• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan

payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan

lemak maupun jaringan ikat pada payudara yang merupakan kanker nomor dua yang

terjadi pada wanita. Biasanya kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun dan

letak terbanyak di kuadran lateral atas. Didunia, kematian akibat kanker payudara

diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun. 2,3 juta diantaranya ditemukan di negara

berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 3,9 juta pertahun (Mansjoer,

2002).

Kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim yang

menyerang kaum wanita di seluruh dunia (Dalimartha, 2004). Berdasarkan Survei

Kesehatan Nasional tahun 2001 dan sistem informasi rumah sakit tahun 2006, kanker

merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia. Kanker payudara merupakan

kasus terbanyak dari seluruh kasus kanker (Sulistiani, 2008).

(2)

Perancis juga mencatat lebih dari satu juta kasus terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, dan mayoritas menyerang perempuan usia lanjut. Berdasarkan data dari IARC (International Agency for Research on Cancer), pada tahun 2002 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insiden rate 38 per 100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar 22,7% dan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia ( Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes, 2008).

Di Negara-Negara Asia, insiden kanker payudara mencapai 20 per 100.000

penduduk. Disamping itu, berdasarkan data Globocan, International Agency for

Research on Cancer (IARC) (2002), didapatkan estimasi insiden kanker payudara di

Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan (Depkes RI,2008).

Menurut data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi

Indonesia (IAPI) tahun 1998 pada perempuan kanker payudara menduduki urutan

kedua terbanyak dari seluruh kasus kanker dengan proporsi 12,2%. Menurut SIRS

(Sistem Informasi Rumah Sakit) di Indonesia pada tahun 2007, pada kanker payudara

menempati urutan pertama dari seluruh kasus kanker dengan proporsi 24,3% (Juliana,

2005).

Masyarakat pada umumnya memandang kanker sebagai penyakit yang

mematikan dan tidak bisa diobati. Padahal, jika kanker ditangani dengan baik pada

stadium dini, angka kesembuhannya dapat mencapai 90%. Saat ini, sangat sedikit

penyakit kanker yang terdeteksi pada stadium dini sehingga angka kematian akibat

(3)

baru kanker di seluruh dunia dan seperlimanya akan akan meninggal akibat penyakit

tersebut. Salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada wanita adalah kanker

payudara. Sesuai dengan namanya, kanker ini berada pada jaringan payudara. Pria

juga memiliki resiko menderita kanker payudara. Namun angka kejadiannya pada

wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria. Di Medan, angka kejadian kanker

payudara pada wanita sekitar 10,9% dari seluruh jenis kanker (Dinkes, 2007).

Menurut Jane Wardle dari Badan Penelitian Kanker Amal Inggris, sebagian

besar remaja putri disetiap negara tidak menyadari faktor pola hidup dapat

memengaruhi resiko mereka terserang kanker payudara. Hanya 5% yang menyadari

bahwa menyantap makanan, minuman alkohol serta kurang berolahraga beresiko

terserang kanker payudara (Kollinko, 2007).

Resiko kanker payudara dimulai saat remaja wanita memutuskan untuk

merokok atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh Olson juga menunjukan bahwa

para wanita yang mulai merokok sebelum mengalami kehamilan pertama akan

memiliki resiko terkena kanker payudara setelah masa menopause. Olson menyatakan

bahwa target untuk menanggulangi terjadinya kanker payudara pada wanita bisa

dicegah saat masih remaja (Jaknews, 2005).

Pada era ini, kaum wanita semakin takut akibat laju perkembangan dari angka

kejadian penyakit kanker payudara yang sangat cepat. Sampai saat ini belum

ditemukan penyebab timbulnya kanker payudara secara pasti. Namun, dari

keberhasilan para ahli klinik dalam bidang kanker menemukan beberapa prinsip

(4)

memberikan masa depan yang cerah bagi penderita kanker payudara

(Tjindarbumi,2005).

Di negara-negara lain, Eropa atau Amerika misalnya, jumlah penderita kanker

payudara tidak begitu banyak dibandingkan dengan jumlah penderita kanker jenis

lain. Di negara-negara tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah

berkembang baik. Kebanyakan kanker payudara ditemukan pada stadium awal,

sehingga segera dapat diobati dan disembuhkan (Peiwen, 2007).

Menurut Sutjipto, saat ini telah banyak ditemukan penderita kanker payudara

pada usia muda, bahkan tidak sedikit remaja putri usia 14 tahun menderita tumor di

payudaranya. Dimana tumor yang terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak terdeteksi

lebih awal. Meskipun tidak semuanya ganas, tetapi ini menunjukkan bahwa saat ini

sudah ada trend gejala kanker payudara yang semakin tinggi di usia remaja (Lily,

2008).

