F
UNI
SKRIPSI
Oleh Afriani Purba
111101081
FAKULTAS KEPERAWATAN
NIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014/2015
Tahun : 2015
ABSTRAK
Kanker serviks menempati urutan ke-4 terbanyak dari seluruh kanker yang terjadi pada wanita dengan penyebab terbanyaknya adalah karena terinveksi virus HPV, merokok, melakukan seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan seksual. Remaja puteri merupakan fokus penting untuk dilakukan penelitian tentang kanker serviks karena masa remaja beresiko tinggi terkena kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode pengambilan sampel Accidental Samplig yaitu dengan jumlah responden 81 dari jumlah populasi 436 siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks mayoritas baik sebanyak 46 responden (56,8%), sedangkan sikap remaja puteri tentang kanker serviks berada pada kategori positif yaitu sebanyak 79 responden (97,5%). Hasil penelitian ini didapatkan data bahwa mayoritas remaja puteri memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kanker serviks, meskipun demikian diharapkan kepada sekolah agar bekerja sama dengan PIKRR (Pusat Konsultasi Reproduksi Remaja) untuk lebih aktif meningkatkan kegiatan sekolah seperti penyuluhan kesehatan tentang kanker serviks untuk meningkatkan pengetahuan remaja puteri dan mencegah terjadinya angka kejadian kanker serviks.
Academic Year : 2015
ABSTRACT
Cervical cancer is in the fourth position of the most cancers experienced by women. The major causes are because they are infected by HPV, smoke, commit sexual intercourses at early ages and change mates. Research on cervical cancer to adolescent girls is important because they have the high risk to suffer from. The objective of this research is to identify the knowledge and attitude of adolescent girls toward cervical cancer in SMA Negeri 2, Pematangsiantar. This research uses a descriptive method and an accidental sampling method, namely 81 respondents out of 436 female students. The result of research shows 46 respondents (56.8%) have a good knowledge, 79 respondents (97.5%) have a positive attitude. From this result, it is found out that most adolescent girls have good knowledge and positive attitude about cervical cancer. However, it is expected that the school work together with PIKRR (Juvenile Reproduction Consultation Center), be more active to increase school activities, such as health counseling on cervical cancer to improve the adolescent girls’ knowledge and prevent from the rate of cervical cancer which occurs.
untuk segala berkat dan penyertaan yang senantiasa diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan
dan Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2
Pematangsiantar” dengan baik. Skripsi ini merupakan kegiatan sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini,
memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama
kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku
Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
2. Ibu Nur Asiah S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat kepada penulis
terhadap proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Nurbaiti, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen penguji I dan Ibu
Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji II yang telah
dan guru-guru yang telah bersedia membantu selama proses
penelitian.
6. Seluruh siswi di SMA Negeri 2 Pematangsiantar yang telah bersedia
menjadi responden dan membantu selama proses penelitian.
7. Kepada ayahanda penulis J.I.P Purba, Ibunda R. Saragih dan abangda
Jimmy Purba yang selalu memberikan semangat, dorongan, dukungan,
serta perhatian kepada penulis.
8. Kepada sahabat serta teman-teman penulis yang selalu memberikan
semangat, dorongan, dukungan, serta perhatian kepada penulis.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
memerlukan penyempurnaan baik dalam penulisan, serta isi pada skripsi ini. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
penulisan skripsi ini dimasa yang akan datang dapat lebih baik dan bermanfaat.
Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Medan, Juli 2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan masalah ... 4
1.3 Tujuan penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Pengetahuan ... 6
2.1.1 Pengertian pengetahuan ... 6
2.1.2 Jenis pengetahuan ... 6
2.1.3 Proses adopsi perilaku ... 7
2.1.4 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif ... 8
2.1.5 Pengukuran tingkat pengetahuan ... 10
2.2 Sikap ... 11
2.2.1 Pengertian sikap ... 11
2.2.2 Komponen pokok sikap ... 11
2.2.3 Berbagai tingkatan sikap ... 12
2.3.4 Pengukuran sikap ... 13
2.3 Remaja ... 14
2.4.4 Deteksi dini kanker serviks ... 18
2.4.5 Stadium kanker serviks ... 19
2.4.6 Pencegahan kanker serviks ... 21
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN... 24
3.1 Kerangka penelitian ... 24
3.2 Defenisi Operasional ... 25
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 26
4.1 Desain penelitian ... 26
4.2 Populasi dan sampel ... 26
4.3 Tempat dan waktu penelitian ... 28
4.4 Pertimbangan etik ... 28
4.5 Instrument penelitian ... 29
4.6 Uji validitas dan uji reliabilitas ... 30
4.7 Pengumpulan data ... 31
4.8 Analisa data ... 32
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
5.1. Hasil penelitian ... 34
5.1.1. Karakterisik responden ... 34
5.1.2. Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks 35 5.1.3. Sikap remaja puteri tentang kanker serviks ... 36
5.2. Pembahasan... 36
5.2.1. Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks 36 5.2.2. Sikap remaja puteri tentang kanker serviks ... 39
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 42
6.1. Kesimpulan ... 42
6.2. Saran ... 42
Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 ... 20
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Skala Ukur,
dan Hasil ukur ... 25
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan proporsi remaja puteri SMA
Negeri 2 Pematangsiantar ... 28
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi Karakteristik Remaja Puteri tentang
Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar... 35
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang
Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar... 35
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Puteri tentang Kanker
Skema 3.1. Kerangka penelitian pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang
IARC :International Agency for Research on Cancer
SMA : Sekolah Menengah Atas
SEARO :South-East Asia Region
WHO :World Health Organization
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
AIDS :Acquired Immune Deficiency Syndrome
HIV :Human Immunodeficiency Virus
IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat
DNA :Deoxyribo Nucleic Acid
FIGO :International Federation of Gynaecology and Obstetrics
Lampiran 2. Lembar persetujuan menjadi subjek penelitian ... 50
Lampiran 3. Kuesioner penelitian ... 51
Lampiran 4. Lembar bukti bimbingan ... 56
Lampiran 5. Daftar Riwayat hidup ... 58
Lampiran 6. Jadwal tentatif penelitian ... 59
Lampiran 7. Taksasi dana ... 60
Lampiran 8. Tabel uji reliabilitas ... 61
Lampiran 9. Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 63
Lampiran 10. Distribusi frekuensi pengetahuan responden... 65
Lampiran 11. Distribusi frekuensi pengetahuan responden per item kuesioner ... 66
Lampiran 12. Distribusi frekuensi jawaban pengetahuan responden .... 71
Lampiran 13. Distribusi frekuensi sikap responden... 72
Lampiran 14. Distribusi frekuensi sikap responden per item kuesioner... 73
Lampiran 15. Distribusi frekuensi jawaban sikap responden ... 77
Lampiran 16. Tabel Master Data ... 78
Lampiran 17. Lembar uji validitas ... 82
Lampiran 18. Surat etik penelitian ... 85
Lampiran 19. Surat izin uji reliabilitas... 86
Lampiran 20. Surat bukti uji reliabilitas ... 87
Lampiran 21. Surat izin pengambilan data ... 88
Lampiran 22. Surat bukti pengambilan data ... 89
Tahun : 2015
ABSTRAK
Kanker serviks menempati urutan ke-4 terbanyak dari seluruh kanker yang terjadi pada wanita dengan penyebab terbanyaknya adalah karena terinveksi virus HPV, merokok, melakukan seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan seksual. Remaja puteri merupakan fokus penting untuk dilakukan penelitian tentang kanker serviks karena masa remaja beresiko tinggi terkena kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode pengambilan sampel Accidental Samplig yaitu dengan jumlah responden 81 dari jumlah populasi 436 siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks mayoritas baik sebanyak 46 responden (56,8%), sedangkan sikap remaja puteri tentang kanker serviks berada pada kategori positif yaitu sebanyak 79 responden (97,5%). Hasil penelitian ini didapatkan data bahwa mayoritas remaja puteri memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kanker serviks, meskipun demikian diharapkan kepada sekolah agar bekerja sama dengan PIKRR (Pusat Konsultasi Reproduksi Remaja) untuk lebih aktif meningkatkan kegiatan sekolah seperti penyuluhan kesehatan tentang kanker serviks untuk meningkatkan pengetahuan remaja puteri dan mencegah terjadinya angka kejadian kanker serviks.
Academic Year : 2015
ABSTRACT
Cervical cancer is in the fourth position of the most cancers experienced by women. The major causes are because they are infected by HPV, smoke, commit sexual intercourses at early ages and change mates. Research on cervical cancer to adolescent girls is important because they have the high risk to suffer from. The objective of this research is to identify the knowledge and attitude of adolescent girls toward cervical cancer in SMA Negeri 2, Pematangsiantar. This research uses a descriptive method and an accidental sampling method, namely 81 respondents out of 436 female students. The result of research shows 46 respondents (56.8%) have a good knowledge, 79 respondents (97.5%) have a positive attitude. From this result, it is found out that most adolescent girls have good knowledge and positive attitude about cervical cancer. However, it is expected that the school work together with PIKRR (Juvenile Reproduction Consultation Center), be more active to increase school activities, such as health counseling on cervical cancer to improve the adolescent girls’ knowledge and prevent from the rate of cervical cancer which occurs.
1.1. Latar Belakang
Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi
remaja (adolescent) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) periode usia
antara 10 sampai 19 tahun. Erikson (dalam Kusmiran, 2011) berpendapat bahwa
untuk menjadi dewasa, remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha
untuk mencari identitas diri (search for self-identity).
Selama proses pencarian jati diri, remaja sering memanifestasikan perilaku
yang mengandung risiko dan berdampak negatif bagi dirinya seperti terjadinya
kasus yang berhubungan dengan penyimpangan perilaku seksual (Maolinda,
2012). Masalah seksual pada remaja saat ini adalah kehamilan remaja,
penyalahgunaan seksual, kehamilan diluar nikah, penyalahgunaan dan
ketergantungan napza, yang dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS melalui
jarum suntik dan melalui hubungan seksual (Pinem, 2009). Sahara (2006 dalam
Maolinda, 2012) menyebutkan bahwa masalah kesehatan seksual pada remaja
terjadi akibat minimnya pengetahuan dan bimbingan tentang kesehatan reproduksi
bagi remaja.
Remaja berusia sebelum 18 tahun yang telah berhubungan seksual akan
berisiko terkena kanker serviks 5 kali lipat (Rasjidi, 2008). Diananda (2009)
menegaskan bahwa remaja berusia dibawah 16 tahun yang sudah melakukan
terjadinya kanker serviks adalah karena terinveksi virus HPV, merokok,
melakukan seks pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, sistem
kekebalannya terganggu, serta penggunaan pil KB juga merupakan penyebab
terjadinya kanker serviks (Dewi, 2010).
WHO memperkirakan angka kematian akibat kanker serviks akan
meningkat sampai 25% untuk 10 tahun kedepan. Keterlambatan diagnosis pada
stadium lanjut serta keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang
rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis
histopologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari
penderita (Rasjidi dan Henri, 2007).
Menurut data dari Globocan dalamInternational Agency for Research on
Cancer(IARC) tahun 2012, kanker serviks menempati urutan ke-4 terbanyak dari
seluruh kanker yang terjadi pada wanita dengan angka kejadian di dunia sebanyak
528.000 kasus, angka kematian akibat kanker serviks sebanyak 256.000 jiwa.
Sementara di Asia Tenggara berdasarkan WHOSouth-East Asia Region(SEARO)
terdapat angka kejadian kanker serviks sebanyak 175.000 kasus dengan angka
kematian sebanyak 94.000 jiwa.
Berdasarkan data dari sistem informasi RS tahun 2010, jumlah pasien
rawat inap akibat kanker serviks di seluruh RS di Indonesia menempati posisi
kedua terbanyak setelah kanker payudara dengan presentasi sebanyak 12,8% atau
5.349 kasus (Kemenkes, 2014). Berdasarkan estimasi Globocan, IARC tahun
2012 juga menegaskan bahwa terdapat 17 per 100.000 wanita terkena kanker
Medan tahun 2011 terdapat pasien kanker serviks sebanyak 367 orang dengan
paritas yang paling sering adalah 3-5 anak (Arief, 2013).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mutia Efrida tahun 2013
mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Minat Remaja Putri Dengan Pencegahan
Kanker Serviks di Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar”,
dengan besar sampel 70 responden, menggunakan penelitian deskriptif yang
menggunakan pendekatan cross sectional didapati hasil untuk variabel
pengetahuan tentang kanker serviks yaitu 41,4% remaja puteri memiliki
pengetahuan baik, 8,6% pengetahuan cukup, sedangkan 50% remaja puteri
memiliki pengetahuan kurang (Efrida, M., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh
Berlian dkk tahun 2012 mengenai “Sikap remaja perempuan terhadap
pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi HPV di kota Semarang”, dengan
besar sampel 85 responden didapati hasil untuk variabel sikap tentang kanker
serviks adalah 92,9% remaja puteri memiliki sikap keyakinan yang baik dan 7,1%
memiliki sikap yang tidak yakin (Rachmani dkk, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas dan tingginya resiko terjadinya kanker
serviks serta didapati keterangan dari bagian tata usaha diketahui bahwa disekolah
SMA Negeri 2 Pematangsiantar sering diadakan penelitian, tetapi masih belum
pernah dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap tentang
kanker serviks, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan melihat
bagaimana pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA
1.2. Rumusan masalah
Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja puteri
tentang kanker serviks di SMA negeri 2 Pematangsiantar.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang
Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar”
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks di
SMA Negeri 2 Pematangsiantar
b. Untuk mengetahui sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA
Negeri 2 Pematangsiantar
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Untuk Pendidikan Keperawatan
Untuk menambah wawasan dan sebagai bahan referensi dalam
bidang keperawatan khususnya tentang pengetahuan dan sikap tentang
kanker serviks.
1.4.2. Untuk Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perawat untuk menambah pengetahuan dan perkembangan tentang
kanker serviks. Sehingga dapat menjadi referensi bagi pihak pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan kepada remaja puteri di
sekolah-sekolah tentang kanker serviks.
1.4.3. Untuk Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan
informasi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan sesorang
(Notoatmodjo,2007).
2.1.2. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat dalam konteks kesehatan beraneka ragam
pemahamannya. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis
pengetahuan di antaranya sebagai berikut.
a. Pengetahuan implisit.
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam
dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang
tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan
prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke
orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit
Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang bahaya merokok
bagi kesehatan, namun ternyata dia merokok.
b. Pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam
wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam
tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh
sederhana: seseorang yang telah mengetahui tentang bahaya
merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok (Budiman
& Agus, 2013).
2.1.3. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
e. Adoption, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas
(Notoatmodjo, 2007).
2.1.4. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau ransangan telah diterima. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
dintrepretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya dapat
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas
(notoatmodjo, 2007).
2.1.5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai
materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang
tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan
tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan
seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut.
a. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
b. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, dan analisis.
c. Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan
kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga
dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat
umum, yaitu sebagai berikut.
a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%.
b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya≤ 50%.
Namun, jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka
a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75%.
b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya≤ 75%
(Budiman & Agus, 2013).
2.2. Sikap
2.2.1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
2.2.2. Komponen Pokok Sikap
Alport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok.
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh
misalnya seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio
(penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan
ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak
terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut
bekerja sehingga ibu berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah
supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu
terhadap objek yang berupa penyakit polio (Notoatmodjo, 2007).
2.2.3. Berbagai tingkatan sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan.
a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding), yakni memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing), yakni mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible), yakni bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
2.2.4. Pengukuran Sikap
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima
(memperhatikan), Merespons, Menghargai, Mengorganisasi, dan
Menghayati. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif
seseorang terhadap kegiatan suatu objek di antaranya menggunakan skala
sikap.
Hasil pengukuran berupa kategori sikap, yakni mendukung
(positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah
kecenderungan berperilaku pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu
didukung atau ditolak melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu,
pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan
positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering
digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan
yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek
dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat
tidak setuju (Budiman & Agus, 2013).
2.3. Remaja
Remaja atau “adolescent” (Inggris), berasal dari bahasa Latin “adolescere”
yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.
RI adalah antara 10 sampai 19 tahun. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19
tahun (Widyastuti, dkk, 2010)
Masa remaja, menurut perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain : ingin
bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :
mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal
tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas antara lain : mampu
berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,
pengungkapan kebebasan diri (Pinem, 2009).
2.4. Kanker Serviks
2.4.1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks (Servical Cancer) atau kanker pada leher rahim
adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Diananda,
2009). Farid, Andrijono dan Abdul (2006) menambahkan bahwa penyakit
ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel
menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini.
