BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Topografi
Wilayah Kabupaten Sragen beriklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19-31º C, terletak di dataran dengan ketinggian rata-rata 109 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Sragen Terletak pada 7 º 15 LS dan 7 º 30 LS . 110 º 45 BT dan 111 º 10 BT . Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Batas wilayah Kabupaten Sragen sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan
- Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi
- Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar
- Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
B. Kondisi Umum Peternakan 1. Sejarah Usaha
Usaha ayam broiler Bapak Suyanto dimulai pada tahun 2013 dan berjalan sampai sekarang. Awalnya Bapak Suyanto membuat satu kandang ayam broiler dengan kapasitas kandang sebanyak 800 ekor. Jenis kandang yang dimiliki oleh Bapak Suyanto pada saat itu adalah jenis kandang litter. Bapak Suyanto terus mengembangkan usahanya sehingga sekarang Bapak Suyanto memiliki satu kandang lagi dengan kapasitas 5000 ekor. Selain menambah kandang Bapak Suyanto juga mengubah model kandangnya yag awalnya kandang litter sekarang menjadi kandang panggung dan mulai ikut dalam sistem kemitraan. Kemitraan yang di ikuti Bapak Suyanto adalah kemitraan Ciomas yang di miliki oleh Japfa
2. Lokasi Peternakan
Peternakan Bapak Suyanto berdiri di sekitar rumah yang berada di desa Tegal Sari, Bendungan, Kedawung, Sragen. akses jalan yang mudah membuat peternakan ini mudah dijangkau dan masih bisa berkembang lagi. Jarak peternakan dengan rumah penduduk cukup dekat yaitu 100 meter. Sumber air di
lokasi peternakan mudah didapat, peternakan ini menggunakan air sumur untuk minum ternak dan kebutuhan sehari-hari. Lokasi peternakan mudah dijangkau menggunakan kendaraan kecil maupun besar karena jalan menuju ke kandang sudah di cor, sehingga memudahkan dalam proses pemasaran maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang bersangkutan dengan peternakan.
C. Starter
Ayam broiler yang di pelihara di peternakan ini adalah ayam broiler dari
strain Lohman MB 202. Strain Lohman MB 202 memiliki keunggulan tahan
terhadap stres, produksinya tinggi. Selain itu pemilihin bibit juga didasarkan pada harga saat itu sehingga dapat menghemat biaya pembelian bibit. Menurut Kartasudjana (2010) yaitu pemilihan bibit harus dari farm yang unggu, karena farm yang unggul memiliki standar bibit yang baik dan tidak cacat. Hal ini sesuai dengan keadaan di kemitraan Ciomas, karena kemitraan tersebut memiliki standar yang tinggi yaitu dengan memiliki breeding sendiri, jadi untuk bibit sudah pasti bagus dengan strain Lohman.
Pemeliharaan ayam broiler yang pertama adalah persiapan kandang sebelum DOC masuk. Persiapan kandang yang dilakukan Bapak Suyanto adalah dengan menata brooding untuk DOC setelah tertata Pak Suyanto menyemprotnya dengan larutan antisep agar dalm kandang tercipta kondisi yang steril.
Pemanas juga tidak lupa mulai dinyalakan agar suhu didalam kadang mulai stabil serta nyaman bagi DOC. Pak Suyanto sudah menggunakan pemanas dengan gasolek karena dapat memberikan suhu yang ideal dan merata.
Pemeliharaan masa starter diawali pada saat DOC datang. Saat DOC datang Pak Suyanto memberikan air gula jawa yang bertujuan agar kondisi ayam kembali pulih setelah stres dalam perjalanan.
Pemberian pakan diberikan setelah ayam minum. Pemeliharaan ayam pada minggu awal sangat menentukan keberasilaan usaha ayam broiler sehingga Pak Suyanto memberikan pakan yang adlibitum. Pakan Pak Suyanto yang diberikan merupakan pakan jadi yang diproduksi oleh pabrik. Pakan yang diproduksi oleh pabrik berbentuk crumble. Pada ayam fase starter membutuhkan
protein yang lebih tinggi dan energi yang lebih sedikit dibanding dengan ayam fase finisher. Pakan yang diberikan ayam fase starter mengandung protein min 21 %. Pemanas terus diyalakan selama 14-15 hari. Menurut Murtidjo (1987), pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus karena di dalam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang baru dibeli satu-persatu dipindahkan ke brooder. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vitamin. Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan, namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih diperlukan. Tirai plastik salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Pemanas bisa diturunkan hingga suhu 32oC dengan cara meninggikan lampu pemanas. Penambahan jatah pakan dan air minum. Ayam memerlukan pakan 89,8 gr/ekor/hari. Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan sehingga 29oC. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak 48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik. Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Pada akhir minggu (umur 21 hari)..
D. Finisher
Pemeliharaan fase finisher pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan pemanas lagi. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan sebesar 141,5 gram/ekor/hari. Nafsu makan baik, jatah yang diberikan tidak tersisa. Pada malam hari tidak usah diberi
penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah habis. Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam diberi pakan 161,1 gram/ekor/hari. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat cacing yang dibeli. Kegiatan sanitasi yang dilakukan dipeternakan Bapak Suyanto adalah dengan menyemprot ayam dengan menggunakan antisep. Penyemprotan dilakukan setelah ayam berumur dua minggu lebih. Pembersihan kotoran ayam dilakukan setiap tiga hari sekali setelah ayam berumur 21 hari.
Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen. Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu adalah 3,2 kg/ekor ayam.
E. Konsumsi Pakan
Peternakan Bapak Suyanto menggunakan pakan jadi buatan pabrik. Bapak Suyanto menggunakan pakan jadi dengan pertimbangan lebih murah dan lebih mudah dalam pengadakannya, selain itu kandungan nutrient yang terkandung pada pakan jadi sudah disesuaikan dengan kebutuhan ayam. Pakan yang digunakan oleh peternakan ini di produksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia, TBK. Kandungan nutrient pada pakan jadi dapat dilihat pada Tabel 10. Tingkat konsumsi pakan cukup baik, yaitu 3,2 kg/ekor dalam jangka pemeliharaan 5 minggu bobot badan ayam mencapai 2,1 rata- rata.
Berdasarkan Tabel 7, rata-rata konsumsi pakan yang didapatkan pada saat pemeliharaan ayam broiler di peternakan ayam broiler Bapak Suyanto yaitu 92,72 gram/ekor/hari. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan standar konsumsi pakan ayam broiler dari PT. Japfa yang memiliki rata-rata konsumsi pakan sebesar 92,3
g/ekor/hari. Hal ini terjadi kerena pemberian pakan yang bagus dan standar yang di pakai masih standar yang lama.
Tabel 7. Konsumsi Ayam Broiler Di kemitraan Ciomas
Minggu Konsumsi (g/ekor/hari)
1 20,8 2 50,4 3 89,8 4 141,5 5 161,1 Rata-Rata 92,72
Sumber : Data Primer KKL 2016
Tabel 8. Standar Konsumsi Pakan PT. Japfa Comfeed
Minggu ke- Konsumsi Pakan (gram/ekor/hari)
1 24,1 2 55,1 3 91,4 4 129,0 5 162,1 Rata-rata 92,3
Sumber : PT. Japfa Comfeed (2012)
Sedangkan menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) dalam jangka 5 minggu konsumsi pakan mencapai 2,5 dan pertambahan bobot badan mencapai 1,3 kg. Dengan hal ini, berdasarkan tabel 10 konsumsi pakan terlalu tinggi namun sudah hampir sama dengan standar dari PT Japfa.
F. Pertambahan Bobot Badan
Tabel 9. Pertambahan bobot badan
Minggu Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari)
1 21,2 2 46,2 3 68,0 4 77,2 5 83,2 Rata-rata 59,1
Tabel 10. Standar PT. Japfa
Minggu Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari)
1 18,8 2 42,8 3 62,0 4 71,0 5 74,7 Rata-rata 53,8
Sumber : PT. Japfa Comfeed (2012)
Berdasarkan Tabel 9. Hasil data KKL menunjukkan pertambahan bobot badan ayam broiler sangat baik karena tidak ada penurunan bobot badan. Pada masa finiser bobot badan ayam broiler berkisar antara 2,1 kg dalam jangka waktu pemeliharaan 5 minggu. Sedangkan pertambahan bobot badan menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) 1,5 kg/ekor dalam jangka waktu 5 minggu. Dengan hal ini berarti pertambahan bobot badan pada ayam broiler mencapai hasil optimal jika dibandingkan dengan pendapat Kartasudjana dan Suprijatna (2010) karena dalam perlakuan yang berbeda.
G. Konversi Pakan
Tabel 11. Konversi pakan
Minggu Konversi Pakan
1 0,97 2 1,08 3 1,32 4 1,83 5 1,93 Rata-Rata 1,42
Sumber : Data Primer KKL 2016
Tabel 12. Standar Konversi Pakan PT. Japfa
Minggu Konversi Pakan
1 0,97 2 1,17 3 1,32 4 1,49 5 1,68 Rata-Rata 1,32
Berdasarkan Tabel 11. menunjukkan rata-rata konversi pakan cukup baik , yaitu 1,42 dibandingkan dengan standar sudah hampir sama, hal ini karena konfersi pakan pada pemeliharaan dalam jangka waktu 5 minggu tidak ada pakan yang terbuang. Sedangkan menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya pakan yang dikonsumsi. Angka konversi yang rendah maka banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram semakin sedikit, begitu pula sebaliknya. Dengan hal ini konservasi ayam broiler menunjukkan hasil belum mencapai optimal.
H. Indek performa
1. Konversi pakan : 1,42 2. Mortalitas : 3% 3. Berat rata-rata panen : 2,1 kg 4. Umur panen : 35 hari
Indeks Performa = 100% 1,42 X hari 35 Kg 2,1 X 97% x = 409
IP dengan 409 termasuk dalam kategori baik
Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah et al.,(2007) yang menyatakan Indeks Performa Ayam Broiler salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pemeliharaan adalah dengan menghitung indeks performa. Indeks Performa (IP) adalah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui performa ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan Nilai indeks performa dihitung berdasarkan bobot badan adalah
I. Perkandangan
Kandang di peternakan Bapak Suyanto berada disekitar komplek rumah penduduk. Arah kandang menghadap ke barat-timur. Menurut Martono (1996), Kandang yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-timur, dan dipisahkan dari percampuran orang, predator maupun unggas lain. Sehingga peternakan Bapak Suyanto sudah cukup memenuhi syarat kandang yang baik.
Kandang di peternakan Bapak Suyanto dibangun diatas lahan yang datar sehingga kandang dapat dibangun dengan mudah. Kandang milik Bapak Suyanto menggunakan jenis kandang panggung, sehingga ayam dapat terhindar dari gangguan dari luar seperti predator. Menurut Akpobome dan Funguy (1992), Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah: bentuk kandang dan kondisi tempat yang tersedia, keadaan tanah yang akan dipergunakan, biaya yang tersedia dan bahannya. Sedangkan fungsi kandang antara lain: untuk berlindung dari panas dan hujan, dan untuk mempermudah tata laksana dan untuk melindungi bahaya atau gangguan dari luar.
Sistem panggung ini bahan yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok. Kelebihannya adalah sirkulasi udara lebih baik, penyebaran penyakit relatif rendah. Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu unutk alas terlalu lebar, akan dapat mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif mahal (Ditjenak, 1996).
Bentuk atap kandang kandang bapak Suyanto menggunakan sistem atap dengan kemiringan 30° supaya suhu di dalam kandang tidak terlalu panas dan pertukaran udara di dalam kandang bias terjaga. Menurut Sudarmono (2003) kemiringan atap yang membentuk sudut 30o-40o sangat penting dalam meningkatkan fungsi ventilasi kandang, sehingga dapat mengurangi besarnya radiasi panas dibawah atap. Sudut atap yang besar dapat mengurangi pembentukan sudut tegak lurus terhadap pancaran sinar matahari. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sudarmono (2003) karena kemiringan atap kandang 30o di kandang bapak Suyanto maka dapat mengurangi suhu panas dibawah atap kandang
J. Kesehatan dan Penyakit
Kesehatan pada ayam broiler merupakan kunci utama keberhasilan dalam usaha ternak ayam broiler. Pencegahan penyakit di kandang bapak Suyanto dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan :
1. Memperbaiki tata laksana pemeliharaan dengan menjaga kebersihan kandang dan peralatan secara berkala
2. Menyemprot kandang dengan disinfektan minimal seminggu sekali dan diulang secara berkala
3. Memberikan vaksin secara berkala untuk mencegah munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti penyakit AI dan ND (Newcastle Disease).
Dalam pemeliharaan ayam broiler munculnya penyakit sangat perlu untuk diwaspadai, mengingat ayam broiler sangat retan terserang penyakit sehingga penyebaran penyakit sangat mudah. Penyakit yang sering kali muncul dalam pemeliharaan ayam broiler adalah Snot (Infectious coryza), berak kapur
(Pullorum), Kolera (Fowl Cholera), danND ( Newcastle Disease).
f. Pengolahan Limbah
Usaha perternakan ayam broiler Bapak Suyanto tidak menemui kendala dalam pengolahan limbahnya. Limbah peternakan ayam pedaging milik Bapak Suyanto biasanya diambil atau diberikan kepada warga sekitar. Pak Suyanto tidak menjual limbahnya karena usaha peternakan milik Bapak Suyanto berada dilingkungan desa sehingga limbah kotoran diberikan secara cuma-cuma. Bagi Bapak Suyanto ini merupakan hal yang menguntungkan karena Pak Suyanto tidak sulit dalam membuang lmbah karena terkadang kotoran hanyut terkena banjir.
g. Pemanenan
Pemanenan di peternakan milik Bapak Suyanto dilakukan saat mencapai umur 30-35 hari. Pemanenan di petrnakan Pak Suyanto tidak menemui kendala karena saat waktu panen banyak bakul-bakul yang siap mengambil karena dengan sistim kemitraan semua sudah di tanggung oleh perusahaan baik dari pengadaan hingga penjualan semua sudah di tanggung oleh perusahaan.
B. Analisis Usaha Beternak Ayam Broiler 1. Hasil
a. Jumlah ayam yang dipelihara sebanyak 5000 ekor dengan harga DOC Rp 5.000/ekor.
Biaya pembelian DOC adalah 5.000 x 5.000 = Rp. 25.000.000,00 b. Biaya pembuatan kandang = Rp. 86.400.000
c. Harga pakan per sak = Rp. 350.000
Pakan 5000 ekor ayam yang dibutuhkan 338 sak 350.000 X 338 =Rp.118.300.000
d. Vaksin selama satu periode = 0
e. Harga jual ayam rata-rata Rp. 15.500/kg, dengan rata-rata bobot ayam 2,1 kg/ekor
f. Kematian ayam per satu periode sebesar 3%. Dengan jumlah ayam yang ada 5000, maka jumlah kematian ayam sebanyak 150 ekor. Sisa ayam yang masih hidup adalah 4.850 ekor.
2. Modal investasi
Tabel 13. Modal investasi
Keterangan Jumlah Harga/ satuan (Rp) Harga (Rp)
Bangunan kandang +
instalasi listrik 1 unit 86.400.000 86.400.000
Tempat minum 834 buah 35.000 29.190.000
Tempat pakan tabung 834 buah 35.000 29.190.000 Tempat pakan nampan 112 buah 20.000 2.240.000
Chick guard 9 buah 20.000 180.000
Pemanas 6 buah 3.000.000 18.000.000
Tirai 22 buah 200.000 4.400.000
3. Nilai penyusutan
Tabel 14. Penyusutan kandang dan peralatan Keterangan Harga awal
(Rp) Umur ekonomis (Th) Harga akhir(Rp) Penyusutan /tahun (Rp) Bangunan kandang 86.400.000 15 20.000.000 1.333.333 Tempat minum 29.190.000 5 5.838.000 1.167.600 Tempat pakan tabung 29.190.000 5 5.838.000 1.167.600 Tempat pakan nampan 2.240.000 5 448.000 89.000 Chick guard 180.000 9 20.000 2.222 Pemanas 18.000.000 5 3.600.000 720.000 Tirai 4.400.000 5 880.000 176.000 Jumlah 4.655.755
4. Biaya tetap (fixed cost) Tabel 15. Biaya tetap
Keterangan Jumlah Dalam 1 bulan
Biaya listrik dan air 385.000 385.000
Pajak tanah 125.000 125.000
Jumlah 510.000
5. Biaya variabel (variable cost)
a. Biaya variabel 1) Pakan 338 sak x Rp 350.000,00 : Rp. 116.550.000,00 2) Gaji 2 pegawai 2 x Rp.1.250.000,00 : Rp. 2.500.000,00 3) DOC (50 box) 50 x Rp.500.000,00 : Rp. 25.000.000,00 4) Sekam 160 zak x Rp2.000,00 : Rp .320.000,00 5) Gas 3kg 40 tabung x Rp.16.000: Rp. 640.000,00
6) Obat dan vitamin : Rp. 2.700.000,00
Total Biaya Produksi: Biaya Tetap + Biaya Variabel : Rp.510.000,00 + Rp.147.710.000,00 : Rp.148.220.000,00
Kebutuhan Dana Keseluruhan:
- Investasi : Rp.169.600.000,00 - Biaya Tetap : Rp. 510.000,00 - Biaya Variabel : Rp. 147.710.000,00 Total : Rp.317.820.000,00 6. Laba / Keuntungan 1. Harga perkilo :Rp. 15.500 2. Berat panen : 10.185 kg Penjualan ayam = Rp 15.500 x 10.185kg = Rp 157.867.500 Total penerimaan = Rp 157.867.500
Laba = Total penerimaan – Biaya produksi = Rp 157.867.500 Rp 147.710.000 = Rp 10.157.500
Dalam 1 tahun dapat memelihara 5 periode panen Laba per tahun = Rp 10.157.500 x 5
= Rp 50.787.500
Penjualan ayam total yang didapatkan Bapak Suyanto adalah sebesar Rp. 157.867.500. Keuntungan bersih yang didapat Bapak Suyanto dalam satu periode pemeliharaan ayam broiler sebesar Rp. 10.157.500
1. Pay Back Period (PPC)
Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Berdasarkan hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur
seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan. PPC dapat dihitung dengan cara:
PPC = (Investasi / Keuntungan) x 1 tahun =
50.787.500 0 169.600.00
x 1 tahun = 3,3 Tahun
Berdasarkan perhitungan diatas, modal awal akan kembali setelah 3,3 tahun usaha berjalan
2. BEP (Break Event Point)
BEP merupakan suatu titik impas dimana suatu usaha dijalankan. Titik impas Bapak Suyanto dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
BEP harga = total biaya produksi : jumlah produksi (ekor) = Rp.148.220.000,00: 4850 ekor
= Rp.30.560/ekor
Berdasarkan perhitungan BEP unit diatas artinya, titik balik modal akan tercapai ketika ayam Broiler dijual dalam 1 tahun dengan harga Rp. 30.560/ekor.
BEP Volume = Biaya total : Harga jual/ekor
= Rp.317.820.000,00 : Rp.32.550,00/ekor = 9.764ekor.
Artinya, dengan harga jual ayam Rp.32.550,00 /ekor, maka titik balik modal akan tercapai jika jumlah ayam yang dijual dalam 1 tahun sebanyak 9.764 ekor
3. BCR (Benefit Cost Ratio)
Benefit Cost Ratio (BCR) memperhitungkan jumlah keuntungan moneter diwujudkan dengan melakukan proyek versus jumlah biaya untuk melaksanakan proyek. BCR yang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
BCR = Total Benefit Total Cost
= 157.867.500/148.220.000 = 1,06
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa Bapak Suyanto yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler diperoleh nilai BCR 1,06. Maka usaha tersebut layak untuk dijalankan dan menguntungkan perusahaan karena BCR >1. Hal ini sesuai dengan Kadariah (1999) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana B/C Ratio > 1 : Efisien, B/C Ratio = 1 : Impas B/C