• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL DALAM MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL DALAM MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL DALAM

MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

Ahid Nur Fauzi

20120320075

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL

DALAM MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

Ahid Nur Fauzi

20120320075

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL DALAM MENGHADAPI PUBERTAS DI SMPN 2 GAMPING

Disusun oleh: Ahid Nur Fauzi

20120320075

Telah disetujui dan diseminarkan dan diujikan pada tanggal 22 Agustus 2016 Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Dewi Puspita, S.Kp., M.sc Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC NIK: 197711042005012001 NIK: 1977062700204173056

Mengetahui

Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ahid Nur Fauzi NIM : 20120320075 Prodi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis benar-benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak terbitkan dari penulid lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

(5)

iv

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur saya selalu panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, kasih sayang dan rahmatnya. Shalawat beriring salam tidak lupa saya limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada sanak saudara, sahabat dan insyaAllah kepada kita semua yang senantiasa menungu syafaatnya di yaumil kiyamah nantinya. Dengan mengucapkan Alhamdulillaahirobbil’aalamin penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah yang berjudul “Peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas”. ini dengan tepat waktu.

Karya tulis ilmiah ini tidak akan berarti jika orang di sekitar saya tidak mendoakan, membimbing serta memotivasi diri saya, saya haturkan terima kasih kepada:

(6)

v

2. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M Kes. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Kepada ibu dosen pembimbing Ibu Ferika Indarwati., S.Kep., Ns., M.Ng dan Dewi Puspita S.Kp., M.sc yang selalu memberikan pemahaman, arahan, bimbingan, serta meluangkan waktu, pikiran dan tenaga kepada saya dan teman-teman yang lainya. Terima kasih saya ucapkan semua yang telah diberikan.

5. Kepada seluruh dosen Pogram Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang senantiasa mendidik kami, meluangkan waktu serta tenaga kepada kami kurang lebis selama 4 tahun.

6. Kepada bapak, ibu asisten dosen (asdos) yang selalu mengajarkan skill disaat praktikum selama kurang lebih 4 tahun.

7. Kepada guru dan siswa SMP N 2 Gamping yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa adanya responden penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar.

(7)

vi

mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan dan dimudahkan. Mudah-mudahan kita semua dapat menempuh apa yang kita cita-citakan baik di dunia maupun di akhirat kelak amin ya rabbal alamin.

9. Teman-teman seperjuangan Pakdhe Rifki, Dimas, Wijaya, Azzam, Chibo, Ilham, yang selalu bersama-sama berkumpul di kontrakan.

10. Winardi Junianto (Cuwin) dan Elog yang selalu membantu menyelesaiakan tugas KTI ini.

Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini menjadi sebuah amal jariyah bagi penulis, orang tua penulis, dan orang-orang yang selalu mendukung dan membantu dalam penyusunan proposal ini. Amin yarabbalalamin. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Yogyakarta 17 Agustus 2016 Penulis

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

(9)

viii

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Definisi Operasional ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Validitas dan Reliabilitas ... 38

H. Cara Pengumpulan Data ... 42

I. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 44

J. Etika Penelitian ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 50

2. Kreteria Responden ... 51

3. Analisa Univariat ... 51

B. Pembahasan ... 52

1. Karakteristik Responden ... 52

2. Peran Ayah Terhadap Remaja Laki-Laki Awal DalamMenghadapi Pubertas ... 55

3.Analisis Distribusi Frekuensi Anilisis Friend and Playmate dan Teacher and Role Model ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan... 66

B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuisioner Penelitian ...36 Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Validitas Arikunto ...40 Tabel 3.3 Korelasi r ...42 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Remaja Laki-Laki di SMP N 2 Gamping (N=90) ...51

Tabel 4.2 Disribusi Frekuensi Hasil Analisis Peran Ayah ...51 Tabel 4.3 Distribus Frekuensi Friend and Playmate dan Teacher and Role

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

(12)

xi

(13)

xii

The Role of the Father Against Teenage Boys Early in Dealing With Pubert in SMP N 2 Gamping

Ahid Nur Fauzi1, Dewi Puspita2 1Nursing Science Student, Faculty of Medicine and Health Sciences,2Lecture of Nursing Sicience, Faculty of Medicine and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Background: The phenomenon is happening now many teenage boys who get information about puberty from the wrong source. Many teen boys getting information from sources that cannot be accountable such as from the internet and peers. This can be very dangerous because the information obtained is not necessarily true. Therefore the role of a father is very important to her teens in providing information about puberty

Objective: The purpose of the research to know role of the father against teenage boys early in dealing with puberty in SMP N 2 Gamping.

Methodology: This research used descriptive quantitative research , used cross sectional approach . Sampling technique in this study using total sampling technique as many as 90 people in SMP N 2 Gamping. A father's role is measured used a questionnaire containing 15 items statement.

Result: Most of the role of the father against teenage boys early in dealing with puberty is sufficient categories as much as 68 respondents ( 75.6 % ) in SMP N 2 Gamping. The

father’s role as friend and playmate is sufficient categories as much 54 respondent (60,0%). The father’s role as a teacher and role model is sufficient categories as much 54 respondent (60,0%).

Conclusion: the role of the father against teenage boys early in dealing with puberty in SMP N 2 Gamping is categorized quite as much as 68 respondent (75.6%).

(14)

xiii

Peran Ayah Terhadap Remaja Laki-Laki Awal dalam Menghadapi Pubertas di SMP N 2 Gamping

Ahid Nur Fauzi1, Dewi Puspita21Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK

UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

INTISARI

Latar Belakang; Fenomena yang terjadi sekarang banyak remaja laki-laki yang mendapatkan informasi tentang pubertas dari sumber yang salah. Remaja laki-laki banyak mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan seperti dari internet dan teman sebaya. Hal ini dapat sangat berbahaya karena informasi yang didapatkan belum tentu benar. Oleh karena itu peran ayah sangat penting bagi remaja laki-lakinya dalam memberikan informasi tentang pubertas

Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling sebanyak 90 orang di SMP N 2 Gamping. Peran ayah diukur menggunakan kuisioner yang berisi 15 item pernyataan

Hasil: Sebagian besar peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas dengan kategori cukup sebanyak 68 responden (75,6%) di SMP N 2 Gamping. Peran ayah sebagai Friend and Playmate dengan kategori cukup sebanyak 54 responden (60,0%). Peran ayah sebagai Teacher and Role Model dengan kategori cukup sebanyak 54 responden (60,0%).

Kesimpulan: Peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping berada pada kategori cukup sebanyak 68 responden (75,6%).

(15)
(16)

i

The Role of the Father Against Teenage Boys Early in Dealing With Pubert in SMP N 2 Gamping

Ahid Nur Fauzi1, Dewi Puspita2 1Nursing Science Student, Faculty of Medicine and Health Sciences,2Lecture of Nursing Sicience, Faculty of

Medicine and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Background: The phenomenon is happening now many teenage boys who get information about puberty from the wrong source. Many teen boys getting information from sources that cannot be accountable such as from the internet and peers. This can be very dangerous because the information obtained is not necessarily true. Therefore the role of a father is very important to her teens in providing information about puberty

Objective: The purpose of the research to know role of the father against teenage boys early in dealing with puberty in SMP N 2 Gamping.

Methodology: This research used descriptive quantitative research , used cross sectional approach . Sampling technique in this study using total sampling technique as many as 90 people in SMP N 2 Gamping. A father's role is measured used a questionnaire containing 15 items statement.

Result: Most of the role of the father against teenage boys early in dealing with puberty is sufficient categories as much as 68 respondents ( 75.6 % ) in SMP N 2 Gamping. The father’s role as friend and playmate is sufficient categories as much 54 respondent (60,0%). The father’s role as a teacher and role model is sufficient categories as much 54 respondent (60,0%).

Conclusion: the role of the father against teenage boys early in dealing with puberty in SMP N 2 Gamping is categorized quite as much as 68 respondent (75.6%).

(17)

ii

Peran Ayah Terhadap Remaja Laki-Laki Awal dalam Menghadapi Pubertas

di SMP N 2 Gamping

Ahid Nur Fauzi1, Dewi Puspita21Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

INTISARI

Latar Belakang; Fenomena yang terjadi sekarang banyak remaja laki-laki yang mendapatkan informasi tentang pubertas dari sumber yang salah. Remaja laki-laki banyak mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan seperti dari internet dan teman sebaya. Hal ini dapat sangat berbahaya karena informasi yang didapatkan belum tentu benar. Oleh karena itu peran ayah sangat penting bagi remaja laki-lakinya dalam memberikan informasi tentang pubertas

Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping.

Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling sebanyak 90 orang di SMP N 2 Gamping. Peran ayah diukur menggunakan kuisoner yang berisi 15 item pernyataan

Hasil: Sebagian besar peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas dengan kategori cukup sebanyak 68 responden (75,6%) di SMP N 2 Gamping. Peran ayah sebagai Friend and Playmate dengan kategori cukup sebanyak 54 responden (60,0%. Peran ayah sebagai Teacher and Role Model dengan kategori cukup sebanyak 54 responden (60,0%).

Kesimpulan: Peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping berada pada kategori cukup sebanyak 68 responden (75,6%).

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latang Belakang

Remaja merupakan suatu individu yang mulai beranjak dewasa dan terintegrasi ke dalam peran di masyarakat. Remaja merupakan anak yang merasa bahwa dirinya sama dengan orang dewasa mereka tidak merasa dibawah usia orang dewasa. Fase remaja merupakan fase yang sangat berpotensi baik secara kognitif, emosi, maupun fisik. Remaja selalu mengamati perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mengamati perilakunya yang tidak sesuai. Remaja semakin kecewa dengan perubahan yang tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Hal seperti ini yang menjadikan perubahan pada konsep diri remaja (Pangemanan, 2013).

(19)

2

Pubertas pada anak laki-laki dipengaruhi oleh respon tubuh terhadap kerja androgen yang meluas, kemudian disekresikan oleh Testis. Pada pubertas inilah Testes mulai berkembang dan baru aktif di bawah pengaruh Gonadotropin yang disekresi oleh hipofisis anterior. Walaupun usia pubertas

dan perubahan dapat diprediksi, namun terkadang onset usia berbeda-beda di berbagai tempat, wilayah, etnis, bahkan perbedaan suku dalam satu wilayah yang sama. (Linda J., 2008).

Pada masa pubertas seorang ayah sangat dibutuhkan oleh seorang anak laki-lainya. Ayah menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan orang tua laki-laki seorang anak. Tergantung hubungannya dengan sang anak, seorang “ayah” dapat merupakan ayah kandung (ayah secara biologis) atau ayah angkat. Panggilan “ayah” juga dapat diberikan kepada seseorang secara defacto bertanggung jawab memelihara seorang anak meskipun antar keduanya tidak terdapat hubungan resmi (Anton M. Moeliono, 1990).

(20)

3

peran yang dilakukan oleh ayah dengan tugas peranya untuk mengarahkan anaknya menjadi mandiri ketika dewasa, baik secara fisik dan biologis (Yuniardi, 2009).

Dalam Al-quran banyak ayat yang menjelasakan betapa besarnya peran ayah dalam mendidik dan mengasuh anak. Hal tersebut salah tercantum dalam Al-quran surat Luqman ayat 13 yang mengisahkan kisah Luqman yang memberikan nasihat kepada anak-anaknya. Berikut adalah bunyi dari surat Luqman ayat 13:

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS:Luqman ayat 13 Departemen Agama RI, 2011).

(21)

4

perubahan dan perkembangan remaja terutama kaitannya pada anak laki -lakinya.

Fenomena yang terjadi sekarang banyak remaja laki-laki yang mendapatkan informasi tentang pubertas dari sumber yang salah. Remaja laki-laki banyak mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan seperti dari internet dan teman sebaya. Hal ini dapat sangat berbahaya karena informasi yang didapatkan belum tentu benar. Oleh karena itu peran ayah sangat penting bagi remaja laki-lakinya dalam memberikan informasi tentang pubertas.

(22)

5

sungkan bercerita ataupun menyampaikan permasalahan yang dialaminya. Peran ayah sebagai Teacher and Role Model wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak remajanya agar dapat dijadikan benteng ketika menghadapi perubhan-perubahan yang terjadi. Nilai agama oleh ayah juga harus diterapkan pada anak laki-lakinya karena akan menjadi benteng diri, sehingga anak dapat merencanakan hidup yang mandiri, disiplin dan beranggung jawab.

Anak remaja memerlukan seorang figure ataupun panutan di lingkungannya. Ayah merupakan contoh suri tauladan bagi anak laki-lakinya karena tingkah laku, cara berbicara, ekpresi seorang ayah akan dicontoh oleh anak laki-lakinya. Ayah harus meberikan keteladanan yang baik pada anaknya. Dampak negatif dari mendapatkan informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sumbernya, tidak dari seorang ayah akan mempengaruhi perilaku remaja laki-laki tersebut. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh remaja laki-laki contohnya merokok, penyimpangan seksual, tawuran, mengkonsumsi alkohol.

(23)

6

B.Rumusan Masalah

Ayah memiliki peran yang berbeda dengan seorang ibu ayah memberikan dan memiliki cara yang berbeda dalam menjalankan peran sebagai orang tua. Ayah memberikan cara berbeda pada masa perubahan dan perkembangan yang terjadi pada remaja. Oleh karena itu rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui peran ayah sebagai Friend and Playmate b. Mengetahui peran ayah sebagi Teacher and Role Model D. Manfaat Penelitian.

1. Bagi ayah

(24)

7

2. Bagi perawat

Bagi perawat agar menjadi salah satu pengetahuan dan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada ayah supaya ayah lebih mengerti tentang peran seorang ayah terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki.

3. Bagi instansi pendidikan

Merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran tentang peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas. E.Penelitian Terkait

1. Hidayati, Kaloeti, dan Karyono 2011: “Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak”. Desain penelitian ini bersifat deskriptif, dan dalam pengumpulan datanya menggunakan kuisioner berupa pertanyaan terbuka yang akan mengungkapkan pengasuhan ayah dari prespektif ayah itu sendiri. Kriteria responden adalah laki-laki dewasa yang memiliki anak. Penelitian ini melibatkan 100 orang responden. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah menggabarkan proses parenting yang melibatkan peran ayah (fathering).

(25)

8

dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner.

2. Susanto, 2013: “Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan, Kemampuan Coping dan Resiliensi Remaja”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda, data dianalisis dengan bantuan SPSS v.17. Analisis regresi ganda dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependent dengan variabel independent. Hasil dari uji regresi ganda keterlibatan ayah dalam

pengasuhan dan kemampuan coping secara bersama-sama dengan resiliensi. Hasil uji coba ANOVA diperoleh hasil significan sebesar F=10,281 p=0,000 berarti ada hubungan yang signifikan antara keteribatan ayah dalam pengasuhan dan kemampuan coping dengan resiiensi.

Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

(26)

9

(27)
(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ayah

Ayah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang tua seorang laki -laki seorang anak. Tergantung hubunganya dengan sang anak, seorang “ayah” dapat merupakan ayah kandung (ayah secara biologis) atau ayah angkat. Panggilan “ayah” juga diberikan kepad seorang yang secara defacto bertanggung jawab memelihara seorang anak meskipun antar keduanya tidak terdapat hubungan resmi (Anton M. Moeliono, 1990).

B. Definisi Peran Ayah

Guna mendapatkan pengertian peran ayah (fathering), maka harus mengetahui pengertian dari peran orang tua (parenting) atau bisa diartikan sebagai peran pengasuhan. Parenting merupakan tugas orangtua untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Parenting merupakan suatu perilaku yang menunjukkan suatu kehangatan, sensitif, penuh penerimaan, bersifat resiprokal, saling pengertian, dan respon terhadap apa yang dibutuhkan oleh anak (Yuniardi, 2009).

Selain itu juga keterlibatan dalam parenting mengandung aspek waktu yaitu ketersediaan waktu orangtua untuk anaknya, interaksi yang intens antara orang tua dan anak, dan perhatian yang cukup dari orangtua. Peran ayah atau fhatering hampir sama dengan pengertian parenting. Hal itu dikarenakan peran ayah merupakan bagian dari parenting. Peran ayah dan ibu dalam sebuah keluarga harus baik dan saling melengkapi terlebih dalam memeberikan role model dalam kehidupan sehari-hari (Yuniardi, 2009).

(29)

menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Peran ayah tidak kalah pentingnya dengan peran ibu, peran ayah juga memeiliki pengaruh dalam perkembangan anak, walaupun kedekatan antara ayah dan anak tidak sedekat ibu dan anaknya. Hal ini bahwa cinta ayah didasarkan pada syarat tertentu, berbeda dengan cinta ibu yang tanpa syarat. Dengan demikian cinta ayah memeberi motivasi anak untuk lebih menghargai nilai -nila dan tanggung jawab (Yuniardi, 2009).

C. Faktor Yang Memepengaruhi Peran Ayah

Berikut ini merupakan uraian faktor-faktor yang memepengaruhi pola asuh orang tua, yang didalamnya juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peran ayah:

1) Faktor personal orangtua

Kepribadian orang tua terutama ayah sangat berpengaruh terhadap tindakan pengasuhan. Sikap dan keyakinan dan pengetahuan ayah mengenai pengasuhan memepengaruhi perilaku ayah terhadap kurangnya keterlibatan ayah terhadap pengasuhan anaknya (Yuniardi, 2009).

2) Karakteristik anak

Jenis kelamin mempengaruhi pola asuh orangtua terutama ayah. Secara konsisten ayah lebih cenderung terlibat dalam pengasuhan anaknya yang berjenis kelamin laki-laki. Ayah sering bermain dan memeberikan stimulus kepada anak laki-lakinya berupa stimulus fisik, ayah juga lebih menekan prestasi kepada anak laki-lakinya (Yuniardi, 2009).

3) Besar keluarga

(30)

aktivitas bersama anaknya, seperti membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, ataupun aktivitas fisik yang lainnya yang biasanya diberikan ayah kepada anak laki-lakinya (Yuniardi, 2009).

4) Status ekonomi dan sosial

Perbedaan status ekonomi memepengaruhi pola asuh orangtua kepada anaknya. Misalnya, orangtua dari kelas menengah cenderung mengekang, menegendalikan, otoriter, menekan ketaatan dan cenderung menggunakan hukuman. Hal ini dapat mempengaruhi rasa tidak berdaya pada anak dan tidak memiliki hubungan dengan lingkungan di luar rumah (Yuniardi, 2009).

5) Pendidikan

Tingkat pendidikan orang tua merupakan hal paling penting dalam mengikuti informasi terkait dengan perkembangan yang terjadi pada anaknya. Mereka yang berpendidikan cenderung mengembangkan diri terkait dengan pengasuhan anak dibandingkan dengan mereka yang tidak berpendidikan. Orangtua dalam hal ini ayah cenderung lues, terbuka, dan mengikuti dinamika perkembangan yang terjadi pada anaknya dan menyadari peran meraka sehingga memepermudah hubungan antara ayah dan anak (Yuniardi, 2009).

6) Kesukuan dan budaya

Setiap suku dan budaya memiliki cara yang berbeda dalam pengasuhan anak. Daerah tertentu ayah hanya berperan sebagai pencari nafkah tidak mempunyai kewajiban mengasuh anak. Sehingga dengan kebiasaan tersebut anak jarang dekat dengan ayahnya (Yuniardi, 2009).

(31)

1. Friend and Playmate

Dari beberapa penelitian bahwa ayah seringkali dianggap sebagai sosok “fun parent”. dan lebih memiliki waktu bermain dibandingkan dengan ibu. Ayah sering bermain dan memeberikan stimulus fisik terutama kepada anak laki-laki, selain itu melalui permainan denagan anak, ayah dapat berhumor dan bercanda dengan sehat kepada anak.. Sehingga dengan demikian terjalin hubungan yang baik, kesulitan dan stres yang dialami oleh anak dapat dikeluarkan. Dengan demikian peran ayah sebagai Friend and Playmate menjadi harmonis sehingga dapat meningkatkan belajar dan perkembangan anak (Yuniardi, 2009).

Peran ayah sebagai teman ataupun sahabat anak laki-lakinya, mereka akan lebih terbuka kepada ayahnya untuk menyampaikan permasalahan yang mereka alami. Ayah harus tahu permasalahan apa yang dialami oleh anak laki-lakinya. Sehingga ketika anak memiliki masalah dapat bercerita dengan ayahnya, karena anak menganggap ayahnya adalah teman sehingga anak tidak sungkan untuk bercerita (BKKBN, 2009).

2. Teacher and Role Model

(32)

Sebagai pendidik ayah wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak laki -lakinya sebagai bekal dan benteng untuk menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya. Ayah juga harus menanamkan nilai agama pada anak laki-lakinya agar kelak anak tersebut mampu menbentuk rencana hidup mandiri, disiplin dan bertanggung jawab, dan mampu membedakan yang baik dan yang buruk (BKKBN, 2009).

Anak membutuhkan seorang panutan di lingkunganya, ayah merupakan figur ataupun panutan bagi anak laki-lakinya. Tingkah laku, cara berbicara, ekspresi, ayah akan dilihat oleh anak laki-lakinya, yang kemudian akan ditiru dan dicontoh oleh anaknya dan akan dijadikan panutan hidupnya. Ayah harus menjadi seorang suri tauladan yang baik untuk anaknya, baik dari cara berbicara, sikap, maupun perbuatan (BKKBN, 2009).

E. Definisi Remaja

Remaja diartikan secara etimiologi adalah “tumbuh menjadi seseorang yang lebih dewasa”. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Batasan remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Beberapa para ahli, organisasi, dan lembaga kesehatan, bahwa usia remaja adalah periode peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, kisaran usia antara 10-24 tahun. Definisi remaja dapat ditinjau dari tiga sudut pandang:

1) Peratama ditinjau dari sisi kronologis, remaja adalah seseorang atau individu yang berusia dari 11-12 tahun sampai usia 20-21 tahun

2) Kedua ditinjau dari sisi fisik, pada fisik ditandai dengan perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama terkait dengan fungsi seksual.

(33)

-perubahan dari aspek kognitif, sosial dan moral (Kusmiran, 2011).

Remaja adalah suatu masa dimana individu mengalami perubahan pada seksual sekunder. Remaja juga mengalami perubahan hormonal sehingga menyebabkan munculnya dorongan seksual pada remaja dan ditunjukkan dengan perilaku seksual. Perilaku seksual pada remaja ini menjadi perhatian khusus bagi orang tua (Dewi Intan Puspitadesi, 2012). F. Tahap Perkembangan Remaja

1. Usia Remaja Muda (12-15 tahun) 1) Sikap protes terhadap orang tua

Pada usia ini remaja cenderung tidak menyetujui aturan ataaupun nilai-nilai dalam kehidupan yang di terapkan oleh orangtuanya. Remaja sering mencari identitas dirinya sendiri dan sering kali menjauhkan diri dari orangtuanya. Dalam upaya mencari identitas dirinya remaja sering kali melihat tokoh di luar lingkungan keluarganaya, seperti, guru, artis, dan tokoh-tokoh idola lain (Kusmiran, 2011). 2) Preokupasi dengan badan sendiri

Pada usia ini tubuh remaja mengalami perubahan yang sangat cepat. Perubahan -perubahan yang terjadi menjadi perhatian khusus bagi diri remaja (Kusmiran, 2011). 3) Kemamapuan untuk berfikir secara abstrak.

Pada usia ini daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai berkembang dan mamapu untuk berdiskusi dan memepertajam kepercayaan diri (Kusmiran, 2011).

4) Perilaku yang labil dan berubah-ubah

(34)

juga merasa cemas dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Perilaku berubah -ubah yang dialami remaja menunjukkan bahwa remaja sedang mengalami konflik yang memerlukan pengertian dan penanganan yang bijaksana (Kusmiran, 2011). 2. Usia Remaja Penuh (16-19 tahun)

1) Kebebasan dari orangtua.

Pada usia ini keinginan remaja untuk menjauhkan diri dari orangtua menjadi nyata. Remaja merasakan kebebasan, namun disatu sisi remaja juga merasa kurang menyenangkan dengan kondisinya. (Kusmiran, 2011).

2) Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas

Seringkali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu yang ditekuninya. Mulai memikirkan cita-cita masa depan, terkadang juga memikirkan untuk melanjutkan sekolah atau langsung bekerja untuk mencari nafkah (Kusmiran, 2011).

3) Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap

Remaja mulai menyususn nilai-nila moral dan etis sesui dengan yang diharapkan.

4) Penghargaan kembali pada orang tua yang sejajar

Remaja pada akhirnya akan kembali kepada orang tua, dan menghargai apa yang menjadi aturan orang tua. (Kusmiran, 2011).

G. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Ali (2011) adalah: 1) Mampu menerima keadaan fisiknya dan penampilan diri

(35)

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang sejenis maupun berlainan jenis

4) Mencapai kemandirian emosional

5) Mencapai kemandirian ekonomi dan mempersiapkan karier

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlakukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua 8) Mengembangkan perilaku tangguang jawab sosila diperlakukan untuk memasuki

dunia dewasa

9) Memepersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga (Kusmiran, 2011).

H. Ciri-Ciri Masa Remaja

Beberapa ciri yang menjadi karakteristik masa remaja antara lain: 1) Masa remaja sebagai periode yang penting

Masa ini dikatakan penting karena perkembangan fisik dan psikologis pada remaja berkembang sangat cepat. Perkembangan fisik dan psikologis yang cepat memerlukan penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai, dan minat baru (Yuniardi, 2009).

2) Masa remaja sebagai masa peralihan

(36)

setiap periode peralihan, status tidaklah jelas dan terdapat keraguan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa (Yuniardi, 2009).

3) Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat kecepatan perubahan sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan tingkat kecepatan perubahan fisik selama masa remaja. Ketika perubahan fisisk menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun (Yuniardi, 2009).

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode pertumbuhan memiliki masalahnya sendiri, namun masalah pada remaja sulit untuk diatasi. Terdapat dua kesulitan untuk menyelesaikan masalah pada masa remaja. Pertama, selama kanak-kanak masalah diselesaikan oleh orangtua atau pun gurunya, sehingga remaja tidak memiliki pengalaman untuk menyelesaikan masalahnya. Kedua remaja seringkali merasa mandiri dan mampu menyelesaikan masalahnya sehingga sering menolak bantuan orang tua dan guru (Yuniardi, 2009). 5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman dalam segala hal, seperti sebelumnya (Yuniardi, 2009).

6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

(37)

menjadi negatif (Yuniardi, 2009).

7) Masa sebagai masa yang tidak realistik

Remaja sering memiliki pemikiran yang tidak realisitik dengan keadaan yang sebenarnya. Seringakali remaja memiliki cita-cita yang tidak masuk akal baik bagi dirinya, keluarga, dan teman-temanya. Sehingga menyebabkan emosi remaja tidak terkontrol (Yuniardi, 2009).

8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Fase ini remaja sering berperilaku selayaknya orang dewasa. Mereka menunjukkan kepada orang lain bahwa perilaku yang mereka lakukan menunjukkan bahwa dirinya sudah dewasa (Yuniardi, 2009).

I. Definisis Pubertas

Pubertas adalah masa kehidupan ketika seseorang mengalami kematangan secara seksual dan organ-organ reproduksi telah siap untuk menjalankan fungsi reproduksinya. Hasil penelitian yang diakukan oleh Santrock (2008) menyimpulkan bahwa perubahan fisik pubertas yang cepat selalu disertai dengan perubahan kognitif, moral, psikologis, dan sosial (Triyanto, 2014).

Pengertian pubertas menurut Stanley Hall (publikasi tahun 1991) merupakan masa di

mana dianggap sebagai masa topan badai dan strees (Strom and Stress). Karena mereka

telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan

baik maka ia akan menjadi seseoranng individu yang memiliki yang memiliki rasa

tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seseorang yang taidak

(38)

Gunarsa (publikasi tahun 1991) istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan

masa pubertas antara lain:

Puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-lakian,

kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata pubis

(pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genitalia) maka

pubescence berarti perubahan yang di barengu dengan tumbuhnya rambut pada daerah

kemaluan.

Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa muda yang

terjadi antara 17-30 tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak

-anak menuju masa dewasa yang di tandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis,

dan psikosial. Proses perkembangan psikis pubertas dimulai antara 12-22 tahun.

Sedangkan Santrock mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang

dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja. Kemudian pendapat Stanly

Hall (dalam Santrock, publikasi tanggal 1998) usia remaja antara 12 sampai usia 23

tahun. Adapun menurut Erikson masa pubertas adalah masa yang akan melalui krisis di

mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self identity) ( Dariyo,

2004 dalam Dhin, 2013).

J. Perubahan Fisik Pada Pubertas Remaja Laki-Laki

Perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh hormon pada remaja laki-laki, yaitu

tumbuh rambut di sekitar kemaluan, kaki, tangan, dada, ketiak dan wajah. Tampak pada

anak laki-laki mulai tumbuh kumis, berjambang, dan berbulu ketiak. Perubahan pada

suara mulai tampak bertambah besar dan suara bariton. Badan lebih berotot terutama

(39)

Bertambahnya berat dan tinggi badan, buah zakar bertambah besar dan apabila

terangsang dapat mengeluarkan sperma dan, mimpi basah. Mimpi basah pertama kali

pada usia remaja laki-laki kira-kira pada usia 9-14 tahun. Mimpi basah umumnya terjadi

secara periodik, berkisar setiap 2-3 minggu. Mimpi basah adalah keluarnya cairan sperma

yang tidak diperlukan dan secara alamiah (Kusmiran, 2011).

K. Ciri-Ciri Masa Pubertas

Masa pubertas adalah masa yang sangat unik dan masa yang khusus yang ditadai oleh

perubahan-perubahan dan perkembangan tertentu yang tidak terjadi pada tahap kehidupan

yang lain. Diantara ciri-ciri pubertas adalah sebagai berikut: 1. Masa Puber adalah Periode Tumpang Tindih

Masa pubertas dianggap sebagai masa tumpang tindih dikarenakan masa ini

adalah masa yang mencakup akhir dari anak-anak dan awal dari masa dewasa.

Hingga anak matang secara seksual anak dikenal sebagai “anak puber” setelah anak

matang secara seksual anak bisa dibilang anak “remaja” atau “remaja muda”

(Hurlock, 1980).

2. Masa Puber Adalah Periode yang Singkat

Masa pubertas merupakan periode yang singkat, karena masa pubertas hanya

berkisar dua sampai empat tahun. Kemudian anak yang mengalami masa pubertas

hanya dua tahun atau kurang anak tersebut dianggap anak yang cepat matang.

Sedangkan anak yang memerlukan waktu tiga tahun atau lebih untuk masa

peralihan dari anak-anak ke dewasa anak tersebut dianggap lambat matang

(Hurlock, 1980).

(40)

Meskipun masa pubertas merupakan masa yang paling singkat pada rentang

kehidupan. Akan tetapi masa pubertas dibagi menjadi tiga tahap , yaitu tahap

prapuber, tahap puber dan tahap pasca puber. Dalam setiap tahap masa pubertas

terdapat ciri-ciri tahap pubertas (Hurlock, 1980).

4. Masa Puber Merupakan Masa Pertumbuhan dan Perubahan yang Pesat

Masa pubertas adalah masa yang sangat mencolok dalam pertumbuhan dan

perubahan. Perubahan yang sangat mencolok adalah perubahan proporsi tubuh.

Perubahan yang terjadi pada pubertas menimbulkan keraguan, perasaan tidak

mampu dan tidak aman, dan sering terjadi perilaku yang kurang baik (Hurlock,

1980).

5. Masa Puber Merupakan Masa Negatif

Dari pendapat yang diungkapakan oleh Chalotte Buhler menyebutkan bahwa

masa puber sebagai fase negatif. istilah fase menunjukkan periode yang sangat

singkat, sedangkan negatif berarti bahwa individu mengambil sikap anti. Perilaku

negatif ini merupakan sikap yang sering ditunjukan pada masa pubertas (Hurlock,

1980).

L. Tahap-Tahap Pubertas

1. Tahap prapuber

Tahap ini merupakan tahap tumpang tindih dikarenakan merupakan satu atau

dua tahun akhir dari masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak ini disebut masa

prapuber yaitu bukan lagi seorang anak akan tetapi belum juga seorang remaja.

Dalam tahap prapuber atau tahap pematangan ciri-ciri seks sekunder mulai tampak

(41)

2. Tahap puber

Tahap puber ini merupakan tahap dimana terjadi garis pembagi antara masa

kanak-kanak dan remaja. Pada tahap ini dimana kematanagan seksual mulai terlihat.

Khususnya pada anak laki-laki, akan mengalami mimpi basah pada malam hari

untuk pertama kalinya. Selama tahap ini atau tahap puber ciri-ciri seks sekunder

telah berkembang dan sel-sel organ-organ seks telah diproduksi (Hurlock, 1980). 3. Tahap pascapuber

Tahap ini bertumpang tindih dengan tahun pertama atau kedua masa remaja.

Selama tahap ini, ciri-ciri seks sekunder telah berkembang dengan baik dan organ

-organ seks mulai berfungsi dengan matang (Hurlock, 1980).

M. Ciri-Ciri Seks Primer Pubertas Pada Remaja Laki-Laki

Perubahan primer yang terjadi pada laki-laki adalah Gonad atau Testes, yang terletak

dalam Scrotum, atau Sac, di luar tubuh, pada usia 14 tahun kematangan baru sekitar 10%.

Kemudian terjadi pertumbuhan yang sangat cepat satu atau dua tahun kemudian. Setelah itu

pertumbuhan mulai menurun. Testes berkembang penuh atau matang setelah berusia dua

puluh atau dua puluh satu tahun. Setelah pertumbuhan Testes yang pesat terjadi pertumbuhan

Penis yang cepat pula, awal pertumbuhan pada Penis adalah bertambah panjang, kemudian

berangsur-angsur bertambah besar. Ketika organ reproduksi pria telah matang, maka

biasanya akan mengalami mimpi basah (Hurlock, 1980).

N. Ciri-Ciri Seks Skunder Pubertas Pada Remaja Laki-laki

Perubahan skunder yang terjadi pada remaja laki-laki dimulai dari rambut. Rambut

kemaluan timbul sekitar setahun setelah Testes dan Penis mulai membesar. Rambut wajah

(42)

yang tumbuh hanya sedikit, halus dan berwarna terang. Kemudian rambut tumbuh lebih

gelap, lebih kasar, lebih subur, dan agak keriting. Perubahan selanjutnya adalah kulit pada

remaja laki-laki kulit berubah menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat, dan pori

-pori meluas. Selanjutnya adalah perubahan pertumbuhan pada kelenjar lemak atau yang

memeproduksi minyak dalam kulit menjadi besar dan lebih aktif, sehingga sering kali terjadi

jerawat pada remaja (Hurlock, 1980).

Pada usia puber atau remaja kelenjar keringat pada ketiak semakin bertambah banyak.

Perubahan yang terjadi selanjutnya adalah pada otot, pada remaja laki-laki otot bertambah

menjadi besar dan kuat, sehingga memebentuk bagian lengan, tungkai kaki, dan pada bahu.

Kemudian suara pada masa puber suara akan berubah setelah rembut kemaluan timbul. Pada

awal perubahan suara, suara menjadi serak, tinggi suara menurun, volumnya meningkat dan

menjadi lebih enak didengar. Suara seringkali menjadi pecah jika pertumbuhan kematangan

berjalan dengan pesat. Perubahan terakhir adalah benjolan pada dada, benjolan-bejolan kecil

di sekitar kelenjar susu pada pria timbul pada usia dua belas dan empat belas tahun.

Perubahan ini berlangsung hanya beberapa minggu dan kemudian menurun kembali baik

jumlah dari benjolan maupun besarnya (Hurlock, 1980).

O. Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Menghadapi Pubertas

Banyak faktor yang mempengaruhi remaja dalam menghadapi pubertas. Orang tua

sangat berpengaruh dalam memberikan pendidikan pubertas terhadap anaknya. Ayah yang

memberikan pendidikan tentang pubertas kepada anak laki-lakinya akan mempengaruhi

perilaku anaknya untuk berfikir positif. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi remaja

(43)

1. Peran Orang Tua atau Ayah

Ayah yang tidak memberikan pendidikan pubertas kepada anak laki-lakinya

akan berpengaruh terhadap perkembangan remaja itu sendiri. Agar nantinya anak

laki-laki menjadi individu yang memiliki kepribadian yang baik maka peran ayah

sangat penting bagi anak laki-lakinya. (Rola, 2006). 2. Konsep Diri

Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berpikir mengenai dirinya

sendiri. Apabila remaja percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu,

maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh

dalam tingkah laku (Rola, 2006).

3. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan tempat remaja dalam mencapai perlembangan

pubertas. Remaja dituntut untuk menentukan yang baik dan buruk dalam kehidupan

sehingga peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian

remaja (Rola, 2006).

P. Hubungan Peran Ayah Terhadap Remaja Laki-Laki Awal Dalam Menghadapi

Pubertas

Ayah berperan penting dalam perkembangan pribadi anak khususnya remaja laki

-lakinya. Pada diri remaja laki-laki akan tumbuh motivasi untuk meniru yang diajarkan oleh

ayahnya. Sehingga remaja laki-laki memiliki kesuksesan dalam belajar dan identitas gender

yang sehat. Keterlibatan ayah dalam menghadapi pubertas remaja laki-laki merupakan

wujud dari tanggung jawab seorang ayah. Banyak remaja laki-laki merasa diabaikan oleh

(44)

(Nurhidayah, 2008).

Ayah merasa bahwa wujud perhatian terhadap remaja laki-laki awal cukup dengan

materi. Sedangkan yang diinginkan oleh remaja bukan materi, akan tetapi perhatian ataupun

informasi dari ayah tentang pubertas. Sebagian remaja laki-laki yang kurang perhatian dari

ayahnya cenderung memiliki kemampuan akademis menurun, aktifitas sosial terlambat,

interaksi sosialnya terhambat, bahkan ciri-ciri maskulin pada remaja laki-laki bisa hilang.

Hal ini bahwa peran ayah terhada remaja laki-laki memiliki pengaruh yang besar. (Khayati,

(45)

Q. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Dewi Intan Puspitadesi, 2012, Hidayat, 2014, Hurlock, 1980, Kusmiran, 2011, Rola, 2006, Triyanto, 2014, Yuniardi, 2009, BKKBN, 2009).

Faktor yang

2. Ciri-Ciri Masa Pubertas 3. Tahap-Tahap Pubertas

4. Ciri-Ciri Seks Primer Pubertas Remaja laki-laki

(46)

R. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Peran Orang Tua atau Ayah:

1. Friend and Playmate

2. Teacher and

Role Model

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Cross sectional yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia;klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nurasalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah remaja laki-laki yang duduk di kelas VIII SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta sebanyak 90 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling. Kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini ditentukan oleh kreteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

a.Anak laki-laki yang mulai memasuki usia remaja

(48)

Kriteria eksklusi:

a.Remaja laki-laki yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap. b.Remaja laki-laki yang mengundurkan diri menjadi responden. C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMP 2 Gamping Sleman dan akan dilakukan pada bulan Juli 2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah peran ayah terhadap remaja awal laki-laki dalam menghadapi pubertas.

E. Definisi Operaional

Peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas adalah peran atau fungsi yang dijalankan oleh ayah dalam proses pengawasan remaja dalam menghadapi pubertas. Peran ayah tersebut meliputi, Friend and Playmate, Teacher and Role Model. Pengukuran penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas dan menggunakan skala ordinal.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini teknik pengumpulan data dengan menggunakan quesioner. Kuesioner tersebut terdapat data yang menunjukkan peran ayah meliputi sebagai Friend and Playmate, Teacher and Role Model. Setiap sub memiliki 7 dan 8 pertanyaan yang harus dijawab oleh

responden. Adapun kisi-kisi quesioner adalah sebagai berikut:

TABEL 3.1 KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN

(49)

pernyataan

1. Friend and Playmate 1,2,6,7,8 3,4,5 8

2. Teacher and Role

Model 9,10,11,14,15 12,13 7

Jumlah pernyataan 15

Skala yang digunakan untuk menilai kuisioner di atas dengan menggunakan Likert Scale. Merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudia indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun pertanyan. Jawaban dari setiap pertanyaan yang menggunakan Skala Likert dapat berupa seperti berikut: Selalu (S), Sering (S), Jarang (J), Tidak Pernah (TP) (Sujarweni, 2014).

Pemberian skoring pada setiap pertanyaan favorable:

Selalu (S) = 4

Sering (S) = 3

Jarang (J) = 2

Tidak Pernah (TP) = 1 Pemberian skoring pada setiap pertanyaan unfavorable

Tidak Pernah (TP) = 1

Jarang (J) = 2

Sering (S) = 3

Selalu (S) = 4

Jawaban pada setiap butir soal dijumlahkan kemudian dibandingkan dengan jumlah butir dikalikan 100%. Hasil berupa prosentas untuk menilai tingkat peran ayah dengan menggunakan

(50)

P = �X

Keterangan: P = Prosentae

X = Jumlah alternatif jawaban N = Jumlah seluruh butir pertanyaan

Jumlah presentase tersebut untuk mengetahui kategori peran ayah yaitu Friend and Playmate, Teacher and Role Model, dikategorikan menjadi baik, sedang dan cukup, kemudian

hasilnya dimasukkan ke dalam kategori kulitatif yaitu:

a. Baik : 76-100% apabila jumlah skor yang diperoleh responden sebanyak >76 b. Cukup : 56-75%% apabila rata-rata jumlah skor yang diperoleh responden antara

56-75

c. Kurang Baik : <56% apabila jumlah skor yang diperoleh responden <56

G. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan prosedur pengujian untuk melihat apakah pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner tersebut dapat mengukur dengan tepat atau tidak. Uji validitas digunakan untuk menguji setiap pertanyaan apakah telah dinyatakan valid atau tidak. Data penelitian yang telah terkumpul berasal dari kuisioner yang telah diisi oleh responden dilakukan uji Validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Agar data yang diperoleh dapat dipercaya dan hasil penelitian juga dapat dipertanggung jawabkan (Sujarweni, 2014).

(51)

validitas dengan melihat korelasi antar item pertanyaan. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan setiap item dari pertanyaan untuk mendefinisikan suatu variabel yang diteliti. Uji validitas sebaiknya dilakukan pada setiap pertanyaan untuk dilakukan uji validitasnya.

Hasil r hitung dibandingkan dengan r tabel dimana df=n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid. Sampel dalam uji validitas ini sebanyak 20 orang di SMP N 1 Kasihan Bantul dengan signifikansi 5% maka didapatkan angka r tabel 0,6. Jika koefisiensi korelasi butir pertanyaan denga totlnya lebih besar atau sama dengan 0,6 maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Arikunto, 2013). Uji validitas dapat dilakukan dengan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:

� = �∑ − ∑ ∑

√[∑ 2 2][�∑ 2− ∑ ²] Keterangan:

r = Koefisien korelasi antara skor subjek dengan skor total subjek

n = Jumlah subjek

∑ = Total perkalian skor item dan total x = Skor total x masing-masing subjek

∑ = Jumlah skor total variabel y y = skor total y masing-masing subjek

∑ = Jumlah skor total variabel

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Validitas Arikunto

Nilai r Interpretasi

0,81-1,00 Sangat tinggi

0,61-0,80 Tinggi

0,41-0,60 Cukup

(52)

0,00-0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2013).

Uji validitas pada penelelitian ini sebagian menggunakan Contetnt Validity Indeks (CVI) (Polit & Beck, 2012). Uji validitas pada penelitian ini dengan menggunakan CVI adalah instrument kuisioner yang belum valid berjumlah 6 pernyataan, yaitu pernyataan soal nomor 1, 6, 8, 14, dan 15. Instrument kuisioner dilakukan uji validitas pada ahli sesuai dengan bidang tertentu, pada uji validitas peneliti melakukan CVI dengan dosen yang ahli dibidang perkembangan remaja berjumlah 2 orang.

CVI didapatkan dengan cara masing-masing dosen ahli memberikan skor 1-4 (1 tidak relevan, 2 cukup relevan, 3 relevan, 4 sangat relevan) pada setiap item (Polit & Beck, 2012). Masing-masing item akan ditotal skor tiap item dibagi skor tertinggi yaitu 4. Rentang skor valid pada CVI adalah 0,86-1,00 . Uji validitas CVI pada 6 pernyataan adalah 1,34.

2.Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi kuisioner apabila telah digunakan untuk penelitian berulang-ulang. Suatu kuisioner dikatan reliabel apabila mempunyai koefesien keterandalan lebih dari 0,6 (Arikunto, 2006).

(53)

maka reliabel. Dengan rumus sebagai berikut:

� [ � − ] [ −� ∑��²��² ]

r= koefisien realiability instrument (cronbachalfa)

k=banyaknya butir pertanyaan

∑��²= total varians butir

��²=total varians

Tabel 3.3 Korelasi (r) adalah sebagai berikut:

Nilai r Interpretasi

0,800-1,000 Sangat tinggi

0,600-0,799 Tinggi

0,400-0,599 Cukup tinggi

0,200-0,399 Rendah

0,000-0,199 sangat rendah

(Hidayat, 2014).

Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini adalah 0,715 yang berarti reliable.

H. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalan suatu penelitian (Nursalam, 2008). Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil kuisioner dengan mendatangi SMP 2 Gamping Sleman. Langkah-langkah penambilan data adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

(54)

denga penguji Ibu Falasifah Ani Yuniarti S.Kep., Ns., MAN., HNC pada tanggl 2 Januari 2016.

b) Peneliti mengurus surat keterangan kelayakan etik penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 16 Januari 2016. Tanggal 25 Februari 2016 permohonan kelayakan etik penelitian telah selesai dikaji.

c) Peneliti membuat surat uji validitas di Faklutas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang disetujui pada tanggal 25 Juni 2016.

d) Peneliti mengurus permohonan surat izin penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang disetuji pada taggal 5 April 2016.

e) Peneliti melakukan koordinasi dengan Guru yang mengampu bidang studi BK di SMP N 2 Gamping, pada tanggal 18-19 Juli untuk menentukan jadwal pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan

(55)

untuk menejelaskan maksud tujuan peneliti kepada responden. Peneliti menjelaskan maksud dari tiap kuisioner kepada siswa laki-laki kelas VIII SMP N 2 Gamping. Selanjutnya siswa laki-laki mengisi dari setiap pertanyaan yang terdapat di kuisioner selama 30 menit. Kemudian siswa laki-laki kelas VIII SMP N 2 Gamping mengumpulkan kuisioner yang telah diisi kepada peneliti. Kemudian setelah semua kuisioner terkumpul, data yang diperoleh dari kuisioner telah dilakukan pengolahan dan analisa data.

I. Pengolahan Data dan Analisa Data

1) Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, kemudian data diolah secara normal, manual dan disajikan dalam bentuk tabel dan person dengan langkah

a. Editing data

Memeriksa kelengkapan jawaban responden dengan memberikan data, memeriksa jawaban serta melakukan pengecekan terhadap data yang telah dikumpulkan. Penelitian memeriksa kebenaran dan kelengkapan kuisioner yang telah diisi oleh responden. Semua kuisioner telah diisi dengan lengkap oleh responden.

b. Coding data

(56)

1) Penilaian data dengan mengentry data pada Microsoft Exel dan menjumlahkan skor masing-masing variable yang diteliti. Terdiri dari pernyataan Favorable dan Unfavorable. Skor pernyataan Favorable Selalu (4), Sering (3), Jarang (2), Tidak Pernah (1), sedangkan untuk pernyataan Unfavorable Selalu (1), Sering (2), Jarang (3), Tidak Pernah (4).

2) Interpretasi hasil dari peran ayah dinilai dengan skala ordinal yang dikategorikan adalah:

Kurang Baik apabila skor <56%= 1 Cukup apabila skor 56%-75%= 2 Baik apabila skor 76%-100%= 3 c. Entry data

Memasukkan data kedalam komputer dengan aplikasi program komputer SPSS V 15.

d. Tabulasi data

Data yang telah diberi skor kemudian dijumlahkan, disusun dan dimasukkan kedalam bentuk tabel selanjutnya kemudian data tersebut dianalisis.

e. Cleaning

Semua data dari setiap sumber atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan terdapat kesalah dalam memberikan kode, ketidak lengkapan data dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2) Analisa Data

(57)

hasil sebuah penelitian (Notoadmodjo 2005 dalam Sujarweni, 2014). Analisis univariat digunakan untuk meringkas kumpulan data dari hasil pengukuran sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi sebuah informasi yang berguna. Pengolahan data pada analisis data ini hanya satu variabel saja, sehingga dinamakan univariat. Yang termasuk analisis univariat adalah statistik deskriptif (Sujarweni, 2014). Tujuan dari analisa univariat adalah untuk menjelaskan dan mendiskripsikan masing-masing proporsi varibel yang diteliti dengan menggunakan tabel disribusi frekuensi. Analisa univariat dalam penelitian ini adalah peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas dengan mengggunakan analisa, distribusi frekuensi, dan persentase (Sugiyono, 2014).

J. Etika Penelitian

Kelayakan etik penelitian, Nomor : 062/EP-FKIK-UMY/II/2016

Dalam penelitian ini, rasponden berhak memutuskan untuk menjadi responden ataupun tidak. Selain iru, responden juga berhak dirahasiakan identitas pribadinya dalam laporan penelitian ini. Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek/responden, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2013).

Prinsip Manfaat

a. Bebas dari ekploitasi

(58)

b. Risiko (benifits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

Prinsip Menghargai Hak-Hak subjek (respect human dignity)

a. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclousure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secar rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

b. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent jiga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

Prinsip Keadilan (right to juctice)

a. Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Gamping terletak di Jalan Jambon, Kelurahan Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dengan responden 90 siswa laki-laki kelas VIII. Siswa SMP N 2 Gamping mendapatkan dukungan dari sekolah untuk belajar terkait dengan pubertas, karena di SMP N 2 Gamping memiliki mata pelajaran BK (Bimbingan Konseling) yang di dalamnya menjelaskan tentang masalah remaja, kesehatan reproduksi remaja, dan tugas perkembangan remaja. Hal ini sangat mendukung pengetahuan siswa SMP N 2 Gamping untuk mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.

Jadwal belajar mengajar di SMP N 2 Gamping dimulai dari pukul 07:00 WIB sampai pukul 13:00 WIB terkecuali untuk hari jumat hanya sampai pukul 10:40 WIB dan jadwal pelajaran BK (Bimbingan Konseling) hanya satu jam pelajaran dalam satu minggu. Lama setiap satu jam pelajaran 40 menit. Sekolah juga jarang melakukan kegiatan pertemuan antara orangtua dan sekolah untuk membahas tentang peran ayah. Sehingga ayah kurang mengetahui perkembangan anaknya di dalam lingkungan sekolah.

2. Kreteria Responden

(60)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Remaja Laki-Laki di SMP N 2 Gamping

Berdasarkan tabel 4.1 mayoritas responden berusia 13 tahun yaitu sebanyak 49 responden (54,4%) dan usia 16 tahun hanya sebanyak 1 responden (1,1%).

3. Analisa Univariat

a. Peran Ayah Tehadap Remaja Laki-Laki Awal Dalam Menghadapi Pubertas Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Analisis Peran Ayah Tehadap Remaja Laki-Laki Awal Dalam Menghadapi Pubertas di SMP N 2 Gamping (N=90)

Kriteria Frekuensi

Berdasarkan tabel 4.2 bagian besar peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas dengan kategori cukup sebesar 68 responden (75,6%).

b. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Friend and Playmate dan Teacher and Role Model

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Friend and Playmate dan Teacher and Role Model

Peran Ayah Kategori Total

Kurang Baik Cukup Baik

Friend and Playmate

(61)

Teacher and Role Model

13 (14,4%) 54 (60.0%) 23 (25.6%) 90 (100%) Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil peran ayah sebagai Friend and Playmate kurang baik sebanyak 31 (34,4%), cukup 54 (60,0%), Baik 5 (5,6%) dan pada peran ayah sebagai Teacher and Role Model kurang baik sebanyak 13 (14,4%), cukup 54 (60,0), baik 23 (25,6%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden a. Usia

Berdasarkan tabel 4.1 maka didapatkan hasil mayoritas usia responden kelas VIII SMP N 2 Gamping saat bulan Juli 2016 berusai 13 tahun berjumlah 49 responden (54,4%) dan usia 16 tahun sebanyak 1 responden (1,1%). Masa remaja diklasifikasikan dalam tiga fase, masa remaja awal (usia 11 tahun sampai 14 tahun), masa remaja menengah (usia 15 tahun sampai 17 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18 tahun sampai 20 tahun) (Potter dan Perry, 2009).

(62)

membesar, dan tumbuh rambut disekitar pubis. Usia 14-15 tahun penis terus memanjang, testis terus membesar, rambut pubis semakin tebal, kasar dan keriting, pada usia ini mulai terjadi mimpi baah yang pertama kali dan suara menjadi besar. Pada usia 16 tahun ini remaja titik dewasa demikian juga dengan perumbuhan testis dan penis, pada usia ini remaja sering mengalami ereksi yang tidak terkendali sehingga sering megalami mimpi basah (Jafar, 2005).

Selain perubahan dan perkembangan pada fisik remaja juga mengalami perkembangan pada psikologisnya juga. Pada usia remaja akan timbul rasa tertarik pada lawan jenis, sehingga remaja laki-laki akan menunjukkan jiwa kejantannnya. Perubahan lain yang terjadi pada remaja seperti tidak percaya diri (rendah hati, malu, cemas, dan bimbang) dan salah tingkah. Setiap tahapan perkembangan mempunyai perilaku dan karakteristik masing-masing. Remaja cenderung lebih senang berkumpul di luar rumah, membantah orangtua, ingin menonjolkan dirinya dan kurang mempertimbangan apa yang dilakukan, dan mudah terpengaruh lingkungan. Pada masa ini ayah memiliki peran yang sangat besar membantu anak laki-lakinya untuk memahami tahap-tahap perkembangan pada anak laki-lakinya, meningkatkan rasa percaya diri, berani mengungkapkan masalah serta mampu membuat keputusan sendiri (BKKBN, 2009).

Dengan demikian pada penelitian ini responden berada pada masa remaja awal dan pertengahan, karena pada usia 13 dan 14 tahun masih duduk di bangku sekolah jenjang SMP.

(63)

Peran ayah (fathering) dapat dijelaskan sebagai suatu peran yang dijalankan dalam kaitannya dalam tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik maupun biologis (Vera Astuti, 2013). Berdasarkan tabel 4.2 maka peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping adalah kategori cukup sebanyak 68 responden (75,6%). Peran ayah dengan kategori cukup berarti telah menunjukkan bahwa ayah telah terlibat berperan terhadap anak laki-lakinya walaupun masih ada peran ayah yang lain belum dijalankan. Peran ayah yang belum dijalankan oleh ayah adalah bertanya kepada anak laki-lakinya kapan pertama kali mimpi basah. Hal ini sesuai dengan kuisioner peran ayah Friend and Playmate pernyataan soal nomor 1 hanya memiliki 35,5 % dari 90 responden yang menjawab dari 15 pernyataan kuisioner.

Peran ayah dengan kategori cukup disebabkan karena ayah memiliki keperibadian, sikap, dan perilaku yang baik dalam mendidik remaja untuk menghadapi pubertas. (Yuniardi, 2009). BKKBN 2009 menyatakan bahwa sebagai pendidik, ayah wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada remaja laki-lakinya sebagai bekal dan benteng untuk menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya. Dalam al-quran surat Luqman ayat 13 menjelaskan betapa besarnya peran ayah dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Berikut bunyi dari arti surat Luqman ayat 13:

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS:Luqman ayat 13 Departemen Agama RI, 2011).

(64)

an-Nuur Ash-Shiddieqy menafsirkan bahwa kedudukan atau fungsi ayah adalah memberi pelajaran kepada anak-anaknya dan membimbing untuk melakukan hal yang baik dan menjauhi yang buruk (Safdy, 2013).

Peran ayah yang tidak diteliti dalam penelitian ini juga disebutkan oleh Yuniardi (2009), adalah peran ayah sebagai Economic Provider, Protector dan Decision Maker. Ayah sebagai Economic Provider memiliki peran dalam penyedia dan

pemberi fasilitas. Peran ayah sebagai penyedia ekonomi menjadi bukti bahwa ayah telah berperan dalam perkembangan anaknya. Sebab dengan ayah memenuhi kebutuhan finansial anak, anak merasa aman karena kebutuhannya dalam proses pertumbuhan terjamin. Ayah sebagai Protector, ayah memiliki peran sebagai pelindung untuk anaknya. Sebab pada usia remaja perlindungan ayah sangat dibutuhkan, karena pada usia remaja mudah terpengaruh dari lingkungan sekitar. Pengaruh dari lingkungan sekitar seperti halnya merokok, mengkonsumsi alkohol, NAPZA, dan penyimpangan seksual. Sehingga ayah harus memberikan perlindungan dan nasihat untuk anak laki-lakinya.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Validitas Arikunto
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Remaja Laki-Laki di SMP N 2   Gamping
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Remaja Laki-Laki di SMP N 2   Gamping (N=90)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan bagian dari pemerintah daerah, karena di dalam negara kesatuan tidak ada legislatif daerah, oleh karena itu DPRD dimasukkan ke

Jika alat ini digunakan untuk jasa pengeboran dengan kedalaman minimal 35 meter, maka biaya dalam 2 (dua) kali jasa pengeboran tersebut sudah dapat mengembalikan

Menunjuk Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 191 Tahun 2013, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Komitmen Indonesia untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial sesuai dengan alinea IV Pembukaan Undang- Undang

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain dilingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahsa indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosa

Tabloid Nova diakses 17 Oktober 2013, “Mengajarkan Anak Tentang Budaya Orangtuanya.” Dalam

Elemen Lembaga yang terlibat dalam sub-elemen kunci adalah Pengusaha perkebunan, hasil elaborasi ini memberikan makna bahwa peran pengusaha perkebunan sangat besar

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 1,57 persen, disusul kelompok sandang sebesar 1,44 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan