• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Prototipe Sistem Pelaporan Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue di Kota Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Prototipe Sistem Pelaporan Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue di Kota Surabaya."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PROTOTIPE SISTEM PELAPORAN DAERAH ENDEMIS

DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA SURABAYA

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

DENY SETIAWAN 06.41010.0125

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya daerah endemis seperti kota Surabaya, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan kasus penderita selama 3 tahun berturut–turut. Berdasarkan laporan yang masuk dari rumah sakit dan puskesmas ke dinas kesehatan tingkat penderita demam berdarah tiap desa/kelurahan (incidence rate/IR) selalu ada pasien demam berdarah setiap harinya. (Dinas Kesehatan Surabaya).

Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti dan aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh

(3)

bercak-bercak perdarahan di bawah kulit, 3. Dengue haemorrhagic fever (demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur. 4. Dengue syok sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok/presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian. Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap penderita yang diduga menderita penyakit demam berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau rumah sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok/kematian (Adimidjaja T.K, 2014).

Setiap hari selalu ada pasien demam berdarah yang datang ke pukesmas untuk berobat. Maka dinas kesehatan berupaya untuk mengurangi angka kejadian demam berdarah yang ada di Surabaya.

(4)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalahnya

adalah sebagai berikut: ”Bagaimana membuat prototipe sistem pelaporan daerah endemis demam berdarah dengue di kota Surabaya”.

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah pada permasalahan ini adalah:

1.Data berasal dari pasien tersangka demam berdarah yang ada di tiap–tiap puskesmas. Dan hanya yang di inputkan oleh pihak puskesmas.

2.Prototipe sistem pelaporan demam berdarah dengue hanya menyajikan informasi yang dibutuhkan untuk proses pengambilan kebijakan bukan menyajikan informasi kebijakan yang masuk kedalam sistem.

3.Peta kegawatan menggunakan google map.

Sistem yang akan digunakan bersifat multiple–user (rumah sakit–puskesmas- dinas kesehatan).

1.4Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari penggunaan aplikasi ini adalah untuk membuat prototipe sistem pelaporan daerah endemis demam berdarah dengue di kota Surabaya.

1.5Sistematika Penulisan

(5)

BAB I PEDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dari sistem yang dibuat dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini di bahas tentang teori-teori yang berkaitan dalam penyelesaian masalah serta teori yang mendukung dalam pembuatan sistem. Teori-toeri tersebut antara lain: demam berdarah dengue, endemis,

incidence rate, angka kematian kasus, angka bebas jentik, indikator attack

rate, sistem, aplikasi web, dataflowdiagram, entity relationship diagram,

whiteboxtesting, blackboxtesting, puskesmas, prototipe.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Bab ini dibahas mengenai perancangan sistem yang digunakan dalam membangun sistem dan bagaimana perancangan sistem dibuat, dalam bentuk sistem flow, data flow diagram, entity relationship diagram,

(6)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Dalam bab ini dibahas tentang kebutuhan hardware dan software, instalasi program, penggunaan program, dan evaluasi dari implementasi program yang telah dibuat. Evaluasi aplikasi dilakukan dengan menggunakan metode blackboxtesting dikarenakan hanya menguji fungsionalitas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(7)

6

1.1 Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus flavivirus, family flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk aedes aegypti.

(8)

Sesudah masa tunas/inkubasi selama 3-15 hari orang yang tertular dapat mengalami/menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini: bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.

Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan dibawah kulit. Dengue haemorrhagic fever (demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb. Dengue syok sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok/presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita demam berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau puskesmas, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok/kematian. Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan

trombositopenia dan leukopenia relatif. Serologi dan reaksi berantai polimerase

(9)

klinis. Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.

Pencegahan untuk demam berdarah saat ini tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal-hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah aedes aegypti. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut:

a. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup.

(10)

c. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk.

d. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi.

e. Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah

platelet menurun drastis. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah

(11)

tercapai dalam tempo delapan hingga 48 jam setelah ekstrak daun jambu

biji dikonsumsi (http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah).

1.2 Endemis

Pengertian endemis adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit atau gen infeksi tertentu secara terus menerus ditemukan disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan sebagai suatu penyakit yang umum ditemukan di suatu wilayah. Pengertian hyperendemis adalah keadaan dimana penyakit tertentu selalu ditemukan di suatu wilayah dengan insiden yang tinggi. Holoendemis adalah keadaan dimana suatu penyakit selalu ditemukan di suatu wilayah dengan

prevalensi yang tinggi, awalnya menyerang penduduk usia muda dan menimpa

sebagian besar penduduk contohnya demam berdarah di daerah tertentu (Indrasanto, Doti. 2006).

1.3 Incidence Rate

Angka insidensi (incidence rate) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada periode waktu tertentu, tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana penyakit tersebut berjangkit. Biasanya dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000 atau per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini bisa diberlakukan bagi umur tertentu, jenis kelamin tertentu atau karakteristik spesifik dari penduduk (lihat angka morbiditas, angka prevalensi).

“attack rate” atau “case rate” adalah proporsi yang menggambarkan insidensi

(12)

situasi tertentu misalnya pada waktu terjadi kejadian luar biasa atau wabah, dinyatakan dalam persentase (jumlah kasus per 100 penduduk).

Attack rate sekunder adalah jumlah penderita baru yang terjadi dalam

keluarga atau institusi dalam periode masa inkubasi tertentu setelah terjadi kontak dengan kasus primer, dihubungkan dengan total keseluruhan kontak, deniominatornya/penyebutnya bisa terbatas hanya kepada kontak yang rentan saja, jika hal ini diketahui dengan jelas. Angka infeksi adalah proporsi yang menggambarkan insidensi dari semua infeksi yang terjadi baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (Indrasanto, Doti. 2006).

Jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu

IR = --- x 1000

Populasi yang mempunyairesiko

Untuk menentukan tingkat kegawatan dapat ditentukan dari nilai

incidence rate, dan membedakan nilai incidence rate tingkat kegawatan itu

ditentukan bedasarkan warna. Untuk nilai dan warna dari tingkat kegawatan dapat dilihat pada Tabel 2.1 tabel tingkat kegawatan.

Tabel 2.1 Tabel Tingkat Kegawatan

No Ratio Kenaikan

Tingkat Kegawatan

Nilai IR Tingkat Kegawatan

1. 8 x IR Target > 337 Super Gawat

2. 6 x IR Target > 223,5 - ≤ 337 Gawat

3. 4 x IR Target > 55 - ≤ 223,5 Waspada

(13)

1.4 Case Fataly Rate

Casefatalyrate (angka kematian kasus) adalah biasanya dinyatakan dalam

persentase orang yang didiagnosa dengan penyakit tertentu kemudian meninggal karena penyakit tersebut dalam kurun waktu tertentu (Indrasanto, Doti. 2006).

Jumlah kematian akibat penyakit dalam periode tertentu

CFR = ---X100% Jumlah Penyakit yang terdiaknosa dalam periode yang sama

1.5 Angka Bebas Jentik (ABJ)

Persentase rumah dan tempat umum yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik (Indrasanto, Doti. 2006).

Jumlah rumah tanpa jentik

ABJ = ---X 100 % Jumlah rumah diperiksa

Nilai ABJ ideal > 95 % .

1.6 Indikator Attack Rate

Indikator attack rate angka pengukuran yang dipakai untuk menghitung

insiden kasus baru selama kejadian wabah. Angka serangan sekunder dihitung berdasarkan jumlah kasus baru yang sebelumnya mengadakan kontak dengan kasus primer (kasus yang mejadi sumber penularan) dalam masa inkubasi penyakit (Indrasanto, Doti. 2006).

Jumlah penderita dbd dalam periode tertentu

Attack Rate = --- x 100%

(14)

1.7 Sistem

Menurut Herlambang (2005:116), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari beberapa prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan berdasarkan pendekatan komponen, sistem merupakan kumpulan dari komponen–komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam perkembangan sistem yang ada, sistem yang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka merupakan sistem yang dihubungkan dengan arus sumber daya luas dan tidak mempunyai elemen pengendali. Sedangkan sistem tertutup tidak mempunyai elemen pengontrol dan dihubungkan pada lingkungan sekitarnya.

1.8 Aplikasi Web

Aplikasi web atau sering disebut web application merupakan aplikasi yang dibuat dengan menggunakan bahasa pemograman web. Kebanyakan bahasa pengrograman web berbasis server, namun tidak menutup kemungkinan digunakan bahasa pemrograman web berbasis client. Web server atau web

application berbeda dengan situs web biasa (homepage), web application lebih

dinamis dan atraktif serta dapat mengelola data dengan baik.

(15)

dan coldfusion. Bahasa pemrograman web yang berbasis client diantaranya adalah

java, java script, VB script.

Aplikasi web maksudnya adalah aplikasi web yang hanya diproses di

server atas permintaan client dan mengirim hasil proses ke client. Source code

yang dibuat tidak akan tampak pada client, yang tampak hanyalah script-script

client seperti java, java script, VB script. Aplikasi web dapat berjalan dengan bantuan webserver atau web applicationserver.

Webserver adalah sebuah program yang dijalankan pada komputer server,

yang bertugas menyediakan jasa pelayanan internet kepada komputer-komputer yang terhubung ke server. Web server menggunakan protokol TCP/IP yang bersifat terbuka sehingga dapat menggabungkan kombinasi perangkat keras, perangkat lunak, dan sistem operasi yang digunakan. Web server tidak banyak melakukan tugas pemrosesan, melainkan hanya melayani permintaan dari komputer client. Server juga berfungsi menyimpan program dan file-file yang dibutuhkan oleh semua komputer yang terhubung kepadanya. Jadi setiap kali ada permintaan dari komputer client, program web server akan mencari file yang diminta pada hard disk server, lalu memberikannya kepada client yang memintanya.

2.9 Data Flow Diagram

Data FlowDiagram (DFD) adalah representasi grafik dari sebuah sistem.

(16)

tersebut. Kita dapat menggunakan DFD untuk dua hal utama, yaitu untuk membuat dokumentasi dari sistem informasi yang ada, atau untuk menyusun dokumentasi untuk sistem informasi yang baru.

2.9.1 ContextDiagram (CD)

Jenis pertama context diagram, adalah data flow diagram tingkat atas (DFD top level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal. (CD menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan entitas luar. Lingkaran tersebut menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem).

2.9.2 DFD Fisik

Adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang menunjukan entitas-entitas internal dan eksternal dari sistem tersebut, dan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar dari entitas-entitas tersebut. Entitas-entitas internal adalah personel, tempat (sebuah bagian), atau mesin (misalnya, sebuah komputer) dalam sistem tersebut yang mentransformasikan data. Maka DFD fisik tidak menunjukkan apa yang dilakukan, tetapi menunjukkan dimana, bagaimana, dan oleh siapa proses-proses dalam sebuah sistem dilakukan.

(17)

menggunakan label/keterangan dari kata benda untuk menunjukan bagaimana sistem mentransmisikan data antara lingkaran-lingkaran tersebut.

2.9.3 DFD Logis

Adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang menunjukkan proses-proses dalam sistem tersebut dan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar dari proses-proses tersebut. Kita menggunakan DFD logis untuk membuat dokumentasi sebuah sistem informasi karena DFD logis dapat mewakili logika tersebut, yaitu apa yang dilakukan oleh sistem tersebut, tanpa perlu menspesifikasi dimana, bagaimana, dan oleh siapa proses-proses dalam sistem tersebut dilakukan. Keuntungan dari DFD logis dibandingkan dengan DFD fisik adalah dapat memusatkan perhatian pada fungsi-funsi yang dilakukan sistem (Sidarta, Lani. 1995).

2.10 Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity relationship diagram merupakan jaringan yang menggunakan

susunan data yang disimpann dari sistem secara abstrak. Tujuan dari entity

relationship adalah untuk menunjukkan objek data dan relationship yang ada pada

(18)

Komponen (Simbol) ERD:

1. Entity

Adalah suatu objek yang dapat dibedakan atau dapat diidentifikasikan secara unik dengan objek lainnya, dimana semua informasi yang berkaitan dengannya dikumpulkan.

2. Relationship

Adalah hubungan yang terjadi antara satu entity dengan entity lainnya.

Relationship tidak mempunyai keberadaan fisik atau konseptual kecuali

yang sejenis dinamakan dengan relationship diagram. 3. Atribut

Adalah karakteristik dari entity atau relationship yang menyediakan penjelasan detail tentang entity atau relationship tersebut.

2.10.1 Derajat Relationship adalah:

1. Unary (derajat satu) adalah satu buah relationship menghubungkan satu

buah entity.

2. Binary (derajat dua) adalah satu buah relationship yang menghubungkan

dua buah entity.

3. Ternary (derajat tiga) adalah satu buah relationship menghubungkan tiga

buah entity.

2.10.2 Cardinality Rasio

(19)

Jenis-jenis Cardinality Rasio: 1. OneToOne (1:1)

Yaitu perbandingan antara entity pertama dengan entity kedua berbanding satu berbanding satu.

2. OneToMany (1:M)

Yaitu perbandingan antara entity pertama dengan entity kedua berbanding satu berbanding banyak.

3. ManyToOne (M:1)

Yaitu perbandingan antara entity pertama dengan entity kedua berbanding banyak berbanding satu.

4. ManyToMany (M:M)

Yaitu perbandingan antara entity pertama dengan entity kedua berbanding banyak berbanding banyak.

2.11 White Box Testing

White box testing adalah pengujian yang didasarkan pada pengecekan

terhadap detail perancangan, menggunakan struktur kontrol dari desain program secara procedural untuk membagi pengujian ke dalam beberapa kasus pengujian. Secara sekilas dapat diambil kesimpulan white box testing merupakan petunjuk untuk mendapatkan program yang benar secara 100%. Pengujian dilakukan berdasarkan bagaimana suatu software menghasilkan output dari input. Pengujian ini dilakukan berdasarkan kode program (Romeo, 2006).

(20)

2.12 Black Box Testing

Blackboxtesting adalah pengujian yang dilakukan hanya mengamati hasil

eksekusi melalui data uji dan memeriksa fungsional dari perangkat lunak. Jadi dianalogikan seperti kita melihat suatu kotak hitam, kita hanya bisa melihat penampilan luarnya saja, tanpa tau ada apa dibalik bungkus hitamnya. Sama seperti pengujian black box, mengevaluasi hanya dari tampilan luarnya (interface

nya) , fungsionalitasnya. Tanpa mengetahui apa sesungguhnya yang terjadi dalam proses detilnya (hanya mengetahui input dan output).

BlackBox testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang menguji

fungsionalitas aplikasi yang bertentangan dengan struktur internal atau kerja. Pengetahuan khusus dari kode aplikasi/struktur internal dan pengetahuan pemrograman pada umumnya tidak diperlukan. Uji kasus dibangun di sekitar spesifikasi dan persyaratan, yakni, aplikasi apa yang seharusnya dilakukan. Menggunakan deskripsi eksternal perangkat lunak, termasuk spesifikasi, persyaratan, dan desain untuk menurunkan uji kasus. Tes ini dapat menjadi fungsional atau non-fungsional, meskipun biasanya fungsional. Perancang uji memilih input yang valid dan tidak valid dan menentukan output yang benar. Tidak ada pengetahuan tentang struktur internal benda uji itu.

(21)

Pengujian pada BlackBox berusaha menemukan kesalahan seperti:

a. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang. b. Kesalahan interface.

c. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal. d. Kesalahan kinerja.

e. Inisialisasi dan kesalahan terminasi.

2.13 Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan/kabupaten kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Upaya puskesmas diharapkan dapat mewujudkan kecamatan sehat menuju Indonesia sehat dan bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan (Harbakti Rasa, 2013). Pengertian puskesmas antara lain:

a. Unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan.

b. Satu satuan organisasi yang diberikan kemandirian oleh dinas kesehatan. kabupaten/kodya untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan.

c. Pembangunan kesehatan.

(22)

2.14 Prototipe

Prototipe merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang banyak digunakan. Dengan metode prototipe ini pengembang dan pelanggan dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Sering terjadi seorang pelanggan hanya mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan secara detail output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang dibutuhkan. Sebaliknya disisi pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer. Untuk mengatasi ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang, maka harus dibutuhakan kerjasama yang baik diantara keduanya sehingga pengembang akan mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses-proses dalam menyelasaikan sistem yang diinginkan. Dengan demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang telah ditentukan.

(23)

Tahapan-tahapan prototipe: a. Pengumpulan kebutuhan.

Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.

b. Membangun prototipe.

Membangun prototipe dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output).

c. Evaluasi protoptipe.

Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototipe yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah 4 akan diambil. Jika tidak prototipe direvisi dengan mengulangi langkah 1, 2 , dan 3.

d. Mengkodekan sistem.

Dalam tahap ini prototipe yang sudah disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.

e. Menguji sistem.

(24)

f. Evaluasi sistem.

Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan. Jika ya, langkah 7 dilakukan, dan jika tidak ulangi langkah 4 dan 5.

g. Menggunakan sistem.

Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.

Keunggulan dan kelemahan dari prototype: a. Keunggulan prototipe adalah:

1. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan. 2. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan

pelanggan.

3. Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan sistem. 4. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.

5. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya.

b. Kelemahan prototipe adalah :

(25)

2. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek. Sehingga menggunakan algoritma dan bahasa pemrograman yang sederhana untuk membuat prototipe lebih cepat selesai tanpa memikirkan lebih lanjut bahwa program tersebut hanya merupakan cetak biru sistem . 3. Hubungan pelanggan dengan komputer yang disediakan mungkin tidak

mencerminkan teknik perancangan yang baik.

Prototipe bekerja dengan baik pada penerapan-penerapan yang berciri sebagai berikut:

1. Resiko tinggi yaitu untuk masalah-masalah yang tidak terstruktur dengan baik, ada perubahan yang besar dari waktu ke waktu, dan adanya persyaratan data yang tidak menentu.

2. Interaksi pemakai penting. Sistem harus menyediakan dialog online antara pelanggan dan komputer.

3. Perlunya penyelesaian yang cepat. 4. Perilaku pemakai yang sulit ditebak.

(26)

25

3.1 Identifikasi Masalah

Dinas kesehatan membutuhkan data yang akan diolah untuk mengetahui daerah endemis, dan pukesmas adalah pihak yang akan mengisi data yang diperoleh dari pasien DBD. Data tersebut diproses sehingga menghasilkan informasi. Karena itu dinas kesehatan membutuhkan suatu aplikasi yang dapat menghasilkan informasi yang secara cepat dan tepat. Dinas kesehatan memantau dan memberikan penanganan untuk mencegah pasien demam berdarah. Pengisian data tersebut akan dilakukan oleh pihak pukesmas. Setelah data masuk ke dalam sistem, maka sistem memproses dan menghasilkan suatu laporan dalam bentuk tabel dan grafik. Dinas kesehatan membutuhkan laporan dalam bentuk grafik dikarenakan untuk memudahkan membaca dan ketepatan untuk membaca laporan tersebut. Setelah memeriksa dan mengalisa daerah endemis maka selanjutnya adalah membuat laporan untuk meminta pihak pukesmas untuk melakukan penanganan dan menginformasikan kepada pihak dinas kesehatan.

(27)

Surabaya ini akan menggunakan webbased sebagai bantuan untuk mempermudah dan mempercepat proses pengisian dan pemrosesan data tersebut. Untuk memudahkan dinas kesehatan mengetahui letak daerah yang gawat maka dalam aplikasi ini akan menggunakan peta Surabaya berdasarkan dari google map. Untuk alur prototipe pelaporan demam berdarah dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini.

Pergi Pasien Di periksa

Data Di Proses Data

Pasien DBD Pemeriksaan Di RS atau Pukesmas

Data Di Inputkan Di bag. Admin

Inputan data

(28)

27

3.2Perancangan Sistem

3.2.1 HIPO (Hierarchical Input Process Output)

Prototipe Sistem Pelaporan

Maintenance Data RS Maintenance Data Wilayah1.4 1.3 Mendata Abatisasi_ PJB_ Fogging

(29)

28 kegiatan pkm, dan laporan.

3.2.2 Sistem Flow

Berikut ini adalah sistem flow dari aplikasi pelaporan DBD yang ada di puskesmas dan dinas kesehatan.

Puskesmas

(30)

29

Setelah puskesmas melakukan login akan terdapat tampilan menu utama. Menu utama terdiri dari data abatisasi, data penanggulangan fokus dan data pasien DBD. Setelah itu data akan diproses kemudian akan disimpan ke dalam database.

Dinas Kesehatan

Gambar 3.4 Sistem Pelaporan DBD Pada Dinas Kesehatan

(31)

30

3.2.3 Data Flow Diagram

Berikut ini adalah context diagram dari aplikasi pelaporan DBD serta DFD level 0 dan DFD level 1 dari contextdiagram yang dibuat.

A. Context Diagram

Laporan Data Penangg ulangan Fokus

Laporan Data Pasien DBD Laporan Status Gawat

Laporan Data Abatis asi Standart Status Gawat

Data Des a Dan Kelurahan Data Pukes mas

Data Pasien DBD

Data Abatisas i

Data Penang gulang an F okus

0

SIST EM PELAPORAN DBD

+

PUKESMAS

DINAS KESEHAT AN

Gambar 3.5 ContextDiagram Aplikasi Pelaporan DBD

Aplikasi pelaporan DBD pada tugas akhir ini merupakan modul aplikasi yang terintegrasi dengan dinas kesehatan, hal ini dapat dilihat pada context

diagram dimana sumber data berasal dari puskesmas. Apabila terjadi perubahan

(32)

31

hasilnya, hal ini dilakukan untuk menjaga perubahan nilai kegawatan dari setiap daerah.

B. DFD Level 0

Laporan Data Standart Status Laporan Data Pukesmas Laporan Data Desa Dan Kelurahan M aster Data Desa Dan Kelurahan

M aster Data Pukesmas M aster Data Standart Status

M aster Data Penang gulang an M Aster Data Abatisasi M aster Data Pasien

Standart Status GawatData Desa Dan Kelurahan Data Pukesmas

Laporan Status Gawat

Laporan Data Penang gulang an Fokus Laporan Data Pasien DBD

3 Penangg ulangan Data Fokus 4 Data Standart

Status

5 Data Pukesmas

6 Data Desa Dan Kelurahan

Gambar 3.6 DFD Level 0 Pelaporan DBD

(33)

32

C. DFD Level 1 Penyimpanan Master

[Master Data Standart Status] [Master Data Desa Dan Kelurahan]

[Master Data Pukesmas]

[Data Penangg ulangan Fokus] [Master Data Penang g ulang an] PUKESMAS

6 Data Desa Dan Kelurahan 1.1

Gambar 3.7 DFD Level 1 Untuk Proses Penyimpanan Master

Pada DFD level 1 (Gambar 3.7) dijelaskan bahwa setiap data yang ada masuk dalam sistemyang disimpan ke dalam database. Data itu akan dibutuhkan oleh pihak puskesmas maupun dinas kesehatan.

D. DFD Level 1 Membuat Laporan

[Laporan Data Pas ien]

[Laporan Data Penang g ulag an Fokus ] [Laporan Data Penang g ulang an Fokus]

[Laporan Data Standart Status] [Laporan Status Gawat]

[Laporan Data Pas ien DBD]

[Laporan Data Abatisasi] [Laporan Data Pukesmas ] [Laporan Data Desa Dan Kelurahan] [Laporan Data Abatisasi]

(34)

33

Setelah semua proses telah diinput oleh puskesmas, dan dinas kesehatan telah menganalisa. Maka dinas kesahatan dapat membuat laporan. Laporan juga berisi semua daerah kegawatan dan abatisasi serta fogging.

3.2.3 Entity Relationship Diagram (ERD)

Berikut adalah relasi tabel-tabel yang terdapat dalam aplikasi prototipe sistem pelaporan demam berdarah dengue di kota Surabaya.

KODE_KEGAWATAN = ABA_KODE_KEGAWATAN

Gambar 3.9 EntityRelationalDiagram

3.3 Struktur Tabel

(35)

34

3.1.1 Tabel Pasien

NamaTabel : Pasien Primary key : Kode_Pasien Foreign key : Kode_Kelurahan

Kode_Kecamatan Kode_Puskesmas Fungsi : Menyimpan data pasien

Tabel 3.1 Pasien

No. Nama Field Tipe Data Lebar Keterangan

1. Kode_Pasien Varchar 15 ID Pasien

2. Kode_Puskesmas Varchar 15 ID Puskesmas

3. Nama_Pasien Varchar 25 Nama Pasien

4. Umur Varchar 3 Umur Pasien

5. Kelamin Varchar 10 Jenis Kelamin Pasien

6. Telp Varchar 13 Nomor Telepon Pasien

7. Kode Kelurahan Varchar 15 ID Kelurahan 8. Kode_Kecamatan Varchar 15 ID Kecamatan

3.1.2 Tabel Detail Pasien

NamaTabel : Detail Pasien Primary key : -

Foreign key : Kode_Pasien

Fungsi : Menyimpan detail data pasien Tabel 3.2 Detail Pasien

No. Nama Field Tipe Data Lebar Keterangan

1. Kode_Pasien Varchar 15 ID Pasien

2. Tanggal_mulai_sakit Date Tanggal Pasien Sakit

3. Tanggal_masuk_puskesmas Date Tanggal Pasien Dirawat 4. Tanggal_Pengambilan_darah_I Date Tanggal Darah Diambil 5. Tanggal_Pengambilan_darah_II Date Tanggal Darah Diambil

6. Demam Int Demam Pasien

(36)

35

No. Nama Field Tipe Data Lebar Keterangan

8. Renjatan Int Ada Renjatan

9. Pembesaran_Hati Int Ada Pembesaran Hati

10. Trombosit_I Int Tromobosit Pertama

11. Trombosit_II Int Trombosit Kedua

12. Hematokrit_I Int Hematokrit Pertama

13. Hematokrit_II Int Hematokrit Kedua

14. Dengue_Blot Varchar 5 Dengue blot

15. Diagnosa Varchar 50 Analisa Pasien

16. Tanggal_PE Date Tanggal PE

17. Tanggal_PF Date Tanggal PF

18. Keterangan Varchar 40 Keterangan

3.1.3 Tabel Puskesmas

NamaTabel : Puskesmas Primary key : Kode_Puskesmas Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan data puskesmas Tabel 3.3 Puskesmas

No. Nama Field Tipe Data Lebar Keterangan

1. Kode_Puskesmas Varchar 15 ID Puskesmas

2. Nama_Puskesmas Varchar 25 Nama Puskesmas

3. Alamat Varchar 100 Alamat Puskesmas

4. Telp Varchar 13 Nomor Telepon

5. Lat Varchar 25 Latitude

6. Lng Varchar 25 Longitude

3.1.4 Tabel Tingkat Kegawatan

(37)

36 Foreign key : -

Fungsi : Mengetahui tingkat kegawatan Tabel 3.4 Tingkat Kegawatan

No. Nama Field Tipe Data Lebar Keterangan

1. Kode_Kegawatan Int 11 ID Kegawatan

2. Batas_Bawah Double Batas Nilai Gawat

3. Batas_Atas Double Batas Nilai Gawat

4. Tingkat_Kegawatan Varchar 40 Status Gawat

5. Keterangan Varchar 40 Keterangan

3.1.5 Tabel Kelurahan

NamaTabel : Kelurahan Primary key : Kode_Kelurahan Foreign key : Kode_Kecamatan

Fungsi : Menyimpan data kelurahan Tabel 3.5 Kelurahan

No. Nama Field Tipe Data Lebar Keterangan

1. Kode_Kelurahan Varchar 15 Id Kelurahan

2. Nama_Kelurahan Varchar 25 Nama Kelurahan

3. Status Varchar 20 Status Kegawatan

4. Nilai Varchar 10 Nilai Kegawatan

5. Kode_Pos Varhcar 6 Kode Pos Daerah

6. Kode_Kecamatan Varchar 15 Id Kecamatan

3.1.6 Tabel Kecamatan

NamaTabel : Kecamatan Primary key : Kode_Kecamatan Foreign key : -

(38)

37

Tabel 3.6 Kecamatan

No. Nama Field Tipe Data Lebar Keterangan

1. Kode_Kecamatan Varchar 15 Id Kecamatan

2. Nama_Kecamatan Varchar 25 Nama Kecamatan

3. Kabupaten Varchar 25 Nama Kabupaten

4. Jml_Penduduk Varchar 10 Jumlah Penduduk

3.1.7 Tabel User

NamaTabel : User Primary key : Kode_User Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan Username dan Password

Tabel 3.7 User

Primary key : Kode_Penanggulangan Foreign key : Kode_Puskesmas

Kode_Kelurahan Kode_Kecamatan

Fungsi :Menyimpan detail data fogging

Tabel 3.8 Fogging

No Nama Field Tipe

Data

Lebar Keterangan 1. Kode_Penanggulangan Int 11 Id Fogging

2. Tanggal_Fogging Date Tanggal Fogging

(39)

38

No Nama Field Tipe

Data

Lebar Keterangan 4. Jumlah_rumah_Fogging Text Jumlah Rumah

Fogging

5. Jumlah_Mathalion_Fog ging

Text Jumlah Mathalion

Fogging

6. Jumlah_Peserta_Penyuluhan Text Jumlah Peserta Penyuluhan 7. Jumlah_Sebelum_Pasien_Di

periksa

Text Jumlah Sebelum

Pasien Diperiksa 8. Jumlah_Sebelum_Pasien_

Jentik

Text Jumlah Sebelum

Pasien Jentik 9. Jumlah_Sesudah_Pasien_Di

periksa

Text Jumlah Sesudah

Pasien Diperiksa 10. Jumlah_Sesudah_Pasien_

Jentik

Text Jumlah Sesudah

Pasien Jentik

11. Pe_Tanggal Date Pe Tanggal

12. Pe_Jumlah_Rumah Text Pe Jumlah Rumah

13. Hasil_Pe Text Hasil Pe

14. Keterangan Text Keterangan

15. Kode_Puskesmas Varchar 15 Id Puskesmas 16. Kode_Kelurahan Varchar 15 Id Kelurahan 17. Kode_Kecamatan Varchar 15 Id Kecamatan

3.1.9 Tabel Abatisasi

NamaTabel : Abatisasi Primary key : Kode_Abatisasi Foreign key : Kode_Puskesmas

Kode_Kelurahan Kode_Kecamatan

Fungsi : Menyimpan data Abatisasi Tabel 3.9 Struktur Tabel Abatisasi

No Nama Field Tipe Data Lebar Keterangan 1. Kode_Abatisasi Int 11 Kode Abatisasi 2. Jenis_Kegiatan Varchar 50 Jenis Kegiatan

3. Jumlah_Rumah Int 11 Jumlah Rumah

4. Jumlah_Rumah_Dipe riksa

(40)

39

6. Jumlah_Rumah_ABJ Int 11 Jumlah Rumah ABJ 7. Jumlah_Container_Di

Int 11 Jumlah Container Positif Jentik

9. Jumlah_Container_ci Int 11 Jumlah Container ci 10. Jumlah_Rumah_Diberi

_Abate

Int 11 Jumlah Rumah Diberi Abate

11. Jumlah_Rumah_ULV Int 11 Jumlah Rumah ULV

12. Cycle Varchar 15 Cycle

13. Jumlah_Bahan_Abate Int 11 Jumlah Bahan Abate 14. Jumlah_Bahan_Matha

lion

Int 11 Jumlah Bahan Mathalion 15. Keterangan Varchar 50 Keterangan

16. Kode_Puskesmas Varchar 15 Kode Puskesmas 17. Kode_Kelurahan Varchar 15 Kode Kelurahan 18. Kode_Kecamatan Varchar 15 Kode Kecamatan 19. Tanggal_Abatisasi Date Tanggal Abatisasi

3.4 Desain Input/Output

Setelah melakukan perancangan basis data, tahap selanjutnya adalah membuat desain input/output. Perangkat lunak yang digunakan untuk membuat desain inputoutput adalah Microsoft Visio 2003.

3.4.1 Form Daftar User

Form untuk digunakan membuat user baru berdasarkan userlevel, desain

form daftar user dapat dilihat pada Gambar 3.10.

(41)

40

Fungsi-fungsi obyek pada formdaftar user sebagai berikut: Tabel 3.10 Fungsi Objek Pada Form Daftar User

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Kode User Textbox Digunakan untuk Membuat kode user baru 2. Username Textbox Digunakan untuk membuat username

3. Password Textbox Digunakan untuk membuat password

4. Userlevel Textbox Digunakan untuk menentukan userlevel

3.4.2 Form Data Pukesmas

Form ini digunakan membuat master pukesmas, disini akan ada alamat dari puskesmas dan no telepon serta koordinat bedasarkan latitude dan longitude

yang ada. Desain form data puskesmas dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Form Data Puskesmas

Fungsi-fungsi obyek pada form datapuskesmas sebagai berikut: Tabel 3.11 Fungsi Objek Pada Form Data Puskesmas

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Nama Puskesmas Textbox Digunakan untuk mendaftarkan nama puskesmas

2. Alamat Textbox Digunakan untuk mencatat alamat puskesmas

(42)

41

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

4. Lat Textbox Digunakan untuk mengetahui latitude

puskesmas

5. Lng Textbox Digunakan untuk mengetahui

longitude puskesmas

3.4.3 Form Daftar Kecamatan

Form ini digunakan membuat master dari kecamatan yang ada di kota Surabaya. Desain form daftar kecamatan dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Form Daftar Kecamatan

Fungsi-fungsi obyek pada formdaftar kecamatan sebagai berikut: Tabel 3.12 Fungsi Objek Pada Form Daftar Kecamatan

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Nama Kecamatan Textbox Digunakan untuk membuat nama kecamatan

2. Kabupaten Textbox Digunakan untuk menentukan kabupaten

3. Jumlah Penduduk Textbox Digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk

3.4.4Form Data Kelurahan

(43)

42

Gambar 3.13 Form Data Kelurahan

Fungsi-fungsi obyek pada form datakelurahan sebagai berikut: Tabel 3.13 Fungsi Objek Pada Form Data Kelurahan

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Nama Kelurahan

Textbox Digunakan untuk memberikan nama kelurahan

2. Kecamatan Combo Box Digunakan untuk menentukan kecamatan 3. Kode Pos Textbox Digunakan untuk menentukan kode pos 4. Status Textbox Digunakan untuk menentukan status 5. Nilai Gawat Textbox Digunakan untuk menentukan nilai gawat

3.4.5Form Daftar Pasien

Form ini digunakan membuat master dari pendaftaran pasien DBD. pendaftaran pasien DBD ini bedasarkan daerah tempat tinggal dan puskesmas yang menangani pasien tersebut. Desain form daftar pasien dapat dilihat pada Gambar 3.14.

(44)

43

Fungsi-fungsi obyek pada form daftarpasien sebagai berikut: Tabel 3.14 Fungsi Objek Pada Form Daftar Pasien

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Nama Pasien Textbox Digunakan untuk memberikan nama pasien 2. Kecamatan Combo Box Digunakan untuk memberikan letak

kecamatan

3. Kelurahan Combo Box Digunakan untuk memberikan letak kelurahan

4. Puskesmas Combo Box Digunakan untuk memberikan letak puskesmas

5. Umur Textbox Digunakan untuk memberikan umur pada pasien

6. Jenis Kelamin

Radio Digunakan untuk memberikan jenis kelamin 7. No. Telp Textbox Digunakan untuk memberikan nomor

telepon

3.4.6Form Tingkat Kegawatan

Form ini digunakan untuk membuat master dari tingkat kegawatan yang ada. Batas bawah dan batas atas telah ditentukan oleh dinas kesehatan untuk menentukan kapan daerah tersebut dianggap gawat. Desain form tingkat kegawatan dapat dilihat pada Gambar 3.15.

(45)

44

Fungsi-fungsi obyek pada formtingkat kegawatan sebagai berikut: Tabel 3.15 Fungsi Objek Pada Form Tingkat Kegawatan

No Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Tingkat Kegawatan

Textbox Digunakan untuk memberikan tingkat kegawatan

2. Batas Bawah Textbox Digunakan untuk memberikan batas bawah kegawatan

3. Batas Atas Textbox Digunakan untuk memberikan batas atas kegawatan

4. Keterangan Textbox Digunakan untuk memberikan keterangan kegawatan

3.4.7Form Pendaftaran Pasien DBD

Form ini digunakan untuk mendaftarkan pasien DBD bedasarkan kriteria- kriteria yang ada. Pada form ini kode pasien akan digunakan sebagai acuan untuk mengisi data tentang riwayat pasien DBD. Desain form pendaftaran pasien DBD dapat dilihat pada Gambar 3.16.

(46)

45

Fungsi-fungsi obyek pada form pendaftaranpasienDBD sebagai berikut: Tabel 3.16 Fungsi Objek Pada Form Pendaftaran Pasien DBD

No Nama Objek Tipe

Objek

Keterangan

1. Kode_Pasien Textbox Digunakan untuk memberikan kode pasien

2. Tanggal_mulai_sakit Textbox Digunakan untuk memberikan tanggal mulai sakit pasien dbd

3. Tanggal_masuk_pus kesmas

Textbox Digunakan untuk memberikan masuk puskesmas

4. Tanggal_Pengambilan _darah_I

Textbox Digunakan untuk memberikan tanggal pengambilan darah pertama

5. Tanggal_Pengambilan _darah_II

Textbox Digunakan untuk memberikan tanggal pengambilan darah kedua

6. Demam Radio Digunakan untuk memberikan pasien mengalami demam atau tidak

7. Pendarahan Radio Digunakan untuk memberikan pasien mengalami pendarahan atau tidak 8. Renjatan Radio Digunakan untuk memberikan pasien

mengalami renjatan atau tidak

9. Pembesaran_Hati Radio Digunakan untuk memberikan pasien mengalami pembesaran hati atau tidak 10. Trombosit_I Textbox Digunakan untuk memberikan

trombosit pasien

11. Trombosit_II Textbox Digunakan untuk memberikan trombosit pasien

12. Hematokrit_I Textbox Digunakan untuk memberikan hematokrit pasien

13. Hematokrit_II Textbox Digunakan untuk memberikan hematokrit pasien

14. Dengue_Blot Textbox Digunakan untuk memberikan dengue blot pada pasien

15. Diagnosa Textbox Digunakan untuk menganalisa pasien 16. Tanggal_PE Textbox Digunakan untuk memberikan tanggal

PE

17. Tanggal_PF Textbox Digunakan untuk tanggal PF 18. Keterangan Textbox Digunakan untuk memberikan

(47)

46

3.4.8Form Daftar Abatisasi

Form daftar abatisasi ini digunakan untuk membuat rancangan untuk melakukan survey atau pemeriksaan perkembang biakan nyamuk DBD. Dari form

ini bisa diketahui angka bebas jentik (ABJ) dan daerah rumah atau kontainer yang positif jentik. Desain form abatisasi dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Form Daftar Abatisasi

Fungsi-fungsi obyek pada form daftar abatisasi sebagai berikut: Tabel 3.17 Fungsi Objek Pada Form Daftar Abatisasi

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Jenis Kegiatan Textbox Digunakan untuk memberikan jenis kegiatan

2. Kecamatan Combobox Digunakan untuk memberikan nama kecamatan

3. Kelurahaan Combobox Digunakan untuk memberikan nama kelurahan

4. Puskesmas Combobox Digunakan untuk memberikan nama puskesmas

5. Jumlah Rumah Textbox Digunakan untuk memberikan jumlah rumah

6. Jumlah Rumah Diperiksa Textbox Digunakan untuk memberikan jumlah rumah diperiksa 7. Jumlah Rumah Positif

Jentik

(48)

47

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

8. Jumlah Rumah ABJ Textbox Digunakan untuk memberikan jumlah rumah abj

9. Jumlah Container Diperiksa

Textbox Digunakan untuk memberikan jumlah container diperiksa 10. Jumlah Container Positif

Jentik

Textbox Digunakan untuk memberikan jumlah container positif jentik 11. Jumlah Container ci Textbox Digunakan untuk memberikan

jumlah container ci 12. Jumlah Rumah Diberi

Abate

Textbox Digunakan untuk memberikan jumlah rumah diberi abate 13. Jumlah Rumah ULV Textbox Digunakan untuk memberikan

jumlah rumah ulv

14. Cycle Textbox Digunakan untuk mengisi data

cycle

15. Jumlah Bahan Abate Textbox Digunakan untuk memberikan jumlah bahan abate

16. Jumlah Bahan Mathalion Textbox Digunakan untuk memberikan jumlah bahan mathalion 17. Keterangan Textbox Digunakan untuk memberikan

keterangan

3.4.9 Form Penanggulangan DBD

(49)

48

Gambar 3.18 Form Penanggulangan DBD

Fungsi-fungsi obyek pada form penanggulanganDBD sebagai berikut: Tabel 3.18 Fungsi Objek Pada Form Penanggulangan DBD

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Tanggal Fogging Textbox Digunakan untuk pemberian tanggal fogging

2. Kecamatan Combobox Digunakan untuk memberikan nama kecamatan

3. Kelurahaan Combobox Digunakan untuk memberikan nama kelurahan

4. Puskesmas Combobox Digunakan untuk memberikan nama puskesmas

5. Luas Fogging Textbox Digunakan untuk pemberian luas

fogging

6. Jumlah Rumah

Fogging

Textbox Digunakan untuk pemberian jumlah rumah fogging

7. Jumlah_Mathalion_

Fogging

Textbox Digunakan untuk pemberian jumlah mathalion

8. Jumlah_Peserta_Pe nyuluhan

Textbox Digunakan untuk pemberian jumlah peserta penyuluhan

9. Jumlah_Sebelum_Pa sien_Diperiksa

Textbox Digunakan untuk pemberian jumlah sebelum pasien di periksa

10. Jumlah_Sebelum_psn _Jentik

(50)

49

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

11. Jumlah_Sesudah_Pa sien_Diperiksa

Textbox Digunakan untuk pemberian jumlah sesudah pasien diperiksa

12. Jumlah_Sesudah_psn _Jentik

Textbox Digunakan untuk pemberian sesudah psn jentik

13. Pe_Tanggal Textbox Digunakan untuk pemberian PE tanggal

14. Pe_Jumlah_Rumah Textbox Digunakan untuk pemberian PE jumlah rumah

15. Hasil_Pe Textbox Digunakan untuk pemberian hasil pe

16. Keterangan Textbox Digunakan untuk pemberian keterangan

3.4.10 Form Laporan Pasien Puskesmas

Form laporan pasien puskesmas ini didapat dari puskesmas yang digunakan untuk melakukan pelaporan kepada dinas kesehatan. Desain form

laporan pasien puskesmas dapat dilihat pada Gambar 3.19.

(51)

50

Fungsi-fungsi obyek pada form laporanpasienpuskesmas sebagai berikut: Tabel 3.18 Fungsi Objek Pada Form Laporan Pasien Puskesmas

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Show Dropdown Digunakan untuk melihat berapa data yang ingin kita lihat

2. Cari Textbox Digunakan untuk mencari data yang ingin ditampilkan

3.4.11 Form Laporan Abatisasi

Form laporan abatisasi ini didapat dari puskesmas yang digunakan untuk melakukan pelaporan kepada dinas kesehatan. Desain form laporan abatisasi dapat dilihat pada Gambar 3.20.

(52)

51

Fungsi-fungsi obyek pada form laporan abatisasi sebagai berikut: Tabel 3.19 Fungsi Objek Pada Form Laporan Abatisasi

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Show Dropdown Digunakan untuk melihat berapa data yang ingin kita lihat

2. Cari Textbox Digunakan untuk mencari data yang ingin ditampilkan

3.4.12 Form Laporan Fogging

Form laporan fogging ini didapat dari puskesmas yang digunakan untuk melakukan pelaporan kepada dinas kesehatan. Desain form laporan fogging dapat dilihat pada Gambar 3.21.

(53)

52

Fungsi-fungsi obyek pada Form laporan fogging sebagai berikut:

Tabel 3.20 Fungsi objek pada Form Laporan Penanggulangan Fokus

No. Nama Objek Tipe Objek Keterangan

1. Show Dropdown Digunakan untuk melihat berapa data yang ingin kita lihat

(54)

53

4.1 Kebutuhan Sistem

Sebelum melakukan implementasi dan menjalankan aplikasi pelaporan DBD dibutuhkan spesifikasi perangkat lunak (software) dan perangkat keras

(hardware) tertentu agar aplikasi dapat berjalan dengan baik.

4.1.1 Kebutuhan perangkat keras

Persyaratan minimal perangkat keras yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi ini pada komputer server adalah sebagai berikut:

a. Prosesor minimal coreduo 2,0 GHz.

b. Monitor.

c. Memori minimal 1 GB. d. VGA Card minimal 256 MB. e. HardDisk dengan free space 1 TB.

f. DVD writer.

g. Keyboard.

h. Mouse.

4.1.2Kebutuhan perangkat lunak

(55)

Persyaratan minimal perangkat lunak yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi ini adalah:

a. Sistem operasi Windows versi desktop (Microsoft® Windows® XP keatas) maupun Windows versi server (Microsoft® Windows®Server 2003 keatas). b. Untuk database menggunakan MySQL.

4.2 Implementasi Sistem

Setelah kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak telah terpenuhi, maka tahap selanjutnya adalah melakukan implementasi sistem yang telah dibuat. Sistem pelaporan DBD memiliki 2 modul utama, yaitu penginputan data, laporan. Pada pembahasan implementasi sistem, akan dijelaskan bagaimana menggunakan fitur-fitur yang terdapat pada aplikasi pelaporan DBD.

4.2.1 Melakukan seleksi data

Untuk menggunakan aplikasi harus melakukan login terlebih dahulu ke dalam sistem pelaporan DBD. Gambar 4.1 menunjukkan tampilan form login

sistem pelaporan DBD. Setelah login ke dalam sistem pelaporan DBD, maka pengguna akan diarahkan ke halaman utama pelaporan DBD.

(56)

4.2.2 Melakukan Pengisian Master

Setelah login maka dalam admin bisa melakukan pengisian master untuk tiap-tiap form yang ada. Gambar dibawah ini adalah master-master yang ada di sistem pelaporan DBD. Dalam setiap form akan dilengkapi fitur button simpan, dan clear.

Gambar 4.2 Tampilan Form Daftar Kecamatan

Dalam Gambar 4.2 adalah master daftar kecamatan yang berguna untuk mencatat seluruh kecamatan yang ada di Surabaya. Dalam Gambar 4.2 inputan berupa nama kecamatan, kabupaten, dan jumlah penduduk. Setelah penginputan dilakukan penyimpanan ke dalam database.

(57)

Dalam Gambar 4.3 tentang data kelurahan yang akan menyimpan data setiap kelurahan bedasarkan kecamatan di kota Surabaya. Data yang diperlukan untuk membuat data kelurahan meliputi nama kelurahan, kecamatan, kode pos, status, nilai gawat.

Gambar 4.4 Tampilan Form Daftar Pasien

Pada Gambar 4.4 tentang pendaftaran pasien yang menyimpan data pasien yang positif menderita demam berdarah. Untuk data yang diperlukan meliputi nama pasien, kecamatan, kelurahan, pukesmas, umur, jenis kelamin, dan nomor telepon. Setelah itu data disimpan ke dalam database dengan menekan button

simpan.

(58)

Pada Gambar 4.5 tentang data puskesmas yang digunakan untuk menyimpan data puskesmas beserta latitude dan longitude. Data ini untuk mengetahui letak puskesmas dalam pelaporan peta kegawatan.

Gambar 4.6 Tampilan Form Tingkat Kegawatan

Dalam Gambar 4.6 menjelaskan tentang tingkat kegawatan. Disini dibutuhkan nama tingkat kegawatan, batas bawah kegawatan, batas atas kegawatan, dan keterangan daerah kegawatan.

4.2.3 Manajemen Form Detail Pasien DBD, Abatisasi, Fogging

Dalam proses sistem pelaporan aplikasi ini menangani didalamnya termasuk manajemen kegiatan PKM, dimana user dapat menginputkan form detail pasien DBD dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:

(59)

Dalam Gambar 4.7 ini tentang detail pasien yang menderita demam berdarah. Data digunakan untuk mencatat setiap perubahan yang diderita pada pasien sampai pasien tersebut meninggalkan puskesmas.

Gambar 4.8 Tampilan Form Abatisasi

Dalam Gambar 4.8 tentang abatisasi. Form ini menjelaskan proses pemeriksaan yang di lakukan oleh puskesmas disetiap daerah bedasarkan kelurahan untuk mengetahui jentik yang ada disetiap rumah atau container yang diperiksa.

(60)

Dalam Gambar 4.9 ini tentang penanggulangan DBD, disini akan dilakukan penginputan form fogging untuk daerah yang telah diketahui tingkat kegawatannya. Untuk pencatatan ini dilakukan oleh tiap-tiap puskesmas.

4.2.4 Melakukan Laporan

Dalam proses sistem pelaporan akan ada empat pelaporan sebagai berikut:

Gambar 4.10 Tampilan Laporan Pasien Puskesmas

(61)

Gambar 4.11 Tampilan Laporan Abatisasi

Dalam Gambar 4.11 terdapat tampilan laporan abatisasi, disini akan muncul semua kegiatan puskesmas yang melakukan abatisasi. Dalam laporan ini terdapat mode cari untuk mencari data yang ingin kita tampilkan.

Gambar 4.12 Tampilan Laporan Fogging

(62)

4.3 Uji Fitur Aplikasi

Pada tahap ini dilakukan uji coba aplikasi atau sistem yang telah dibuat dengan melakukan serangkaian testing terhadap validasi dan kemampuan sistem. Uji coba terhadap kebutuhan ini bertujuan untuk memastikan bahwa aplikasi telah dibuat dengan benar sesuai dengan kebutuhan fungsionalitas sistem yang diharapkan. Kekurangan atau kelemahan aplikasi pada tahap ini akan dievaluasi sebelum diimplementasikan secara nyata.

4.3.1 Uji Coba fitur aplikasi

a. Uji Coba Fitur Master

Untuk uji coba fitur master dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1 TestCase Uji Coba Fitur Master

Test case ID

Tujuan Input Output yang

(63)

Gambar 4.13 Tampilan Hasil TestCaseID 1

Pada Gambar 4.13 diatas, user dapat menginputkan sesuai dengan data yang ada, kemudian user menekan tombol simpan, dan data akan disimpan ke dalam database. Untuk data yang telah tersimpan ke dalam database akan ada

messagebox untuk menampilkan bahwa data berhasil di simpan.

Gambar 4.14 Tampilan Hasil TestCaseID 2

(64)

Gambar 4.15 Tampilan Hasil TestCaseID 3

Pada Gambar 4.15 diatas, ketika dilakukan testing formmaster pasien user

dapat menginputkan sesuai dengan data yang ada, kemudian user menekan tombol simpan, dan data akan disimpan ke dalam database. Untuk data yang telah tersimpan ke dalam database akan ada message box untuk menampilkan bahwa data berhasil di simpan.

Gambar 4.16 Tampilan Hasil TestCaseID 4

Pada Gambar 4.16 diatas, ketika dilakukan testingformmaster pasien user

(65)

tersimpan ke dalam database akan ada message box untuk menampilkan bahwa data berhasil di simpan.

Gambar 4.17 Tampilan Hasil TestCaseID 5

Pada Gambar 4.17 diatas, ketika dilakukan testing formmaster pasien user

dapat menginputkan sesuai dengan data yang ada, kemudian user menekan tombol simpan, dan data akan disimpan ke dalam database. Untuk data yang telah tersimpan ke dalam database akan ada message box untuk menampilkan bahwa data berhasil disimpan.

b. Uji Coba Fitur Form Pendaftaran Pasien, Abatisasi, Fogging

Untuk uji coba fitur form pendaftaran pasien, abatisasi, dan fogging dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 TestCase Uji Coba Fitur Form Pendaftaran Pasien, Abatisasi, Fogging

Test case ID

Tujuan Input Output yang

(66)

Test case ID

Tujuan Input Output yang

diharapkan

Output Sistem

8. Mengisi form pada

penanggulangan DBD

Klik tombol

save pada button simpan

Muncul pesan alert

sukses

Terpenuhi (Gambar 4.17)

Gambar 4.18 Tampilan Hasil TestCaseID 6

Pada Gambar 4.18 telah menampilkan hasil dari testing fitur pada form

pendaftaran pasien DBD menunjukkan hasil output sistem sudah sesuai dengan

(67)

Gambar 4.19 Tampilan Hasil TestCaseID 7

Pada Gambar 4.19 telah menampilkan hasil dari testing fitur pada form

daftar abatasi menunjukkan hasil output sistem sudah sesuai dengan output yang diharapkan, yaitu muncul alert sukses.

(68)

Pada Gambar 4.20 telah menampilkan hasil dari testing fitur pada form penanggulangan DBD menunjukkan hasil output sistem sudah sesuai dengan

output yang diharapkan, yaitu muncul alert sukses.

c. Uji Coba Fitur Laporan Peta Kegawatan

Untuk uji coba fitur laporan peta kegawatan dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.3 Test Case Uji Coba fitur peta kegawatan

Test

case ID Tujuan Input

Output yang

diharapkan Output Sistem 9. Peta

(69)

Pada Gambar 4.21 telah menampilkan hasil dari testing fitur laporan peta pada laporan peta daerah kegawatan keseluruhan menunjukkan hasil output sistem sudah sesuai dengan output yang diharapkan, yaitu muncul semua icon dengan berbeda warna.

Gambar 4.22 Tampilan Hasil TestCaseID 10

Pada Gambar 4.22 telah menampilkan hasil dari testing fitur laporan peta pada laporan peta kegawatan dengan kategori “siaga” menunjukkan hasil output

sistem sudah sesuai dengan output yang diharapkan, yaitu muncul semua icon

dengan warna hijau.

(70)

Pada Gambar 4.23 telah menampilkan hasil dari testing fitur laporan peta pada laporan peta kegawatan dengan kategori “waspada” menunjukkan hasil

output sistem sudah sesuai dengan output yang diharapkan, yaitu muncul semua

icon dengan warna kuning.

Gambar 4.24 Tampilan Hasil TestCaseID 12

Pada Gambar 4.24 telah menampilkan hasil dari testing fitur laporan peta pada laporan peta kegawatan dengan kategori “gawat” menunjukkan hasil output

sistem sudah sesuai dengan output yang diharapkan, yaitu muncul semua icon

(71)

Gambar 4.25 Tampilan Hasil TestCaseID 13

Pada Gambar 4.25 telah menampilkan hasil dari testing fitur laporan peta pada laporan peta kegawatan dengan kategori “super gawat” menunjukkan hasil

output sistem sudah sesuai dengan output yang diharapkan, yaitu muncul semua

icon dengan warna merah.

d. Uji Coba Fitur Laporan dan Grafik

Untuk uji coba laporan dan grafik dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.4 TestCase Uji Coba Fitur Laporan Demam Berdarah Test

case ID Tujuan Input

Output yang

(72)

Test

case ID Tujuan Input

Output yang

diharapkan Output Sistem 17. Laporan

Grafik

Tampil laporan berupa grafik

Muncul laporan berubah grafik

Terpenuhi (Gambar

4.26)

Gambar 4.26 Tampilan Hasil TestCaseID 14

(73)

Gambar 4.27 Tampilan Hasil TestCaseID 15

Pada Gambar 4.27 diatas telah menampilkan hasil dari testing fitur laporan, disini akan muncul semua kegiatan puskesmas yang melakukan penginputan form abatisasi. Dalam laporan ini terdapat bantuan mencari data yang ingin kita tampilkan. Dan juga ada mode pencarian data yang ingin ditampilkan.

Gambar 4.28 Tampilan Hasil TestCaseID 16

(74)

penginputan formfogging. Dalam laporan ini terdapat bantuan untuk mencari data yang ingin kita tampilkan.

Gambar 4.29 Tampilan Hasil TestCaseID 17

Pada Gambar 4.29 diatas telah menampilkan data berupa grafik yang diperoleh dari data yang ada didalam database.

4.4 Evaluasi Sistem

(75)

laporan, peta, grafik (Kim, 1991), sudah berjalan dengan baik dan benar yang ditunjukkan pada hasil test case ID 1 hingga test case ID 17.

Hasil dari testcase ID 1 sampai dengan 5, menunjukan bahwa form yang ada pada master telah berjalan dengan baik. Form yang ada pada master juga dapat menjalankan proses insert, update, delete dengan cukup baik.

Hasil dari test case ID 6 sampai dengan 8, menunjukkan bahwa manajemen pendaftaran pasien DBD, abatisasi, fogging atau proses aplikasi sudah berjalan dengan baik. Manajemen pendaftaran pasien DBD, abatisasi, fogging

sudah terintegrasi dengan master yang ada, hal ini dilihat dari terkoneksinya untuk penamaan puskesmas, pasien, kelurahan, dan kecamatan. Setelah dilakukan uji

test case maka dapat diketahui bahwa proses insert, update, delete juga berlangsung dengan baik.

(76)

75

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil prototipe yang telah dilakukan dalam prototipe pelaporan daerah endemis demam berdarah dengue di kota Surabaya, dapat disimpulkan bahwa tugas akhir telah berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan. Adapun proses itu adalah :

1. Berdasarkan hasil pengujian test case fungsionalitas aplikasi ini memiliki fungsi dan kemampuan sesuai dengan hasil yang diharapkan pada uji coba. 2. Aplikasi ini dapat menghasilkan peta kegawatan yang telah menampilkan

daerah kegawatan tiap–tiap puskesmas atau kelurahan.

3. Pelaporan yang dihasilkan dari aplikasi telah dapat menampilkan laporan berupa: laporan dalam bentuk grafik, laporan bedasarkan kelurahan, laporan dalam bentuk peta.

4. Selain dalam bentuk pemetaan daerah kegawatan, aplikasi juga dapat menghasilkan grafik pesebaran daerah kegawatan demam berdarah.

5.2 Saran

(77)

76

Adimidjaja, Titte K. 2004. Demam Berdarah Dengue. Online.

http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm /. Diakses pada 23 Maret 2011.

Aditya, Edward. 2010. Pengertian Prototype. online http://edwardaditya.blogspot.com/pengertian-prototype/. Diakses pada 16 September 2014.

Aini, Anisah. 2011. Sistem Informasi Geografis Pengertian dan Aplikasinya. STMIK AMIKOM. Yogyakarta.

Anharku, 2009. Pedoman–Pedoman Dalam Membuat Flowchart. online.

http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2009/06/anharku-flowchart.pdf. Diakses pada 1 Oktober 2011.

Betha, Sidik, dan Husni I, Pohan. 2002. HTML dan XML. Informatika. Bandung.

Gubler DJ. 2010. Dengue Viruses.

http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah/. Diakses pada 09 September 2014.

Harbakti, Rasa. 2013. Manajemen Puskesmas. BPPSDM DEPKES RI. Semarang. Hasyim, Nur. 2003. HTML dan CSS. Artivisi Intermedia. Jakarta.

Herlambang, Soendoro, dan Tanuwijaya, Haryanto. 2005. Sistem Informasi:

Konsep, Teknologi, dan Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Indrasanto, Doti. 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Kanduen, I Nyoman. 2007. Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah

Dengue Di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Kendall, dan Kendall. 2003. Analisis dan Perancangan Sistem Jilid 1. Prehallindo. Jakarta.

Kendall. dan Kendall. 2003. Analisis dan Perancangan Sistem Jilid 2. Prehallindo. Jakarta.

Nurhayati, Oky Dwi. 2006. Konsep Interaksi Manusia dan Komputer. Universitas Diponegoro. Semarang.

(78)

Saputro, Haris. 2012. Modul Pembelajaran Praktek Basis Data (MySQL). STIMIK Duta Bangsa. Surakarta.

Sidarta, Lani. 1995. Pengantar Informasi Bisnis. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Turban E, Rainer, & Potter. 2006. Introduction To Information Technology

Gambar

Gambar 3.4 Sistem Pelaporan DBD Pada Dinas Kesehatan
Gambar 3.5 Context Diagram Aplikasi Pelaporan DBD
Gambar 3.6 DFD Level 0 Pelaporan DBD
Gambar 3.8 DFD Level 1 Membuat Laporan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Adinugroho dan Sidiyasa (2001) juga sejalan dengan ini, dimana biomassa pada setiap bagian pohon meningkat secara proporsional dengan semakin

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Perencanaan Unit Pengolahan Pangan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) untuk menguji pengaruh upah, insentif dan sistem kerja secara parsial terhadap kinerja pekerja pada

There were three sovereign powers: the kings of England and France, and the German emperor; and a group of non-sovereign princes: the counts of Flanders, the dukes of Brabant,

Bapak Suyanto menggunakan pakan jadi dengan pertimbangan lebih murah dan lebih mudah dalam pengadakannya, selain itu kandungan nutrient yang terkandung pada pakan

1981,'6 - lo) PrlnsiPprinsiP lnr sud'h leBdop6i dlllxm hukunr lntemJsi()nxl sctvJgiri sun xr hukunr yeng lxrupo 'genel.Jl ptinciples of h\t

7 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajar.an Bahasa Arab ,.... 4 ةعماج لىاو سا ڠ ا ةيملاسلإا ةيموكلحا ةعمالجا ىدحإ يه في ةدوجولما اراسم ڠ ةيبرعلا ةغللا ميلعت في صصتخ

Kitab-kitab berbahasa arab yang diajarkan di pesantren biasa disebut dengan kitab kuning, para santri tidak bisa memahami kitab-kitab tersebut tampa memahami ilmu alat