TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN ASURANSI
PT ASURANSI SINAR MAS DALAM PERJANJIAN
PEMBIAYAAN KONSUMEN
(Studi pada PT. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
RENI ANGGRAINI RAMLAN NIM : 110200087
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN ASURANSI
PT ASURANSI SINAR MAS DALAM PERJANJIAN
PEMBIAYAAN KONSUMEN
(Studi pada PT. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
RENI ANGGRAINI RAMLAN NIM : 110200087
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG
Disetujui
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. HASIM PURBA, S.H., M.Hum. NIP. 196603031985081001
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NAMA : RENI ANGGRAINI RAMLAN
NIM : 110200087
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN
JUDUL SKRIPSI : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN
PT. ASURANSI SINAR MAS DALAM
PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN
(Studi pada PT. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)
Dengan ini menyatakan:
1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak
merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka
segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari pihak manapun.
Medan, Januari 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang atas segala karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis mampu menjalani proses perkuliahan dari awal sampai tahap
penyelesaian skripsi pada Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan
Hukum Perdata Dagang di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini.
Penulisan skripsi yang diberi judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PERANAN ASURANSI PT. ASURANSI SINAR MAS DALAM PERJANJIAN
PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang
Tebing Tinggi)” ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dan hasil yang masih jauh dari sempurna sehingga dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih jika ada kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak yang
telah membantu selama pengerjaan skripsi ini sampai selesai, melalui kesempatan
ini penulis berbangga hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I
3. Bapak Dr. Syafruddin S. Hasibuan, S.H., M.H., DFM., selaku Wakil
Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Sinta Uli Pulungan, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Kekhususan
Dagang sekaligus merupakan Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis dalam
mengerjakan skripsi ini.
7. Ibu Rabiatul Syariah, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen
Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Bapak Dr. Dedi Harianto, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan
kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
9. Ibu Afrita, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis.
10.Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., yang telah memberi nasihat
dan bimbingan kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan.
11.Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan
administrasi penulis selama menjalani masa perkuliahan.
12.Teristimewa kepada Kedua Orang Tua yaitu Ramlan dan Supriana, Kakak
semangat, doa dan segalanya kepada penulis dalam menyelesaikan
perkuliahan ini.
13.Kepada seluruh pegawai PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi
khususnya Bapak Faisal Ramadhan Sinaga selaku insurance staff yang telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
14.Kepada teman-teman kelompok Klinis Perdata, Pidana dan PTUN atas
bantuannya, kebersamaannya, doa, dukungan dan semangatnya.
15.Kepada teman-teman Grup A Stambuk 2011 Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara khususnya untuk Herry Pranata, Nur Aqmarina, Syahnaz
Miyagi Munira, Stella, Zahrah Hasna Dalimunthe, Saffanah Silmi, Nasrini
Mandosari, Rahmadani Pardede, yang telah banyak memotivasi penulis
dalam perkuliahan dari awal hingga penyelesaian skripsi ini.
16.Kepada teman-teman dari kelompok BTM Aladdinsyah, S.H., khususnya
Syafitri Ditami, Yuliana Siregar, Fadillah Mahraini, terima kasih untuk
doa dan dukungan semangat kepada penulis.
17.Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Bila ada kesalahan dan
kekurangan dalam skripsi ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima
kasih.
Medan, Januari 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI ASURANSI DAN PERATURANNYA ... 20
A.Pengertian, Jenis, dan Aspek Hukum Perjanjian Asuransi ... 20
B. Premi dan Polis Asuransi ... 39
C.Berakhirnya Asuransi ... 48
BAB III PEMBIAYAAN KONSUMEN MEMPUNYAI PERAN PENTING DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN MASYARAKAT ... 50
A. Pengertian Pembiayaan Konsumen dan Pengaturannya ... 50
B. Para Pihak, Jaminan dan Dokumen dalam Pembiayaan Konsumen ... 58
C. Hubungan Hukum antara Perusahaan Asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dengan Perusahaan Pembiayaan Konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi dari Segi Hukum Keperdataan ... 67
BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN ASURANSI PT. ASURANSI SINAR MAS DENGAN PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG TEBING TINGGI TERKAIT PEMBIAYAAN KONSUMEN ... 74
A. Pengaturan Hubungan Antara Perusahaan Asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi Terkait Pembiayaan Konsumen ... 74
C. Penyelesaian Klaim Asuransi yang diajukan Konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi dari PT. Asuransi Sinar Mas Apabila Terjadi Kerusakan ataupun
Kehilangan ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
A. Surat Riset Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi B. Wawancara
C. Perjanjian Pembiayaan Konsumen
D. Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Dari PT. Asuransi Sinar Mas E. Surat Edaran Tentang Proses Klaim Asuransi
F. Memo Internal Perihal Standar Premi Asuransi Pembiayaan Sepeda Bermotor
G. Memo Persetujuan Pembiayaan Sepeda Motor
ABSTRAK
Reni Anggraini Ramlan*) 1
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
***) Dosen Pembimbing II
Sinta Uli Pulungan**) Dedi Harianto***)
Pembiayaan konsumen merupakan kegiatan penyediaan dana bagi konsumen untuk membeli barang-barang konsumsi yang pembayarannya dilakukan secara berkala. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini akan menghadapi berbagai risiko dalam pemenuhan kebutuhan sepeda motor. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen terdapat perusahaan asuransi sebagai penanggung dari segala risiko yang dihadapi dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Judul skripsi ini adalah tinjauan yuridis terhadap peranan asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dalam perjanjian pembiayaan konsumen studi pada PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi. Permasalahan dalam skripsi ini membahas tentang pengaturan hubungan hukum antara PT. Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi terkait pembiayaan konsumen, prosedur pelaksanaan klaim asuransi, serta penyelesaian klaim asuransi.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Bahan pustaka yang dapat dijadikan sumber dari penelitian didapatkan dari buku-buku, artikel, majalah, dan media elektronik. Studi kasus ini dilakukan di Kantor PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan sepeda motor. Penelitian dilaksanakan guna melengkapi penyelesaian skripsi ini.
Kesimpulannya pengaturan tentang Usaha Perasuransian diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 dan Lembaga Pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009. Pengaturan tersebut tidak terlepas dari KUH Perdata khususnya pada Bab III tentang Perikatan. Hubungan hukum antara perusahaan asuransi dengan perusahaan pembiayaan konsumen adalah kerjasama dalam pengalihan risiko. Perjanjian kerjasama tersebut dibuktikan dengan akta otentik yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pihak asuransi bertanggung jawab atas segala risiko yang terjadi pada konsumen perusahaan pembiayaan konsumen. Jadi jika terjadi suatu
evenement maka konsumen dapat mengajukan klaim. Konsumen harus memenuhi persyaratan pengajuan klaim sesuai dengan prosedurnya agar cepat diproses. Jika klaim asuransi diterima maka akan dikirim uang ganti kerugiannya dipotong dengan uang administrasi lainnya. Jika klaim asuransi kendaraan bermotor tersebut ditolak, maka akan diberikan alasan mengapa klaim tersebut ditolak.
ABSTRAK
Reni Anggraini Ramlan*) 1
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
***) Dosen Pembimbing II
Sinta Uli Pulungan**) Dedi Harianto***)
Pembiayaan konsumen merupakan kegiatan penyediaan dana bagi konsumen untuk membeli barang-barang konsumsi yang pembayarannya dilakukan secara berkala. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini akan menghadapi berbagai risiko dalam pemenuhan kebutuhan sepeda motor. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen terdapat perusahaan asuransi sebagai penanggung dari segala risiko yang dihadapi dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Judul skripsi ini adalah tinjauan yuridis terhadap peranan asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dalam perjanjian pembiayaan konsumen studi pada PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi. Permasalahan dalam skripsi ini membahas tentang pengaturan hubungan hukum antara PT. Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi terkait pembiayaan konsumen, prosedur pelaksanaan klaim asuransi, serta penyelesaian klaim asuransi.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Bahan pustaka yang dapat dijadikan sumber dari penelitian didapatkan dari buku-buku, artikel, majalah, dan media elektronik. Studi kasus ini dilakukan di Kantor PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan sepeda motor. Penelitian dilaksanakan guna melengkapi penyelesaian skripsi ini.
Kesimpulannya pengaturan tentang Usaha Perasuransian diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 dan Lembaga Pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009. Pengaturan tersebut tidak terlepas dari KUH Perdata khususnya pada Bab III tentang Perikatan. Hubungan hukum antara perusahaan asuransi dengan perusahaan pembiayaan konsumen adalah kerjasama dalam pengalihan risiko. Perjanjian kerjasama tersebut dibuktikan dengan akta otentik yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pihak asuransi bertanggung jawab atas segala risiko yang terjadi pada konsumen perusahaan pembiayaan konsumen. Jadi jika terjadi suatu
evenement maka konsumen dapat mengajukan klaim. Konsumen harus memenuhi persyaratan pengajuan klaim sesuai dengan prosedurnya agar cepat diproses. Jika klaim asuransi diterima maka akan dikirim uang ganti kerugiannya dipotong dengan uang administrasi lainnya. Jika klaim asuransi kendaraan bermotor tersebut ditolak, maka akan diberikan alasan mengapa klaim tersebut ditolak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut
berhubungan dengan takdir dan nasib manusia yang ditentukan oleh Tuhan.
Dalam ilmu hukum ketentuan tersebut disebut peristiwa hukum. Peristiwa hukum
tersebut memiliki potensi adanya risiko yang mungkin akan terjadi. Peristiwa
kematian seseorang mungkin akan berkaitan dengan istri/suami maupun
anak-anak yang masih dalam masa depan yang panjang, yang akan menjadi risiko jika
tidak dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan kelak. Peristiwa kelahiran juga
memiliki risiko kematian ibu yang melahirkan, kesehatan ibu dan anak, serta
pendidikan anak. Bencana alam dan kerusakan lingkungan menjadi risiko bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain itu, seringkali pula manusia
dihadapkan pada suatu peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, misalnya
kebakaran rumah, kerusakan barang, ataupun kecelakaan diri. Hal-hal tersebut
merupakan risiko yang senantiasa mungkin dialami oleh setiap manusia dalam
kehidupannya namun tidak dapat diprediksi.
Musibah atau bencana yang merupakan qadha atau qadhar Allah SWT tidak dapat dihindari. Namun demikian, manusia wajib berikhtiar memperkecil
risiko yang timbul serta tidak hanya pasrah menerima semuanya. Sudah sejak
lama orang mencari cara untuk mengatasi dan meminimalisir risiko, dan inilah
asuransi, risiko dimungkinkan dapat dialihkan kepada pihak penanggung, maka
pihak tersebut mengikatkan diri akan mengganti kerugian apabila risiko itu
benar-benar menjadi suatu kenyataan kehilangan atau kerugian.
Penutupan asuransi akan menjadi suatu kebutuhan seseorang apabila
nantinya akan diperoleh manfaat dari penutupan asuransi tersebut. Asuransi
memiliki manfaat utama, yaitu menempatkan posisi finansial tertanggung
(nasabah) kembali kepada saat sebelum terjadi kerugian (kembali seperti semula).
Namun selain itu, asuransi juga dapat mengurangi ketidakpastian risiko, dapat
mengurangi beban keuangan akibat timbulnya kerugian yang datang secara
tiba-tiba, memberikan ketenangan dalam bekerja, dan banyak manfaat lainnya.
Perjanjian asuransi sebagai lembaga pengalihan dan pembagian risiko
mempunyai kegunaan yang positif, baik bagi masyarakat, perusahaan, maupun
pembangunan negara. Mereka yang menutup perjanjian asuransi akan merasa
tenteram, sebab mendapat perlindungan dari kemungkinan tertimpa suatu
kerugian. Suatu perusahaan yang mengalihkan risikonya melalui perjanjian
asuransi akan dapat meningkatkan usahanya dan berani menggalang tujuan yang
lebih besar. Demikian pula premi-premi yang terkumpul oleh suatu perusahaan
asuransi dapat diusahakan dan digunakan sebagai sarana untuk pembangunan
sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat.2
Dalam perjanjian asuransi di mana tertanggung dan penanggung mengikat
suatu perjanjian tentang hak dan kewajiban masing-masing. Perusahaan asuransi
2
membebankan sejumlah premi yang harus dibayar tertanggung. Premi yang
dibayarkan sebelumnya sudah ditaksirkan dulu atau diperhitungkan dengan nilai
risiko yang akan dihadapi. Semakin besar risiko, semakin besar premi yang harus
dibayar dan sebaliknya.
Perjanjian asuransi tertuang dalam polis asuransi, di mana disebutkan
syarat-syarat, hak-hak, kewajiban masing-masing pihak, jumlah uang yang
dipertanggungkan dan jangka waktu asuransi. Jika dalam masa pertanggungan
terjadi risiko, pihak asuransi akan membayar sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuat dan ditandatangani bersama sebelumnya.3
Dalam suatu kontrak asuransi, prestasi dari pihak tertanggung adalah
membayar premi, sedangkan prestasi pihak penanggung (perusahaan asuransi)
adalah membayar sejumlah ganti rugi jika peristiwa tertentu terjadi. Jika terjadi
peristiwa yang diasuransikan tersebut, maka pihak tertanggung harus meminta
agar sejumlah ganti rugi yang telah ditetapkan dibayar oleh pihak penanggung
(perusahaan asuransi). Pengajuan permintaan tersebut disebut sebagai pengajuan
“klaim”. Biasanya pengajuan klaim asuransi disertai dengan beberapa bukti
pendukung bahwa memang telah terjadi peristiwa yang bersangkutan.4
3
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 260-261.
4
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2012), hlm. 250.
Bukti
pendukung tersebut antara lain Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) dari
klaim pencurian dengan kekerasan), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) asli,
dan lain-lain.
Salah satu peran penting asuransi dalam masyarakat modern adalah
pencegahan kerugian. Dengan mengganti kerugian tertanggung, ia akan tercegah
dari kerugian finansial. Pengganti kerugian haruslah tidak melebihi jumlah
kerugian sebenarnya karena dapat mengurangi kemungkinan tertanggung dengan
sengaja melakukan tindakan kelalaian atau dengan sengaja untuk memperoleh
keuntungan dari pembayaran asuransi.5
Salah satu hal yang cukup penting dalam dunia bisnis adalah masalah
modal. Lembaga yang secara konvensional menyediakan modal adalah lembaga Keadaan seperti itu sesuai dengan asas
indemnitas (asas ganti kerugian) yang harus seimbang antara kerugian yang
diderita tertanggung dengan ganti kerugian yang diberikan penanggung kepada
tertanggung, tidak kurang dan tidak lebih.
Di samping itu, asuransi turut bertanggung jawab atas risiko-risiko yang
terjadi pada perusahaan pembiayaan konsumen dengan cara menanggung
kerugian yang diderita perusahaan pembiayaan konsumen tersebut sesuai dengan
syarat dan ketentuan yang berlaku. Asuransi menjadi pihak tambahan yang ikut
membantu, melindungi, meminimalisir risiko yang akan terjadi pada perusahaan
pembiayaan konsumen tersebut. Perusahaan pembiayaan pasti melakukan
hubungan kerjasama dengan salah satu perusahaan asuransi demi meminimalisir
risiko yang akan terjadi.
5
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter Dan Perbankan,
keuangan bank. Namun, bank dalam menyalurkan dananya membutuhkan
jaminan (Collateral). Untuk mengatasi masalah jaminan tersebut dalam praktek bisnis muncul lembaga pembiayaan yang cukup fleksibel jika dibandingkan
dengan bank. Melihat lembaga pembiayaan yang mulai diminati sebagai salah
satu alternatif dalam pembiayaan perusahaan maka pemerintah mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.6
Pembiayaan yang dilakukan oleh suatu lembaga keuangan, baik bank
maupun lembaga keuangan bukan bank, dapat ditujukan untuk tujuan produksi,
distribusi, atau konsumsi barang dan jasa. Lembaga keuangan bukan bank yang
menyediakan dana atau memberikan pembiayaan kepada debitor untuk tujuan
konsumsi barang dan jasa disebut dengan perusahaan pembiayaan konsumen. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan
tersebut telah disempurnakan dengan mengganti Keputusan Presiden dimaksud
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan.
7
Perjanjian pembiayaan konsumen di Indonesia dewasa ini berkembang
dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dalam praktek sehari-hari. Banyaknya peminat
dari masyarakat terhadap perjanjian tersebut, terutama dalam pemenuhan
kebutuhan sekundernya yang mendorong masyarakat melakukan perjanjian
pembiayaan konsumen. Perjanjian tersebut sering dijumpai pula dalam praktek
6
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 111.
7
dunia perdagangan sepeda motor. Bahkan perjanjian pembiayaan konsumen
tersebut dapat dikatakan tumbuh dan berkembang subur di Indonesia. Hak dan
kewajiban dalam perjanjian pembiayaan konsumen sama dengan hak dan
kewajiban dalam jual beli, yaitu mempunyai tujuan untuk mengalihkan hak milik
atas barang, hanya saja ada perbedaan mengenai cara pembayaran serta perolehan
(pemindahan) kepemilikannya.
Pembiayaan konsumen merupakan kegiatan penyediaan dana bagi
konsumen oleh perusahaan pembiayaan untuk membeli barang-barang konsumsi
yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen.
Jaminan hutang dari pembiayaan konsumen ini adalah barang konsumen yang
menjadi objek pembiayaan konsumen tersebut biasanya dalam bentuk fidusia.
Pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah pihak kreditur
(perusahaan pembiayaan), pihak konsumen (debitur), dan pihak supplier (yang menyediakan barang), serta pihak asuransi. Apabila kegiatan ini dilakukan oleh
bank, maka bentuk pinjaman yang mirip dengan pembiayaan konsumen disebut
dengan kredit konsumsi, sehingga dasar hukum bagi kredit berlaku juga bagi
pembiayaan konsumen, minus ketentuan tentang perbankan tetapi ditambah
dengan ketentuan-ketentuan tentang keuangan dan pembiayaan.8
Perusahaan pembiayaan konsumen tidak terlepas dari risiko yang akan
dihadapi, maka dari itu perusahaan pembiayaan konsumen bekerja sama dengan
perusahaan asuransi dalam meminimalisir risiko dan mengalihkan risiko.
Risiko-risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan pembiayaan konsumen adalah berupa
8
kehilangan sepeda motor yang diakibatkan oleh orang yang bersangkutan atau
malah kehilangan yang disebabkan oleh pihak ketiga yang dalam artian bukan
pemiliknya. Risiko kedua yang mungkin terjadi adalah terjadinya kecelakaan yang
menyebabkan kerusakan di atas 75% (tujuh puluh lima persen). Risiko yang
ketiga adalah macetnya pembayaran cicilan yang dilakukan konsumen yang tidak
beritikad baik (wanprestasi). Asuransi yang diberikan perusahaan pembiayaan untuk kasus seperti ini juga termasuk yaitu kondisi motor hilang dalam kondisi
diparkir (pencurian pada saat motor itu diam), pencurian, perampasan atau
penodongan.
Mengenai kerusakan pada sepeda motor, setiap pemilik dan pengendara
sepeda motor tidak bisa memastikan hal apa yang akan terjadi suatu saat nanti.
Ketika pemilik sedang mengendara, kemudian terjadi kecelakaan sepeda motor
maka sepeda motor tersebut mengalami kerusakan baik kerusakan ringan maupun
kerusakan parah. Asuransi yang diberikan perusahaan pembiayaan untuk kasus
seperti ini juga termasuk yaitu kecelakaan sepeda motor yang menyebabkan
estimasi kerusakan motor di atas 75% (tujuh puluh lima persen) agar dapat
diajukan klaim dan dituntut ganti kerugiannya. Kecelakaan dapat terjadi di mana
saja dan kapan saja. Jadi sangatlah bijak jika kita dapat melakukan suatu tindakan
untuk dapat melindungi diri kita, barang berharga, demikian juga orang yang kita
sayangi dari hal-hal yang tidak dapat diduga.
Apabila kehilangan dan kerusakan sepeda motor terjadi, maka pihak
konsumen akan mengajukan klaim kepada pihak perusahaan asuransi yang
konsumen membantu konsumen yang sedang mengalami kerugian untuk
menyiapkan berkas-berkas yang harus dilengkapi sesuai dengan prosedur
pengajuan klaim. Pihak perusahaan pembiayaan konsumen mengajukan klaim
tersebut kepada pihak perusahaan asuransi dengan mengirimkan berkas tersebut
dengan menunggu hasilnya diterima atau ditolak hingga waktu yang ditentukan.
Klaim adalah tuntutan ganti kerugian oleh tertanggung kepada penanggung atau
tuntutan terhadap hak yang timbulnya disebabkan karena adanya perjanjian
asuransi yang telah berakhir. Proses pengajuan klaim tersebut tidak berjalan
mulus, pasti ada beragam kesulitannya ataupun prosedurnya yang rumit. Misalnya
seperti peristiwa kehilangan sepeda motor, klaim diajukan oleh tertanggung
disertai dengan Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) yaitu keterangan dari
kepolisian setempat, untuk klaim kendaraan jika kehilangan perlengkapan
standard/non standard maupun kehilangan kendaraan dan juga jika kendaraan
mengalami rusak berat atau menyangkut pihak ketiga, tentunya disertai dengan
dokumen-dokumen lainnya dan mengisi beberapa formulir lainnya. Khusus pihak
yang melibatkan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga (third party liability). Jika mengalami kecelakaan yang melibatkan pihak ketiga dan dituntut mengganti kerugiannya maka dokumen-dokumen kelengkapannya berbeda lagi.
Setiap pengajuan klaim pasti ada prosedurnya agar klaim tersebut cepat diproses
dan ganti kerugiannya juga cepat diterima, beda kasusnya beda
dokumen-dokumen yang harus dipersiapkan.
Contoh satu kasus yang terjadi di Tebing Tinggi yaitu Togi Parulian Lbn
58605201202294 mengkredit satu unit sepeda motor Honda New Supra X 125D
dengan No. Polisi BK 6021 NAI kepada pihak perusahaan pembiayaan PT.
Summit Oto Finance Tebing Tinggi. Namun naas pada tanggal 18 September
2014 sekitar pukul 13.00 WIB di Jln. M. Yamin Kel. Tj. Marulak Kec. Rambutan
Kota Tebing Tinggi tepatnya di samping SPBU Kp. Keling kota Tebing Tinggi.
sepeda motor tersebut dipinjam dari anak tertanggung oleh temannya, kemudian
temannya memakai sepeda motor tersebut kira-kira 1 jam. Kunci sepeda motor
diberikan oleh temannya tersebut. Kemudian anak tertanggung mengecek ternyata
sepeda motor tidak ada. Setelah kehilangan tersebut ia melaporkan ke Polres
Tebing Tinggi dan beberapa hari kemudian ke PT. Summit Oto Finance Tebing
Tinggi dan sesuai petunjuk agar mengikuti prosedur yaitu membuat laporan ke
polisi. Selanjutnya pihak PT. Summit Oto Finance yang akan menindaklanjuti ke
PT. Asuransi Sinar Mas. Beberapa hari kemudian pihak PT. Asuransi Sinar Mas
menghubungi yang bersangkutan untuk melakukan survei dan akhirnya pada
tanggal 8 Oktober 2014 ia ditelepon pihak PT. Summit Oto Finance Tebing
Tinggi bahwa klaim asuransi ditolak dengan alasan bahwa berdasarkan Polis
Asuransi Kendaraan Bermotor BAB II “Pengecualian” pada Pasal 3 ayat 1.2 :
“Pertanggungan ini tidak menjamin kerugian, kerusakan, biaya atas Kendaraan
Bermotor dan atau tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, yang
disebabkan oleh Penggelapan, Penipuan, Hipnotis dan sejenisnya.”
Banyak peristiwa klaim yang ditolak dan tidak sesuai dengan yang
diinginkan pihak tertanggung. Kerugian yang diderita tertanggung tidak seimbang
yang sebenarnya pihak asuransi yang lebih diuntungkan. Oleh karena itu tidak
semua klaim dikabulkan, ada kriteria dari pihak asuransi untuk kriteria kerugian
yang seperti apa saja yang akan dikabulkan yang sudah disepakati bersama pada
saat penutupan asuransi. Oleh karena itu, pihak tertanggung sebaiknya membaca
dan memahami surat polis agar mengetahui peristiwa yang bagaimana yang akan
ditanggung agar tidak terjadi kesalahpahaman jika evenement telah terjadi.
Bertitik tolak dari adanya pihak yang dirugikan seiring berkembangnya
perusahaan asuransi dan perusahaan pembiayaan konsumen di Indonesia tidak
akan terlepas dari segala risiko yang akan terjadi, maka hal tersebut akan dikaji
dalam penulisan skripsi ini dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan
Asuransi PT. Asuransi Sinar Mas Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT.
Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan apa
yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini:
1. Bagaimanakah pengaturan hubungan hukum antara perusahaan asuransi PT.
Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi
terkait pembiayaan konsumen?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan klaim asuransi dari konsumen PT. Summit
Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada PT. Asuransi Sinar Mas apabila
3. Bagaimana penyelesaian klaim asuransi yang diajukan konsumen PT.
Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada PT. Asuransi Sinar Mas
apabila terjadi kerusakan ataupun kehilangan barang?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini
secara singkat adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaturan hubungan hukum antara perusahaan
asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance
Cabang Tebing Tinggi terkait pembiayaan konsumen.
b. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan klaim asuransi dari
konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada
PT. Asuransi Sinar Mas apabila barang yang masih dalam masa
pembiayaan dinyatakan rusak ataupun hilang.
c. Untuk mengetahui penyelesaian klaim asuransi yang diajukan
konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada
PT. Asuransi Sinar Mas apabila terjadi kerusakan ataupun
kehilangan barang.
2. Manfaat Penulisan
Penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat baik secara teoritis
a. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat memberikan
masukan sekaligus menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
dalam dunia akademis, khususnya tentang hal yang berhubungan
dengan peranan asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dalam perjanjian
pembiayaan konsumen di PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing
Tinggi.
b. Manfaat secara praktis
Secara praktis, penulisan skripsi ini dapat memperjelas tentang
peranan asuransi PT. Asuransi Sinar Mas khususnya dalam
perjanjian pembiayaan konsumen yang saat ini masyarakat sudah
banyak melakukan hubungan hukum dengan perusahaan
pembiayaan konsumen yaitu PT. Summit Oto Finance Cabang
Tebing Tinggi, sehingga membantu masyarakat umum terkait hal
prosedur pelaksanaan klaim dan ganti kerugian apabila terjadi
kerusakan ataupun kehilangan barang.
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah
penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif disebut juga
penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, hukum
perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap
pantas. Oleh karena itu, pertama, sebagai sumber datanya hanyalah data
sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
adan bahan hukum tersier.9 Data sekunder dalam skripsi ini yaitu kajian
yang digunakan terhadap peraturan perundang-undangan (Undang-Undang
No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan,
kitab-kitab hukum (Kitab Undang Hukum Perdata, Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang), putusan pengadilan dan berbagai data-data
pendukung yang berhubungan dengan judul skripsi. Sifat penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis. Dalam penelitian
deskriptif analitis, data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar,
perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik,
melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari
sekadar angka dan frekuensi.10 Penelitian deskriptif analitis yang
mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum
dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan objek
penelitian.11
9
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 118.
10
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hlm. 94.
11
2. Sumber Data
Sumber data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga
meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku, sampai pada
dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah.12 Data
sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka
meliputi:13
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan
terdiri dari kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan
perundang-undangan, bahan hukum adat yang tidak dikodifikasikan,
yurisprudensi, traktat, bahan hukum dari zaman penjajahan yang
masih berlaku hingga kini. Dalam penulisan ini yaitu Undang-Undang
No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan, Kitab Undang Hukum Perdata, Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang dan kasus-kasus yang berkaitan dengan
peranan asuransi dalam perjanjian pembiayaan konsumen.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti, rancangan undang-undang,
hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan
seterusnya. Dalam penulisan ini yaitu buku-buku tentang asuransi,
buku-buku tentang pembiayaan konsumen, internet, dan seterusnya.
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm.24.
13
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus
bahasa, kamus hukum, majalah, surat kabar, ensiklopedia, indeks
kumulatif, dan seterusnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah melalui penelitian kepustakaan14
4. Metode Analisis Data
(Library Research), yaitu dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, media
massa, kamus, dan wawancara dengan informan yaitu Saudara Faisal
Ramadhan Sinaga selaku Insurance Staff pada PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi yang dapat dijadikan sumber yang berkaitan
dengan skripsi ini yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian
dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya
dengan menggunakan data empiris.15
14
Zainuddin Ali, Op. Cit., hlm 107.
15
Masyuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Malang : PT. Refika Aditama, 2008), hlm. 12.
Pendekatan kualitatif di sini
memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau
pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan
gambaran mengenai pola-pola yang berlaku. Pola-pola tadi dianalisis lagi
dengan menggunakan teori yang objektif.16
5. Metode Penarikan Kesimpulan
Metode penarikan kesimpulan yang digunakan terhadap data-data yang
berhasil dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode
deduktif-induktif sehingga dapat diperoleh jawaban terhadap permasalahan yang
dibuat. Suatu analisis yuridis normatif pada hakikatnya menekankan pada
metode deduktif sebagai pegangan utama, dan metode induktif sebagai tata
kerja penunjang.17 Penalaran deduktif berpangkal dari suatu proposisi
umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada
suatu pengetahuan baru yang bersifat khusus. Pada penalaran induktif,
berpangkal dari proposisi-proposisi khusus sebagai hasil pengamatan
empiris dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang
bersifat umum.18
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran
penulis secara pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan penelusuran di
perpustakaan, penulisan mengenai masalah peranan asuransi PT. Asuransi Sinar
Mas dalam perjanjian pembiayaan konsumendi PT. Summit Oto Finance Cabang
16
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 20-21.
17
Amiruddin dan Zainal Asikin, op. Cit., hlm. 166.
18
Tebing Tinggi belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara sebelumnya.
Kalaupun terdapat kesamaan, hal tersebut tidak merupakan suatu
kesengajaan dan tentunya dilakukan dengan pendekatan masalah yang berbeda,
seperti :
1. Nama : Rika Vera Sopa
Nim : 960200111
Judul : Peranan Asuransi Dalam Perjanjian Leasing (Studi Kasus
Pada PT. Olympindo Multifinance)
2. Nama : Sondang A. Sitohang
Nim : 990200097
Judul : Perjanjian Baku Dalam Praktek Pembiayaan Konsumen
Melalui Leasing di PT. BEI Finance Cabang Medan
3. Nama : Fandi Tan Agnes
Nim : 010200002
Judul : Peranan Asuransi Dalam Perjanjian Leasing
4. Nama : Eskalina Tinabunan
Nim : 030200013
Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Asuransi Dalam
Perjanjian Leasing
5. Nama : Nuraisyah Matondang
Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Leasing Kendaraan
Bermotor Pada PT. Ifo Star Finance Medan
Oleh karena itu, keaslian penulisan ini terjamin adanya, walaupun ada
pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor
pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaan tulisan.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan
kemudahan bagi pembacanya dalam memahami maknanya dan memperoleh
manfaatnya. Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan dijabarkan
dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri atas 5 (lima) bab
yaitu :
Bab I Pendahuluan merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna
memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis dari
skripsi ini yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat
penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Umum Mengenai Asuransi dan Peraturannya merupakan
bab yang berisikan tentang pengertian, jenis dan aspek hukum perjanjian asuransi,
premi dan polis asuransi, serta berakhirnya asuransi.
Bab III Pembiayaan Konsumen Mempunyai Peran Penting Dalam
Memenuhi Kebutuhan Masyarakat merupakan bab yang berisikan tentang
pengertian pembiayaan konsumen dan peraturannya, kedudukan para pihak dan
asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dengan perusahaan pembiayaan konsumen PT.
Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi dari segi hukum keperdataan.
Bab IV Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Asuransi PT. Asuransi Sinar
Mas Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Summit Oto
Finance Cabang Tebing Tinggi) merupakan pembahasan pokok dari penulisan
yang terdiri dari pengaturan hubungan hukum antara perusahaan asuransi PT.
Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi
terkait pembiayaan konsumen, prosedur pelaksanaan klaim asuransi dari
konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada PT. Asuransi
Sinar Mas apabila barang yang masih dalam masa pembiayaan dinyatakan rusak
ataupun hilang, dan penyelesaian klaim asuransi yang diajukan konsumen PT.
Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada PT. Asuransi Sinar Mas
apabila terjadi kerusakan ataupun kehilangan barang.
Bab V Kesimpulan Dan Saran merupakan bab penutup yang di dalamnya
dirumuskan kesimpulan dan saran yang kesimpulannya diambil dari pembahasan
dalam skripsi ini dan diakhiri dengan saran-saran. Sebagai pelengkap skripsi ini,
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI ASURANSI DAN PERATURANNYA
A. Pengertian, Jenis, dan Aspek Hukum Perjanjian Asuransi
Istilah asuransi di Indonesia berasal dari kata Belanda, assurantie yang kemudian menjadi “asuransi” dalam Bahasa Indonesia. Namun, istilah assurantie
itu sendiri sebenarnya bukanlah asli Bahasa Belanda akan tetapi berasal dari
Bahasa Latin yaitu assecurare yang berarti “meyakinkan orang”. Kata ini kemudian dikenal dalam Bahasa Perancis sebagai assurance. Demikian pula dengan istilah assuradeur yang berarti “penanggung” dan geassureerde yang berarti “tertanggung”, keduanya berasal dari perbendaharaan Bahasa Belanda.,
sedangkan dalam Bahasa Inggris, istilah “pertanggungan” dapat diterjemahkan
menjadi insurance dan assurance. Kedua istilah ini sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda, insurance mengandung arti “menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi”, sedangkan assurance berarti “menanggung sesuatu yang pasti terjadi”. Istilah assurance lebih lanjut dikaitkan dengan pertanggungan yang berkaitan dengan masalah jiwa seseorang.19
19
Dahlan Siamat, Op. Cit., hlm. 655.
Pengertian asuransi menurut ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang yaitu:
Salah satu unsur penting dalam peristiwa asuransi yang terdapat dalam
rumusan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah ganti kerugian.
Unsur tersebut hanya menunjuk kepada asuransi kerugian (loss insurance) yang objeknya adalah harta kekayaan. Asuransi jiwa (life insurance) tidak termasuk dalam rumusan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, karena jiwa
manusia bukanlah harta kekayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang hanya mencakup
bidang asuransi kerugian, tidak termasuk asuransi jiwa.20
20
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 8.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian, yaitu:
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: (a) memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau (b) memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.”
Rumusan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 ternyata lebih
luas jika dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang karena tidak hanya melingkupi asuransi kerugian, tetapi juga asuransi
Untuk memahami lebih lanjut berikut disajikan perbandingan antara
rumusan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dan Pasal 246
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang:
1. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 meliputi asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan”. Asuransi jiwa dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”. Bagian ini tidak ada dalam definisi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
2. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 secara eksplisit meliputi juga asuransi untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat dalam bagian kalimat “tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti”. Bagian ini tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
3. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 meliputi objek asuransi berupa benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang dan jiwa manusia. Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
4. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 meliputi evenemen berupa peristiwa yang menimbulkan kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan pada benda objek asuransi dan peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. 21
Menurut Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kontrak
asuransi digolongkankan ke dalam kategori kontrak untung-untungan, yang
berbunyi:22
“Suatu persetujuan untung-untungan (kans overenkomst) adalah sutau perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian adalah: perjanjian pertanggungan
21
Ibid., hlm. 11.
22
(verzekering); bunga cagak hidup (lijfrente); perjudian dan pertaruhan
(spel & weddenschap). Perjanjian yang pertama diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.”
Menurut Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka suatu
kontrak untung-untungan merupakan suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi pihak tertentu saja,
bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Oleh Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, perjanjian asuransi dengan tegas digolongkan ke dalam kontrak
untung-untungan, yang selanjutnya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang. Dikatakan untung-untungan karena pihak penanggung akan diuntungkan
(karena pembayaran premi) jika risiko yang diasuransikan tersebut tidak terjadi.
Sebaliknya, bagi pihak tertanggung akan diuntungkan (dalam arti pembayaran
kerugiannya) jika risiko yang diasuransikan tersebut ternyata benar-benar terjadi.
Itulah sebabnya, maka oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perjanjian
asuransi dengan tegas digolongkan ke dalam kontrak untung-untungan.23
Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi tertanggung,
antara lain:24
1. Rasa aman dan perlindungan. Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam
23
Munir Fuady, op.Cit., hlm. 254.
24
asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertangggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertanggungan semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit. 4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. Premi yang
dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian dari kedua belah pihak).
5. Alat penyebaran risiko. Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain sebagainya).
Perjanjian asuransi meletakkan hak dan kewajiban pada tertanggung dan
penanggung. Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:25
1. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian penggantian kerugian
(shcadeverzekering atau indemniteits contract)
Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena pihak tertanggung yang menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita. Sifat perjanjian asuransi ini berkaitan dengan prinsip indemnitas, sebagaimana dapat disimpulkan dari Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang merupakan perjanjian penggantian kerugian. Ganti rugi di sini mengandung arti bahwa penggantian kerugian dari penanggung harus seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita oleh tertanggung. Keseimbangan yang demikianlah dinamakan prinsip keseimbangan (indemniteit principle). Namun, yang perlu diperhatikan adalah mengenai berlakunya asas indemnitas ini hanya dalam asuransi kerugian saja dan tidak berlaku dalam asuransi sejumlah uang. Hal ini karena dalam asuransi kerugian yang sungguh-sungguh diderita, akan tetapi uang asuransi sudah ditetapkan sebelumnya pada waktu ditutupnya perjanjian asuransi. Dasarnya sebab pada asuransi sejumlah uang kepentingannya tidak dapat dinilai dengan uang.
25
2. Perjanjian asuransi adalah perjanjian bersyarat (aletair)
Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian apabila pihak tertanggung menderita kerugian karena suatu peristiwa (evenement/accident) yang sejak ditutupnya perjanjian belum diketahui mungkin terjadi atau tidak. Peristiwa (evenement/accident) yang belum diketahui mungkin terjadi atau tidak merupakan syarat untuk timbulnya kewajiban pemberian ganti kerugian. Jika peristiwa yang menyebabkan adanya kerugian tersebut sudah diketahui atau sudah terjadi, maka penanggung tidak berkewajiban untuk memberikan ganti kerugian. Pemberian ganti rugi dari penanggung terhadap tertanggung digantungkan pada syarat, pada waktu ditutupnya perjanjian peristiwa belum diketahui apakah akan terjadi atau tidaknya karena adanya suatu risiko yang mungkin datang atau tidak dialami. Selain itu, pembayaran premi merupakan pula syarat untuk menimbulkan kewajiban timbal balik dari penanggung untuk membayar ganti kerugian.
Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat aletair, merupakan perjanjian yang prestasi penanggung masih harus digantungkan pada peristiwa yang belum pasti, sedangkan prestasi tertanggung sudah pasti, meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya dengan sempurna, pihak penanggung belum pasti berprestasi dengan nyata.
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian bersyarat (conditional)
merupakan suatu perjanjian yang prestasi penanggung hanya akan terlaksana apabila syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian dipenuhi. Proteksi yang dijanjikan kepada tertanggung akan dipenuhi oleh penanggung. Syarat-syarat agar penanggung bersedia memenuhi tanggung jawab dengan melaksanakan prestasinya yang meliputi;
a. adanya peristiwa yang tidak tertentu,
b. hubungan sebab akibat antara risiko dan peristiwa yang menyebabkan timbulnya kerugian,
c. ada tidaknya hal-hal yang memberatkan risiko,
d. apakah ada cacat atau kebusukan atau sifat kodrat dari barang, kesalahan tertanggung, dan nilai yang diasuransikan.
3. Perjanjian asuransi adalah perjanjian kewajiban bertimbal balik
(obligatoir)
4. Perjanjian asuransi sebagai perjanjian yang bertujuan memberikan proteksi Dapat dilihat dari batasan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, lebih lanjut ditelaah unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pihak pertama ialah penanggung, yang dengan sadar menyediakan diri untuk menerima dan mengambil alih risiko pihak lain.
b. Pihak kedua adalah tertanggung, yang dapat menduduki posisi tersebut dalam perorangan, kelompok orang atau lembaga, badan hukum termasuk perusahaan atau siapapun yang menderita kerugian.
Untuk menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung itu terjadi dan mengikat kedua belah pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat teori perjanjian tersebut:
a. Teori tawar-menawar (bargaining theory)
Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya. Keunggulan teori tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam asuransi antara tertanggung dan penanggung.
b. Teori penerimaan (acceptance theory)
Dalam hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang perasuransian, yang ada hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Menurut teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi. 5. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian yang bersifat formal
Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis (Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). Polis ini merupakan salah satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi. Untuk mengatasi kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian namun belum sempat dibuatkan polisnya atau walaupun sudah dibuatkan tetapi belum sempat ditandatangani atau sudah ditandatangani, tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian terjadi evenement yang menimbulkan kerugian tertanggung. 6. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsensuil
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah mengenai esensi inti isi perjanjian yang telah dibuat itu, terutama mengenai realisasi hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung seperti penyebab timbulnya kerugian (evenement), sifat kerugian yang menjadi beban penanggung, pembayaran premi oleh tertanggung dan klausul-klausul tertentu.
7. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus
Perjanjian asuransi, pada dasarnya merupakan suatu perjanjian yang mempunyai karakteristik yang dengan jelas akan memberikan suatu ciri khusus, apabila dibandingkan dengan jenis perjanjian yang lain. Hal ini secara jelas dibahas dalam buku-buku Anglo Saxon yang secara umum sebagai berikut:
a. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat sepihak (unilateral),
hanya satu pihak saja yang memberikan janji yaitu pihak penanggung, penanggung memberikan janji akan mengganti suatu kerugian, apabila pihak tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan, sebaliknya tertanggung tidak menjanjikan suatu apapun.
b. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat pribadi (personal), kerugian yang timbul harus merupakan kerugian orang perorangan, secara pribadi, bukan kerugian kolektif ataupun kerugian masyarakat luas.
c. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang melekat pada syarat penanggung (adhesion), karena di dalam perjanjian asuransi pada hakikatnya syarat dan kondisi perjanjian hampir seluruh ditentukan/diciptakan oleh penanggung/perusahaan asuransi sendiri, dan bukan karena adanya kata sepakat yang murni atau menawar. d. Perjanjian asuransi adalah perjanjian dengan syarat itikad baik yang
sempurna, perjanjian asuransi merupakan perjanjian dengan keadaan bahwa kata sepakat dapat tercapai/negosiasi dengan posisi masing-masing mempunyai pengetahuan yang sama mengenai fakta, dengan penilaian sama penelaahannya untuk memperoleh fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat tersembunyi.
8. Perjanjian asuransi merupakan kontrak baku (standard contract)
9. Perjanjian gotong-royong (mutual)
Perjanjian asuransi berkarakteristik sebagai perkumpulan. Syarat ini berkaitan dengan asuransi yang saling gotong-royong untuk saling menanggung di dalam suatu perkumpulan yang terbentuk di antara para tertanggung selaku anggota dari perkumpulan tersebut (mutual company).
Asuransi terbagi atas beberapa jenis. Jenis-jenis asuransi yang berkembang
di Indonesia dewasa ini jika dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut:26
1. Dilihat dari segi fungsinya
a. Asuransi Kerugian (non life insurance)
Jenis asuransi kerugian seperti yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menjelaskan bahwa asuransi kerugian memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Jenis asuransi ini tidak diperkenankan melakukan usaha di luar asuransi kerugian dan reasuransi. Kemudian yang termasuk dalam asuransi kerugian adalah sebagai berikut:
1) Asuransi kebakaran yang meliputi kebakaran, peledakan, petir kecelakaan kapal terbang dan lainnya.
2) Asuransi pengangkutan meliputi Marine Hul Policy, Marine Cargo Policy, Freight.
3) Asuransi aneka yaitu asuransi yang tidak termasuk dalam asuransi kebakaran dan pengangkutan seperti asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan diri pencurian dan lainnya. b. Asuransi Jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa merupakan perusahaan asuransi yang dikaitkan dengan penanggulangan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Jenis-jenis asuransi jiwa adalah:
1) Asuransi berjangka (term insurance)
2) Asuransi tabungan (endowment insurance)
3) Asuransi seumur hidup (whole life insurance)
4) Anuitas (anuity contract insurance)
c. Reasuransi (reinsurance)
Merupakan perusahaan yang memberikan jasa asuransi dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian. Jenis asuransi ini sering disebut asuransi dari asuransi dan asuransi ini digolongkan ke dalam:
1) Bentuk treaty
2) Bentuk facultative
26
3) Kombinasi dari keduanya 2. Dilihat dari segi kepemilikannya
Dalam hal ini yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahaan asuransi tersebut, baik asuransi kerugian, asuransi jiwa ataupun reasuransi.
a. Asuransi milik pemerintah
Yaitu asuransi yang sahamnya dimiliki sebagian besar atau bahkan 100% oleh pemerintah Indonesia.
b. Asuransi milik swasta nasional
Asuransi ini kepemilikan sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sehingga siapa yang paling banyak memiliki saham, maka memiliki suara terbanyak dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
c. Asuransi milik perusahaan asing
Perusahaan asuransi jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia hanyalah merupakan cabang dari negara lain dan jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh 100% oleh pihak asing.
d. Asuransi milik campuran
Merupakan jenis asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara swasta nasional dengan pihak asing.
Hubungan hukum dalam perjanjian asuransi melahirkan hak dan
kewajiban para pihak. Dengan demikian, perikatannya bersumber dari perjanjian.
Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dinyatakan bahwa:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”
Rumusan tersebut selain tidak lengkap juga sangat luas. Tidak lengkap karena
hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja. Sangat luas karena dengan
dipergunakannya perkataan “perbuatan” mencakup juga perwakilan sukarela dan
perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan hal itu perlu kiranya diadakan
1. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan
yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum.
2. Menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam
Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Dengan demikian perumusannya menjadi perjanjian adalah suatu
perbuatan (hukum), di mana satu orang atau lebih (saling) mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih.27
Dalam hal pertanggungan adalah perjanjian khusus maka selain
syarat-syarat khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang diberlakukan pula
ketentuan umum dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Dibawah ini diuraikan mengenai syarat-syarat tersebut yaitu:28
1. Ada persetujuan kehendak
Antara pihak-pihak yang mengadakan pertanggungan harus ada persesuaian kehendak (consensus, toestemming, meeting of minds). Artinya, kedua belah pihak menyetujui tentang objek yang menjadi objek perjanjian dan tentang syarat-syarat tertentu yang berlaku bagi perjanjian tersebut.
Apa yang disetujui oleh pihak penanggung, disetujui juga oleh pihak tertanggung. Dengan demikian tercapai persesuaian kehendak terhadap yang menjadi objek perjanjian dan tentang syarat-syarat yang berlaku bagi perjanjian itu.
2. Kecakapan dan kewenangan melakukan perbuatan hukum
Kedua belah pihak yang mengadakan pertanggungan harus memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum. Artinya, kedua belah pihak itu sudah dewasa, tidak di bawah pengampuan (curatele), tidak dalam keadaan sakit ingatan, tidak dalam keadaan pailit, memiliki kewenangan terhadap objek yang diasuransikan, yaitu memenuhi syarat adanya kepentingan terhadap objek yang diasuransikan. Demikian juga apabila pihak-pihak itu mewakili pihak lain untuk mengadakan pertanggungan, perlu menyebutkan untuk kepentingan siapa ia mendapatkan pertanggungan itu. kedua belah pihak dapat berupa manusia pribadi dan dapat juga berupa badan hukum, biasanya
27
Tuti Rastuti, Op. Cit., hlm. 31.
28
berbentuk suatu badan usaha. Pihak penanggung selalu dalam bentuk badan usaha yang pekerjaannya bergerak dalam bidang perasuransian. 3. Ada objek yang dipertanggungkan
Dalam setiap pertanggungan harus ada objek yang dipertanggungkan. Dengan alasan yang mempertanggungkan objek tersebut adalah tertanggung, maka tertanggung harus mempunyai hubungan langsung dan/atau tidak langsung dengan objek yang dipertanggungkan tersebut. Dikatakan ada hubungan langsung apabila tertanggung memiliki objek tersebut. Dikatakan ada hubungan yang tidak langsung apabila tertanggung mempunyai kepentingan atas objek tersebut. 4. Ada causa yang diperbolehkan (a legal cause)
Causa yang diperbolehkan di sini bahwa isi dari perjajian pertanggungan itu tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.
5. Pembayaran premi
Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik, maka kedua belak pihak masing-masing harus saling berprestasi. Penanggung menerima peralihan risiko atas objek yang dipertanggungkan, sedangkan tertanggung harus membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Besar atau kecil jumlah premi bukan masalah yang penting, yang penting adalah kedua belah pihak telah mencapai suatu kesepakatan. Jika premi dibayar, risiko beralih. Jika premi tidak dibayar, risiko tidak beralih.
6. Kewajiban pemberitahuan
Kewajiban memberitahukan fakta materiil tentang objek yang diasuransikan merupakan kewajiban yang didasarkan pada pelaksanaan prinsip itikad baik. Prinsip ini tertuang dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Namun sebenarnya Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang hanya membebankan kewajiban secara sepihak kepada tertanggung untuk memberikan keterangan dan informasi yang benar tentang fakta materiil objek yang dipertanggungkan, sedangkan kewajiban penanggung untuk memberikan indormasi tentang ruang lingkup perlindungan tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Secara umum, itikad baik yang sempurna dapat diartikan bahwa masing-masing pihak dalam suatu perjanjian yang akan disepakati, menurut hukum mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan atau informasi yang selengkap-lengkapnya yang akan dapat memengaruhi keputusan pihak yang lain untuk memasuki perjanjian atau tidak.
Berdasarkan Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, ketentuan
umum perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat berlaku pula
tunduk pula pada beberapa ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian sebagaimana diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perlu diperhatikan. Adapun
asas-asas yang lahir dari ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut
adalah sebagai berikut:29
1. Asas konsensual
Dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa syarat sahnya perjanjian, yaitu:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
Asas konsensual diambil dari salah satu syarat perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan sepakatnya. Sepakat yang diberikan dengan paksa adalah
contradictio interminis. Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya sepakat yang mungkin dilakukan oleh pihak lain. Kesepakatan memberikan pilihan kepada para pihak, untuk setuju atau tidak setuju mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat hukumnya.
Pasal 1320 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa:
“Perjanjian atau kontrak yang tidak sah jika dibuat tanpa adanya kesepakatan (consensus) dari para pihak yang membuatnya. Selain paksaan, cacatnya kesepakatan dapat terjadi karena kekeliruan dan kesalahan.”
2. Asas kebebasan berkontrak
Dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.”
Menurut Sutan Remy Sjahdeni, dalam hukum perjanjian Indonesia ruang lingkup asas kebebasan berkontrak meliputi:
a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.
29
b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.
c. Kebebasan untuk menentukan atau memilih isi (causa) dari perjanjian yang dibuatnya.
d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.
e. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.
f. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan Undang-Undang yang bersifat opsional (aanvullend, optional).
Sumber dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga titik tolaknya adalah kepentingan individu pula. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak. Berlakunya asas konsensualisme menurut hukum perjanjian Indonesia memantapkan adanya asas kebebasan berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu pihak yang membuat perjanjian, maka perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan.
3. Asas ketentuan mengikat
Asas ketentuan mengikat dari Pasal 1338 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, apabila dihubungkan dengan perjanjian asuransi berarti bahwa pihak penanggung dan tertanggung atau pemegang polis terikat untuk melaksanakan ketentuan perjanjian yang telah disepakatinya. Sebab, perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak memiliki kekuatan mengikat sebagaimana Undang-Undang yang memiliki akibat hukum, hanya saja berlaku bagi mereka yang membuatnya.
4. Asas kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung arti bahwa mereka yang mengadakan perjanjian melahirkan kepercayaan di antara kedua belah pihak, bahwa satu sama lain akan memenuhi janjinya untuk melaksanakan prestasi seperti yang diperjanjikan. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi perjanjian asuransi, sehingga pemegang polis dan penanggung terikat untuk memenuhi perjanjian yang telah dibuatnya.
5. Asas persamaan hukum
Asas persamaan hukum adalah bahwa subjek hukum uyang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum, dan tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain.
6. Asas keseimbangan
Asas keseimbangan adalah suatu asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Dalam perjanjian asuransi, hak dan kewajiban tertanggung adalah membayar premi dan menerima pembayaran ganti kerugian, sedangkan hak dan kewajiban penanggung adalah menerima premi dan memberikan ganti kerugian atas objek yang dipertanggungkan.
7. Asas kepastian hukum