Berdasarkan Laporan Kinerja RS Kanker Dharmais tahun 2013 jumlah

penderita yang berkunjung ke tim kerja kanker payudara menduduki peringkat

pertama dari 10 besar kanker. Beberapa tahun terakhir penyakit kanker payudara

mulai menyerang kalangan muda, dimana banyak penderita kanker payudara

memiliki usia relatif muda. Bahkan, tidak sedikit remaja putri berusia 14 tahun

menderita tumor di payudara. Sejak lima tahun terakhir, kasus di bawah 25 tahun

makin bertambah , memang belum diketahui penyebab pastinya karena penyakit

kanker berhubungan dengan multifaktor. Meskipun demikian beberapa faktor yang

(5)

konsumsi makanan tidak sehat , merokok, alkohol atau telat menikah, serta faktor

risiko yang tidak dapat diubah seperti usia dan riwayat keluarga merupakan faktor

risiko. Beberapa faktor risiko yang dapat diubah bisa dikurangi dengan promosi

kesehatan.

Jumlah kasus baru di RS Kanker Dharmais dari tahun ke tahun mengalami

peningkatkan, pada tahun 2003 berjumlah 221 orang, mengalami kenaikan tiga kali

lipat pada tahun 2012. Tahun 2010 kasus baru kanker payudara yaitu sebesar 567

orang, tahun 2011 meningkat menjadi 711 orang serta tahun 2012 berjumlah 769

orang. Sebesar 85 persen pasien datang pada stadium lanjut, III atau IV, sehingga

hampir setengah dari angka kejadian kanker payudara berakhir dengan kematian.7

Mereka umumnya datang karena ada kekambuhan, dengan rentang usia semakin

muda dibandingkan 5 tahun yang lalu. Pada tahun 2007 rata-rata usia 27-81 tahun,

dengan usia tersering 48 tahun, tahun 2012 rata-rata usia 17- 80 tahun dengan usia

tersering 45 tahun. Terdapat kecenderungan kasus yang terdiagnosis pada usia

semakin muda. Perubahan gaya hidup diduga menjadi pemicu.

Pada saat ini, masih banyak remaja Indonesia masih belum peka terhadap

perawatan untuk payudaranya sendiri (SADARI), mereka lebih peka terhadap jerawat

yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik

ketidakpekaan itu, juga dilatarbelakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk

menggali informasi mengenai pencegahan kanker payudara ini. Selain daripada

program pemerintah yang saat ini belum terfokus pada promosi tentang pelaksanaan

(6)

hanya itu, Teknik SADARI juga terasa masih awam, karena masih sedikitnya jumlah

wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan (Hidayat, 2007).

Oleh karena itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat

memberikan gambaran gaya hidup sehat kepada remaja saat ini adalah dengan cara

memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja Indonesia. Pendidikan kesehatan

adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang

kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat

menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka,

dan kesehatan orang lain. Pendididikan kesehatan dapat disisipkan dalam setiap mata

pelajaran, misal mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, biologi, dan melalui

bimbingan konseling (Notoatmodjo, 2003).

Deteksi dini masih sangat diharapkan untuk meningkatkan angka harapan

hidup penderita, salah satunya adalah dengan melakukan Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI). Masalah utama terjadinya kanker payudara adalah

ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan SADARI dengan benar. Sehingga perlu

adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

(Retnowati, 2007). Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker

payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga

banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (Lusa,

2007).

Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Widiyanto (1999) menunjukkan

(7)

yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI.

Demikian juga, Soelarto (1995) dalam penelitiannya menyebutkan kurang lebih 85%

tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak sengaja. Dengan demikian,

menurut Reksoprojo (1995), akan sangat besar artinya bila SADARI lebih digalakkan

terhadap kaum wanita terutama yang lebih dari 15 tahun sampai dengan wanita yang

lebih dari 30 tahun (Cancer Age) sehingga diharapkan akan banyak dijaring kasus

kanker secara dini (Widiyanto, 1999).

Kesembuhan akan semakin tinggi jika kanker payudara (Ca Mammae)

ditemukan dalam stadium dini, yang biasanya masih berukuran kecil. Minimnya

informasi dan upaya publikasi deteksi dini kanker payudara menyebabkan penemuan

dan penanganan kanker belum bisa terkelola dengan baik. Salah satu upaya untuk

memberikan informasi tentang SADARI kepada wanita remaja adalah melalui

pendidikan kesehatan (Melda S, 2008).

