• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH

DIO AGUNG HERUBAWA 110522165

 

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERNYATAAN  

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya berjudul “Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan

Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yag disusun

sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan dituliskan

sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 

Medan, Maret 2014

Yang membuat pernyataan

Nama: Dio Agung Herubawa

N.I.M: 110522165

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaika

skripsi ini dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara”.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta yaitu

Ayahanda Drs. Syamsul Bachri Siregar dan Ibunda dr. Hj. Zunaidah Hasanah

Harahap, M.Kes atas dorongan moril dan materil, perhatian, kesabaran serta setiap doa yang terus mengalir untuk peneliti. Serta kepada kakak dan adik

penulis dr. Cinthya Ayu Meritha dan Meyna Melia Utari yang selalu memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selama proses penyelesaian tugas akhir ini, penulis telah banyak

menerima bantuan dan bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati serta rasa hormat perkenanlah penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., S.E., M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hotmal Jafar, Ak., M.M., selaku Sekretaris Departemen

(4)

4. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Abdillah Arif Nasution, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing.

Peneliti mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran sehingga skripsi

ini terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Drs. Rustam, S.E., M.Si.,Ak, CA, selaku Pembaca Penilai. Terima

kasih atas kesediaan Bapak dalam memberikan saran serta nasehat sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Akuntansi yang

memberikan pelajaran yang berharga selama masa perkuliahan.

9. Seluruh pegawai Departemen Akuntansi, yang telah banyak membantu dalam

urusan administrasi di Departemen Akuntansi.

10. Temanspesial penulis Endah Julyanmah yang telah memberikan semangat,

cinta, kasih sayang dan perhatiannya yang membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Teman-teman yang senantiasa membantu dan memberikan semangat,

Mahmood, Dendi, Dedi, Syamsyarief, Vandi, Kak Febriska, Kak Amel, Bang

Apri.

12. Seluruh teman – teman Akuntansi Ekstensi, penulis ucapkan terima kasih atas

(5)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis

menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi

penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2014

Penulis

(6)

ABSTRAK

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tata cara perhitungan besarnya pajak hiburan dan untuk mengetahui apakah kontribusi Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian asosiatif. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan menggunakan purposive sampling diperoleh 14 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2008-2012. Variabel independen pada penelitian ini adalah Pajak Hiburan sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia

(www.djpk.depkeu.go.id.)

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial (individu), Pajak Hiburan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(7)

ABSTRACT

ANALYSIS THE REVENUE OF ENTERTAINMENT TAX AND THE IMPACT TO LOCAL OWN REVENUE (PAD) IN REGENCY/CITY

IN PROVINCE OF NORTH SUMATERA

The objective of this research is to learn the procedure of calculating the amount of Entertaiment Tax and to examine the impact of Entertaiment Tax to Local Own Revenue (PAD).

Type of research is associative research. Total population of this research were 33 regency/city and using the purposive sampling obtained 14 regency/city as samples from 2008-2012. The independent variable in this research is the Entertaiment Tax while the dependent variable is the Local Own Revenue (PAD). The data were taken from the website Financial Department of Republic Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id).

The result of this research prove that Entertaiment Tax has a positive and significant contribution toward the local own revenue.

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... ……….. v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 BatasanMasalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitan... 4

1.4.1 TujuanPenelitian ... 4

1.4.2 ManfaatPenelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ...   5

2.1.1 PengertianPajak ...   5

2.1.1.1 FungsiPajak ... 6

2.1.1.2 Jenis-jenisPajak ... 7

2.1.2 PendapatanAsli Daerah (PAD) ... 10

2.1.3 Pajak Daerah……… .. 11

2.1.4 Retribusi Daerah………. 14

(9)

2.1.6 Lain-lain PendapatanAsli Daerah yang Sah………… 16

2.1.7 PajakHiburan……… .. 17

2.1.7.1 Pengertian Pajak Hiburan……… . 17

2.1.7.2 Subjek Pajak Hiburan dan Wajib Pajak Hiburan ... … 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JenisPenelitian ... 29

3.2 TempatdanWaktuPenelitian ... 29

3.3 Batasan Operasional ... 29

3.9.2 Analisis Regresi Linear Sederhana……….. 35

3.9.3 Pengujian Hipotesis………. 35

3.9.3.1 Uji SignifikanParsial ( T-test) ... 36

(10)

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

4.1 Data Penelitian ... 38

4.2 Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 39

4.2.2 Uji Signifikan Parsial (T.test) ... 40

4.2.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan  ...   43

5.2 Keterbatasan Penelitian ...   43

5.3 Saran ...   44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(11)

DAFTAR TABEL   

Nomor  Judul  Halaman 

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu ...   24 

Tabel 3.1  Populasi dan Sampel Penelitian ...   31 

Tabel 3.2  Perbandingan Uji T dan Uji F ... ...   36 

Tabel 4.1  Deskriptif Statistik ...   39 

Tabel 4.2  Hasil Uji Signifikan Parsial t ...   41 

Tabel 4.3  Koefisien Determinasi ...   42 

 

(12)

DAFTAR GAMBAR 

 

Nomor  Judul  Halaman 

Gambar 2.1   Pendapatan Asli Daerah (PAD) . ...   11  Gambar 2.2  Pajak Daerah ...   13  Gambar 2.3  Kerangka Konseptual ...   27 

(13)

DAFTAR LAMPIRAN 

 

Nomor  Lampiran  Halaman   

Lampiran 1  Perbandingan Jenis Pajak Daerah yang Dapat Dipungut 

  Provinsi dan Kabupaten/Kota ... 49 

 

Lampiran 2  Penerimaan Pajak Hiburan dan Pendapatan Asli Daerah 

(PAD) Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 50 

(14)

ABSTRAK

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tata cara perhitungan besarnya pajak hiburan dan untuk mengetahui apakah kontribusi Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian asosiatif. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan menggunakan purposive sampling diperoleh 14 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2008-2012. Variabel independen pada penelitian ini adalah Pajak Hiburan sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia

(www.djpk.depkeu.go.id.)

