• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Asuransi Pt Asuransi Sinar Mas Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen(Studi Pada Pt. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Asuransi Pt Asuransi Sinar Mas Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen(Studi Pada Pt. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN ASURANSI

PT ASURANSI SINAR MAS DALAM PERJANJIAN

PEMBIAYAAN KONSUMEN

(Studi pada PT. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

RENI ANGGRAINI RAMLAN NIM : 110200087

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN ASURANSI

PT ASURANSI SINAR MAS DALAM PERJANJIAN

PEMBIAYAAN KONSUMEN

(Studi pada PT. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

RENI ANGGRAINI RAMLAN NIM : 110200087

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

Disetujui

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. HASIM PURBA, S.H., M.Hum. NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

NAMA : RENI ANGGRAINI RAMLAN

NIM : 110200087

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

JUDUL SKRIPSI : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN

PT. ASURANSI SINAR MAS DALAM

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

(Studi pada PT. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)

Dengan ini menyatakan:

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak

merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka

segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau

tekanan dari pihak manapun.

Medan, Januari 2015

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang atas segala karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis mampu menjalani proses perkuliahan dari awal sampai tahap

penyelesaian skripsi pada Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan

Hukum Perdata Dagang di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini.

Penulisan skripsi yang diberi judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PERANAN ASURANSI PT. ASURANSI SINAR MAS DALAM PERJANJIAN

PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang

Tebing Tinggi)” ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan

dan hasil yang masih jauh dari sempurna sehingga dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terima kasih jika ada kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak yang

telah membantu selama pengerjaan skripsi ini sampai selesai, melalui kesempatan

ini penulis berbangga hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I

(5)

3. Bapak Dr. Syafruddin S. Hasibuan, S.H., M.H., DFM., selaku Wakil

Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Sinta Uli Pulungan, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Kekhususan

Dagang sekaligus merupakan Dosen Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis dalam

mengerjakan skripsi ini.

7. Ibu Rabiatul Syariah, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Dr. Dedi Harianto, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan

kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Ibu Afrita, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis.

10.Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., yang telah memberi nasihat

dan bimbingan kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan.

11.Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan

administrasi penulis selama menjalani masa perkuliahan.

12.Teristimewa kepada Kedua Orang Tua yaitu Ramlan dan Supriana, Kakak

(6)

semangat, doa dan segalanya kepada penulis dalam menyelesaikan

perkuliahan ini.

13.Kepada seluruh pegawai PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi

khususnya Bapak Faisal Ramadhan Sinaga selaku insurance staff yang telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14.Kepada teman-teman kelompok Klinis Perdata, Pidana dan PTUN atas

bantuannya, kebersamaannya, doa, dukungan dan semangatnya.

15.Kepada teman-teman Grup A Stambuk 2011 Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara khususnya untuk Herry Pranata, Nur Aqmarina, Syahnaz

Miyagi Munira, Stella, Zahrah Hasna Dalimunthe, Saffanah Silmi, Nasrini

Mandosari, Rahmadani Pardede, yang telah banyak memotivasi penulis

dalam perkuliahan dari awal hingga penyelesaian skripsi ini.

16.Kepada teman-teman dari kelompok BTM Aladdinsyah, S.H., khususnya

Syafitri Ditami, Yuliana Siregar, Fadillah Mahraini, terima kasih untuk

doa dan dukungan semangat kepada penulis.

17.Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

(7)

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Bila ada kesalahan dan

kekurangan dalam skripsi ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima

kasih.

Medan, Januari 2015

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI ASURANSI DAN PERATURANNYA ... 20

A.Pengertian, Jenis, dan Aspek Hukum Perjanjian Asuransi ... 20

B. Premi dan Polis Asuransi ... 39

C.Berakhirnya Asuransi ... 48

BAB III PEMBIAYAAN KONSUMEN MEMPUNYAI PERAN PENTING DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN MASYARAKAT ... 50

A. Pengertian Pembiayaan Konsumen dan Pengaturannya ... 50

B. Para Pihak, Jaminan dan Dokumen dalam Pembiayaan Konsumen ... 58

C. Hubungan Hukum antara Perusahaan Asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dengan Perusahaan Pembiayaan Konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi dari Segi Hukum Keperdataan ... 67

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN ASURANSI PT. ASURANSI SINAR MAS DENGAN PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG TEBING TINGGI TERKAIT PEMBIAYAAN KONSUMEN ... 74

A. Pengaturan Hubungan Antara Perusahaan Asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi Terkait Pembiayaan Konsumen ... 74

(9)

C. Penyelesaian Klaim Asuransi yang diajukan Konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi dari PT. Asuransi Sinar Mas Apabila Terjadi Kerusakan ataupun

Kehilangan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

A. Surat Riset Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi B. Wawancara

C. Perjanjian Pembiayaan Konsumen

D. Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Dari PT. Asuransi Sinar Mas E. Surat Edaran Tentang Proses Klaim Asuransi

F. Memo Internal Perihal Standar Premi Asuransi Pembiayaan Sepeda Bermotor

G. Memo Persetujuan Pembiayaan Sepeda Motor

(10)

ABSTRAK

Reni Anggraini Ramlan*) 1

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

Sinta Uli Pulungan**) Dedi Harianto***)

Pembiayaan konsumen merupakan kegiatan penyediaan dana bagi konsumen untuk membeli barang-barang konsumsi yang pembayarannya dilakukan secara berkala. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini akan menghadapi berbagai risiko dalam pemenuhan kebutuhan sepeda motor. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen terdapat perusahaan asuransi sebagai penanggung dari segala risiko yang dihadapi dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Judul skripsi ini adalah tinjauan yuridis terhadap peranan asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dalam perjanjian pembiayaan konsumen studi pada PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi. Permasalahan dalam skripsi ini membahas tentang pengaturan hubungan hukum antara PT. Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi terkait pembiayaan konsumen, prosedur pelaksanaan klaim asuransi, serta penyelesaian klaim asuransi.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Bahan pustaka yang dapat dijadikan sumber dari penelitian didapatkan dari buku-buku, artikel, majalah, dan media elektronik. Studi kasus ini dilakukan di Kantor PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan sepeda motor. Penelitian dilaksanakan guna melengkapi penyelesaian skripsi ini.

Kesimpulannya pengaturan tentang Usaha Perasuransian diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 dan Lembaga Pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009. Pengaturan tersebut tidak terlepas dari KUH Perdata khususnya pada Bab III tentang Perikatan. Hubungan hukum antara perusahaan asuransi dengan perusahaan pembiayaan konsumen adalah kerjasama dalam pengalihan risiko. Perjanjian kerjasama tersebut dibuktikan dengan akta otentik yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pihak asuransi bertanggung jawab atas segala risiko yang terjadi pada konsumen perusahaan pembiayaan konsumen. Jadi jika terjadi suatu

evenement maka konsumen dapat mengajukan klaim. Konsumen harus memenuhi persyaratan pengajuan klaim sesuai dengan prosedurnya agar cepat diproses. Jika klaim asuransi diterima maka akan dikirim uang ganti kerugiannya dipotong dengan uang administrasi lainnya. Jika klaim asuransi kendaraan bermotor tersebut ditolak, maka akan diberikan alasan mengapa klaim tersebut ditolak.

(11)

ABSTRAK

Reni Anggraini Ramlan*) 1

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

Sinta Uli Pulungan**) Dedi Harianto***)

Pembiayaan konsumen merupakan kegiatan penyediaan dana bagi konsumen untuk membeli barang-barang konsumsi yang pembayarannya dilakukan secara berkala. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini akan menghadapi berbagai risiko dalam pemenuhan kebutuhan sepeda motor. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen terdapat perusahaan asuransi sebagai penanggung dari segala risiko yang dihadapi dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Judul skripsi ini adalah tinjauan yuridis terhadap peranan asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dalam perjanjian pembiayaan konsumen studi pada PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi. Permasalahan dalam skripsi ini membahas tentang pengaturan hubungan hukum antara PT. Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi terkait pembiayaan konsumen, prosedur pelaksanaan klaim asuransi, serta penyelesaian klaim asuransi.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Bahan pustaka yang dapat dijadikan sumber dari penelitian didapatkan dari buku-buku, artikel, majalah, dan media elektronik. Studi kasus ini dilakukan di Kantor PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan sepeda motor. Penelitian dilaksanakan guna melengkapi penyelesaian skripsi ini.

Kesimpulannya pengaturan tentang Usaha Perasuransian diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 dan Lembaga Pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009. Pengaturan tersebut tidak terlepas dari KUH Perdata khususnya pada Bab III tentang Perikatan. Hubungan hukum antara perusahaan asuransi dengan perusahaan pembiayaan konsumen adalah kerjasama dalam pengalihan risiko. Perjanjian kerjasama tersebut dibuktikan dengan akta otentik yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pihak asuransi bertanggung jawab atas segala risiko yang terjadi pada konsumen perusahaan pembiayaan konsumen. Jadi jika terjadi suatu

evenement maka konsumen dapat mengajukan klaim. Konsumen harus memenuhi persyaratan pengajuan klaim sesuai dengan prosedurnya agar cepat diproses. Jika klaim asuransi diterima maka akan dikirim uang ganti kerugiannya dipotong dengan uang administrasi lainnya. Jika klaim asuransi kendaraan bermotor tersebut ditolak, maka akan diberikan alasan mengapa klaim tersebut ditolak.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut

berhubungan dengan takdir dan nasib manusia yang ditentukan oleh Tuhan.

Dalam ilmu hukum ketentuan tersebut disebut peristiwa hukum. Peristiwa hukum

tersebut memiliki potensi adanya risiko yang mungkin akan terjadi. Peristiwa

kematian seseorang mungkin akan berkaitan dengan istri/suami maupun

anak-anak yang masih dalam masa depan yang panjang, yang akan menjadi risiko jika

tidak dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan kelak. Peristiwa kelahiran juga

memiliki risiko kematian ibu yang melahirkan, kesehatan ibu dan anak, serta

pendidikan anak. Bencana alam dan kerusakan lingkungan menjadi risiko bagi

masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain itu, seringkali pula manusia

dihadapkan pada suatu peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, misalnya

kebakaran rumah, kerusakan barang, ataupun kecelakaan diri. Hal-hal tersebut

merupakan risiko yang senantiasa mungkin dialami oleh setiap manusia dalam

kehidupannya namun tidak dapat diprediksi.

Musibah atau bencana yang merupakan qadha atau qadhar Allah SWT tidak dapat dihindari. Namun demikian, manusia wajib berikhtiar memperkecil

risiko yang timbul serta tidak hanya pasrah menerima semuanya. Sudah sejak

lama orang mencari cara untuk mengatasi dan meminimalisir risiko, dan inilah

(13)

asuransi, risiko dimungkinkan dapat dialihkan kepada pihak penanggung, maka

pihak tersebut mengikatkan diri akan mengganti kerugian apabila risiko itu

benar-benar menjadi suatu kenyataan kehilangan atau kerugian.

Penutupan asuransi akan menjadi suatu kebutuhan seseorang apabila

nantinya akan diperoleh manfaat dari penutupan asuransi tersebut. Asuransi

memiliki manfaat utama, yaitu menempatkan posisi finansial tertanggung

(nasabah) kembali kepada saat sebelum terjadi kerugian (kembali seperti semula).

Namun selain itu, asuransi juga dapat mengurangi ketidakpastian risiko, dapat

mengurangi beban keuangan akibat timbulnya kerugian yang datang secara

tiba-tiba, memberikan ketenangan dalam bekerja, dan banyak manfaat lainnya.

Perjanjian asuransi sebagai lembaga pengalihan dan pembagian risiko

mempunyai kegunaan yang positif, baik bagi masyarakat, perusahaan, maupun

pembangunan negara. Mereka yang menutup perjanjian asuransi akan merasa

tenteram, sebab mendapat perlindungan dari kemungkinan tertimpa suatu

kerugian. Suatu perusahaan yang mengalihkan risikonya melalui perjanjian

asuransi akan dapat meningkatkan usahanya dan berani menggalang tujuan yang

lebih besar. Demikian pula premi-premi yang terkumpul oleh suatu perusahaan

asuransi dapat diusahakan dan digunakan sebagai sarana untuk pembangunan

sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat.2

Dalam perjanjian asuransi di mana tertanggung dan penanggung mengikat

suatu perjanjian tentang hak dan kewajiban masing-masing. Perusahaan asuransi

2

(14)

membebankan sejumlah premi yang harus dibayar tertanggung. Premi yang

dibayarkan sebelumnya sudah ditaksirkan dulu atau diperhitungkan dengan nilai

risiko yang akan dihadapi. Semakin besar risiko, semakin besar premi yang harus

dibayar dan sebaliknya.

Perjanjian asuransi tertuang dalam polis asuransi, di mana disebutkan

syarat-syarat, hak-hak, kewajiban masing-masing pihak, jumlah uang yang

dipertanggungkan dan jangka waktu asuransi. Jika dalam masa pertanggungan

terjadi risiko, pihak asuransi akan membayar sesuai dengan perjanjian yang telah

dibuat dan ditandatangani bersama sebelumnya.3

Dalam suatu kontrak asuransi, prestasi dari pihak tertanggung adalah

membayar premi, sedangkan prestasi pihak penanggung (perusahaan asuransi)

adalah membayar sejumlah ganti rugi jika peristiwa tertentu terjadi. Jika terjadi

peristiwa yang diasuransikan tersebut, maka pihak tertanggung harus meminta

agar sejumlah ganti rugi yang telah ditetapkan dibayar oleh pihak penanggung

(perusahaan asuransi). Pengajuan permintaan tersebut disebut sebagai pengajuan

“klaim”. Biasanya pengajuan klaim asuransi disertai dengan beberapa bukti

pendukung bahwa memang telah terjadi peristiwa yang bersangkutan.4

3

Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 260-261.

4

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2012), hlm. 250.

Bukti

pendukung tersebut antara lain Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) dari

(15)

klaim pencurian dengan kekerasan), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) asli,

dan lain-lain.

Salah satu peran penting asuransi dalam masyarakat modern adalah

pencegahan kerugian. Dengan mengganti kerugian tertanggung, ia akan tercegah

dari kerugian finansial. Pengganti kerugian haruslah tidak melebihi jumlah

kerugian sebenarnya karena dapat mengurangi kemungkinan tertanggung dengan

sengaja melakukan tindakan kelalaian atau dengan sengaja untuk memperoleh

keuntungan dari pembayaran asuransi.5

Salah satu hal yang cukup penting dalam dunia bisnis adalah masalah

modal. Lembaga yang secara konvensional menyediakan modal adalah lembaga Keadaan seperti itu sesuai dengan asas

indemnitas (asas ganti kerugian) yang harus seimbang antara kerugian yang

diderita tertanggung dengan ganti kerugian yang diberikan penanggung kepada

tertanggung, tidak kurang dan tidak lebih.

Di samping itu, asuransi turut bertanggung jawab atas risiko-risiko yang

terjadi pada perusahaan pembiayaan konsumen dengan cara menanggung

kerugian yang diderita perusahaan pembiayaan konsumen tersebut sesuai dengan

syarat dan ketentuan yang berlaku. Asuransi menjadi pihak tambahan yang ikut

membantu, melindungi, meminimalisir risiko yang akan terjadi pada perusahaan

pembiayaan konsumen tersebut. Perusahaan pembiayaan pasti melakukan

hubungan kerjasama dengan salah satu perusahaan asuransi demi meminimalisir

risiko yang akan terjadi.

5

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter Dan Perbankan,

(16)

keuangan bank. Namun, bank dalam menyalurkan dananya membutuhkan

jaminan (Collateral). Untuk mengatasi masalah jaminan tersebut dalam praktek bisnis muncul lembaga pembiayaan yang cukup fleksibel jika dibandingkan

dengan bank. Melihat lembaga pembiayaan yang mulai diminati sebagai salah

satu alternatif dalam pembiayaan perusahaan maka pemerintah mengeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.6

Pembiayaan yang dilakukan oleh suatu lembaga keuangan, baik bank

maupun lembaga keuangan bukan bank, dapat ditujukan untuk tujuan produksi,

distribusi, atau konsumsi barang dan jasa. Lembaga keuangan bukan bank yang

menyediakan dana atau memberikan pembiayaan kepada debitor untuk tujuan

konsumsi barang dan jasa disebut dengan perusahaan pembiayaan konsumen. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan

tersebut telah disempurnakan dengan mengganti Keputusan Presiden dimaksud

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan.

7

Perjanjian pembiayaan konsumen di Indonesia dewasa ini berkembang

dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dalam praktek sehari-hari. Banyaknya peminat

dari masyarakat terhadap perjanjian tersebut, terutama dalam pemenuhan

kebutuhan sekundernya yang mendorong masyarakat melakukan perjanjian

pembiayaan konsumen. Perjanjian tersebut sering dijumpai pula dalam praktek

6

Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 111.

7

(17)

dunia perdagangan sepeda motor. Bahkan perjanjian pembiayaan konsumen

tersebut dapat dikatakan tumbuh dan berkembang subur di Indonesia. Hak dan

kewajiban dalam perjanjian pembiayaan konsumen sama dengan hak dan

kewajiban dalam jual beli, yaitu mempunyai tujuan untuk mengalihkan hak milik

atas barang, hanya saja ada perbedaan mengenai cara pembayaran serta perolehan

(pemindahan) kepemilikannya.

Pembiayaan konsumen merupakan kegiatan penyediaan dana bagi

konsumen oleh perusahaan pembiayaan untuk membeli barang-barang konsumsi

yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen.

Jaminan hutang dari pembiayaan konsumen ini adalah barang konsumen yang

menjadi objek pembiayaan konsumen tersebut biasanya dalam bentuk fidusia.

Pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah pihak kreditur

(perusahaan pembiayaan), pihak konsumen (debitur), dan pihak supplier (yang menyediakan barang), serta pihak asuransi. Apabila kegiatan ini dilakukan oleh

bank, maka bentuk pinjaman yang mirip dengan pembiayaan konsumen disebut

dengan kredit konsumsi, sehingga dasar hukum bagi kredit berlaku juga bagi

pembiayaan konsumen, minus ketentuan tentang perbankan tetapi ditambah

dengan ketentuan-ketentuan tentang keuangan dan pembiayaan.8

Perusahaan pembiayaan konsumen tidak terlepas dari risiko yang akan

dihadapi, maka dari itu perusahaan pembiayaan konsumen bekerja sama dengan

perusahaan asuransi dalam meminimalisir risiko dan mengalihkan risiko.

Risiko-risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan pembiayaan konsumen adalah berupa

8

(18)

kehilangan sepeda motor yang diakibatkan oleh orang yang bersangkutan atau

malah kehilangan yang disebabkan oleh pihak ketiga yang dalam artian bukan

pemiliknya. Risiko kedua yang mungkin terjadi adalah terjadinya kecelakaan yang

menyebabkan kerusakan di atas 75% (tujuh puluh lima persen). Risiko yang

ketiga adalah macetnya pembayaran cicilan yang dilakukan konsumen yang tidak

beritikad baik (wanprestasi). Asuransi yang diberikan perusahaan pembiayaan untuk kasus seperti ini juga termasuk yaitu kondisi motor hilang dalam kondisi

diparkir (pencurian pada saat motor itu diam), pencurian, perampasan atau

penodongan.

Mengenai kerusakan pada sepeda motor, setiap pemilik dan pengendara

sepeda motor tidak bisa memastikan hal apa yang akan terjadi suatu saat nanti.

Ketika pemilik sedang mengendara, kemudian terjadi kecelakaan sepeda motor

maka sepeda motor tersebut mengalami kerusakan baik kerusakan ringan maupun

kerusakan parah. Asuransi yang diberikan perusahaan pembiayaan untuk kasus

seperti ini juga termasuk yaitu kecelakaan sepeda motor yang menyebabkan

estimasi kerusakan motor di atas 75% (tujuh puluh lima persen) agar dapat

diajukan klaim dan dituntut ganti kerugiannya. Kecelakaan dapat terjadi di mana

saja dan kapan saja. Jadi sangatlah bijak jika kita dapat melakukan suatu tindakan

untuk dapat melindungi diri kita, barang berharga, demikian juga orang yang kita

sayangi dari hal-hal yang tidak dapat diduga.

Apabila kehilangan dan kerusakan sepeda motor terjadi, maka pihak

konsumen akan mengajukan klaim kepada pihak perusahaan asuransi yang

(19)

konsumen membantu konsumen yang sedang mengalami kerugian untuk

menyiapkan berkas-berkas yang harus dilengkapi sesuai dengan prosedur

pengajuan klaim. Pihak perusahaan pembiayaan konsumen mengajukan klaim

tersebut kepada pihak perusahaan asuransi dengan mengirimkan berkas tersebut

dengan menunggu hasilnya diterima atau ditolak hingga waktu yang ditentukan.

Klaim adalah tuntutan ganti kerugian oleh tertanggung kepada penanggung atau

tuntutan terhadap hak yang timbulnya disebabkan karena adanya perjanjian

asuransi yang telah berakhir. Proses pengajuan klaim tersebut tidak berjalan

mulus, pasti ada beragam kesulitannya ataupun prosedurnya yang rumit. Misalnya

seperti peristiwa kehilangan sepeda motor, klaim diajukan oleh tertanggung

disertai dengan Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) yaitu keterangan dari

kepolisian setempat, untuk klaim kendaraan jika kehilangan perlengkapan

standard/non standard maupun kehilangan kendaraan dan juga jika kendaraan

mengalami rusak berat atau menyangkut pihak ketiga, tentunya disertai dengan

dokumen-dokumen lainnya dan mengisi beberapa formulir lainnya. Khusus pihak

yang melibatkan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga (third party liability). Jika mengalami kecelakaan yang melibatkan pihak ketiga dan dituntut mengganti kerugiannya maka dokumen-dokumen kelengkapannya berbeda lagi.

Setiap pengajuan klaim pasti ada prosedurnya agar klaim tersebut cepat diproses

dan ganti kerugiannya juga cepat diterima, beda kasusnya beda

dokumen-dokumen yang harus dipersiapkan.

Contoh satu kasus yang terjadi di Tebing Tinggi yaitu Togi Parulian Lbn

(20)

58605201202294 mengkredit satu unit sepeda motor Honda New Supra X 125D

dengan No. Polisi BK 6021 NAI kepada pihak perusahaan pembiayaan PT.

Summit Oto Finance Tebing Tinggi. Namun naas pada tanggal 18 September

2014 sekitar pukul 13.00 WIB di Jln. M. Yamin Kel. Tj. Marulak Kec. Rambutan

Kota Tebing Tinggi tepatnya di samping SPBU Kp. Keling kota Tebing Tinggi.

sepeda motor tersebut dipinjam dari anak tertanggung oleh temannya, kemudian

temannya memakai sepeda motor tersebut kira-kira 1 jam. Kunci sepeda motor

diberikan oleh temannya tersebut. Kemudian anak tertanggung mengecek ternyata

sepeda motor tidak ada. Setelah kehilangan tersebut ia melaporkan ke Polres

Tebing Tinggi dan beberapa hari kemudian ke PT. Summit Oto Finance Tebing

Tinggi dan sesuai petunjuk agar mengikuti prosedur yaitu membuat laporan ke

polisi. Selanjutnya pihak PT. Summit Oto Finance yang akan menindaklanjuti ke

PT. Asuransi Sinar Mas. Beberapa hari kemudian pihak PT. Asuransi Sinar Mas

menghubungi yang bersangkutan untuk melakukan survei dan akhirnya pada

tanggal 8 Oktober 2014 ia ditelepon pihak PT. Summit Oto Finance Tebing

Tinggi bahwa klaim asuransi ditolak dengan alasan bahwa berdasarkan Polis

Asuransi Kendaraan Bermotor BAB II “Pengecualian” pada Pasal 3 ayat 1.2 :

“Pertanggungan ini tidak menjamin kerugian, kerusakan, biaya atas Kendaraan

Bermotor dan atau tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, yang

disebabkan oleh Penggelapan, Penipuan, Hipnotis dan sejenisnya.”

Banyak peristiwa klaim yang ditolak dan tidak sesuai dengan yang

diinginkan pihak tertanggung. Kerugian yang diderita tertanggung tidak seimbang

(21)

yang sebenarnya pihak asuransi yang lebih diuntungkan. Oleh karena itu tidak

semua klaim dikabulkan, ada kriteria dari pihak asuransi untuk kriteria kerugian

yang seperti apa saja yang akan dikabulkan yang sudah disepakati bersama pada

saat penutupan asuransi. Oleh karena itu, pihak tertanggung sebaiknya membaca

dan memahami surat polis agar mengetahui peristiwa yang bagaimana yang akan

ditanggung agar tidak terjadi kesalahpahaman jika evenement telah terjadi.

Bertitik tolak dari adanya pihak yang dirugikan seiring berkembangnya

perusahaan asuransi dan perusahaan pembiayaan konsumen di Indonesia tidak

akan terlepas dari segala risiko yang akan terjadi, maka hal tersebut akan dikaji

dalam penulisan skripsi ini dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan

Asuransi PT. Asuransi Sinar Mas Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT.

Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan apa

yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini:

1. Bagaimanakah pengaturan hubungan hukum antara perusahaan asuransi PT.

Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi

terkait pembiayaan konsumen?

2. Bagaimana prosedur pelaksanaan klaim asuransi dari konsumen PT. Summit

Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada PT. Asuransi Sinar Mas apabila

(22)

3. Bagaimana penyelesaian klaim asuransi yang diajukan konsumen PT.

Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada PT. Asuransi Sinar Mas

apabila terjadi kerusakan ataupun kehilangan barang?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini

secara singkat adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pengaturan hubungan hukum antara perusahaan

asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance

Cabang Tebing Tinggi terkait pembiayaan konsumen.

b. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan klaim asuransi dari

konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada

PT. Asuransi Sinar Mas apabila barang yang masih dalam masa

pembiayaan dinyatakan rusak ataupun hilang.

c. Untuk mengetahui penyelesaian klaim asuransi yang diajukan

konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada

PT. Asuransi Sinar Mas apabila terjadi kerusakan ataupun

kehilangan barang.

2. Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat baik secara teoritis

(23)

a. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat memberikan

masukan sekaligus menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

dalam dunia akademis, khususnya tentang hal yang berhubungan

dengan peranan asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dalam perjanjian

pembiayaan konsumen di PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing

Tinggi.

b. Manfaat secara praktis

Secara praktis, penulisan skripsi ini dapat memperjelas tentang

peranan asuransi PT. Asuransi Sinar Mas khususnya dalam

perjanjian pembiayaan konsumen yang saat ini masyarakat sudah

banyak melakukan hubungan hukum dengan perusahaan

pembiayaan konsumen yaitu PT. Summit Oto Finance Cabang

Tebing Tinggi, sehingga membantu masyarakat umum terkait hal

prosedur pelaksanaan klaim dan ganti kerugian apabila terjadi

kerusakan ataupun kehilangan barang.

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah

penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif disebut juga

penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, hukum

(24)

perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap

pantas. Oleh karena itu, pertama, sebagai sumber datanya hanyalah data

sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,

adan bahan hukum tersier.9 Data sekunder dalam skripsi ini yaitu kajian

yang digunakan terhadap peraturan perundang-undangan (Undang-Undang

No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian, Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan,

kitab-kitab hukum (Kitab Undang Hukum Perdata, Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang), putusan pengadilan dan berbagai data-data

pendukung yang berhubungan dengan judul skripsi. Sifat penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis. Dalam penelitian

deskriptif analitis, data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar,

perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik,

melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari

sekadar angka dan frekuensi.10 Penelitian deskriptif analitis yang

mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum

dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan objek

penelitian.11

9

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 118.

10

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hlm. 94.

11

(25)

2. Sumber Data

Sumber data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga

meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku, sampai pada

dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah.12 Data

sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka

meliputi:13

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan

terdiri dari kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan

perundang-undangan, bahan hukum adat yang tidak dikodifikasikan,

yurisprudensi, traktat, bahan hukum dari zaman penjajahan yang

masih berlaku hingga kini. Dalam penulisan ini yaitu Undang-Undang

No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian, Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan, Kitab Undang Hukum Perdata, Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang dan kasus-kasus yang berkaitan dengan

peranan asuransi dalam perjanjian pembiayaan konsumen.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti, rancangan undang-undang,

hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan

seterusnya. Dalam penulisan ini yaitu buku-buku tentang asuransi,

buku-buku tentang pembiayaan konsumen, internet, dan seterusnya.

12

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm.24.

13

(26)

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus

bahasa, kamus hukum, majalah, surat kabar, ensiklopedia, indeks

kumulatif, dan seterusnya.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah melalui penelitian kepustakaan14

4. Metode Analisis Data

(Library Research), yaitu dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, media

massa, kamus, dan wawancara dengan informan yaitu Saudara Faisal

Ramadhan Sinaga selaku Insurance Staff pada PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi yang dapat dijadikan sumber yang berkaitan

dengan skripsi ini yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian

dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya

dengan menggunakan data empiris.15

14

Zainuddin Ali, Op. Cit., hlm 107.

15

Masyuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Malang : PT. Refika Aditama, 2008), hlm. 12.

Pendekatan kualitatif di sini

memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari

perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau

pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan

(27)

gambaran mengenai pola-pola yang berlaku. Pola-pola tadi dianalisis lagi

dengan menggunakan teori yang objektif.16

5. Metode Penarikan Kesimpulan

Metode penarikan kesimpulan yang digunakan terhadap data-data yang

berhasil dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode

deduktif-induktif sehingga dapat diperoleh jawaban terhadap permasalahan yang

dibuat. Suatu analisis yuridis normatif pada hakikatnya menekankan pada

metode deduktif sebagai pegangan utama, dan metode induktif sebagai tata

kerja penunjang.17 Penalaran deduktif berpangkal dari suatu proposisi

umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada

suatu pengetahuan baru yang bersifat khusus. Pada penalaran induktif,

berpangkal dari proposisi-proposisi khusus sebagai hasil pengamatan

empiris dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang

bersifat umum.18

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran

penulis secara pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan penelusuran di

perpustakaan, penulisan mengenai masalah peranan asuransi PT. Asuransi Sinar

Mas dalam perjanjian pembiayaan konsumendi PT. Summit Oto Finance Cabang

16

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 20-21.

17

Amiruddin dan Zainal Asikin, op. Cit., hlm. 166.

18

(28)

Tebing Tinggi belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara sebelumnya.

Kalaupun terdapat kesamaan, hal tersebut tidak merupakan suatu

kesengajaan dan tentunya dilakukan dengan pendekatan masalah yang berbeda,

seperti :

1. Nama : Rika Vera Sopa

Nim : 960200111

Judul : Peranan Asuransi Dalam Perjanjian Leasing (Studi Kasus

Pada PT. Olympindo Multifinance)

2. Nama : Sondang A. Sitohang

Nim : 990200097

Judul : Perjanjian Baku Dalam Praktek Pembiayaan Konsumen

Melalui Leasing di PT. BEI Finance Cabang Medan

3. Nama : Fandi Tan Agnes

Nim : 010200002

Judul : Peranan Asuransi Dalam Perjanjian Leasing

4. Nama : Eskalina Tinabunan

Nim : 030200013

Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Asuransi Dalam

Perjanjian Leasing

5. Nama : Nuraisyah Matondang

(29)

Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Leasing Kendaraan

Bermotor Pada PT. Ifo Star Finance Medan

Oleh karena itu, keaslian penulisan ini terjamin adanya, walaupun ada

pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor

pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan

untuk penyempurnaan tulisan.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan

kemudahan bagi pembacanya dalam memahami maknanya dan memperoleh

manfaatnya. Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan dijabarkan

dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri atas 5 (lima) bab

yaitu :

Bab I Pendahuluan merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna

memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis dari

skripsi ini yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat

penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Umum Mengenai Asuransi dan Peraturannya merupakan

bab yang berisikan tentang pengertian, jenis dan aspek hukum perjanjian asuransi,

premi dan polis asuransi, serta berakhirnya asuransi.

Bab III Pembiayaan Konsumen Mempunyai Peran Penting Dalam

Memenuhi Kebutuhan Masyarakat merupakan bab yang berisikan tentang

pengertian pembiayaan konsumen dan peraturannya, kedudukan para pihak dan

(30)

asuransi PT. Asuransi Sinar Mas dengan perusahaan pembiayaan konsumen PT.

Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi dari segi hukum keperdataan.

Bab IV Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Asuransi PT. Asuransi Sinar

Mas Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Summit Oto

Finance Cabang Tebing Tinggi) merupakan pembahasan pokok dari penulisan

yang terdiri dari pengaturan hubungan hukum antara perusahaan asuransi PT.

Asuransi Sinar Mas dengan PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi

terkait pembiayaan konsumen, prosedur pelaksanaan klaim asuransi dari

konsumen PT. Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada PT. Asuransi

Sinar Mas apabila barang yang masih dalam masa pembiayaan dinyatakan rusak

ataupun hilang, dan penyelesaian klaim asuransi yang diajukan konsumen PT.

Summit Oto Finance Cabang Tebing Tinggi kepada PT. Asuransi Sinar Mas

apabila terjadi kerusakan ataupun kehilangan barang.

Bab V Kesimpulan Dan Saran merupakan bab penutup yang di dalamnya

dirumuskan kesimpulan dan saran yang kesimpulannya diambil dari pembahasan

dalam skripsi ini dan diakhiri dengan saran-saran. Sebagai pelengkap skripsi ini,

(31)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI ASURANSI DAN PERATURANNYA

A. Pengertian, Jenis, dan Aspek Hukum Perjanjian Asuransi

Istilah asuransi di Indonesia berasal dari kata Belanda, assurantie yang kemudian menjadi “asuransi” dalam Bahasa Indonesia. Namun, istilah assurantie

itu sendiri sebenarnya bukanlah asli Bahasa Belanda akan tetapi berasal dari

Bahasa Latin yaitu assecurare yang berarti “meyakinkan orang”. Kata ini kemudian dikenal dalam Bahasa Perancis sebagai assurance. Demikian pula dengan istilah assuradeur yang berarti “penanggung” dan geassureerde yang berarti “tertanggung”, keduanya berasal dari perbendaharaan Bahasa Belanda.,

sedangkan dalam Bahasa Inggris, istilah “pertanggungan” dapat diterjemahkan

menjadi insurance dan assurance. Kedua istilah ini sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda, insurance mengandung arti “menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi”, sedangkan assurance berarti “menanggung sesuatu yang pasti terjadi”. Istilah assurance lebih lanjut dikaitkan dengan pertanggungan yang berkaitan dengan masalah jiwa seseorang.19

19

Dahlan Siamat, Op. Cit., hlm. 655.

Pengertian asuransi menurut ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang yaitu:

(32)

Salah satu unsur penting dalam peristiwa asuransi yang terdapat dalam

rumusan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah ganti kerugian.

Unsur tersebut hanya menunjuk kepada asuransi kerugian (loss insurance) yang objeknya adalah harta kekayaan. Asuransi jiwa (life insurance) tidak termasuk dalam rumusan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, karena jiwa

manusia bukanlah harta kekayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang hanya mencakup

bidang asuransi kerugian, tidak termasuk asuransi jiwa.20

20

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 8.

Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2014 tentang Perasuransian, yaitu:

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: (a) memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau (b) memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.”

Rumusan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 ternyata lebih

luas jika dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang karena tidak hanya melingkupi asuransi kerugian, tetapi juga asuransi

(33)

Untuk memahami lebih lanjut berikut disajikan perbandingan antara

rumusan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dan Pasal 246

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang:

1. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 meliputi asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan”. Asuransi jiwa dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”. Bagian ini tidak ada dalam definisi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

2. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 secara eksplisit meliputi juga asuransi untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat dalam bagian kalimat “tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti”. Bagian ini tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

3. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 meliputi objek asuransi berupa benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang dan jiwa manusia. Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

4. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 meliputi evenemen berupa peristiwa yang menimbulkan kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan pada benda objek asuransi dan peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. 21

Menurut Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kontrak

asuransi digolongkankan ke dalam kategori kontrak untung-untungan, yang

berbunyi:22

“Suatu persetujuan untung-untungan (kans overenkomst) adalah sutau perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian adalah: perjanjian pertanggungan

21

Ibid., hlm. 11.

22

(34)

(verzekering); bunga cagak hidup (lijfrente); perjudian dan pertaruhan

(spel & weddenschap). Perjanjian yang pertama diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.”

Menurut Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka suatu

kontrak untung-untungan merupakan suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai

untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi pihak tertentu saja,

bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Oleh Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, perjanjian asuransi dengan tegas digolongkan ke dalam kontrak

untung-untungan, yang selanjutnya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang. Dikatakan untung-untungan karena pihak penanggung akan diuntungkan

(karena pembayaran premi) jika risiko yang diasuransikan tersebut tidak terjadi.

Sebaliknya, bagi pihak tertanggung akan diuntungkan (dalam arti pembayaran

kerugiannya) jika risiko yang diasuransikan tersebut ternyata benar-benar terjadi.

Itulah sebabnya, maka oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perjanjian

asuransi dengan tegas digolongkan ke dalam kontrak untung-untungan.23

Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi tertanggung,

antara lain:24

1. Rasa aman dan perlindungan. Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan penanggung.

2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam

23

Munir Fuady, op.Cit., hlm. 254.

24

(35)

asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertangggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertanggungan semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.

3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit. 4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. Premi yang

dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian dari kedua belah pihak).

5. Alat penyebaran risiko. Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.

6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain sebagainya).

Perjanjian asuransi meletakkan hak dan kewajiban pada tertanggung dan

penanggung. Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut:25

1. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian penggantian kerugian

(shcadeverzekering atau indemniteits contract)

Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena pihak tertanggung yang menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita. Sifat perjanjian asuransi ini berkaitan dengan prinsip indemnitas, sebagaimana dapat disimpulkan dari Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang merupakan perjanjian penggantian kerugian. Ganti rugi di sini mengandung arti bahwa penggantian kerugian dari penanggung harus seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita oleh tertanggung. Keseimbangan yang demikianlah dinamakan prinsip keseimbangan (indemniteit principle). Namun, yang perlu diperhatikan adalah mengenai berlakunya asas indemnitas ini hanya dalam asuransi kerugian saja dan tidak berlaku dalam asuransi sejumlah uang. Hal ini karena dalam asuransi kerugian yang sungguh-sungguh diderita, akan tetapi uang asuransi sudah ditetapkan sebelumnya pada waktu ditutupnya perjanjian asuransi. Dasarnya sebab pada asuransi sejumlah uang kepentingannya tidak dapat dinilai dengan uang.

25

(36)

2. Perjanjian asuransi adalah perjanjian bersyarat (aletair)

Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian apabila pihak tertanggung menderita kerugian karena suatu peristiwa (evenement/accident) yang sejak ditutupnya perjanjian belum diketahui mungkin terjadi atau tidak. Peristiwa (evenement/accident) yang belum diketahui mungkin terjadi atau tidak merupakan syarat untuk timbulnya kewajiban pemberian ganti kerugian. Jika peristiwa yang menyebabkan adanya kerugian tersebut sudah diketahui atau sudah terjadi, maka penanggung tidak berkewajiban untuk memberikan ganti kerugian. Pemberian ganti rugi dari penanggung terhadap tertanggung digantungkan pada syarat, pada waktu ditutupnya perjanjian peristiwa belum diketahui apakah akan terjadi atau tidaknya karena adanya suatu risiko yang mungkin datang atau tidak dialami. Selain itu, pembayaran premi merupakan pula syarat untuk menimbulkan kewajiban timbal balik dari penanggung untuk membayar ganti kerugian.

Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat aletair, merupakan perjanjian yang prestasi penanggung masih harus digantungkan pada peristiwa yang belum pasti, sedangkan prestasi tertanggung sudah pasti, meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya dengan sempurna, pihak penanggung belum pasti berprestasi dengan nyata.

Perjanjian asuransi merupakan perjanjian bersyarat (conditional)

merupakan suatu perjanjian yang prestasi penanggung hanya akan terlaksana apabila syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian dipenuhi. Proteksi yang dijanjikan kepada tertanggung akan dipenuhi oleh penanggung. Syarat-syarat agar penanggung bersedia memenuhi tanggung jawab dengan melaksanakan prestasinya yang meliputi;

a. adanya peristiwa yang tidak tertentu,

b. hubungan sebab akibat antara risiko dan peristiwa yang menyebabkan timbulnya kerugian,

c. ada tidaknya hal-hal yang memberatkan risiko,

d. apakah ada cacat atau kebusukan atau sifat kodrat dari barang, kesalahan tertanggung, dan nilai yang diasuransikan.

3. Perjanjian asuransi adalah perjanjian kewajiban bertimbal balik

(obligatoir)

(37)

4. Perjanjian asuransi sebagai perjanjian yang bertujuan memberikan proteksi Dapat dilihat dari batasan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, lebih lanjut ditelaah unsur-unsur sebagai berikut:

a. Pihak pertama ialah penanggung, yang dengan sadar menyediakan diri untuk menerima dan mengambil alih risiko pihak lain.

b. Pihak kedua adalah tertanggung, yang dapat menduduki posisi tersebut dalam perorangan, kelompok orang atau lembaga, badan hukum termasuk perusahaan atau siapapun yang menderita kerugian.

Untuk menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung itu terjadi dan mengikat kedua belah pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat teori perjanjian tersebut:

a. Teori tawar-menawar (bargaining theory)

Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya. Keunggulan teori tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam asuransi antara tertanggung dan penanggung.

b. Teori penerimaan (acceptance theory)

Dalam hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang perasuransian, yang ada hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Menurut teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi. 5. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian yang bersifat formal

Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis (Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). Polis ini merupakan salah satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi. Untuk mengatasi kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian namun belum sempat dibuatkan polisnya atau walaupun sudah dibuatkan tetapi belum sempat ditandatangani atau sudah ditandatangani, tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian terjadi evenement yang menimbulkan kerugian tertanggung. 6. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsensuil

(38)

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah mengenai esensi inti isi perjanjian yang telah dibuat itu, terutama mengenai realisasi hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung seperti penyebab timbulnya kerugian (evenement), sifat kerugian yang menjadi beban penanggung, pembayaran premi oleh tertanggung dan klausul-klausul tertentu.

7. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus

Perjanjian asuransi, pada dasarnya merupakan suatu perjanjian yang mempunyai karakteristik yang dengan jelas akan memberikan suatu ciri khusus, apabila dibandingkan dengan jenis perjanjian yang lain. Hal ini secara jelas dibahas dalam buku-buku Anglo Saxon yang secara umum sebagai berikut:

a. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat sepihak (unilateral),

hanya satu pihak saja yang memberikan janji yaitu pihak penanggung, penanggung memberikan janji akan mengganti suatu kerugian, apabila pihak tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan, sebaliknya tertanggung tidak menjanjikan suatu apapun.

b. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat pribadi (personal), kerugian yang timbul harus merupakan kerugian orang perorangan, secara pribadi, bukan kerugian kolektif ataupun kerugian masyarakat luas.

c. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang melekat pada syarat penanggung (adhesion), karena di dalam perjanjian asuransi pada hakikatnya syarat dan kondisi perjanjian hampir seluruh ditentukan/diciptakan oleh penanggung/perusahaan asuransi sendiri, dan bukan karena adanya kata sepakat yang murni atau menawar. d. Perjanjian asuransi adalah perjanjian dengan syarat itikad baik yang

sempurna, perjanjian asuransi merupakan perjanjian dengan keadaan bahwa kata sepakat dapat tercapai/negosiasi dengan posisi masing-masing mempunyai pengetahuan yang sama mengenai fakta, dengan penilaian sama penelaahannya untuk memperoleh fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat tersembunyi.

8. Perjanjian asuransi merupakan kontrak baku (standard contract)

(39)

9. Perjanjian gotong-royong (mutual)

Perjanjian asuransi berkarakteristik sebagai perkumpulan. Syarat ini berkaitan dengan asuransi yang saling gotong-royong untuk saling menanggung di dalam suatu perkumpulan yang terbentuk di antara para tertanggung selaku anggota dari perkumpulan tersebut (mutual company).

Asuransi terbagi atas beberapa jenis. Jenis-jenis asuransi yang berkembang

di Indonesia dewasa ini jika dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut:26

1. Dilihat dari segi fungsinya

a. Asuransi Kerugian (non life insurance)

Jenis asuransi kerugian seperti yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menjelaskan bahwa asuransi kerugian memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Jenis asuransi ini tidak diperkenankan melakukan usaha di luar asuransi kerugian dan reasuransi. Kemudian yang termasuk dalam asuransi kerugian adalah sebagai berikut:

1) Asuransi kebakaran yang meliputi kebakaran, peledakan, petir kecelakaan kapal terbang dan lainnya.

2) Asuransi pengangkutan meliputi Marine Hul Policy, Marine Cargo Policy, Freight.

3) Asuransi aneka yaitu asuransi yang tidak termasuk dalam asuransi kebakaran dan pengangkutan seperti asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan diri pencurian dan lainnya. b. Asuransi Jiwa (life insurance)

Asuransi jiwa merupakan perusahaan asuransi yang dikaitkan dengan penanggulangan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Jenis-jenis asuransi jiwa adalah:

1) Asuransi berjangka (term insurance)

2) Asuransi tabungan (endowment insurance)

3) Asuransi seumur hidup (whole life insurance)

4) Anuitas (anuity contract insurance)

c. Reasuransi (reinsurance)

Merupakan perusahaan yang memberikan jasa asuransi dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian. Jenis asuransi ini sering disebut asuransi dari asuransi dan asuransi ini digolongkan ke dalam:

1) Bentuk treaty

2) Bentuk facultative

26

(40)

3) Kombinasi dari keduanya 2. Dilihat dari segi kepemilikannya

Dalam hal ini yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahaan asuransi tersebut, baik asuransi kerugian, asuransi jiwa ataupun reasuransi.

a. Asuransi milik pemerintah

Yaitu asuransi yang sahamnya dimiliki sebagian besar atau bahkan 100% oleh pemerintah Indonesia.

b. Asuransi milik swasta nasional

Asuransi ini kepemilikan sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sehingga siapa yang paling banyak memiliki saham, maka memiliki suara terbanyak dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

c. Asuransi milik perusahaan asing

Perusahaan asuransi jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia hanyalah merupakan cabang dari negara lain dan jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh 100% oleh pihak asing.

d. Asuransi milik campuran

Merupakan jenis asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara swasta nasional dengan pihak asing.

Hubungan hukum dalam perjanjian asuransi melahirkan hak dan

kewajiban para pihak. Dengan demikian, perikatannya bersumber dari perjanjian.

Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

dinyatakan bahwa:

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”

Rumusan tersebut selain tidak lengkap juga sangat luas. Tidak lengkap karena

hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja. Sangat luas karena dengan

dipergunakannya perkataan “perbuatan” mencakup juga perwakilan sukarela dan

perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan hal itu perlu kiranya diadakan

(41)

1. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan

yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum.

2. Menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dengan demikian perumusannya menjadi perjanjian adalah suatu

perbuatan (hukum), di mana satu orang atau lebih (saling) mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih.27

Dalam hal pertanggungan adalah perjanjian khusus maka selain

syarat-syarat khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang diberlakukan pula

ketentuan umum dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dibawah ini diuraikan mengenai syarat-syarat tersebut yaitu:28

1. Ada persetujuan kehendak

Antara pihak-pihak yang mengadakan pertanggungan harus ada persesuaian kehendak (consensus, toestemming, meeting of minds). Artinya, kedua belah pihak menyetujui tentang objek yang menjadi objek perjanjian dan tentang syarat-syarat tertentu yang berlaku bagi perjanjian tersebut.

Apa yang disetujui oleh pihak penanggung, disetujui juga oleh pihak tertanggung. Dengan demikian tercapai persesuaian kehendak terhadap yang menjadi objek perjanjian dan tentang syarat-syarat yang berlaku bagi perjanjian itu.

2. Kecakapan dan kewenangan melakukan perbuatan hukum

Kedua belah pihak yang mengadakan pertanggungan harus memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum. Artinya, kedua belah pihak itu sudah dewasa, tidak di bawah pengampuan (curatele), tidak dalam keadaan sakit ingatan, tidak dalam keadaan pailit, memiliki kewenangan terhadap objek yang diasuransikan, yaitu memenuhi syarat adanya kepentingan terhadap objek yang diasuransikan. Demikian juga apabila pihak-pihak itu mewakili pihak lain untuk mengadakan pertanggungan, perlu menyebutkan untuk kepentingan siapa ia mendapatkan pertanggungan itu. kedua belah pihak dapat berupa manusia pribadi dan dapat juga berupa badan hukum, biasanya

27

Tuti Rastuti, Op. Cit., hlm. 31.

28

(42)

berbentuk suatu badan usaha. Pihak penanggung selalu dalam bentuk badan usaha yang pekerjaannya bergerak dalam bidang perasuransian. 3. Ada objek yang dipertanggungkan

Dalam setiap pertanggungan harus ada objek yang dipertanggungkan. Dengan alasan yang mempertanggungkan objek tersebut adalah tertanggung, maka tertanggung harus mempunyai hubungan langsung dan/atau tidak langsung dengan objek yang dipertanggungkan tersebut. Dikatakan ada hubungan langsung apabila tertanggung memiliki objek tersebut. Dikatakan ada hubungan yang tidak langsung apabila tertanggung mempunyai kepentingan atas objek tersebut. 4. Ada causa yang diperbolehkan (a legal cause)

Causa yang diperbolehkan di sini bahwa isi dari perjajian pertanggungan itu tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.

5. Pembayaran premi

Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik, maka kedua belak pihak masing-masing harus saling berprestasi. Penanggung menerima peralihan risiko atas objek yang dipertanggungkan, sedangkan tertanggung harus membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Besar atau kecil jumlah premi bukan masalah yang penting, yang penting adalah kedua belah pihak telah mencapai suatu kesepakatan. Jika premi dibayar, risiko beralih. Jika premi tidak dibayar, risiko tidak beralih.

6. Kewajiban pemberitahuan

Kewajiban memberitahukan fakta materiil tentang objek yang diasuransikan merupakan kewajiban yang didasarkan pada pelaksanaan prinsip itikad baik. Prinsip ini tertuang dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Namun sebenarnya Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang hanya membebankan kewajiban secara sepihak kepada tertanggung untuk memberikan keterangan dan informasi yang benar tentang fakta materiil objek yang dipertanggungkan, sedangkan kewajiban penanggung untuk memberikan indormasi tentang ruang lingkup perlindungan tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Secara umum, itikad baik yang sempurna dapat diartikan bahwa masing-masing pihak dalam suatu perjanjian yang akan disepakati, menurut hukum mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan atau informasi yang selengkap-lengkapnya yang akan dapat memengaruhi keputusan pihak yang lain untuk memasuki perjanjian atau tidak.

Berdasarkan Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, ketentuan

umum perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat berlaku pula

(43)

tunduk pula pada beberapa ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian sebagaimana diatur

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perlu diperhatikan. Adapun

asas-asas yang lahir dari ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut

adalah sebagai berikut:29

1. Asas konsensual

Dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa syarat sahnya perjanjian, yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Asas konsensual diambil dari salah satu syarat perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan sepakatnya. Sepakat yang diberikan dengan paksa adalah

contradictio interminis. Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya sepakat yang mungkin dilakukan oleh pihak lain. Kesepakatan memberikan pilihan kepada para pihak, untuk setuju atau tidak setuju mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat hukumnya.

Pasal 1320 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa:

“Perjanjian atau kontrak yang tidak sah jika dibuat tanpa adanya kesepakatan (consensus) dari para pihak yang membuatnya. Selain paksaan, cacatnya kesepakatan dapat terjadi karena kekeliruan dan kesalahan.”

2. Asas kebebasan berkontrak

Dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.”

Menurut Sutan Remy Sjahdeni, dalam hukum perjanjian Indonesia ruang lingkup asas kebebasan berkontrak meliputi:

a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.

29

(44)

b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.

c. Kebebasan untuk menentukan atau memilih isi (causa) dari perjanjian yang dibuatnya.

d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.

e. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.

f. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan Undang-Undang yang bersifat opsional (aanvullend, optional).

Sumber dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga titik tolaknya adalah kepentingan individu pula. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak. Berlakunya asas konsensualisme menurut hukum perjanjian Indonesia memantapkan adanya asas kebebasan berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu pihak yang membuat perjanjian, maka perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan.

3. Asas ketentuan mengikat

Asas ketentuan mengikat dari Pasal 1338 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, apabila dihubungkan dengan perjanjian asuransi berarti bahwa pihak penanggung dan tertanggung atau pemegang polis terikat untuk melaksanakan ketentuan perjanjian yang telah disepakatinya. Sebab, perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak memiliki kekuatan mengikat sebagaimana Undang-Undang yang memiliki akibat hukum, hanya saja berlaku bagi mereka yang membuatnya.

4. Asas kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung arti bahwa mereka yang mengadakan perjanjian melahirkan kepercayaan di antara kedua belah pihak, bahwa satu sama lain akan memenuhi janjinya untuk melaksanakan prestasi seperti yang diperjanjikan. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi perjanjian asuransi, sehingga pemegang polis dan penanggung terikat untuk memenuhi perjanjian yang telah dibuatnya.

5. Asas persamaan hukum

Asas persamaan hukum adalah bahwa subjek hukum uyang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum, dan tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain.

6. Asas keseimbangan

Asas keseimbangan adalah suatu asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Dalam perjanjian asuransi, hak dan kewajiban tertanggung adalah membayar premi dan menerima pembayaran ganti kerugian, sedangkan hak dan kewajiban penanggung adalah menerima premi dan memberikan ganti kerugian atas objek yang dipertanggungkan.

7. Asas kepastian hukum

Referensi

Dokumen terkait

Penulis adalah dosen tetap pada Jurusan Syari’ah

Hasil penelitian yang diperoleh adalah penyandang disabilitas fisik sudah mampu menerima dan merasa ikhlas terhadap keadaan fisiknya yang tidak sempurna, merasa bersyukur

Keberadaan Badan Pengusahaan yang didahului oleh Otorita Batam berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 dan memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan Pulau

Additionally, recognizing the benefits of continued collaboration, the portal project manager is also leading a state-wide effort in conjunction with the Texas State Library

Berdasarkan tabel 5.7 tabulasi silang pengaruh Senam Yoga terhadap Nyeri Haid pada remaja putri kelas X MAN 2 Kota Probolinggo dengan jumlah 35 responden menunjukkan

Beban linear ialah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linear, artinya beban itu tidak menarik gelombang arus yang non sinusoidal pada saat beban

Mohon menjawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pilihan

The potential positive impact of direct subsidy scheme are: (a) the benefits of fertilizer subsidies is received directly by the farmers; (b) avoid disparity between the