SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi
Oleh: Yuni Sasmita 201010160311092
Oleh:
Nur Hayati 201010160311096
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Assalamu’alaikum wr, wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis limpahkan kepada kehadiran Allah SWT, yang mana telah melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Transportasi Yang Tercatat Di Bursa Efefk Indonesia (BEI)”. Sholawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan inspirasi dan teladan bagi umatnya.
Penelitian ini menyajikan tentang pokok-pokok pembahasan yang meliputi kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan alat analisis Economic Value Added dan Market Value Added. Maksud dan tujuan penuisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, peneulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada beberapa pihak yang berkaitan yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
mengikuti kegiatan perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Dr. H. Marsudi, M.M. selaku Ketua Program Studi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang atas kebijakan dalam penyusunan mata kuliah sesuai konsentrasi penjurusan.
4. Drs. Wiyono, M.M dan Drs. Mursidi M.M. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
5. Drs. H. Jihadi, M.Si. selaku Dosen Wali kelas B Angkatan 2010 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang selama studi selalu memberikan motivasi, arahan dan semangat untuk selalu menjadi lebih baik.
6. Kedua orang tua ku, Ayah dan Mama serta Nenek, Kakek, Adik, dan Kakak, yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun spiritual, serta segenap kasih sayangnya yang telah diberikan kepada saya selama ini, terimakasih yang tak terhingga untuk semuannya. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat untuk mereka.
lagi.
Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna
bagi semua pihak dalam meningkatkan keilmuan. Akhir kata saya mengucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya mudah-mudahan Allah SWT senantiasa
memberikan keberkahan bagi setiap langkah kita.
Wassalamu’alaikum wr, wb.
Malang, Oktober 2014
Penulis,
Nur Hayati
DAFTAR ISI
Halaman
ABSRTAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Batasan Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 10
B. Tinjauan Teori ... 11
C. Kerangka Pikir ... 37
D. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39
B. Populasi dan Sampel ... 39
BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian
A. Gambaran Umum Perusahaan ... 51
B. Analisis Data ... 57
C. Uji Hipotesis Hasil ... 78
D. Pembahasan ... 82
BAB V KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN ... 86
B. SARAN ... 87
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2 Langkah-langkah Perhitungan EVA ... 45
Tabel 3 Langkah-langkah Perhitungan MVA ... 46
Tabel 4.1 Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Jasa Transportasi ... 55
Tabel 4.2 Perhitungan NOPAT ... 58
Tabel 4.3 Perhitungan Hutang Sebelum Pajak ... 60
Tabel 4.4 Perhitungan Hutang Setelah Pajak ... 62
Tabel 4.5 Perhitungan Biaya Laba Ditahan pendekatan Premi Resiko ... 65
Tabel 4.6 Perhitungan Struktur Modal ... 67
Tabel 4.7 Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) ... 68
Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Modal ... 70
Tabel 4.9 Perhitungan EVA ... 72
Tabel 4.10 Perhitungan MVA ... 73
Tabel 4.11 Perbandingan Cross section menggunakan EVA ... 75
Tabel 4.12 Perbandingan Cross section menggunakan MVA ... 76
Tabel 4.13 Perbandingan Time Series menggunakan EVA ... 77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Biaya Modal Hutang Sebelum Pajak (Kd) Lampiran 2 Perhitungan Tarif Pajak (T)
Lampiran 3 Perhitungan Biaya Hutang Setelah Pajak (Ki) Lampiran 4 Perhitungan Tingkat Pengembalian (Rm) Lampiran 5 Perhitungan Premi Resiko (PR)
Lampiran 6 Perhitungan Biaya Modal Sendiri (Ks) Lampiran 7 Perhitungan Struktur Modal
Lampiran 8 Pehitungan Rata-rata Tertimbang Biaya Modal (WACC) Lampiran 9 Perhitungan NOPAT
Lampiran 10 Perhitungan Biaya Modal Lampiran 11 Perhitungan EVA
Brigham, Eugene F & Joel F. Houston. 2006. DasarDasar Manajemen Keuangan. Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F & Joel F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Halim Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Hidayat, Syarifudin dan sedarmayanti. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Bumi Aksara
Komaruddin Ahmad. 1996. Dasar-dasar Manajemen Investasi. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. Edisi kedua.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Munawir, S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta. Liberty. Raiborn, Cecily A, dan Michael R. Kenney. 2011. Akuntansi Biaya “Dasar dan
Perkembangan 2”. Edisi ketuju. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono, (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sony, Edy. 2012. Evaluasi Kinerja Keuangan Pada Sektor Telekomunikasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi: UMM
Syamsudin, Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid I, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama. Penerbit UMM Press, Malang.
IDX: http://www.idx.com/bei/anual-report/ (diakses 08 maret 2014, pukul 09:57) IDX: Jakarta Composite Index(IHSG)
http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock (diakses 10 maret 2014, Pukul 21 :13)
Sub sektor transportasi dan Populasi kendaraan bermotor
Http://KompasOtomotif.com diakses pada Tanggal 10 Maret 2014, Pukul. 20:59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian kinerja keuangan sangat diperlukan suatu perusahaan dalam
aktivitas ekonomi di pasar modal, terutama dalam penilaian kinerja perusahaan
publik. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan
dari waktu ke waktu atau dapat juga membandingkan dengan perusahaan yang
bergerak dalam industri yang sama. Hal ini untuk mengetahui kondisi
perusahaan, perusahaan mana yang paling baik dan lebih menguntungkan jika
dilihat dari perbandingan kinerja perusahaan. Semakin baik kinerja keuangan
suatu perusahaan, maka akan semakin membuka peluang investor untuk
mengivestasikan dananya.
Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat
digunakan sebagai alat pengambilan keputusan apakah mereka akan
mempertahankan investasinya atau mencari alternatif lain. Keputusan investasi
merupakan hal yang paling penting dihadapi oleh investor, karena menyangkut
unsur risiko. Keinginan untuk mendapatkan keuntungan merupakan harapan
bagi semua investor. Karena semakin tinggi risiko yang dihadapi seorang
investor, semakin tinggi pula harapan investor untuk mendapatkan keuntungan.
Keputusan perusahaan melakukan investasi merupakan keputusan
perusahaan untuk menggunakan atau mengalokasikan dana. Penggunaan dana
2
menilai kinerja keuangan perusahaan. Ukuran yang digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan adalah Analisis Rasio keuangan, Nilai tambah
ekonomis (Economic Value Added) atau sering disingkat dengan EVA, Balanced
Scorecard, Nilai tambah Pasar (Market Value Added) dan Analisis Sistem Du
Pont (Warsono, 2003).
Pada dasarnya tujuan utama suatu perusahaan adalah mencari
keuntungan, memberikan nilai tambah ekonomis perusahaan dan meningkatkan
nilai pasar. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk
menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Perusahaan
menggunakan metode EVA untuk memperoleh nilai tambah ekonomi yaitu
metode yang mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan
bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta ketika perusahaan mampu memenuhi
semua biaya operasi dan biaya modal. Tujuan perusahaan untuk meningkatkan
nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham
dalam operasi perusahaan.
Market Value Added (MVA) mempunyai tekanan yang sama dengan
EVA yaitu pada kesejahteraan penyandang dana perusahaan. MVA merupakan
hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi
yang telah dilakukan, sehingga peningkatan MVA adalah sebagai keberhasilan
memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan alokasi sumber-sumber
yang tepat dengan demikian MVA merupakan ukuran kinerja keuangan
eksternal perusahaan. MVA biasanya digunakan untuk menghitung kelebihan
dengan harga saham perlembar sahamnya. Semakin tinggi nilai MVA, maka
semakin baik pekerjaan yang telah dilakukan manajemen bagi pemegang saham.
Banyaknya masyarakat yang cenderung dengan gaya hidup instan.
Artinya, setiap kebutuhan harus dapat segera terpenuhi tanpa menunggu lama,
sehingga para konsumen dapat menghemat waktu dan biaya. Dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat maka transportasi memiliki peranan penting untuk
menunjang aktivitas masyarakat. Transportasi juga membantu tercapainya
pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Sehingga sarana
transportasi harus cukup tersedia dan terjangkau oleh masyarakat untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan kota.
Pengguna kendaraan pribadi pun semakin banyak dan terus mengalami
peningkatan dari tahun ketahun. Penambahan jumlah kendaraan bermotor pada
tahun sebelumnya mencapai 10,036 juta unit. Mengakibatkan populasi
kendaraan bermotor yang tercatat pada kepolisian naik 12% menjadi 94,299 juta
unit dibandingkan periode tahun 2011 hanya 84,19 juta unit. Menurut data
terakhir Korp Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri),
selama tahun 2012 pertambahan terbanyak adalah mobil pribadi dan sepeda
motor, masing-masing mencapai 12%.
Jumlah sepeda motor yang dibeli konsumen pada tahun lalu mencapai
8.551 juta unit, sedangkan mobil pribadi baru yang tercatat mencapai 984.314
juta unit. Sepeda motor jumlahnya 77.7 juta unit atau 82.4%, mobil pribadi 9.5
4
diatas penggunaan sepeda motor masih menjadi andalan utama dan paling
terjangkau bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Http://KompasOtomotif.com
Dari jumlah data pengguna kendaraan pribadi di atas dapat dilihat
bahwa penggunaan kendaraan umum hanya berkisar 7-8%. Sehingga banyak
perusahaan transportasi yang gulung tikar terutama pada perusahaan
transportasi publik. Namun seiring dengan banyaknya jumlah pengguna
kendaraan pribadi yang terus meningkat memberikan dampak yang buruk yaitu
kemacetan yang sering terjadi di daerah kota-kota besar.
Dampak kemacetan yang semakin tidak bisa dihindari memberikan
banyak pilihan kepada masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi.
Sehingga banyak masyarakat yang beralih kepada penggunaan jasa transportasi
umum atau publik untuk menghindari kemacetan, menghemat waktu dan biaya.
Seiring dengan permasalahan kemacetan yang sering terjadi memberikan
peluang terhadap usaha jasa transportasi publik seperti: angkot, busway, bajaj,
travel, bus dan kereta api. Semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan
jasa transportasi semakin efektif pula penggunaan jalan raya, dengan kata lain
jasa transportasi sebagai solusi untuk menghindari kemacetan.
Perusahaan jasa transportasi pun juga semakin berkembang dan terus
mengalami peningkatan. Meskipun tidak mengalami kenaikan yang signifikan
tapi jasa transportasi terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahunya. Seperti
penggunaan jasa mobil penumpang yang mengalami kenaikan 9% menjadi
Sedangkan kendaraan umum lainya seperti bus, truk, angkot dan sejenisnya
hanya mengalami kenaikan kurang lebih 1% setiap tahunnya.
Perusahaan jasa transportasi digunakan dalam penelitian ini, karena
industri terbesar di dunia adalah pada bidang jasa. Perusahaan ini merupakan
kelompok perusahaan yang cukup besar dan berkembang pesat di Indonesia.
Perusahaan jasa transportasi memiliki iklim persaingan yang sangat ketat,
karena transportasi merupakan salah satu kebutuhan yang penting untuk
mobilisasi dalam menjalankan kegiatan perekonomian. Perusahaan juga
membutuhkan modal yang sangat besar dan kuat untuk mendukung finansial
perusahaan, agar dapat bersaing dalam memberikan fasilitas jasa yang terbaik.
Melihat kondisi yang demikian, banyak perusahaan yang ingin masuk ke sektor
tersebut sehingga persaingan pun sangat tajam.
Banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi
seperti PT. Zebra Nusantara, Tbk. PT. Adi Sarana Armada, Tbk. (ASSA), Dan
PT. Panorama Transportasi, Tbk. ( WEHA). Perusahaan-perusahaan tersebut
bekerja di bidang yang sama yaitu memberikan jasa transportasi seperti
menyediakan jasa Taxi, Travel, bus pariwisata, dan mejual mobil-mobil bekas.
PT. ASSA, Tbk mencatat laba operasi bersih perusahaan pada tahun 2011
sebesar Rp. 9.856 juta, tahun 2012 sebesar Rp. 29.453 juta dan tahun 2013
sebesar Rp. 92.043 juta. Dengan pendapatan usaha sebesar Rp. 567.413 Milyar
pada tahun 2011, Rp. 793.863 Milyar pada tahun 2012 dan Rp. 1.018.883 Milyar
pada tahun 2013. Pendapatan yang diperoleh PT. ASSA juga berasal dari
6
terakhir 2013 ASSA mencatat jumlah saham yang beredar sebanyak
3.397.500.000 lembar saham.
Pendapatan PT. Panorama Transportasi, Tbk (WEHA), pada tahun
2011 sebesar Rp.171.766 milyar, tahun 2012 sebesar Rp.201.199 milyar dan
tahun 2013 sebesar Rp.236.843 milyar. Laba operasi bersih perusahaan sebesar
Rp. 23.913 milyar pada tahun 2011, Rp.33.803 milyar pada tahun 2012 dan
Rp.36.165 milyar pada tahun 2013. pada tahun terakhir 2013 WEHA juga telah
mencatatkan jumlah saham yang beredar yaitu sebanyak 279.494.000 lembar
saham.
Berbeda dengan PT. Adi Sarana Armada (ASSA) dan PT. Panorama
Transportasi (WEHA), PT. Zebra Nusantara (ZBRA) mengalami penerunan
setiap tahunnya. Dari tahun 2011 pendapatan bersih ZBRA sebesar Rp. 19.854
milyar mengalami penurunan Rp. 0.3 milyar menjadi Rp. 19.598 milyar pada
tahun 2012. Pada tahun 2013 perusahaan juga mengalami penurunan sebesar
Rp. 0.5 milyar menjadi Rp. 13.924 milyar. Hal ini memberikan dampak pada
penurunan laba kotor perseroan. Saham ZBRA yang beredar sebanyak
655.666.202 lembar saham.
Dari ketiga perusahaan di atas dapat dilihat bahwa perusahaan jasa
transportasi memberikan prospek yang baik kedepannya untuk perusahaan
transportasi. Hal tersebut dapat dilihat dari pendapatan perusahaan yang terus
mengalami peningkatan dari tahun ketahun, meskipun ada perusahaan yang
terhadap kegiatan operasi perusahaan. Sehingga tidak diragukan lagi melakukan
invesatasi pada perusahaan transportasi merupakan hal yang paling diminati
oleh para investor. Meskipun perekonomian dalam keadaan yang tidak stabil,
tetapi jumlah permintaan akan jasa transportasi yang tercatat di bursa efek
Indonesia akan terus bertambah dan beroperasi dengan cukup baik.
Konsep-konsep penilaian kinerja dan pengaruhnya terhadap nilai
tambah ekonomis dan kelebihan nilai pasar harus diperhatikan oleh para investor
dalam melakukan investasi. Dari fenomena yang ada diatas maka itu menjadi
alasan peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kinerja
Keuangan Perusahaan Jasa Transportasi Yang Tercatat Di Bursa Efek
Indonesia”.
B. Rumusan Penelitian
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah perusahaan Jasa Transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
mempunyai nilai tambah jika dihitung menggunakan metode EVA dan MVA?
C. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki batasan atas pembahasan mengenai
rumusan masalah diatas yaitu penilaian kinerja dari 3 perusahaan jasa
Transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dan laporan keuangan
8
D. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas dapat diketahui
bahwa tujuan dari penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
Untuk mengetahui kinerja perusahaan Jasa Transportasi yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia memberikan nilai tambah dihitung menggunakan metode EVA
dan MVA.
E. Kegunaan Penelitian
Dengan terselesaikanya penelitian ini, dan dilihat dari latar belakang,
perumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Sebagai alat analisis dan informasi dalam pengambilan keputusan investasi
sekuritas di bursa efek.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk perusahaan yang terdaftar pada pasar modal,
diharapkan dapat memberi kontribusi dan menjelaskan secara empiris
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan harga saham
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu juga
sebagai penilaian kinerja perusahaan, khususnya lagi perusahaan jasa
3. Bagi penelitian selanjutnya
Membantu penelitian selanjutnya untuk mengetahui lebih detailnya tentang
evaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan dengan menggunakan ukuran
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah melakukan penelitian terhadap
evaluasi kinerja keuangan memberikan hasil yang berbeda dalam setiap hasil
penelitianya.
Sony (2012), hasil penelitian pada lima perusahaan telekomunikasi
yang terdaftar dalam BEI, yaitu PT. Bakrie Telecom, Tbk, PT Excelcomindo
Pratama, Tbk, PT. Mobile-8 Telecom. Tbk, PT. Indosat, Tbk. Dan PT,
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dinilai dengan metode EVA, semua
perusahaan yang tercatum memiliki kinerja keuangan yang sehat dimana hal
tersebut ditunjukan dengan nilai EVA > 0, dan terus mengalami kenaik pada
tahun selanjutnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode EVA cocok
untuk digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi.
Alat analisis yang digunakan Cross sectional approach dan time series
analysis.
Dari hasil penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa setiap
perusahaan melakukan evaluasi kinerja perusahaan pada setiap tahunya. Hal
ini dilakukan perusahaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau
kegagalan yang dicapai manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya.
Banyak metode yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan, metode
tepat untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan seperti pertambangan
dan telekomunikasi.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah obyek
penelitianya. Dalam penelitian terdahulu obyek perusahaan yang digunakan
yaitu perusahan-perusahaan Telekomunikasi yang sahamnya telah tercatat di
Bursa Efek Indonesi, dalam penelitian ini menggunakan perusahaan Jasa
Transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dilakukan untuk
membuktikan apakah metode EVA dan MVA cocok digunakan untuk analisis
kinerja keuangan perusahaan Jasa Transportasi.
B. Tinjauan Teori
1. Investasi
Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh berbagai pihak
terhadap pengertian tentang investasi. Investasi selalu berkaitan dengan
pasar modal dan pasar uang. Secara umum investasi sendiri adalah
pengorbanan atas suatu nilai untuk memperoleh return di masa mendatang
yang mungkin tidak pasti. Keputusan investasi merupakan salah satu hal
paling penting yang dihadapi investor, karena menyangkut unsur risiko.
Keinginan mendapatkan keuntungan merupakan suatu harapan bagi semua
investor. Semakin tinggi risiko (risk) yang dihadapi seorang investor,
semakin tinggi pula harapan investor untuk mendapat keuntungan (expected
12
Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang,
baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura
yang lebih berorientasi ke resiko, yang dirancang untuk mendapatkan
perolehan modal. (Downes dan Goodman dalam Warsono, 2001:1).
Sedangkan menurut Halim (2005:4), investasi merupakan penempatan
sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
dimasa mendatang.
Menurut Donald E. Fischer dan Ronald J. Jordan dalam buku
Komaruddin mendifinisikan: "Investasi adalah komitmen dana dibuat
dengan harapan beberapa tingkat positif pengembalian." Dapat disimpulkan
bahwa setiap investasi yang dilakukan oleh seorang investor harus
memberikan nilai tambah yang positif atas investasi yang dilakukanya.
Dari beberapa difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa investasi
merupakan biaya atau modal yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan
harapan akan memperoleh timbal balik atau keuntungan yang bernilai positif
dimasa mendatang. Invesatasi pada umumnya dapat digolongkan menjadi
dua bentuk yaitu: real asset melibatkan aset-aset berwujud milik perusahaan
seperti tanah, bangunan, dan mesin. Kemudian financial asset investasi
berupa valas, deposito berjangka, saham dan obligasi yang diperdagangkan
di pasar uang atau pasar modal.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara
a. Mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.
Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu dengan berusaha untuk
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi, dengan melakukan investasi dalam
pemilihan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan
diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena
digerogoti oleh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha
tertentu.
2. Kinerja Keuangan
a. Penilaian Kinerja
Evaluasi kinerja organisasi dan sistem penghargaan merupakan
salah satu cara untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Karena kinerja
karyawan juga merupakan elemen dari keberhasilan sutau perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan menurut Michael R.Kinney (2011:217),
pengukuran kinerja dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) pengukuran
kinerja internal yaitu memberikan fokus pada efisiensi dan efektifitas
14
pengukuran/penilaian kinerja harus menandakan kemampuan organisasi
untuk memuaskan pelanggan.
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan
yang ditimbulkan akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen
yang menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari
kegiatan perusahaan serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul
terhadap perusahaan.
Mulyadi (1997:419) penilaian kinerja merupakan penentuan
secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan menurut Sucipto (2003), Pengertian kinerja
keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi
perusahaan dengan pusat pertanggung jawaban dalam wujudkan bentuk
prestasi kerja keuangan.
Menurut Brigham dan Houston (2006:128), analisis kinerja
keuangan dirancang untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan
sejenis, dan untuk menunjukan apakah posisi keuangan selama ini telah
membaik atau memburuk. Jika kondisi perusahaan dikatakan baik
berarti perusahaan tersebut mampu menjalankan usahanya dan mampu
mengoperasikan usahanya dengan baik, tetapi jika perusahaan tersebut
tidak mampu menjalankan usahnya maka perusahaan tidak mampu
beroperasi dengan baik.
Dari beberapa definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa
kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai alat ukur untuk hasil yang
dicapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam
mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Pengukuran kinerja
keuangan juga dilakukan berdasarkan kualifikasi dan efisiensi
perusahaan. Selain itu pengukuran kinerja keuangan juga memiliki
tujuan. Tujuan dari penilaian kinerja keuangan perusahaan yaitu untuk
mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, profitabilitas,dan tingkat
stabilitas perusahaan.
b. Manfaat Penilaian Kinerja
Adapun manfaat dari penolaian kinerja adalah sebagai berikut:
1) Mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan kegiatannya.
2) Digunakan untu melihat kinerja organisasi secara keseluruhan,
16
kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan
secara keseluruhan.
3) Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan
untuk masa yang akan datang.
4) Memberikan petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada
khususnya.
5) Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
c. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2004:31)
adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat
ditagih.
2) Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
3) Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu.
4) Mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok
hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden
secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami
hambatan atau krisis keuangan.
d. Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan ini dilakukan untuk mengkaji ulang
atau meriview kembali data-data keuangan, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada
periode tertentu. Ada 8 macam analisis yang diguanakan untuk mengukur
kinerja keuangan menurut Jumingan (2006:242) yaitu:
1) Analisis perbandingan Laporan Keuangan
Merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan
keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik
18
2) Analisis Tren (Tendensi Posisi)
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan
keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3) Analisis Persentase per Komponen (Common Size)
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi
pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva
maupun utang.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang
dibandingkan.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai
sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
6) Analisis Rasio Keuangan
Merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di
antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara
7) Analisis Perubahan Laba Kotor
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan
sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
8) Analisis Break Even
Merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang
harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
3. Biaya modal dan WACC (weighted average cost of capital/modal rata-rata
tertimbang)
a. Pengertian Biaya Modal
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi
karena dapat menunjukan tingkat minimum laba investasi yang harus
diperoleh dari invesatsi tersebut. Biaya modal merupakan rata-rata biaya
dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula
diartikan bahwa biaya modal suatu perusahaan adalah biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya
pada tingkatan risiko tertentu.
Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata
tertimbang dari seluruh komponen modal (weighted cost of capital atau
WACC). Namun tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam
menentukan WACC. Hutang dagang (accounts payable) tidak
20
atau hutang jangka pendek yang berhubungan (Short-Term
Interest-Bearing debt) dimasukan dalam perhitungan WACC hanya jika hutang
tersebut merupakan bagian dari pembelanjaan tetap perushaan bukan
merupakan pembelanjaan sementara.
Tingkat biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) merupakan
tingkat biaya gabungan keseluruhan dan sistem pembiayaan yang
digunakan oleh perusahaan, yang menggambarkan tingkat
pengembalian investasi minimum yang harus dicapai untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang
saham. Dengan demikian maka perhitunganya akan mencakup cost of
debt dan cost of equity serta bobot atau proporsi dan masing-masing
dalam struktur modal. (Young dan O'Byne, 2001:163)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Biaya Modal
Menurut warsono, (2003:137) besar kecilnya biaya modal, baik
untuk perusahaan maupun proyek khusus dipengaruhi empat faktor
yaitu:
1) Keadaan ekonomi umum (general aconomic condition). Variabel
ekonomi makro, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi,
akan menentukan besarnya tingkat pengembalian bebas resiko.
Tingkat pengembalian bebas resiko banyak digunakan sebagai
2) Kondisi pasar (market condition). Kemampuan untuk dipasarkan
(marketability) suatu sekuritas yang meningkat, tingkat
pengembalian yang disyaratkan para investor akan menurun yang
berarti biaya modal perusahaan akan mengecil.
3) Keputusan operasi dan pembelanjaan (operating and financial
decisions). Suatu perusahaan yang menginvestasikan dananya pada
investasi yang berisiko tinggi dan banyak yang menggunakan
sumber dana dari hutang dan saham preferen, maka akan
menanggung resiko yang tinggi, karena sifatnya yang
berpenghasilan tetap. Akibatnya, pemilik dana akan menuntut
tingkat pengembalian yang disyaratkan tinggi. Ini berarti biaya
modal yang ditanggung perusahaan akan semakin tinggi.
4) Jumlah pembelanjaan (amount of financing). Permintaan terhadap
jumlah dana yang meningkat cepat, akan membawa konsekuensi
semakin meningkatnya biaya moda.
c. Komponen Biaya Modal
Setiap perusahaan memiliki struktur modal optimal yang
dinyatakan dalam utang, saham preferen dan ekuitas biasa yang
menyebabkan harga sahamnya maksimal. Salah satu komponen penting
yang digunakan dalam penilaian investasi, sumber pembelanjaan, dan
manajemen aktiva adalah biaya modal (cost of capital). Biaya modal
22
1) Menaksirkan Biaya Hutang (cost of debt)
Suatu perusahaan memanfaatkan sumber pembelanjaan
utang, dengan tujuan untuk memperbesar tingkat pengembalian
modal sendiri (ekuitas). Secara teoritis, semakin besar utang yang
dimiliki oleh suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula nilai
perusahaan yang dapat dicapai. Hal in disebabkan karena semakin
bertambahnya nilai utang sampai batas tertentu, maka total biaya
modalpun akan semakin menurun. Penggunaan sumber
pembelanjaan utang dibagi menjadi dua yaitu:
a) Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang biasanya dalam bentuk obligasi.
Penggunaan biaya hutang jangka panjang dapat dihitung dengan
menggunakan cara seperti perhitungan tingkat pendapatan
investasi dalam obligasi, adapun langakah-langkah
perhitungannya sebagai berikut:
mengadakan estimasi jumlah rata-rata dari dana yang tersedia
selama tahun ke-t.
menghitung biaya rata-rata tahun dari penggunaan dana.
menghitung prosentase biaya rata-rata tahunan dari jumlah
rata-rata yang tersedia.
b) Hutang jangka Pendek
Hutang jangka pendek pada dasarnya terdiri dari hutang
usaha, hutang wesel, hutang bank, dan hutang lainya yang jatuh
tempo kurang dari atau sama dengan satu tahun. Hutang jangka
pendek di bagi menjadi dua komponen yaitu:
Biaya Hutang Sebelum Pajak
Biaya hutang sebelum pajak dapat dihitung dengan
membagi beban bunga dengan kewajiban jangka panjang
perusahaan, jika di formulasikan maka:
Kd = Kew Be n ungn ng p n ng x 100%
Biaya Hutang Setelah Pajak
Biaya hutang setelah pajak dapat dihitung dengan
mengalikan tingkat bunga sebelum pajak dengan tingkat
pajak, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:
Ki= Kd(1-T)
Dimana: Ki = Biaya hutang setelah pajak
Kd = Biaya hutang sebelum pajak
24
2) Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen merupakan kombinasi antara utang
dan modal sendiri. Salah satu ciri dari saham preferen yang
menyerupai hutang adalah adanya penghasilan tetap bagi pemilik
dan saham preferen tidak mempunyai masa jatuh tempo. Biaya
saham preferen dibagi menjadi dua macam yaitu:
a) Saham preferen sebelum biaya pengembangan
Menurut Warsono, (2003:143) biaya saham preferen
merupakan tingkat pengembalian minimum yang disyaratkan
(required rate of return) oleh para pemegang saham. Besarnya
saham preferen diformulasikan sebagai berikut:
Kps = DpsVps
Dimana:
Vps = harga pasar saham preferen
Dps = deviden saham preferen
Kps = tingkat pengembalian minimum yang disyaratkan
b) Saham preferen pengembangan
Pada saat emiten menerbitkan saham preferen, akan
dikenakan biaya penerbitan atau sering disebut biaya
pengembangan (flotation costs). Biaya pengembangan dapat
dinyatakan dalam nilai uang maupun presentase dari harga jual.
Jika di formulasikan sebagai berikut:
NVps = Vps-Ft atau NVps = Vps(1-F)
Dimana:
NVps = harga bersih saham preferen
Ft = biaya pengembangan
F = tingkat biaya pengembangan
Dengan demikian, besarnya biaya saham preferen dapat
dihitung sebagai berikut:
Kps = Dps NVps
3) Biaya Ekuitas (cost of equity)
Menurut Brigham (2011:12), biaya utang dan saham
preferen didasarkan atas pengembalian yang diminta oleh investor.
Begitu pula dengan ekuitas, tetapi perlu dicatat bahwa ekuitas biasa
26
sebagian laba tahun berjalan dan menerbitakan saham biasa baru.
Ekuitas yang diperoleh dengan menerbitakan saham memiliki biaya
yang lebih tinggi dibandingkan ekuitas yang diperoleh dengan
sebagai laba ditahan karena adanya biaya emisi yang terkait dengan
emisi saham baru.
Dalam pembelanjaan suatu proyek, disamping dapat
diperoleh dari penerbitan sekuritas utang, perusahaan dapat
menggunakan dana yang berasal dari para pemegang saham biasa.
Hal ini dapat dilakuakan dengan dua cara yaitu:
a) Biaya saham biasa laba ditahan (retained earning)
Laba ditahan adalah bagian dari laba tahunan yang
diinvestasikan kembali dalam usaha selain dibayarkan dalam kas
sebagai deviden, dan bukan merupakan akumulasi surplus suatu
neraca. Jika tujuan utama perusahaan adalah memperbesar
kekayaan pemegang saham biasa, maka prinsip yang digunakan
manajemen adalah laba yang ditahan akan diinvestasikan kembali
dan menghasilkan tingkat pengembalian minimum sebesar
tingkat pengembalian yang disyaratkan dengan tingkat resiko
yang sama besar. (Warsono, 2003:145)
Dalam penentuan biaya laba ditahan lebih sulit
dibandingkan dengan biaya utang dan saham preferen. Hal ini
pengembalian tambahan yang disyaratkan oleh para pemegang
saham biasa di masa yang akan datang lebih berisiko. Biaya laba
ditahan dapat ditentukan dengan tiga model. Perbedaan nilai
biaya laba ditahan antara ketiga model memberikan asumsi yang
berbeda. Ketiga model tersebut yaitu:
Model pertumbuhan deviden (deviden growth model)
Model pertumbuhan deviden atau disebut dengan
model arus kas dikonto (discount cash flow), besarnya biaya
laba ditahan ditentukan dengan mengacu pada model penilaian
saham biasa. Jika diformulasikan sebagai berikut:
Ks= �1+ �
Dimana:
Ks = Saham Biasa
D1 = Deviden yang diharapkan pada tahun pertama
PO = Harga pasar saham biasa
g = Tingkat pertumbuhan deviden
Kelemahan dari pendekatan discount cash flow
adalah untuk menentukan tingkat pengahasilan yang di
28
pesaing harus dilakukan sen diri-sendiri. Tingkat pertumbuhan
deviden konstan dalam kenyataan tidak selalu tepat.
Model penetapan harga aset modal (capital asset pricing
model)
Pada model penetapan harga aset-modal besarnya
biaya laba ditahan didasarkan pada besarnya tingkat
pengembalian yang disyaratkan oleh para pemegang saham
biasa yang mengaitkan dengan tingkat pengembalian bebas
resiko dan premi resiko atas sahamnya. Dalam model ini,
besarnya premi resiko dicari dengan mengaitkannya dengan
resiko sistematis. Biaya laba ditahan dapat diformulasikan
sebagai berikut:
Ks = Rf+β(Rm-Rf)
Dimana:
Ks = biaya laba ditahan
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko
β = beta, pengukuran resiko sistematis saham
Besarnya tingkat pengembalian bebas resiko yang
digunakan adalah tingkat pengembalian bebas resiko nominal.
Tingkat pengembalian ini merupakan hasil dari bunga real dan
dua faktor yang mempengaruhi yaitu: kemudahan atau
keketatan relatif dalam pasar modal, dan tingkat inflasi yang
diharapkan. Sedangkan β diperoleh dari cara menentukan
besarnya koefisien regresi antara tingkat pengembalian saham
biasa yang menghasilkan laba ditahan dengan tingkat
pengembalian pasar saham.
Pendekatan premi resiko (risk premium aproach)
Pendekatan premi resiko yaitu hasil obligasi plus
premium resiko. Pendekatan ini berdasarkan oleh para
pemegang saham biasa, selisih ini disebabkan oleh perbedaan
resiko yang harus ditanggung oleh pemilik dana. Pemegang
saham biasa menanggung risiko yang harus diberikan kepada
pemegang saham biasa, agar bersedia menanamkan dananya
(termasuk laba ditahan) pada perusahaan. Besarnya laba
ditahan dapat dihitung dengan:
Ks = Ki + Rp
Dimana:
30
Ki = Biaya Utang Setelah Pajak
Rp = Premi Resiko
4) Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost
of capital /WACC)
Penempatan biaya modal rata-rata tertimbang didasarkan pada
struktur modal yang ada pada neraca laporan keuangan, biasanya
presentase untuk menghitung tingkat biaya modal seara keseluruhan,
maka biaya modal dari masing-masing sumberdana tersebut harus
dihitung secara rata-rata.
WACC = KsWs + [Kd (1 - T) Wd]
3. Economic Value Added (EVA)
a. Economic Value Added (EVA)
Brigham dan Houston (2006:466) mengembangkan suatu konsep
penilaian kinerja yang dapat menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan
yaitu EVA. EVA dirancang untuk mengukur tingkat profitabilitas
perusahaan yang sebenarnya dan dihitung sebagai laba operasi setelah
pajak dikurangi biaya tahunan setelah pajak dari sebelum modal yang
digunakan oleh perusahaan.
Warsono (2003:48) Economic Value Added (EVA) adalah suatu
tertentu. Hal ini berbeda secara subtansial jika dibandingkan dengan laba
akuntansi. EVA mempresentasikan pendapatan residul yang tersisa
setelah biaya peluang (opportunity cost) dari semua modal yang ada.
Berbeda dengan laba akuntansi yang tidak memasukan unsur biaya
modal ekuitas.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian
kinerja keuangan dengan metode Economic Value Added (EVA) dapat
membantu perusahaan untuk menghasilkan nilai tambah perusahaan,
selain itu juga membantu para investor dalam menentukan pilihan
investasinya yang memiliki tingkat return expectation tinggi dengan
tingkat risiko yang rendah. Selain itu EVA juga dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam memberikan nilai tambah laba operasi
bersih setelah pajak (NOPAT) atas biaya modal yang digunakan.
Konsep perhitungan kinerja keuangan dengan menggunakan
model EVA `membantu perusahaan untuk mengindikasi parameter yang
cukup obyektif dengan biaya modal (cost of capital) dikurangi laba
dengan biaya modal, dimana biaya modal mencerminkan tingkat
kompensasi atau return yang diharapkan dari sejumlah investasi yang
ditanamkan. Secara konseptual perhitungan EVA adalah laba operasional
bersih sesudah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) atau
dapat diformulasikan sebagai berikut:
32
Dari hasil perhitungan maka akan diketahui nilai EVA akann
positif apabila return yang dihasilkan (laba) lebih besar dari pada biaya
modal yang ditentukan investor atas investasinya, berarti manajemen
dapat menciptakan nilai tambah pada perusahaan. Demikian pula
sebaliknya, apabila tingkat pengembalian (return) yang dihasilkan
perusahaan (laba) lebih kecil dari biaya modal yang ditentukan investor
atas investasinya, maka akan menghasilkan EVA yang negatif, dimana
menunjukan nilai perusahaan berkurang.
b. Langkah-langkah penentuan Economic Value Added (EVA)
Ada pun langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung EVA yaitu:
1) Menghitung Laba Operasi Bersih (Net Operating Profit After
Tax/NOPAT )
2) Menghitung Biaya Hutang
3) Menghitung Biaya Modal Saham
4) Menghitung Biaya Rata-rata Tertimbang (weighted average cost
of capital /WACC)
5) Menghitung Economic Value Added (EVA)
Setelah mendapatkan WACC, langkah selanjutnya yaitu menghitung
EVA dengan cara:
Sedangkan untuk menghitung biaya modal sebagai berikut:
Biaya modal = WACC x Total modal
Ukuran penilaian kinerja keuangan dalam menentukan hasil EVA
sebagai berikut:
EVA > 0, maka telah terjadi penambahan nilai ekonomis dalam
perusahaan.
EVA = 0, maka secara ekonomis perusahaan dalam keadaan impas,
karena semua laba yang tersedia digunaka untuk membayar
kewajiban kepada penyedia dana.
EVA < 0, maka tidak terjadi penambahan nilai ekonomis melaikan
pengurangan nilai ekonomis perusahaan, karena laba yang
tersedia tidak memenuhi dana terutama pada pemegang
saham.
c. Manfaat Menggunakan EVA
Manfaat perusahaan menggunakan analisis EVA adalah:
1) EVA digunakan perusahaan sebagai tolak ukur kinerja perusahaan
dimana focus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (Value
creation).
2) EVA mendorong perusahaa untuk lebih memperhatikan struktur
34
3) EVA digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan
pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. EVA
memberikan nilai tambah atau positif yang menunjukan perusahaan
tersebut dalam kondisi baik.
d. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan EVA
Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan
adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation).
Keunggulan EVA yang lain adalah:
1) EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan
memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi
2) Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang
dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan
memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil
dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada
dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3) Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa
memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data
perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4) Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian
lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan
stakeholders satisfaction concepts dan,
5) Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep
tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah
digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan
dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
Selaian keunggulan-keunggulan diatas EVA juga memiliki
kelemahan- kelemahan yaitu:
1) EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak
mengukur aktivitas-aktivitas penentu.
2) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu
padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.
3) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu
padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih domina
4. Market Value Added (MVA)
Menurut Warsono (2003:47) “Market value added (MVA) adalah
36
dengan nilai ekuitas yang dipasok para investornya”. MVA hanya dapat
dihitung atau diaplikasikan pada perusahaan publik atau yang listed di
pasar modal. MVA digunakan untuk menghitung kinerja perusahaan
transportasi yang tercatat di BEI dari sudut pandang eksternal dengan
menghitung selisih antara nilai pasar saham dengan nilai buku saham.
Manfaat Market Value Added (MVA) selain mengukur kinerja
keuangan perusahaan, MVA digunakan untuk mengukur nilai perusahaan
yang berhasil diciptakan nilai perusahaan dalam kaitanya dengan pasar
modal akan tampak pada harga saham perusahaan yang bersangkutan. Nilai
tambah pasar (MVA) dari sebuah perusahaan merupakan hasil dari selisih
nilai pasar perusahaan dikurangi oleh komponen biaya yang telah
dikeluarkan perusahaan untuk modal investasinya. Jika diformulasikan
maka:
MVA = Nilai Pasar Saham – Modal yang
Diinvestasikan
*Nilai pasar saham dapat dicari dengan mengalikan harga pasar perlembar
saham dengan jumlah saham yang beredar di pasar.
MVA > 0, maka menunjukkan bahwa pihak manajemen telah mampu
meningkatkan kekayaan pemegang saham, karena MVA
dinyatakan positif.
MVA < 0, maka mengakibatkan berkurangnya nilai modal pemegang
menjadi tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan
kekayaan pemagang saham, karena MVA negatif.
EVA dan MVA memiliki hubungan secara tidak langsung, karena
perusahaan yang memiliki EVA bagus maka secara tidak langsung juga
memiliki MVA yang bagus juga. MVA menjelaskan seberapa besar
kekayaan yang dapat diciptakan atau dihilangkan saat ini dan EVA
menggambarkan efisiensi dalam suatu periode tertentu. Keduanya
menjelaskan seberapa besar kekayaan yang dapat diciptakan ataupun
sebaliknya dihilangkan oleh perusahaan selama melakukan kegiatan
operasionalnya.
C. Kerangka Fikir Penelitian
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang
sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja
keuangan akan menunjukan seberapa berhasil suatu perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Melalui pengukuran kinerja keuangan pada perusahaan
Jasa Transportasi menggunakan metode economic value added (EVA) dan
market vaule added (MVA) dapat diketahui informasi mengenai kinerjanya.
Dalam penelitian ini ada 2 cara yang digunakan dalam
membandingkan kinerja keuangan perusahaan menggunakan metode EVA dan
MVA yaitu: Time series dan Cross section. Dimana time series membandingkan
kinerja perusahaan dari tahun ketahun apakah perusahaan memberikan nilai
38
dengan perusahaan sama yang sejenis. Secara ringkas alur pemikiran
konseptual yang mendasari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 kerangka Pikir Perusahaan Jasa Transportasi
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian yang dilakukan pada perusahaan
transportasi, dugaan yang pertama yaitu:
Perusahaan Jasa Transportasi yang tercatat di BEI mempunyai nilai tambah
berdasarkan metode EVA dan MVA.
Perusahaan Transportasi yang tercatat di BEI
Penilaian Kinerja Keuangan
Cross Section Time Series
Ya memberikan nilai tambah EVA > 0
dan MVA > 0
EVA1 > EVA2, >EVA3
dan
MVA1 > MVA2, > MVA2