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial (individu), Pajak Hiburan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(15)

ABSTRACT

ANALYSIS THE REVENUE OF ENTERTAINMENT TAX AND THE IMPACT TO LOCAL OWN REVENUE (PAD) IN REGENCY/CITY

IN PROVINCE OF NORTH SUMATERA

The objective of this research is to learn the procedure of calculating the amount of Entertaiment Tax and to examine the impact of Entertaiment Tax to Local Own Revenue (PAD).

Type of research is associative research. Total population of this research were 33 regency/city and using the purposive sampling obtained 14 regency/city as samples from 2008-2012. The independent variable in this research is the Entertaiment Tax while the dependent variable is the Local Own Revenue (PAD). The data were taken from the website Financial Department of Republic Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id).

The result of this research prove that Entertaiment Tax has a positive and significant contribution toward the local own revenue.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak tanggal 1 Januari 2001 telah terjadi perubahan yang fundamental

dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Kebijakan

pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang (UU) yang membawa banyak

perubahan bagi daerah untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang,

dengan harapan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah daerah.

Kebijakan tersebut disusun dan dikeluarkan pemerintah pusat melalui UU No.22

Tahun 1999 diperbaharui dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah

daerah yang terfokus pada otonomi daerah dan UU No.25 Tahun 1999

diperbaharui dengan UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan,

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi

kewenangan besar untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.

Pemerintah pusat menetapkan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya

dengan menetapkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali atas UU No.34 Tahun 2000 dan

UU No.18 Tahun 1997. Pada UU No.28 Tahun 2009 yang disahkan oleh

pemerintah diharapkan dapat lebih mendorong peningkatan pelayanan kepada

masyarakat dan kemandirian daerah. Dalam Undang-Undang tersebut, pajak

daerah dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang

(17)

perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah serta adanya pemberian diskresi

(keleluasaan) dalam penerapan tarif. Hal ini dilakukan agar setiap daerah dapat

melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama untuk pembangunan

sarana dan prasarana publik.

Konsep pelaksanaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu

pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan pendayagunaan

potensi-potensi yang dimiliki oleh suatu daerah secara optimal. Dalam pelaksanaan

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan daerah tentu memerlukan

biaya yang cukup besar. Mengingat tidak semua sumber-sumber pembiayaan

dapat diberikan kepada daerah, maka pemerintah daerah diwajibkan untuk

menggali segala sumber-sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak

ke-4 di Indonesia dan merupakan salah satu provinsi terbesar di pulau Sumatera

yang memiliki potensi kekayaan sendiri. Provinsi Sumatera Utara juga berada

pintu gerbang Indonesia di bagian barat yang tentunya akan menjadi pintu masuk

wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing yang ingin

berkunjung ke provinsi Sumatera Utara dengan berbagai kepentingan. Bukan

hanya kepentingan bisnis ataupun hanya berkunjung ke tempat sanak saudara

namun juga menikmati wisata alam dan tempat-tempat hiburan yang ditawarkan

oleh seluruh Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Sumatera Utara. Sektor

hiburan ini memiliki potensi yang cukup besar sebagai salah satu sumber

(18)

pendapatan daerah di setiap masing-masing Kabupaten/Kota. Pendapatan daerah

inilah yang nantinya akan digunakan oleh pemerintah daerah dalam mengelola

daerahnya sendiri dalam satu periode tertentu. Dapat dilihat juga masih belum ada

pemerataan pembangunan masing-masing kabupaten / kota yang ada di provinsi

Sumatera Utara.

Dari uraian tersebut cukup menarik perhatian penulis untuk melakukan

penelitian guna mengetahui sejauh mana kontribusi pajak hiburan ini dalam

mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera

Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah bagaimana mekanisme penerimaan pajak hiburan dan sejauh

mana kontribusi pajak hiburan tersebut terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara dalam rangka pembangunan daerah.

1.3 Batasan Masalah

Rumusan batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel independent (bebas) yang diteliti adalah pajak hiburan;

b. Variabel dependen (terikat) yang diteliti adalah Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara;

c. Objek penelitian adalah www.djpk.depkeu.go.id

d. Data yang digunakan tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 yang

merupakan data time series tahun terakhir, sehingga dianggap sebagai

(19)

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang penerimaan pajak

hiburan dan sejauh mana kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

pada Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis

 Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan

studi program strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

 Menambah wawasan dalam memahami pengelolaan penerimaan

pajak, khususnya pajak hiburan.

b. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam proses penyusunan

perencanaan maupun kebijakan serta bahan evaluasi.

c. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan mengenai

ilmu akuntansi sektor publik.

d. Bagi pembaca

Sebagai bahan refrensi dan sumber informasi dalam mendalami

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak telah berubah menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2009 yang merupakan perubahan keempat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah

UU KUP. Menurut Undang-Undang tersebut, Pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sementara itu, pengertian pajak menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R.

Santoso Brotodiharjo (1991: 2), Pajak adalah iuran kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali,

yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas

negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

2. Menurut Prof. Dr. Rochmat Sumitro, S.H menyatakan pajak adalah

iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat

(21)

langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.

Berdasarkan definisi pajak yang telah dijelaskan, dapat diuraikan bahwa

pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Pajak merupakan iuran (kontribusi wajib) rakyat kepada negara dalam

berupa uang bukan barang;

2. Sifat pemungutan pajak adalah dipaksakan berdasarkan

Undang-Undang beserta peraturan pelaksanaannya;

3. Tidak ada kontraprestasi atau imbalan langsung dari pemerintah kepada

wajib pajak;

4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.

2.1.1.1 Fungsi Pajak

Pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara, untuk

membiayai pengeluaran rutin pembangunan. Sebagai contoh:

Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Regulated)

Pajak merupakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dalam bidang sosial ekonomi dan untuk mencapai tujuan

tertentu diluar bidang perpajakan. Contohnya: dikenakannya pajak yang

(22)

mewah, hal ini bertujuan untuk dapat menekan penggunaan barang

tersebut.

2.1.1.2 Jenis-jenis pajak

Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu menurut

golongan atau penerimaan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.

Namun jika ditinjau dari segi lembaga pemungut pajak dapat di bagi menjadi dua

jenis yaitu:

1. Pajak Pusat

Pajak Pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat

(Direktorat Jendral Pajak) dan hasilnya dipergunakan untuk

membiayai pengeluaran rutin negara dan pembangunan dalam bentuk

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak Pusat yang

berlaku sampai saat ini adalah:

a. Pajak Penghasilan

Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan adalah Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Undang-Undang Pajak

Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti

UU Pajak Perseroan 1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PDBR

1970.

b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(23)

Dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Undang-Undang PPN &

PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan

merupakan pengganti Undang-Undang Pajak Penjualan 1951.

c. Bea Materai

Dasar hukum pengenaan bea materai adalah Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 1985. Undang-undang bea materai berlaku mulai

tanggal 1 Januari 1986 menggantikan peraturan dan

undang-undang bea materai yang lama (aturan bea materai 1921). Selain itu

untuk mengatur pelaksanaanya telah dikeluarkan peraturan

pemerintah.

2. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah

(baik pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah daerah

kabupaten/kota) dan hasil dipergunakan untuk membiayai pengeluaran

rutin dan pembangunan daerah (APBD). Sesuai Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

berikut jenis-jenis pajak daerah:

a. Pajak Provinsi terdiri dari:

 Pajak Kendaraan Bermotor;

(24)

 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

 Pajak Air Permukaan;

 Pajak Rokok.

b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

 Pajak Hotel;

 Pajak Restoran;

 Pajak Hiburan;

 Pajak Reklame;

 Pajak Penerangan Jalan;

 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

 Pajak Parkir;

 Pajak Air Tanah;

 Pajak Sarang Burung Walet;

 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 2, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211, diatur bahwa pejabat

diplomatik dan pejabat perwakilan konsuler dibebaskan dari semua pungutan dan

(25)

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pendapatan daerah

adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan

bersih. Menurut Halim (2007: 107) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah

(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi

asli daerah.

Menurut Yuwono dkk (2005: 107) menyatakan bahwa pendapatan daerah

adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai

penambahan nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu

dibayar kembali oleh pemerintah.

Dengan demikian, pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang

diperoleh dari sumber – sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh

pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 26 ayat (1) disebutkan

bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari :

1. Pajak daerah;

2. Retribusi daerah;

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

(26)

Sumber: Hasil Pengolahan penulis, 2013

Gambar 2.1

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.1.3 Pajak Daerah

Menurut Yani (2002: 45) menyatakan bahwa Pajak Daerah adalah iuran

wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan

langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang –

undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daearah dan pembangunan daerah.

Menurut Perda kota Medan Nomor 7 Tahun 2011, pajak daerah adalah

kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(27)

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak daerah

adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau tanpa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundangan-undangan yang berlaku, yang dipaksakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Dengan demikian, pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada

daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan daerah. Wewenang pungutan pajak daerah berada di

tangan pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak

yang dikelola daerah ada dua jenis:

1. Pajak provinsi, terdiri dari :

a. Pajak kendaraan bermotor;

b. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor;

c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor;

d. Pajak air permukaan;

e. Pajak rokok.

2. Pajak kabupaten atau kota, terdiri dari :

a. Pajak hotel;

b. Pajak restoran;

c. Pajak hiburan;

d. Pajak reklame;

(28)

f. Pajak mineral bukan logam dan batuan;

g. Pajak parker;

h. Pajak air tanah;

i. Pajak sarang burung wallet;

j. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan;

k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Sumber: Hasil pengolahan penulis, 2013

Gambar 2.2

 Pajak Kendaraan bermotor

 Pajak Bea Balik Nama kendaraan bermotor

 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

 Pajak Air Permukaan

 Pajak Rokok

 Pajak Hotel

 Pajak Restoran

 Pajak Hiburan

 Pajak Reklame

 Pajak Penerangan Jalan

 Pajak Mineral Bukan logam dan batuan

 Pajak Parkir

 Pajak Air Tanah

 Pajak Sarang Burung Walet

 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

(29)

2.1.4 Retribusi Daerah

Menurut Siahaan (2005: 5) menyatakan bahwa retribusi adalah

pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang

diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah bahwa Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan /

atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan.

Dengan demikian retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Ciri - ciri retribusi ada empat yaitu :

1. Retribusi dipungut oleh Negara;

2. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis;

3. Adanya kontra prestasi secara langsung dapat ditunjuk;

4. Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang

menggunakan jasa – jasa yang disediakan oleh Negara.

Berdasarkan uraian diatas, retribusi dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan.

(30)

1. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan;

2. Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada

dasarnya jasa tersebut dapat diesediakan oleh swasta, meliputi

pelayanan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum

dimanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara

optimal;

3. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu

pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi

atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,

pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

lingkungan.

