• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK

DAUN SIRIH HIJAU (

Piper betle

L.) DENGAN METODE

DIFUSI DISK DAN SUMURAN TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI

Staphylococcus aureus

Laporan penelitian diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :

EKO PRAYOGA

NIM : 110103000059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tiada hentinya kepada manusia.

Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna.

Dengan nikmat akal tersebutlah kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan

sebaik-baiknya tanpa menyimpang dari perintah-Nya.

Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan kita

baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju

alam kepintaran, serta keluarga dan para sahabatnya.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang berjudul ―Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi Disk dan Metode Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus‖,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Prof. DR.

(hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd. dan dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGk, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan ketua Program Studi Pend. Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dr. Lucky Briallintina,

M.Biomed dan dr. Lady Koesoema, SpKk sebagai dosen pembimbing riset penulis, yang

telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan,

dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan riset ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Bacok dan Mba Novi selaku

laboran beserta OB yang telah membantu penulis dalam penelitian di laboratorium.

Ucapan terima kasih sebesar besarnya juga penulis ucapkan untuk kedua orang tua

tercinta Ibunda Maslihat, Ayahanda Saiful Anwar yang telah memberikan motivasi serta

kasih sayang yang berlebih terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama penulis

(6)

vi

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Musi

Banyuasin, serta Tim Pengelola Beasiswa Santri Jadi Dokter yang telah memberikan penulis

kesempatan untuk menyelesaikan studi Pendidikan Dokter di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dan tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih untuk teman-teman satu seperjuangan

riset Tenia Alfitri, Angga Maulana Ibrahim, dan untuk teman seangkatan PSPD 2010,

semoga kita semua menjadi makhluk mulia dunia akhirat dan dapat menggunakan ilmu yang

telah kita peroleh ke dalam jalan Allah SWT.

Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan terselesaikannya Laporan Penelitian

ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Sesungguhnya kesempurnaan hanya lah milik

Allah SWT dan kesalahan pasti datangnya dari penulis. Karena itu tidak menutup

kemungkinan jika dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan laporan

penelitian ini dan akan penulis terima dengan senang hati.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 12 September 2013

(7)

vii

ABSTRAK

Eko Prayoga. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.

Metode uji antibakteri dibagi menjadi difusi, dilusi dan difusi dilusi. Metode difusi disk dan sumuran merupakan metode difusi, yang menggunakan media padat. Banyak penelitian yang menggunakan metode difusi disk, metode sumuran masih jarang digunakan untuk penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kedua metode tersebut berdasarkan diameter zona hambat. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun sirih karena daun sirih sudah banyak dilakukan penelitian lain dan terbukti memiliki daya antibakteri. Bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus, karena bakteri ini mudah berkembang biak namun tidak mudah terkontaminasi. Pada penelitian ini menggunakan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. Data dari penelitian ini dianalisa menggunakan SPSS 16, dengan uji one way anova kemudian dilakukan Uji T Penelitian ini membuktikan bahwa dengan metode sumuran lebih besar zona hambat nya.

Kata kunci: Difusi disk, sumuran, ekstrak daun sirih

ABSTRACT

Eko Prayoga. Medical Education Department. Comparison Effect of Betel Leaf Extract (Piper betle L.) With Method Diffusion disk and Method Hole Cup Towards The Growth Staphylococcus aureus.

Many kind of method anti bacterial test, such as diffusion and dilution. Method diffusion disk is the most method use for research. The aim of this study is to see what the most effective between method diffusion disk and hole cup. Bactery used in this study is

Staphylococcus aureus, because this bacteria easy to grow up but not easy to contaminate from other bacteria. This study use extract of piper betle leaf, because this plant have benefit for antibacterial and use concentration 25%, 50%, 75%, and 100%. All of data in this study will be analized uses SPSS 16, with hypothesis test one way anova and then T-test. This study prove that method hole cup it‘s more effective because the higher concentrate, the diameter will be high.

(8)

viii

2.1.2 Staphylococcus Aureus ... 6

2.1.3 Mekanisme Anti Bakteri ... 7

2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri ... 8

2.2 Kerangka Konsep ... 11

2.3 Definisi Operasional ... 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 12

3.1 Desain Penelitian ... 12

(9)

ix

3.3 Bahan yang Diuji ... 12

3.4 Sampel Bakteri ... 12

3.5 Identifikasi Variabel... 12

3.5.1 Variabel Bebas ... 12

3.8.1.2 Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau... 15

3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle.L) ... 15

3.8.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi ... 15

3.8.1.5 Regenerasi Bakteri ... 16

3.8.2 Tahap Pengujian ... 16

3.8.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Dengan Difusi Disk ... 16

3.8.2.2 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Dengan Sumuran... 16

3.9 Analisis Data ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil Ekstrak Sirih Hijau Dengan Metode Difusi... 18

4.2 Disk Hasil Ekstrak Sirih Hijau Dengan Metode Sumuran... 19

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri ... 9

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Daun Sirih Hijau ... 5

Gambar 2.2. Hasil Pewarnaan Gram S.aureus ... 6

Gambar 4.1 Hasil efek ekstrak sirih hijau dengan metode sumuran ... 18

(12)

xii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.2 Kerangka Konsep ... 11

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Hasil Determinasi Tanaman ... 26

Lampiran 2 Surat Pengujian Ekstraksi Tanaman ... 27

Lampiran 3 Hasil Uji Statistik ... 28

Lampiran 4 Alat dan Bahan Penelitian ... 32

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Akhir-akhir ini sudah banyak antibiotik yang resisten terhadap bakteri. Sebagai

alternatif, telah banyak obat-obatan herbal yang digunakan untuk mengobati berbagai

penyakit. Contoh tanaman yang sering dijadikan sebagai obat tradisional adalah daun

sirih, daun pepaya, daun sirsak, daun gambir, dan lain-lain.1

Untuk membuktikan adanya efek antibakteri dari tanaman itu terhadap bakteri

tertentu, perlu dilakukan uji antibakteri.2 Dari uji antibakteri ini, dapat dilihat apakah

terdapat efek antibakteri di tanaman tersebut, kemudian kita juga dapat menentukan kadar

hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). 3

Metode uji antibakteri dibagi menjadi dua, yaitu dengan difusi dan dilusi. Metode

difusi kemudian dibagi lagi menjadi metode disk, sumuran, dan parit. Sedangkan metode

dilusi dibagi menjadi broth dilution dan agar dilution.4 Yang membedakan dua macam

metode ini adalah berdasarkan media nya. Biasa nya metode difusi menggunakan medium

padat, sedangkan pada dilusi digunakan medium cair.5

Dari beberapa metode tersebut, metode yang sering digunakan dalam penelitian

adalah dengan menggunakan metode difusi disk. Metode disk ini termasuk ke dalam

metode difusi karena menggunakan medium yang padat. Selain metode disk, masih ada

metode sumuran dan metode parit yang termasuk metode difusi.6 Tujuan dari ketiga

metode ini adalah untuk mengamati diameter zona hambat terhadap bakteri uji.6,7

Metode sumuran jarang digunakan untuk melakukan penelitian karena sulitnya proses

perlakuan, namun berdasarkan banyak teori, hasil dari metode sumuran akan lebih mudah

terlihat dan lebih menampakan hasil yang nyata.8

Menjadi suatu hal yang menarik untuk membandingkan 2 metode ini dengan melihat

efek dari tanaman herbal. Salah satu tanaman tradisional yang sering digunakan

masyarakat serta di percaya masyarakat dapat menyembuhkan banyak penyakit yaitu

(15)

2

penyakit adalah dari daun nya, baik itu ekstrak nya atau dari air daun tersebut.10 Daun

sirih dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit, antara lain untuk sariawan,

mimisan, bau badan, batuk, keputihan, sakit kepala, gusi bengkak, dan radang

tenggorokan. 11

Efek daun sirih dapat menyembuhkan beberapa penyakit diatas,disebabkan karena

dalam daun sirih mengandung minyak atsiri 1-4,2% yang terdiri dari hidroksikavikol,

kavikol, kavibetol,metal eugenol, karvakol, terpena, seskuiterpena, fenilpropana, tannin,

enzim diastasae 0,8-1,8%, enzim katalase, gula, pati,vitamin A, B dan C.12

Penelitian mengenai efek dari daun sirih ini telah banyak dilakukan. Contoh nya

penelitan yag telah dilakukan oleh Anang Hermawan (2007), penelitian ini menunjukan

bahwa ekstrak daun sirih hijau dengan menggunakan pelarut DMSO (Dimethil sulfoxide)

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.13 Penelitian yang juga mendukung ke arah tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Suliantari (2008)

menunjukan bahwa ekstrak daun sirih dengan menggunakan pelarut etanol yang

menggunakan metode dilusi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 14

Penelitian lain yang mendukung juga ada penelitian yang telah dilakukan Wahyu

Susilowati (2001) menyatakan uji bakteri terhadap Streptococcus alpha menggunakan

ekstrak biji alpukat secara invitro dengan teknik sumuran menggunakan konsentrasi 2,5%

; 5% ; 10% ; 20% dan 40%, semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar diameter zona

hambat yang dihasilkan. Pada penelitian yang telah dilakukan Sudayana (2006) melakukan

perbandingan uji cakram disk dan metode dilusi menggunakan ekstrak daun sirih hijau

terhadap bakteri Staphylococcus aureus, kedua metode ini memiliki hasil yang berbeda

dan tujuan yang berbeda. Metode difusi didapatkan hasil berupa diameter zona hambat

bakteri terhadap antibakteri sedangkan metode dilusi didapatkan hasil berupa konsentrasi

hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM).3,4

Alasan penulis membandingkan metode difusi disk dan sumuran, karena kedua metode

ini termasuk kategori difusi dan memiliki hasil yang sama, yaitu dengan cara menghitung

zona hambat bakteri terhadap antibakteri yang di uji, hanya saja cara kerja yang memiliki

perbedaan. Dan kedua metode ini merupakan metode yang cukup sering digunakan untuk

(16)

3

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan masalah

penelitian, yaitu :

1.2Rumusan Masalah

1.2.1Apakah terdapat pengaruh aktifitas antibakteri dari ekstrak daun sirih hijau terhadap Bakteri Staphylococcus aureus?

1.2.2Bagaimana perbandingan efek antibakteri dari ekstrak daun sirih hijau (Piper betle

L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus berdasarkan metode difusi disk dan sumuran?

1.3Hipotesis

1.3.1 Terdapat pengaruh antara aktivitas antibakteri dari ekstrak daun sirih hijau terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

1.3.2 Efek antibakteri dari ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus lebih terlihat dengan menggunakan metode sumuran.

1.4Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktifitas anti bakteri dengan

menggunakan metode sumuran jauh lebih jelas di bandingkan metode difusi disk

pada Ekstrak daun sirih hijau terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui besar konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

2. membandingkan besar konsentrasi 25%,50%,75%,dan 100% berdasarkan metode

difusi disk dan sumuran.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta informasi mengenai

manfaat dari ekstrak daun sirih hijau sebagai anti bakteri dalam menghambat

(17)

4

1.5.2 Bagi Masyarakat

Ekstrak daun sirih hijau yang selama ini di percaya dapat mengobati penyakit,

dengan ada nya penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan manfaat ekstrak

daun sirih hijau sebagai anti bakteri dalam menghambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus.

1.5.3 Bagi Institusi

Penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa dengan metode sumuran ternyata

dapat dilakukan lebih mudah dan dapat memberikan hasil yang lebih jelas dan

(18)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Daun Sirih (Piper Betle L.)

Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang berasal dari famili Piperaceae.15 Sirih

banyak tumbuh subur di wilayah Asia Pasifik hingga Afrika Timur. Tanaman daun sirih ini

merupakan tanaman merambat yang panjang nya bisa mencapai 15 m.15,16 Daun sirih

memiliki batang yang berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat, berbuku-buku,beralur dan

merupakan tempat keluarnya akar. Tanaman ini memiliki daun yang tunggal, bulat panjang,

pangkal nya mempunyai bentuk jantung, ujung meruncing sedangkan tepi daun nya rata.17

Permukaan nya halus,memiliki bentuk pertulangan yang menyirip. Panjang daun nya sekitar

5-8 cm, lebar 2-5 cm.18

Gbr 2.1 Daun sirih hijau

Sumber : dokumen pribadi

Tanaman ini dapat diperbanyak dengan menggunakan stek sulur, yaitu stek diambil

dari sulur yang tumbuh dibagian ujung atas yang panjang nya 40cm-50 cm. Untuk

memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus, subur dan

(19)

6

Daun Sirih di setiap daun nya mengandung 1-4,2% minyak atsiri,mengandung

hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, estradiol, eugenol, metal-eugenol, karvakrol, terpeneba,

seskuiterpena, fenil propane, tannin; diastase 0,8%-1,8%, gula; pati.20

Tanaman daun sirih ini dapat digunakan untuk obat sakit kulit, obat bisul, hidung

berdarah, radang selaput lender mata, trachoma, bau mulut, keputihan, gigi goyah, gusi

bengkak, radang tenggorokan, encok, jantung berdebar-debar, kepala pusing, terlalu banyak

keluar air susu, batuk kering, demam nifas, sariawan. Getah nya dapat juga digunakan untuk

menghentikan gusi berdarah, sakit gigi, obat kumur, mengurangi produksi air susu yang

berlebihan.21

2.1.2 Staphylococcus Aureus

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah

anggur, non motil, tidak membentuk spora, dapat tumbuh pada berbagai media pada suasana

aerob dan memproduksi katalase yang merupakan bakteri patogen bagi manusia. Bakteri ini

tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

(20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan,

berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Bakteri ini dapat memfermentasikan

beberapa karbohidrat dan dapat menghasilkan pigmen yang berwarna, tidak larut dalam air.22

(20)

7

Sistematika Staphylococus aureus adalah sebagai berikut22 : Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik. Antigen ini merupakan kompleks peptidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat

fagositosis dan bagian ini yang diserang bakteriofaga. Selain itu Staphylococcus aureus juga bersifat lisogenik yaitu mengandung faga yang tidak berpengaruh pada dirinya sendiri, tetapi

menyebabkan lisis pada anggota dari spesies sama. S.aureus merupakan kuman patogen yang bersifat invasif, penyebab hemolisis, membentuk koagulase, mencairkan gelatin, membentuk

pigmen kuning emas. Staphylococcus aureus umumnya dapat memfermentasi manitol dan menghemolisis sel darah merah.. Setiap jaringan ataupun organ tubuh dapat terinfeksi dan

menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan lokal, nekrosis, dan pembentukan abses. Pada penyebaran ke bagian tubuh lain melewati pembuluh getah bening dan pembuluh darah. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piemia yang fatal, serta keracunan makanan, dan toxic shock syndrome. Umumnya bakteri ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik. 23

2.1.3 Mekanisme Antibakteri

Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khusus nya bakteri patogen yang

dapat merugikan manusia. Antibakteri adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang

dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membasmi jenis mikroba lain. Obat yang dapat

digunakan untuk membasmi mikroba memiliki ketentuan yaitu harus memiliki sifat toksisitas

selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk

mikroba tapi tidak toksik untuk hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, dibagi menjadi 2

yaitu : 24

1. Antibakteri yang mempunyai sifat menghambat pertumbuhan bakteri (aktivitas

bakteriostatik)

(21)

8

Dalam menghambat pertumbuhan bakteri ataupun membunuhnya, terdapat kadar

minimal. Kadar minimal tersebut masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal

(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu dapat meningkat aktivitasnya

dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi

kadar hambat minimal (KHM). 24

2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri

Pada uji ini, yang akan diukur adalah respons pertumbuhan populasi mikroorganisme

terhadap agen antimikroba. Salah satu manfaat dari uji antimikroba adalah diperolehnya satu

system pengobatan yang efektif dan efisien. Penentuan setiap kepekaan kuman terhadap suatu

obat adalah dengan menentukan kadar obat terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan

kuman in vitro. Beberapa cara pengujian antibakteri adalah sebagai berikut :

a. Metode Difusi

Pada metode ini, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari

zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji.

Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidak nya zona hambatan yang

akan terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi.23 Pada

metode ini dapat dilakukan dengan 3 cara,yaitu :

1) Cara Cakram (Disc)

Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan

kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada cara ini,

digunakan suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai

tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian

diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian

diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi

optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati

setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37oC. Hasil pengamatan yang

diperoleh berupa ada atau tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling

kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri.24

Menurut greenwood (1995) efektifitas suatu zat antibakteri bisa

(22)

9

Metode cakram disk atau cakram kertas ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan

relatif murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang

terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi dan preinkubasi

serta ketebalan medium.24,25 Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka

hasil dari metode cakram disk biasanya sulit untuk diintepretasikan. Selain itu,

metode cakram disk ini tidak dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang

pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat. 25

2) Cara Parit (ditch)

Suatu lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat

sebidang parit. Parit tersebut berisi zat antimikroba, kemdian diinkubasi

pada waktu dan suhu optimum yang sesuai untuk mikroba uji. Hasil

pengamatan yang akan diperoleh berupa ada tidaknya zona hambat yang

akan terbentuk di sekitar parit.25

3) Cara Sumuran (hole/cup)

Pada lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat

suatu lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Kemdian

setiap lubang itu diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi pada suhu dan

waktu yang sesuai dengan mikroba uji, dilakukan pengamatan dengan

melihat ada atau tidaknya zona hambatan di sekeliling lubang.25

b. Metode Dilusi

Pada metode ini dilakukan dengan mencampurkan zat antimikroba dan media

agar, yang kemudian diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan

diperoleh berupa tumbuh atau tidaknya mikroba didalam media. Aktivitas zat Diameter zona terang Respon hambatan pertumbuhan

>20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

10-15 mm Lemah

(23)

10

antimikroba ditentukan dengan melihat konsentrasi hambat minimum (KHM) yang

merupakan konsentrasi terkecil dari zat antimikroba uji yang masih memberikan efek

penghambatan terhadap pertumbuhan mikroba uji.26 Metode ini terdiri atas dua cara,

yaitu:

1) Pengenceran Serial dalam tabung

Pengujian dilakukan dengan menggunakan sederetan tabung reaksi yang diisi

dengan inokculum kuman dan larutan antibakteri dalam berbagai konsentrasi. Zat

yang akan diuji aktivitas bakterinya diencerkan sesuai serial dalam media

cair,kemudian diinokulasikan dengan kuman dan diinkubasi pada waktu dan suhu

yang sesuai dengan mikroba uji. Aktivitas zat ditentukan sebagai kadar hambat

minimal (KHM).26

2) Penipisan Lempeng Agar

Zat antibakteri diencerkan dalam media agar dan kemudian dituangkan kedalam

cawan petri. Setelah agar membeku, diinokulasikan kuman kemudian diinkubasi

pada waktu dan suhu tertentu. Konsentrasi terendah dari larutan zat antibakteri

yang masih memberikan hambatan terhadap pertumbuhan kuman ditetapkan

sebagai konsentrasi Hambat Minimal (KHM).26

c. Metode difusi dan dilusi

E-test atau biasa disebut juga dengan tes epsilometer adalah metode tes dimana huruf

‗E‘ dalam nama E-test menunjukan simbol epsilon (). E-test merupakan metode kuantitatif untuk uji antimikroba. Metode ini termasuk gabungan antara metode dilusi dari antibakteri

dan metode difusi antibakteri kedalam media. Metode ini dilakukan dengan menggunakan

strip plastic yang sudah mengandung agen antibakteri dengan konsentrasi terendah sampai

konsentrasi tertinggi diletakan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme.

Hambatan pertumbuhan mikroorganisme bisa diamati dengan adanya area jernih di sekitar

strip tersebut. 27

E-test dapat digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) untuk

(24)

11

2.2 Kerangka Konsep

2.3 Definisi Operasional

No. Variebel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Zona hambat

Mikro pipet Jumlah ekstrak

sesuai dengan

Mikro pipet Jumlah ekstrak

sesuai dengan

Mikro pipet Cakram uji

berisi etanol Ekstrak daun sirih hijau dengan berbagai konsentrasi

Biakan Bakteri Staphylococcus Aureus

(25)

12 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental membandingkan metode uji

antibakteri disc diffusion dan metode uji antibakteri sumuran dalam melihat efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai bulan Agustus 2013 di

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Proses determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Cibinong, sedangkan proses ekstraksi daun sirih hijau (Piper betle L.) dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

(

BALITRO) Bogor.

3.3 Bahan yang Diuji

Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) yang telah dideterminasi oleh LIPI Bogor dan diekstraksi oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

(

BALITRO) Bogor.

3.4 Sampel Bakteri

Bakteri Staphylococcus aureus diisolasi pada media Mueller-Hinton Agar (MHA), dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

3.5 Identifikasi Variabel 3.5.1 Variabel Bebas

Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%.

3.5.2 Variabel Terikat

1. Staphylococcus aures di media Mueller-Hinton Agar 2. Metode difusi disk

3. Metode sumuran

4. Larutan etanol 96% sebagai kontrol negative

(26)

13

13 3.6 Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

 tabung reaksi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

(27)

14 aureus di media Mueller Hinton

Agar

Pembuatan inoculum, 1 ose

S.aureus ke dalam larutan NaCl

Bakteri di usapkan ke media Mueller Hinton Agar dengan

swab kapas steril NaCl dan Staphylococcus aureus divortex agar homogen

Kekeruhan distandarisasi dengan menggunakan larutan

standarisasi konsentrasi 0,5

Pembuatan konsentrasi ekstrak sirih hijau konsentrasi 25%,505,75% dan 100%

Konsentrasi ekstrak diberi larutan etanol 96% kemudian divortex dengan tujuan

agar homogen.

Konsentrasi ekstrak yang telah homogen kemudian dipindahkan ke cawan petri

Rendam blank disc ke dalam konsentrasi ekstrak homogen Mueller Hinton Agar yang telah ditanami Staphylococcus aureus

Inkubasi selama 24 jam

Hitung diameter zona terang di sekeliling disc dan tentukan

potensi antibakteri

Dibuat lubang di Mueller Hinton Agar

Di setiap lubang diisi dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau, kontrol positif

(28)

15

3.8 Cara Kerja Penelitian 23 3.8.1 Tahap Persiapan

3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat dan bahan (hanya aquades) yang akan digunakan disterilisasi di

dalam autoclave selama 15 menit pada suhu sebesar 121°C dengan mengatur tekanan sebesar 1,5 atm setelah sebelumnya dicuci bersih,

dikeringkan dan dibungkus dengan kertas.Sterilisasi untuk alat Laminar air

flow dengan cara menyalakan sinar UV selama 15 menit kemudian

semprotkan dengan alkohol lalu keringkan dengan tissue.

3.8.1.2 Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau

Daun sirih hijau diperoleh dari tanaman milik warga di daerah Ciputat yang

homogen sebanyak 1000 gram. Kemudian dilakukan determinasi di

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong yang bertujuan untuk

memastikan kebenaran dari tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman

sirih hijau dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri morfologi yang ada

pada tanaman sirih terhadap kepustakaan dan dibuktikan di bidang Botani

Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.

3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi.

 Sebanyak 1000 gram daun sirih hijau dicuci bersih terlebih dahulu  dikeringkan, diremas dan dihaluskan sampai menjadi serbuk.

 Serbuk lalu direndam dalam etanol 96% selama 3x24 jam, melalui

penyaringan filtrat sirih hijau ini didapatkan.

 Kemudian semua filtrat digabung, dan diuapkan atau dipekatkan

dengan rotary evaporator pada suhu 40-50°C hingga diperoleh

ekstrak kental sebanyak 116,3 gram.

3.8.1.4. Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi

Variable yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 4 variabel, kontrol

negative berupa etanol, variasi konsentrasi ekstrak sirih hijau 25%, 50%,

(29)

16

cakram amoksilin yang merupakan antibiotic spectrum luas sehingga tepat

untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun negatif.

3.8.1.5. Kultur Bakteri

Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak dan

meremajakan bakteri, dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni

bakteri Staphylococcus aureus ke dalam Mueller-Hinton Agar, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam di dalam inkubator.

3.8.2. Tahap Pengujian

3.8.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri dengan Difusi Disk

 Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri

Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan NaCl.

 dihomogenkan menggunakan vortex dan kekeruhannya

distandarisasi dengan konsentrasi 0.5 Mc Farland sehingga jumlah

bakteri memenuhi standarisasi untuk uji kepekaan yaitu: 105–108/ml.

 Kemudian larutan bakteri yang telah distandarisasi tadi, dioleskan

pada media pertumbuhan Mueller-Hinton Agar.

 Cakram uji kosong yang telah direndam selama 15 menit di dalam

masing-masing stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau tadi

diletakkan di atas permukaan agar secara higienis di dalam laminar air flow.

 Lalu media yang telah kita buat tadi, diinkubasi ke dalam inkubator

dengan suhu 37°C selama 24 jam, keesokan harinya diukur diameter

zona terang (clear zone) yang terbentuk dengan menggunakan penggaris.

3.8.2.2 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri dengan Sumuran

 Bakteri yang diencerkan dengan mencampur 1 ose suspensi bakteri

Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan NaCl dan telah di standarisasi sesuai konsentrasi 0,5 Mc

Farland

(30)

17  Buat lubang di media MHA yang telah diinokulasikan bakteri menggunakan tabung yang diameter nya disesuaikan seperti cakram

disk

 Kemudian masukan stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau

menggunakan mikropipet ke dalam setiap lubang di media MHA  Diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam  Amati dan ukur diameter zona terang (clear zone) yang terbentuk di

sekitar lubang dengan menggunakan penggaris.

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian efek ekstrak daun sirih pada Staphylococcus aureus dianalisis menggunakan dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk melihat apakah ada perbedaan

efektifitas yang bermakna dari masing-masing cakram uji yang mengandung kontrol negatif,

berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dan kontrol positif dalam menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus. Data pada penelitian ini berupa variable numerik lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan sehingga menggunakan uji One Way ANOVA jika distribusi normal. Jika distribusi data tidak normal maka menggunakan uji nonparametrik yakni Uji

(31)

18 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dengan metode difusi disk

Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus untuk konsentrasi 25% memiliki nilai mean sebesar 15.000 dengan standar deviasi sebesar 0.000,

konsentrasi 50% memiliki nilai mean sebesar 17.6667 dengan standar deviasi sebesar 0.57735,

konsentrasi 75% memiliki nilai mean sebesar 19.6667 dengan standar deviasi sebesar 0.57735

dan konsentrasi 100% memiliki nilai mean sebesar 21.3333 dengan standar deviasi sebesar

1.15470.

Gbr 4.1 Hasil efek ekstrak sirih hijau dengan difusi disk

4.2 Hasil dengan metode sumuran

(32)

19

sebesar 1.15470, konsentrasi 50% memiliki nilai mean sebesar 26.6667 dengan standar

deviasi sebesar 0.57735, konsentrasi 75% memiliki nilai mean sebesar 28.3333 dengan standar

deviasi sebesar 2.30940 dan konsentrasi 100% memiliki nilai mean sebesar 31.0000 dengan

standar deviasi sebesar 2.64575.

Besaran konsentrasi 100% memiliki nilai rata-rata paling tinggi dibandingkan ketiga

konsentrasi lainnya, sedangkan nilai rata-rata terendah adalah pada besaran konsentrasi 25%.

Nilai rata-rata dari ke empat konsentrasi tersebut cukup bervariatif. Untuk membuktikan bahwa

pada keempat konsentrasi tersebut memiliki perbedaan rata-rata antara satu dengan yang lainnya,

maka dilakukan pengujian hipotesis yaitu dengan menggunakan One Way ANOVA.

Berdasarkan hasil diatas dapat dilakukan Uji T, kemudian didapatkan bahwa nilai

signifikansi dari uji T adalah sebesar 0.000 yang bernilai kurang dari 0.05, sehingga keputusan

adalah tolak H0. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan aktifitas bakteri yang signifikan

antara metode difusi dan sumuran. Hasil di atas menunjukan bahwa rata-rata aktifitas bakteri

dengan metode difusi lebih rendah dibandingkan dengan metode sumuran, yaitu untuk metode

difusi sebesar 18.4167 sedangkan untuk metode sumuran sebesar 27.8333. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode sumuran lebih baik dibandingkan dengan

(33)

20

Gbr 4.2 Hasil efek ekstrak sirih hijau dengan sumuran

Diagram 4.1 rata-rata diameter zona hambat 0

5 10 15 20 25 30 35

25% 50% 75% 100% amoksisilin

difusi disk 15 17,6 19,6 21,3 33,3

sumuran 25,3 26,6 28,3 31 34

Column1

Di

ame

ter

zo

na

ha

mba

t (m

m)

Rata-rata diameter zona hambat

(34)

21

4.3 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini, ada beberapa perbedaan antara metode

difusi disk dan metode sumuran. Dalam penyiapan alat dan bahan,Pengerjaan, dan Hasil yang

diperoleh, untuk alat pada metode sumuran lebih sulit diperoleh dibandingkan dengan metode

disk yang hanya menggunakan cakram. Karena pada metode sumuran tidak menggunakan

cakram melainkan pada metode sumuran, harus menggunakan suatu alat khusus untuk melubangi

media agar nya. Alat untuk membuat lubang pada media agar ini bisa menggunakan tabung

durham yang ukuran diameter nya sama dengan diameter cakram disk tapi pada kenyataan nya

diameter dari tabung Durham banyak yang tidak sesuai dengan cakram disk,jadi untuk mengatasi

hal tersebut saya berinisiatif mencari tabung yang diameter nya sama dengan diameter cakram

disk. Akhirnya saya menemukan tabung yang diameter nya sama,yaitu menggunakan tabung

bekas minyak wangi. Setelah itu saya cocokan diameter cakram disk dan tabung tersebut dan

hasil nya sama,jadi tabung tersebut dapat saya gunakan dalam melakukan penelitian ini.

Pada pengerjaan yang saya lakukan untuk membandingkan metode disk dan sumuran

saya perlakukan sama,tapi yang membedakan nya adalah kalau sumuran pada media agar MHA

di buat lubang seperti sumur sedangkan pada disk tidak dibuat lubang. Pada hasil pengamatan di

dapatkan berupa diameter zona hambat, dengan metode sumuran diameter zona hambat lebih

besar daripada metode difusi disk. Hal ini terjadi karena banyak faktor dan teori, pada metode

sumuran ekstrak langsung di masukan ke setiap lubang maka efek untuk menghambat bakteri

menjadi lebih kuat. Sedangkan pada metode difusi disk, cakram disk harus direndam di dalam

cawan petri yang berisi ekstrak daun sirih dan pelarut etanol,lalu cakram diletakan di atas agar

(35)

22

Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Seila (2012)

yang menyatakan ekstrak daun sirih hijau dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. Hal ini terjadi karena pada ekstrak daun sirih hijau mempunyai komponen minyak atsiri sebagai antibakteri. Di dalam minyak atsiri terdapat senyawa fenol dan

turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri Kavikol adalah salah satu turunan dari

senyawa fenol dan memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dari fenol. Fenol berfungsi

untuk mengganggu struktur tiga dimensi protein dan kemudian menjadi struktur acak tanpa

kerusakan pada struktur keranka kovalen.13 Perbedaan dinding pada bakteri gram positif dan

negatif menyebabkan bakteri gram positif lebih mudah dirusak karena dinding pada bakteri gram

positif lebih tipis, sehingga hasil diameter zona hambat yang dihasilkan lebih besar.9

Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Wahyu

Susilowati (1997) menyatakan bahwa dengan menggunakan metode sumuran dapat

menghasilkan diameter zona hambat yang besar. Dan di perkuat dalam penelitian dari novel

kojong dkk. Hal ini terjadi karena pada metode sumuran terjadi proses osmolaritas dari

konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi dari metode difusi disk. Pada metode sumuran, setiap

lubang diisi dengan konsentrasi ekstrak maka osmolaritas terjadi lebih menyeluruh dan lebih

homogen serta konsentrasi ekstrak yang dihasilkan lebih tinggi dan lebih kuat untuk

(36)

23 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis stastik dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok

konsentrasi, yaitu pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) 25%, 50%, 75%, 100% serta kontrol positif amoksilin.

2. Metode sumuran menghasilkan diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus lebih besar daripada metode disk diffusion, konsentrasi 25% dengan rata-rata diameter 25,3 cm ; konsentrasi 50% dengan rata-rata diameter 26,6

cm; konsentrasi 75% dengan rata-rata diameter 28,3 cm; konsentrasi 100% dengan

rata-rata diameter 31 cm.

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian tentang Perbandingan efek ekstrak daun sirih hijau

(Piper betle L.) dengan metode difusi disk dan sumuran terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus, maka disarankan bila akan dilakukan penelitian selanjutnya:

1. Untuk melakukan uji perbandingan pada metode yang lain, selain metode difusi disk

dan sumuran

2. Untuk melakukan uji perbandingan metode sumuran dan difusi disk dengan

(37)

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Kayser. Color atlas of medical microbiology. Thieme. 2005

2.Arthur. LB. Procedur for testing in agar media Dalam: Antibiotic in Laboratory Medicine.

Williams and Wilkins, Baltimore. 1980. hal. 1-22

3. Greenwood. Antibiotic susceptibility (sensitivity) test, antimicrobial and chemotherapy. USA: Mc Graw Hill Company. 1995

4. Arthur. LB. Procedur for testing in agar media Dalam: Antibiotic in Laboratory Medicine.

Williams and Wilkins, Baltimore. 1980. hal. 1-22

5. Brunton, L. Laurance. Lazo, John S. Parker, Keith L. Goodman & Gilman’s The

Pharmacological Basis of Therapeutic 11th edition. USA : Mc Graw –Hill. 2005.

6. Kusmayati dan Agustini, N. W. R. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Mikroalga (Porphyridium cruentum). Biodiversitas. 2007. 8(1) : 48-53.

7. Gan Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta : Departemen farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran universitas Indonesia. 2007.

8. Warsa, V.C. Kokus Positif Gram. Dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI. Jakarta : Binarupa Aksara.1994.

9. Syamsu Hidayat, S. S. dan Hutapea, J. R. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jakarta :Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Jakarta. 1997

10. Hariana, Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta : Penebar Swadaya. 2007. Hal 86-87

11. Damayanti R, Mulyono. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih : Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta : Agro Media Pustaka. 2005.

12. Kumar, Nikhil. Misra, Pragya. Dube, Anuradha. Piper betle Linn. a maligned Pan-Asiatic plant with an array of pharmacological activities and prospects for drug discovery. Current Science. Vol. 99, No. 7. 2010. hal. 922-932

(38)

25

14. Suliantari. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Bakteri Patogen Pangan. Tesis : Institut Pertanian Bogor. 2008

15. Hoque, Mahfuzul. Ratilla, Shemona. et al. Antibacterial Activity of Ethanol Extract of Betel Leaf (Piper betle L.) Against Some Food Borne Pathogens. Bangladesh J Microbiol. Volume 28, Number 2 : 2011. hal. 58-63.

16. Dalimarth, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indoneia, jilid 4. Jakarta : puspa swara. 2006. 17. Sastroamidjojo, S. A. Obat Asli Indonesia. Jakarta : PT. Dian Rakyat. 2001. Hal : 102. 18. Darwis S. N. Potensi Sirih (Piper betle L.) Sebagai Tanaman Obat. Bogor: Warta

Tumbuhan Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah. Vol. 1 No. 1.

Halaman 9-11.2005.

19. Heyne K. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi 2. Jakarta: Departemen Kehutanan, 2006 : 950

20. A. Duke, James. Handbook of medicinal herbs, second edition. London : CRC press. 2002. hal. 73

21. Burt, sara. Essential oils: their antibacterial properties and potential applications in foods—a

review. Elsevier : International Journal of Food Microbiology 94. 2004. hal. 223-253.

22. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara. 1994.

23. Brooks GF, Butel JS, Carroll KC, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology. 24th Ed. USA : Mc Graw Hill. 2007 ; 224 – 7

24. Pelczar, M.J., E.S.Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. 1988.

25. Bonang G. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 1992.

(39)
(40)
(41)

28

Sumuran

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

konsentrasi 25% 3 24.00 26.00 25.3333 1.15470 1.333

konsentrasi 50% 3 26.00 27.00 26.6667 .57735 .333

konsentrasi 75% 3 27.00 31.00 28.3333 2.30940 5.333

konsentrasi 100% 3 29.00 34.00 31.0000 2.64575 7.000

Valid N (listwise) 3

Uji Anova

a) Difusi

Test of Homogeneity of Variances

Konsentrasi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

7.111 3 8 .012

ANOVA

Konsentrasi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 66.917 3 22.306 44.611 .000

Within Groups 4.000 8 .500

(42)

29

Multiple Comparisons

Konsentrasi

Tamhane

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Konsentrasi 25% Konsentrasi 50% -2.66667 .33333 .088 -6.2564 .9231

Konsentrasi 75% -4.66667* .33333 .030 -8.2564 -1.0769

Konsentrasi 100% -6.33333 .66667 .064 -13.5128 .8462

Konsentrasi 50% Konsentrasi 25% 2.66667 .33333 .088 -.9231 6.2564

Konsentrasi 75% -2.00000 .47140 .077 -4.2730 .2730

Konsentrasi 100% -3.66667 .74536 .097 -8.3735 1.0402

Konsentrasi 75% Konsentrasi 25% 4.66667* .33333 .030 1.0769 8.2564

Konsentrasi 50% 2.00000 .47140 .077 -.2730 4.2730

Konsentrasi 100% -1.66667 .74536 .513 -6.3735 3.0402

Konsentrasi 100% Konsentrasi 25% 6.33333 .66667 .064 -.8462 13.5128

Konsentrasi 50% 3.66667 .74536 .097 -1.0402 8.3735

Konsentrasi 75% 1.66667 .74536 .513 -3.0402 6.3735

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

a) Sumuran

Test of Homogeneity of Variances

Konsentrasi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(43)

30

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Konsentrasi 25% Konsentrasi 50% -1.33333 1.52753 .819 -6.2250 3.5583

Konsentrasi 75% -3.00000 1.52753 .277 -7.8917 1.8917

Konsentrasi 100% -5.66667* 1.52753 .025 -10.5583 -.7750

Konsentrasi 50% Konsentrasi 25% 1.33333 1.52753 .819 -3.5583 6.2250

Konsentrasi 75% -1.66667 1.52753 .704 -6.5583 3.2250

Konsentrasi 100% -4.33333 1.52753 .084 -9.2250 .5583

Konsentrasi 75% Konsentrasi 25% 3.00000 1.52753 .277 -1.8917 7.8917

Konsentrasi 50% 1.66667 1.52753 .704 -3.2250 6.5583

Konsentrasi 100% -2.66667 1.52753 .363 -7.5583 2.2250

Konsentrasi 100% Konsentrasi 25% 5.66667* 1.52753 .025 .7750 10.5583

Konsentrasi 50% 4.33333 1.52753 .084 -.5583 9.2250

Konsentrasi 75% 2.66667 1.52753 .363 -2.2250 7.5583

(44)

31

Uji Independent T-test

Group Statistics

Jenis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Metode Difusi 12 18.4167 2.53909 .73297

Sumuran 12 27.8333 2.72475 .78657

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval

of the Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Metod

e

Equal variances

assumed

.002 .963 -8.759 22 .000 -9.41667 1.07514 -11.64638 -7.18695

Equal variances not

assumed

(45)

32

Lampiran (Alat dan Bahan)

Inkubator Laminar AirFlow

(46)

33

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eko prayoga

Tempat, Tanggal Lahir : Sekayu, 16 Januari1990

Alamat : Jl. Merdeka 3 No. 410 sekayu,palembang

Email : ekoprayoga16011990@gmail.com

No.Telpon : 085692955642

Riwayat Pendidikan

 1996 – 2002 : SDN 11 Pagi Jakarta Barat  2002 – 2005 : SMPN 69 Jakarta Barat  2005 – 2008 : MAN Model Sekayu

 2010 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitas Islam Negeri

Gambar

Tabel 4.1.
Gambar 2.1. Daun Sirih Hijau  ..........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antimikroba ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) terhadap mikroorganisme lain dalam rongga mulut seperti

Skripsi yang berjudul “ Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol dan Rebusan Daun Sirih Hijau ( Piper betle ) Segar Terhadap Pertumbuhan Candida albicans ”, telah diuji

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle Linn) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus viridans DENGAN METODE DISC DIFFUSION.. Laporan penelitian diajukan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus.. SECARA

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: “Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol dan Rebusan Daun Sirih Hijau (Piper betle) Segar Terhadap

kombinasi ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L) dengan amoksisilin terhadap. pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus

Formula sediaan spray hand sanitizer dengan perbandingan perbandingan 2:2 pada kombinasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dan daun serai (Cymbopogon citratus)

Hasil penelitian menunjukkan dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau ( Piper betle L .) 10 % dapat menghambat bakteri Pseudomonas aeruginosa yang