• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Stres Pada Pasien Skizofrenik Fase Stabilisasi Pengobatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Stres Pada Pasien Skizofrenik Fase Stabilisasi Pengobatan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT STRES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

FASE STABILISASI PENGOBATAN

TESIS

OLEH :

SUPERIDA BR GINTING SUKA

087106006

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT STRES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

FASE STABILISASI PENGOBATAN

TESIS

Untuk memperoleh gelar magister di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

SUPERIDA BR GINTING SUKA

087106006

PROGRAM MAGISTER SPESIALIS KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Tingkat Stres Pada Pasien Skizofrenik Fase

Stabilisasi Pengobatan

Nama Mahasiswa : Superida Br Ginting Suka

Nomor Induk Mahasiswa : 087106006

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Prof.dr.Bahagia Loebis, SpKJ(K)

Ketua

Ketua Program Magister Ketua TKP PPDS

Prof.dr.H. Chairuddin P Lubis, DTM&H,SpA(K) dr.Zainuddin Amir SpP(K

NIP. 194503181973021001 NIP. 195406201980111001

(4)

Telah diuji pada

Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr. Bahagia Loebis, SpKJ (K)

Anggota : 1. Prof.dr. H.M Joesoef Simbolon, SpKJ (K) ...

2. dr. Elmeida Effendy, SpKJ ...

3. dr. Dapot P Gultom, SpKJ ...

(5)

TINGKAT STRES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

FASE STABILISASI PENGOBATAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis

mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar rujukan.

Medan, Januari 2012

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama

mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk

mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mustafa Mahmud Amin, SpKJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri FK

USU dan guru penulis, yang banyak memberikan masukan –masukan

berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. dr. Elmeida Effendy, SpKJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Psikiatri FK

USU, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang dengan

penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengoreksi, dan memberi

masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

4. Prof.dr. Bahagia Loebis, SpKJ(K), sebagai guru dan pembimbing penulis

dalam penyusunan tesis ini, yang banyak memberikan koreksi dan

masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Para guru besar dan konsultan psikiatri, dr. H. Harun Thaher Parinduri,

(7)

Simbolon, SpKJ(K), yang tidak pernah lelah memberikan arahan,

masukan,koreksi yang membangun kepada penulis.

6. Para guru dr. Raharjo Suparto, SpKJ, Alm. dr. H. Marhanuddin Umar,

SpKJ(K), dr.M. Surya Husada, SpKJ, selaku senior dan guru penulis yang

banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

7. dr. Vita Camellia, SpKJ, selaku guru dan pembimbing penulis dalam

penulisan dan penyusunan tesis ini, yang banyak memberikan koreksi dan

masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

8. Para dosen luar biasa dr.Juskitar, SpKJ, dr. Herlina Ginting, SpKJ, dr. Mawar

Gloria Tarigan, SpKJ, dr. Freddy Nainggolan, SpKJ, yang telah banyak

memberi masukan selama penulis mengikuti Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

9. dr. Sulastri Effendi, SpKJ, dr. Evawaty Siahaan, SpKJ; dr. Donald F.

Sitompul, SpKJ; dr. Artina Roga Ginting, SpKJ; dr. Rosminta Girsang, SpKJ;

dr. Paskawani Siregar, SpKJ; dr. Citra Julita Tarigan, SpKJ; dr. Vera R.B.

Marpaung, SpKJ; dr. Yusak P.Simanjuntak, SpKJ; dr. Adhayani Lubis, SpKJ,

dr. Juwita Saragih, SpKJ; dr. Rudyhard Hutagalung, SpKJ; dr. Laila Sari,

SpKJ; dr. Fredrich Lupini, SpKJ; dr. Evalina Perangin-angin, SpKJ; dr. Victor

Eliezer Perangin-angin, SpKJ; dr. Siti Nurul Hidayati, SpKJ; dr. Lailan

Sapinah, SpKJ; dr. Silvy Agustina Hasibuan, SpKJ sebagai senior, yang

(8)

selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis

Ilmu Kedokteran Jiwa.

10. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah

Sakit Tembakau Deli Sumatera utara Medan, atas izin, kesempatan dan

fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama

penulis mengikuti Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

11. dr. Dapot Parulian Gultom, SpKJ, M. Kes, selaku Kepala BLUD RS Jiwa

Propinsi Sumatera Utara Medan, atas izin, kesempatan, fasilitas dan

pengarahan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis dalam

penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing Magister

Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

12. dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan

Masyarakat / Ilmu Kedokteran Pencegahan FK USU dan konsultan

metodologi penelitian dan statistik penulis dalam penelitian ini, yang banyak

meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam

penelitian ini.

13. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU; dr. Herny Taruli

Tambunan, dr. Mila Astari Harahap, dr. Ira Aini Dania, dr. Baginda Harahap,

dr. Muhammad Yusuf, dr. Ricky Wijaya Tarigan, dr. Ferdinan Leo Sianturi, dr.

Hanip Fahri, dr. Saulina Dumaria Simanjuntak, dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr.

Andreas Xaverio Bangun, dr. Dian Budianti Amalina, dr. Tiodoris Siregar, dr.

Endang Sutry Rahayu, dr. Duma M. Ratnawati, dr. Nauli Aulia Lubis, dr.

(9)

Rangkuti, dr. Rini Gusya Liza, dr. Gusri Girsang, dr. Dessy Wahyuni, dr. Ritha

Mariati Sembiring, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Susiati, dr. Annissa

Fransiska, dr. Dessi Mawar Zalia, dr.Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Andi

Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, dr. Rosa Yunilda, dr. Arsusy

Widyastuty, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis

melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal dan informal,

serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

14. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah

bertugas selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak

membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

15. Kepada Direktur Rumah Sakit Bhayangkara Poldasu yang memberikan izin

kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan, rekan sejawat, para staf

medis dan non medis Rumah Sakit Bhayangkara yang telah dengan sabar

memberi arahan kepada penulis selama bekerja di RS Bhayangkara dan

mendoakan serta memberi semangat agar penulis melanjutkan Program

Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

16. Semua pasien Skizofrenik beserta keluarga yang telah bersedia

(10)

17. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan kasihi Simon

Ginting Suka dan Reh Malem br Taringan, yang telah penuh perjuangan

membesarkan, memberikan perlindungan, kasih sayang dan penyertaan doa

yang tidak pernah urung serta dukungan penuh dalam menjalani banyak hal

terutama selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik

Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

18. Kepada kedua mertua saya, bapak Adma Tarigan Sibero dan Ibu Dem br

Ginting Suka, SPd, yang banyak memberikan semangat, dorongan dan doa

kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran

Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

19. Kepada Seluruh abang dan kakak saya Drs. Riswan Ginting Suka (Alm),

Sukaria br Ginting Suka AM.Kep, AKBP.dr. Athonius Ginting Suka SpOG,

MARS, Maspelita br Ginting Suka Amd, AKP.dr. Martinus Ginting Suka dan

adik saya IPDA (Anumerta) Eddy Ginting Suka, dan juga seluruh ipar saya;

Ruth br Sitepu, Alm. Udin Sembiring, SE, Roswitha Bukit, SE.AK, Rasidin

Tarigan, dr. Leksolie Lirodon FoES, dr. Juliyanti Tarigan Sibero, Gelora Adil

Ginting, SH, MM, Nora Novita Tarigan Sibero ST, Kapten.CPN. Armanta

Ginting, SSi, beserta semua keponakanku yang terkasih yang banyak

memberikan semangat, inspirasi, dukungan dan doa kepada penulis selama

menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

20. Akhirnya kepada suami tercinta, Dael Efraim Tarigan Sibero SE.AK, dan

(11)

Candy Tarigan Sibero, terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat,

pengorbanan, pengertian dan kasih sayang yang senantiasa diberikan

kepada penulis, sehingga penulis tidak pernah berjalan sendirian melalui

semuanya.

Akhir kata, semoga Bapa Yang Maha Pengasih membalas semua jasa dan

budi baik mereka yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik

moril maupun materil, dalam mewujudkan cita-cita penulis.

Medan, Januari 2012

(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

PPDGJI-III : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

Indonesia

PTSD :

SPSS :

Post Traumatik Stress Disorders

SD : Sekolah Dasar

Statistical Package for Social Sciences

SMP : Sekolah Menengah Pertama

(13)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing i

Ucapan TerimaKasih i

Daftar Isi i

1.3. Tujuan penelitian 3

a. Tujuan Umum 3

b. Tujuan Khusus 3

1.4. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Skizofrenia 4

2.2. Stres 4

2.3. Fase Stabilisasi pengobatan skizofrenia 4

2.4. Kerangka konsep 4

BAB 3. METODE PENELITIAN 5

3.1. Desain Penelitian 5

3.2. Tempat dan Waktu 5

(14)

3.4. Estimasi Besar Sampel 5

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 5

3.5.1. Kriteria Inklusi 5

3.5.2. Kriteia Eksklusi 5

3.6. Ijin Subjek Penelitian 5

3.7. Etika Penelitian 5

3.8. Cara Kerja Penelitian 5

3.9.Kerangka Operasional 5

3.10. Definisi Operasional 5

3.11. Analisis dan Penyajian Data 5

3.12. Jadwal Penelitian 5

1. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 11

2. Lembar persetujuan Setelah Penjelasan (

3.

Informed Consent) 12

(15)

6.

7.

Kuesioner Daily Hassles Stress 16

8. Data Tingkat Stres Pada Pasien Skizofrenik 18

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, kelompok

usia, Pekerjaan dan tingkat pendidikan.

Tabel 4.2 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik dengan Daily Hassles

Scale.

Tabel 4.3 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan Jenis

Kelamin.

Tabel 4.4 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan

Kelompok umur.

Tabel 4.5 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan

Pekerjaan.

Tabel 4.6 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan

Pendidikan.

Tabel 4.7 Distribusi tingkat stres pada pasien skizofrenik berdasarkan

(17)

ABSTRAK

Objektif : Untuk mengetahui tingkat stres pada pasien skizofrenik pada

fase stabilisasi pengobatan dan perbedaan karakteristik

demografi berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, tingkat

pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal terhadap tingkat

stres.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sistemik

randomisasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai

jumlah sampel mencapai 100 orang, yang dilakukan terhadap

pasien skizofrenik fase stabilisasi pengobatan yang datang

berobat ke Poliklinik Psikiatri Umum BLUD Rumah Sakit Jiwa

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, selama periode 1 Maret

2010 sampai dengan 31 Agustus 2010. Pengisian kuesioner

dilakukan dengan wawancara langsung secara autoanamnesis

dengan menggunakan skala pengukuran Daily Hassles Scale.

Hasil : Dari 100 pasien skizofrenik didapati bahwa tingkat stres

menengah adalah sebesar 31 orang (31%), tingkat stres tinggi

sebesar 33 orang (33%) dan tingkat stres paling tinggi sebesar

36 orang (36%).

Berdasarkan demografi dijumpai tingkat stres paling tinggi pada

jenis kelamin laki-laki sebesar 27 orang (75%), pada kelompok

(18)

yang tidak bekerja sebesar 24 orang(66,7%), pendidikan SMA

sebesar 22 orang (61%), dan tempat tinggal diluar kota medan

sebesar 27orang (75%).

Kesimpulan : Didapati tingkat stres paling tinggi pada pasien skizofrenik fase

stabilsasi pengobatan yaitu sebesar 36 orang (36%), jenis kelamin laki-laki, usia

33-44 tahun, tidak bekerja, tingkat pendidikan SMA, dan tinggal diluar kota

Medan

(19)

ABSTRAK

Objektif : Untuk mengetahui tingkat stres pada pasien skizofrenik pada

fase stabilisasi pengobatan dan perbedaan karakteristik

demografi berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, tingkat

pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal terhadap tingkat

stres.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sistemik

randomisasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai

jumlah sampel mencapai 100 orang, yang dilakukan terhadap

pasien skizofrenik fase stabilisasi pengobatan yang datang

berobat ke Poliklinik Psikiatri Umum BLUD Rumah Sakit Jiwa

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, selama periode 1 Maret

2010 sampai dengan 31 Agustus 2010. Pengisian kuesioner

dilakukan dengan wawancara langsung secara autoanamnesis

dengan menggunakan skala pengukuran Daily Hassles Scale.

Hasil : Dari 100 pasien skizofrenik didapati bahwa tingkat stres

menengah adalah sebesar 31 orang (31%), tingkat stres tinggi

sebesar 33 orang (33%) dan tingkat stres paling tinggi sebesar

36 orang (36%).

Berdasarkan demografi dijumpai tingkat stres paling tinggi pada

jenis kelamin laki-laki sebesar 27 orang (75%), pada kelompok

(20)

yang tidak bekerja sebesar 24 orang(66,7%), pendidikan SMA

sebesar 22 orang (61%), dan tempat tinggal diluar kota medan

sebesar 27orang (75%).

Kesimpulan : Didapati tingkat stres paling tinggi pada pasien skizofrenik fase

stabilsasi pengobatan yaitu sebesar 36 orang (36%), jenis kelamin laki-laki, usia

33-44 tahun, tidak bekerja, tingkat pendidikan SMA, dan tinggal diluar kota

Medan

(21)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang

membicarakan stres dalam kehidupan mereka, dan sering sekali merupakan

pemikiran pertama saat konsultasi dengan seorang psikiater. Semua orang

rentan untuk mengalami kesulitan-kesulitan hidup. Stres sering disebut sebagai

suatu penyebab psikopatologi mayor, suatu presipitator atau trigger dari penyakit

penyakit psikiatrik.

Keterlibatan stres pada perkembangan gangguan psikiatrik seperti

depresi, Post Traumatic Stress Disorders, dan skizofrenia sudah diterima secara

umum.

1

Pada skizofrenia, stres didiskripsikan secara menonjol dalam istilah

peristiwa kehidupan dan emosi yang diekspresikan. Dalam beberapa studi,

pengaruh peristiwa kehidupan yang stressful pada dekompensasi psikotik dan

frekuensi relaps telah ditegakkan dengan baik. Lebih lanjut, tingkat emosi yang

diekspresikan dalam keluarga telah dideskripsikan terhadap perburukan atau

dekompensasi menjadi lebih baik pada pasien skizofrenia, secara berturut-turut,

saat penyakit berkembang. Bahkan lebih penting pengamatan yang kontras

terhadap peristiwa kehidupan yang berat, stres yang relatif ringan atau yang

disebut Daily Hassles,ditentukan oleh besarnya stres yang dialami secara

(22)

simtom-simtom psikotik yang ditampilkan. Stres yang relatif ringan ini mungkin

bahkan menjadi prediktif pada kerentanan relaps.

Asumsi bahwa stres yang terlihat pada onset penyakit skizofrenia yang

sebenarnya masih kurang jelas dan hanya dilaporkan pada pasien minoritas.

Meskipun, pengurangan stres yang melalui intervensi dan pelatihan keterampilan

sosial dan atau eduksi keluarga telah terbukti berharga dalam pengelolaan

psikosis. Bagaimanapun ketika pasien diobati secara adekuat dengan

antipsikotik dan dukungan sosial mereka hanya terlindungi secara parsial dan

masih rentan terhadap stres. Ini menyatakan bahwa pasien-pasien skizofrenik

mungkin mengalami sensitivitas yang berubah terhadap stres. 2

Sensitivitas terhadap stres ini pada pasien-pasien skizofrenik telah

dikonseptualisasikan bahwa pasien skizofrenia memiliki kepekaan terhadap

stres, yang telah dikonseptualisasikan pada Vulnerability-stress model, dengan

perhatian terhadap etiologi dan patogenesis skizofrenia.

2

Beberapa studi telah melaporkan bahwa data pasien skizofrenik memiliki

tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan diagnosis penyakit psikiatrik

lain. Studi lain juga melaporkan bahwa pasien skizofrenik memiliki peristiwa

hidup lebih stres dari populasi umum.

2

3

Ada tujuh studi, tersebut setidaknya lima dari tujuh pasien-pasien

skizofrenik terlibat, yang mana peristiwa kehidupan secara retrospektip dinilai

untuk periode waktu 3 sampai 12 bulan sebelum opname. Al Khani dan

teman-teman melaporkan bahwa mereka merekrut pasien-pasien dari klinik perawatan,

(23)

apakah peningkatan gejala tersebut selalu ikut terlibat atau berapa banyak waktu

yang telah berlalu antara onset, dan waktu pengumpulan data peristiwa

kehidupan. Sampel Schwartz dan Myers terdiri dari pasien yang didiagnosis

skizofrenik diwawancarai 2-3 tahun setelah keluarnya. Dalam studi terakhir

peristiwa kehidupan dinilai enam bulan sebelum periode waktu timbulnya

peningkatan gejala. Pengukuran stresor peristiwa kehidupan adalah wawancara

terstruktur atau dengan check – lists.

Penelitian terakhir yang memberikan 14 perbandingan apakah

pasien-pasien skizofrenik melaporkan tingkat stresor peristiwa kehidupan yang lebih

tinggi dibanding yang normal. Lima dari 14 perbandingan (36%), pasien

menunjukkan tingkat stresor yang lebih tinggi. Untuk sampel normal tidak ada

menunjukkan perbandingan stresor yang lebih tinggi. 3

3

The Americant Psychiatric Association Practice Guideline for the

Treatment of Schizophrenia menggambarkan tiga fase dari integrasi tujuan

pengobatan yaitu: fase akut, fase stabilisasi, dan fase stabil. Dimana pada fase

stabilisasi ini gejala-gejala psikotik akut secara bertahap menurun dalam tingkat

keparahan. Fase ini berlangsung rata-rata 6 bulan setelah onset episode akut.

Selama fase ini individu-individu yang paling rentan terhadap relaps. Gejala

membaik, tetapi pasien tetap rentan untuk kambuh jika dosis obat dikurangi atau

jika ada stres lingkungan.6

Karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stres pada

pasien skizofrenik, hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan

(24)

1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah tingkat stres yang dialami oleh pasien skizofrenik di fase

stabilisasi pengobatan.

2. Berapakah proporsi tingkat stres berdasarkan demografi (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tempat tinggal) terhadap stres

pada pasien skizofrenik pada fase stabilisasi pengobatan.

1.3. Tujuan penelitian

a. Tujuan Umum:

Untuk mengetahui tingkat stres yang dapat terjadi pada pasien skizofrenik

di fase stabilisasi pengobatan.

b. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui proporsi tingkat stres pada pasien skizofrenik yang

berada pada fase stabilisasi pengobatan berdasarkan jenis kelamin,

kelompok umur, pekerjaan, tingkat pendidikan dan tempat tinggal.

1.4. Manfaat penelitian

(25)

2. Dapat menjadi salah satu sumber data untuk peneliti selanjutnya yang

berhubungan dengan tingkat stres pada pasien skizofrenik.

3. Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi tempat penelitian sehubungan

dengan penyusunan strategi untuk mendeteksi stres pada pasien

(26)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skizofrenia

Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek

lain dari perilaku. Tanda dan manifestasinya bervariasi di antara pasien dari

waktu ke waktu, tetapi efek dari penyakit ini biasanya berat dan bertahan seumur

hidup. Kelainan biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun, menetap seumur

hidup, dan mempengaruhi semua status sosial. Pasien dan keluarga penderita

skizofrenia biasanya mengalami pengasingan secara sosial karena

ketidakpedulian yang menyeluruh terhadap penyakit ini.

Walaupun skizofrenia didiskusikan sebagai penyakit tunggal, tetapi

mungkin saja merupakan sekumpulan kelainan yang terdiri dari berbagai etiologi,

dan meliputi gambaran klinis, respons pengobatan dan rangkaian penyakit yang

bervariasi. Klinisi harus menyadari bahwa diagnosis skizofrenik, seluruhnya

didasarkan pada riwayat psikiatri dan pemeriksaan status mental. 1

Skizofrenia yang mengenai kurang lebih 1% dari populasi, biasanya

dimulai sebelum usia 25 tahun, bertahan sepanjang kehidupan dan

mempengaruhi orang dari seluruh kelas sosial. Baik penderita maupun

keluarganya mengalami permasalahan sosial dari masyarakat akibat

ketidaktahuan yang besar mengenai penyakit tersebut.

4

(27)

skizofrenia dalam kehidupan mereka. Prevalensi skizofrenia sama pada pria dan

wanita. Puncak usia timbulnya serangan pertama atau onset adalah 10-25 tahun

pada pria dan 25-35 tahun pada wanita. Sekitar 90 % pasien dalam pengobatan

untuk skizofrenia berusia antara 15-55 tahun.

Model Diatesis stres pada skizofrenia merupakan suatu teori kontemporer

yang populer, yang menyarankan manifestasi dari skizofrenia adalah multi

determine, hasil interaksi antara predisposisi genetik dan lainnya. Faktor-faktor

tersebut menambah kecenderungan peningkatan skizofrenia tetapi bukan

penyerta yang spesifik, seperti kondisi lingkungan berperan sebagai faktor non

spesifik.

6,7

Bukti - bukti menyokong bahwa beberapa individu dengan skizofrenik

adalah lebih rentan terhadap eksaserbasi gejala-gejala dibawah stres daripada

yang lainnya. 4

4-5

2.2. Stres

Stres adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban, stres itu

sendiri bermacam-macam bisa berat, bisa juga ringan, dan stres berat

mengakibatkan berbagai gangguan. Stres merupakan suatu penyebab

psikopatologi mayor, suatu presipitator dari penyakit psikiatri dan suatu

penyumbang untuk penderitaan mental yang sungguh-sungguh.

Beberapa teori etiologi dari skizofrenia memfokuskan pada genetik dan

(28)

kehidupan yang merugikan dan stres sosial mulai dari keluarga berperan penting

dalam menentukan penyebab dari penyakit secara keseluruhan.

Respons terhadap stres, respons normal terdiri dari tiga komponen : 6

1) Respons emosi dengan perubahan somatis yang menyertai.

2) Respons psikologis yang mengurangi dampak pengalaman itu.

3) Cara menghadapi situasi (coping) dan respons emosi berkaitan dengan itu.

Coping adalah kemampuan individu untuk mengatasi berbagai masalah

yaitu perilaku, kognitif, dan respons emosional, dalam stres yang didapat, agar

dapat menguasai situasi ini dan mengurangi dampak dari stres yang datang

itu.

8

Pasien dengan skizofrenia cenderung untuk menggunakan strategi coping

pada kehidupan stressfull. 3,10

Perlekatan vulnerability-stress pada skizofrenia menyatakan tingkat

dukungan yang berbeda terhadap hubungan antara stres dan skizofrenia pada

tiga tipe perbandingan yang telah dilaporkan; 3,10

a. Tingkat stresor peristiwa kehidupan pada pasien skizofrenik dalam

perbandingan dengan kelompok gangguan psikiatri lainnya.

b. Tingkat stresor tersebut pada pasien skizofrenik dalam perbandingan

dengan kontrol normal.

c. Tingkat stresor tersebut pada pasien skizofrenik yang bervariasi dalam

keparahan gejala.

Studi yang menyelidiki dampak stres sehari-hari atau Hassles, baik stres

(29)

keuangan, kesepian, kebosanan, kriminal, keprihatinan tentang prestasi dan

penurunan kesehatan. Level tertinggi dari stres yang mana berhubungan pada

kenaikan somatik dan simtomatologi psikiatrik, indikasi asosiasi nyata dengan

Hassles dan adaptasi jalan keluar dalam populasi sampel secara keseluruhan.

Tidak sama dengan skala kehidupan yang biasanya yang hanya fokus

pada kehidupan sekitar kita. Daily Hassles stress mempunyai ide dimana setiap

harinya seseorang itu menjumpai stresor di lingkungannya yang mungkin juga

memberikan pengaruh negatip pada kesehatan mental dan psikis individu itu

sendiri. Apapun kejadian yang dihadapi dapat menjadi ancaman besar atau

tantangan.

9

Daily Hassles Stress terdiri dari 51 pertanyaan tentang kehidupan

sehari-hari yang terjadi pada selama beberapa bulan. Dan dinilai dengan menggunakan

angka numerik 1 - 4. Setelah itu dihitung hasil dan dijumlahkan, dibuat dalam

tingkatan yakni; skor respons dan jumlahkan hasilnya: 9

> 136 stres paling tinggi

116 – 135 stres tinggi

76 – 115 stres menengah

56 – 75 stres rendah

(30)

2.3. Fase Stabilisasi Pengobatan Skizofrenia

Pada fase ini simtom akut dapat dikendalikan tetapi pasien mempunyai

risiko relaps jika pengobatan atau dosis obat diturunkan terlalu dini atau pasien

berhadapan dengan stres yang berlebihan.6

Tujuan terapi ini adalah mengurangi stres pada orang dengan skizofrenik

dan memberikan dukungan untuk mengurangi kekambuhan, meningkatkan

adaptasi pasien skizofrenia terhadap kehidupan dalam masyarakat, memfasilitasi

pengurangan gejala secara terus-menerus dan konsolidasi remisi, dan

meningkatkan proses penyembuhan. Bila pasien memiliki perbaikan dengan obat

tertentu, obat tersebut dapat dilanjutkan dan dipantau selama enam bulan.

Penurunan dosis dan penghentian pengobatan pada fase ini dapat

menyebabkan kekambuhan.

Tujuan terapi selama fase stabilisasi adalah meyakinkan pasien

skizofrenik bahwa gejala yang sudah terkontrol harus dipertahankan sehingga

pasien skizofrenik bisa mempertahankan dan memperbaiki derajat fungsi dan

kualitas hidupnya. Edukasi tentang perjalanan dan luaran 18

(outcome) penyakit,

(31)

2.4. Kerangka Konsep

Pasien Skizofrenik Fase Stabilisasi

Faktor Demografi - Jenis Kelamin

- Kelompok Umur

- Pekerjaan - Pendidikan - Tempat Tinggal

(32)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

crossectional, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan kuesioner

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : Poliklinik Psikiatri BLUD RSJ PROVSU

Waktu penelitian : Dilaksanakan dalam periode 6 bulan ( 01 Maret 2010

Sampai dengan 30 Agustus 2010).

3.3. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi target : Pasien skizofrenik yang datang berobat ke BLUD RSJ

PROVSU.

2. Populasi terjangkau : Pasien skizofrenik yang datang berobat periode

kunjungan 01 Maret 2010 sampai 30 Agustus 2010.

3. Sampel penelitian : Pasien skizofrenik fase stabilisasi pengobatan

4. Cara pengambilan sampel dengan teknik sistematik randomisasi yaitu

semua pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai waktu tertentu sampai jumlah sampel yang dibutuhkan

(33)

3.4. Estimasi Besar Sampel

Besar sampel diukur dengan menggunakan rumus :

n = z α2 pq = 1,962

p = 0,5 ( proporsi stres pada pasien skizofrenik)

d = 0,1 ( ketepatan absolut yang dikehendaki )

P = proporsi penyakit atau keadaan yang dicari

Q = nilai Q = 1-P

P1 = Proporsi efek standar

P2 = Proporsi efek pada yang diteliti

3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi

3.5.1. Kriteria inklusi

1. Pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria PPDGJI-III

(34)

3. Kooperatif

4. Bersedia sebagai subjek penelitian

3.5.2. Kriteria eksklusi

1. Tidak memiliki riwayat gangguan medis umum

2. Tidak memiliki riwayat penggunaan zat, kortikosteroid.

3.6. Ijin Subjek Penelitian

Semua subjek penelitian akan diminta mengisi persetujuan secara tertulis

untuk ikut serta dalam penelitian setelah terlebih dahulu diberi penjelasan yang

terperinci dan jelas.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik penelitian dari

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja

 Seluruh pasien skizofrenik rawat jalan yang berobat di BLUD Rumah sakit

jiwa provinsi sumatera utara yang memiliki nomor antrian ganjil dan yang

memenuhi kriteria inklusi / ekslusi mengisi persetujuan secara tertulis

setelah mendapat penjelasan yang terperinci dan jelas untuk ikut serta

dalam penelitian. Selanjutnya pasien akan mengikuti pemeriksaan dengan

(35)

Pasien juga dicatat ; jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, dan

tempat tinggal.

Dari data yang terkumpul akan dibuat bentuk tabel.

3.9. Pengolahan dan Penyajian Data

Untuk melihat tingkat stres dan perbedaan tingkat stres secara demografi

pada pasien skizofrenik di fase stabilisasi pengobatan dengan menggunakan

skala pengukuran tingkat stres yaitu Daily Hassles and Stress,pengolahan dan

analisis statistik dari data yang diperoleh, dilakukan secara komputerisasi

dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for Social

Sciences ( SPSS).

a.

3.10. Definisi Operasional

Pasien skizofrenik adalah pasien yang memenuhi kriteria diagnostik

skizofrenia berdasarkan PPDGJI- III.

b.

c.

Daily Hassles and Stress adalah suatu alat skrening yang digunakan

dalam mengukur tingkatan stres.

d.

Jenis kelamin adalah laki-laki, perempuan.

e.

Status pekerjaan adalah suatu kegiatan yang mendapatkan upah

f.

Status pendidikan yaitu pendidikan sekolah yang pernah dijalani

pasien sampai selesai yaitu ; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi

Kelompok umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan

dalam satuan tahun.

(36)

25-

35-

g.

45-55

h.

Tempat tinggal adalah medan dan luar medan

Fase stabilisasi adalah pada fase ini simtom akut sudah dapat

dikendalikan tetapi pasien masih mempunyai risiko relaps jika

pengobatan dihentikan atau dosis diturunkan terlalu dini atau pasien

berhadapan dengan stres yang berlebihan

3.11. Jadwal Penelitian

(37)

3.12. KERANGKA KERJA

INKLUSI EKSKLUSI

Faktor Demografi: Jenis Kelamin

Kelompok Umur

Pekerjaan

Pendidikan

Tempat Tinggal Pasien skizofrenik

Fase Stabilisasi

Daily Hassles and Stress

Tingkat Stres Sangat Rendah

Tingkat Stres Rendah

Tingkat Stres Menengah

Tingkat Stres Tinggi

(38)

BAB 4. HASIL

Sebanyak 100 pasien skizofrenik di Poliklinik Psikiatri Umum BLUD

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara, telah terpilih untuk ikut serta dalam

penelitian ini. Pemilihan sampel-sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara

sistemik randomisasi pada periode 1 Maret 2010 sampai dengan 31 Agustus

2010.

Tabel 4.1 Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia,

pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

(39)

Dari tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa distribusi sampel penelitian

berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak sampel adalah laki-laki

sebesar 65 sampel (65%), berdasarkan kelompok umur yang memiliki sampel

paling banyak adalah kelompok umur 25 – 34 tahun sebesar 35 sampel (35%),

berdasarkan kelompok pekerjaan yang memiliki sampel paling banyak adalah

kelompok tidak bekerja sebesar 59 sampel (59%), berdasarkan tingkat

pendidikan yang memiliki sampel paling banyak adalah tingkat pendidikan SMA

sebesar 46 sampel (46%), berdasarkan tempat tinggal yang memiliki sampel

paling banyak adalah pasien yang tinggal di luar Medan sebesar 64 sampel

(64%).

Tabel 4.2 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik dengan Daily Hassles

Scale

Tingkat Stres dari pasien skizofrenik n %

Menengah 31 31

Tinggi 33 33

Paling tinggi 36 36

Jumlah 100 100

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa distribusi tingkat stres dari pasien

skizofrenik dengan Daily Hassles Scale yang paling banyak tingkat stres adalah

(40)

Tabel 4.3 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Jenis

Dari Tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien

skizofrenik berdasarkan jenis kelamin, untuk tingkat menengah didapati yang

paling dominan adalah jenis kelamin perempuan sebesar 17 orang (54,8%),

pada tingkat stres tinggi didapati jenis kelamin yang dominan adalah laki-laki

sebesar 24 orang (72,7%) sedangkan pada tingkat stres paling tinggi didapati

jenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki sebesar 27 orang (75%).

Tabel 4.4 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Kelompok

(41)

Dari Tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien

skizofrenik berdasarkan kelompok umur, untuk tingkat menengah didapati yang

paling dominan adalah kelompok umur 25-34 tahun sebesar 12 orang (38,7%),

pada tingkat stres tinggi yang paling dominan didapati kelompok umur 25-34

tahun sebesar 14 orang (42,4%), dan tingkat stres paling tinggi yang paling

dominan didapati kelompok umur 35-44 sebesar 17 orang (47,2%).

Tabel 4.5 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Pekerjaan

Tingkat Stres Pasien Skizofrenik

Dari Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien

skizofrenik berdasarkan kelompok pekerjaan dapat dilihat bahwa tingkat stres

pada pasien skizofrenik untuk tingkat menengah didapati yang paling dominan

adalah pasien yang tidak bekerja sebesar 17 orang (54,8%), pada tingkat stres

tinggi yang paling dominan didapati pasien yang tidak bekerja sebesar 18 orang

(54,5%), dan tingkat stres paling tinggi yang paling dominan didapati pasien

(42)

Tabel 4.6 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Tingkat

Dari Tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien

skizofrenik berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat stres

pasien skizofrenik untuk tingkat menengah didapati yang paling dominan adalah

pasien yang tingkat pendidikannya adalah SMA sebesar 11 orang (35,5%), pada

tingkat stres tinggi yang paling dominan didapati pasien yang tingkat pendidikan

SMA sebesar 13 orang (39,4%), dan tingkat stres paling tinggi paling dominan

didapati pasien yang tingkat pendidikan SMA sebesar 22 orang (61,1%).

(43)

Dari Tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat stres pada pasien

skizofrenik berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat bahwa tingkat stres dari

pasien skizofrenik yang paling banyak untuk tingkat menengah didapati yang

paling dominan adalah pasien yang tinggal di luar Medan sebesar 20 orang

(64,5%), pada tingkat stres tinggi yang paling dominan didapati pasien yang

tinggal di luar Medan sebesar 17 orang (51,5%), dan tingkat stres paling tinggi

yang paling dominan didapati pasien yang tinggal di luar Medan sebesar 27

(44)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain yang

digunakan adalah cross sectional study. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui tingkat stres pada pasien skizofrenik fase stabilisasi pengobatan dan

perbedaan karakteristik demografi berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal.

Dari 100 pasien skizofrenik yang datang berobat ke Poliklinik Psikiatri

Umum BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara dalam periode waktu 1

Maret 2010 sampai dengan 31 Agustus 2010 didapati bahwa tingkat stres paling

tinggi sebesar 36%, tingkat stres tinggi sebesar 33%, dan tingkat stres

menengah sebesar 31%, berdasarkan wawancara secara langsung secara

autoanamnase dengan menggunakan skala pengukuran Daily Hassles Scale.

Penelitian yang dilakukan oleh Green menemukan bahwa 48% dari pasien

skizofrenik mengalami stres terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor peristiwa

kehidupan sehari-hari yang diukur dengan skala Hassles.

Dari penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki pada pasien

skizofrenik yang paling banyak mengalami tingkat stres paling tinggi adalah

sebesar 27 orang (75%), tingkat stres tinggi adalah jenis kelamin laki-laki

sebesar 24 orang (72,7%) dan tingkat stres menengah pada jenis kelamin

perempuan sebesar 17 orang (54,8%). Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh

(45)

Penelitian oleh Goldstein dan Lewine pada tahun 2000 mengemukakan

bahwa skizofrenia pada wanita adalah familial atau tipe diathesis-stress, dan

pada laki-laki adalah tipe sporadik. Status sosial yang tinggi dapat sebagai

sumber stres yang signifikan pada laki-laki sehingga cenderung untuk menderita

skizofrenia.

Berdasarkan kelompok umur, dapat dilihat bahwa paling banyak

mengalami tingkat stres paling tinggi adalah pada kelompok umur 33 – 44 tahun

sebesar 17 orang (47,2%), tingkat stres tinggi adalah kelompok umur 25 – 34

tahun sebesar 14 orang (42,4%), dan tingkat stres menengah terdapat pada

kelompok umur 25 – 34 tahun sebesar 12 orang (38,7%). Hal ini sesusai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Shibre dan kawan-kawan dimana didapati

sebanyak 75% usia 35 tahun yang mengalami risiko menjadi skizofrenia

dibandingkan dengan dibawah umur 35 tahun. 15

Dari penelitian didapatkan faktor pekerjaan pada pasien skizofrenik yang

paling banyak mengalami tingkat stres paling tinggi adalah pada kelompok tidak

bekerja sebesar 24 orang (66,7%), tinggi sebesar 18 orang (54,5%) dan

menengah juga pada kelompok tidak bekerja sebesar 17 orang (54,8%), sekitar

75% pasien dengan skizofrenia tidak bekerja dan tidak memiliki tingkat

pekerjaan.

15

Berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat stres pada

pasien skizofrenik yang paling banyak mengalami tingkat stres paling tinggi

adalah tingkat pendidikan SMA sebesar 22 orang (61,1%), stres tinggi adalah

SMA sebesar 13 orang (39,4%) dan menengah adalah tingkat SMA sebesar 12

(46)

dan kawan-kawan mendapatkan bahwa sekitar 85% pasien skizofrenik tidak

mendapatkan pendidikan yang formal dan sekitar 30% yang mendapatkan

pendidikan formal yang mempunyai risiko untuk mengalami stres pada pasien

skizofrenik.

Berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat bahwa tingkat stres

pasien skizofrenik yang paling tinggi dijumpai pada tempat tinggal diluar Medan

yaitu sebesar 27 orang (75%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

Shibre dan kawan-kawan menemukan bahwa tingkat stres yang tinggi pada

pasien skizofrenik pada penduduk yang tinggal diperkotaan sebanyak 54%. 15

(47)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian terhadap 100 orang pasien skizofrenik yang datang

berobat ke Poliklinik Psikiatri Umum BLUD RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara

Medan dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat stres pada pasien skizoprenik

Pada fase stabilisasi pengobatan adalah stres paling tinggi yaitu sebesar 36

orang (36%), jenis kelamin laki-laki, usia 33-44 tahun, tidak bekerja, tingkat

pendidikan SMA, dan tinggal diluar kota Medan

6.2. SARAN

 Klinikus hendaklah selalu memantau adanya tingkat stres pada pasien

skizofrenik.

 Memperbaiki tingkat stres pada pasien skizofrenik dengan memberikan

edukasi yang cukup.

 Perlu dilakukan penelitian analitik untuk melihat faktor-faktor yang

(48)

DAFTAR RUJUKAN

1. Buchanan RW, Carpenter TW. Concept of Schizophrenia. Dalam : Sadock

BJ, Sadock VA. Comprehensive Texbook of Psychiatry. Vol 1, Edisi delapan,

Lippincott Williams dan Willkins, Philadelphia, 2005, h.1329-45.

2. Christine C. Gispen-de Wied, Stress in schizophrenia: an integrative view,

European Journal of Pharmachology 405, 2000, h.375-84.

3. Norman G.M Ross, Malla K.A, Stressful Life Events and Schizophrenia, I: A

Review of the Research, British Journal of Psychiatry 1993, 162, h.161-66.

4. Dinzeo T.J, Cohen A.S, NienowM.T, Docherty M.N : Stress and arousability in

schizophrenia, Schizophrenia Research 71,2004, h.127-35

5. Herz I.M, Marder R.S : Schizophrenia, dalam Comprehensive Treatment and

Management, Lippincott Williams dan Willkins, Philadelphia, 2002, h.38-40.

6. Joel E.D, Micael I, Francis J.K, Murray B.S, Stress and Psychiatry, dalam,

Kaplan & Sadock Comprehensive Text Book of Psychiatry. Volume II , Edisi

8,

7. Sadock BJ, Sadock VA, ods, Kaplan & Sadock Synopsis Of Psychiatry

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry.Edisi 10,

Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins 2005 : 2180-95.

8. Maramis F. Willy, Maramis A.A, dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, edisi

kedua, 2009, h.317-20.

Philadelphia : Lippincott

Williams & Wilkins 2007 : h. 467-97.

9. Segal P.S, VanderVoort J.D, Daily Hassles and Health Among Persons with

(49)

10. Horan P.W, Ventura J, Mintz J, Kopelowicz A, Wrishing D, Herman C.J, Foy

D, Liberman P.R: Stress and coping responses to a natural disarter in people

with schizophrenia, Psychiatry Research 151,2007,h.77-86

11. Mueser T M, McGurk R S: Schizophrenia, The Lancet Journal, Vol 363, 2004

h.2063-72

12. Peuskens J, Trivedi J, Malyarov S, Brecher M, Svensson O, Miller F, at all:

Prevention of schizophrenia relapse with extended release quetiapine,

fumarate doses once daily , MMC Psychiatry Journal, Vol.4 ,11,2007, 34-50.

13. Mueser T M, Jeste V D, Clinical handbook of schizophrenia, Liabrary of

congress cataloging publication data, edisi 9, 2008 h. 12-206.

14. Lubis C P, Lubis, M, Pasaribu S, Daulay M R, Ali M, Pedoman penulisan

usulan penelitian dan tesis, Program magister klinik-spesialis ilmu kesehatan

anak FK USU, edisi 1, 2009 h. 1-96.

15. Kebede D, Alem T, Shibre A,Negash A,Deyassa N,Beyero T, The

sociodemographic correlates of schizophrenia in Butajira, rural Ethiopia.in

schizophrenia research,69 2004 133-141.

16. Betensky JD, Robinson DG, Bruce HG, Sevy S, Lencz T, Kane JM, et al,

Patterns of stress in schizophrenia in psychiatry research 160 ,2008, 38- 46.

17. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III ( PPDGJ III ) Jakarta,1993 :

h.105 - 09.

18. Konsensus penatalaksanaan gangguan skizofrenia, Perhimpunan Dokter

(50)

19. Marder SR,Kane JM, Schizophrenia: Somatic treatment in Sadock BJ,

Sadock VA,eds. Kaplan & Sadok’s comprehensive textbook of psychiatry,

eighth edition, vol.I B, Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins,

2005,1467-75.

20. Sastroasmoro S,Pemilihan subjek pene litian dalam : Dasar-dasar metodologi

penelitian klinis. Edisi ke 2 ,Jakarta Sagung Seto 2002, h 67-77.

21. Lecomte Y, Mercier C, The stress process perspective and adaptation of

people with schizophrenia an exploratory study, Soc Psychiatry Psychiatr

(51)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA KELUARGA

Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,

Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul :

TINGKAT STRES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

Dimana stres itu sangat berpengaruh dalam terjadinya suatu kelainan psikiatrik,

yang berhubungan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari

pasien skizofrenik.

Beberapa peneliti menemukan dan menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa

kehidupan yang dialami pasien skizofrenik dapat memicu timbulnya kembali

gangguan psikiatrik.

Pada penelitian ini saya akan melakukan tes dengan menggunakan alat bantu

penilaian tingkat stres berupa kuesioner pada saat wawancara dengan pasien

skizofrenik dan keluarganya yang mendampingi pasien. Kemudian saya akan

menginformasikan kepada Bapak/ Ibu/Sdr/i hasil dari penilaian tersebut.

Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan

maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak

(52)

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan

Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat

mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka

Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya : dr. Superida Br Ginting Suka,

Departemen Psikiatri FK-USU, telepon genggam saya 08126012348. Terima

kasih.

Medan,_____________________ 2011

Hormat Saya

(53)

Lampiran 2

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan

Umur :

Hubungan dengan penderita :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ”

Tingkat stres pada pasien skizofrenik” dan setelah mendapat kesempatan tanya

jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut

termasuk risiko maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan

menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan, ... 2011

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan

persetujuan

dr. Superida Br Ginting Suka ...

Saksi-saksi :

1. ... ...

(54)

Lampiran 3

DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor : Tanggal

Nomor MR :

A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur : / (Tahun / bulan)

3. Jenis Kelamin : Laki-laki / perempuan

4. Alamat : Medan / luar medan

5. Pekerjaan : Bekerja / tidak bekerja

6. Pendidikan : SD / SMP/ SMA / Perguruan Tinggi

7. Status pernikahan : Kawin / Tidak Kawin /Janda / Duda

B. Diagnosis :

C. Pengamatan : Tanggal

Nilai Tingkat Stres :

Terapi :

(55)

Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : dr. Superida Br Ginting Suka

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal lahir : Tigapanah / 04 Mei 1974

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Bunga Sedap Malam IX No: 16 Medan

Telepon : 0812-601-2348

Email : superidaginting@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Tahun 1980-1986 : SD Negeri Tigapanah

Tahun 1986-1989 : SMP Swasta GBKP Kabanjahe

Tahun 1989-1992 : SMA Negeri 1 Pancur Batu

Tahun 1992-2000 : Pendidikan Dokter Umum di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Tahun 2009- sekarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis bidang Ilmu

Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas

(56)

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2001- 2003 : Dokter PTT di Puskesmas Tanjung Morawa

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten

Deliserdang Provinsi Sumatera Utara.

Tahun 2006 – sekarang : PNS di Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian

(57)

Lampiran 5

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai

penelitian ”Tingkat Stres pada Pasien Skizofrenik” dan telah mendapat

kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela

tanpa paksaan menyatakan bersedia, bahwa pasien diikutsertakan dalam

penelitian tersebut.

Medan...2011

(58)

Lampiran 6

KUESIONER

Nama______________________ Umur______Thn Jenis

Kelamin___________

Tanggal ______________ Alamat _____________________________________

Daily Hassles and Stress

Menurut kamu seberapa sering hal-hal ini terjadi padamu dalam beberapa bulan

ini.

1 = tidak pernah sama sekali

2 = hanya sekali

3 = lumayan sering terjadi

4 = sangat sering

____ 1. tidak suka dengan kehidupan sehari-hari mu / bosan dengan rutinitas

atau kegiatan sehari-hari

____ 2. tidak punya privasi

____ 3. tidak suka dengan kerjaanmu / sekolahmu

____ 4. konflik etnik atau ras (SARA)

____ 5. Konflik dengan ipar atau kakak/adik pacarmu

____ 6. dikecewakan oleh temanmu

(59)

____ 10. dijadikan sebagai jaminan

____ 11. masalah keuangan dengan anggota keluarga

____ 12. dikhianati oleh teman mu

____ 13. berpisah dengan orang yang disayangi

____ 14. peranmu/bantuanmu (kontribusi)tidak dipedulikan

____ 15. Berjuang keras untuk memenuhi standarmu dalam hal penampilan

dan target

____ 16. dimanfaatin orang lain

____ 17. tidak cukup waktu bersantai

____ 18. masalah keuangan dengan teman

____ 19. berjuang keras untuk memenuhi target orang lain

____ 20. tindakan mu disalahartikan orang lain (salah paham)

____ 21. kesulitan keuangan

____ 22. banyak tanggung jawab

____ 23. tidak puas dengan kerjamu atau sekolahmu.

____ 24. keputusan tentang hubungan dekat

____ 25. tidak punya cukup waktu untuk memenuhi janji

____ 26. tidak puas dengan kemampuan berfikir / belajar

____ 27. keuangannya menipis

____ 28. penilaian kerja mu yang lebih rendah dari kamu pikir pantas kamu

dapatkan

____ 29. mengalami banyak keributan

____ 30. penyesuaian hidup dengan orang lain

(60)

____ 32. konflik dengan anggota keluarga

____ 33. menentukan banyak tuntutan dalam pekerjaan

____ 34. konflik dengan teman

____ 35. berusaha keras untuk maju (dalam segala hal)

____ 36. berusaha melindungi keuangan

____ 37. dibohongi atau ditipu pada saat belanja barang

____ 38. tidak puas dengan kemampuan dalam berekspresi

____ 39. gangguan yang tidak diharapkan ketika kerja

____ 40. isolasi sosial

____ 41. dicuekin (sama siapa saja)

____ 42. kecewa sama tubuh atau penampilan

____ 43. tidak puas dengan kondisi rumah

____ 44. Dapat pekerjaan yang tidak menarik

____ 45. gagal menghasilkan uang yang kamu harapkan

____ 46. gosip tentang orang yang kamu sayangi

____ 47. kecewa dengan kesehatan tubuh kamu

____ 48. gosip tentang kamu

____ 49. gagap tehnologi (tidak mengerti tentang tehnologi)

____ 50. masalah dengan mobilmu

____ 51. bekerja keras menjaga dan memelihara rumah

Skor

(61)

76 – 115 stres menengah

56 – 75 stres rendah

51 – 55 stres paling rendah

- Pernah menghubungi psikolog/psikiatrik sebelumnya ? * Ya Tidak

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia,
Tabel 4.3 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Jenis
Tabel 4.5 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.6 Distribusi tingkat stres dari pasien skizofrenik berdasarkan Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah dilakukan SEFT (p-value = 0,0561), sedangkan untuk tingkat stres sesudah dilakukan

Hasil penelitian ini membuktikan terdapat hubungan antara tingkat stres pasien PGK saat ditetapkan mendapatkan terapi hemodialisis dengan karakteristik usia dan tingkat

Dirasakan dan yang Diharapkan oleh Konsumen IMB Rumah Tinggal Berdasarkan Jenis Kelamin, Kelompok Umur/Usia, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan Kelompok..

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antar tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada pasien di puskesmas sikumana kota

masing-masing variabel stadium kanker payudara, tingkat pendidikan pasien, usia, status pernikahan, status pekerjaan, lokasi tempat tinggal, usia melahirkan anak

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG The Relationship Between Stress

Ada perbedaan tingkat stres yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah dilakukan pemberian terapi musik instrumental piano pada pasien yang menjalani

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Izzati & Nirmala 2015 tentang hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II di