• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Struktur Birokrasi Dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijkan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kantor Unit Pelaksan Teknis Daerah – Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Struktur Birokrasi Dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijkan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kantor Unit Pelaksan Teknis Daerah – Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik

Oleh:

DIAN ANDRIAN

110903017

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Di Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah – Pengujian Kendaraan Bermotor

(2)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Dian Andrian

Nim : 110903017

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Struktur Birokrasi dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijkan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor di Kantor Unit Pelaksan Teknis Daerah – Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan

Medan, April 2015 Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

Drs. M.Husni Thamrin Nasution, M. Si

NIP. 19649108199102001 NIP. 19649108199102001 Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dekan, FISIP USU

(3)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah: “Pengaruh Struktur Birokrasi Dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor”, penelitian ini difokuskan pada hubungan Implementasi Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dengan dua faktor yang mempengaruhinya yaitu struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia. Adapun yang melatar belakangi dilakukan penelitian ini adalah, karena persentase pelaksanaan retribusi pengujian kendaraan bermotor pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan baru mencapai 154.946 kendaraan (74,26%) dan retribusi tersebut selalu mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu setiap tahunnya.

Dari permasalahan diatas dapat diidentifikasikan masalah yang timbul adalah implementasi kebijakan yang kurang maksimal yang diduga karena (a) perubahan struktur birokrasi yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup singkat seringkali menimbulkan perbedaan persepsi terhadap penataan struktur birokrasi itu sendiri, sehingga menimbulkan ketidakpastian, (b) adanya penambahan persyaratan diluar standar prosedur, (c) terdapat kecurangan yang dilakukan beberapa oknum petugas pengujian, (d) adanya pegawai yang kurang disiplin dalam menyelesaikan tugasnya sehingga tidak bisa tepat waktu, serta (e) rendahnya kemampuan pegawai dilihat dengan adanya penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan keahlian, ketrampilan dan latar belakang pendidikan.

(4)

terikat,dalam penelitian ini penulis menggunakan alat bantu komputer dengan programMicrosoft Excel 2007 dan Program SPSS Versi 15v setelah data yang dibutuhkan diperoleh.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 124 responden pemilik kendaraan bermotor yang sedang melakukan pengujian pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan dengan membagikan 11 pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui pendapat tentang pengaruh struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia terhadap implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Setelah dilakukan penelitian dan dilakukan uji statistik yang didukung data-data kuantitatif, didapat pengaruh antara variabel-variabel dalam penelitian ini serta dilakukan uji hipotesis antara struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia terhadap implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan. Untuk korelasi sederhana dan uji korelasi ganda akan digunakan statistik koefisien korelasi Pearson Product Moment dan dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi guna mengetahui besarnya pengaruh.

(5)

Y, analisis korelasi dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dimana hasil hitung menunjukkan bahwa nilai persentase pengaruh antara variabel X1 dan variabel X2 dengan variabel Y sebesar 82,81% dan dapat diinterpretasikan varian yang terjadi pada variabel implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor (Y) 82,81% ditentukan oleh varian yang terjadi pada variabel struktur organisasi (X1) dan kemapuan sumber daya manusia (X2).

(6)

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul : Pengaruh Struktur Birokrasi Dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijakan Retribusi Pengujian

Kendaraan Bermotor(di Unit Pelaksana Teknis Daerah – Pengujian Kendaraan

Bermotor (UPTD-PKB) Dinas Perhubungan Kota Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini, dan semoga tulisan yang sederhana ini bermanfaat bagi kita

semua.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan memberi dorongan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Edwin (Alm.), dan Ibunda Girawati yang telah banyak

memberi bantuan dukungan dan doa kepada penulis.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Bapak

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Tanjungpura Pontianak.

(7)

4. Abangda Faisal Eriza, S.Sos, M.Si selaku Dosen Penguji, terima kasih atas masukan dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.

5. Semua dosen yang telah membimbing saya selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan beserta Staff.

7. Teman-teman yang telah banyak membantu saya dalam proses penelitian dan penulisan skripsi. Terima kasih atas bantuan dan dorongannya, semoga semuannya sukses di hari kelak.

Demikian penulis menjabarkan skripsi ini, semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi penulis atau bagi yang membaca skripsi ini, baik masa sekarang

maupun dimasa yang akan datang.

Medan, April 2015 Penulis,

(8)

vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Identifikasi Masalah ... 1.3 Pembatasan Masalah... 1.4 Rumusan Masalah ... 1.5 Tujuan Penelitian... 1.6 Manfaat Penelitian ... BAB II KERANGKA TEORI

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(10)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah: “Pengaruh Struktur Birokrasi Dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor”, penelitian ini difokuskan pada hubungan Implementasi Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dengan dua faktor yang mempengaruhinya yaitu struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia. Adapun yang melatar belakangi dilakukan penelitian ini adalah, karena persentase pelaksanaan retribusi pengujian kendaraan bermotor pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan baru mencapai 154.946 kendaraan (74,26%) dan retribusi tersebut selalu mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu setiap tahunnya.

Dari permasalahan diatas dapat diidentifikasikan masalah yang timbul adalah implementasi kebijakan yang kurang maksimal yang diduga karena (a) perubahan struktur birokrasi yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup singkat seringkali menimbulkan perbedaan persepsi terhadap penataan struktur birokrasi itu sendiri, sehingga menimbulkan ketidakpastian, (b) adanya penambahan persyaratan diluar standar prosedur, (c) terdapat kecurangan yang dilakukan beberapa oknum petugas pengujian, (d) adanya pegawai yang kurang disiplin dalam menyelesaikan tugasnya sehingga tidak bisa tepat waktu, serta (e) rendahnya kemampuan pegawai dilihat dengan adanya penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan keahlian, ketrampilan dan latar belakang pendidikan.

(11)

terikat,dalam penelitian ini penulis menggunakan alat bantu komputer dengan programMicrosoft Excel 2007 dan Program SPSS Versi 15v setelah data yang dibutuhkan diperoleh.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 124 responden pemilik kendaraan bermotor yang sedang melakukan pengujian pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan dengan membagikan 11 pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui pendapat tentang pengaruh struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia terhadap implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Setelah dilakukan penelitian dan dilakukan uji statistik yang didukung data-data kuantitatif, didapat pengaruh antara variabel-variabel dalam penelitian ini serta dilakukan uji hipotesis antara struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia terhadap implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan. Untuk korelasi sederhana dan uji korelasi ganda akan digunakan statistik koefisien korelasi Pearson Product Moment dan dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi guna mengetahui besarnya pengaruh.

(12)

Y, analisis korelasi dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dimana hasil hitung menunjukkan bahwa nilai persentase pengaruh antara variabel X1 dan variabel X2 dengan variabel Y sebesar 82,81% dan dapat diinterpretasikan varian yang terjadi pada variabel implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor (Y) 82,81% ditentukan oleh varian yang terjadi pada variabel struktur organisasi (X1) dan kemapuan sumber daya manusia (X2).

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemberian otonomi kepada daerah berdasarkan UU No 32 Tahun

2004memungkinkan daerah mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,

bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan pemerintahan

dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.

Otonomidaerah adalah perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab

kepada daerah dalam rangka desentralisasi, dimana desentralisasi merupakan

penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk

mengatur dan mengurus daerah, mulai dari kebijakan, perencanaan, sampai pada

implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi.

Salah satu indikasi yang menunjukkan suatu daerah itu dapat dikatakan

mampu dalam mengurus rumah tangganya sendiri adanya mampu membiayai

urusan yang diserahkan pemerintah pusat dengan keuangan sendiri. Dalam

memenuhi syarat-syarat otonomi daerah sebagai berkut :

a)Pertama, adanya kesiapan SDM aparatur yang berkeadilan,

b)Kedua, adanya sumber dana yang pasti untuk membiayai berbagai urusan

pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sesuai

dengan kebutuhan dan karakteristik daerah,

(14)

d)Keempat, bahwa otonomi daerah yang kita terapkan adalah otonomi

dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Widjaja, 2004)

Oleh karena itu, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, mengelola, dan menggunakanya untuk dapat membantu memikul sebagian beban biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang semakin meningkat.Sumber keuangan tersebut salah satunya berasal dari retribusi daerah.

Retribusi daerah yang merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian izin khusus yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pribadi/badan, diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.Beberapa faktor yang menyebabkan sektor retribusi daerah lebih potensial sebagai sumber keuangan daerah daripada sumber-sumber lainnya, antara lain:

a) Retribusi daerah dipungut atas balas jasa sehingga pembayarannya dapat dilakukan berulang kali. Siapa yang menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dapat dikenakan retribusi.

b) Pelaksanaan pemungutan retribusi dapat dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan oleh petugas perundang-undangan selama pemerintah daerah dapat menyediakan jasa dengan persetujuan pemerintah pusat. c) Sektor retribusi terkait erat oleh tingkat aktivitas sosial ekonomi

(15)

tingkat sosial ekonomi masyarakat, maka semakin besar potensi retribusi yang bisa dipungut.

Kota Medan merupakan ibukota dari Sumatera Utara yang memiliki potensi yang baik di bidang pariwisata, hiburan, kuliner dan pendidikan maka tidaklah heran banyak terdapat jasa-jasa umum yang diusahakan baik oleh Pemerintah Kota Medan maupun oleh pihak swasta. Berbagai macam retribusi yang telah dipungut oleh Pemerintah Kota Medandi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, salah satunya yang memiliki potensi yang cukup besar adalah retribusi pengujian kendaraan bermotor.

Berdasarkan pontensi penerimaan yang diperoleh dari retribusi pengujian kendaraan bermotor cukup besar, Pemerintah Kota Medan lebih memilih memaksimalkan atau mengembangkan sumber pembiayaan yang berasal dari retribusi dari pada pajak daerah.Hal ini terbukti dengan semakin pesatnya arus kendaraan bermotor disebabkan bertambah setiap tahunnya kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor wajib uji di kota Medan.

Tabel 1.1 Daftar Kendaraan Wajib Uji Berdasarkan Jenis dan Sifatnya dari tahun 2010 – 2014di Kota Medan.

No. Jenis Kendaraan U / TU

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Mobil Penumpang

U 3.971 4.007 4.172 4.331 4.478

TU 22 22 22 22 22

2 Mobil Bus

U 1.006 1.024 1.118 1.281 1.364

TU 701 757 761 777 785

3 Mobil Barang

U 4.776 4.863 4.881 4.901 4.968

(16)

4 Kendaraan Khusus

6 Kereta Tempelan

U 479 491 537 550 562

Sumber:Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas PerhubunganKota Medan.

Kendaraan bermotor merupakan unsur pokok dalam penyelenggaraan transportasi jalan, yang bertujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, lancar, tertib dan teratur, disamping itu peranan kendaraan bermotor juga menyangkut hajat hidup masyarakat terutama untuk mendukung kegiatan perekonomian.

Oleh karena itu dalam kedudukan dan peranan tersebut, lewat sektor retribusi daerah, khususnya dari retribusi pengujian kendaraan bermotor berpotensi dalam meningkatkan pendapatan asli daerahsesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, di mana terdapat Kewenangan

Pemerintah Pusat dan Kewenangan PemerintahProvinsi Sebagai Daerah

Otonomi.Maka urusan pelayanan publik dibidang pengujian kendaraan bermotor

dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota yaitu pada Dinas Perhubungan Kota

Medan yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Unit Pelaksana Teknis

(17)

Medan berdasarkan Undang-Undang No. 22Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Daerah Kota Medan No. 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Daerah Di Bidang Perhubungan.

Namun, sejak ditetapkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 2 Tahun 2014, Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan terdapat kendala dan hambatan diantaranya menyangkut perilaku wajib retribusi yang seringkali melakukan penunggakanpembayaran retribusi dengan berbagai alasan. Hal ini diperparah dengan mudahnya mendapatkan Buku Surat Tanda Uji Kendaraan

(STUK) tanpa dan tidak lagi ada pemeriksaan kondisi teknis kendaraan, dan

mendapat pengesahan perpanjangan uji berkala selama 6 (enam) bulan yang ditanda

tangani pejabat penguji kendaraan bermotor.

Situasi kondisi pelayanan pada Kantor UPTD-PKB Dinas PerhubunganKota Medan yang seperti ini sudah berlangsung cukup lama, sebab pengujian kendaraan

bermotor belum terlaksana dengan maksimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

(18)

Tabel 1.2 Persentase Jumlah Kendaraan Wajib Uji di Kota Medan 2010-2014.

Sumber:Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan

Bedasarkan data lima tahun terakhir (2010-2014), penerimaan retribusi pengujian kendaraan bermotor mengalami kenaikan dan penurunan penerimaan yang tidak menentu. Berikut ini adalah data realisasi target dan penerimaan retribusi pengujian kendaraan bermotor dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Tabel 1.3 Target dan Realisasi Retribusi Pengujian Kendaraan BermotorKota Medan Tahun 2010-2014.

No Tahun Target Realisasi Persentase Pencsapaian

1 2010 – 2011 700.200.000 520.108.000 74,28 ( ↓ )

2 2011 – 2012 705.996.000 526.884.000 74,63 ( ↑ )

3 2012 – 2013 713.785.000 530.200.000 74,28 ( ↓ )

4 2013 – 2014 729.986.000 535.810.000 73,4 ( ↓ )

Sumber:Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas PerhubunganKota Medan.

(19)

Pada retribusi pengujian kendaraan bermotor dalam hal ini Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, menurut Van Mater dan Van Horn (Widodo 2007:105) “Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan”.

Implementasi sangat tergantung kepada sumber daya manusia (aparatur), karena sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kegagalan implementasi. Dengan demikian sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan di samping harus cukup juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pimpinan). Oleh karena itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas pekerjaan yang ditanganinya. Seharusnya pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor di Kantor UPTD-PKB

Dinas Perhubungan Kota Medan dilakukan oleh penguji yang memiliki kualifikasi

teknis, dan dilengkapi dengan papan informasi yang berisikan persyaratan

administrasi, besar biaya administrasi, tata pelaksanaan administrasi dan tata

pelaksanaan teknis pengujian kendaraan bermotor sehingga masyarakat

mengetahhui ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan pengujian

(20)

Peranan administrator Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan dalam mewujudkan realisasi penerimaan yang optimal harus memperhatikan penghindaran yang dimungkinkan oleh wajib retribusi daerah, serta tindak penipuan dan kolusi yang mungkin timbul guna mencapai target yang telah ditentukan.Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sampai saat ini masih menjadi komoditi andalan bagi Pemerintah Kota Medan, hal ini sangat wajar terjadi karena komoditi ini jumlahnya selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya hanya saja terkadang tidak sejalan dengan hasil yang bisa dicapai atau ditentukan sebelumnya.

(21)

Dari beberapa uraian tersebut maka penulis berasumsi bahwa untukmengefektifkan implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor pada Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan, maka dugaan faktor-faktor yang berpengaruhadalah struktur birokrasi dan kemampuansumber daya manusia.Pada dasarnyamaka penulis dengan segala keterbatasannya yang dimiliki mencoba untuk menganalisis implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor di Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Birokrasi dan Kemampuan Sumber Daya Manusia terhadap Implementasi Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor di Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan”

1.2Identifikasi Masalah

Ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan dalam pengaruh struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia terhadap implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor di Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan, yaitu:

a) Aspek Implementasi Kebijakan

(22)

b) Aspek Struktur birokrasi:

1. Adanya penambahan persyaratan yang tidak sesuai denganstandard prosedur.

2. Perubahan struktur birokrasi yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup singkat seringkali menimbulkan perbedaan persepsi terhadap penataan struktur birokrasi itu sendiri, sehingga menimbulkan ketidakpastian.

c) Aspek Kemampuan sumber daya manusia:

1. Kurangnya pemahaman pegawai dalam mengoperasikan alat uji. 2. Rendahnya kemampuan pegawai dilihat dengan adanyapenempatan

pegawai yang tidak sesuai dengan keahlian,ketrampilan dan latar belakang pendidikan.

3. Kurangnya memahami pegawai akan tugas dan tanggungjawab sesuai tupoksi.

1.3 Pembatasan Masalah

(23)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, pada penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :“AdakahPengaruhStruktur Birokrasi dan Kemampuan Sumber Daya Manusia terhadap Implementasi Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor di Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan yang ingin diteliti, maka penelitimengemukakan tujuan penelitiansebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh struktur birokrasi (X1) terhadap implementasi kebijakan pengujian kendaraan bermotor (Y) pada Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan sumber daya manusia (X2) terhadap implementasi pengujian kendaraan bermotor (Y) pada Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan,

3. Untuk mengetahui secara bersama-sama, apakah ada pengaruh struktur birokrasi (X1) dan kemampuan sumber daya manusia (X2) terhadap pengujian kendaraan bermotor (Y) pada Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan.

(24)

Adapun Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi dalam mengembangkan teori-teori mengenai kebijakan publik yang terkait dengan implementasi kebijakan, sehingga nantinya dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya bagi Ilmu Kebijakan Publik.

2. Manfaat Praktis

(25)

13

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Teori

2.1.1 Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Menurut Carl J. Friedrich (Wahab, 2001:3), kebijakan publik adalah suatu

arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan dan kesempatan terhadap

kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka

mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.

Parker (Wahab, 2001:31), kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada periode tertentu dalam hubungan suatu obyek atau suatu tanggapan atas suatu krisis.

Menurut Chandler dan Plano (Tangkilisan, 2003:1), kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.

(26)

Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang dijalankan oleh birokrasi pemerintah.

Ada tiga alasan mempelajari kebijakan negara menurut Anderson dan

Thomas R. Dye (Wahab,2001:12), yaitu:

1. Dilihat dari alasan ilmiah (scientific reason)

Kebijakan negara dipelajari dengan maksud memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam mengenai hakikat dan asal mula kebijakan negara, berikut

proses-proses yang mengantarkan perkembangannya serta akibat-akibatnya

pada masyarakat.

2. Dilihat dari alasan profesional (profesional reason)

Studi kebijakan negara dimaksudkan untuk menerapkan pengetahuan ilmiah

dibidang kebijakan negara guna memecahkan masalah sosial sehari-hari.

Sehubungan dengan hal ini, terkandung sebuah pemikiran bahwa kebijakan

negara tersebut agar tepat sasaran.

3. Dilihat dari alasan politis (political reason)

Kebijakan negara dimaksudkan agar pemerintah dapat menempuh kebijakan

yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula.

Dari uraian di atas maka pada dasarnya kebijakan publik memiliki implikasi

yang menurut Islamy (2000:24), sebagai berikut:

1. Bentuk awalnya adalah merupakan penetapan tindakan-tindakan pemerintah.

2. Kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk teks

formal, namun juga harus dilaksanakan atau diimplementasikan secara

(27)

3. Kebijakan publik harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak, baik

jangka panjang maupun jangka pendek, yang telah dipikirkan secara matang

terlebih dahulu.

4. Pada akhirnya segala proses yang ada diatas adalah diperuntukkan bagi

pemenuhan kepentingan masyarakat.

Berkaitan dengan hal ini, dalam pembahasan ini peneliti membahas salah satu dari bentuk kebijakan publik yaitu Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Daerah di Bidang Perhubungan, termasuk didalamnya Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Pengujian kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa, mencoba dan

meneliti diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor yang wajib uji secara

keseluruhan pada bagian-begian kendaraan secara fungsional dalam sistem

komponen serta dimensi teknis kendaraan bermotor baik berdasarkan ketentuan

yang berlaku maupun berdasarkan ketentuan persyaratan teknis yang objektif.

Kendaran bermotor yang wajib uji untuk memenuhi ambang batas laik jalan yang

sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 tentang

Kendaraan dan Pengemudi, pasal 127 meliputi:

a) Emisi gas buang kendaraan bermotor; b) Kebisingan suara kendaraan bermotor; c) Efisiensi sistem rem utama;

d) Efisiensi sistem rem parkir; e) Kincup roda depan;

f) Tingkat suara klakson;

g) Kemampuan pancar dan arah sinar lampu; h) Radius putar;

i) Alat petunjuk kecepatan;

j) Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis ukuran dan lapisan;

(28)

Bagi kendaraan yang dinyatakan lulus uji mendapat perpanjangan buku uji

berkala selama enam bulan dan dilengkapi dengan tanda samping, yaitu berat

kosong kendaraan, jumlah berat yang diperbolehkan/diizinkan, daya angkut barang,

masa berlaku surat/tanda uji dan kelas jalan terendah yang boleh dilalui. Sedangkan

dan bagi kendaraan yang dinyatakan tidak lulus uji, maka petugas penguji wajib

memberitahukan secara tertulis yaitu perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan,

waktu dan tempat dilakukan pengujian ulang tanpa dipungut biaya lagi.

Sedangkan manfaat yang

diperoleh bagi kedaraan yang mengikuti pengujian kendaraan bermotor adalah

sebgai berikut:

a) Manfaat secara teoritis yang didapatkan bagi kendaraan yang mengikuti

pengujian kendaraan bermotor yaitu:

(1) Pengendalian kendaraan yang dioperasikan di Indonesia.

(2) Mempermudah penyidikan pelanggaran menyangkut kendaraan yang

bersangkutan.

(3) Memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka penrencanaan

pembangunan nasional.

b) Manfaat secara praktis yang diharapkan bagi kendaraan yang mengikuti

pengujian kendaraan bermotor untuk kelestarian lingkungan yang

disebabkan oleh asap gas buang kendaraan bermotor dan keselamatan

baik materi maupun jiwa, maka diharuskan mengikuti pengujian

(29)

waktu pemakaian dan akan mengurangi tingkat resiko kecelakaan yang

diakibatkan oleh kendaraan tersebut.

Dalam pasal 1 Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2014 tentang Retribusi Daerah di bidang Perhubungan sebagai berikut, “Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pungutan retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan jasa pengujian kendaraan bermotor kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis laik jalan”. Pelayanan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor meliputi:

1. Pemeriksaan kondisi laik jalan; 2. Pembuatan nomor ijin;

3. Pembuatan, pemasangan dan pengecatan tanda sampling; 4. Penggantian Buku Uji;

5. Kendaraan yang melakukan uji di luar daerah atau mutasi uji.

Obyek dan subyek retribusi pengujian kendaraan bermotor dijelaskan dalam pasal 12 dan 13 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Daerah di Bidang Perhubungan sebagai berikut, “Obyek retribusi adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap mobil penumpang, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang dioperasikan di jalan”, dan “Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor”.

(30)

tentang Struktur dan besarnya tarif pengujian kendaraan bermotor dan tidak bermotor ditetapkan sebagai berikut:

a. Pengujian:

1. Pengujian Pertama

a) Mobil barang, Bus, Tractor Head Rp 5.000,00- /kendaraan b) Kereta Gandengan, Tempelan, Mobil Penumpang Rp 3.000,00-

/kendaraan

c) Kendaraan bermotor roda 3 (tiga) Rp 3.000,00- /kendaraan 2. Pengujian Berkala

a) Mobil barang, Bus, Tractor Head Rp 6.500,00- /kendaraan /6 (enam) bulan

b) Kereta Gandengan, Tempelan, Mobil Penumpang Rp 4.500,00- /kendaraan /6 (enam) bulan

c) Kendaraan bermotor roda 3 (tiga) Rp 2.000,00- /kendaraan /6 (enam) bulan

b. Penilaian Kondisi Teknis,

1. Mobil barang, Bus, Tractor Head Rp 30.000,00- /kendaraan /6 (enam) bulan

2. Kereta Gandengan, Tempelan, Mobil Penumpang Rp 25.000,00- /kendaraan /6 (enam) bulan

3. Kendaraan bermotor roda 3 (tiga) Rp 5.000,00- /kendaraan /6 (enam) bulan

(31)

c. Buku Uji Rp 10.000,00- /kendaraan d. Tanda Uji (Plat Uji) Rp 5.000,00- /pasang

e. Pengecatan tanda samping dan nomor uji Rp 7.500,00- /kendaraan f. Stiker tanda samping Rp 10.000,00- /kendaraan

g. Pergantian tanda uji (plat uji) yang rusak/hilang Rp 20.000,00- /pasang h. Pergantian buku uji yang rusak/hilang Rp 35.000,00- /kendaraan

i. Penilaian kondisi teknis untuk penghapusan atau pelelangan dan keperluan sejenisnya Rp 50.000,00- /kendaraan; dan

j. Perubahan bentuk dan atau status Rp 75.000,00- /kendaraan

2.1.2 Implementasi Kebijakan

Pada umumnya implementasi kebijakan merupakan kegiatan membentuk suatu hubungan yang dimungkinkan mencapai tujuan dari program atau kebijakan, yang direalisasikan sebagai aktivitas pemerintah. Proses implementasi dapat dimulai jika sasaran dan tujuan umum telah ditentukan dan dananya telah dialokasikan untuk mencapai sasaran tersebut. Kiranya inilah sebagai syarat dasar untuk implementasi suatu program. Suatu kebijakan yang diimplementasikan oleh para pelaksana kebijakan diharapkan oleh pemerintah atau kelompok sasaran dapat berjalan dengan baik. Sehingga kebijakan tersebut dapat berhasil meraih dampak atau mencapai tujuan yang diinginkan.

(32)

implementasi merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bersama-sama untuk menjalankan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. (James P. Dan Josep Stewart dalam Winarno, 2002:101).

Van Meter dan Van Horn (Winarno, 2002:102) mendefinisikan “implementasi kebijakan adalah sebagai tindakan-tindakan yang di lakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan dalam keputusan sebelumnya”. Kegiatan implementasi ini baru dilakukan setelah kebijakan memperoleh pengesahan dari legislatif dan alokasi SDM dan dana juga telah di setujui. Dengan demikian berdasarkan pengertian diatas, implementasi kebijakan dalam pembuatannya melalui adanya suatu tahapan, tahapan tersebut dalam pelaksanaannya terdapat konsekuensi-konsekuensi yang dipengaruhinya.

(33)

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka diperlukan langkah-langkah implementasi kebijakan yang tepat seperti yang dikemukakan olehWebster

(dalam Wahab, 2001:64) sebagai

berikut:“implementasikebijakanadalahsebagaitoimplement(mengimplementasikan) yang diartikan to provide the mean for carrying out(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give practice affect to(menimbulkan dampak atau akibat sesuatu)”.

Dari uraian teori-teori yang dikemukakan para ahli kebijakan negara diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan (3) adanya hasil kegiatan.Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart Jr. (Agustino, 2006:139) dimana mereka katakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

(34)

up approach). Masing-masing pendekatan mengajukan model-model kerangka kerja dalam membentuk keterkaitan antara kebijakan dan hasilnya.

Sedangkan pendekatan top down, misalnya dapat disebut sebagai pendekatan yang mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan, walaupun dikemudian hari diantara pengikut pendekatan ini terdapat perbedaan-perbedaan, sehingga menelurkan pendekatan bottom up, namun pada dasarnya mereka bertitik-tolak pada asumsi-asumsi yang sama dalam bentuk mengembangkan kerangka analisis tentang studi implementasi.Dalam pendekatan top down, implementasi kebijakan yang dilakukan tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkat pusat, dan keputusannya pun diambil dari tingkat pusat. Pendekatan top down bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh administratur-administratur atau birokrat-birokrat pada level bawahnya. Jadi inti dari pendekatan top down adalah sejauh mana tindakan para pelaksana (administratur dan birokrat) sesuai dengan prosedur serta tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan di tingkat pusat.

Terdapat banyak model-model Implementasi kebijakan baik yang beraliran

top down ataupun bottom up yang dapat dijadikan rujukan atau pedoman dalam mengadakan penelitian mengenai implementasi kebijakan, salah satunya yaitu Model George C. Edwards III.

(35)

direct and indirect impact on implementation (dalam Agustino, 2006:149) dimana terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu : (a) Komunikasi, (b) Sumberdaya, (c) Disposisi, (d) Struktur Birokrasi.

Gambaran Implementasi kebijakan menurut George C. Edward III merupakan salah satu model daripada implementasi kebijakan secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Publik Menurut George C. Edward

Sumber: Agustino, 2006:150

Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan, menurut George C. Eward III, adalah komunikasi. Komunikasi, menurutnya lebih lanjut, sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Selain

Resources Communication

Bureaucratic

Implementation

(36)

itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi (atau pentransmisian informasi) diperlukan agar para pembuat keputusan di dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:

1. Transmisi

Di mana penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), hal tersebut dikarenakan komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan gagal di tengah jalan.

2. Kejelasan

Dalam hal ini komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan (street-level-bureaucrat’s) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu/bermakna ganda). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Konsistensi

(37)

yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

suatukebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan salah satu faktoryang menentukan keberhasilan suatu implementasi, menurut menurutGeorge C. Edward

III(Agustino, 2006:151) sumber dayamerupakan sumber penggerak dan pelaksanadalammengimplementasikan kebijakan.Indikator sumber-sumber daya

terdiri dari beberapa elemen meliputi manusia (staff), peralatan (facilities), Informasi (information) dan Kewenangan (Authority). Dimensi sumber daya manusia berarti efektivitas pelaksanaan kebijakan sangat tergantung kepada aparatur yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan. Dimensi peralatn merupakan sarana yang digunakan untuk mengoperasionalisasi implementasi suatu kebijakan. Dimensi informa merupakan bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan berdasarkan informasi yang relevan dan cukup. Kewenangan sangat diperlukan untuk menjamin dan meyakinkan bahwa kebijaksanaan yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(38)

Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut George C. Edward III(Agustino, 2006:152), adalah:

(a) Pengangkatan birokrat;

Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus lagi pada kepentingan warga.

(b) Insentif;

Merupakan salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif.

Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendukung yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.

Variabel keempat, menurut Edward, yang mempengaruhi tingkat

(39)

untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

2.1.3 Struktur Birokrasi

Dalam organisasi pemerintahan, prosedur merupakan sesuatu rangkaian tindakan yang ditetapkan lebih dulu, yang harus dilalui untuk mengerjakan sesuatu tugas. Van Meter dan Van Horn (Winarno, 2002:56) mengatakan bahwa struktur birokrasi juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan karakteristik-karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi di dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial atau nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijaksanaan.

Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Robbins (1995:45) bahwa struktur birokrasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti.

(40)

bersama secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dimana terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau beberapa orang yang disebut bawahan.

Berdasakan penjelasan di atas makastruktur birokrasiadalah suatu keputusan yang diambil oleh organisasi itu sendiri berdasakan situasi, kondisi dan kebutuhan. Karena sejatinya struktur birokrasi menggambarkan bagaimana birokrasi itu mengatur dirinya sendiri, bagaimana mengatur hubungan antar orangdan antar kelompok. Sebab struktur birokrasi ada kaitannya dengan tujuan dan cara yang dipakai untuk bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Menurut George C. Edward III (Winarno, 2002:150) terdapat dua indikator penting dari struktur birokrasi birokrasi yaitu:

a) Standar Operasinal Prosedur (SOP) b) Fragmentasi

Winarno (2002:150), dalam bukunya yang berjudul Teori dan Proses Kebijakan Publik menyatakan bahwa Standard Operational Procedure(SOPs)

(41)

organisasi merupakan penyebaran tanggung jawab pelaksanaan tugas sehingga tidak tumpang tindih dengan tetap mencakup pada pembagian tugas secara menyeluruh.

Khusus pada organisasi pemerintah pedoman pelaksanaan administrasi perkantoran yang dapat meningkatkan pelayanan dan kinerja birokrasi merujuk pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. Peraturan ini mengamanatkan perlunya penyusunan Standar Operasi Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan sebagai pelaksanaan Reformasi Birokrasi di seluruh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang bertujuan secara umum untuk membangun/membentuk perilaku aparatur negara dengan integritas tinggi, produktivitas tinggi dan bertanggung jawab serta kemampuan memberikan pelayanan yang prima melalui pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaandan aspek sumber daya aparatur. Atau dapat dikatakan bahwa Penyusunan SOP merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dalam peningkatan pelayanan dan kinerja.

(42)

perilaku/individu dan kelompok dalam peningkatan mutu pelayanan, sehingga dengan demikian struktur birokrasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas pelayanan. Oleh karena itu struktur birokrasi yang demikian akan berpengaruh positif terhadap implementasi kebijakan. Akan tetapi, apabila struktur birokrasi tidak disusun dengan baik maka akan dapat menghambat tercapainya tujuan implementasi kebijakan secara maksimal.

Selanjutnya menurut Jones (2001:49) dalam bukunya “Organizational Theory” dinyatakan bahwa istilah SOPs muncul dalam pembahasan mengenai “Balancing Standardization and Mutual Adjustment”, yaitu: “Written rules and standard operating procedures (SOPs) and unwritten values and norms help to

control behavior in organization. The specify how an employee is to perform his or

her organization role, and they set forth the tasks and responsibilities associated

with that role”. Berdasarkan pendapat ini maka SOP merupakan bagian dari peraturan tertulis yang membantu untuk mengontrol perilaku anggota. SOP mengatur cara pekerja untuk melakukan peransecara terus menerus dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.

Struktur birokrasi perlu diperhatikan, apakah ada pengecekkan penerimaan atau penolakkan syarat-syarat pelayanan, kerja yang terus-menerus berkesinambungan, apakah ada manajemen yang komitmen, struktur yang cocok dengan situasi dan kondisi, dan apakah ada sumberdaya yang mapan.

(43)

2.1.4 Sumber Daya Manusia

Syarat berjalannya suatu organisasi adalah kepemilikan terhadap sumber daya manusia (human resources).Menurut Fipplo (Handoko,1995:5) manajemen sumberdaya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan, pengembangan, pemberian konpensasi, pengintegrasian, memelihara dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujuan organisasi. Tercapainya tujuan suatu organisasi sangat tergantung dari kemampuan sumber daya manusia dalam memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Karena hal ini akan mendorong tercapainya tujuan organisasi dengan lebih cepat, efektif, dan efesien.

Kemampanan suatu organisasi sangat bergantung pada ketersediaan dan kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. Sumber daya manusia dalam hal ini pegawai yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Karena hal ini akan mendorong tercapainya tujuan organisasi dengan lebih cepat, efektif dan efisien, sehingga dengan sendirinya organisasi akan selalu siap menghadapi dan beradaptasi dengan setiap perubahan yang ada, khususnya yang berhubungan dengan usaha kearah pengembangan organisasi.

(44)

Demikian hal dengan pegawai negeri sipil yang mempunyai mandat sebagai

public servant, bila dihubungkan dengan pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu keadaan pada diri seseorang yang secara penuh bersungguh-sungguh bekerja, berdaya guna untuk melaksanakan pekerjaan, sehingga pegawai pemerintah dituntut untuk memiliki kualifikasi tertentu, karena tidak semua orang memiliki keahlian yang dipersyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kemampuan sumber daya manusia (pegawai) dapat diartikan sebagai kondisi seorang pegawai yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, pengalaman kerja serta keminatan dalam melakukan suatu pekerjaan yang dibebankan kepada sehingga dapat melaksanakan tugas tepat dan benar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Untuk mengukur kemampuan aparat dalam penguasaan pengetahuan dapat dilihat dari :

1. Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh.

2. Tingkat pendidikan non formal (kursus, latihan,penataran dan lain- lain) 3. Tingkat perjalanan kerja yang dimiliki.

4. Tingkat keinginan/kemauan/minat pegawai terhadap ilmu pengetahuan dan perkembangan. (Naryono,1978:23).

(45)

2.2 Kerangka Pikir

Edward mengemukakan bahwa salah satu pendekatan dalam studi implementasi adalah harus dimulainya pertanyaan apakah yang menjadi syarat dan selanjutnya Edward menentukan empat faktor yang mempengaruhinya, (1) Komunikasi, (2) Sumberdaya, (3) Disposisi atau sikap, (4) Struktur Birokrasi. Keempat variabel ini saling berhubungan satu sama lain.

Berdasarkan uraian diatas, dalam hal ini peneliti menggunakan aplikasi dari

model George C Edward yang dianggap representatif untuk menggambarkan Implementasi Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor pada Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan dengan faktor struktur birokrasi dan faktor kemampuan sumber daya manausia yang dijadikan variabel dalam penelitian.

Adapun hubungan implementasi kebijakan dengan struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hubungan antara struktur birokrasi dengan implementasi kebijakan

Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung kebijakan yangtelah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik. Walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemunkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi.

(46)

bukunya yang berjudul Teori dan Proses Kebijakan Publik menyatakan bahwa

Standard Operational Procedure(SOP) merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas (Winarno, 2002:150). Sedangkan, fragmentasi dalam organisasi merupakan penyebaran tanggung jawab pelaksanaan tugas sehingga tidak tumpang tindih dengan tetap mencakup pada pembagian tugas secara menyeluruh. Sedangkan fragmentasi dalam organisasi merupakan penyebaran tanggung jawab pelaksanaan tugas sehingga tidak tumpang tindih dengan tetap mencakup pada pembagian tugas secara menyeluruh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi dalam suatu badan sangat berperan penting dimana untuk menentukan keberhasilan dari suatu implementasi kebijakan dibutuhkan suatu struktur organisasi yang tertata rapih guna tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati bersama.

2. Hubungan antara kemampuan sumber daya manusia dengan implementasi kebijakan.

(47)

pendidikan tinggi, dan memiliki pengalaman, kecakapan, ketrampilan dan keahlian yang memadai.

Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan.

Untuk mengukur kemampuan aparat dalam penguasaan pengetahuan dapat dilihat dari :

a) Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh.

b) Tingkat pendidikan non formal ( kursus, latihan,penataran dan lain- lain c) Tingkat perjalanan kerja yang dimiliki.

d) Tingkat keinginan/kemauan/minat pegawai terhadap ilmu pengetahuan dan perkembangan. (Naryono, 1978:23).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pegawai akan menentukan hasil implementasi kebijakan. Dengan kata lain semakin tinggi kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya maka semakin tinggi hasil implementasi kebijakan yang dicapai.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan

keberhasilan implementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh faktor struktur

birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia. Kedua variabel bebas (X1 dan

X2) ini saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan dalam ikut

menentukan tinggi rendahnya dan baik buruknya suatu implementasi kebijakan

(48)

Semakin baik faktor struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya

manusia, maka tujuan dari implementasi kebijakan itu sendiri akan

tercapai/terpenuhi secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.Sebagaimana dari teori-teori telah dikemukakan di muka¸ maka

dapat diuraikan secara rinci mengenai keterkaitan implementasi kebijakan

dengan struktur birokrasi dan kemampuan sumber daya manusia dalam bentuk

tabel kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas menunjukkan adanya

pengaruh antara variabel X yaitu struktur birokrasi (X1) dan kemampuan

sumber daya manusia (X2) terhadap variabel (Y) yaitu implmentasi kebijakan

retribusi pengujian kendaraan bermotor pada Kantor UPTD-PKB Dinas

Perhubungan Kota Medan. Berdasarkan pernyataan ini sehingga varibel X perannya mempunyai arti penting di dalam mempengaruhi eksistensi keberadaan variabel Y.

STRUKTURBIROKRASI(X1) 1. Standar Operasi Prosedur

(SOP) 2. Fragmentasi

KEMAMPUANStaf/SDM(X2) 1. Pendidikan

2. Keterampilan 3. Pengetahuan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

(49)

2.3Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap hal-hal yang sedang diteliti.

Adapun penjelasannya menurut Sugiyono menyatakan dalam bukunya yang

berjudul Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D yaitu:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik” (Sugiyono, 2009:64).

Berdasarkan kerangka teori penelitian, maka hipotesis yang berkaitan dengan

ada tidaknya hubungan anatara variabel X dan variabel Y, yaitu hipotesis nol (��)

dan hipotesis alternative (��). Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini

adalah hipotesis statistik. Hipotesis statistik ini ditujukan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel X dan variabel Y, maka dilakukan uji statistik melalui

asumsi sebagai berikut:

1. Hipotesis Mayor : Variabel X1 (Struktur Birokrasi) dan Variabel X2

(Kemampuan Sumber Daya Manusia)

Secara simultan/bersama-sama adakahpengaruh struktur birokrasi dan

kemampuan sumber daya manusia terhadap implementasi kebijakan retribusi

pengujian kendaraan bermotor di UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan.

��: � =� “tidak terdapat pengaruh struktur birokrasi dan kemampuan

sumber daya manusia terhadap implementasi kebijakan

retribusi pengujian kendaraan bermotor di UPTD-PKB

(50)

��: � ≠ � “terdapat pengaruh struktur birokrasi dan kemampuan

sumber daya manusia terhadap implementasi kebijakan

retribusi pengujian kendaraan bermotor di UPTD-PKB

Dinas Perhubungan Kota Medan.”

Hipotesis mayor sebagaimana tersebut di atas, apabila digambarkan akan

tampak sebagai berikut:

Gambar 2.3 Hipotesis Mayor

2. Hipotesis Minor :

a) Variabel X1 (Struktur Birokrasi)

��: �= � “tidak terdapat pengaruh struktur birokrasi terhadap

implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan

bermotor di UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota

Medan.”

��: � ≠ � “terdapat pengaruh struktur birokrasi terhadap

implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan

bermotor di UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota

Medan.”

b) Variabel X2 (Kemampuan Sumber Daya Manusia)

STRUKTURBIROKRASI ( X1 )

KEMAMPUANSDM ( X2 )

(51)

��: �= � “tidak terdapat pengaruh kemampuan sumber daya

manusia terhadap implementasi kebijakan retribusi

pengujian kendaraan bermotor di UPTD-PKB Dinas

Perhubungan Kota Medan.”

��: � ≠ � “terdapat pengaruh kemampuan sumber daya manusia

terhadap implementasi kebijakan retribusi pengujian

kendaraan bermotor di UPTD-PKB Dinas Perhubungan

Kota Medan.”

Hipotesis minor sebagaimana tersebut di atas, apabila digambarkan

akan tampak sebagai berikut :

Gambar 2.4 Hipotesis Minor

2.4 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan definisi yang dipakai oleh peneliti dalam menggambarkan secara abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Definisi konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. (Singarimbun,1996:34). Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah pelaksanaan program pungutan retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan

STRUKTURBIROKRASI ( X1 )

KEMAMPUANSDM ( X2 )

(52)

jasa yang mencakup Pemeriksaan kondisi laik jalan, Pembuatan nomor ijin, Pembuatan, pemasangan dan pengecatan tanda sampling, Penggantian Buku Uji, Kendaraan yang melakukan uji di luar daerah atau mutasi uji.

2. Struktur birokrasi adalah suatu keputusan yang diambil oleh organisasi itu sendiri berdasakan situasi, kondisi dan kebutuhan. Karena sejatinya struktur birokrasi menggambarkan bagaimana birokrasi itu mengatur dirinya sendiri, bagaimana mengatur hubungan antar orangdan antar kelompok. Sebab struktur birokrasi ada kaitannya dengan tujuan dan cara yang dipakai untuk bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya.Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumber daya-sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan.

(53)

2.5 Definisi Operasional

Singarimbun (1996:23), mengatakan bahwa “dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga ia dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut”.

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

a) Struktur birokrasi (X1)

1) Standar Operasi Prosedur (SOP)

(a) Kemudahan pengajuan permohonan pengujian kendaraan bermotor. (b) Kejelasan prosedur kerja pelakasanaan pengujian kendaraan bermotor. 2) Fragmentasi

(a) Koordinasi antar seksi sesuai tugas dan kewenangan

(b) Jumlah petugas/pegawai yang menerima tugas sesuai tupoksi. b) Kemampuan sumber daya manusia (X2)

a. Tingkat Pendidikan Pegawai

(a) Pengaruh pendidikan pegawai dengan pekerjaan/posisi.

(b) Jumlah pegawai yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang pengujian kendaraan bermotor.

b. Tingkat KetrampilanPegawai

(a) Penguasaan pegawai dalam mengoperasikan alat uji yang digunakan. (b) Kecepatan dalam proses pengujian kendaraan bermotor.

(54)

(a) Tingkat pemahaman pegawai terhadap prosedur dan mekanisme pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor.

(b) Tingkat pemahaman pegawai akan tugas dan tanggungjawab.

c) Implementasi kebijakan retribusi pengujian bermotor (Y), yaitu TingkatKeberhasilan Implementasi Kebijakan.

(a) Kelancaran kegiatan pengujian kendaraan bermotor. (b) Pencapaian hasil yang dikehendaki.

(55)

Tabel 2.1 Skema Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Sub Indikator Nomor

Kuesioner

(b)Kejelasan prosedur kerja pelakasanaan pengujian kendaraan bermotor.

2) Fragmentasi

(a)Koordinasi antar seksi

sesuai tugas dan

(b)Jumlah pegawai yang

mempunyai keahlian

dalam mengoperasikan

alat uji yang digunakan. (b)Kecepatan dalam proses

pengujian kendaraan bermotor.

3) Tingkat pengetahuan pegawai

pegawai akan tugas dan tanggungjawab.

(b)Pencapaian hasil yang

(56)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional artinya kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2009:2)

Guna memperoleh hasil penelitian yang komprehensif maka pada pengumpulan dan teknik analisis data, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.

Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanatori. Menurut Malo (2003:28), penelitian eksplanasi dapat didefinisikan sebagai berikut :

“Penelitian yang bermaksud tidak hanya sekedar memberikan gambaran mengenai suatu gejala sosial tertentu yang menjadi fokus, tetapi juga tentang bagaimana hubungan antara gejala dengan gejala sosial lain, dan mengapa hubungannya seperti itu. Misalnya penelitian yang mengungkap mengapa dan bagaimana sampai timbul kecenderungan tindakan kriminal dalam suatu masyarakat”.

(57)

antar variabel yang akan diteliti dengan mengacu pada hipotesis yang telah ditentukan.

Adapun dalam penelitian ini penulis akan menganalisis implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor dengan strategi pendekatan hubungan kerja dan hubungan variabel yang dianggap dominan yaitu struktur birokrasi serta kemampuan sumber daya manusia. Tingkat efektivitas implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor disandingkan dengan tingkat kepuasanmasyarakat (pemilik kendaraan wajib uji) yang melakukan pengujian. Sehingga pada akhirnya nanti akan memunculkan suatu persepsi terhadap arah hubungan antara implementasi kebijakan retribusi pengujian kendaraan bermotor dengan tingkat kepuasan masyarakat.

Sistem penulisan dalam analisis penelitian ini dilakukan dengan menggambarkan fenomena atau fakta di lapangan yang dipadukan dengan teori yang ada sehingga memunculkan suatu kesimpulan yang bersifat umum. Hal ini sejalan dengan pendapat Mardalis (1990:14), yang menyebutkan cara berpikir induktif sebagai berikut :

“Cara berpikir yang berpijak pada faktor-faktor yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan persoalan yang bersifat umum, induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual, penarikan kesimpulan secara induktif dimulai dengan menyatakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus”.

(58)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, dengan obyek penelitian pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengujian Kendaraan Bermotor (UPTD-PKB) Dinas Perhubungan Kota Medan yang terletak di Jl. TB. Simatupang No. 114-A Pinang Baris, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini subyeknya adalah seluruh pemilik kendaraan bermotor wajib uji yang ada di Kota Medan yang sedang melakukan pengujian. Pemilik kendaraan wajib uji, di bagi dua berdasarkan peruntukkannya, yaitu: kendaraan umum dan kendaraan bukan umum (pribadi). Untuk menentukan sampel penelitian menggunakan metode accidental sampling, menurut Hadi (1992:46) accidental sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan terhadap responden yang secara kebetulan ditemui pada objek penelitian ketika observasi sedang berlangsung. Adapun pemilik kendaraan yang berhasil dijumpai peneliti selama sepuluh hari berada dilokasi penelitian sebanyak 124 orang.

3.4 Instrumen Penelitian

Sesuai dengan sumber dan jenis data yang akan diperoleh, maka Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner

(59)

interval yang selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus-rumus statistik. (Sugiyono, 2009:93). Disengajakan dalam penentuan skor hanya 4 (empat) dikarenakan adanya salah satu kutub yang mayoritas tidak dipergunakan yaitu Kepuasan “Sangat” untuk pilihan Negatif.

2. Dokumentasi

Dokumentasi, yakni digunakan untuk mengumpulkan data-data sekunder dalam bentuk tulisan maupun gambar.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis meliputi studi kepustakaan melalui literatur yang ada, serta secara langsung di lapangan, yang terdiri dari:

1. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan yang sudah disediakan atau ditentukan pilihan jawabannya, yakni ditujukan kepada responden yang dijumpai secara kebetulan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang tersedia.

2. Dokumentasi

(60)

3.6 Teknik Analisis Data

1. Analisis Hubungan Masing-Masing Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat Untuk menganalisis hubungan masing-masing variabel bebas dengan variableterikat digunakan rumus korelasi sederhana atau korelasi product moment. Adapun langkah-langkah untuk pengujian korelasi yaitu mencari angka koefisien korelasi terlebih dahulu.

Untuk mengatahui koefisien korelasi variable X terhadap Variabel Y digunakan rumus Product Moment, (Sugiyono, 2009:182):

��� = ∑��

�∑��∑�� Keterangan :

rxy = Angka indeks “r”produk moment (antara variabel X dan Y)

Σxy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

Σx² = Jumlah seluruh skor X yang telah dikuadratkan

Σy² = Jumlah seluruh skor Y yang telah dikuadratkan

(61)

Tabel 3.1 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan, artinya hipotesis kerja atau hipotesis alternative dapat diterima.

2. Analisis Hubungan Simultan (Bersama) Antara Seluruh Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat

Untuk menguji hubungan seluruh variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji korelasi berganda. Adapun langkah-langkah pengujian korelasi berganda adalah sebagai berikut:

a. Menguji koefisien korelasi berganda

(62)

��1�2 = korelasi Product Moment antara X1 dengan X2

b. Menguji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar varians variabel terikat dipengaruhi oleh varians variabel bebas, atau dengan kata lain seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Rumus umumnya adalah: (Sugiyono, 2009:185)

�� =�² ����%

Keterangan:

(63)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan yang didirikan oleh Guru Pattimpus pada hari Minggu tanggal 01 Juli 1590 bertepatan dengan tanggal 27 Sya’ban 998, sampai dengan saat ini merupakan Ibukota dari Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 265.10 Km² dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang.

Letak Kota Medan secara geografisnya yaitu 3˚ 35’ Lintang Utara sampai 3,583˚ Lintang Utara dan 98˚ 40’ Bujur Timur sampai 98,667˚ Bujur Timur. Keunikan lainnya adalah Kota Medan termasuk kota terbesar dan kota Metropolitan Ketiga di Indonesia.

Seperti pada umumnya daerah tropis, Kota Medan mempunyai suhu rata-rata minimum 23˚C-24,1˚C dan maksimum 30.6˚C - 33,1˚C dengan kelembaban udara berkisar antara 78% - 82%.

Penggunaan lahan secara umum di Kota Medan lebih bercirikan perkotaan, artinya sebagian besar lahan digunakan sebagai daerah pemukiman. Pusat hiburan, seperti mall, hotel, dan lainnya.

4.1.2 Penduduk dan Komposisi

(64)

jumlah penduduk tentunya berakibat pada daya dukung wilayah dimana pemerataan penyebarannya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan keamanan wilayah tersebut. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan jumlah penduduk yang tercatat sebanyak hingga akhir tahun 2012 mencapai 2.109.339 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 1.040.680 jiwa atau 69,33 % sedangkan penduduk perempuan sebanyak 1.068.659 jiwa atau 50,67%.

4.1.3 Deskripsi Kantor UPTD - PKB DinasPerhubungan Kota Medan

Kantor UPTD-PKB Kota Medan adalah instansi yang menginduk pada Dinas Perhubungan Kota Medan. Adapun Motto Kantor UPTD-PKB Kota Medan adalah Pelayanan Cepat, Pasti, Transparan dan Tanpa Calo.

Landasan hukum Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan dalam melaksanakan pengujian kendaraan bermotor:

1. UU Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2. UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

3. PP Nomor 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan dan Pengemudi

4. PP Nomor 84 tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah 5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 71 Tahun 1993 Tentang

Pengujian Berkala Kenderaan Bermotor

(65)

7. SK.Walikota Medan Nomor 21 Tahun 2004 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dishub Kota Medan

8. SK.Walikota Medan Nomor 13 tahun 2004 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor di Kota Medan 9. Perda Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Propinsi

sebagai Daerah Otonom, kewenangan pengujian berkala kendaraan bermotor merupakan kewenangan pemerintah kabupaten / kota

10.Perda Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Perhbungan Kota Medan

11.Perda Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan Izin di Bidang Perhubungan

4.1.3.1 Struktur Organisasi

Sruktur organisasi merupakan desain penting dari pemasangan, pembagian dan pelimpahan antara wewenang dan tanggungjawab serta mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi hubungan kerja sama satu dengan yang lain.

Struktur organisasi Kantor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Medan antara lain:

1. Kepala UPTD-PKB

Gambar

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Publik Menurut George C. Edward
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Gambar 2.4 Hipotesis Minor
Tabel 2.1 Skema Operasionalisasi Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada UPTD (SAMSAT)

Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Samarinda telah berjalan secara maksimal hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pada pelayanan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan menganalisis kinerja pegawai di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penerimaan PKB dan jumlah kendaraan bermotor dari 38 UPTD dibawah Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan tersebut diatas maka penulis bermaksud membangun Sistem Informasi Pengujian Kendaraan Bermotor pada UPTD PKB

Petugas penguji emisi kendaraan bermotor roda 4 (empat) di Unit pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas perhubungan komunikasi, dan informatika Kota Banda Aceh mempunyai tugas

Setelah dilakukan penelitian dan dilakukan uji statistik yang didukung data-data kuantitatif, didapat pengaruh antara variabel-variabel dalam penelitian ini serta dilakukan

Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Samarinda telah berjalan secara maksimal hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pada pelayanan