• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD JOGJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD JOGJA"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

GAWAT DARURAT RSUD JOGJA

TESIS

Diajukan GunaMemenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2 Manajemen Rumah Sakit

Disusun Oleh : RHISA OVIANI

20151030045

MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA

(2)

GAWAT DARURAT RSUD JOGJA

TESIS

Diajukan GunaMemenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2 Manajemen Rumah Sakit

Disusun Oleh : RHISA OVIANI

20151030045

MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA

(3)

ii

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIKPERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI

GAWAT DARURAT RSUD JOGJA

TESIS

Disusun Oleh : Rhisa Oviani 20151030045

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I,

Dr. Susanto, M.S. Tanggal ………

Pembimbing II

(4)
(5)

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan oleh pihak manapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Yogyakarta, Oktober 2016 Yang membuat pernyataan

(6)

v

Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya, hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu).

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

(Qs: Faathir ayat 28)

(7)

vi Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “PENGARUH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP

KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD

JOGJA” guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan di Program studi Magister Manajemen Rumah sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan tesis ini, berbagai macam hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun atas bimbingan dan kerjasama berbagai pihak sehingga hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto, MA selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. DR. dr. Arlina Dewi, M. Kes, AAK, selaku Kepala Program Studi Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3. Dr. Susanto,M.S selaku pembimbing I yang dengan kesediaan dan

keikhlasan di tengah-tengah kesibukannya dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak penyusunan tesis hingga penulisan tesis ini.

(8)

vii

6. Istiqomah, S.Kep,Ns,M.Sc selaku pembimbing lapangan di RSUD Jogja yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian

7. Semua dosen beserta staff Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terima kasih telah memberikan ilmu dan bantuannya selama menempuh kuliah di Magister Manajemen Rumah sakit.

8. Seluruh perawat dan staff karyawan RSUD Jogja terutama di Instalasi Gawat Darurat atas bantuannya selama menjalankan penelitian disana

9. Seluruh tim kelompok tesis Fajar Aviul Havid, Juniati Agma dan Erda Suhaila terima kasih kerjasama yang baik dan kompak dalam menyelesaikan penelitian ini

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menjalin silaturahmi dengan penulis, mohon ikhlaskan segala kesalahan dan khilaf penulis, semoga Allah membalas semua kebaikan, Amin

Wassalam‟alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, Oktober 2016

(9)

vii

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka ... 9

1. Komunikasi Terapeutik ... 9

2. Perawat ... 21

3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ... 22

4. Kepuasan Pasien ... 22

B. Penelitian Terdahulu ... 32

C. Landasan Teori ... 33

D. Kerangka Teori ... 34

E. Kerangka Konsep ... 35

F. Hipotesis... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 37

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

D. Cara Pengambilan Sample ... 39

E. Jalan Penelitian ... 39

F. Variabel Penelitian ... 40

G. Definisi Operasional ... 40

H. Instrumen Penelitian ... 42

(10)

viii

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Gambaran Umum RSUD Jogja ... 54

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian ... 58

3. Gambaran Responden Penelitian ... 61

4. Uji Prasyarat Analisis ... 68

5. Pengujian Hipotesis ... 70

B. Pembahasan ... 75

1. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Tingkat Pendidikan. ... 75

2. Pengaruh ... 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 87

B. Saran... 88

C. Keterbatasan Penelitian ... 89

(11)

ix

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 32

Tabel 4.1 Uji Validitas Tahap Orientasi ... 59

Tabel 4.2 Uji Validitas Tahap Kerja ... 59

Tabel 4.3 Uji Validitas Tahap Terminasi ... 60

Tabel 4.4 Uji Reliabel Penelitian ... 61

Tabel 4.5 Jenis Kelamin Responden... 62

Tabel 4.6 Usia Responden ... 63

Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Responden ... 63

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik pada Tahap Orientasi ... 64

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik pada Tahap Kerja ... 65

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik pada Tahap Terminasi ... 66

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Menurut Kepuasan Pasien Pada Tahap Orientasi ... 66

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Menurut Kepuasan Pasien Pada Tahap Kerja ... 67

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Menurut Kepuasan Pasien Pada Tahap Terminasi ... 68

Tabel 4.14 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 69

Table 4.15 Uji Linieritas ... 70

Tabel 4.16 Koefisiensi Determinasi ... 71

Tabel 4.17 Uji Statistik F ... 72

(12)

x

(13)

xi

(14)

xii

Rhisa Oviani1, Susanto1, Mahendro Prasetyo1

1

Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang: Komunikasi terapeutik yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat masih belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan di Instalasi Gawat Darurat lebih mengutamakan tindakan kegawatdaruratan, akan tetapi tindakan saja belum tentu dapat meningkatkan kepuasan pasien secara optimal. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang bertujuan untuk menjalin hubungan antara pasien dan perawat serta mengevaluasi komunikasi perawat terhadap pasien.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja

Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 140 responden. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dengan menggunakan uji regresi linier ganda

Hasil dan Pembahasan: Komunikasi terapeutik yang di teliti ada 3 tahap yang terdiri dari tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Hasil uji analisis pada 3 tahap komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja sangat signifikan. Diantara 3 tahap komunikasi terapeutik yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja adalah tahap terminasi.

Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja. Dengan tahap komunikasi terapeutik yang paling berpengaruh adalah Tahap Terminasi.

(15)

xiii

Rhisa Oviani1, Susanto1, Mahendro Prasetyo1

1

Hospital Management of Study Program, Magister Program, Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Therapeutic communication is occurring still not going well in emergency room because in emergency room prefer emergency measure, but the act of course not necessarily can improve patient’s satisfaction optimally. Therapeuticcommunication is aimed between patients and nurse and then evaluated communication nurse to the patient.

Research Purpose: To know influence of nurse therapeutic communication to patient’s satisfaction in emergency room hospital Yogyakarta

Methods: The research is quantitative with the approach cross sectional. Sample is 140 respondents. Research tool used was a questionnaire. Analysis of the data using linear regression double test.

Results and Discussion: Therapeutic communication is three the consisting of the orientation stage, work stage and termination stage. Analisys result on therapeutic communication stage is patient’ssatisfaction in emergency room very significant. Among the three stage of therapeutic communication that most influence on patient satisfaction in emergency room hospital Yogyakarta is the termination stage.

Conclusions: These are significant influence nurse therapeutic communication with patient’s satisfaction in emergency room hospital Yogyakarta. The most influential to therapeutic communication is termination stage.

(16)
(17)

xii

Rhisa Oviani1, Susanto1, Mahendro Prasetyo1

1

Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang: Komunikasi terapeutik yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat masih belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan di Instalasi Gawat Darurat lebih mengutamakan tindakan kegawatdaruratan, akan tetapi tindakan saja belum tentu dapat meningkatkan kepuasan pasien secara optimal. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang bertujuan untuk menjalin hubungan antara pasien dan perawat serta mengevaluasi komunikasi perawat terhadap pasien.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja

Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 140 responden. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dengan menggunakan uji regresi linier ganda

Hasil dan Pembahasan: Komunikasi terapeutik yang di teliti ada 3 tahap yang terdiri dari tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Hasil uji analisis pada 3 tahap komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja sangat signifikan. Diantara 3 tahap komunikasi terapeutik yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja adalah tahap terminasi.

Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja. Dengan tahap komunikasi terapeutik yang paling berpengaruh adalah Tahap Terminasi.

(18)

xiii

Rhisa Oviani1, Susanto1, Mahendro Prasetyo1

1

Hospital Management of Study Program, Magister Program, Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Therapeutic communication is occurring still not going well in emergency room because in emergency room prefer emergency measure, but the act of course not necessarily can improve patient’s satisfaction optimally. Therapeuticcommunication is aimed between patients and nurse and then evaluated communication nurse to the patient.

Research Purpose: To know influence of nurse therapeutic communication to patient’s satisfaction in emergency room hospital Yogyakarta

Methods: The research is quantitative with the approach cross sectional. Sample is 140 respondents. Research tool used was a questionnaire. Analysis of the data using linear regression double test.

Results and Discussion: Therapeutic communication is three the consisting of the orientation stage, work stage and termination stage. Analisys result on therapeutic communication stage is patient’ssatisfaction in emergency room very significant. Among the three stage of therapeutic communication that most influence on patient satisfaction in emergency room hospital Yogyakarta is the termination stage.

Conclusions: These are significant influence nurse therapeutic communication with patient’s satisfaction in emergency room hospital Yogyakarta. The most influential to therapeutic communication is termination stage.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dokter dan perawat yang direncanakan dan berfokus pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan berbagai teknik komunikasi seoptimal mungkin dengan tujuan mengubah perilaku pasien kearah yang positif (Mahmud, 2009).

Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi dokter, perawat maupun pasien. Bahkan prinsip dasar komunikasi terapeutik seringkali diabaikan oleh dokter dan perawat. Diantara mereka ada yang beranggapan bahwa mereka tidak membutuhkan keahlian lain kecuali melakukan tindakan medis untuk menyembuhkan penyakit. Komunikasi dokter dan perawat dengan pasien umumnya bersifat formal dan terbatas (Wahyudin, 2009).

(20)

serta hasil pengobatan yang diperoleh setelah adanya pelayanan kesehatan (Liyang & Tang, 2013).

Dampak negatif yang muncul saat tidak berjalannya komunikasi terapeutik adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dirumah sakit, menurunkan kualitas dari rumah sakit itu sendiri serta pandangan miring masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Pasien yang datang ke rumah sakit, pertama kali akan bertemu dengan perawat sebelum bertemu dengan dokter. Pertemuan pertama akan memberi kesan yang baik jika disambut dengan keramahan dan penjelasan terutama tentang prosedur pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan yang rinci, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

(21)

Komunikasi terapeutik pada ruang Instalasi Gawat Darurat berbeda dengan komunikasi yang terjadi dibangsal karena di Instalasi Gawat Darurat lebih memfokuskan pada tindakan yang akan dilakukan sehingga dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik sangat kurang. Kegiatan kasus gawat darurat memerlukan sebuah sub sistem yang terdiri dari informasi, jaring koordinasi dan jaring pelayanan gawat darurat sehingga seluruh kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem terpadu (PUSBANKES 118, 2012).

(22)

juga dapat ikut andil membantu terbentuknya komunikasi yang efektif agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Menurut Damaiyanti (2008) Komunikasi Terapeutik memiliki 4 tahapan yaitu tahap prainteraksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Tahap Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Tahap orientasi adalah kegiatan yang perawat lakukan saat pertama bertemu dengan pasien. Tahap kerja merupakan inti hubungan perawatan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan yang terakhir tahap terminasi yaitu akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien.

(23)

komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien di Rawat Inap Irina A RSUP Prof. DR. D. Kandou Manado yang menyatakan bahwa ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien.

(24)

Dari data diatas, muncul masalah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah

1. Bagaimana Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat pada

Tahap Orientasi, terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja?

2. Bagaimana Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Kerja terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja?

3. Bagaimana Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Terminasi terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja?

(25)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Orientasi terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Kerja terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan

Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Terminasi terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja

d. Untuk mengetahui pelaksanaan Tahapan Komunikasi

(26)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan

kemampuan peneliti dalam mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh pada perkuliahan ke dalam suatu penelitian.

b. Diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu dan menjadi bahan rujukan bagi dunia pendidikan dalam menetapkan kurikulum pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi RSUD Jogja dalam penerapan komunikasi terapeutik kepada pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Komunikasi Terapeutik

a. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Menurut Nasir (2009) Komunikasi adalah proses penyesuaian dan adaptasi antara dua orang atau lebih dengan maksud untuk menguatkan, mengubah sikap dan tingkah laku orang lain. Sedangkan menurut Potter dan Perry (2006), komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan orang lain.

(28)

keperawatan sehingga memberikan khasiat terapi bagi proses penyembuhan pasien (Nurhasanah,2010).

Menurut penelitian Sutrisno (2015) Komunikasi terapeutik merupakan sarana bagi perawat dalam menjalin hubungan saling percaya dan dapat meningkatkan kepuasan pasien, sehingga dapat meningkatkan citra yang baik untuk tenaga kesehatan khususnya profesi keperawatan

b. Tujuan komunikasi terapeutik

Menurut Priyanto (2009) komunikasi terapeutik dapat digunakan untuk memberikan motivasi dan mengembangkan kepribadian kearah adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan yang meliputi:

1) Penerimaan dan penghormatan diri

Diharapkan perawat dapat mengubah pandangan pasien tentang dirinya dan masa depannya sehingga pasien dapat menerima dan menghargai dirinya sendiri

(29)

3) Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri. Pasien yang memiliki gangguan identitas personal biasanya tidak percaya diri dan harga diri yang rendah, sehingga perawat membantu meningkatkan dan memperjelas identitas dan integritas pasien.

c. Manfaat komunikasi terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik (Damayanti, 2008) adalah: 1) Mendorong dan menganjurkan kerja sama antar

perawat dengan pasien melalui hubungan perawat – klien.

2) Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat

d. Teknik-teknik komunikasi terapeutik

Menurut Stuart dan Sundeen (1987) dalam Mundakir (2006) teknik komunikasi terapeutik perawat dalam berkomunikasi dengan pasien adalah:

1) Mendengar (listening)

(30)

2) Pertanyaan terbuka (broad opening)

Pertanyaan terbuka merupakan teknik yang memberikan kesempatan bagi pasien mengungkapkan perasaan tanpa membatasi.

3) Mengulang (restarting)

Mengulang merupakan bentuk penguatan terhadap apa yang disampaikan pasien dengan cara mengulang pokok pikiran yang disampaikan pasien, hal ini menunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien.

4) Klasifikasi

Perawat mengklarifikasi jika perawat ragu atau tidak jelas dengan informasi yang disampaikan oleh pasien.

5) Refleksi

(31)

terhadap isi pembicaraan, tujuannya agar pasien tahu dan menerima perasaannya.

Ditinjau dari segi teori masih banyak teknik-teknik yang belum diterapkan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.Hal ini mungkin dikarenakan durasi perawatan di Instalasi Gawat Darurat yang cukup singkat, sehingga kesan tidakbaik maupun baik, yang telah disampaikan pasien merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, dari pihak perawat harus memperbaiki apa yang sudah ada, dengan merefresing kembali teori komunikasi terapeutik, persiapan diri dari rumah untuk benar-benar siap bekerja melayani dirumah sakit. (Hermawan,2009) 6) Memfokuskan

Perawat membantu berbicara tetap pada topik, tujuan spesifik, jelas dan fokus pada kenyataan pasien. 7) Membagi persepsi

(32)

8) Identifikasi tema

Perawat mengidentifikasi masalah yang dialami klien selama percakapan untuk mengeksporasi masalahnya.

9) Diam (silence)

Perawat memberi kesempatan berfikir dan memotivasi pasien untuk menyampaikan keluhan atau masalahnya.

10) Informing

Perawat memberikan informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan tentang masalah kesehatan pasien.

11) Saran

Perawat memberikan ide untuk menyelesaikan masalah dari pasien yang dilakukan ditahap kerja. e. Tahap-tahap komunikasi terapeutik

(33)

1) Tahap pre interaksi

Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tahap ini lebih memfokuskan persiapan perawat sebelum berhadapan langsung dengan pasien. Perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, didalam kependidikan perawat materi yang harus dikuasai oleh perawat adalah komunikasi terapeutik dengan tingkat kompetensi mandiri. Perawat yang telah lulus secara legal sudah berkompeten dalam melakukan komunikasi terapeutik.

Tugas perawat pada tahap ini, yaitu:

a) Mengeksplorasi perasaan, harapan dan

kecemasannya

b) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri dengan analisa diri, ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien.

c) Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar

(34)

d) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan diimplementasikan saat bertemu dengan klien.

2) Tahap orientasi

Tahap ini dimulai pada saat bertemu pertama dengan klien. Saat pertama kali bertemu dengan klien tahap ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membantu hubungan saling percaya.

Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya.

Tugas-tugas perawat pada tahap ini adalah:

(35)

b) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu tempat, waktu dan topik pertemuan.

c) Mengenali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien.

d) Merumuskan tujuan dengan klien.

Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini antara lain : memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan, jabat tangan, memperkenalkan diri perawat, menyepakati kontrak, melengkapi kontrak, evaluasi dan validasi, menyepakati masalah. 3) Tahap kerja

Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.

(36)

4) Tahap terminasi

Tahap ini merupakan tahap yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terlena dan berada pada tingkat optimal. Bisa terjadi terminasi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan.

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dibagi 2 yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.

Terminasi terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada tahap ini:

a) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif

b) Melakukan evaluasi subjektif dilakukan dengan

(37)

c) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.

d) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya,

kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan.

f. Faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik

Menurut Potter and Perry (1987) dalam Yusman (2013) adalah :

1) Persepsi: suatu bentuk penerimaan tentang sesuatu yang terjadi disekitarnya, berkaitan dengan panca indra manusia.

2) Nilai: suatu kenyakinan yang sangat dekat dengan masalah etika yang dianut seseorang.

3) Emosi: situasi yang dirasakan berkaitan dengan keadaan subjektif seseorang dilingkungannya.

4) Latar belakang sosial budaya: faktor ini menjadi

pedoman perawat dalam berinteraksi dengan klien. 5) Pengetahuan: hasil dari pendidikan dengan harapan

(38)

6) Peran dan hubungan: seseorang mampu menempatkan diri ketika berinteraksi dengan orang lain dan dapat menjalin hubungan sesuai dengan peran masing-masing

7) Kondisi lingkungan: lingkungan social sebagai tempat

komunikasi berlangsung.

g. Faktor-faktor penghambat dalam proses komunikasi terapeutik

Menurut Purwanto (2007) ada beberapa faktor yang dapat memperhambat komunikasi terapeutik antara lain: 1) Kemampuan pemahaman yang berbeda

2) Pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu

3) Komunikasi satu arah 4) Kepentingan yang berbeda

5) Memberikan jaminan yang tidak mungkin

6) Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita

7) Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi

(39)

9) Memberikan kritik mengenai perasaan penderita 10) Menghentikan atau mengalihkan topik pembicaraan 11) Terlalu banyak bicara yang seharusnya

mendengarkan

12) Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.

2. Perawat

Pengertian perawat dapat kita lihat dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat maka pada pasal 1ayat 1 yang berbunyi “Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan

(40)

3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

Pelayanan Instalasi Gawat Darurat merupakan tolak ukur kualitas pelayanan rumah sakit, karena merupakan ujung tombak pelayanan rumah sakit, yang memberikan pelayanan khusus kepada pasien gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam setiap hari. Karena itu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus diupayakan seoptimal mungkin. Serta menerapkan komunikasi efektif dan terapeutik dalam memberikan pelayanan terhadap pasien.Untuk itu diperlukan kualitas SDM professional termasuk tenaga keperawatannya (Depkes, 2010). Di Instalasi Gawat Darurat penerapan komunikasi terpeutik lebih mengutamakan tahap kerja dibandingkan tahapan yang lain, hal ini karena pelayanan di Instalasi Gawat Darurat lebih mengutamakan tindakan terutama yang bersifat emergency.

4. Kepuasan Pasien

a. Pengertian kepuasan

(41)

yang diharapkan setelah pemakaian. Secara umum harapan merupakan suatu keyakinan yang berkaitan dengan hal yang diterima, sedangkan persepsi terhadap hal yang diterima merupakan hasil dari kinerja yang dirasakan (Tjiptono, 2006).

b. Pengertian pasien

Pasien adalah pelanggan utama rumah sakit yang menjadi fokus semua bentuk pelayanan Rumah sakit dan pasien adalah pemberi nilai yang terbaik atas pelayanan yang diterimanya (Wijono, 2008). Pasien terbagi 2 yaitu pasien dalam dan pasien luar. Pasien dalam adalah pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau rawat pada suatu unit pelayanan kesehatan. Pasien luar adalah pasien yang hanya dapat layanan tertentu namun tidak menginap pada unit pelayanan kesehatan. Pasien adalah konsumen yang membutuhkan kepuasan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2006).

c. Kepuasan pasien

(42)

akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas (Meyana, 2009). Pasien pada dasarnya mengharapkan pelayanan optimal yang sesuai atau melebihi dari harapannya (Hanafi & Richard, 2012).

Tingkat kepuasan pasien terdiri dari penilaian pasien terhadap pelayanan kesehatan, tujuannya agar respon komprehensif pelayanan yang dihasilkan dari harapan sebelumnya dapat dilihat serta hasil pengobatan yang diperoleh setelah adanya pelayanan kesehatan (Liyang & Tang, 2013).

d. Dimensi Kepuasan Pasien

Menurut Supardi (2008), dimensi respon dibagi menjadi lima yaitu:

(43)

2) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada konsumen dengan tepat.

3) Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepasa konsumen sehingga dipercaya.

4) Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan memahami kebutuhan konsumen.

5) Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana

dan fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh konsumen.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien, yang disampaikan oleh para ahli antara lain menurut Wendy Leebov et al dalam (Wijono, 2008):

1) Faktor Kompetensi (Competence): Pengalaman memberikan pelayanan medis/keperawatan seperti: a) Dokter

(44)

d) Staf lain

Menurut Cieveland Clinic Foundation 1986, pelanggan membuat kesimpulan terutama menyangkut keahlian provider menurut faktor-faktor berikut:

a) Ketrampilan memeriksa seorang dokter b) Kemungkinan pengobatan yang diberikan c) Obat yang diberikan

d) Ketrampilan penggunaan teknologi medis e) Tipe masalah media yang ditangani dokter f) Keterlibatan dokter dalam penelitian

2) Keterjangkauan (Affordability): Faktor Pembiayaan Mengenai uang jasa, dapat bersifat kontroversial, terlalu murah atau terlalu mahal. Tergantung pelayanan dan perasaan serta sikap penerima pasien ungkap bahwa “anda memperoleh sesuai apa yang anda bayar”,

mungkin benar. Namun seringkali juga tidak. Pasien merasa tidak menerima sesuai dengan besarnya uang yang telah dibayarkan. Justru karena hal-hal yang bersifat non medis.

(45)

a) Kebersihan Fasilitas, keindahan gedung dan halaman

b) Kondisi bangunan

c) Kemudahan menemukan tempat pelayanan d) Lingkungan kerja tidak semrawut

e) Ukuran luas fasilitas ruangan

f) Halaman parkir yang aman dan lapang

4) Faktor Sistem: Keruwetan (The Maze Factor)

Kemudahan menemukan tempat pelayanan/perawatan a) Efisiensi pelayanan yang disediakan

b) Kemampuan memperoleh janji yang cepat c) Waktu tunggu dokter

d) Waktu tunggu tes

5) Faktor Kelembutan (Kidgloves)/ Faktor Hubungan antar Manusia (HAM)

a) Kepedulian dokter dan para medis pada pasien dan

keluarganya

b) Kemauan dan kemampuasn berkomunikasi dokter

(46)

e) Kesediaan membantu resepsionis dan staf lainnya f) Persahabatan (keramah tamahan) resepsionis dan

staf lain

g) Kesediaan membantu pada pasien

h) Ketrampilan pelayanan interpersonal kepada

pasien

i) Penampilan staff yang tidak berpengalaman, ogah-ogahan dan kasar membuat pasien menderita j) Lembur staff yang melelahkan sehingga

mengganggu HAM.

6) Faktor Kenyamanan dan Keistimewaan (Ammenities and Extras) :

Faktor ini tidak terlalu sulit dilakukan, namun cukup berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Banyak hal dapat dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan perasaan diistimewakan terhadap pasien.

(47)

diistimewakan, diperhatikan dan mengurangi kecemasan. Perlakuan tersebut seperti :

a) Tersedia AC

b) Menyediakan majalah/surat kabar/teka-teki silang di ruang tunggu

c) Tersedia TV/VCD

d) Bahan-bahan promosi kesehatan (booklet, leaflet, poster)

e) Nutrisi promosi dan lain-lain

f) Menaruh bunga dan wewangian ruangan

g) Kamar kecil yang bersih, nyaman dan airnya lancar.

Namun demikian pasien sangat memahami waktu tunggu, sehingga mereka bisa merasakan apakah kenyamanan dan keistimewaan yang diberikan itu hanya untuk menghabiskan waktu saja atau memang “waiting time” yang seharusnya di jalani pasien.

(48)

7) Faktor Waktu Pelayanan

Masalah waktu dalam pelayanan sering menjadi penyebab utama ketidakpuasan pelanggan termasuk pasien dan pegawai itu sendiri seperti:

a) Waktu tunggu yang panjang diruang

tunggu/periksa

b) Kurangnya waktu dokter dalam melakukan pemeriksaan

c) Waktu untuk mendapatkan rujukan yang diperlukan

d) Waktu antrian mendapat kamar perawatan

e) Waktu pemeriksaan laboratorium, radiologi, transfusi darah dsb

f) Waktu untuk mencari ruangan yang diperlukan oleh pasien untuk periksa atau perawatan

g) Waktu untuk memenuhi persyaratan administrasi

dan pembayaran

h) Waktu dan usaha yang sia-sia saat menghubungi

dokter dalam keadaan gawat darurat

(49)

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien

(50)
[image:50.516.73.468.110.654.2]

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan

Noor, Hidayah (2015) Hubungan Komunikasi Teraupetik Verbal dan Non Verbal Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Kabupaten Kudus Analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional.

T Terdapat hubungan Hubungan

Komunikasi Teraupetik Verbal dan Non Verbal Perawat dengan Tingkat

Kecemasan

Keluarga pasien di Instalasi

Perawatan Intensif RSUD Kabupaten Kudus

Perbedaan dengan penelitian ini adalah

terletak pada variabel penelitian, subyek dan obyek

penelitian, metode, tempat dan waktu penelitian. Sutrisno, dkk (2015) Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan kepuasan pasien di IGD RSUD DR. H. Chasan Boesoire Ternate Survei analitik dengan pendekatan cross sectional Adanya hubungan Komunikasi Terapeutik

Perawat dengan kepuasan pasien di IGD RSUD DR. H. Chasan Boesoire Ternate

Perbedaan dengan penelitian ini adalah

terletak pada metode, tempat dan waktu penelitian. Surahman, (2014) Pengaruh Dimensi Kecerdasan Emosional Terhadap Komunikasi Terapeutik Perawat di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah

Unit I

Yogyakarta Penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional Terdapat

pengaruh yang signifikan antara kecerdasan

emosional terdiri dari dimensi kesadaran emosi, pengendalian emosi, motivasi diri, empati dan hubungan sosial terhadap

komunikasi terapeutik

perawat di Rumah

Sakit PKU

Muhammadiyah Unit I Yogyakarta

Perbedaan dengan penelitian ini adalah

terletak pada variabel penelitian, subyek dan obyek

penelitian, metode, tempat dan waktu

(51)

C. Landasan Teori

Komunikasi terapeutik merupakan hal yang sangat penting bagi perawat untuk mendukung proses keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Salah satu bagian dari komunikasi terapeutik yang paling berperan dalam kepuasan pasien adalah tahapan komunikasi terapeutik. Tahapan komunikasi terapeutik terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap prainteraksi, orientasi, kerja dan terminasi. Tahap terminasi merupakan tahap dimana perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan oleh perawat. (Priyoto, 2015).

Secara garis besar kepuasan pasien dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor kompetensi, keterjangkauan, faktor ambience, faktor sistem, faktor kelembutan, faktor kenyamanan dan keistimewaan serta faktor waktu pelayanan (Wijono,2008)

(52)

Untuk penelitian kali ini peneliti mengambil jenis pelayanan di Instalasi Gawat Darurat, hal ini disebabkan oleh pelayanan gawat darurat merupakan tolak ukur kualitas pelayanan rumah sakit, karena merupakam ujung tombak pelayanan rumah sakit, yang memberikan pelayanan khusus kepada pasien gawat darurat secara terus-menerus selama 24 jam setiap hari. Karena itu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus diupayakan seoptimal mungkin. Serta menerapkan komunikasi efektif dan terapeutik dalam memberikan pelayanan terhadap pasien (Depkes, 2010).

D. Kerangka Teori

Sumber: Wendy Leetbov, et al (1990) dalam Wiyono (2008)

[image:52.516.93.465.339.503.2]

Sumber: Sutrisno,dkk (2015)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Kepuasan Pasien Faktor Waktu Pelayanan

Faktor Kenyamanan dan Keistimewaan

Faktor Kelembutan

Faktor Sistem

Faktor Ambience Keterjangkauan Faktor kompetensi

Kepuasan

(53)

E. Kerangka Konsep

[image:53.516.79.464.84.498.2]

Keterangan : Dilakukan penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Ada Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Orientasi terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

2. Ada Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Kerja terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

3. Ada Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Terminasi terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

Komunikasi Terapeutik:

Kepuasan Pasien (Y) Orientasi (X1)

Kerja (X2)

(54)
(55)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan cross sectional, yaitu jenis survei yang mengamati sebuah objek penelitian, baik satu maupun beberapa variabel, dengan cara menghimpun data pada suatu masa yang sama. Setiap objek yang diamati dilakukan sekali saja (Indrawan, dkk, 2014).

B. Subjek dan Objek Penelitian

Yang dimaksud subjek penelitian, adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka sebagai sasaran (Kamus Bahasa Indonesia, 1989).Adapun subjek dalam penelitian ini adalah perawat di pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

(56)

yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Maka objek pada penelitian ini adalah pasien Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Menurut Susanto (2013), Populasi mengacu pada keseluruhan pelompok, peristiwa, atau segala sesuatu yang menarik bagi peneliti untuk diinvestigasi. Maka, populasi dalam penelitian ini adalah pasiendi Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja. Jumlah populasi pada penelitian ini selama 3 hari.

(57)

kemudian akumulasi selama 3 hari sebanyak 210 responden. Dalam penelitian ini didapatkan sampel dengan kesalahan 5% pertiga hari sebanyak 140 responden.

D. Cara Pengambilan Sample

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi Pasien

a. Pasien Instalasi Gawat Darurat berumur 18-55 tahun b. Kondisi pasien bersedia dan memungkinkan untuk mengisi

kuesioner yang diajukan petugas penelitian.

c. Pasien yang pernah diperiksa di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja minimal 1 kali dengan alasan semakin lama kontak pasien dengan petugas semakin banyak mengevaluasi pelayanan.

2. Kriteria Ekslusi Pasien

Pasien yang tidak sadar, memiliki penyakit mental, tidak dapat baca tulis, dan pasien yang diluar kriteria inklusi.

E. Jalan Penelitian

Penelitian-penelitian kuantitatif

(58)

3. Penyusunan skala sikap dan penyusunan angket kuesioner (sudah divalidasi dari penelitian sebelumnya).

4. Pelaksanaan penelitian dengan membentuk tim pelaksana

penelitian, kemudian pelaksanaan penelitian dalam 3 hari. 5. Pengolahan data, penulisan laporan penelitian, dan presentasi

hasil penelitian.

F. Variabel Penelitian

Menurut Nursalam (2003) variabel adalah perilaku atau karateristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll). Semua variable yang diteliti harus diidentifikasikan, mana yang termasuk variable bebas (independent), variable tergantung (dependent), variable mediator pengontrol, dan variable perancu. Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah komunikasi terapeutik 2. Variabel Tergantung (Dependent Variable)

Variabel tergantung adalah kepuasan pasien.

G. Definisi Operasional

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

(59)

kesehatan kepada pasien. Komunikasi yang dinilai dalam penelitian ini adalah komunikasi yang menggunakan tahapan komunikasi teraupetik yang dilakukan perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja, tahapan tersebut yaitu:

a. Tahap Orientasi (X1) merupakan tahap perawat mengenali

yang dirasakan oleh pasien.

b. Tahap Kerja (X2) merupakan hal paling utama untuk mencapai suatu tujuan.

c. Tahap Terminasi (X3) merupakan tahap akhir dari pertemuan, tahap ini perawat menciptakan realita perpisahan, mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan dan merencanakan kontak tindak lanjut.

2. Variabel Tergantung (Dependent Variable)

(60)

H. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan secara serentak kepada responden yang telah terpilih dan diisi oleh responden pada hari tersebut dengan sebelumnya melakukan in-depth interview kepada perawat dan pasien, instansi yang terkait, dan pihak direktorat. Hal ini untuk memperkuat hasil analisis dari pasien yang disebarkan melalui kuesioner. Daftar pertanyaan yang digunakan terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden, seperti umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, kelas perawatan, sumber biaya, pihak yang menganjurkan memilih RSUD Jogja

2. Kuesioner untuk mengukur penilaian responden mengenai

kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik yang telah dilaksanakan RSUD Jogja. Kuesioner tersebut dikelompokkan sebagai berikut :

(61)

Jawaban yang diperoleh diberi skor dengan menggunakan Skala Likert sebagai berikut: TS=Tidak Pernah, HTP=Hampir Tidak Pernah, R=Ragu-ragu, S= Sering, SL =Selalu.

b. Untuk kuesioner kepuasan pasien secara garis besar berisi

tentang reaksi puas/tidak puas yang dialami oleh pasien terhadap komunikasi terapeutik.

Jawaban yang diperoleh diberi skor dengan menggunakan Skala Likert sebagai berikut: TS= Tidak Pernah, HTP = Hampir Tidak Pernah R= Ragu-ragu, S= Sering, SL= Selalu. Sebelum kuesioner tersebut dipakai dalam penelitian sesungguhnya, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas dibantu dengan program SPSS versi 16 for Windows.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel

1. Uji Validitas

(62)

dengan kenyataannya dilapangan. Pengujian validitas alat pengumpul data atau kuesioner yang telah dibuat ini menggunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan mengkorelasikan nilai korelasi item butir dengan total skor pertanyaan. Penyimpulan valid atau tidaknya item dengan membandingkan r hitung dengan r table pada taraf signifikan 5%. Pernyataan dikatakan valid bila r hitung lebih besar dari r table dan bila r hitung lebih kecil dari nilai r table maka pertanyaan tersebut tidak valid (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini menggunakan instrument penelitian terdahulu yang telah di uji validitasnya. Dengan hasil semua item pertanyaan yang ada didalam kuesioner didapat kan hasil r hitung > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan dikatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

(63)

reliabilitas dari variable sebuah kuesioner dikatakan cukup baik apabila memiliki koefisien Alpha Cronbach > 0,6 (Sugiyono,2015). Pada penelitian ini menggunakan instrument penelitian terdahulu yang telah di uji reliabilitas. Dengan hasil semua item pertanyaan yang ada didalam kuesioner didapat kan hasil melebihi koefisien Alpha Cronbach > 0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan dikatakan reliabel.

J. Teknik Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Data akhir diolah dengan teknik stastik yaitu teknik pengolahan data dengan menggunakan analisis statistik (Notoatmojo,2010). Pada penelitian ini peneliti mengolah data dengan mnenggunakan computer dengan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan data melalui tahap - tahap sebagai berikut: a. Editing

Editing dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir tersebut:

1) Apakah lengkap

2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas

(64)

4) Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsistens dan jawaban pertanyaan lainnnya.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan peng”kode”an atau “coding” yakni mengubah

data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Memasukkan data (data entry) atau processing

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” dimasukkan kedalam

SPSS 16 for windows. d. Pembersihan data (cleaning)

Setelah dilaksanakan entry data maka data perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan - kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan data di koreksi.

2. Analisis Data

a. Analisis statistik inferensial adalah teknik statistic yang

(65)

terhadap komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

b. Analisis regresi linear ganda merupakan regresi yang

digunakan untuk menguji lebih dari satu variabel bebas (Martono, 2011). Dalam penelitian ini, analisis regresi digunakan untuk menilai pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

3. Uji Prasyarat Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier ganda. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang berupa uji normalitas dan uji linieritas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Bila data terdisitrbusi normal maka tehnik statistik yang digunakan adalah statistic parametriks (Sugiyono,2015). Menurut Imam Ghozali (2009), salah satu cara untuk melakukan uji normalitas adalah analisis Kolmogorov-Smirnov, dengan uji hipotesis:

(66)

Ha : skor pengukuran tidak berdistribusi normal

Kriteria yang digunakan adalah Ho diterima apabila nilai signifikansi lebih dari 0.05. Perhitungan analisis Kolmogorov – Smoirnov dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. b. Uji Linearitas

Uji linieritas berfungsi untuk mengetahui apakah garis regresi antara X dan Y membentuk garis linier atau tidak, kalau membentuk garis linier maka analisis regresi dapat dilakukan (Sugiyono,2015). Uji linieritas menggunakan uji F dengan bantuan program komputer SPSS 16 for Windows. Kriteria pengujian linieritas adalah jika F hitung lebih kecil daripada F tabel, pada taraf

signifikan 5%, maka hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat adalah linier. (Ghozali,2006)

4. Pengujian Hipotesis

(67)

a. Koefisiensi Determinasi (R2)

(68)

terhadap kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

b. Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji serentak yaitu uji statistik bagi koefisien regresi yang serentak atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Menguji keberartian regresi ganda dengan uji F. Ketentuannya adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikan F hitung ≤ α (0,05) maka Ha diterima.

Ini berarti bahwa semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2) Jika signifikan F hitung ≥ α (0,05) maka Ha ditolak. Ini berarti bahwa semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen ( Sugiyono, 2015).

(69)

c. Uji signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik)

Uji t statistic dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi yang paling umum digunakan yaitu α = 5%. Uji t statistik digunakan untuk menguji koefisiensi regresi variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah:

1) Apabila probabilitas kesalahan kurang 0,05 (p<0,05) maka, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2) Apabila probabilitas kesalahan lebih dari 0,05 (p> 0,05) maka, Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variable dependen (Sugiyono, 2015).

(70)

K. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian yang berhubungan langsung dengan manusia merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian. Maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Menurut Hidayat (2007) masalah etika yang harus diperhatikan adalah:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Informasi yang harus ada dalam lembar persetujuan antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

(71)

lainnya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

(72)

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum RSUD Jogja

a. Profil RSUD Jogja

RSUD Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang berada di ujung Selatan Kota Yogyakarta. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK0203/I/0233/2014 menjadi rumah sakit tipe B Pendidikan. Dalam 10 tahun belakangan ini berusaha senantiasa untuk selalu mengembangkan layanan – layanan unggulannya. Saat ini Rumah Sakit Jogja sedang berbenah mempersiapkan diri menjadi rumah sakit rujukan regional

Rumah Sakit Jogja didirikan di atas tanah seluas

lebih dari 27.000 m² dengan luas bangunan lebih dari

15.000 m² cukup luas untuk menerapkan konsep keindahan

dan kenyamanan. Sebagai rumah sakit modern, Rumah

(73)

terkini serta berbagai layanan unggulan antara lain:

pelayanan klinik eksekutif yang berorientasi pada

kebutuhan pelanggan dengan mengedepankan kenyamanan,

kecepatan, dan kepastian, pelayanan klinik gigi yang

dilengkapi dengan dokter spesialis orthodonsi yang ramah,

kemudian ada juga pelayanan kulit dan kosmetik di klinik

kulit yang akan membantu pasien tampil lebih percaya diri.

Klinik ini dilengkapi dengan peralatan yang canggih dan

dilayani oleh dokter spesialis yang sudah mendapatkan

pelatihan di Australia. Layanan unggulan lainnya adalah

klinik Tumbuh kembang Anak dan layanan pemeriksaan

Endoskopi untuk mendukung pelayanan kesehatan yang

prima dan paripurna.

(74)

pasien. Untuk menjamin ketersediaan, kualitas, akurasi obat dan pelayanan yang cepat, layanan transaksi pembayaran dan Farmasi Rumah Sakit Jogja dikelola dengan menggunakan sistem komputerisasi terintegrasi. Selain dukungan fasilitas tersebut di atas, dalam memberikan jaminan mutu layanan kesehatan dan keselamatan pasien (Patient Safety), Rumah Sakit Jogja menerapkan Patient Safety Program / Program Keselamatan Pasien.

Rumah Sakit Jogja juga telah memperoleh pengakuan jaminan mutu layanan kesehatan/Akreditasi dari Kementerian Kesehatan RI untuk 2007 dengan stadar penilaian 12 pelayanan. Saat ini sedang berusaha untuk lulus akreditasi dengan standar penilaian KARS versi tahun 2012. Pada perkembangannya, pada tahun 2014 status RSUD Kota Yogyakarta berubah menjadi Rumah Sakit tipe B pendidikan berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.02.03/1/0233/2014.

(75)

Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Farmasi, Keselamatan Kesehatan Kerja, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan Perinatal resiko infeksi.

(http://rumahsakitjogja.jogjakota.go.id/index.php/profile).

b. Visi dan Misi RSUD Jogja

Visi RSUD Jogja adalah terwujudnya pelayanan prima dan menjadi pilihan utama masyarakat. Sedangkan misi RSUD Jogja adalah:

1) Mewujudkan pelayanan dengan standar profesi

tertinggi berbasis keselamatan pasien, sesuai dengan

kebutuhan dan harapan pelanggan.

2) Meningkatkan kompetensi dan kinerja pegawai secara

berkesinambungan.

3) Mewujudkan Rumah Sakit Pendidikan, wahana

penelitian, pelatihan dan pengembangan.

4) Membangun Sistem Informasi dan Manajemen Rumah

Sakit yang handal.

5) Mewujudkan manajemen yang efektif dan efisien

(76)

6) Ikut mewujudkan Yogyakarta sebagai kota

berwawasan lingkungan sehat.

(http://rumahsakitjogja.jogjakota.go.id/index.php/visi_misi)

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian

a. Hasil Uji Validitas

Nilai koefisiensi validitas setiap instrument dapat di

konsultasikan dengan nilai r tabel. Penyimpulan instrument

dapat dikonsultasikan dengan r tabel (Sugiyono,2015). Penyimpulan valid atau tidaknya item adalah dengan

membandingkan r hitung dengan r tabel pada taraf

signifikan 5%. Pertanyaan dinyatakan valid bila r hitung

lebih besar dari r tabel dan bila r hitung lebih kecil dari nilai

r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid

(Arikunto,2006).

Pada penelitian ini instrument yang digunakan merupakan instrument dari penelitian terdahulu yang telah divaliditasi oleh Anis M (2011) yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD dr Soebandi Jember”.

(77)
[image:77.516.156.447.89.343.2]

Tabel 4.1 Uji Validitas pada Tahap Orientasi

Tahap Orientasi

No item r hitung (Penelitian )

1 0.9714

2 0.855

3 0.855

4 0.8847

5 0.9643

6 0.8137

7 0.9229

8 0.8367

9 0.8503

10 0.8503

11 0.9353

12 0.8367

13 0.7649

14 0.8172

Pada tabel 4.1 Hasil uji validitas pada penelitian terdahulu terdapat nilai r tabel sebesar 0.361, sehingga

dapat disimpulkan r hitung > r tabel setiap item pernyataan

[image:77.516.156.446.479.645.2]

tahap orientasi di katakan valid.

Tabel 4.2 Uji Validitas pada Tahap Kerja

Tahap Kerja

No item r hitung (Penelitian)

1 0.7761

2 0.8172

3 0.8137

4 0.9229

5 0.9353

6 0.9353

7 0.8584

(78)

Lanjutan Tabel 4.2 Uji Validitas pada Tahap Kerja Tahap Kerja

No item r hitung (Penelitian)

9 0.9685

10 0.8193

11 0.9643

12 0.9643

13 0.9714

14 0.855

15 0.9714

Pada tabel 4.2 Hasil uji validitas pada penelitian

terdahulu terdapat nilai r tabel sebesar 0.361, sehingga

dapat disimpulkan r hitung > r tabel setiap item pernyataan

[image:78.516.157.447.94.237.2]

tahap kerja di katakan valid.

Tabel 4.3 Uji Validitas pada Tahap Terminasi

Tahap Terminasi

No item r hitung (Penelitian)

1 0.943

2 0.8193

3 0.8847

4 0.7761

Pada tabel 4.3 Hasil uji validitas pada penelitian

terdahulu terdapat nilai r tabel sebesar 0.361, sehingga dapat disimpulkan r hitung > r tabel setiap item pernyataan

(79)

b. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu instrument yang

menunjukkan bahwa instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrument tersebut sudah baik (Arikunto,2006). Penelitian

ini menggunakan rumus Alpha Cronbach, instrument

memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai Alpha

Cronbach > 0,6.

Tabel. 4.4 Uji Reliabel Penelitian

Variabel Alpha Cronbach Keterangan

Tahap Orientasi 0.8051 Reliabel

Tahap Kerja 0.8416 Reliabel

Tahap Terminasi 0.6674 Reliabel

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa seluruh variabel

mempunyai nilai Alpha Cronbach > 0,6. Hal ini berarti,

pernyataan tersebut reliabel sehingga dapat digunakan pada

penelitian.

3. Gambaran Responden Penelitian

Responden yang diminta untuk mengisi kuesioner dalam

penelitian ini adalah pasien yang pernah mendapat pelayanan di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja minimal 1 kali dengan usia

(80)

a. Jenis Kelamin Responden

Total responden yang diteliti sebanyak 140

responden, dengan jenis kelamin pria berjumlah 71

responden dengan persentase sebesar 50.71% sedangkan yang berjenis kelamin wanita berjumlah 69 responden

dengan persentase sebesar 49. 28%

Tabel. 4.5 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Pria 71 50.71%

Wanita 69 49. 28%

Total 140 100 %

b. Usia Responden

Usia responden dalam penelitian ini terbagi menjadi

4 kelompok yaitu 18-25 tahun, 26-35 tahun, 36-45 tahun,

46-55 tahun. Untuk kelompok dengan rentang usia 46-55

tahun memiliki jumlah responden tertinggi yaitu sebesar 48

responden dengan persentase 34.28 %. Sedangkan untuk

kelompok dengan rentang usia 26-35 tahun memiliki

jumlah responden terendah yaitu sebesar 31 responden

[image:80.516.157.451.250.324.2]
(81)
[image:81.516.155.460.90.201.2]

Tabel 4.6 Usia Responden

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang ada dalam

penelitian ini terbagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok

tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Diploma, Strata 1 dan

Strata 2. Untuk kelompok dengan jumlah tertinggi yaitu

kelompok dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 72

responden dengan persentase 51.42% sedangkan kelompok

dengan jumlah terendah yaitu kelompok dengan tingkat

pendidikan tidak sekolah dan Strata 2 sebanyak 1

responden dengan persentase 0.71 %.

Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentasi (%)

Tidak Sekolah 1 0.71%

SD 12 8.57%

SMP 29 20.71%

SMA 72 51.42%

Diploma 11 7.85%

Strata 1 14 10%

Strata 2 1 0.71%

Total 140 100 %

Usia Responden Jumlah Presentasi (%)

18-25 tahun 31 22.14%

26-35 tahun 24 17.14%

36-45 tahun 37 26.42%

46-55 tahun 48 34.28%

[image:81.516.155.451.496.639.2]
(82)

Pada tabel 4.7 terdapat 1 responden yang tidak

bersekolah, dengan usia 40 tahun. Dalam kondisi ini,

peneliti mendampingi responden dalam mengisi kuesioner.

Jika terdapat pertanyaan dari kuesioner yang responden

tidak mengerti, peneliti menjelaskan dengan menggunakan

bahasa yang mudah di mengerti. Walaupun didampingi

khusus, pengisian kuesioner tetap diisi langsung oleh

responden.

d. Komunikasi Terapeutik

1) Tahap Orientasi

Berdasarkan hasil perhitungan bahwa dari 140

responden didapat hasil yang tertinggi dalam menilai

Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Orientasi

memilih “sering” dengan jumlah 57 responden dengan

persentase 40.17% terhadap Kepuasan Pasien di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik pada Tahap Orientasi Penilaian pada Tahap

Orientasi Frekuensi Persentase

Tidak Pernah 3 2.14%

Hampir Tidak Pernah 14 10%

Ragu-ragu 30 21.43%

Sering 57 40.71%

Selalu 36 25.71%

(83)

2) Tahap Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan bahwa dari 140

responden didapat hasil yang tertinggi dalam menilai

Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Kerja

memilih “ragu-ragu” dengan jumlah 47 responden

dengan persentase 33.57% terhadap Kepuasan Pasien

[image:83.516.176.453.280.428.2]

di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik pada Tahap Kerja Penilaian pada Tahap

Kerja Frekuensi Persentase

Tidak Pernah 10 7.14%

Hampir Tidak Pernah 18 12.86%

Ragu-ragu 47 33.57%

Sering 36 25.71%

Selalu 29 20.71%

Total 140 100%

3) Tahap Terminasi

Berdasarkan hasil perhitungan bahwa dari 140

responden didapat hasil yang tertinggi dalam menilai

Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Terminasi

memilih “sering” dengan jumlah 51 responden dengan

persentase 36.43% terhadap Kepuasan Pasien di

(84)
[image:84.516.177.452.85.236.2]

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik pada Tahap Terminasi Penilaian pada Tahap

Kerja Frekuensi Persentase

Tidak Pernah 6 4.29%

Hampir Tidak Pernah 24 17.14%

Ragu-ragu 34 24.29%

Sering 51 36.43%

Selalu 25 17.86%

Total 140 100%

e. Kepuasan Pasien

1) Kepuasan Pasien pada Tahap Orientasi

Berdasarkan hasil perhitungan bahwa dari 140 responden didapat hasil yang terbanyak Kepuasan Pasien pada Komunikasi Terapeutik pada Tahap Orientasi memilih “puas” dengan jumlah 47 responden dengan persentase 33.57% di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Menurut Kepuasan Pasien Pada Tahap Orientasi

Tingkat Kepuasan

pasien Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Puas 4 2.85%

Tidak Puas 30 21.42%

Ragu-ragu 44 31.42%

Puas 47 33.57%

Sangat Puas 15 10.71%

[image:84.516.177.448.484.630.2]
(85)

2) Kepuasan Pasien pada Tahap Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan bahwa dari 140 responden didapat hasil yang terbanyak Kepuasan Pasien pada Komunikasi Terapeutik pada Tahap Kerja memilih “puas” dengan jumlah 75 responden dengan

[image:85.516.176.448.279.420.2]

persentase 53.57% di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Menurut Kepuasan Pasien Pada Tahap Kerja

Tingkat Kepuasan

pasien Freku

Gambar

Tabel  2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Teori
Gambar 2.2  Kerangka Konsep
Tabel 4.1 Uji Validitas pada Tahap Orientasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hutang piutang atau pinjaman uang yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Sukamakmur juga terdapat tambahan pengembalian, yang mana tambahan pengembalian ini telah

sebagai tindak pidana pemudahan. Satochid Kartanegara, tindak pidana penadahan disebut tindak pidana pemudahan, yakni karena perbuatan menadah telah mendorong orang lain

jadi laba bersih UKM setiap satu ikan asap yaitu Rp.205/buah (wawancara Ibu Maryati, 2016). Untuk gaji karyawan model harian yaitu karyawan laki-laki Rp.60.000/hari dan

Pada penderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri terapi yang diberikan yaitu dimulai dengan pemberian antibiotik secara empiris dengan antibiotik yang

Harga jual yang menjadi prioritas dalam penelitian ini adalah subkriteria pada kriteria pendapatan yang utama untuk menjadi perhatian dalam pengembangan usahatani mina padi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin. Penelitian ini terdiri dari prasiklus, siklus I dan siklus II.

Melalui kegiatan membaca teks “Kegiatan Saat Jam Istirahat” pada salindia yang diberikan melalui google form , peserta didik dapat mengidentifikasi ungkapan atau

Unsur/strata yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: unsur bunyi, unsur arti (satuan arti), unsur objek, unsur dunia, dan unsur