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah

norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Berbagai hal tersebut mengakibatkan

peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit (Agustiani, 2009).

Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat

memengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara. Pola makan dan

makanan juga merupakan faktor penting yang dapat memicu terkena kanker

payudara. Dalam hal ini budaya makan makanan di Indonesia sangat memengaruhi

(8)

jenis gorengan), yang merupakan makanan favoritnya masyarakat Indonesia. Selain

itu efek negatif yang didapat dari globalisasi yaitu masuknya tren makan makanan

cepat saji seperti burger, kentang goreng, dll (fast food, junk food) yang kian merebak

tidak hanya pada remaja tapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Gaya hidup

modern yang memicu semakin meningkatnya pola konsumsi alkohol, kebiasaan

merokok yang terus meningkat khususnya di kalangan remaja. Ditambah lagi remaja

saat ini kurang melakukan aktifitas fisik dan berolahraga (Kusminarto, 2005).

Selain daripada itu, masih banyak remaja Indonesia masih belum peka

terhadap perawatan untuk payudaranya sendiri, mereka lebih peka terhadap jerawat

yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik

ketidakpekaan itu, juga dilatarbelakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk

menggali informasi mengenai pencegahan kanker payudara ini. Selain daripada

program pemerintah yang saat ini belum terfokus pada promosi tentang pelaksanaan

SADARI bagi remaja, masih fokus kepada pelaksanaan mammografi saja. Bukan

hanya itu, Teknik SADARI juga terasa masih awam, karena masih sedikitnya jumlah

wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan (Hidayat, 2007).

Oleh karena itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat

memberikan gambaran gaya hidup sehat kepada remaja saat ini adalah dengan cara

memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja Indonesia. Pendidikan kesehatan

adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang

kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat

(9)

dan kesehatan orang lain. Pendididikan kesehatan dapat disisipkan dalam setiap mata

pelajaran, misal mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, biologi, dan melalui

bimbingan konseling (Notoatmodjo, 2003).

Sejauh ini penelitian yang terkait dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan

remaja puteri dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sangat

terbatas, berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di SMA Katolik Budi

Murni 1 Medan di dapat hanya 10 orang yang mengetahui cara melakukan SADARI,

sedangkan yang tidak mengetahui cara melakukan SADARI sebanyak 20 orang. Hal

inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengetahuan, sikap,

dan tindakan remaja puteri dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah penelitian

ini adalah bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja puteri dalam

melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1

Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja puteri

dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi

Murni 1 Medan.

(10)

1. Mengetahui faktor internal remaja puteri dalam hal pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

2. Mengetahui faktor eksternal remaja puteri puteri dalam hal pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

3. Mengetahui pengetahuan remaja puteri dalam hal pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

4. Mengetahui sikap remaja puteri dalam hal pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

5. Mengetahui tindakan remaja puteri dalam melakukan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan yang berguna untuk meningkatkan kualitas

pendidikan dan sebagai informasi bagi institusi pendidikan.

2. Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam mengidentifikasi serta

memberi informasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI).

3. Sebagai sumber pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat

Referensi

Dokumen terkait

Keterkaitan dengan Sistem Sosial Berlangsungnya kehidupan sosial yang berlandaskan sekulerisme telah menyuburkan paradigma hedonisme (hura- hura), permisivisme (serba

Oemikian  juga  seperti  yang  terlihat  dalam  tabel  12  dimana  suami  dari   responden  sabagian  besar  bekerja  sebagai  pagawai  nageri  dan  swasta.  

The research was conducted to know the genotype of Limousin cross Madura cattle (Limura) and investigate the effect of polymorphism growth hormone (GH) gene for growth traits.. The

jawab pidana lainnra me.urut Statuta ini untuk kejahatan dalam ]urisdiki (a) Komandan militer atau orang yan8 sffira efektif berindak sebasai komndan militer ha.us

Kegiatan awal dan kegiatan akhir yaitu sebuah pembiasaan untuk melatih anak terbiasa melakukan, mengucapkan pembiasaan yang ada dalam sekolah (standar

Pada mulanya UNIZAR memiliki 4 (empat) Fakultas, yakni: (1) Fakultas Hukum, Jurusan Hukum Keperdataan dan Jurusan Hukum Pidana, yang belakangan pada tahun 1993, program

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi tanah dengan Teknis Pondasi dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.. ™ Pertanyaan Kriteria

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada