• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Pendekatan Regresi Logistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Pendekatan Regresi Logistik"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

DENGAN PENDEKATAN

REGRESI LOGISTIK

SKRIPSI

MUINAH

110823031

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

DENGAN PENDEKATAN

REGRESI LOGISTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

MUINAH

110823031

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul

: FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI

KESEJAHTERAAN RUMAH

TANGGA DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI DENGAN

PENDEKATAN REGRESI LOGISTIK

Kategori

: SKRIPSI

Nama

: MUINAH

Nomor Induk Mahasiswa : 110823024

Program Studi

: SARJANA (S1) EKSTENSI

MATEMATIKA

Departemen

: MATEMATIKA

Fakultas

:MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, April 2015

Komisi Pembimbing

:

Pembimbing 2 ,

Pembimbing 1,

Drs. Pangarapen Bangun, M.Si

Dr. Suwarno Ariswoyo, M.Si

NIP 19560815 1985031 005

NIP 19500312 198003 1 001

Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua,

(4)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

DENGAN PENDEKATAN

REGRESI LOGISTIK

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri.Kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2015

MUINAH

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Di

Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Pendekatan Regresi Logistik.

Terimakasih Penulis Sampaikan Kepada Bapak Dr. Suwarno Ariswoyo,

M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak Drs. Pangarapen Bangun, M.Si selaku

pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing selama

penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Drs. Marihat Situmorang,

M.Kom selaku pembanding 1 dan Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si selaku

pembanding 2 yang telah memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini.

Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Ibu Dra.Mardiningsih, M.Si

selaku Ketua Departemen dan Sekertaris Departemen Matematika FMIPA USU

Medan, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah.Terima

kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Enny Nuryani Nasution selaku Kepala

Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai dan Bapak M.Ervin Sugiar

S,ST yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis. Yang

terspesial buat orang tua saya Bapak M.Toha dan Ibu Badriyah serta adik-adik

saya yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan.

(6)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

DENGAN PENDEKATAN

REGRESI LOGISTIK

ABSTRAK

Penelitian ini dibahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan

rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai. Faktor tersebut antara lain :

kependudukan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial ekonomi,

perumahan dan teknologi informasi dan komunikasi. Metode yang digunakan

adalah regresi logistik. Hasil yang diperoleh dari model berturut-turut adalah

jumlah anggota rumah tangga sebesar -0,765 (76,5%), ijazah tertinggi yang

dimiliki kepala rumah tangga sebesar 0,131 (13,1%), pengalaman membeli beras

raskin selama tiga bulan terakhir sebesar 0,743 (74,3%), sumber air minum rumah

tangga sebesar -0,236 (23,6%), bahan bakar yang digunakan rumah tangga sebesar

-0,149 (14,9%), dan penguasaan laptop di rumah tangga tersebut sebesar -1,173.

Hasil dari analisa menunjukkan bahwa jumlah anggota rumah tangga memiliki

pengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga sebesar 74,3%.

(7)

FACTORS THAT AFFECT THE WELFARE OF

HOUSEHOLD IN SERDANG BEDAGAI

DISTRICT LOGISTIC REGRESSION

APPROACH

ABSTRACT

This study aims to determine what factors affect the welfare in Serdang Bedagai District. These factors such as : the population, school, health, employment, socioeconomic, housing, and information technology and communication. The method used is logistic regression. The results obtained from successive model is the amount of household members of -0,765 (76,5%); graduates who owned the head household by 0,131 (13,1%);raskin buying experience over the past three month of 0,743 (74,3%);household a drink water source of -0,236 (23,6%); fuel used by households of -0,149 (14,9%); and the mastery of laptops in the household of -1,173 (11,73%). Results of the analysis showed that the amount of household members has an influence on household welfare of 74,3%.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 5

1.5 Tinjauan Pustaka 5

1.6 Kontribusi Penelitian 8

1.7 Metode Penelitian 9

Bab 2 LANDASAN TEORI

2.1 Data 13

2.1.1 Jenis Data 13

2.1.2 Skala Pengukuran 13

2.1.3 Metode Pengumpulan Data 15

2.1.4 Populasi dan Sampel 16

2.2 Statistik Deskriptif 16

(9)

2.3 Regresi 19

2.3.1 Pengertian Regresi 19

2.3.2 Regresi Logistik 20

2.3.3 Asumsi Regresi Logistik 21

2.3.4 Persamaan Regresi Logistik 21

2.4 Konsep Kesejahteraan 23

2.5 Faktor Kesejahteraan Rumah Tangga 24

2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 26

2.6.1 Kerangka Pemikiran 26

2.6.2 Hipotesis 26

Bab 3 PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data 28

3.1.1 Populasi dan Sampel 28

3.1.2 Sumber Data 28

3.2 Karakteristik kesejahteraan Rumah Tangga

di Kabupaten Serdang Bedagai 28

3.2.1 Kependudukan 30

3.2.2 Pendidikan 32

3.2.3 Kesehatan 33

3.2.4 Ketenagakerjaan 34

3.2.5 Sosial Ekonomi Rumah Tangga 36

3.2.6 Perumahan 37

3.2.7 Teknologi Informasi dan Komunikasi 40

3.3Analisis Regresi Logistik 42

3.3.1 Regresi Logistik Biner Secara Individu 42

3.3.2 Regresi Logistik Biner Secara Serentak 43

3.3.3 Persamaan Regresi Logistik 45

3.3.4 Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik 47

(10)

Bab 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan 50

4.2Saran 51

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Statistik Deskriptif Pengeluaran Perkapita Rumah

Tangga Per Bulan 29

Tabel 3.2 Jumlah Dan Persentase Rumah Tangga Miskin Dan

Tidak Miskin 29

Tabel 3.3 Statistik Deskriptif Jumlah Anggota Rumah

Tangga Dan Usia Kepala Rumah Tangga 30

Tabel 3.4 Independent Sample Test Jumlah Anggota Rumah

Tangga 31

Tabel 3.5 Statistik Deskriptif Jenis Kelamin Dan Status

Perkawinan Kepala Rumah Tangga 31

Tabel 3.6 Independent Sample Test Status Perkawinan

Rumah Tangga 32

Tabel 3.7 Statistik Deskriptif Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki

Kepala Rumah Tangga 33

Tabel 3.8 Statistik Deskriptif Kesehatan Kepala Rumah

Tangga Selama Satu Bulan Terakhir 34

Tabel 3.9 Statistik Deskriptif Kegiatan Utama Kepala Rumah

Tangga 34

Tabel 3.10 Statistik Deskriptif Lapangan Usaha Utama Kepala

Rumah Tangga 35

Tabel 3.11 Statistik Deskriptif Status Pekerjaan Utama Kepala

Rumah Tangga 36

Tabel 3.12 Statistik Deskriptif Pengalaman Membeli Beras

Raskin Selama Tiga Bulan Terakhir 36

Tabel 3.13 Independent Sample Test Pembelian Raskin 37 Tabel 3.14 Statistik Deskriptif Status Penguasaan Bangunan

Tempat Tinggal 37

(12)

Tabel 3.16 Statistik Deskriptif Cara Memperoleh Sumber Air

Minum 39

Tabel 3.17 Independent Sample Test Cara Memperoleh

Sumber Air Minum 39

Tabel 3.18 Statistik Deskriptif Bahan Bakar Memasak 40

Tabel 3.19 Statistik Deskriptif Ada/Tidak Ada Anggota

Rumah Tangga Yang Dapat Menggunakan Telepon

Seluler 40

Tabel 3.20 Statistik Deskriptif Ada/Tidak Ada Anggota

Rumah Tangga Yang Menguasai Penggunaan

Komputer Desktop 41

Tabel 3.21 Statistik Deskriptif Ada/Tidak Ada Anggota

Rumah Tangga Yang Menguasai Penggunaan

Laptop 41

Tabel 3.22 Uji Signifikansi Parameter Secara Individu 43

Tabel 3.23 Uji Signifikansi Parameter Secara Serentak 45

Tabel 3.24 Nilai Koefisiensi Tiap Variabel 45

Tabel 3.25 Hosmer And Lemeshow Test 47

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 26

(14)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

DENGAN PENDEKATAN

REGRESI LOGISTIK

ABSTRAK

Penelitian ini dibahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan

rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai. Faktor tersebut antara lain :

kependudukan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial ekonomi,

perumahan dan teknologi informasi dan komunikasi. Metode yang digunakan

adalah regresi logistik. Hasil yang diperoleh dari model berturut-turut adalah

jumlah anggota rumah tangga sebesar -0,765 (76,5%), ijazah tertinggi yang

dimiliki kepala rumah tangga sebesar 0,131 (13,1%), pengalaman membeli beras

raskin selama tiga bulan terakhir sebesar 0,743 (74,3%), sumber air minum rumah

tangga sebesar -0,236 (23,6%), bahan bakar yang digunakan rumah tangga sebesar

-0,149 (14,9%), dan penguasaan laptop di rumah tangga tersebut sebesar -1,173.

Hasil dari analisa menunjukkan bahwa jumlah anggota rumah tangga memiliki

pengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga sebesar 74,3%.

(15)

FACTORS THAT AFFECT THE WELFARE OF

HOUSEHOLD IN SERDANG BEDAGAI

DISTRICT LOGISTIC REGRESSION

APPROACH

ABSTRACT

This study aims to determine what factors affect the welfare in Serdang Bedagai District. These factors such as : the population, school, health, employment, socioeconomic, housing, and information technology and communication. The method used is logistic regression. The results obtained from successive model is the amount of household members of -0,765 (76,5%); graduates who owned the head household by 0,131 (13,1%);raskin buying experience over the past three month of 0,743 (74,3%);household a drink water source of -0,236 (23,6%); fuel used by households of -0,149 (14,9%); and the mastery of laptops in the household of -1,173 (11,73%). Results of the analysis showed that the amount of household members has an influence on household welfare of 74,3%.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kesejahteraan adalah hal atau keadaan

sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Dalam istilah umum, sejahtera

menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam

keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai (id.wikipedia.org).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

telah diatur bahwa salah satu hakekat dari otonomi daerah adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan dengan

adanya otonomi daerah dapat tercermin dari banyaknya masyarakat yang ikut

berpartisipasi dan menerima dampak positif dari proses pembangunan yang

dilaksanakan di suatu daerah. Adanya regulasi yang mengatur tentang otonomi

daerah, memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pemerintah daerah untuk

dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kesejahteraan merupakan

representasi yang bersifat kompleks karena mempunyai keterkaitan

multidimensi. Secara umum kesejahteraan dapat diukur dari sisi demografi,

kecukupan pangan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kondisi

lingkungan. Kemiskinan merupakan bentuk ketidakmampuan untuk meraih

kesejahteraan di pandang dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia

pada bulan September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen dari

jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin terbanyak berada di daerah pedesaan

(17)

miskin di daerah perkotaan tercatat sebanyak 10,36 juta orang atau 8,16 persen.

Pulau Jawa menjadi penyumbang jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu 15,1

juta orang, diikuti Sumatera sebesar 6,07 juta orang, Sulawesi sebesar 2,05 juta

orang, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2 juta orang dan Maluku dan Papua

sebesar 1,4 juta orang. BPS juga mencatat selama periode tersebut, garis

kemiskinan naik 3,17 persen, dari sebelumnya Rp302.735 per kapita per bulan

pada Maret 2014 menjadi Rp312.328 per kapita per bulan pada September 2014,

dengan peranan komoditi makanan jauh lebih besar dari komoditi bukan

makanan.

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2014

sebanyak 1.360.600 orang (9,85%), angka ini bertambah sebanyak 73.900 orang

bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin Maret 2014 yang berjumlah

1.286.700 orang (9,38%).Selama periode Maret 2014 – September 2014,

penduduk miskin di daerah pedesaan bertambah 38.600 orang (dari 654.500

orang pada Maret 2014 menjadi 693.100 orang pada September 2014),

sedangkan di daerah perkotaan bertambah 35.300 orang (dari 632.200 orang

pada Maret 2014 menjadi 667.500 orang pada September 2014). Penduduk

miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 9,81 persen, naik

dibanding Maret 2014 yang sebesar 9,35 persen. Begitu juga dengan penduduk

miskin di daerah pedesaan, yaitu dari 9,40 persen pada Maret 2014 naik menjadi

9,89 persen pada September 2014.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang

terdapat di Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 1.900,22 Km2.

Letak geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 301’2 ,5’’

Lintang Utara – 3046’33’’ Lintang Utara dan 98044’22’’ Bujur Timur –

99019’01’’ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0-500 meter di atas

permukaan laut.

Suryadarma (2005) mengungkapkan variabel-variabel yang menjadi ciri

(18)

binatang ternak, status perkawinan kepala rumah tangga. Jenis kelamin kepala

rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan pasangannya,

anggota rumah tangga yang bekerja, sektor pekerjaan, akses terhadap rumah

tangga, konsumsi makanan dan indikator kesehatan, indikator kesejahteraan yang

lainnya, serta partisipasi politik dan akses kepada informasi. Dengan banyak

variabel yang mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga maka kita dapat

mengklasifikasikan kesejahteraan rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai

dalam kategori penduduk miskin dan tidak miskin. Pengklasifikasian data

tersebut dapat menggunakan analisis regresi logistik.

Regresi logistik merupakan salah satu analisis multivariate yang berguna

untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan variabel independen. Regresi logistik ini tidak seperti pada regresi linier biasa. Regresi logistik merupakan

regresi non linier dimana model yang ditentukan akan mengikuti pola data yang

berupa data kategorik. Regresi logistik memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak

memiliki asumsi normalitas atas variabel dependen yang digunakan dalam model, variabel-variabel dependen dalam regresi logistik bisa merupakan campuran dari variabel kontinu, diskrit dan dikotomis.

Penaksiran parameter pada model ini menggunakan metode maksimum

likelihood dengan pengujian hipotesisnya menggunakan tes likelihood rasio.

Pendugaan koefisien model regresi logistik tidak dapat dilakukan dengan metode

kuadrat terkecil (ordinary least squares) karena pelanggaran asumsi

kehomogenan ragam.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti ingin mengetahui faktor apa

saja yang dapat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga sehingga peneliti

melakukan penelitian dalam suatu karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Di Kabupaten

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin diketahui oleh peneliti adalah menentukan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga, peneliti menentukan

tujuh faktor dari banyak faktor yang ada. Ketujuh faktor yang akan dibahas yaitu

kependudukan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial ekonomi rumah

tangga, perumahan, teknologi informasi dan komunikasi.

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dikaji lebih fokus dan menjadi lebih jelas maka

permasalahan dibatasi oleh :

1. Variabel-variabel kesejahteraan rumah tangga yang dibahas adalah sebagai

berikut :

1. Faktor kependudukan yang dapat diketahui

darijeniskelaminkepalarumahtangga (X1), usiakepalarumahtangga (X2),

status perkawinankepalarumahtangga (X3) dan jumlah anggota rumah

tangga (X4).

2. Faktor pendidikan yang dapat diketahui dari ijazah tertinggi yang dimiliki

kepala rumah tangga (X5).

3. Faktorkesehatanditinjaudarikesehatankepalarumahtangga selama satu

bulan terakhir (X6).

4. Faktor ketenagakerjaan yang terdiri dari

kegiatanutamakepalarumahtangga (X7),

lapanganusahautamakepalarumahtangga (X8), status pekerjaan utama

kepala rumah tangga (X9).

5. Faktor sosial ekonomi yang dapat diketahui dari pengalaman membeli

beras raskin selama tiga bulan terakhir (X10).

6. Faktor perumahan yang terdiri dari status penguasaan bangunan tempat

tinggal (X11), sumber air minum (X12), cara memperoleh air minum (X13),

(20)

7. Faktor teknologi informasi dan komunikasi yang diketahui dari anggota

rumah tangga yang memiliki telepon selular (X15), penguasaankomputer

(X16), danpenguasaan laptop (X17).

2. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder hasil survei yang

dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013.

3. Penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS guna mempermudah pengolahan

data.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan, maka penulis ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Mendapatkan karakteristik rumah tangga di Kabupaten Serdang

Bedagai.

2) Menganalisis pengaruh kependudukan, pendidikan, kesehatan,

ketenagakerjaan,sosial ekonomi rumah tangga, perumahan,dan teknologi

informasi komunikasi terhadap kesejahteraan rumah tangga.

3) Mendapatkan model persamaan regresi logistik untuk klasifikasi

kesejahteraan rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai.

1.5 Tinjauan Pustaka

1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif adalah analisis yang berkaitan dengan pengumpulan dan

penyajian data sehingga dapat memberikan informasi yang berguna. Analisis ini

bertujuan menguraikan tentang sifat-sifat atau karakteristik dari suatu keadaan

dan untuk membuat deskripsi atau gambaran yang sistematis dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dari fenomena yang diselidiki. Beberapa bentuk

penyajian statistik deskriptif adalah tabel, diagram, grafik, histogram dan

lainnya.

(21)

Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan variabel respon

bersifat kategorik dan variabel prediktor bersifat kategorik, kontinu atau

gabungan antara keduanya. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah

probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

bebasnya. Sartono dalam syafrizal dkk (2010) menerangkan bahwa regresi

logistik telah banyak digunakan secara luas sebagai salah satu alat analisis

pemodelan ketika variabel responnya (Y) bersifat biner. Istilah biner merujuk

pada penggunaan dua buah bilangan 0 dan 1 untuk menggantikan dua kategori

pada variabel respon. Pendugaan koefisien model regresi logistik tidak dapat

dilakukan dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square) seperti halnya

regresi linier karena pelanggaran asumsi kehomogenan ragam. Metode

kemungkinan maksimum (maksimum likelihood) menjadi salah satu alternatif

yang dapat digunakan.

Menurut Yasril (2008) fungsibasis logistik adalah :

z e z f   1 1 )

( z

Dimana :

Z =

  p j ij jx 1 0  

e = bilangan natural (2,71828182)

j

  

0, 1, 2,..., = koefisien regresi

p X X

X

X11, 12, 13,...., 1 = variabel independen

Secara umum fungsi hubung yang digunakan adalah fungsi hubung logit, maka

distribusi peluang menurut Hosmer Lemeshow (1989) yang digunakan adalah

fungsi logistik: ) ( ) ( 1 )

( g x

(22)

Dengan g(x)0 1x1...pxp

p= jumlah variabel bebas,

) (xi

 = peluang tingkat suatu kejadian

sehingga

 

p p

p p x x x x x x i

e

e

x

   

    

... ... 2 2 1 1 0 2 2 1 1 0

1

)

(

Menurut Yasril (2008) Statistik uji Wald untuk uji signifikansi parameter regresi

logistik :

i i i

SE

w  

Wilayah kritis :

2 ,

k i

w

Keterangan : i

 = nilai koefisien regresi logistik untuk variabel ke-i

i

SE = nilai standard error untuk variabel ke-i

k = jumlah variabel bebas yang digunakan

 = taraf nyata

Menurut Hosmer Lemeshow (1989) rumus untuk menyatakan odds ratio adalah :

 

 

 

0 /

1

 

0

1 1 / 1         Keterangan :

 

1

 = peluang kejadian kelompok pertama

 

0

 = peluang kejadian kelompok kedua

Tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain dapat diukur melalui

(23)

dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, dan kemampan

daya beli masyarakat dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan

masyarakat. Semakin tinggi daya beli masyarakat, menunjukkan meningkatnya

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan selanjutnya akan

berdampak meningkatnya kesejahteraan masyarakat (BPS, 2009).

1.6 Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi :

1. Penulis

Penulis mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

rumah tangga di Kabupaten serdang Bedagai dengan menggunakan analisis

regresi logistik.

2. Kabupaten Serdang Bedagai

Mampu menjadi rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dalam

melakukan perencanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan

rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Departemen/Universitas

Agar dapat dijadikan bahan studi kasus bagi pembaca, acuan bagi

mahasiswa serta bahan referensi bagi pihak perpustakaan dan dapat

berfungsi sebagai bahan bacaan yang dapat menambah pengetahuan bagi

pembaca.

1.7 Metodologi Penelitian

Penyususnan tugas akhir ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten serdang Bedagai. Adapun metodologi dlam penelitian ini

(24)

1. Identifikasi data dan Pendefinisian Variabel

Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan penentuan data apa sajakah

yang akan dianalisis menggunakan metode analisis regresi logistik.

Adapun data yang diamati adalah data-data yang mempengaruhi

kesejahteraan rumah tangga sebagai berikut : (1) kependudukan, (2)

pendidikan, (3) kesehatan, (4) ketenagakerjaan, (5) soial ekonomi, (6)

perumahan, (7) teknologi informasi dan komunikasi. Variabel penelitian

yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari variabel respon (Y) dan

variabel prediktor (X). Variabel respon dalam penelitian ini adalah

kesejahteraan rumah tangga, dimana rumah tangga dibagi menjadi 2

kategori, yaitu :

1. Miskin (0)

2. Tidak miskin (1)

Pengelompokan tersebut didasarkan pada besarnya pengeluaran perkapita

rumah tangga per bulan pada tahun 2013. BPS telah menetapkan angka

Rp. 640.202 sebagai garis kemiskinan. Apabila suatu rumah tangga

memiliki pengeluaran perkapita per bulan di bawah nilai garis

kemiskinan tersebut, maka rumah tangga tersebut tergolong sebagai

rumah tangga miskin, dan sebaliknya.

Variabel prediktor dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(X1) : Jeniskelaminkepalarumahtangga

(X2) : Usia kepala rumah tangga.

(X3) : Status perkawinankepalarumahtangga

(X4) : Jumlahanggota rumah tangga.

(X5) : Ijazahtertinggi yang dimilikikepalarumahtangga.

(X6) : Kesehatankepalarumahtanggaselamasatubulanterakhir.

(X7) : Kegiatanutamakepalarumahtangga.

(X8) : Lapanganusahakepalarumahtangga.

(X9) : Status pekerjaanutamakepalarumahtangga.

(X10) : Pengalamanmembeliberasraskinselamatigabulanterakhir.

(X11) : Status bangunantempattinggalrumahtangga.

(25)

(X13) : Cara memperoleh air minumrumahtangga.

(X14) :Bahanbakar yang digunakanuntukmemasak.

(X15) :Anggota rumah tangga yang memiliki telepon selular.

(X16) :Penguasaankomputer.

(X17) :Penguasaan laptop.

2. Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data SUSENAS (survei sosial ekonomi nasional) tahun 2013.

Susenas adalah survei yang dilaksanakan oleh BPS untuk mengumpulkan

data sosial ekonomi kependudukan dengan cakupan yang luas, mulai dari

aspekpendidikan, kesehatan, perumahan dan variabel sosial ekonomi lainnya

yang umumnya berkaitan dengan kesejahteraan rumah tangga.

3. Metode Analisis Data

1) Statistik Deskriptif

Pada tahap ini akan dideskripsikan variabel-variabel yang mempengaruhi

kesejahteraan rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai.

2) Analisis Regresi Logistik

Metode regresi logistik digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara

variabel respon yang bersifat ketegorik dengan satu atau lebih variabel prediktor

baik yang bersifat kontinu maupun kategorik. Pada penelitian ini regresi logistik

digunakan untuk mengetahui pola hubungan kesejahteraan rumah tangga di

Kabupaten Serdang Bedagai.

3) Regresi Logistik Biner Secara Individu

Analisis regresi logistik biner ini dilakukan dengan pengujian secara individu

(26)

mengetahui pengaruh masing-masing variabel prediktor terhadap variabel respon

secara individu.

4) Persamaan regresi logistik

Pada tahap ini akan didapatkan model persamaan regresi logistik. Tujuan analisis

regresi logistik adalah untuk memperoleh model yang paling baik dan sederhana

yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel prediktor dan variabel

respon.

5) Odds Ratio

Odds ratio didefinisikan sebagai perbandingan dari nilai variabel sukses terhadap

variabel bernilai gagal. Dengan kata lain odds ratio menjelaskan seberapa besar

pengaruh variabel sukses dibanding variabel gagal terhadap suatu eksperimen

atau observasi. Pada kasus penelitian dengan regresi logistik, nilai ini dapat

dilihat dari nilai Exp(B) pada hasil analisis data. Hasil tersebut akan

menunjukkan pengaruh setiap variabel-variabel bebas terhadap variabel

terikatnya.

6) Analisis dan Kesimpulan

Bagian ini akan membahas tahapan analisis dari hasil perhitungan dari prosedur

analisis regresi logistik yang dilakukan, sehingga dapat diinterpretasikan

variabel-variabel apakah yang mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga di

(27)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Data

Data merupakan bentuk jamak dari datum yang merupakan informasi yang

diperoleh dari satu satuan amatan.Pada umumnya informasi ini diperoleh melalui

observasi (pengamatan) yang dilakukan terhadap sekumpulan individu. Informasi

yang diperoleh memberikan gambaran, keterangan, atau fakta mengenai suatu

persoalan dalam bentuk kategorik, huruf atau bilangan (Sugiarto, dkk, 2001)

2.1.1. Jenis Data

Data dapat golongan menurut jenisnya berdasarkan krikteria, yaitu :

1) Data kualitatif dan kuantitatif

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan

saja.Termasuk dalam klasifikasi data tipe ini adalah data yang berskala

ukur nominal dan ordinal.Sebagai contoh adalah data kepuasan

pelanggan (tinggi, sedang, rendah).

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka.Termasuk dalam

klasifikasi data tipe ini adalah data yang berskala ukur interval dan rasio.

Sebagai contoh data kuantitatif adalah data tinggi badan siswa, misalnya :

(28)

2) Data internal dan eksternal

a. Data Internal merupakan data yang didapat Dari dalam perusahaan atau

organisasi yang melakukan riset. Data ini menggambarkan keadaan

dalam organisasi tersebut.

b. Data Eksternal merupakan data mengenai keadaan diluar organisasi,

pada umumnya didapat dari pihak lain yang digunakan sebagai

pembanding. Data eksternal itu sendiri terbagi atas dua bagian, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang

yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut.Data ini

diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang diperoleh dari pihak lain

atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan.

Sebagai contoh adalah data jumlah produksi suatu produk.

3) Data time series dan cross section

a. Data Time Series merupakan data yang dikumpulkan dari

beberapa tahapan waktu secara kronologis, misalnya mingguan,

bulanan, atau tahunan.

b. Data Cross Section merupakan data yang dikumpulkan pada

waktu dan tempat tertentu saja, misalnya data hasil pengisian

kuesioner tentang perilaku pembelian suatu produk shampo oleh

responden pada bulan Juni 2011.

2.1.2.Skala Pengukuran

Skala merupakan suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada

(29)

respon-respon yang diamati terhadap obyek-obyek, yang sering dipergunakan ialah

ukuran-ukuran cacah, peringkat, panjang, volume, waktu, bobot dan lainya, dalm

statistik dibedakan empat macam skala pengukuran yang mungkin dihasilkan,

yaitu :

a. Skala Nominal

Skala ini menggolongkan obyek-obyek atau kejadian-kejadian ke dalam

berbagai kategori untuk menunjukan kesamaan atau perbedaan

ciri-ciriobjek.Kategori-kategori tersebut dilambangkan dengan kata-kata,

huruf simbol, atau angka.

Contoh : 1. Pria

2. Wanita

b. Skala Ordinal

Seperti halnya dalam skala nominal, kelompok-kelompok yang sudah

didefinisikan sebelumnya juga menggunakan lambang angka tau

huruf.Ukuran pada skala ordinal tidak memberikan nilai absolut pada

obyek, tetapi hanya urutan (ranking) relatif saja.Contoh : ingin diketahui

status sosial seseorang yaitu A rendah, B sedang dan C tinggi.

c. Skala Interval

Skala interval memberikan ciri angka kepada kelompok obyek yang

mempunyai skala nominal dan ordinal, ditambah dengan jarak yang sama

pada urutan obyeknya. Skala interval diberikan apabila kategori yang

digunakan bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu, tetapi

tidak bisa dibandingkan.

d. Skala Rasio

Skala rasio menggunakan titik baku mutlak (titik nol mutlak). Angka pada

skala rasio menunjukan nilai sebenarnya dari obyek yang diukur,

(30)

2.1.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menunjukan cara-cara yang dapat ditempuh untuk

memperoleh data yang dibutuhkan (Sugiarto dkk,2001). Seperti yang telah

dipelajari metode pengumpulan data terdiri dari metode pengumpulan data primer

dan metode pengumpulan data skunder.

a. Metode Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik

dari individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil dari

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.Pelaksanaannya

dapat dilakukan dengan melakukan survei atau percobaan.

1. Survei

Survei dilakukan apabila data yang dicari sebenarnya sudah ada

dilapangan. Teknik pengumpulan data dengan cara survei bisa

dilakukan dengan :

 Wawancara dengan responden. Wawancara atau interview

adalah suatu cara mengumpulkan data dengan

menanyakan langsung kepada responden dalam suatu

permasalahan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah

disiapkan terlebih dahulu sebagai kuesioner.

 Angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah jawaban tertulis dari responden atas kuesioner yang

diberikan. Dengan kuesioner, informasi yang dikumpulkan

dapat lebih banyak dan tersebar merata dalam satu wilayah

walaupun kenyataannya tidak semua kuesioner

dikembalikan kepada peneliti.

 Pooling (menggunakan telepon) atu melakukan observasi

(31)

2. Percobaan (experiment)

Cara percobaan dilakukan apabila data yang ingin diperolehbelum

tersedia dan dengan demikian variabel yang akan diukur harus

dibangkitkan melalui suatu percobaan.

b. Metode Pengumpulan Data Skunder

Metode ini sering disebut dengan metode dengan menggunakan bahan

dokumen, karena dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil

data sendiri tetapi meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang

dihasilkan dari pihak-pihak lain. Data skunder pada umumnya digunakan

oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran

perlengkapan ataupun untuk diproses lebih lanjut.

2.1.4 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang

ingin diteliti sedangkan sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih

dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili

populasinya (Sugiato dkk, 2001).

Suatu sampel yang baik atau benar akan dapat memberikan gambaran

yang sebenarnya tentang populasi. Sehingga jika suatu penelitian sampelnya tidak

diambil secara benar, maka hasilnya tidak akan dapat digeneralisasikan dan tidak

dapat memberikan hasil yang tepat dalam menggambarkan keadaan sebenarnya

dari populasi yang diteliti.

Pengambilan sampel (sampling) adalah suatu proses yang dilakukan untuk

memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi, sehingga dapat

(32)

2.2 Statistik deskriptif

Statistik deskriptif adalah analisi yang berkaitan dengan pengumpulan dan

penyajian data sehingga dapat memberikan informasi yang berguna.Analisis ini

bertujuan menguraikan tentang sifat-sifat atau karakteristik dari suatu keadaan dan

untuk membuat deskripsi atau gambaran yang sistematis dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat dari fenomena yang diselidiki.Beberapa bentuk penyajian

statistik deskriptif adalah tabel, diagram, grafik, histogram dan lainnya (Walpole,

1993).

Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah bagian

dari statistika yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data

sehingga mudah dipahami. Statistika deskriptif hanya berhubungan dengan hal

menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau

keadaan.Dengan kata statistika deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala,

atau persoalan.Penarikan kesimpulan pada statistika deskriptif (jika ada) hanya

ditujukan pada kumpulan data yang ada.

Bambang Suryoatmono (2004:18) menyatakan Statistika deskriptif adalah

statistika yang menggunakan data pada suatu kelompok untuk menjelaskan atau

menarik kesimpulan mengenai kelompok itu saja.

Menurut Sugiyono (2004:169), analisis deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

2.2.1 Macam-macam Statistik Deskriptif

(33)

Ukuran numerik dibagi menjadi dua, yaitu ukuran pemusatan data, meliputi mean,

median, modus, serta ukuran penyebaran data, meliputi rentang, variansi, dan

simpangan baku.

a) Ukuran Pemusatan

Ukuran pemusatan atau ukuran lokasi adalah beberapa ukuran yang

menyatakan dimana distribusi data tersebut terpusat.(Howell,

1982).Ukuran pemusatan berupa nilai tunggal yang bisa mewakili suatu

kumpulan data dan karakteristiknya (menunjukkan pusat dari nilai data).

Jenis-Jenis Ukuran Pemusatan antara lain:

1. Rata-rata (Mean)

Rata-rata merupakan ukuran pemusatan yang sangat sering

digunakan.Keuntungan dari menghitung rata-rata adalah angka tersebut

dapat digunakan sebagai gambaran atau wakil dari data yang

diamati.Rata-rata peka dengan adanya nilai ekstrim atau pencilan.

2. Median atau Nilai Tengah

Median merupakan suatu nilai ukuran pemusatan yang menempati posisi

tengah setelah data diurutkan

3. Modus

Modus adalah nilai yang paling sering muncul dari serangkaian

data.Modus tidak dapat digunakan sebagai gambaran mengenai data

(Howell, 1982).

b) Ukuran Penyebaran Data/Dispersi (Dispersion)

Ukuran penyebaran adalah suatu ukuran baik parameter atau statistika

untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan data.Melalui ukuran

penyebaran dapat diketahui seberapa jauh data-data menyebar dari titik

pemusatannya.

Jenis-Jenis Ukuran Penyebaran antara lain:

(34)

Rentang (Range) dinotasikan sebagai R, menyatakan ukuran yang

menunjukkan selisih nilai antara maksimum dan minimum.Rentang cukup

baik digunakan untuk mengukur penyebaran data yang simetrik dan nilai

datanya menyebar merata.Ukuran ini menjadi tidak relevan jika nilai data

maksimum dan minimumnya merupakan nilai ekstrim.

2. Variansi (Variance=S2atau σ2)

Variansi (variance) dinotasikan sebagai S2 atau σ2 adalah ukuran

penyebaran data yang mengukur rata-rata kuadrat jarak seluruh titik

pengamatan dari nilai tengah (meannya).

3. Simpangan Baku ( s )

Simpangan baku (standar deviation) dinotasikan sebagi s atau σ, menunjukkan rata-rata penyimpangan data dari harga rata-ratanya.

Simpangan baku merupan akar pangkat dua dari variansi.

2.3 Regresi

2.3.1 Pengertian Regresi

Suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan

antara dua variabel atau lebih, dengan tujuan untuk membuat prediksi nilai suatu

variabel dependen melalui variabel independen.

Analisis regresi adalah teknik statistika yang berguna untuk memeriksa

danmemodelkan hubungan diantara variabel-variabel. Analisis regresi dapat

digunakan untuk dua hal pokok, yaitu :

a) Untuk memperoleh suatu persamaan dari garis yang menunjukkan

persamaan hubungan antara dua variabel. Persamaan dan garis yang

(35)

b) Untuk menaksir suatu variabel yang disebut variabel tak bebas (terikat)

dengan variabel lain yang disebut variabel bebas berdasarkan hubungan

yang ditunjukkan persamaan regresi tersebut.

Berdasarkan amatan dan analisis data, penyelesaian regresi ini dapat

berupa persamaan linier maupun nonlinier.Oleh karena itu analisis regresi ini

terbagi atas regresi linier dan regresi nonlinier.Yang termasuk ke dalam regresi

linier adalah regresi linier sederhana, regresi linier berganda, dan

sebagainya.Sedangkan yang termasuk regresi nonlinier adalah regresi model

parabola kuadratik, model parabola kubik, model eksponen, model geometrik,

regresi logistik, dan sebagainya.

2.3.2 Regresi Logistik

Analisis regresi logistik merupakan salah satu pendekatan model matematis yang

digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau dua variabel independen

dengan sebuah variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom / binary.

Variabel kategorik yang dikotom merupakan variabel yang mempunyai dua nilai

variasi yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang diberi

skor 0 atau 1 yaitu dalam hal ini mengenai kesadaran wajib pajak yaitu sadar atau

tidak sadar.

Regresi logistik berbeda dengan regresi linear, karena pada regresi linear

menggunakan variabel dependen numerik sedangkan pada regresi logistik

menggunakan variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomus.

Regresi logistik membentuk persamaan atau fungsi dengan pendekatan

maximum likelihood, yang memaksimalkan peluang pengklasifikasian objek yang

diamati menjadi kategori yang sesuai kemudian mengubahnya menjadi koefisien

(36)

denganmempertimbangkan variabel prediktor yang ada. Regresi logistik akan

membentuk variabel prediktor/respon (log (p/(1-p)) yang merupakan kombinasi

linier dari variabel independen. Nilai variabel prediktor ini kemudian

ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit. Tujuan dari analisis

regresi logistik adalah untuk memperoleh model yang paling baik (fit) dan

sederhana yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel dependen dan

variabel independen.

Regresi logistik dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Regresi logistik sederhana

Digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel independen

dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus.

2) Regresi logistik ganda

Digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel

independen dengan satu variavel dependen yang bersifat dikotomus.

2.3.3 Asumsi Regresi Logistik

 Regresi logistik tidak membutuhkan hubungan linear antara variabel

independen dan variabel dependen.

 Regresi logistik dapat menyeleksi hubungan karena menggunakan

pendekatan non linear log transformasi untuk memprediksi ods ratio.

Odsdalam regresi logistik sering dinyatakan sebagai probability

(peluang).

 Variabel independen tidak memerlukan asumsi multivariate normality.

 Asumsi homokedaksitas tidak diperlukan.

 Variabel independen tidak perlu dirubah kedalam bentuk matrik (interval

(37)

2.3.4 Persamaan Regresi Logistik

Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan variabel respon

bersifat kategorik dan variabel prediktor bersifat kategorik, kontinu atau

gabungan antara keduanya. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah

probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

bebasnya. Sartono dalam syafrizal dkk (2010) menerangkan bahwa regresi

logistik telah banyak digunakan secara luas sebagai salah satu alat analisis

pemodelan ketika variabel responnya (Y) bersifat biner. Istilah biner merujuk

pada penggunaan dua buah bilangan 0 dan 1 untuk menggantikan dua kategori

pada variabel respon. Pendugaan koefisien model regresi logistik tidak dapat

dilakukan dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square) seperti halnya

regresi linier karena pelanggaran asumsi kehomogenan ragam. Metode

kemungkinan maksimum (maksimum likelihood) menjadi salah satu alternatif

yang dapat digunakan.

Menurut Yasril (2008) fungsibasis logistik adalah :

z e z

f

 

1 1 )

( z

Dimana :

Z =

  p

j ij jx 1

0 

e = bilangan natural (2,71828182)

j

  

0, 1, 2,..., = koefisien regresi

p X X

X

X11, 12, 13,...., 1 = variabel independen

Secara umum fungsi hubung yang digunakan adalah fungsi hubung logit, maka

distribusi peluang menurut Hosmer Lemeshow (1989) yang digunakan adalah

(38)

) ( ) ( 1 )

( g x

x g i e e x   

Dengan g(x)0 1x1...pxp

p= jumlah variabel bebas,

) (xi

 = peluang tingkat suatu kejadian

sehingga

 

p p

p p x x x x x x i

e

e

x

   

    

... ... 2 2 1 1 0 2 2 1 1 0

1

)

(

Menurut Yasril (2008) Statistik uji Wald untuk uji signifikansi parameter regresi

logistik :

i i i

SE

w  

Wilayah kritis :

2 ,

k i

w

Keterangan : i

 = nilai koefisien regresi logistik untuk variabel ke-i

i

SE = nilai standard error untuk variabel ke-i

k = jumlah variabel bebas yang digunakan

 = taraf nyata

Sedangkan menurut Hosmer Lemeshow (1989) untuk uji signifikansi model

secara bersama-sama dapat dilakukan dengan uji G atausering dikenal sebagai uji

Likelihood ratio:

p

L L

G2 0

ln 2

(39)

Keterangan :

0

L = Maksimum Likelihood dari model reduksi (Reduced Model) atau model yang

terdiri dari konstanta saja.

p

L = Maksimum Likelihood dari model penuh (Full Model) atau dengan semua

variabel bebas.

Menurut Hosmer Lemeshow (1989) rumus untuk menyatakan odds ratio adalah :

 

 

 

0 /

1

 

0

1 1 / 1

 

 

  

Keterangan :

 

1

 = peluang kejadian kelompok pertama

 

0

 = peluang kejadian kelompok kedua

2.4 Konsep Kesejahteraan

Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari

beberapa aspek kehidupan, yaitu :

1) Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah,

bahan pangan dan sebagianya.

2) Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,

lingkungan alam, dan sebagainya.

3) Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas

pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya.

4) Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika,

keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

Menurut Drewnoski (1974) dalam Bintarto (1989), melihat konsep

(40)

(somatic status), seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagianya; (2)

dengan melihat pada tingkat mentalnya, (mental/educational status) seperti

pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya; (3) dengan melihat pada integrasi dan

kedudukan social (sosial status)

Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah

kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat.Tingkat hidup

masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan

yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat

produktivitas masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kesejahteraan merupakan

representasi yang bersifat kompleks karena mempunyai keterkaitan

multidimensi. Secara umum kesejahteraan dapat diukur dari sisi demografi,

kecukupan pangan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kondisi

lingkungan. Kemiskinan merupakan bentuk ketidakmampuan untuk meraih

kesejahteraan di pandang dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

2.4 Faktor Kesejahteraan Rumah Tangga

Dalam mengukur kesejahteraan rumah tangga diperlukan indikator moneter,

indikator yag banyak digunakan adalah indikator pendapatan dan pengelaran (BPS

2009 dan The Worl Bank, 2007). Indikator pengeluaran dalam hal ini disebut juga

konsumsi, dipilih karena sifatnya tetap dan relatif stabil terhadap berfluktuasinya

pendapatan dari tahun ke tahun.

Suryadarma (2005) mengungkapkan variable-variabel yang menjadi ciri

kesejahteraan suatu keluarga antara lain : kepemilikan asset, kepemilikan binatang

ternak, status perkawinan kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah

tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan pasangannya, anggota rumah

(41)

makanan dan indikator kesehatan, indikator kesejahteraan lainnya, serta

partisipasi politik dan akses kepada informasi.

Jumlah anggota rumah tangga diduga mempunyai keterkaitan erat dengan

kesejahteraan rumah tangga karena kemiskinan dihitung berdasarkan pengeluaran

dan jumlah anggota rumah tangga.makin besar jumlah anggota rumah tangga,

akan makin besar pula resiko untuk menadi miskin apabila pendapatannya tidak

meningkat (Faturokhman dan molo, 1995). Usia kepala rumah tangga juga

berkaitan dengan kesejahteraan rumah tangga walaupun hubungannya tidak

begitu jelas, akan tetapi ada kecendrungan bahwa kepala rumah tangga yang lebih

sejahtera lebih tua dibandingkan kepala rumah tangga yang kurang sejahtera.

Jenis karakteristik lain adalah karakteristik jenis pekerjaan. Kemampuan

mayoritas rumah angga ntuk keluar dari kemiskinan akan bergantung pada upah

mereka dari pekerjaan yang dilakukan. Jadi penting untuk menguji hubungan

antara kesejahteraan dengan jenis pekerjaan aggota rumah tangga yag berada

dalam usia kerja. Dillon dan Hermanto dalam Faturokhman dan molo (1995)

mengungkapkan bahwa kenyataannya , sebagian penduduk atau rumah tangga

miskin di desa masih mengandalkan pertanian sebagai pekerjaan utamanya, akan

tetapi usaha-usaha di luar pertanian tetap menjadi sumber pendapatan

komplementer dan alternatif bagi keluarga. Sedangkan rumah tangga miskin di

kota lebih banyak mengandalkan penghasilan dari sector-sektor jasa atau lebih

dikenal dengan sector informal. Karakteristik umum penduduk miskin menurut

Rusastra dan Togar (2007) adalah sebagian tinggal di desa, bekerja di sektor

pertanian, sifat pekerjaan adalah informal, serta status pekerjaan sebagai pekerja

keluarga yang tidak dibayar. Sedangkan menurut The World Bank (2006)

karakteristik umum penduduk miskin adalah sifat pekerjaan yang bersifat

(42)

2.6 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis 2.6.1 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian diatas, gambaran menyeluruh faktor-faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga dapat digambarkan dalam kerangka

pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Kependudukan

Pendidikan

Kesehatan

Ketenagakerjaan

Perumahan

Sosial Ekonomi

Teknologi Informasi danKomunikasi

[image:42.595.125.441.247.549.2]
(43)

2.6.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan pengujian statistik yang didasari oleh suatu asumsi alternatif

lain (Siagi dan Sugiato,2000). Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang

telah dibuat, maka dapat dibuat hipotesis dari penelitian sebagai berikut :

H0 : Variabel prediktor tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel

respon.

H1 : Variabel prediktor mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel respon.

Dimana variabel responnya adalah kesejahteraan rumah tangga di Kabupaten

Serdang Bedagai (Y) dan variabel prediktornya adalah sebagai berikut :

1. Faktor kependudukan yang dapat diketahui dari jenis kelamin kepala

rumah tangga (X1), usia kepala rumah tangga (X2), status perkawinan

kepala rumah tangga (X3) dan jumlah anggota rumah tangga (X4).

2. Faktor pendidikan yang dapat diketahui dari ijazah tertinggi yang dimiliki

kepala rumah tangga (X5).

3. Faktor kesehatan ditinjau dari kesehatan kepala rumah tangga selama satu

bulan terakhir (X6).

4. Faktor ketenagakerjaan yang terdiri dari Kegiatan utama kepala rumah

tangga (X7), lapangan usaha utama kepala rumah tangga (X8), status

pekerjaan utama kepala rumah tangga (X9).

5. Faktor sosial ekonomi yang dapat diketahui dari pengalaman membeli

beras raskin selama tiga bulan terakhir (X10).

6. Faktor perumahan yang terdiri dari status penguasaan bangunan tempat

tinggal (X11), sumber air minum (X12), cara memperoleh air minum (X13),

dan bahan bakar/energi utama untuk memasak (X14).

7. Faktor teknologi informasi dan komunikasi yang diketahui dari anggota

rumah tangga yang memiliki telepon selular (X15), penguasaan komputer

(44)

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Pengumpulan Data 3.1.1 Populasi dan Sampel

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data SUSENAS (survei sosial ekonomi nasional) tahun 2013.Pengumpulan data

SUSENAS dilaksanakan secara triwulanan.Jumlah sampel rumah tangga setiap

triwulan di seluruh wilayah Indonesia berjumlah 75.000 rumah tangga yang

tersebar di seluruh provinsi baik daerah perkotaan maupun perdesaan.

Untuk Provinsi Sumatera Utara, jumlah sampel setiap triwulan sebanyak 4.740

rumah tangga dengan setiap kabupaten/kota sebanyak 80 sampai 240 rumah

tangga. Dengan jumlah sampel tersebut, untuk setiap triwulan data yang

dihasilkan dapat disajikan sampai tingkat nasional dan provinsi sedangkan untuk

estimasi kabupaten/kota diperoleh dari gabungan triwulan 1 sampai 4.

3.1.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013 yang menggabungkan data SUSENAS

triwulan 1 sampai 4 yang berjumlah n = 640 rumah tangga.

3.2 Karakteristik Kesejahteraan Rumah Tangga di Kabupaten Serdang Bedagai

Pengeluaran rumah tanga dapat menjadi ukuran kesejahteraan, makin besar

(45)

rumah tangga tersebut.Pada penelitian ini, klasifikasi kesejahteraan rumah tangga

di Kabupaten Serdang Bedagai didasarkan pada besarnya pengeluaran per kapita

rumah tangga per bulan, dimana rumah tangga digolongkan sebagai rumah

tangga miskin dan tidak miskin.Pada tahun 2013, BPS Kabupaten Serdang

Bedagai telah menetapkan angka Rp. 640.202 sebagai garis kemiskinan.Apabila

suatu rumah tangga memiliki pengeluaran perkapita per bulan di bawah nilai

garis kemiskinan tersebut, maka rumah tangga tersebut digolongkan sebagai

rumah tangga miskin, dan sebaliknya.Berikut ini adalah deskriptif pengeluaran

per kapita rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013.

Tabel 3.1 Statistik Deskriptif Pengeluaran Perkapita Rumah Tangga Per Bulan.

N Minimum Maximum Mean

640 202.877 1.1641.143 736048.46

Tabel 3.1di atas menunjukkan bahwa nilai pengeluaran perkapita rumah tangga

per bulan yang terkecil adalah sebesar Rp. 202.877, sedangkan yang terbesar

adalah Rp. 1.164.143.nilai rata-rata pengeluaran perkapita rumah tangga per

bulan di Kabupaten Serdang Bedagai dari 640 rumah tangga adalah sebesar Rp.

736.048,46.

Berikut ini adalah hasil pengelompokkan rumah tangga di Kabupaten

[image:45.595.112.515.345.383.2]

Serdang Bedagai berdasarkan garis kemiskinan yang telah ditetapkan oleh BPS.

Tabel 3.2 Jumlah Dan Persentase Rumah Tangga Miskin Dan Tidak Miskin

Kelompok Rumah Tangga n (%)

Miskin 356 55.6

Tidak Miskin 284 44.4

Total 640 100.0

Tabel 3.2memberikan informasi bahwa 55,6 % rumah tangga di Kabupaten

[image:45.595.110.516.580.683.2]
(46)

perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan 44,4% sisanya

termasuk dalam kelompok tidak miskin.

Kesejahteraan rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013 bisa

dilihat melalui beberapa aspek seperti kependudukan, pendidikan, kesehatan,

ketenagakerjaan, social ekonomi rumah tangga, perumahan, teknologi informasi

dan komunikasi. Aspek-aspek tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai

berikut :

3.2.1 Kependudukan

Menurut Faturochman dan Molo (1995), jumlah anggota rumah tangga dan usia

kepala rumah tangga dapat dijadikan peninjau kesejahteraan rumah tangga pada

aspek kependudukan. Berikut ini adalah deskriptif jumlah anggota rumah tangga

[image:46.595.118.513.435.536.2]

dan usia kepala rumah tangga di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013.

Tabel 3.3 Statistik Deskriptif Jumlah Anggota Rumah Tangga Dan Usia Kepala Rumah Tangga.

Variabel Sosial Demografi

Miskin Tidak Miskin

Mean Stdev Mean Stdev

Jumlah Anggota Rumah

Tangga 4,4467 1,6900 3,1831 1,3717

Usia Kepala Rumah

Tangga 48,2388 13,3845 51,0845 14,3504

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa rata-rata rumah tangga miskin di Kabupaten

Serdang Bedagai memiliki anggota rumah tangga sebanyak 4,4467 ~ 5 orang.

Sedangkan rata-rata jumlah anggota rumah tangga tidak miskin adalah 3,1831 ~ 4

orang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin

di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan

rumah tangga tidak miskin.Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kemiskinan

dekat dengan karakteristik jumlah anggota rumha tangga yang banyak. Hal

tersebut diperkuat dengan uji-t, dimana hipotesis pada pengujian ini adalah :

(47)
[image:47.595.109.518.146.364.2]

Tabel 3.4 Independent Sample TestJumlah Aggota Rumah Tangga

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed

)

Mean Differe nce

Std. Error Differe

nce

Equal variances

assumed

5,533 0,01 10,20 638 0,00 1,263 0,123

Equal variances

not assumed

10,44 637,80 0,00 1,263 0,121

Pada tabel di atas dengan taraf α = 5% didapatkan kesimpulan bahwa secara

signifikan terdapat perbedaan jumlah anggota rumah tangga antara kelompok

rumah tangga miskin dan tidak miskin. Hal ini tampak pada nilai sig.(2-tailed) =

0,00 < α = 0,05.

Selain itu, tabel 3.5 juga menunjukkan bahwa rata-rata usia kepala rumah

tangga miskin lebih tinggi daripada rumah tangga tidak miskin. Rata-rata usia

kepala rumah tangga miskin adalah 48,2388 tahun, sedangkan rata-rata usia

kepala rumah tangga tidak miskin adalah 51,0845 tahun.

Pada aspek kependudukan juga bisa dilihat dari jenis kelamin dan status

perkawinan kepala rumah tangga sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 3.5 Statistik Deskriptif Jenis Kelamin Dan Status Perkawinan Kepala Rumah Tangga

Variabel Sosial Demografi (%)

Miskin Tidak Miskin Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga

Laki-laki 87 79

Perempuan 13 21

Status perkawinan Kepala rumah tangga

Kawin 85 76

[image:47.595.116.504.608.741.2]
(48)

Tabel 3.5 menunjukkan persentase perempuan yang berperan sebagai kepala

rumah tangga tidak miskin lebih besar daripada rumah tangga miskin yaitu 21%.

Sementara itu, persentase kepala rumah tangga dengan status kawin lebih banyak

ditemukan pada kelompok rumah tangga miskin.Informasi ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan antara kelompok rumah tangga miskin dan tidak miskin

dalam hal jenis kelamin dan status perkawinan kepala rumah tangga. Kesimpulan

ini juga diperkuat dengan hasil uji-t yang menunjukkan bahwa pada taraf α = 5%

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok rumah tangga miskin dan

tidak miskin dalam hal jenis kelamin dan status perkawinan kepala rumah tangga.

[image:48.595.111.543.342.592.2]

Nilai sig = 0,00< α = 0,05. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 3.6 Independent Sample TestStatus Perkawinan

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differe nce

Std. Error Differe

nce

Equal variances

assumed

26,473 0,000 -2,569 638 0,010 -0,07 0,029

Equal variances

not assumed

-2,518 549,4 0,012 -0,07 0,030

3.2.2 Pendidikan

Menurut Suryadarma (2005), salah satu ukuran untuk meninjau kesejahteraan

rumah tangga dariaspek pendidikan adalah tingkat pendidikan tertinggi yang

ditamatkan (ijazah tertinggi yang dimiliki) kepala rumah tangga. Pendidikan

(49)

manusia, semakin tinggi ijazah yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu

daerah, mencerminkan tingkat intelektual penduduk daerah tersebut (BPS 2009).

Tabel3.7 StatistikDeskriptif Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kepala Rumah Tangga

Ijazah Tertinggi Miskin Tidak Miskin Total

n (%) n (%)

Tidak mempunyai ijazah 97 27 49 17 146

Tamat SD 113 32 74 26 187

SMP/SEDERAJAT 78 22 61 21 139

SMA/SEDERAJAT 66 19 81 29 147

Tamat di atas SMA/SEDERAJAT 2 1 19 7 21

Total 356 100 284 100 640

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga miskin

yang tidak mempunyai ijazah lebih besar dibandingkan dengan kepala rumah

tangga tidak miskin.Sedangkan persentase kepala rumah tangga miskin yang

tamat di atas SMA/Sederajat lebih sedikit dibandingkan dengan kepala rumah

tangga tidak miskin.Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan

kepala rumah tangga maka rumah tangga tersebut tidak miskin.Sebaliknya,

semakin rendah pendidikan kepala rumah tangga, semakin menunjukkan bahwa

rumah tangga tersebut miskin.

3.2.3 Kesehatan

Karakteristik kesejahteraan rumah tangga berdasarkan aspek kesehatan dapat

(50)
[image:50.595.117.505.137.243.2]

Tabel 3.8 Statistik Deskriptif Kesehatan Kepala Rumah Tangga Selama Satu Bulan Terakhir

Kesehatan Kepala Rumah Tangga Dalam

Satu Bulan Terakhir

Miskin Tidak Miskin Total

n (%) N (%)

Tidak Sakit 197 55,3 143 50,3 340

Ya 116 32,6 113 39,8 229

Tidak 43 12,1 28 9,9 71

Total 356 100 284 100 640

Keterangan :

Tidak sakit : Tidak mengalami keluhan sakit selama satu bulan terakhir

Ya : Mengalami keluhan sakit dan berobat jalan ke tenaga medis

Tidak : Mengalami keluhan sakit tetapi mengobati sendiri atau tidak

berobat ke tenaga medis.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh persentase kesehatan kepala rumah tangga

miskin yang mengalami keluhan sakit lebih besar dibandingkan rumah tangga

tidak miskin yaitu sebesar 55,3%, sedangkan persentase kesehatan kepala rumah

tangga tidak miskin yang tidak mengalami keluhan sakit selama satu bulan

terakhir lebih kecil dibandingkan rumah tangga miskin yaitu sebesar 9,9%.

3.2.4 Ketenagakerjaan

Karakteristik kesejahteraan rumah tangga berdasarkan aspek ketenagakerjaan

dideskripsikan dalam kegiatan utama keplaa rumah tangga, lapangan usaha utama

kepala rumah tangga dan status pekerjaan utama kepala rumah tangga.

Ditinjau berdasarkan kegiatan utama kepala rumah tangga, diperoleh hasil

[image:50.595.125.501.666.754.2]

deskriptif sebagai berikut :

Tabel 3.9 Statistik Deskriptif Kegiatan Utama Kepala Rumah Tangga

Kegiatan Utama Kepala Rumah

Tangga

Miskin Tidak Miskin

Total

n (%) N (%)

Bekerja 305 85,7 234 82,4 539

Tidak Bekerja 51 14,3 50 17,6 101

(51)

Keterangan :

Bekerja : Kegiatan melakukan pekerjaan dengan memperoleh atau

membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama

paling sedikit satu jam berturut-turut dan tidak terputus dalam

satu minggu.

Tidak Bekerja : Tidak memiliki pekerjaan atau dalam seminggu terakhir tidak

bekerja.

Tabel 3.9 memberi informasi bahwa jumlah kepala rumah tangga miskin dan tidak

miskin yang kegiatan utamanya bekerja lebih besar dibandingkan dengan kepala

rumah tangga yang tidak bekerja.

Ditinjau berdasarkan lapangan usaha utama kepala rumah tangga,

[image:51.595.118.505.418.577.2]

diperoleh hasil deskriptif sebagai berikut.

Tabel 3.10 Statistik Deskriptif Lapangan Usaha Utama Kepala Rumah Tangga

Lapangan Usaha

Kepala Rumah

Tangga

Miskin Tidak Miskin Total

n (%) n (%) n (%)

Pertanian 171 48.0 116 40.8 287 44,8

Non Pertanian 140 39.3 126 44.4 266 41,6

Tidak Bekerja 45 12.6 42 14.8 87 13,6

Total 356 100.0 284 100.0 640 100

Tabel 3.10 menunjukkan bahwa jumlah kepala rumah tangga

Gambar

gambaran menyeluruh
Tabel 3.2 Jumlah Dan Persentase Rumah Tangga
Tabel 3.3 Statistik Deskriptif Jumlah Anggota Rumah Tangga
Tabel 3.5 Statistik Deskriptif Jenis Kelamin Dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis regresi logistik biner dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh pada peringkat obligasi (AAA, AA) dan (A, BBB) adalah variabel aset, GPM dan DER. Jika

Regresi logistik ordinal merupakan salah satu analisis regresi yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor, dimana

Penggunaan regresi linier klasik pada penelitian ini masih terjadi pelanggaran asumsi normalitas sehingga tidak dapat diterapkan untuk mengetahui faktor-faktor yang

Regresi logistik memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model, variabel-variabel bebas

Dengan demikian, model status kemiskinan rumah tangga di Provinsi Kalteng dengan model regresi logistik lebih baik daripada model MARS karena memiliki nilai

Karena variabel respon dalam penelitian ini yakni jenis perceraian terdiri atas dua kategori yaitu cerai talak dan cerai gugat, maka digunakan regresi logistik

Regresi logistik ordinal merupakan salah satu analisis regresi yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor, dimana

Pengujian serentak dalam model regresi logistik multinomial dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel prediktor memiliki pengaruh yang signifikan