2.4.2. Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Serviks
Penyebab kanker serviks antara lain adanya perubahan gen, terkena
mikroba, radiasi, atau pencemaran oleh bahan kimia. Yang termasuk
mikroba misalnya virus HPV, terutama nomor 16 dan 18. Sementara
presentase akibat radiasi nilainya rendah sekali. Penyebab serius lainnya
adalah sperma pria. Pasalnya, bagian kepala sperma mengandung protein
dasar. Apabila menyatu dengan leher rahim, protein dasar ini dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan sel di serviks.
Penyebab dan faktor risiko kanker serviks kebanyakan adalah dari
faktor luar, yaitu melakukan hubungan seksual pada usia muda (kurang
dari 16 tahun), wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering
berganti-ganti pasangan (> 4orang), wanita yang mendapat atau
menggunakan penekan kekebalan (immunosuppressive) dan penderita
HIV, kebersihan genitalia eksternal yang buruk (seperti jarangnya
membersihkan daerah organ intim, penggantian pembalut tidak tepat,
jarangnya mengganti pakaian dalam, dll), wanita yang merokok (dapat
merusak DNA sel epitel skuamosa), riwayat penyakit kelamin seperti
herpes dan kutil genitalia, semakin tinggi resiko pada wanita dengan
banyak anak apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu dekat serta
trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.
dapat meningkatkan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita
yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A) (Diananda,
2009).
2.4.3. Tanda dan Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks pada awalnya ditandai dengan tumbuhnya sel-sel
pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum menjadi sel-sel
kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut
selama bertahun-tahun. Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak
terdeteksi. Pada tahap awal atau prakanker, tidak ada gejala khas. Jika pun
ada gejala, hanya berupa keputihan, sekret vagina yang agak banyak dan
kadang-kadang dengan bercak perdarahan, atau perdarahan bercak setelah
bersetubuh atau membersihkan vagina. Namun jika sudah menjadi invasif,
gejala yang muncul berupa perdarahan spontan, perdarahan pasca
senggama, keputihan dan rasa tidak nyaman saat berhubungan seks dan
berlangsung lebih lama dan semakin banyak.
Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar ke luar dari
serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat di jumpai tanda lain
seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Hal ini menandakan
keterlibatan ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa
penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rektum
Namun perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak
selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap Smear test
yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya
perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker selanjutnya
dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas seksual atau di antara
masa menstruasi.
Dengan demikian, gejala-gejala dan tanda klinis terjadinya kanker
leher rahim adalah :
a. keputihan yang makin lama makin berbau busuk
b. perdarahan setelah melakukan hubungan seksual yang lama-kelamaan
dapat terjadi pendarahan spontan (walaupun tidak melakukan
hubungan seksual)
c. mengalami berat badan yang terus turun menurun akibat banyaknya
pendarahan yang keluar
d. setelah menopause timbul perdarahan, pada fase invasif dapat keluar
cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur
dengan darah
e. terjadi anemia (kurang darah) yang disebabkan karena perdarahan
yang sering timbul
f. mengalami rasa nyeri di sekitar genitalia dan timbul nyeri panggul
(pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang pada panggul.
Pada stadium lanjut akan mengalami tanda gejala seperti badan
kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh (Diananda, 2009)
2.4.4. Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi dini kanker serviks ialah usaha untuk menemukan adanya
kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama
tumbuh, masih lokal dan belum invasif seperti pada lesi prakanker dan
kanker stadium awal. Menurut Rasjidi, 2008 megatakan bahwa ada
beberapa cara deteksi dini kanker serviks, yaitu :
a. Tes Pap (Pap Smear), adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan
porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel
serviks atau porsio. Diindikasikan pada wanita yang sudah
melakukan seksual aktif,deteksi dini adanya keganasan pada servik,
pemantauan setelah tindakan pembedahan, radioterapi, atau
kemoterapi kanker serviks.
b. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat),
merupakan metode inspeksi yang sangat sederhana, murah,
nyaman, praktis, dan mudah. Pemeriksaan ini mendeteksi kanker
serviks dengan cara menggunakan larutan asam cuka (asam asetat
2%) dan larytan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan
warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk
melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim. IVA positif apabila
permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona
transformasi.
c. Pemeriksaan DNA HPV ini dilakukan berupa pengambilan sampel
untuk mengetahui adanya infeksi HPV dengan menggunakan lidi
kapas atau sikat.Tes HPV DNA lebih berguna bila dikombinasikan
dengan pemeriksaan sitologi. Pasien dengan hasil tes positif
sebainya dilakukan pemeriksaan koloskopi. Penderita dengan HPV
positif dan tes pap menunjukkan adanya displasia termasuk
kelompok risiko tinggi dan harus dilakukan pemeriksaan koloskopi
dan bila perlu biopsi.
d. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan alat
koloskop yaitu alat mikroskop binokuler dengan sumber cahaya
yang terang untuk memperbesar gambaran visual serviks. Sehingga
dapat membantu mendiagnosa neoplasia serviks.
2.4.5. Stadium Kanker serviks
Stadium kanker serviks ditentukan melalui pemeriksaan klinik dan
sebaiknya pemeriksaan dilakukan dibawah pengaruh anastesi umum
Stadium secara klinik menurut FIGO 2000 (Yatim, 2005) :
Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000
0
Sel Kanker masih di selaput lendir serviks (karsinoma insitu)
Kanker masih terbatas di dalam jaringan serviks dan belum menyebar ke
badan rahim
Karsinoma yang idiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum
menunjukkan kelainan/keluhan klinik.
Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam <3 mm,
serta ukuran besar tumor <7 mm.
Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm–5 mm) dengan lebar 7 mm
Ukuran kanker sudah > dari IA2
Ukuran tumor = 4 cm
Ukuran tumor > 4 cm
II
IIA
IIB
Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai
dinding rongga panggul. Meskipun sudah menyebar ke vagina tetapi
masih terbatas pada 1/3 atas vagina
Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus
Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus
III
IIIA
Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah menyebar
jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah
mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni (hidronephrosis)
dan mengalami gangguan fungsi ginjal
IIIB Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal
dan/atau hidronephrosis
IV
IVA
IVB
Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara klinik sudah
terlihat tanda-tanda infasi kanker ke selaput lendir kandung kencing
dan/atau rektum
Sel kanker menyebar pada alat/organ yang dekat dengan serviks
Kanker sudah menyebar pada alat/organ yang jauh dari serviks
2.4.6. Pencegahan Kanker Serviks
2.4.6.1. Pencegahan Primer
a. Menunda onset aktivitas seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan
berhubungan secara monogami(tidak berganti-ganti pasangan)
akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
b. Penggunaan kontrasepsi barier
Penggunaan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma, dan
spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus
saat berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit
infeksi menular seperti Gonorrhoe, chlamydia, sipilis, dan
c. Penggunaan vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi
infeksi Human Papiloma virus, karena mempunyai kemampuan
proteksi >90%.
d. Berhenti merokok
Menghindari merokok atau berhenti merokok dapat
meningkatan derajat kesehatan secara umum, dan mencegah
CIN (Cervical Intraepitelial Neoplasia = pertumbuhan sel epitel
ke arah ganas), dan kanker serviks.
e. Konsumsi Vitamin A
Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa vitamin A berperan
menghentikan atau mencegah perubahan keganasan sel-sel,
seperti yang terjadi pada permukaan serviks.
f. Menjaga kebersihan daerah genitalia eksterna
Menjaga kebersihan daerah genitalia eksterna dapat mencegah
terjadinya segala penyakit yang mungkin terjadi di daerah organ
intim. Wanita diharuskan membersihkan daerah organ intim
dengan bersih dan tidak membiarkan lembab karena dapat
mengundang bakteri dan jamur, menggunakan pakain dalam
yang kering dan mengganti pakain dalam minimal dua kali
sehari, ganti pembalut 4-5 kali sehari disaat darah haid sedang
banyak-banyaknya dan 3 kali sehari pada hari-hari haid terakhir
2.4.6.2. Pencegahan Sekunder
Tes Pap adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio
untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau
porsio. Tes pap merupakan tes yang dipercaya sebagai pencegahan
sekunder kanker serviks dan tidak mahal. Menurut Rasjidi, 2008
pencegahan sekunder terbagi atas dua, yaitu :
a. Pencegahan sekunder - Pasien dengan resiko sedang
Hasil test Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut
dengan selisih waktu antarpemeriksaan satu tahun dan atas
petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien atau partner
hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui,
dianjurkan untuk melakukan tes Pap tiap tahun.
b. Pencegahan Sekunder–Pasien dengan Resiko Tinggi
Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia <18 tahun dan
wanita yang mempunyai banyak partner (multipel partner)
seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset
seksualintercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan
menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan resiko khusus,
seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
variabel yang terdiri atas : pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kanker
serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, meliputi pengertian kanker serviks,
penyebab dan faktor risiko kanker serviks, tanda dan gejala kanker serviks,
deteksi dini kanker serviks, stadium pada kanker serviks, pencegahan kanker
serviks.
3.2. Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil ukur
serviks, dimulai dari pengertian, etiologi dan faktor risiko, tanda dan gejala,
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan cross sectional yaitu subjek diukur sekali saja dalam kurun
waktu yang bersamaan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja
puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar (Nursalam,
2008).
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para pelajar puteri di SMA
Negeri 2 Pematangsiantar yang berada di tempat pada saat penelitian
dilakukan yaitu pelajar puteri yang duduk kelas X dan XI karena Kepala
sekolah tidak mengijinkan untuk siswa/i kelas XII dijadikan responden
karena siswa/I sedang persiapan untuk ujian akhir. Adapun populasi
pelajar puteri berjumlah 436 orang, yang duduk di kelas X sebanyak 236
orang dan di kelas XI sebanyak 200 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Metode pengambilan sampel
peneliti dapat
pat digunakan sebagai sampel, bila dipanda
n ditemui itu cocok sebagai sumber data.
nurut Setiadi dalam menentukan besarnya
h kecil dari 1000 dengan menggunakan rumus
= = = 81.34
ngambilan sampel dari setiap kelas ditent
kan rumus :
x n
n :
sampel yang harus diambil dari Kelas
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan proporsi remaja puteri SMA Negeri 2 Pematangsiantar
Kelas Populasi Sampel
X 236 44
XI 200 37
Total 436 81
Berdasarkan perhitungan, maka jumlah sampel yang diambil dari
kelas X 44 orang, kelas XI 37 orang, total 81 orang. Sampel dari tiap
kelas diambil secara acak dengan teknik undian.
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, jalan Patuan
Anggi No.8 Pematangsiantar. Dengan pertimbangan lokasi ini merupakan daerah
dengan jumlah remaja puteri yang cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah
remaja puteri di sekolah lain (jumlah sampel yang memadai untuk dilakukan
penelitian dan pertimbangan efisiensi waktu dan jarak dari tempat tinggal
peneliti). Selain itu, didaerah ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai
pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks. Waktu penelitian
dilakukan pada bulan April 2015 dan pengolahan data pada bulan Mei sampai
Juni 2015.
4.4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin
surat permohonan kepada kepala SMA Negeri 2 Pematangsiantar untuk
mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti
memulai penelitian dengan menekankan masalah etik. Lembar persetujuan
diberikan dan dijelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, resiko, dan
hak-hak sebagai subjek penelitian. Bila responden bersedia, maka responden
dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan tersebut. Bila responden tidak
bersedia, peneliti tidak memaksa dan menghormati hak-hak responden.
Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik
resiko fisik maupun psikologis. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,
peneliti tidak mencantumkan nama jelas responden pada lembar penelitian
melainkan hanya mencantumkan inisial dari responden. Dan kerahasiaan
informasi mengenai responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.5. Instrumen Penelitian
Setiap penelitian membutuhkan instrumen sebagai alat ukur sebuah
penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang
terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner yang berisi data pengetahuan remaja puteri
dan sikap remaja puteri.
Kuesioner pengetahuan bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja
puteri tentang kanker serviks. Pertanyaan yang disajikan adalah pertanyaan
pilihan berganda 15 pertanyaan, pertanyaan dengan jawaban benar akan diberikan
skor 2, pertanyaan dengan jawaban yang salah akan diberikan skor 1, dan jawaban
jika skor jawaban 21-30, cukup jika skor jawaban 11-20, dan kurang jika skor
jawaban 1-10.
Kuesioner sikap bertujuan untuk mengidentifikasi sikap remaja puteri
tentang kanker serviks yang terdiri dari 10 pernyataan yang diukur dengan skala
likert, masing-masing pernyataan dibuatkan skor 0-2. Untuk soal nomor 1-5
merupakan pernyataan positif dengan kategori penilainnya adalah apabila
responden menjawab sangat setuju (SS) diberi skor 2, setuju (S) diberi skor 1,
tidak setuju (TS) diberi skor 0 dan sebaliknya pada soal nomor 6-10 merupakan
pernyataan negatif dengan kategori penilainnya adalah apabila responden
menjawab sangat setuju (SS) diberi skor 0, setuju (S) diberi skor 1 dan tidak
setuju (TS) diberikan skor 0. Maka sikap dikategorikan negatif jika jumlah skor
yang diperoleh adalah 1-10 dan dikategorikan positif jika jumlah skor yang
diperoleh adalah 11-20.
4.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.6.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau
mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
Uji validitas terhadap kuesioner pengetahuan dan sikap remaja
puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar telah
dilakukan oleh pakarnya yaitu dosen yang ahli dari bagian Departemen
Keperawatan Maternitas dan Anak dan diperoleh hasil 0,97.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila
pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang
berbeda (setiadi, 2007).
Uji reliabilitas penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 April
2015 pada 30 responden remaja puteri di SMA Negeri 4 Pematangsiantar
yang bukan merupakan bagian dari sampel penelitian.
Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Cronbach’s Alpha, dalam
uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Jika r alpha > r tabel maka pernyataan
tersebut reliabel, begitu sebaliknya. Suatu instrumen dikatakan reliable
jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha>0,70 (Polit dan Hungler, 1999).
Dari hasil penelitian didapat hasil reliabilitas variabel pengetahuan adalah
0,80 dan hasil variabel sikap 0,78.
4.7. Pengumpulan Data
Peneliti telah mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada
Institusi Pendidikan Program Studi Keperawatan USU yang dilanjutkan dengan
mengajukan permohonan izin penelitian di SMA Negeri 2 Pematangsiantar.
Setelah mendapat izin dari kepala SMA Negeri 2 Pematangsiantar, pada bulan
data penelitian. Peneliti juga telah meminta izin kepada kepala sekolah dan guru
untuk memakai jam belajar untuk melakukan penelitian dan menjelaskan isi
kuesioner. Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada responden,
menjelaskan isi kuesioner dan meminta kepada responden untuk mengisi
lembaran kuesioner selama 15-20 menit sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam
kuesioner tersebut, selama pengisian kuesioner responden boleh bertanya tentang
apa yang tidak dimengerti dan bila sudah selesai responden mengembalikan
kepada peneliti.
4.8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan
memeriksa kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan benar (editing).
Peneliti melakukan pengecekan jawaban kuesioner tentang kelengkapan
pengisian, terbaca dengan jelas, dan relevan dengan pertanyaan. Tahapediting ini
dilakukan pada waktu dan tempat yang sama sehingga mempermudah melengkapi
data bila ada kekurangan.
Tahap kedua adalah pemberian kode (coding) berupa angka pada setiap
jawaban kuesioner. Pengkodean dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan keputusan yang
dimasukkan kedalam bentuk tabel.
Tahap selanjutnya adalah memasukkan data (entry) yang telah dikode ke
dalam komputer untuk dianalisis dengan menggunakan program statistik. Tahap
terakhir dilakukan adalah cleaning yakni pemeriksaan semua data yang telah
Tehnik analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif yaitu analisis
univariat, dimana hasil data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan presentase untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja puteri
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2
Pematangsiantar. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 April 2015
dengan jumlah responden sebanyak 81 siswi.
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menjabarkan deskripsi karakteristik responden,
pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2
Pematangsiantar.
5.1.1. Karakteritik Responden
Karakteristik responden mencakup usia responden terbanyak
berada pada rentang 16 tahun yaitu sebanyak 38 responden (46,9%),
pernah mendapatkan informasi 58 responden (71,6%), dan informasi yang
pernah di dapat dari media (cetak, elektronik, internet) 42 responden
(51,9%). Hasil penelitian mengenai karakteristik responden secara lengkap
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Puteri tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar
Karakteristik Responden Frekuensi %
Guru, teman, keluarga, media 1 1,2
Tidak mendapat informasi 23 28,4
5.1.2. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks
Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan responden tentang
kanker serviks mayoritas baik yaitu sebanyak 46 responden (56,8%).
Dapat dilihat pada tabel 5.2.
Table 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar
5.1.3. Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks
Hasil penelitian ini menunjukkan sikap responden tentang kanker
serviks mayoritas memiliki sikap positif yaitu sebanyak 79 responden
(97,5%). Dapat dilihat pada tabel 5.3.
Table 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Puteri tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar
No. Sikap Remaja Puteri
Tentang Kanker Serviks Frekuensi %
1 Positif 79 97,5
2 Negatif 2 2,5
5.2. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian disajikan dengan mengacu pada tujuan
penelitian yaitu menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang
kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar.
5.2.1. Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan remaja puteri tentang
kanker serviks mayoritas adalah kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak
46 responden (56,8%). Hal ini disebabkan karena mayoritas responden
telah mendapat informasi tentang kanker serviks (71,6%).
Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
informasi tentang kanker serviks. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
sumber informasi mayoritas yang diperoleh siswi adalah media
(elektronik, cetak, internet) karena sumber informasi berupa media massa
adalah media informasi yang cukup berkembang dan mudah diakses
sehingga dapat kita lihat bahwa hampir sebagian masyarakat menggunakan
media (elektronik, cetak, internet) sebagai sumber informasi. Selain itu,
guru, keluarga dan teman merupakan orang terdekat bagi individu untuk
mendapatkan informasi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Alfarisyi (2014) di SMA Negeri 2 Lubukpakam yang menyatakan bahwa
pengetahuan siswi terhadap kanker serviks mayoritas berpengetahuan
kurang 50 responden (50%). Berdasarkan penelitian yang dilakukannya,
Alfarisyi (2014) mengatakan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan
tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu kurang pedulinya siswi
terhadap kesehatan reproduksi walaupun sudah adanya sarana informasi
baik dari media cetak dan elektronik serta penyuluhan.
Jika dilihat satu persatu, berdasarkan data dapat dilihat bahwa pada
siswi yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 siswi pernah
memperoleh informasi mengenai kanker serviks dan 10 siswi tidak pernah
memperoleh informasi tentang kanker serviks, pada siswi pengetahuan
cukup sebanyak 19 siswi pernah memperoleh informasi tentang kanker
serviks dan 6 siswi tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker
serviks, pada siswi pengetahuan kurang sebanyak 3 siswi pernah
mendapatkan informasi tentang kanker serviks. Hal ini dapat dimaklumi
sebab proses belajar dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta
keadaan sosial budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah pendidikan, informasi/ media massa, sosial, budaya, ekonomi,
lingkungan, pengalaman, dan usia (Budiman & Agus, 2013). Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih ada responden yang tidak
pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks (28,4%).
Pengetahuan sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun
pengalaman yang diperoleh dari orang lain, pengetahuan yang baik akan
mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan
pengetahuannya yang telah didapatkan. Dalam penelitian ini diketahui
bahwa mayoritas remaja puteri berpengetahuan baik (56,8%). Ini dapat
dilihat dari pertanyaan pengetahuan yang mayoritas dijawab benar oleh
responden dan hanya sedikit menjawab mayoritas salah atau tidak tahu
diantaranya 37 responden (45,7%) menjawab salah tentang penyebab
kanker serviks, 35 responden (43,2%) menjawab tidak tahu pada
pertanyaan tentang penggunaan pembersih vagina yang mengandung
antiseptic dalam mencegah kanker serviks, dan 37 responden (45,7%)
menjawab tidak tahu pada pertanyaan tentang jangka waktu pemeriksaan
pap smear dilakukan secara rutin. Hal ini disebabkan karena sudah
bagusnya informasi yang diperoleh remaja puteri tentang kanker serviks.
dapat dimaklumi karena memang di dalam kurikulum sekolah tidak
terdapat topik yang membahas tentang kanker serviks. Faktor lain yang
menyebabkan hal ini adalah faktor lingkungan dan pengalaman individu
itu sendiri. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
5.2.2. Sikap remaja puteri tentang kanker serviks
Dalam penelitian ini didapati hasil sikap terhadap kanker serviks
adalah mayoritas positif (97,5%) dan hanya ada 2 responden yang
menjawab negatif (2,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Alfarisyi (2014)
di SMA Negeri 2 Lubukpakam didapati hasil sikap responden terhadap
kanker serviks adalah mayoritas cukup (88%), diikuti dengan kurang (9%)
dan baik (3%). Hal ini sesuai dengan Purwanto (1999) yang menyatakan
bahwa sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat
keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu. Sehingga berdasarkan hal ini
sikap remaja puteri tentang kanker serviks berubah menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa siswi yang
memiliki sikap positif pernah memperoleh informasi tentang kanker
serviks sebanyak 57 siswi, dan yang tidak pernah memperoleh informasi
tentang kanker serviks sebanyak 22 siswi, dan siswi sikap negatif yang
pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 1 siswi dan
yang tidak pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak
Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih
berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan
terhadap kanker serviks tidak sama dengan sikap terhadap kanker serviks.
Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya pada sikap.
Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila
pengetahuan itu disertai kesediaan untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuan terhadap obyek itu (Purwanto, 1999). Pengetahuan yang baik
akan mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan
pengetahuannya yang telah didapatkan. Berdasarkan teori yang ada bahwa
pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang, dengan pengetahuan
yang baik maka akan terwujud sikap yang baik pula, demikian sebaliknya
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),
menjelaskan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Jika seseorang
telah mendengar tentang kanker serviks, maka pengetahuan ini akan
membawa seseorang tersebut untuk berpikir dan berusaha untuk mencegah
agar tidak terkena kanker serviks. Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang
mana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
berpengetahuan baik (56,8%), dan mayoritas bersikap positif pula (97,5%).
Tetapi fenomena yang terjadi, jika dilihat satu persatu hasil jawaban
responden maka akan didapat beberapa responden yang memiliki
tetapi bersikap positif, dan memiliki pengetahuan kurang dan bersikap
negatif. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan saja tidak dapat secara
mandiri mempengaruhi sikap seseorang. Sikap mempunyai 3 komponen
pokok yaitu kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional (evaluasi
terhadap suatu objek), dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga
komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam
penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting. Jadi, untuk membentuk sikap seseorang maka
pengetahuan, keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini didapati bahwa remaja puteri di SMA
Negeri 2 Pematangsiantar pada umumnya mayoritas telah memperoleh informasi
tentang kanker serviks yaitu melalui media (cetak, elektronik, internet) sehingga
sejalan dengan hasil yang diperoleh pengetahuan remaja puteri baik dan sikap
remaja puteri positif terhadap kanker serviks.
6.2. Saran
6.2.1. Untuk Pelayanan Kesehatan
Pada penelitian ini didapatkan data bahwa mayoritas remaja puteri
memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang positif tentang kanker
serviks, meskipun demikian diharapkan bagi praktik maternitas dapat tetap
mengembangkan bentuk pendidikan kesehatan yang lebih efektif dalam
upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker
serviks.
6.2.2. Untuk Sekolah
Disarankan bagi pihak sekolah agar bekerja sama dengan Dinas
Pendidikan Kota Pematangsiantar terutama bagian Unit Kesehatan sekolah
bekerjasama dengan PIKRR (Pusat Konsultasi Reproduksi Remaja) agar
dengan kesehatan seperti penyuluhan tentang kanker serviks untuk
mencegah terjadinya angka kejadian tentang kanker serviks.
6.2.3. Keterbatasan Penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan saat siswi kelas XII
sudah tidak aktif di sekolah, dikarenakan siswi kelas XII telah
menyelesaikan Ujian Nasional (UN) sehingga siswi kelas XII tidak
menjadi sampel pada penelitian ini. Selain itu peneliti hanya mengambil
sampel dari 6 kelas saja (terdiri dari 3 kelas dari kelas X, 3 kelas dari kelas
XI) yang menjadikan hasil penelitian ini tidak representatif. Selain itu,
penelitian ini juga masih menggunakan angket untuk pengukuran kategori
sikap dimana seharusnya melakukan observasi agar lebih representatif.
6.2.4. Untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi
hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang kanker
serviks dalam kaitannya dengan data demografi atau faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya dengan jumlah sampel yang lebih banyak
sehingga hasil yang diperoleh lebih representatif.
6.2.3. Keterbatasan Penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan saat siswi kelas XII
sudah tidak aktif di sekolah, dikarenakan siswi kelas XII telah
menyelesaikan Ujian Nasional (UN) sehingga siswi kelas XII tidak
menjadi sampel pada penelitian ini. Selain itu peneliti hanya mengambil
XI) yang menjadikan hasil penelitian ini tidak representatif. Selain itu,
penelitian ini juga masih menggunakan angket untuk pengukuran kategori
Alfarisyi. (2014). Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam Terhadap Kanker Serviks. Di akses 12 Juni 2015 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/44578.
Arief, D. (2013). Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2011. Di akses 29 Oktober 2014
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/view/1353.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiman & Agus R. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, R. (2010).Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta Barat: Permata Puri Media.
Diananda, R. (2009).Mengenal Seluk Beluk Kanker.Jogjakarta: Katahati
Efrida, M. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Minat Remaja Putri Dengan Pencegahan Kanker Serviks di Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar.Di akses 20 April 2015 http://simtakp.uui.ac.id/docjurnal/MUTIA_EFRIDA-jurnal_kti.pdf.
Farid, Andrijono, & Abdul. (2006). Onkologi Ginekologi: Buku Acuan Nasional Edisi 1.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
International Agency For Research on Cancer (IARC). (2012). Servical Cancer Estimated Insidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012.
Diunduh tanggal 17 Oktober 2014, dari
globocan.iarc.fr/pages/fact_sheets_cancer.aspx
Kemenkes. (2011). Gerakan perempuan Melawan Kanker Serviks. Diunduh
tanggal 16 Oktober 2014, dari
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Maolinda, N. (2012). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN 1 Margahayu. Di
akses 24 September 2014
https://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/609/663.
Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2 : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian.Jakarta: Salemba Medika
Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasespsi. Jakarta : Trans Info Media.
Polit & Hungler. (1999). Nursing Research: Principles and methods. Philadelphia: Lippicott.
Pribakti. (2012).Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta: CV Sagung Seto.
Purwanto, H. (1999). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Rachmani, B., Zahroh & Kusyogo. (2012). Sikap Remaja Perempuan Terhadap Pencegahan Kanker Serviks Melalui Vaksinasi HPV di kota Semarang. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11/ No. 1. Di akses 27
September 2014
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/download/6161/5214.
Rasjidi, I. (2008).Manual Prakanker Serviks.Jakarta: CV Sagung Seto
Rasjidi, I., & Henri. (2007). Vaksin Human Pappiloma Virus dan Eradikasi Kanker Mulut Rahim.Jakarta: Sagung Seto.
Widyastuti, Y., dkk. (2010).Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya