• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA TERHADAP STRESS KERJA PADA KARYAWAN WANITA DI DINAS PERTANIAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh:

DITA FITRISIA SARI 100502216

PROGRAM STUDI S-1 DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA TERHADAP STRES KERJA PADA KARYAWAN WANITA DI DINAS PERTANIAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konflik peran ganda (Work Family Conflict dan Family Work Conflict) terhadap stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif. Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti menggunakan

metode kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan (1) secara parsial variabel

work family conflict berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja. (2) secara parsial family work conflict berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja. (3) secara bersama-sama variabel konflik peran ganda (work family conflict dan family work conflict) berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja.

(3)

ABSTRACT

THE CONFLICT INFLUENCE OF DUAL ROLE TO STRESS OF WORK FOR FEMALE IN THE DEPARTMENT OF AGRICULTURE

NORTH SUMATRA

The research purpose in to analyze the conflict influence dual role (work family

conflict and family work conflict) to stress of work for female in the departement of

agriculture nort sumatera. This research used the quantitative method. To obtain the

accurate data, the researcher uses the qestioner method. The result of this research

shows (1) partially the variable work family conflict influence positively and

significantly to stess of work. (2) partially family work conflict influences positively

and sinificantly to strees of work. (3) the dual role conflict variable (work family

conflict and family work conflict) influences positively and significantly to strees.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahan berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Skipsi yang berjudul

“Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita

Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara”.

Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya, ayah saya Drs.

Syamsul Bahri Harahap dan ibu saya Hj. Dra. Ristiawati,SS dan juga ayah angkat

saya H. Karyono,S.P dan ibu angkat saya Hj. Ir. Lusiantini yang telah mendukung

baik materil maupun non materil selama ini. Penulis juga telah banyak menerima

nasehat, bimbingan, kritik, saran dan doa selama penulisan ini dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum.SE selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. 2. Ibu DR. Isfenti Sadalia,S.E, M.E selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

4. Ibu DR. Endang Sulitya Rini,S.E, M.Si selaku ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Yeni Absah,S.E, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

(5)

6. Ibu Dra. Yulinda,M.Si selaku dosen pembaca yang bersedia memberikan

masukannya dan bimbingan dalam penulisan skripsi saya.

7. Seluruh Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada saya selama masa

perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu saya dalam

kepentingan administrasi.

8. Terima kasih kepada kakak dan adik-adik saya Amelia Sari, Anggi Wulan

Sari, Indah Novita Sari, Doni Aji Pambudi, Mega Oktavia Sari, dan Ayu

Mayang Sari dan untuk yang tersayang M. Nur Iqbal.

9. Terima kasih kepada Astri Nadira,S.E, Elisa Sabrina,S.E, Lis Sundari, dan

teman-teman seperjuangan manajemen angkatan 2010.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penulisan skripsi ini.

semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan orang-orang yang berkepentingan

terhadap skripsi ini.

Medan, Maret 2015

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Konflik Peran Ganda ... 10

2.2.1 Pengertian Konflik Peran Ganda ... 10

2.2.2 Strategi Penyelesaian Konflik Peran Ganda ... 15

2.3 Stress Kerja ... 17

2.3.1 Pengertian Stress Kerja... 17

2.3.2 Gejala Stress Kerja ... 23

2.3.3 Sumber-Sumber Stress Kerja ... 24

2.3.4 Mengelola Stress Kerja... 27

2.4 Kerangka Konsep ... 28

2.5 Hipotesa Penelitian ... 29

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Penyajian Data ... 31

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4 Lokasi dan Waktu ... 32

3.5 Defenisi Operasional ... 32

3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 36

3.7 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 36

3.8 Uji Validitas ... 38

3.9 Uji Realibilitas ... 38

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Validitas dan Realibilitas ... 44

4.1.1 Uji Validitas... 44

4.1.2 Uji Relibilitas... 46

4.2 Deskripsi Responden ... 47

4.3 Deskripsi Jawaban ... 50

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 54

4.4.1 Uji Normalitas ... 54

4.4.2 Uji Heterokedastisitas ... 55

4.4.3 Uji Multikolonieritas ... 56

4.5 Analisis Regresi Berganda ... 57

4.5.1 Uji Serempak (Uji F) ... 57

4.5.2 Uji Parsial (Uji t) ... 58

4.5.3 Uji Koefisien Determinasi ... 60

4.6 Pembahasan ... 61

4.6.1 Work Family Conflict terhadap Stres Kerja ... 61

4.6.2 Family Work Conflict terhadap Stres Kerja ... 62

4.6.3 Konflik Peran Ganda terhadap Stres Kerja ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN I ... 67

LAMPIRAN II ... 70

(8)

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Operational Variabel ... 34

3.2 Instrumen Skala Likert ... 36

4.1 Validitas ... 45

4.2 Realibility ... 47

4.3 Jabatan ... 47

4.4 Pendidikan ... 48

4.5 Jumlah Anak ... 48

4.6 Umur Anak Terakhir ... 49

4.7 Deskripsi Jawaban Work Family Conflict ... 50

4.8 Deskripsi Jawaban Family Work Conflict ... 51

4.9 Deskripsi Jawaban Stres kerja ... 52

4.10 Coefficient ... 57

4.11 Annova ... 58

4.12 Coeffisients ... 59

(9)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Konseptual ... 29

4.1 Uji Normalitas ... 54

4.2 Uji Linearitas ... 55

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap makhluk di muka bumi diciptakan berpasang-pasangan. Ketika seorang

laki-laki dan perempuan memutuskan untuk menikah, artinya mereka siap

membangun sebuah keluarga kecil untuk melanjutkan keturunan. Keluarga

merupakan ruang lingkup terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan

anak. Setiap anggota keluarga memiliki fungsinya masing-masing. Seorang ayah

yang lelah bekerja demi mencari nafkah untuk kelangsungan hidup istri dan anaknya,

harus memiliki istri yang setia menghibur dan selalu memberikan motivasi dan kasih

sayang pada suaminya dan anak-anaknya. Sedangkan anak harus menempuh

pendidikan demi masa depan yang baik. Agar menjadi keluarga sakinah, mawadah,

dan warahmah, setiap anggota keluarga haruslah menjalankan perannya

masing-masing dengan baik.

Keluarga merupakan dasar dari terbentuknya tingkah laku seseorang di dalam

masyarakat. Cara keluarga dalam mendidik seorang anak akan menentukan

bagaimana anak melakukan sosialisasi dengan masyarakat. Jika didalam keluarga

anak dibentuk dengan pola ajar yang tidak baik, maka yang terjadi adalah hal yang

juga tidak baik di dalam masyarakat. Tetapi sebaliknya, jika anak dibentuk dengan

pola ajar yang baik, maka anak tersebut akan bisa menyesuaikan diri dengan baik

(11)

Didalam keluarga, suami dan istri memiliki peran yang berbeda. Sering

konflik keluarga terjadi dikarenakan tidak adanya pola komunikasi yang baik didalam

keluarga sehingga antara suami dan istri sering mempertahankan egoisnya

masing-masing dikarenakan perebutan peran yang lebih dominan dalam keluarga sehingga

konflik ini juga akan berpengaruh kepada psikologis masing-masing anggota

keluarga, tak terkecuali anak. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga tidak dapat

mendominasi tugas dan fungsinya dalam rumah tangga, bahkan sebaliknya seorang

istri sebagai pendamping tidak dapat memaksakan kehendak sebagai seseorang yang

paling berperan dalam rumah tangga karena kehidupan rumah tangga membutuhkan

partisipasi keduanya sehingga rumah tangga menjadi harmonis.

Zaman yang semakin berkembang menciptakan masalah yang sangat

kompleks untuk dihadapi sehingga merubah pola pikir masyarakat. Perubahan pola

pikir ini sangat dirasakan dalam berbagai aspek, salah satunya berkaitan dengan

gender dimana laki-laki dan perempuan selalu dibandingkan dalam berbagai masalah

seperti halnya perempuan adalah makhluk yang lemah, dan laki-laki adalah makhluk

yang kuat

Dalam hidup, kita tidak akan pernah lepas dari tuntutan ekonomi. Kasih

sayang dalam keluarga tidaklah cukup untuk bertahan hidup, tetapi juga harus diikuti

dengan perekonomian yang baik. Tuntutan hidup semakin tinggi, dan perekonomian

semakin sulit membuat peran ayah sebagai tulang punggung dalam keluarga selalu

(12)

keluarganya. Perekonomian dalam keluarga tidak akan pernah bisa dipandang sebelah

mata karena perekonomian merupakan akar masalah yang sering dapat memicu

pertengkaran dalam keluarga.

Dari alasan perekonomian ini peran ayah dalam keluarga bukan lagi sebagai

pencari nafkah satu-satunya. Tetapi seiring dengan tuntutan hidup yang semakin

tinggi, seorang ibu yang biasanya hanya mendapatkan tugas untuk mengurusi rumah

tangga, sekarang sudah bertambah dengan tugas mencari nafkah untuk kelangsungan

hidup keluarganya. Apalagi dengan kategori pendidikan wanita sekarang yang cukup

tinggi, seorang wanita juga tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi dengan hanya mendapatkan nafkah dari

suami. Wanita saat ini juga menginginkan keterampilan yang mereka punya harus

tersalurkan dengan baik untuk mendapatkan kepuasan kerja.

Tingginya minat kerja wanita saat ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari.

Banyak dari wanita saat ini telah menduduki jabatan penting dalam suatu organisasi.

Ini membuktikan bahwasanya keahliah dari wanita juga bisa disamakan dengan

laki-laki. Bahkan negara Indonesia pernah dipimpin oleh wanita.

Memiliki peran ganda merupakan peran yang sangat berat bagi seorang

wanita zaman sekarang. Keluarga dan pekerjaan merupakan dua hal yang jauh

berbeda. Di satu sisi, seorang wanita harus mempunyai karakter sebagai istri dari

suaminya, dan ibu dari anak-anaknya yang memberikan kehangatan, kasih dan

(13)

mengubah karakternya sebagai seorang pekerja keras dan berani menerima segala

resiko.

Peran ganda yang dimiliki oleh seorang wanita dapat memicu konflik dalam

keluarga sehingga menimbulkan dampak psikologis seperti depresi dan stress dalam

bekerja. Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan kerja yang berasal dari

beban kerja yang berlebihan dan waktu dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Sedangkan tuntutan keluarga dipenuhi dengan tuntutan untuk mengerjakan

tugas-tugas rumah tangga dan menjaga anak ditentukan oleh besarnya keluarga. Jika

tuntutan ini tidak berjalan dengan baik dikarenakan tidak mampu memenuhi peran

sebagai sepasang suami dan istri karena terlalu sibuk dalam bekerja dan

mengakibatkan cepat lelah, sering marah-marah, bahkan tidak memberikan perhatian

kepada anak, maka tidak jarang seorang ayah dan ibu dalam rumah tangga dapat

terkena stress dalam bekerja sehingga dapat memicu pertengkaran dalam keluarga.

Hal ini dapat diartikan seorang wanita yang bekerja selalu mendapatkan pertentangan

yang tajam antara pekerjaan dan kehidupan rumah tangganya. Peran wanita sebagai

pekerja dan ibu rumah tangga merupakan peran yang sama-sama membutuhkan

waktu, tenaga, dan pikiran yang banyak. Sehingga jika salah satu peran saja yang

difokuskan maka, peran lain akan terabaikan.

Perusahaan atau instansi selalu menginginkan karyawannya yang loyal dalam

bekerja sehingga dapat mencapai visi suatu perusahaan/ instansi. Peran ganda dapat

(14)

organisasi, turunnya motivasi, meningkatnya absensi bahkan turnover sehingga

mempengaruhi produktifitas dalam bekerja. Contoh, banyak kaum ibu-ibu yang

terkadang membawa anaknya ketempat kerja dengan alasan tidak ada yang bisa

menjaga anak dirumah, telat masuk kerja dengan alasan mengantarkan anak ke

sekolah, dan lain sebagainya. Hal ini dapat memicu penumpukan pekerjaan sehingga

tak jarang dari kaum ibu-ibu dikejar deadline dalam melakukan pekerjaan bahkan

lembur agar pekerjaannya dapat selesai tepat waktu sehingga waktu yang diberikan

untuk keluargapun semakin habis karena pekerjaan.

Memiliki peran ganda, seorang wanita akan rentan mendapatkan masalah.

Ditempat bekerja wanita akan selalu mendapatklan tekanan-tekanan dalam

menyelesaikan pekerjaan. Sehingga wanita akan mendapatkan masalah dalam kedua

peran yang dijalankannya secara berkepanjangan jika tidak mampu disiplin dalam

membagi waktu, tenaga dan pikiran dengan baik. Masalah yang berkepanjangan

inilah yang akan menimbulkan stress. Sehingga semua yang dilakukanpun akan

menjadi semakin sulit untuk dilakukan. Sementara di setiap organisasi selalu

menginginkan kinerja pegawainya untuk ditingkatkan secara optimal.

Dinas Pertanian Sumatera Utara merupakan salah satu unit organisasi di

Sumatera Utara yang bergerak di bidang pangan dan hortikultura. Visi dari Dinas

Pertanian Sumatera Utara adalah “pertanian yang maju dan berdaya saing dalam

(15)

Dalam mencapai visi tersebut, peran pegawai sebagai aparat negara sangatlah

penting. Keberhasilan dalam menciptakan pertanian yang maju tidak lepas dari peran

serta pegawai dalam bekerja dengan baik. Tetapi kenyataannya, banyak terjadi

masalah dalam bekerja khususnya pada pegawai perempuan, dikarenakan mereka

selalu memikirkan keluarga sehingga menghambat produktifitas pegawai tersebut

atau mereka yang tidak memperhatikan keluarga mereka karena kesibukan dalam

bekerja. Contohnya ketika pegawai perempuan ditugaskan keluar kota dengan

meninggalkan anak-anak yang masih membutuhkan perhatian menjadikan posisi

pegawai perempuan tersebut selalu bekerja dengan konsentrasi yang terpecah belah

yaitu antara bekerja atau menghubungi keluarga yang ditinggalkan. Jika kondisi ini

semakin memburuk maka salah satu bisa menjadi korban dari peran ganda tersebut,

yaitu antara keluarga yang tidak diperhatikan atau pekerjaan yang tidak bisa

dilaksanakan secara optimal.

Masalah lainnya adalah banyak pegawai perempuan yang telat datang pada

jam kantor karena berbagai alasan dalam melaksanakan perannya dalam keluarga.

Bahkan meninggalkan jam kantor disiang hari hanya untuk istirahat dan makan siang

dengan keluarga. Parahnya lagi pegawai tersebut juga mengalami keterlambatan

untuk kembali ke kantor. Melihat dari fenomena yang terjadi, masih banyak pegawai

yang kurang disiplin dalam bekerja terutama bagi pekerja wanita yang memiliki

peran ganda sehingga sering terlihat stress ketika membagi waktu antara pekerjaan

(16)

yang lalai dalam mengerjakan tugas-tugasnya sebagai aparatur negara. Hal tersebut

tentu akan mempengaruhi kinerja organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Pengaruh Peran Ganda terhadap Stress

Kerja pada Karyawan Wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah, “apakah

peran ganda dapat berpengaruh terhadap tingkat stress pada pegawai wanita di Dinas

Pertanian Provinsi Sumatera Utara?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh peran ganda terhadap tingkat stress dalam bekerja pada pegawai wanita

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

terkait maupun yang membacanya sehingga dapat dijadikan referensi untuk

(17)

a. Bagi Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran, informasi

dan pengetahuan untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam mencapai

tujuan organisasi tanpa mengesampingkan peran wanita sebagai ibu dan istri dari

anggota keluarganya.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi penulis untuk

menerapkan teori-teori dan literartur yang di pelajari dibangku kuliah dalam

bidang sumber daya manusi serta memperluas wawasan penulis.

c. Bagi Pihak Lainnya

Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai referensi atau bahan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

a. Nur Ainil Putri

Penelitian dalam bentuk skripsi ini berjudul “Pengaruh Peran Ganda

Terhadap Kinerja Wanita Karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Makasar”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran ganda

terhadap kinerja wanita karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Makassar.

Data penelitian ini diperoleh dari kuesioner (primer) dan beberapa observasi serta

wawancara langsung dengan wanita karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Makassar. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kinerja dapat dipengaruhi oleh

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pegawai sebesar 23.6%,

sedangkan sisanya 76.4% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.

b. Richardus Chandra Wirakristama

Penilitian dalam bentuk Skripsi ini berjudul ‘Analisis Pengaruh Konflik Peran

Ganda (Work Family Conflict) terhadap Kinerja Karyawan Wanita di PT. Nyonya

Meneer di Semarang dengan Stress Kerja sebagai Variabel Intervening’. Penelitian

ini bertujuan untuk melihat pengaruh konflik peran ganda terhadap kinerja dengan

(19)

data menggunakan kuesioner dengan 57 orang responden. Temuan dari penelitian ini

adalah dengan menggunakan regresi linear berganda konflik peran ganda

berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja. Sedangkan dengan

menggunakan regresi berganda variable peran ganda berpengaruh positif dan

signifikan terhadap stress kerja, dan variable stress kerja berpengaruh negative dan

signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Nyonya Meneer. Dan hasil analisis path

variable peran ganda berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan stress

kerja sebagai variable interveningnya.

2.2 Konflik Peran Ganda

2.2.1 Pengertian Konflik Peran Ganda

Dalam kehidupan manusia memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya

konflik. Karena dari tanpa adanya suatu konflik yang terjadi, manusia tidak akan

pernah mengenal dirinya apakah dia benar atau salah dalam melakukan suatu

tindakan. Konflik biasanya muncul ketika ada suatu kepentingan yang muncul secara

bersamaan dengan menimbulkan efek negative yang memaksa seseorang harus bisa

memilih salah satu dari kepentingan tersebut.

Konflik peran ganda merupakan salah satu konflik yang paling banyak terjadi

saat ini pada wanita yang telah berkeluarga. Tuntutan ekonomi menjadikan alasan

utama seorang wanita harus memiliki dua peran untuk membantu perekomian

(20)

untuk keluarganya. Saparinah (2010) mengatakan ada nilai-nilai yang berubah tanpa

direncanakan secara khusus yaitu perkembangan perilaku perempuan yang sebagai

pribadi, istri dan ibu, saat ini telah memiliki perilaku baru yaitu bekerja diluar rumah.

Apalagi dengan tingginya taraf pendidikan yang didapat oleh seorang wanita,

menjadikan wanita tersebut tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan yang sudah dia

berikan untuk mendapatkan gelar pendidikan yang tinggi tanpa disalurkan pada dunia

luar.

Perempuan masa kini sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, telah mengisi

peran dari menjadi karyawati dengan kedudukan rendah yang merupakan mayoritas

sampai dengan mereka yang mengisi peran sebagai manajer yang masih minoritas.

Hal ini dapat menyebabkan perhatian terhadap keluarga yang harusnya diberikan

penuh oleh seorang wanita menjadi berkurang bahkan terancam tidak ada sama

sekali. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak akan bisa dihindari. Saparinah (2010)

mengatakan konflik mudah terjadi karena perubahan peran dari salah satu anggota

keluarga akan menuntut penyesuaian diri dari sesame anggota keluarga lainnya.

Dalam proses penyesuaian inilah keluarga rantan terhadap konflik baik skala kecil

maupun besar.

Menurut Kahn (dalam Cooper and Dawe, 2010) konflik peran adalah adanya

ketidakcocokan antara harapan-harapan yang berkaitan dengan suatu peran dimana

dalam kondisi yang cukup ekstrem kehadiran atau lebih harapan peran. Menurut

(21)

yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan yang mengganggu kehidupan

rumah tangga. Menurut Gibson dkk (dalam Ricardus, 2011) konflik peran terbagi

dalam tiga bentuk:

a. Konflik peran itu sendiri (person role conflict)

Konflik ini sering terjadi apabila persyaratan peran melanggar nilai dasar,

sikap dan kebutuhan individu tersebut.

b. Konflik intra peran (intra role conflict)

Konflik ini sering terjadi karena beberapa orang berbeda-beda menentuka

sebuah peran menurut rangkaian harapan yang berbeda-beda sehingga tidak

mungkin bagi seseorang untuk memenuhi peran tersebut. Hal ini terjadi

apabila peran tersebut rumit.

c. Konflik antar peran (inter role conflict)

Konflik ini muncul karena orang memiliki peran ganda, hal ini terjadi jika

seseorang memainkan banyak peran sekaligus dan beberapa peran tersebut

bertentangan dengan tanggung jawab yang berbeda-beda.

Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di

antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan

bahwa perempuan ideal adalah superwoman yang mampu bekerja dengan agresif,

kompetitif dan dapat menjalankan komitmen atau supermom yang mampu

(22)

Ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu :

a. Sebagai istri, supaya dapat mendampingi suami sebagai kekasih dan

sahabat untuk bersama membimbing keluarga yang bahagia.

b. Sebagai pendidik, untuk membina generasi muda supaya anak-anak dibekali

kekuatan rohani maupun jasmani yang berguna bagi nusa dan bangsa.

c. Sebagai ibu rumah tangga, supaya mempunyai tempat aman dan teratur

bagi seluruh anggota keluarga.

Greenhaus dan Beutell (dalam nur, 2012) Faktor-faktor penyebab peran

ganda, di antaranya :

a. Permintaan waktu akan satu peran yang tercampur dengan pengambilan

bagian dalam peran yang lain.

b. Stress yang dimulai dalam satu peran yang terjatuh ke dalam peran lain

dikurangi dari kualitas hidup dalam peran itu.

c. Kecemasan dan kelelahan yang disebabkan ketegangan dari satu peran dapat

mempersulit untuk peran yang lainnya.

d. Perilaku yang efektif dan tepat dalam suatu peran tetapi tidak efektif dan tidak

tepat saat dipindahkan ke peran yang lainnya.

Terjadinya perubahan demografi pada saat ini seperti peningkatan angkatan

kerja wanita yang bekerja serta meningkatnya sepasang suami istri yang bekerja telah

meningkatkan resiko terjadinya konflik akibat tidak bisanya mengatur waktu dengan

(23)

ganda bersifat bidirectional dan multidimensi, sehingga peran satu akan berpengaruh

terhadap peran yang lainnya. Meskipun antara pria dan wanita berpotensi

mendapatkan konflik antara pekerjaan dan keluarga, tetapi wanita lebih banyak

melaporkan adanya konflik dari peran ganda yang dilakukan.

Menurut Greenhous dan Beutell (dalam wulan, 2012) Peran ganda

bidirectional terdiri dari 2 aspek yang saling terkait yaitu :

a. Work family conflict

Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang

mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga.

b. Family work conflict

Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga

mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan.

Konflik peran ganda biasanya terjadi jika seseorang berusaha memenuhi

tuntutan dalam pekerjaan tetapi dipengaruh oleh tuntutan dalam memenuhi kebutuhan

keluarga atau sebaliknya. Konflik pekerjaan-keluarga terjadi ketika kehidupan rumah

tangga seseorang berbenturan dalam memenuhi tanggung jawab terhadap pekerjaan

seperti datang tepat waktu, memenuhi deadline, dan lain sebagainya. Sedangkan

kehidupan pekerjaan seseorang selalu menghalangi untuk meluangkan waktu bersama

keluarga.

(24)

a. Time based conflict

Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalani salah satu tuntutan baik itu

pekerjaan atau keluarga dapat mengurangi tuntutan lainnya ( pekerjaan atau

keluarga).

b. Strain based conflict

Terjadi jika salah satu peran memberikan tekanan sehingga mempengaruhi

peran lainnya.

c. Behavior based conflict

Berhubungan dengan ketidak sesuaiannya antara pola perilaku yang

diinginkan oleh masing-masing peran (keluarga atau pekerjaan).

Konflik peran ganda sering kali berdampak pada psikologis seseorang,

terutama pada kaum wanita. Konflik peran ganda dapat menimbulkan stress, depresi,

rasa malu, rasa bersalah dan lainnya. Akibatnya banyak hal lain yang terjadi

dikarenakan stress yang dialami. Bisa saja berdampak kepada perceraian antara suami

dan istri yang tentunya juga bisa berdampak pada perkembangan psikologis

anak-anak mereka.

2.2.2 Strategi Penyelesaian Konflik Peran Ganda

Setiap permasalahan tentunya mempunyai jalan keluar yang baik. Penanganan

yang baik terhadap suatu masalah tentunya tidak akan memberikan dampak negative

(25)

solusi baik oleh individu maupun perusahaan, agar keharmonisan rumah tangga dapat

tercapai dan tujuan dari perusahaan juga dapat tercapai. Terdapat dua strategi dalam

mengatasi konflik peran ganda yaitu:

a. Strategi individu

Strategi yang harus dilakukan oleh seorang indiviu adalah manajemen waktu yang

baik, sehingga akan tercipatanya keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan

sehingga dapat memberikan peran yang maksimal untuk masing-masing peran

yang dilakukan

b. Strategi perusahaan

Menurut Nelson dan Quick (2010) ada beberapa strategi perusahaan yang harus

dilakukan agar konflik peran ganda dapat diminimalisir dan tidak menganggu

pekerjaan yaitu

1. Waktu kerja yang fleksibel

2. Adanya jadwal kerja yang alternative

3. Adanya fasilitas penitipan anak

4. Kebijakan izin keluarga

5. Job sharing

Antara inividu dan perusahaan haruslah bersama-sama menentukan kebijakan

apa yang diambil sehingga tidak merugikan masing-masing pihak. Dan yang

(26)

perusahaan maupun mutu dari kehidupan berkeluarga wanita tersebut sehingga tidak

mengurangi keharmonisan dalam berkeluarga.

2.3 Stres Kerja

2.3.1 Pengertian Stres kerja

Menurut Saparinah (2010) stres merupakan suatu kondisi seseorang yang

dipersepsikan sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan

yang tidak terlalu jelas penyebabnya. Keluarga yang memiliki dua karir akan mudah

mengalami stress karena tuntutan kerja yang dialami. Bagi wanita yang berkarir,

penyebab stress ditambah dengan adanya tuntutan dari diri sendiri. Sering kali

keinginan wanita yang berkarir dapat menyediakan waktu untuk anak-anaknya dan

suaminya. Ukuran sukses bagi wanita yang berkarir adalah jika dapat memenuhi

keseimbangan antara tanggung jawab dirumah tangga dan pekerjaan.

Menurut Ivancevich, et all (2006) stress merupakan sebuah respon adaptif,

dihubungkan dengan karakteristik dan proses psikologi individu yang merupakan

konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan

tuntutan psikologis dan fisik khusus pada seseorang. Dalam pekerjaan setiap orang

pernah mengalami stress, jika stress dalam skala kecil tidak akan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja seseorang, sedangkan stress dengan skala

besar akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja seeorang yang bisa mengganggu

(27)

tuntutan yang dialami dengan persepsi terhadap cara menanggulangi tuntutan

tersebut. Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi,

emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat

mempengaruhi seseorang dalam merespon lingkungan disekitarnya

Menurut Robin (2006) stress didefenisikan sebagai suatu kondisi yang

dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada suatu peluang, tuntutan dan

sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan individu tersebut dan hasilnya

dipandang tidak pasti tetapi penting.

Tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh

wanita tanpa disadari menimbulkan sikap dan perilaku untuk menjadikan stress

sebagai bagian dari kehidupan berkeluarga. Akibatnya akan sulit tidur, tidak saling

mengacuhkan antara suami dan istri, cepat marah, tidak betah dirumah, tekanan darah

naik, dan sebagainya. Dalam hal ini, yang disalahkan bukan hanya dari tempat kerja

yang terkadang tidak memberikan banyak waktu bagi seorang wanita untuk

keluarganya, juga salah seorang wanita yang tidak bisa manajemen waktu. Yang jadi

permasalahannya adalah stress yang dialami dibiarkan begitu saja tanpa ada

penyelesaian sehingga menimbulkan stress kronis. Stres kronis mudah

merenggangkan hubungan antara suami dan istri dan menimbulkan keretakan bahkan

(28)

Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya

dan sering kali tidak disadari. Ada beberapa tahapan dalam stress yaitu:

a. Stres tingkat pertama Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan

dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat

besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, kemampuan

menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya Tahapan ini biasanya

menyenangkan sehingga orang bertambah semangat tanpa disadari

sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.

b. Stres tingkat kedua Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan

sudah mulai hilang, keluhan yang sering muncul adalah: merasa letih sewaktu

bangun pagi, merasa lelah setelah makan siang, merasa lelah menjelang sore

hari, terkadang muncul gangguan sistem pencernaan, perasaan tegang pada

otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa santai

c. Stres tingkat ketiga Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai

dengan gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan

tidur, perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa goyang dan mau

pingsan

d. Stres tingkat empat Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk

dengan ciri: sulit untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula

menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi,

(29)

semakin susah, perasaan negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun

tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan

e. Stres tingkat kelima Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat,

yaitu: keletihan yang mendalam, pekerjaan sederhana saja kurang mampu

dikerjakan, gangguan sistem pencernaan, perasaan yang mirip panik

f. Stres tingkat keenam Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat tidak jarang

penderita dibawa ke ICCU, gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain:

debaran jantung yang amat kuat, sesak nafas, badan gemetar, tubuh dingin,

keringat bercucuran, dan pingsan.

Ada beberapa macam stress yang dihadapi oleh wanita yaitu :

a. Wanita pekerja biasanya dipengaruhi oleh stress yang biasanya dihadapi oleh

laki-laki seperti beban kerja yang banyak, overskill, kebosanan kerja,

hubungan dengan anak dan pasangan, dan masalah keuangan.

b. Stress yang berasal dari pekerjaan dan luar pekerjaan seperti kebosanan,

tuntutan yang tinggi, rendahnya tingkat kekuasaan, dan sedikitnya promosi

yang diberikan perusahaan.

Stress sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi positif dan

negative. Dalam posisi positif, stress dapat membantu seseorang mencapai karir yang

lebih tinggi. Contohnya seorang karyawan yang ingin naik jabatan akan mendapatkan

(30)

akan bisa didapatkan. Sedangkan dalam sisi negative, stress dapat menurunkan

semangat kerja seseorang bahkan dapat mengganggu kesehatan. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi stress seseorang, yaitu:

a. Faktor lingkungan

Ketidakpastian lingkungan akan menentukan tingkat stress seseorang. Seperti

ketidakpastian politik, ekonomi, dan lainnya, sangat mempengaruhi eksistensi

karyawan dalam bekerja.

b. Faktor organisasional

Ada beberapa hal yang menyebabkan stress dalam organisasi seperti tuntutan

tugas, tuntutan peran, tuntutan antarpribadi, struktur organisasi dan

kepemimpinan organisasi.

c. Faktor individu

Yaitu merupakan faktor yang terjadi diluar pekerjaan yang dapat mengganggu

pekerjaan, seperti keluarga, ekonomi pribadi, serta karakter yang ada pada diri

seseorang.

Stress yang timbul kerena bekerja disebut dengan stress kerja. Menurut Kahn

(dalam Cooper & Dawe, 2004), stress kerja merupakan sesuatu yang kompleks,

bervariasi dan dinamis dimana seorang yang stress memiliki respon yang singkat,

memiliki pandangan sendiri terhadap stress tersebut, dan berdampak pada kesehatan.

(31)

dan menghadapi tekanan dimana tingkat stress tiap individu berbeda-beda dan

bereaksi sesuai perubahan lingkungan atau keadaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stress dapat digolongkan menjadi dua

sebab yaitu:

a. On the job

Merupakan stress yang berhubungan dengan pekerjaan, hal-hal yang dapat

menimbulkan stress adalah

1. Beban kerja yang berlebihan

2. Tekanan atau desakan waktu

3. Kualitas supervise yang tidak baik

4. Iklim politik yang tidak aman

5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

6. Wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan tanggung jawab

7. Frustasi

8. Konflik antar pribadi atau antar kelompok

9. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan

10.Banyaknya terjadi perubahan

b. Off the job

Merupakan stress yang timbul dari luar organisasi. Permasalahan yang terjadi

antara lain:

(32)

2. Adanya masalah yang bersangkutan dengan keluarga

3. Adanya masalah pada fisik

4. Adanya masalah pada perkawinan

5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal

6. Dan masalah pribadi lainnya.

2.3.2 Gejala stress kerja

Menurut Beehr dan Newman (Carlson,et al 2000) terdapat tiga gejala yang

akan dialami jika stress kerja ditanggapi secara berlebihan yaitu:

a. Gejala fisiologis

Gejala awal dari stress akan dirasakan pada gejala fisiologis seseorang seperti:

1. Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah

2. Kelelahan fisik

3. Ketegangan otot

4. Insomnia

5. Sakit kepala

b. Gejala psikologis

Stress kerja akan menjadikan seseorang tidak puas dalam melakukan

pekerjaan sehingga hal ini akan berdampak pada psikologi orang tersebut

seperti:

(33)

2. Perasaan frustasi, marah dan kesal.

3. Emosi berlebihan sehingga menjadi sensitive dan hiperaktif.

4. Kemampuan komunikasi efektif menjadi berkurang

5. Kebosanan dan ketidakpuasan dalam bekerja.

6. Mental menjadi lelah dan intelektual akan menurun.

c. Gejala perilaku

Stress dapat mempengaruhi perubahan perilaku seperti

1. Bermalas-malasan dan menghindari pekerjaan

2. Kinerja dan produktifitas menurun

3. Perobahan pola makan berlebihan karena pelarian dari suatu masalah atau

menurunnya nafsu makan

4. Terciptanya hubungan yang tidak harmonis.

2.3.3 Sumber-sumber stress kerja

Waktu-waktu setiap orang yang bekerja kebanyakan habis didalam

melaksanakan pekerjaan daripada melakukan aktifitas lainnya. Dampak dari

memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian merupakan salah satu faktor

yang membuat orang harus banyak bekerja. Tetapi terkadang pekerjaan yang banyak

tidak diimbangi dengan kompensasi yang cukup. Hal inilah yang menjadikan orang

sering mendapatkan stress dalam bekerja sehingga akan berdampak pada kesehatan

dan mental orang tersebut. Menurut cooper (dalam wulandari, 2012), sumber-sumber

(34)

a. Kondisi pekerjaan

Meliputi:

1. Lingkungan kerja. Kondisi buruk yang tercipta dalam pekerjaan

berpotensi menjadikan karyawan mudah stress, sakit, sulit konsentrasi dan

menurunnya kinerja.

2. Overload. Dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Overload

secara kuantitatif berarti banyaknya beban kerja yang diberikan kepada

pekerja tersebut yang mengakibatkan lelah pada pekerja, sedangkan secara

kualitatif pekerjaan yang diberikan sangatlah kompleks dan sulit.

3. Deprivational stress. Kondisi pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi

pekerja sehingga memunculkan rasa bosan dan ketidakpuasan dalam

melakukan pekerjaan.

4. Pekerjaan beresiko tinggi. Jenis pekerjaan yang memiliki resiko tinggi

contohnya adalah pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa, seperti

pemadam kebakaran.

b. Stress karena peran

Wanita berpotensi sebagai karyawan yang memiliki stress kerja paling tinggi

dibandingkan dengan pria. Hal ini diakibatkan karena wanita yang bekerja

memiliki peran lainnya yaitu peran wanita dalam rumah tangga. Jika peran ini

tidak seimbang maka yang terjadi adalah stress kerja yang dapat berakbat

(35)

c. Faktor interpersonal

Hubungan interpersonal ditempat kerja merupakan hal yang paling penting

dalam menjaga kondisi perasaan dan emosi seseorang ditempat kerja.

Hubungan yang baik antar sesame pekerja, dan hubungan yang baik antara

atasan dengan pekerja akan membantu menjagah pekerja dari keadaan stress

kerja.

d. Pengembangan karir

Karyawan akan mendapat tantangan baru jika adanya pengembangan karir

yang jelas. Pengembangan karir berarti menambah kualitas dari pekerja itu

sendiri dan tentunya jika karir berkembang akan berdampak pada peningkatan

perekonomian pada pekerja tersebut. Jika ini tidak ada, maka besar

kemungkinan pekerja akan mendapatkan stress kerja akibat kebosanan dalam

satu jenjang karir yang tidak berkembang.

e. Stuktur organisasional

Jika karyawan diperlakukan secara kaku dalam struktur organisasional, maka

kemungkinan akan menimbulkan stress. Ini dapat terjadi jika karyawan tidak

dilibatkan dalam pengambilan keputusan, kreatifitas karyawan tidak

(36)

2.3.4 Mengelola Stress

Para pakar menyebutkan bahwasanya stress sebenarnya menyehatkan, tetapi

sesuatu yang berlebihan akan memberikan dampak yang buruk, tak terkecuali pada

stress. Bagaimanapun juga stress yang berkepanjangan haruslah ditangani dengan

baik dan tepat. Menurut Mondy (2008) ada sejumlah pendekatan-pendekatan yang

bisa dilakukan seseorang guna mengendalikan stress yang berlebihan, yaitu:

a. Olah raga. Stress menimbulkan perubahan kimiawi dalam tubuh, olahraga

akan mengembalikan perubahan kimiawi dalam tubuh menjadi normal

kembali.

b. Tahu kapan berhenti sejenak. Relaksasi penting dalam meredakan stress

dimana orang dapat melakukan hal lain yang menghibur dalam jeda waktu

yang ada.

c. Menempatkan situasi yang penuh stress dalam perspektif artinya tidak

menganggap semua masalah sebagai penentuan hidup dan mati..

d. Menemukan seseorang yang mau mendengarkan curahan hati.

e. Membangun keteraturan dalam hidup agar terciptanya keseimbangan.

f. Kenali batasan diri sehingga apapun maslaah yang terjadi merupakan masalah

yang dapat ditangani sendiri tanpa melewatkan batas kemampuan diri.

(37)

2.4 Kerangka Konseptual

Menurut Hanessy (dalam Kelloway & Front, 2005) konflik peran

ganda merupakan konflik yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan/ rumah

tangga yang mengganggu kehidupan rumah tangga/ pekerjaan. Konflik peran ganda

terbagi menjadi dua yaitu work family conflict dan family work conflict. Menurut

Greenhous dan Beutell (dalam wulan, 2012) work family conflict yaitu konflik yang

muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab

terhadap keluarga. Sedangkan family work conflict yaitu konflik yang muncul

dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga mengganggu tanggung jawab

terhadap pekerjaan.

Konflik adalah persaingan yang kurang sehat berdasarkan ambisi dan sikap

emosional dalam memperoleh kemenangan yang dapat menimbulkan stress. Menurut

Saparinah (2010) stres merupakan suatu kondisi seseorang yang dipersepsikan

sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan yang tidak terlalu

jelas penyebabnya.

Penelitian ini akan melihat pengaruh konflik peran ganda terhadap stress yang

mengenai individu kerena tidak bisa membagi waktunya antara bekerja dan keluarga.

Salah satu peran akan menghambat peran lain untuk melaksanakannya. Jika konflik

ini tidak bisa diselesaikan dengan baik maka tekanan-tekanan yang akan terus terjadi

(38)

Konflik Peran Ganda

karena merasa tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Kedua variable

[image:38.612.146.499.224.400.2]

tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5Hipotesa Penelitian

Hipotesa dari penelitian ini adalah “

a. Ada pengaruh yang signifikan antara work family conflict terhadap variable

stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Utara.”

b. Ada pengaruh yang signifikan antara family work conflict terhadap variable

stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Utara.”

Work Family Conflict

Stress Kerja Family Work

(39)

c. Ada pengaruh yang signifikan antara work family conflict dan family work

conflict secara bersama-sama sebagai variable konflik peran ganda terhadap

variable stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Ginting dan

Situmorang (2008) pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang didalam usulan

penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data

sampai dengan penulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus

dan kepastian data numeric. Untuk mendapatkan data penelitian ini, maka penulis

menggunakan kuesioner sebagai medianya..

3.2Jenis Data

Data yang diambil dapat menarik perhatian dan mudah dipahami saat dibaca.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung berdasarkan apa yang

ada dalam diri responden tersebut. Data sekunder merupakan data yang berisikan

informasi dan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang

dilakukan. Data ini didapat dari buku-buku, majalah, journal, hasil lapangan, dan

(41)

3.3Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Studi dokumentasi

Pengumpulan data melalui informasi-informasi dari artikel, journal, majalah,

internet dan buku-buku yang nantinya data tersebut digunakan sebagai acuan

untuk mendapatkan data yang ada di lapangan.

b. Obsevasi

Pengamatan yang dilakukan secara langsung kepada responden penelitian

c. Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan cara, memberikan daftar pertanyaan kepada

responden terpilih.

3.4Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.

Adapun waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan di bulan November 2014

sampai dengan bulan Februari 2015.

3.5Defenisi Operasional

Konflik peran ganda sebagai variable X pada penelitian ini merupakan konflik

yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan/ rumah tangga yang mengganggu

kehidupan rumah tangga/ pekerjaan. Konflik peran ganda memiliki dua dimensi.

Pertama, work family conflict (X1) yaitu konflik yang muncuk dikarenakan tanggung

(42)

work conflict (X2) yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab terhadap

keluarga mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan. Setiap dimensi akan

dilihat berdasarkan time-based conflict, strain based conflict, dan behavior based

conflict. Time based conflict yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalani salah satu

tuntutan baik itu pekerjaan atau keluarga dapat mengurangi tuntutan lainnya (

pekerjaan atau keluarga). Strain based conflict terjadi jika salah satu peran

memberikan tekanan sehingga mempengaruhi peran lainnya. Behavior based conflict

berhubungan dengan ketidaksesuaiannya antara pola perilaku yang diinginkan oleh

masing-masing peran (keluarga atau pekerjaan).

Stres kerja sebagai variable Y pada penelitian ini merupakan suatu kondisi

seseorang yang dipersepsikan sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan

atau kecemasan yang tidak terlalu jelas penyebabnya. Stress kerja ini dapat dlihat dari

gejala fisiologis, psikologis, dan gejala perilaku. Gejala fisiologis merupakan gejala

yang terlihat pada perubahan fisik yang ada pada diri seseorang seperti jantung yang

berdebar kencang. Gejala psikologis merupakan gejala yang terlihat pada perubahan

mental yang ditunjukan oleh seseorang seperti tingkat kecemasan yang tinggi. Gejala

perilaku merupakan gejala yang ditunjukkan seseorang yang dilihat dari perubahan

sikap dari seseroang seperti menjadi orang yang pasif yang biasanya aktif dalam

(43)
[image:43.612.122.530.162.701.2]

Table 3.1

Tabel Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Konflik peran ganda (X) konflik yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan/ rumah tangga yang mengganggu kehidupan rumah tangga/ pekerjaan. Work Family Conflict (X1) konflik yang muncuk dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga

Time base 1. Kurang atau tidak adanya waktu untuk keluarga. 2. Kurang atau tidak adanya

waktu untuk melaksakan pekerjaan rumah tangga akibat pekerjaan 3. Waktu untuk

kebersamaan dengan keluarga kurang akibat pekerjaan.

Ordinal

Strain base 1. Merasa lelah melakukan kegiatan rumah tangga setelah bekerja 2. Tekanan pekerjaan

membuat emosi tidak stabil dirumah

3. Konsentrasi mengurus keluarga terganggu karena pekerjaan.

Ordinal

Behavior Base 1. Cara pemecahan masalah ditempat kerja tidak efektif dilakukan dirumah

2. Aturan yang

diberlakukan di tempat kerja tidak bisa dilakukan dirumah 3. Kebiasaan ditempat kerja

tidak bisa dilakukan dirumah Ordinal Family Wok Conflict (X2) konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan

Time base 1. Waktu tanggung jawab untuk pekerjaan berkurang karena keluarga.

2. Konsentrasi waktu bekerja berkurang karena keluarga

3. Melewatkan pekerjaan untuk keluarga

Ordinal

Strain base 1. Tanggung jawab

keluarga membuat emosi tidak stabil saat bekerja. 2. Tanggung jawab

keluarga membuat

(44)

pekerjaan tidak optimal 3. Konsentrasi bekerja

terganggu karena keluarga

Behavior Base 4 Cara pemecahan masalah dirumah tidak efektif dilakukan ditempat kerja. 5 Aturan yang

diberlakukan dirumah tidak bisa diterapkan ditempat kerja

6 Kebiasaan dirumah tidak bisa dilakukan ditempat kerja

Ordinal

Stress kerja (Y)

Suatu kondisi seseorang yang dipersepsikan sebagai kurang

menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan yang

tidak terlalu jelas penyebabnya

Gejala fisiologis

1. Meningkatnya tekanan darah dan jantung 2. Jantung sering berdebar. 3. Timbulnya gangguan

perut

4. Kelelahan fisik. 5. Timbulya ketegangan

otot. 6. Insomnia 7. Sakit kepala

Ordinal

Gejala psikologis

1. Timbulnya ketegangan dan kecemasan 2. Timbulnya perasaan

frustasi, marah dan kesal. 3. Emosi yang menjadi

sensitive.

4. Komunikasi yang efektif berkurang

5. Bosan dan tidak puas dalam bekerja 6. Kelelahan mental dan

menurunnya intelektual

Ordinal

Gejala perilaku

1. Bermalas-malasan dan menghindari pekerjaan 2. Kinerja menurun 3. Produktifitas menurun 4. Makan berlebihan

sebagai pelarian

5. Kehilangan selera makan

Ordinal

(45)

3.6Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengukur masing-masing

variable. Skala ini digunakan untuk mengukur setiap pendapat dan persepsi seseorang

terhadap suatu variable penelitian. Menurut Sugiyono (2012), skala likert mengukur

variable yang akan dijabarkan menjadi indikator variable kemudian indikator tersebut

digunakan sebagai acuan untuk menyusun instrumen menjadi pertanyaan. Skala likert

[image:45.612.201.430.354.537.2]

menggunakan lima tingkat jawaban pada setiap masing-masing indikator penelitian

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skala

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.7Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

(46)

adalah karyawan wanita Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah

248 orang.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Penentuan jumlah sampel penelitian ini dihitung

menggunakan rumus Slovin ( Ginting & Situmorang,2008):

� = �

1 + (�× -�2)

Keterangan : n = Jumlah sampel

N= Jumlah populasi

e = Taraf Kesalahan 10 %

Rumus ini digunakan karena bersifat homogen dengan taraf kesalahan

sebesar 10% atau 0,1 untuk memperkecil jumlah sampel serta jumlah sampel yang

tepat digunakan tergantung pada tingkat kesalahan yang dikendaki.

Penetapan jumlah sampel dengan tingkat kesalahan 10% dan tingkat

kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 10% adalah sebagai berikut:

� = 248

1 + (248 × 0,12)

�= 71,26 ��������� 72 �����

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono,2012).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan simple random sampling yaitu

(47)

strata didalam populasi tersebut. Hal ini dilakukan jika calon responden dianggap

sebagai populasi homogen.

3.8Uji Validitas

Penelitian ini akan menggunakan Aplikasi SPSS untuk mengolah data yang

sudah diperoleh . Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh apa suatu alat

pengukur mengukur apa yang ingin diukur. Suatu kuesioner harus disusun untuk

mengukur apa yang ingin diukurnya (Situmorang dan lufty, 2014) Dalam hal ini

digunakan beberapa butir pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan

variabel yang diukur tersebut. Uji validitas dilakukan pada 30 orang diluar sampel

penelitian.

Untuk melihat validitas maka nilai Corrected Item- Total correlation

dibandingkan dengan r table. r table sebesar 0,361. Untuk itu nilai r hitung pada

Corrected Item- Total Corelation dibandingkan dengan table r (0,361), jika nilai

Corrected Item- Total Corelation lebih besar dari 0,361, maka butir pertanyaan

dinyatakan valid. Jika kurang dari 0,361, maka butir pertanyaan dinyatakan tidak

valid (Situmorang dan Lufty,201

3.9Uji Reliabilitas

Uji reliable adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

(48)

untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative

konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable (Situmorang dan Lufty,2014).

Uji reliabelitas instrument penelitian akan mengunakan rumus koefisien Alpha

atau Alpha Cronbach. Alpha memiliki nilai antara 0-1, jika nilai Alpha mendekati 1

maka akan semakin reliable dan jika mendakati 0 makan akan semakin tidak reliable.

Reliable suatu konstruk variable dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha

>0,7 (Situmorang dan Lufty,2014).

3.10 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan :

a. Metode Deskriptif

Metode ini menggolongkan, mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan

data-data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis, sehingga diperoleh gambaran

umum tentang data-data yang diteliti.

b. Metode Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda dalam penelitian ini menggunakan

bantuan aplikasi software SPSS. Bentuk perumusannya sebagai berikut:

Y= a + B1X1 + B2X2 + e

Keterangan : Y = Stress Kerja

a = Konstanta

X1= Skor Indikator Work Family Conflict

(49)

B1,2= Koefisien Regresi

e = Standart Error

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik kemudian akan

dianalisis pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Serempak (Uji F)

Untuk membuktikan bahwa setiap variable bebas (Xi) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat (Yi) secara serentak.

Kriteria pengujian sebagai berikut:

H0: bi=0, artinya tidak terdapat pengaruh konflik peran ganda terhadap stress

kerja.

H1:bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh konflik peran ganda terhadap stress kerja.

Kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.

a) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel (α)

b) H1 diterima jika Fhitung > Ftabel (α)

2. Uji Parsial (Uji t)

Untuk melihat pengaruh variable Work Family Conflict, Family Work

Conflict (Xi) terhadap variable stress kerja (Yi), maka dalam hal ini peneliti

menggunakan uji t satu sisi.

H0 : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari

variable Work Family Conflict, Family Work Conflict (Xi) terhadap variable

(50)

H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variable

Work Family Conflict, Family Work Conflict (Xi) terhadap variable stress kerja

(Yi).

Kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan sebesar 10 %

1) H0 diterima jika t hitung > t tabel (α)

2) H1 diterima jika t hitung > t tabel (α)

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi

variable konflik peran ganda (X) terhadap stress kerja (Y). Jika nilai R2 mendekati

satu (1) maka semakin kuat pengaruhnya, sebaliknya jika nol(0) maka pengaruhnya

semakin lemah.

c. Uji Asumsi Klasik

uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang dipergunakan

dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat.

Model analisis ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang meliputi:

1. Uji normalitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk

lonceng (Situmorang & Lufti,2014). Untuk menguji apakah data-data yang

dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan metode

(51)

a) Pendekatan Grafik

Pendekatan grafik yang handal adalah dengan melihat normal probability plot

yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Distribusi

normal akan membentuk satu garis lusrus diagonal, dan plotting data residual

akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika data menyebar di sekitar garis

diagonal, maka model regresi memenuh8 asumsi normalitas. Jika menyebar

jauh dari diagonal atau mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

b) Pendekatan Histogram

Untuk menguji data normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva

normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya

adalah bahwa : mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Jika ketiga

tendensi sentral tersebut terletak tidak pada satu tempat maka berarti kurva

juling ke kiri atau kekanan.

2. Uji Multikolonieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan linear yang sempurna atau

eksak diantara variable-variabel bebas dalam model regresi (Situmorang &

Lufti,2014). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolonieritas.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable

independent. Uji multikolonieritas pada penelitian dilakukan dengan matriks

(52)

memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan

data serta nilai VIF ( varians inflation factors) dan tolerance-nya. Jika VIF >

5 maka diduga mempunyai persoalan multikoloneritas. Jika VIF < 5 maka

tidak terdapat multikoloneritas. Jika Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai

persoalan multikoneritas. Jika Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat

mutikoloneritas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat seberapa besar peranan variable bebas

terhadap variable terikat (Situmorang & Lufti, 2014). Jika varians dari residu

atau dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homokedastisitas. Dan jika varians berbeda maka disebut heterokedatisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas (Situmorang & Lufti, 2014). Salah satu cara untuk

mendeteksi heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.1.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur. Sekiranya peneliti ingin mengukur kuisioner didalam

pengumpulan data penelitian, maka kuisioner yang disusunnya harus mengukur apa

yang ingin diukurnya. Setelah kuisioner tersebut disusun dan teruji validitasnya,

dalam praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data yang valid.

Menurut Situmorang dan Lufti (2014: 88) validitas eksternal instrument diuji

dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan

fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Penelitian mempunyai validitas eksternal bila

hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam

populasi yang diteliti. Untuk meningkatkan validitas eksternal penelitian selain

meningkatkan validitas eksternal instrument, maka dapat dilakukan dengan

memperbesar jumlah sampel.

Untuk melihat validitas eksternal maka nilai Corrected Item-Total Correlation

dibandingkan dengan tabel r. Uji coba instrumen dilakukan pada Dinas

pendidikandimana sampelvaliditas sebanyak 30 responden..Tujuan pengujian

(54)

sebelum dilakukan pengumpulan data.Adapun hasil uji validitas variabel dalam

[image:54.612.187.455.211.667.2]

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Validitas

(55)

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa hasil pengujian instrument setiap

butir variabel memiliki nilai yang lebih besar dari 0,361.disimpulkan bahwa seluruh

instrumen dari variabel adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

4.1.2 Uji Realibilitas

Untuk mengetahui konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung

kecermatan pengukuran maka dilakukan uji reliablitas.Suatu kuesioner dikatakan

realibel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu.Realibilitas menunjukkan bahwa suatu instrument dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik.Uji realibilitas adalah uji untuk mengetahui kelayakan kuesioner sebagai alat

pengumpul data.

Pengujian realibilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan one shot

atau pengukuran sekali saja dan untuk menguji realibilitasnya digunakan uji statistik

Cornbach Alpha. Menurut Umar (2009), untuk suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cornbach alpha > 0,60.

Hasil pengujian reliabilitas terhadap instrumen menghasilkan angka cronbach

Alpha lebih besar dari 0,60 yaitu sebesar 0,966, reliabilitas angket pada variabel ini

adalah berada pada level yang sangat tinggi yakni 0,81 - 1,00. Berdasarkan hal

tersebut maka dapat disimpulkan item pernyataan kuesioner dalam penelitian ini

(56)
[image:56.612.117.516.64.472.2]

Tabel 4.2 Realibility

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.961 38 Sumber: Hasil Penelitian (2015), data diolah

4.2 Deskriptif Responden

Tabel 4.3

Jabatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Staf 69 94.5 94.5 94.5

Kepala Seksi 3 4.1 4.1 98.6

Bendahara 1 1.4 1.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Hasil Penelitian (2015), data diolah

Berdasarkan dengan jabatan, pegawai perempuan yang menjadi responden

pada penelitian ini adalah pegawai dengan jabatan staf sebanyak 69 orang dengan

persentase 94,5% , pegawai dengan jabatan kepala seksi sebanyak 3 orang dengan

persentase 4,1%, dan pegawai dengan jabatan bendahara sebanyak 1 orang dengan

[image:56.612.134.503.309.460.2]
(57)

Tabel 4.4

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SMA 12 16.4 16.4 16.4

D3 2 2.7 2.7 19.2

S1 55 75.3 75.3 94.5

S2 4 5.5 5.5 100.0

Total 73 100.0 100.0 Sumber: Hasil Penelitian (2015), data diolah

Berdasarkan table 4.4 responden diklasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan.

Responden berpendidikan SMA sebanyak 12 orang dengan persentase 16,4%,

responden berpendidikan D3 sebanyak 2 orang dengan persentase 2,7 %, responden

berpendidikan S1 sebanyak 55 orang dengan persentase sebanyak 75,3%, dan

responden berpendidikan S2 sebanyak 4 orang dengan persentase 5,5%

Tabel 4.5

JumlahAnak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 3 4.1 4.1 4.1

2.00 23 31.5 31.5 35.6

3.00 29 39.7 39.7 75.3

>3 18 24.7 24.7 100.0

(58)

Berdasarkan table 4.5, responden diklasifikasikan berdasarkan jumlah anak.

Responden yang memiliki 1 orang anak berjumlah 3 orang dengan persentase 4,1%,

responden yang memiliki 2 orang anak berjumlah 23 orang dengan persentase 31,5%,

responden yang memiliki 3 orang anak berjumlah 29 orang dengan persentase 39,7%

Dan responden yang memiliki lebih dari 3 orang anak berjumlah 18 orang dengan

persentase 24,7%.

Tabel 4.6

UmurAnakTerakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3-5 Tahun 6 8.2 8.2 8.2

6-8 Tahun 14 19.2 19.2 27.4

9-13 Tahun 18 24.7 24.7 52.1

>14 Tahun 35 47.9 47.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Hasil Penelitian (2015), data diolah

Berdasarkan table 4.6, responden penelitian diklasifikasikan berdasarkan

umur anak terakhir/ terkecil. Responden yang memiliki anak berumur 3-5 Tahun

berjumlah 6 orang dengan persentase 8,2%, responden yang memiiki anak berumur

6-8 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase 19,2%, responden yang memiliki

(59)

responden yang memiliki anak berumur > 14 tahun sebanyak 35 orang dengan

persentase 47,9 %.

[image:59.612.109.534.209.498.2]

4.3 Deskripsi Jawaban

Tabel 4.7

Deskripsi Jawaban Work Family Conflict

Indikator Penelitian (Pernyataan)

Frekuensi Work Family Conflict (%)

Rata – rata Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1

SS S KS TS STS

N % N % N % N % N %

1 6 8,2 42 57,5 23 31,5 2 2,7 0 0,0 3.71 2 8 11,0 54 74,0 9 12,3 2 2,7 0 0,0 3.93 3 17 23,3 46 63,0 8 11,0 2 2,7 0 0,0 4.07 4 22 30,1 39 53,4 8 11,0 4 5,5 0 0,0 4.08 5 23 31,5 39 53,4 7 9,6 4 5,5 0 0,0 4.11 6 17 23,3 45 61,6 9 12,3 2 2,7 0 0,0 4.05 7 16 21,9 45 61,6 10 13,7 2 2,7 0 0,0 4.03 8 22 30,1 30 41,1 17 23,3 4 5,5 0 0,0 3.96 9 19 26,0 30 41,1 22 30,1 2 2,7 0 0,0 3.90 10 11 15,1 41 56,2 18 24,7 3 4,1 0 0,0 3.82 11 1 1,4 46 63,0 24 32,9 2 2,7 0 0,0 3.63 Sumber: Hasil Penelitian (2015), data diolah

Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner yang dibagikan ke 73

responden dan setiap kuisioner di berikan/dibubuhkan dalam 11 pertanyaan

terhadap variabel Work Family Conflict dapat dilihat di table 4.7 menerangkan

bahwa untuk pertanyaan pertama responden menjawab rata-rata nilai sebesar

3,71. Pertanyaan kedua responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,93.

(60)

keempat responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,08 . Pertanyaan kelima

responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,11. Pertanyaan keenam

responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,05. Pertanyaan ketujuh

responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,03. Pertanyaan kedepalan

responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,96. Pertanyaan kesembilan

responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,90. Pertanyaan kesepuluh

responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,82. Pertanyaan kesebelas

[image:60.612.107.534.370.629.2]

responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,63.

Tabel 4.8

Deskripsi Jawaban Family Work Conflict

Indikator Penelitian (Pernyataan)

Frekuensi Family Work Conflict (%)

Rata – rata Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1

SS S KS TS STS

N % N % N % N % N %

12 1 1,4 41 56,2 29 39,7 2 2,7 0 0,0 3.56 13 0 0,0 71 97,3 1 1,4 1 1,4 0 0,0 3.96 14 1 1,4 48 65,8 24 32,9 0 0,0 0 0,0 3.68 15 0 0,0 52 71,2 20 27,4 1 1,4 0 0,0 3.70 16 2 2,7 51 69,9 19 26,0 1 1,4 0 0,0 3.74 17 1 1,4 47 64,4 25 34,2 0 0,0 0 0,0 3.67 18 2 2,7 42 57,5 27 37,0 2 2,7 0 0,0 3.60 19 4 5,5 43 58,9 23 31,5 3 4,1 0 0,0 3.66 20 6 8,2 52 71,2 8 11,0 5 5,8 2 2,7 3.75 21 3 4,1 45 61,6 23 31,5 2 2,7 0 0,0 3.67 Sumber: Hasi

Gambar

Tabel Operational Variabel ..................................................  34
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel Operasional Variabel
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) masih cukup strategis diaplikasikan dan diimplementasikan dalam pengelolaan suatu pendidikan. Tetapi sayang, konsep itu

Perencanaan itu dapat berupa memperhatikan karateristik anak yang artinya dalam perencanaan pembelajaran (desain konstruksional) harus memperhatikan kondisi yang ada dalam diri

Dalam hal terjadinya kahar atau gangguan teknis (contoh : gangguan daya listrik, gangguan jaringan, gangguan aplikasi)terkait dengan pelaksanaan e-Tendering

Menurut Wahyudin (Hulu, 2009:3) bahwa pada masa sekarang ini para siswa sekolah menengah mesti mempersiapkan diri untuk hidup dalam masyarakat yang menuntut

The proceedings of the 16 th Congress of the Asian-Australasian Association of Animal Production Societies (AAAP) held on 10-14 November 2014 at Grha Sabha Pramana,

Pada penelitian kelompok perlakuan I di dapatkan hasil bahwa antara core stability exercise dan yoga exercise sama baik dalam meningkatkan aktivitas fungsional pada

penelitian menunjukkan bata ringan mengalami peningkatan kuat tekan hingga 3,11 MPa, namun pengaruh silika terhadap daya serap air tidak menunjukkan ada pengaruh

Aplikasi yang telah selesai di coding , akan diujicobakan kepada beberapa responden. Saat pengujian dilakukan, penulis harus menerima semua kritik dan saran dari