2.1.5 Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan

Salah satu penyebab diberlakukannya otonomi daerah adalah untuk

mengurangi campur tangan pemerintah pusat dalam pengelolaan roda

pemerintahan daerah seperti pengelolaan kekayaan daerah berupa sumber daya

(31)

diharapkan pemerintah daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerahnya.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari:

1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah /

BUMD;

2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah

/ BUMN;

3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

2.1.6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula

sumber – sumber pendapatan lainnya yaitu lain – lain pendapatan asli daerah

yang sah. Jenis – jenis lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri dari:

1. Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan;

2. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan;

3. Jasa giro;

4. Bunga deposito;

5. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi;

6. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah serta

(32)

7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

8. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi;

9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;

10. Pendapatan dari pengembalian;

11. Fasilitas sosial dan fasilitas umum;

12. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;

13. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

2.1.7 Pajak Hiburan

2.1.7.1 Pengertian Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak tentang hiburan. Setiap penyelenggaraan

hiburan dengan dipungut bayaran akan dikenakan pajak dengan nama pajak

hiburan. Hiburan yang dimaksud adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,

permainan dan/atau keramaian.

2.1.7.2 Subjek Pajak Hiburan dan Wajib Pajak Hiburan

Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak.

Subjek pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 43

ayat 1 adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban

(33)

daerah. Wajib pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

pasal 43 ayat 2 adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

2.1.7.3 Objek Pajak Hiburan

Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut

bayaran. Yang termasuk objek pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah pasal 42 ayat 2 meliputi:

a. Tontonan film;

b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana;

c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;

d. Pameran;

e. Diskotik, karaoke, klub malam dan sejenisnya;

f. Sirkus, akrobat, dan sulap;

g. Permainan bilyar, golf, bowling;

h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;

i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness

center);

j. Pertandingan olah raga.

Namun, ada yang tidak termasuk dalam hal objek pajak hiburan yaitu

penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang

diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan dan

(34)

2.1.7.4 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan

Dasar pengenaan pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 pasal 44 ayat 1 dan 2 adalah jumlah uang yang diterima atau yang

seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan. Yang termasuk jumlah uang

yang seharusnya diterima adalah potongan harga dan tiket cuma-cuma yang

diberikan kepada penerima jasa hiburan.

2.1.7.5 Tarif Pajak Hiburan

Perubahan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak dan

Retribusi Daerah yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 selain menambah jenis pajak daerah,

juga dikembangkan dalam perluasan basis pajak. Perubahan tersebut salah

satunya mengakibatkan perubahan tarif Pajak Hiburan. Tiga kelompok tarif pajak

hiburan yang diperkenankan bagi pemerintah kabupaten/kota sebagai berikut:

a. Tarif maksimal 35% (tiga puluh lima persen), antara lain untuk pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, dan tontonan film;

b. Tarif maksimal 10% (sepuluh persen) khusus untuk hiburan kesenian rakyat dan tradisional;

c. Tarif maksimal 75% (tujuh puluh lima persen), yakni untuk permainan ketangkasan, diskotek, klab malam, karaoke, mandi

uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan.

Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Peraturan Daerah. Maka, besarnya tarif

(35)

adalah kota Medan yang ditetapkan melalui Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang

Pajak hiburan menetapkan tarif pajak hiburan adalah sebagai berikut:

a. Tontonan film dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana dikenakan pajak 10%

(sepuluh persen) dan pagelaran kesenian yang bersifat tradisional yang

perlu dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi

yang luhur dikenakan pajak 5% (lima persen);

c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya dikenakan pajak 30%

(tiga puluh persen);

d. Pameran dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

e. Diskotik, klub malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35% (tiga

puluh lima persen);

f. Karaoke dikenakan pajak 30% (tiga puluh persen);

g. Sirkus, akrobat, dan sulap dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

h. Permainan bilyar yang menggunakan AC (air conditioner) dikenakan

pajak 20% (dua puluh persen) dan permainan bilyar yang tidak

menggunakan AC dikenakan pajak 15% (lima belas persen);

i. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan

dikenakan pajak 20% (dua puluh persen);

j. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness

center) dikenakan pajak 35% (tiga puluh lima persen);

(36)

Contoh yang lain pada kota Sibolga yang ditetapkan melalui Perda Nomor

7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan menetapkan tarif pajak hiburan adalah

sebagai berikut:

a. Tontonan film dan pameran dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana, kontes kecantikan,

binaraga dan sejenisnya, yang bersifat lokal daerah, dikenakan pajak

5% (lima persen);

c. Diskotik, klub malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35% (tiga

puluh lima persen);

d. Karaoke dikenakan pajak 30% (tiga puluh persen);

e. Sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya dikenakan pajak 7% (tujuh

persen);

f. Permainan ketangkasan, bilyar, video game, permainan game melalui

internet dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

g. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan sejenisnya dikenakan pajak

25% (dua puluh lima persen);

h. Pertandingan olah raga, pusat kebugaran/fitness, dan sejenisnya

dikenakan pajak 10 % (sepuluh persen);

i. Balapan kendaraan bermotor dan sejenisnya dikenakan pajak 10%

(sepuluh persen);

j. Pagelaran musik yang menghadirkan pemusik dan/atau artis dari luar

(37)

Contoh yang lain pada Kabupaten Toba Samosir yang ditetapkan melalui

Perda Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pajak Hiburan. Perda tersebut menetapkan

tarif pajak hiburan sebagai berikut:

a. Pertunjukan dan keramaian umum yang menggunakan sarana film

bioskop dikenakan pajak 15% (lima belas persen);

b. Pertunjukan kesenian antara lain kesenian tradisional, prtunjukan

sirkus, pameran seni, pameran busana, kontes kecantikan dikenakan

pajak 10% (sepuluh persen);

c. Pertunjukan/pagelaran musik dan tari dikenakan pajak 10% (sepuluh

persen);

d. Diskotik dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

e. Karaoke dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

f. Klab malam dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

g. Permainan bilyar dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

h. Permainan ketangkasan dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh

persen);

i. Panti pijat dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

j. Mandi uap dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);

k. Pertandingan olah raga dikenakan pajak 10 % (sepuluh persen).

Besarnya pajak hiburan terutang dapat dihitung dengan rumus:

Besar Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

(38)

Dasar pengenaan pajak = Jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan

Tarif pajak = Tarif yang telah ditetapkan oleh kabupaten/kota

Sebagai contoh kasus untuk menghitung pajak hiburan adalah sebagai

berikut:

Event Organizer ABC mengadakan hiburan berupa pagelaran musik di kota

Medan. Dalam acara itu, setiap penonton yang ingin menonton diwajibkan

membayar tiket sebesar Rp50.000,-.

Maka, perhitungan pajak hiburan:

Dasar pengenaan pajak = Rp50.000

Tarif pajak = 10%

Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan pajak X Tarif pajak

= Rp50.000 X 10%

= Rp5.000

Karena pajak hiburan dibebankan kepada pihak yang menonton atau yang

menikmati hiburan, maka beban yang harus dibayar penonton sebagai berikut:

= Dasar pengenaan pajak + pajak hiburan

= Rp50.000 + Rp5.000

(39)

2.1.7.6 Masa Pajak Hiburan

Masa pajak hiburan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan

kalender. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran dan/atau

yang seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu lainnya yang berhubungan disajikan pada tabel 2.1

Tabel 2.1

hiburan maka akan

meningkatkan pula

Bahwa pajak daerah

dan retribusi daerah

memiliki kontribusi

signifikan terhadap

Pendapatan Asli

(40)

Nama

Asli Daerah (PAD)

Secara simultan

menunjukkan bahwa

pajak reklame dan

penerangan jalan

Kontribusi pajak hotel

terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD)

selama periode

hiburan terhadap

Pendapatan Asli

Daerah kota Tegal

mengalami

peningkatan dari

tahun 2006-2010,

namun mengalami

penurunan pada tahun

anggaran 2008-2009

(41)

Nurlaili Qudriah (2012) meneliti Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan

terhadap Pendaptan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta Timur. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel penerimaan pajak hiburan tidak berpengaruh secara

signifikan. Dengan meningkatnya penerimaan pajak hiburan maka akan

meningkatkan pula pendapatan hasil daerah yang dapat bermanfaat untuk

membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya melayani publik secara

optimal.

   Mohd. Rangga Diza  (2009) meneliti Kontribusi Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki

kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Helvianti (2009) meneliti Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan

Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintahan Kabupaten

Rokan Hilir – Riau. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa secara simultan

menunjukkan bahwa pajak reklame dan penerangan jalan secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Andhi Kurniawan Yulianto (2009) meneliti Analisis Kontribusi Pajak

Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus. Penelitian ini

menggambarkan bahwa Kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) selama periode analisis (2006-2008) mengalami peningkatan.

Ferry Budiman (2009) meneliti Analisis Kontribusi Pajak Hiburan

terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tegal. Hasil penelitian

(42)

kota Tegal mengalami peningkatan dari tahun 2006-2010, namun mengalami

penurunan pada tahun anggaran 2008-2009.

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2011: 33) menyatakan bahwa kerangka teoritis adalah

suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor –

faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka

konseptual pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Dalam

penelitian ini, variabel bebas/indepeden adalah Pajak Hiburan. Sedangkan

variabel terikat/dependen adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota

di provinsi Sumatera Utara. Kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Penerimaan yang diperoleh dari Pajak Hiburan merupakan salah satu

sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga, naik turunnya penerimaan dari

sektor pajak hiburan akan memiliki kontribusi yang berbeda pula terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu pemerintahan daerah.

Pajak Hiburan       (X) 

(43)

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011: 41) menyatakan bahwa hipotesis penelitian adalah

proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris. Proporsi

merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, dapat disangkal, atau

diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau

memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara

mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang

akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual diatas,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Ada kontribusi yang signifikan antara penerimaan pajak hiburan

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

H2 : Ada kontribusi yang tidak signifikan antara penerimaan pajak

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan menggunakan jenis metode penelitian

asosiatif, yaitu penelitian yang menganalisis hubungan antara 2 variabel atau lebih

(Sugiyono, 2006 : 11).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengunjungi website Direktorat Jendral

Perimbangan Keuangan Republik Indonesia www.djpk.depkeu.go.id. Adapun

waktu penelitian ini adalah dimulai dari bulan Oktober sampai dengan selesai.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini membahas tentang penerimaan Pajak Hiburan dan

kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di

provinsi Sumatera Utara.

3.4 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap konstruk

atau variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan

peneliti untuk mengukur dan memanipulasinya. Variabel operasional dalam

(45)

3.4.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang dapat memperngaruhi

perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif

maupun negatif bagi variabel dependen lainnya. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Penerimaan Pajak Hiburan. Pajak hiburan adalah pajak atas

penyelenggaraan hiburan.

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang utama yang diteliti oleh peneliti

dengan tujuan untuk memahami dan mendeskripsikan variabel dependen atau

menjelaskan variabilitisnya atau memprediksinya. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang

diperoleh dari sumber – sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh

pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain PAD yang sah.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2011: 80) menyatakan bahwa populasi adalah sekelompok

orang, kejadian, suatu yang mempunyai kareteristik tertentu. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota yang terdapat di provinsi Sumatera

Utara dengan jumlah 33 Kabupaten/Kota.

Menurut Erlina (2011: 81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari

(46)

yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sampling

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Kabupaten/Kota yang mempublikasikan Anggaran dan Realisasi

APBD-nya secara konsisten dari tahun 2008 – 2012.

2. Kabupaten/Kota yang tidak dimekarkan dan bukan pemekaran pada

kurun waktu 2008 – 2012.

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

No Kabupaten dan Kota Kriteria

(47)

19 Kota Tebing Tinggi Sampel 10

20 Kota Padang Sidempuan Sampel 11

21 Kabupaten Pakpak Barat x -

22 Kabupaten Nias Selatan

x √ -

23 Kabupaten Humbang Hasuduntan x -

24 Kabupaten Sergai Sampel 12

25 Kabupaten Samosir Sampel 13

26 Kabupaten Batu Bara Sampel 14

27 Kabupaten Padang Lawas x -

28 Kabupaten Padang Lawas utara x -

29 Kabupaten Labuhan Batu Selatan x X -

30 Kabupaten Labuhan Batu Utara x X -

31 Kabupaten Nias Utara x X -

32 Kabupaten Nias Barat x X -

33 Kota Gunung Sitoli

x X -

Sumber: data diolah penulis 2013

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang telah dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak

lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari website

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia

www.djpk.depkeu.go.id

(48)

Dalam mengumpulkan data penelitian melakukan teknik dokumentasi

yaitu teknik pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini

yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Data yang diambil

berupa realisasi penerimaan pajak hiburan dan realisasi Pendapatan Asli Daerah

dari masing – masing Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara. Periode waktu

untuk variabel independen dan variabel dependen adalah periode 2008, 2009,

2010, 2011, dan 2012.

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik menggunakan software SPSS. Analisis data digunakan dengan

melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode

analisis regresi linier sederhana. Analisis linier sederhana adalah hubungan secara

linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis

ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen apakah positif atau negatif dan utuk memprediksi nilai dari variabel

dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis yang berbunyi

Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai

berikut:

PADt = α + β1PHt-1 + ε

(49)

PADt = Realisasi Pendapatan Asli Daerah t

α = konstanta

PHt-1 = Penerimaan Pajak Hiburan t-1

β1 = Koefisien regresi yang menunjukkan perubahan

variabel dependen berdasarkan pada variabel

independen

ε = Error

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif dan teknik analisis statistik. Berikut langkah yang dilakukan

dalam analisis tersebut masing-masing akan dijelaskan di bawah ini.

3.9.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan

cara menentukan data, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan data

sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang dihadapi. Dalam penelitian

ini, dengan melihat gambaran dari data-data yang ada, maka akan diperoleh

informasi yang jelas mengenai penerimaan pajak hiburan dan kontribusinya

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(50)

Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara

penerimaan pajak hiburan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun

persamaan regresi yang digunakan, yaitu:

Yi = α + bi Xi Keterangan:

Y1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

α = Konstanta

Xi = Penerimaan pajak hiburan

bi = Koefisien Regresi untuk variabel bebas

3.9.3 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian

terhadap variabel – variabel penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian

secara parsial menggunakan uji statistik t (t-test). Pengujian secara simultan

menggunakan uji signifikan simultan (f-test).

Tabel 3.2

Perbandingan Uji T dan Uji F

Hal yang dibandingkan Uji T Uji F

Penemu R.A. Fisher Neyman, Pearson

Signifikan thitung > ttabel fhitung > ftabel Tidak Sigifikan thitung < ttabel fhitung< ftabel

(51)

Sumber: Hasil pengolahan penulis, 2013

Namun, karena didalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel

bebas (variabel independen), maka penelitian ini hanya menggunakan uji variabel

secara parsial (t-test).

3.9.3.1 Uji Signifikan Parsial (T-test)

Uji parsial t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini

digunakan untuk menguji sebarapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis statistik yang

diajukan adalah:

H0: b1, b2, b3,b4 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

H1: b1, b2, b3,b4 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial

berpegaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah sebagai

berikut:

1. H1 diterima atau H0 ditolak apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai

probabilitas < sebesar 0,05.

2. H1 ditolak atau H0 diterima apabila thitung < ttabel, pada α = 5% dan nilai

probabilitas > sebesar 0,05.

(52)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai

koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 < R2 < 1). Nilai R2 yang

mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksikan variabel – variabel dependen dan apabila

nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti variabel – variabel independen

hampir tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

(53)

BAB IV

ANALISIS PENELITIAN

4.1 Data Penelitian

Data Kabupaten/Kota yang ditetapkan sebagai sampel penelitian adalah

Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Populasi pada penelitian

ini berjumlah 33 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota di

Provinsi Sumatera Utara. Diantara 33 Kabupaten/Kota tersebut yang memenuhi

kriteria menjadi sampel adalah 14 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 8 Kabupaten

dan 6 Kota. Populasi dan sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Data kualiatatif yang digunakan pada penelitian ini adalah Laporan

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara yakni tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Dari Laporan

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut yang menjadi objek

penelitian adalah pos penerimaan pajak hiburan. Sementara itu dari Laporan

Realisasi APBD yang menjadi objek penelitian adalah realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Data diperoleh dari situs Sistem Informasi Keuangan Daerah – Direktorat

Jenderal Perimbangan Keuangan – Departemen Keuangan Republik Indonesia

yang diaskses melalui www.djpk.depkeu.go.id 

(54)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Dekriptif

Statistik deskrptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau

generalisasi. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh selama 5 tahun, maka

diperoleh deskriptif statisktik data penelitian. Dari data deskriptif statistik data

penelitian diperoleh data hasil yang mencakup n (banyaknya data yang diperoleh),

rata – rata (mean), standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimun atas

variabel-variabel penelitian.

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PajakHiburan 70 .01 323.08 13.1931 48.86071

PAD 70 30.43 14162.29 846.7829 2131.65246

Valid N (listwise) 70

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui:

1. Jumlah sampel (N) sebanyak 70.

2. Penerimaan pajak hiburan terendah adalah 0,01 (dalam ratus juta rupiah),

penerimaan pajak hiburan tertinggi adalah 323,08 (dalam ratus juta rupiah)

dengan rata-rata 13,1931 (dalam ratus juta rupiah) serta standard deviasi

(55)

3. Pendapatan Asli Daerah terendah adalah 30,43 (dalam ratus juta rupiah),

Pendapatan Asli Daerah tertinggi adalah 14162,29 (dalam ratus juta

rupiah) dengan rata – rata 846,7829 (dalam ratus juta rupiah) serta standar

deviasi sebesar 2131,65246.

4.2.2 Uji Signifikan Parsial (T-test)

Uji parsial (T-test) dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen yaitu pajak hiburan terhadap variabel dependen yaitu Pendapatan Asli

Daerah (PAD) secara parsial (individu). Hipotesis:

1. Ho : d1 = 0; Ho : d2 = 0; Ho : d3 = 0

Artinya Penerimaan Pajak Hiburan secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2. Ha : d1≠ 0; Ho : d2≠ 0; Ho : d3≠ 0

Artinya Penerimaan Pajak Hiburan secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji – t adalah sebagai berikut:

1. Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima

(56)

Tabel 4.2

Uji Signifikan Parsial – t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 325.059 112.330 2.894 .005

PajakHiburan 39.545 2.234 .906 17.698 .000

a. Dependent Variable: PAD

Dari hasil pengujian akan dijelaskan pengaruh variabel independen

secara satu persatu (parsial) dengan membandingkan nilai signifikansi (t hitung)

yang terdapat pada tabel 4.2 uji statistik – t diperoleh informasi data sebagai

berikut:

Variabel Pajak Hiburan : t hitung = 13.378, ttabel = 1,995 dengan tingkat probabilitas

0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan thitung = 13.378 > ttabel = 1,995 dan p =

0.000 < α = 0,05. Maka secara parsial Pajak Hiburan berpengaruh terhadap PAD.

Dari uraian tersebut maka dengan demikian dapat disusun persamaan analisis

regresi sederhana sebagai berikut:

PAD = 325,06 + 39,54Pajak Hiburan + ε Model persamaan regresi sederhana tersebut bermakna:

1. Nilai konstanta sebesar 325,06 artinya apabila nilai variabel

independen (Pajak Hiburan) dianggap konstan PAD sebesar 325,05

(57)

2. Variabel Pajak Hiburan berpengaruh positif terhadap PAD dengan

nilai koefisien sebesar 39,54 artinya setiap penambahan 1 variabel

Pajak Hiburan akan menaikkan variabel PAD sebesar 39,54 (ratus

juta).

4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Uji statistik koefisien determinasi pada penelitian bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen.

Tabel 4.3 Koefisien Determinasi

Model Summary Model

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

d

a. Predictors: (Constant), PajakHiburan

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diperoleh nilai R Square sebesar 0.822 dan

nilai Adjusted R Square sebesar 0.819. Hal ini menunjukkan bahwa 0.822 atau

82,2% variasi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dijelaskan oleh

variasi variabel independen Pajak Hiburan, sedangkan sisanya 7,8% dapat

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan uji hipotesis yang dilakukan, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Penerimaan pajak hiburan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD).

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Sampel penelitian ini hanya dibatasi pada Kabupaten/Kota yang

memiliki ketersediaan data, yaitu 14 Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku

untuk Kabupaten/Kota yang menjadi sampel penelitian, sehingga belum

dapat digeneralisasikan untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.

2. Variabel independen dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pajak

hiburan saja sementara banyak variabel lain yang berpengaruh dalam

(59)

pajak daerah lainnya, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah yang belum

diikutsertakan dalam penelitian ini.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang diperoleh dari penelitian ini,

maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah dapat melakukan upaya semaksimal mungkin untuk

mengoptimalisasi seluruh penerimaan pajak daerah khususnya pajak

hiburan agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota yang ada di

provinsi Sumatera Utara dapat mencapai target yang telah dianggarkan.

Upaya yang dapat dilaksanakan yaitu;

a. Intensifikasi, merupakan usaha yang dilakukan dengan cara

melakukan pemungutan dengan lebih giat dan teliti. Dalam hal ini

mencakup aspek pelaksanaan yang meliputi:

- Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat, seperti

kesadaran membayar pajak tepat waktu;

- Memperbaiki dan menyesuaikan perangkat yang terkait;

- Memperbaiki system administrasi maupun operasional yang

meliputi: Penyesuaian tarif, penyesuaian sistem pelaksanaan

pemungutan pajak, penyesuaian/penyempurnaan pemungutan;

- Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola meliputi:

(60)

b. Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk menggali sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak hiburan dengan

cara menambah objek-objek baru yang potensial.

2. Peneliti berikutnya sebaiknya menambah variabel atau faktor lain yang

mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti komponen pajak

daerah lainnya, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

3. Bagi peneliti berikutnya di masa mendatang agar dapat memperluas atau

menambah sampel penelitian seperti dari luar provinsi Sumatera Utara

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Brotodiharjo, R, Santoso. 1991. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Pertama, Buku Pertama, Cetakan Pertama. Bandung: PT. Eresco.

Budiman, Ferry. 2011. Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tegal. Universitas Pancasakti Tegal.

Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Helvianti. 2009. Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir – Riau. Universitas Sumatera Utara.

Kurniawan, Andhi. 2009. Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus. Universitas Katolik Soegijapranata.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 No.2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Perda Kota Medan No.7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.

Perda Kabupaten Toba Samosir No.3 Tahun 2006 tentang Pajak Hiburan.

Perda Kota Sibolga No.7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.

Pramesti, Getut. 2008. Solusi Express SPSS 15.0. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.

Quadriah, Nurlaili. 2012. Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta Timur. Universitas Pamulang.

(62)

Siahaan, Marihot. 2000. Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Siahaan, Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soemitro, Rochmat. 1990. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Bandung: PT. Eresco.

Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang–Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPn BM).

Undang-Undang No.13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.

Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(63)

Perbandingan Jenis Pajak Daerah yang Dapat Dipungut Provinsi

dan Kabupaten/Kota

UU 18/1997  UU 34/2000  UU 28/2009 

Pajak Daerah Tingkat I 1. PajakKendaraanBermotor 2. Bea faatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

4. Pajak Air Permukaan 5. PajakRokok

(64)

Pajak Daerah Tingkat II 1. Pajak Hotel danRestoran 2. PajakHiburan

3. PajakReklame

4. PajakPeneranganJalan 5. PajakPengambilandanPengol

ahanBahanGalianGolongan C

6. PajakPemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

PajakKabupaten/Kota 1. Pajak Hotel

2. PajakRestoran 3. PajakHiburan 4. PajakReklame

5. PajakPeneranganJalan 6. PajakPengambilandanPengol

ahanBahanGalianGolongan C

7. PajakParkir

PajakKabupaten/Kota 1. Pajak Hotel

2. PajakRestoran 3. PajakHiburan 4. PajakReklame

5. PajakPeneranganJalan 6. Pajak Mineral

BukanLogamdanBatuan 7. PajakParkir

8. Pajak Air Tanah

11. Bea PerolehanHakatas Tanah danBangunan

Sumber: UU 18/1997, UU 34/2000 dan UU 28/2009

Penerimaan Pajak Hiburan dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

(dalam ratusan juta rupiah)

No  Kabupaten/Kota  Tahun  PajakHiburan  PendapatanAsli Daerah (PAD) 

1  Kab. Deli Serdang  2008  0.8 978.95

2009  2 1036.71

2010  5.79 1205.37

2011  3 3001.34

2012  4 3800.55

2  Kab. Tanah Karo  2008  5.57 282.39

2009  5.72 271.86

2010  0.48 265

2011  10.91 353.63

(65)

2012  12.67 412.43

3  Kab. LabuhanBatu  2008  0.44 397.35

2009  0.48 390.13

2010  0.1 320.7

2011  0.5 489.21

2012  1 500

4  Kab. Tapanuli Utara   2008  0.06 95.46

2009  0.07 126.16

2010  6 154.33

2011  0.07 135.28

2012  12 143.03

5  Kab. Toba Samosir  2008  0.06 105.27

2009  0.06 96.61

2010  14.35 119.89

2011  0.07 120.32

2012  7 189.13

6  Kota Medan        2008  89.22 3915.14

2009  91.72 3685.64

2010  3.5 5889.41

2011  233.09 8297.94

2012  323.08 14162.29

7  Kota PematangSianta  2008  2 230.12

2009  2 204.58

2010  0.11 259.11

2011  4 436.48

2011  0.21 221.46

2012  16 318.55

10  Kota TebingTinggi  2008  0.05 189.19

2009  0.15 173.39

2010  8.5 262.72

2011  21 279.91

(66)

11  Kota Padang Sidempuan  2008  0.8 96.54

2009  0.8 118.36

2010  0.01 146.02

2011  0.85 197.55

2012  1 231.59

12  Kab. SerdangBedagai  2008  0.6 216.04

2009  0.86 190.18

2010  1.5 264.18

2011  4 357.1

2012  4 409.69

13  Kab.  Samosir  2008  0.006 93.11

2009  0.3 148.32

2010  0.77 118.13

2011  0.1 142.02

2012  1 174.6

14  Kab. Batu Bara        2008  0.14 30.43

2009  0.74 136.82

2010  0.22 180.35

2011  0.78 132.41

2012  0.82 165.58

Gambar

Gambar 2.1
Pajak DaerahGambar 2.2
Gambar 2.3
Tabel 3.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan Pajak Reklame secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Hiburan serta Pajak

Objek dalam penelitian “Analisis Efektifitas Pajak Hotel, Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Efektifitas Pendapatan Asli Daerah” ini adalah Dinas

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui besarnya kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah dan mengetahui apakah terdapat hubungan antara penerimaan

ANALISIS PENERIMAAN TARIF PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA SURABAYA.. Dipersiapkan dan disusun oleh : SENDI

1. Pada tahun 2009 kontribusi pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah sebesar 1,60% yang diperoleh dari penerimaan pajak parkir sebesar Rp. Pada tahun 2010 kontribusi pajak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan Pajak Parkir dan Pajak Hiburan, kontribusi yang diberikan terhadap penerimaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak reklame dan retribusi daerah terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Dinas Pendapatan Daerah

Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, Dan Retribusi Pelayanan Persampahan Atau Kebersihan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul Studi kasus di