informasi tentang kanker

serviks sebanyak 57 siswi, dan yang tidak pernah memperoleh informasi

tentang kanker serviks sebanyak 22 siswi, dan siswi sikap negatif yang

pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 1 siswi dan

yang tidak pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak

(55)

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih

berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan

terhadap kanker serviks tidak sama dengan sikap terhadap kanker serviks.

Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya pada sikap.

Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila

pengetahuan itu disertai kesediaan untuk bertindak sesuai dengan

pengetahuan terhadap obyek itu (Purwanto, 1999). Pengetahuan yang baik

akan mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan

pengetahuannya yang telah didapatkan. Berdasarkan teori yang ada bahwa

pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang, dengan pengetahuan

yang baik maka akan terwujud sikap yang baik pula, demikian sebaliknya

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),

menjelaskan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Jika seseorang

telah mendengar tentang kanker serviks, maka pengetahuan ini akan

membawa seseorang tersebut untuk berpikir dan berusaha untuk mencegah

agar tidak terkena kanker serviks. Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang

mana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

berpengetahuan baik (56,8%), dan mayoritas bersikap positif pula (97,5%).

Tetapi fenomena yang terjadi, jika dilihat satu persatu hasil jawaban

responden maka akan didapat beberapa responden yang memiliki

(56)

tetapi bersikap positif, dan memiliki pengetahuan kurang dan bersikap

negatif. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan saja tidak dapat secara

mandiri mempengaruhi sikap seseorang. Sikap mempunyai 3 komponen

pokok yaitu kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional (evaluasi

terhadap suatu objek), dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga

komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam

penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting. Jadi, untuk membentuk sikap seseorang maka

pengetahuan, keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk

(57)

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini didapati bahwa remaja puteri di SMA

Negeri 2 Pematangsiantar pada umumnya mayoritas telah memperoleh informasi

tentang kanker serviks yaitu melalui media (cetak, elektronik, internet) sehingga

sejalan dengan hasil yang diperoleh pengetahuan remaja puteri baik dan sikap

remaja puteri positif terhadap kanker serviks.

6.2. Saran

6.2.1. Untuk Pelayanan Kesehatan

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa mayoritas remaja puteri

memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang positif tentang kanker

serviks, meskipun demikian diharapkan bagi praktik maternitas dapat tetap

mengembangkan bentuk pendidikan kesehatan yang lebih efektif dalam

upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker

serviks.

6.2.2. Untuk Sekolah

Disarankan bagi pihak sekolah agar bekerja sama dengan Dinas

Pendidikan Kota Pematangsiantar terutama bagian Unit Kesehatan sekolah

bekerjasama dengan PIKRR (Pusat Konsultasi Reproduksi Remaja) agar

(58)

dengan kesehatan seperti penyuluhan tentang kanker serviks untuk

mencegah terjadinya angka kejadian tentang kanker serviks.

6.2.3. Keterbatasan Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan saat siswi kelas XII

sudah tidak aktif di sekolah, dikarenakan siswi kelas XII telah

menyelesaikan Ujian Nasional (UN) sehingga siswi kelas XII tidak

menjadi sampel pada penelitian ini. Selain itu peneliti hanya mengambil

sampel dari 6 kelas saja (terdiri dari 3 kelas dari kelas X, 3 kelas dari kelas

XI) yang menjadikan hasil penelitian ini tidak representatif. Selain itu,

penelitian ini juga masih menggunakan angket untuk pengukuran kategori

sikap dimana seharusnya melakukan observasi agar lebih representatif.

6.2.4. Untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi

hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang kanker

serviks dalam kaitannya dengan data demografi atau faktor-faktor lain

yang mempengaruhinya dengan jumlah sampel yang lebih banyak

sehingga hasil yang diperoleh lebih representatif.

6.2.3. Keterbatasan Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan saat siswi kelas XII

sudah tidak aktif di sekolah, dikarenakan siswi kelas XII telah

menyelesaikan Ujian Nasional (UN) sehingga siswi kelas XII tidak

menjadi sampel pada penelitian ini. Selain itu peneliti hanya mengambil

(59)

XI) yang menjadikan hasil penelitian ini tidak representatif. Selain itu,

penelitian ini juga masih menggunakan angket untuk pengukuran kategori

(60)

Alfarisyi. (2014). Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam Terhadap Kanker Serviks. Di akses 12 Juni 2015 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/44578.

Arief, D. (2013). Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2011. Di akses 29 Oktober 2014

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/view/1353.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiman & Agus R. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dewi, R. (2010).Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta Barat: Permata Puri Media.

Diananda, R. (2009).Mengenal Seluk Beluk Kanker.Jogjakarta: Katahati

Efrida, M. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Minat Remaja Putri Dengan Pencegahan Kanker Serviks di Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar.Di akses 20 April 2015 http://simtakp.uui.ac.id/docjurnal/MUTIA_EFRIDA-jurnal_kti.pdf.

Farid, Andrijono, & Abdul. (2006). Onkologi Ginekologi: Buku Acuan Nasional Edisi 1.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

International Agency For Research on Cancer (IARC). (2012). Servical Cancer Estimated Insidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012.

Diunduh tanggal 17 Oktober 2014, dari

globocan.iarc.fr/pages/fact_sheets_cancer.aspx

Kemenkes. (2011). Gerakan perempuan Melawan Kanker Serviks. Diunduh

tanggal 16 Oktober 2014, dari

(61)

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Maolinda, N. (2012). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN 1 Margahayu. Di

akses 24 September 2014

https://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/609/663.

Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2 : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian.Jakarta: Salemba Medika

Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasespsi. Jakarta : Trans Info Media.

Polit & Hungler. (1999). Nursing Research: Principles and methods. Philadelphia: Lippicott.

Pribakti. (2012).Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta: CV Sagung Seto.

Purwanto, H. (1999). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Rachmani, B., Zahroh & Kusyogo. (2012). Sikap Remaja Perempuan Terhadap Pencegahan Kanker Serviks Melalui Vaksinasi HPV di kota Semarang. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11/ No. 1. Di akses 27

September 2014

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/download/6161/5214.

Rasjidi, I. (2008).Manual Prakanker Serviks.Jakarta: CV Sagung Seto

Rasjidi, I., & Henri. (2007). Vaksin Human Pappiloma Virus dan Eradikasi Kanker Mulut Rahim.Jakarta: Sagung Seto.

(62)

Widyastuti, Y., dkk. (2010).Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Gambar

Tabel uji reliabilitas.........................................................
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Skala Ukur, danHasil ukur
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan proporsi remaja puteri
Table 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri TentangKanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 1 Kartosuro dengan siswi SMA Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam” dan

Skripsi dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahn dan Penyembuhan Kanker Serviks Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita

dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasif (Rasjidi,

HPV merupakan penyebab utama dari timbulnya kanker serviks, jika infeksi yang seharusnya menghilang spontan kemudian menetap maka akan terjadi hubungan genom dari virus yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 71 responden mengenai “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Vaksinasi HPV ( Human Papilloma Virus ) dengan

Tidak adanya hubungan antara lama pemakaian pil KB kombinasi ≥ 5 tahun mungkin dapat disebabkan oleh faktor penyebab utama kanker serviks yaitu terinfeksi virus HPV

Berdasarkan data dari IARC ( International Agency for Research on Cancer ), pada tahun 2002 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insiden

Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yaitu kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada