SKRIPSI
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH
DIO AGUNG HERUBAWA 110522165
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya berjudul “Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yag disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Maret 2014
Yang membuat pernyataan
Nama: Dio Agung Herubawa
N.I.M: 110522165
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaika
skripsi ini dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara”.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta yaitu
Ayahanda Drs. Syamsul Bachri Siregar dan Ibunda dr. Hj. Zunaidah Hasanah
Harahap, M.Kes atas dorongan moril dan materil, perhatian, kesabaran serta setiap doa yang terus mengalir untuk peneliti. Serta kepada kakak dan adik
penulis dr. Cinthya Ayu Meritha dan Meyna Melia Utari yang selalu memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Selama proses penyelesaian tugas akhir ini, penulis telah banyak
menerima bantuan dan bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati serta rasa hormat perkenanlah penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., S.E., M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Hotmal Jafar, Ak., M.M., selaku Sekretaris Departemen
4. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Abdillah Arif Nasution, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran sehingga skripsi
ini terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Drs. Rustam, S.E., M.Si.,Ak, CA, selaku Pembaca Penilai. Terima
kasih atas kesediaan Bapak dalam memberikan saran serta nasehat sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Akuntansi yang
memberikan pelajaran yang berharga selama masa perkuliahan.
9. Seluruh pegawai Departemen Akuntansi, yang telah banyak membantu dalam
urusan administrasi di Departemen Akuntansi.
10. Temanspesial penulis Endah Julyanmah yang telah memberikan semangat,
cinta, kasih sayang dan perhatiannya yang membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Teman-teman yang senantiasa membantu dan memberikan semangat,
Mahmood, Dendi, Dedi, Syamsyarief, Vandi, Kak Febriska, Kak Amel, Bang
Apri.
12. Seluruh teman – teman Akuntansi Ekstensi, penulis ucapkan terima kasih atas
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis
menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi
penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Maret 2014
Penulis
ABSTRAK
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tata cara perhitungan besarnya pajak hiburan dan untuk mengetahui apakah kontribusi Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian asosiatif. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan menggunakan purposive sampling diperoleh 14 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2008-2012. Variabel independen pada penelitian ini adalah Pajak Hiburan sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
(www.djpk.depkeu.go.id.)
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial (individu), Pajak Hiburan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
ABSTRACT
ANALYSIS THE REVENUE OF ENTERTAINMENT TAX AND THE IMPACT TO LOCAL OWN REVENUE (PAD) IN REGENCY/CITY
IN PROVINCE OF NORTH SUMATERA
The objective of this research is to learn the procedure of calculating the amount of Entertaiment Tax and to examine the impact of Entertaiment Tax to Local Own Revenue (PAD).
Type of research is associative research. Total population of this research were 33 regency/city and using the purposive sampling obtained 14 regency/city as samples from 2008-2012. The independent variable in this research is the Entertaiment Tax while the dependent variable is the Local Own Revenue (PAD). The data were taken from the website Financial Department of Republic Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id).
The result of this research prove that Entertaiment Tax has a positive and significant contribution toward the local own revenue.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... ……….. v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 BatasanMasalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitan... 4
1.4.1 TujuanPenelitian ... 4
1.4.2 ManfaatPenelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 5
2.1.1 PengertianPajak ... 5
2.1.1.1 FungsiPajak ... 6
2.1.1.2 Jenis-jenisPajak ... 7
2.1.2 PendapatanAsli Daerah (PAD) ... 10
2.1.3 Pajak Daerah……… .. 11
2.1.4 Retribusi Daerah………. 14
2.1.6 Lain-lain PendapatanAsli Daerah yang Sah………… 16
2.1.7 PajakHiburan……… .. 17
2.1.7.1 Pengertian Pajak Hiburan……… . 17
2.1.7.2 Subjek Pajak Hiburan dan Wajib Pajak Hiburan ... … 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JenisPenelitian ... 29
3.2 TempatdanWaktuPenelitian ... 29
3.3 Batasan Operasional ... 29
3.9.2 Analisis Regresi Linear Sederhana……….. 35
3.9.3 Pengujian Hipotesis………. 35
3.9.3.1 Uji SignifikanParsial ( T-test) ... 36
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
4.1 Data Penelitian ... 38
4.2 Hasil Penelitian ... 39
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 39
4.2.2 Uji Signifikan Parsial (T.test) ... 40
4.2.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 43
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 43
5.3 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Perbandingan Uji T dan Uji F ... ... 36
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ... 39
Tabel 4.2 Hasil Uji Signifikan Parsial t ... 41
Tabel 4.3 Koefisien Determinasi ... 42
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) . ... 11 Gambar 2.2 Pajak Daerah ... 13 Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
Lampiran 1 Perbandingan Jenis Pajak Daerah yang Dapat Dipungut
Provinsi dan Kabupaten/Kota ... 49
Lampiran 2 Penerimaan Pajak Hiburan dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 50
ABSTRAK
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tata cara perhitungan besarnya pajak hiburan dan untuk mengetahui apakah kontribusi Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian asosiatif. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan menggunakan purposive sampling diperoleh 14 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2008-2012. Variabel independen pada penelitian ini adalah Pajak Hiburan sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
(www.djpk.depkeu.go.id.)
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial (individu), Pajak Hiburan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
ABSTRACT
ANALYSIS THE REVENUE OF ENTERTAINMENT TAX AND THE IMPACT TO LOCAL OWN REVENUE (PAD) IN REGENCY/CITY
IN PROVINCE OF NORTH SUMATERA
The objective of this research is to learn the procedure of calculating the amount of Entertaiment Tax and to examine the impact of Entertaiment Tax to Local Own Revenue (PAD).
Type of research is associative research. Total population of this research were 33 regency/city and using the purposive sampling obtained 14 regency/city as samples from 2008-2012. The independent variable in this research is the Entertaiment Tax while the dependent variable is the Local Own Revenue (PAD). The data were taken from the website Financial Department of Republic Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id).
The result of this research prove that Entertaiment Tax has a positive and significant contribution toward the local own revenue.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak tanggal 1 Januari 2001 telah terjadi perubahan yang fundamental
dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Kebijakan
pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang (UU) yang membawa banyak
perubahan bagi daerah untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang,
dengan harapan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah daerah.
Kebijakan tersebut disusun dan dikeluarkan pemerintah pusat melalui UU No.22
Tahun 1999 diperbaharui dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah yang terfokus pada otonomi daerah dan UU No.25 Tahun 1999
diperbaharui dengan UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan,
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi
kewenangan besar untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.
Pemerintah pusat menetapkan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya
dengan menetapkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali atas UU No.34 Tahun 2000 dan
UU No.18 Tahun 1997. Pada UU No.28 Tahun 2009 yang disahkan oleh
pemerintah diharapkan dapat lebih mendorong peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan kemandirian daerah. Dalam Undang-Undang tersebut, pajak
daerah dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang
perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah serta adanya pemberian diskresi
(keleluasaan) dalam penerapan tarif. Hal ini dilakukan agar setiap daerah dapat
melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama untuk pembangunan
sarana dan prasarana publik.
Konsep pelaksanaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu
pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan pendayagunaan
potensi-potensi yang dimiliki oleh suatu daerah secara optimal. Dalam pelaksanaan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan daerah tentu memerlukan
biaya yang cukup besar. Mengingat tidak semua sumber-sumber pembiayaan
dapat diberikan kepada daerah, maka pemerintah daerah diwajibkan untuk
menggali segala sumber-sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak
ke-4 di Indonesia dan merupakan salah satu provinsi terbesar di pulau Sumatera
yang memiliki potensi kekayaan sendiri. Provinsi Sumatera Utara juga berada
pintu gerbang Indonesia di bagian barat yang tentunya akan menjadi pintu masuk
wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing yang ingin
berkunjung ke provinsi Sumatera Utara dengan berbagai kepentingan. Bukan
hanya kepentingan bisnis ataupun hanya berkunjung ke tempat sanak saudara
namun juga menikmati wisata alam dan tempat-tempat hiburan yang ditawarkan
oleh seluruh Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Sumatera Utara. Sektor
hiburan ini memiliki potensi yang cukup besar sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah di setiap masing-masing Kabupaten/Kota. Pendapatan daerah
inilah yang nantinya akan digunakan oleh pemerintah daerah dalam mengelola
daerahnya sendiri dalam satu periode tertentu. Dapat dilihat juga masih belum ada
pemerataan pembangunan masing-masing kabupaten / kota yang ada di provinsi
Sumatera Utara.
Dari uraian tersebut cukup menarik perhatian penulis untuk melakukan
penelitian guna mengetahui sejauh mana kontribusi pajak hiburan ini dalam
mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera
Utara.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaimana mekanisme penerimaan pajak hiburan dan sejauh
mana kontribusi pajak hiburan tersebut terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara dalam rangka pembangunan daerah.
1.3 Batasan Masalah
Rumusan batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel independent (bebas) yang diteliti adalah pajak hiburan;
b. Variabel dependen (terikat) yang diteliti adalah Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara;
c. Objek penelitian adalah www.djpk.depkeu.go.id
d. Data yang digunakan tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 yang
merupakan data time series tahun terakhir, sehingga dianggap sebagai
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang penerimaan pajak
hiburan dan sejauh mana kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
pada Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis
Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan
studi program strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Menambah wawasan dalam memahami pengelolaan penerimaan
pajak, khususnya pajak hiburan.
b. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam proses penyusunan
perencanaan maupun kebijakan serta bahan evaluasi.
c. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan mengenai
ilmu akuntansi sektor publik.
d. Bagi pembaca
Sebagai bahan refrensi dan sumber informasi dalam mendalami
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajak telah berubah menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 yang merupakan perubahan keempat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah
UU KUP. Menurut Undang-Undang tersebut, Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sementara itu, pengertian pajak menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R.
Santoso Brotodiharjo (1991: 2), Pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali,
yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
2. Menurut Prof. Dr. Rochmat Sumitro, S.H menyatakan pajak adalah
iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Berdasarkan definisi pajak yang telah dijelaskan, dapat diuraikan bahwa
pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pajak merupakan iuran (kontribusi wajib) rakyat kepada negara dalam
berupa uang bukan barang;
2. Sifat pemungutan pajak adalah dipaksakan berdasarkan
Undang-Undang beserta peraturan pelaksanaannya;
3. Tidak ada kontraprestasi atau imbalan langsung dari pemerintah kepada
wajib pajak;
4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.
2.1.1.1 Fungsi Pajak
Pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara, untuk
membiayai pengeluaran rutin pembangunan. Sebagai contoh:
Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2. Fungsi Mengatur (Regulated)
Pajak merupakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial ekonomi dan untuk mencapai tujuan
tertentu diluar bidang perpajakan. Contohnya: dikenakannya pajak yang
mewah, hal ini bertujuan untuk dapat menekan penggunaan barang
tersebut.
2.1.1.2 Jenis-jenis pajak
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu menurut
golongan atau penerimaan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.
Namun jika ditinjau dari segi lembaga pemungut pajak dapat di bagi menjadi dua
jenis yaitu:
1. Pajak Pusat
Pajak Pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat
(Direktorat Jendral Pajak) dan hasilnya dipergunakan untuk
membiayai pengeluaran rutin negara dan pembangunan dalam bentuk
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak Pusat yang
berlaku sampai saat ini adalah:
a. Pajak Penghasilan
Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan adalah Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Undang-Undang Pajak
Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti
UU Pajak Perseroan 1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PDBR
1970.
b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Undang-Undang PPN &
PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan
merupakan pengganti Undang-Undang Pajak Penjualan 1951.
c. Bea Materai
Dasar hukum pengenaan bea materai adalah Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1985. Undang-undang bea materai berlaku mulai
tanggal 1 Januari 1986 menggantikan peraturan dan
undang-undang bea materai yang lama (aturan bea materai 1921). Selain itu
untuk mengatur pelaksanaanya telah dikeluarkan peraturan
pemerintah.
2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah
(baik pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah daerah
kabupaten/kota) dan hasil dipergunakan untuk membiayai pengeluaran
rutin dan pembangunan daerah (APBD). Sesuai Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
berikut jenis-jenis pajak daerah:
a. Pajak Provinsi terdiri dari:
Pajak Kendaraan Bermotor;
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
Pajak Air Permukaan;
Pajak Rokok.
b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
Pajak Hotel;
Pajak Restoran;
Pajak Hiburan;
Pajak Reklame;
Pajak Penerangan Jalan;
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
Pajak Parkir;
Pajak Air Tanah;
Pajak Sarang Burung Walet;
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211, diatur bahwa pejabat
diplomatik dan pejabat perwakilan konsuler dibebaskan dari semua pungutan dan
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pendapatan daerah
adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih. Menurut Halim (2007: 107) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah.
Menurut Yuwono dkk (2005: 107) menyatakan bahwa pendapatan daerah
adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.
Dengan demikian, pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang
diperoleh dari sumber – sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh
pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 26 ayat (1) disebutkan
bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari :
1. Pajak daerah;
2. Retribusi daerah;
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
Sumber: Hasil Pengolahan penulis, 2013
Gambar 2.1
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2.1.3 Pajak Daerah
Menurut Yani (2002: 45) menyatakan bahwa Pajak Daerah adalah iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang –
undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daearah dan pembangunan daerah.
Menurut Perda kota Medan Nomor 7 Tahun 2011, pajak daerah adalah
kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku, yang dipaksakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dengan demikian, pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah. Wewenang pungutan pajak daerah berada di
tangan pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak
yang dikelola daerah ada dua jenis:
1. Pajak provinsi, terdiri dari :
a. Pajak kendaraan bermotor;
b. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor;
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor;
d. Pajak air permukaan;
e. Pajak rokok.
2. Pajak kabupaten atau kota, terdiri dari :
a. Pajak hotel;
b. Pajak restoran;
c. Pajak hiburan;
d. Pajak reklame;
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan;
g. Pajak parker;
h. Pajak air tanah;
i. Pajak sarang burung wallet;
j. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan;
k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Sumber: Hasil pengolahan penulis, 2013
Gambar 2.2
Pajak Kendaraan bermotor
Pajak Bea Balik Nama kendaraan bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan
Pajak Rokok
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan logam dan batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
2.1.4 Retribusi Daerah
Menurut Siahaan (2005: 5) menyatakan bahwa retribusi adalah
pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang
diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah bahwa Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan /
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Dengan demikian retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Ciri - ciri retribusi ada empat yaitu :
1. Retribusi dipungut oleh Negara;
2. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis;
3. Adanya kontra prestasi secara langsung dapat ditunjuk;
4. Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang
menggunakan jasa – jasa yang disediakan oleh Negara.
Berdasarkan uraian diatas, retribusi dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan.
1. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan;
2. Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada
dasarnya jasa tersebut dapat diesediakan oleh swasta, meliputi
pelayanan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara
optimal;
3. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
2.1.5 Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan
Salah satu penyebab diberlakukannya otonomi daerah adalah untuk
mengurangi campur tangan pemerintah pusat dalam pengelolaan roda
pemerintahan daerah seperti pengelolaan kekayaan daerah berupa sumber daya
diharapkan pemerintah daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerahnya.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari:
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah /
BUMD;
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah
/ BUMN;
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
2.1.6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula
sumber – sumber pendapatan lainnya yaitu lain – lain pendapatan asli daerah
yang sah. Jenis – jenis lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri dari:
1. Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan;
2. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan;
3. Jasa giro;
4. Bunga deposito;
5. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi;
6. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah serta
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
8. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi;
9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
10. Pendapatan dari pengembalian;
11. Fasilitas sosial dan fasilitas umum;
12. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
13. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
2.1.7 Pajak Hiburan
2.1.7.1 Pengertian Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak tentang hiburan. Setiap penyelenggaraan
hiburan dengan dipungut bayaran akan dikenakan pajak dengan nama pajak
hiburan. Hiburan yang dimaksud adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan dan/atau keramaian.
2.1.7.2 Subjek Pajak Hiburan dan Wajib Pajak Hiburan
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak.
Subjek pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 43
ayat 1 adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
daerah. Wajib pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
pasal 43 ayat 2 adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
2.1.7.3 Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran. Yang termasuk objek pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah pasal 42 ayat 2 meliputi:
a. Tontonan film;
b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana;
c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;
d. Pameran;
e. Diskotik, karaoke, klub malam dan sejenisnya;
f. Sirkus, akrobat, dan sulap;
g. Permainan bilyar, golf, bowling;
h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;
i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness
center);
j. Pertandingan olah raga.
Namun, ada yang tidak termasuk dalam hal objek pajak hiburan yaitu
penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang
diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan dan
2.1.7.4 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 pasal 44 ayat 1 dan 2 adalah jumlah uang yang diterima atau yang
seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan. Yang termasuk jumlah uang
yang seharusnya diterima adalah potongan harga dan tiket cuma-cuma yang
diberikan kepada penerima jasa hiburan.
2.1.7.5 Tarif Pajak Hiburan
Perubahan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 selain menambah jenis pajak daerah,
juga dikembangkan dalam perluasan basis pajak. Perubahan tersebut salah
satunya mengakibatkan perubahan tarif Pajak Hiburan. Tiga kelompok tarif pajak
hiburan yang diperkenankan bagi pemerintah kabupaten/kota sebagai berikut:
a. Tarif maksimal 35% (tiga puluh lima persen), antara lain untuk pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, dan tontonan film;
b. Tarif maksimal 10% (sepuluh persen) khusus untuk hiburan kesenian rakyat dan tradisional;
c. Tarif maksimal 75% (tujuh puluh lima persen), yakni untuk permainan ketangkasan, diskotek, klab malam, karaoke, mandi
uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan.
Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Peraturan Daerah. Maka, besarnya tarif
adalah kota Medan yang ditetapkan melalui Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pajak hiburan menetapkan tarif pajak hiburan adalah sebagai berikut:
a. Tontonan film dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana dikenakan pajak 10%
(sepuluh persen) dan pagelaran kesenian yang bersifat tradisional yang
perlu dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi
yang luhur dikenakan pajak 5% (lima persen);
c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya dikenakan pajak 30%
(tiga puluh persen);
d. Pameran dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
e. Diskotik, klub malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35% (tiga
puluh lima persen);
f. Karaoke dikenakan pajak 30% (tiga puluh persen);
g. Sirkus, akrobat, dan sulap dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
h. Permainan bilyar yang menggunakan AC (air conditioner) dikenakan
pajak 20% (dua puluh persen) dan permainan bilyar yang tidak
menggunakan AC dikenakan pajak 15% (lima belas persen);
i. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan
dikenakan pajak 20% (dua puluh persen);
j. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness
center) dikenakan pajak 35% (tiga puluh lima persen);
Contoh yang lain pada kota Sibolga yang ditetapkan melalui Perda Nomor
7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan menetapkan tarif pajak hiburan adalah
sebagai berikut:
a. Tontonan film dan pameran dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana, kontes kecantikan,
binaraga dan sejenisnya, yang bersifat lokal daerah, dikenakan pajak
5% (lima persen);
c. Diskotik, klub malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35% (tiga
puluh lima persen);
d. Karaoke dikenakan pajak 30% (tiga puluh persen);
e. Sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya dikenakan pajak 7% (tujuh
persen);
f. Permainan ketangkasan, bilyar, video game, permainan game melalui
internet dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
g. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan sejenisnya dikenakan pajak
25% (dua puluh lima persen);
h. Pertandingan olah raga, pusat kebugaran/fitness, dan sejenisnya
dikenakan pajak 10 % (sepuluh persen);
i. Balapan kendaraan bermotor dan sejenisnya dikenakan pajak 10%
(sepuluh persen);
j. Pagelaran musik yang menghadirkan pemusik dan/atau artis dari luar
Contoh yang lain pada Kabupaten Toba Samosir yang ditetapkan melalui
Perda Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pajak Hiburan. Perda tersebut menetapkan
tarif pajak hiburan sebagai berikut:
a. Pertunjukan dan keramaian umum yang menggunakan sarana film
bioskop dikenakan pajak 15% (lima belas persen);
b. Pertunjukan kesenian antara lain kesenian tradisional, prtunjukan
sirkus, pameran seni, pameran busana, kontes kecantikan dikenakan
pajak 10% (sepuluh persen);
c. Pertunjukan/pagelaran musik dan tari dikenakan pajak 10% (sepuluh
persen);
d. Diskotik dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
e. Karaoke dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
f. Klab malam dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
g. Permainan bilyar dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
h. Permainan ketangkasan dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh
persen);
i. Panti pijat dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
j. Mandi uap dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
k. Pertandingan olah raga dikenakan pajak 10 % (sepuluh persen).
Besarnya pajak hiburan terutang dapat dihitung dengan rumus:
Besar Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak
Dasar pengenaan pajak = Jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan
Tarif pajak = Tarif yang telah ditetapkan oleh kabupaten/kota
Sebagai contoh kasus untuk menghitung pajak hiburan adalah sebagai
berikut:
Event Organizer ABC mengadakan hiburan berupa pagelaran musik di kota
Medan. Dalam acara itu, setiap penonton yang ingin menonton diwajibkan
membayar tiket sebesar Rp50.000,-.
Maka, perhitungan pajak hiburan:
Dasar pengenaan pajak = Rp50.000
Tarif pajak = 10%
Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan pajak X Tarif pajak
= Rp50.000 X 10%
= Rp5.000
Karena pajak hiburan dibebankan kepada pihak yang menonton atau yang
menikmati hiburan, maka beban yang harus dibayar penonton sebagai berikut:
= Dasar pengenaan pajak + pajak hiburan
= Rp50.000 + Rp5.000
2.1.7.6 Masa Pajak Hiburan
Masa pajak hiburan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan
kalender. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran dan/atau
yang seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu lainnya yang berhubungan disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1
hiburan maka akan
meningkatkan pula
Bahwa pajak daerah
dan retribusi daerah
memiliki kontribusi
signifikan terhadap
Pendapatan Asli
Nama
Asli Daerah (PAD)
Secara simultan
menunjukkan bahwa
pajak reklame dan
penerangan jalan
Kontribusi pajak hotel
terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
selama periode
hiburan terhadap
Pendapatan Asli
Daerah kota Tegal
mengalami
peningkatan dari
tahun 2006-2010,
namun mengalami
penurunan pada tahun
anggaran 2008-2009
Nurlaili Qudriah (2012) meneliti Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan
terhadap Pendaptan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta Timur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel penerimaan pajak hiburan tidak berpengaruh secara
signifikan. Dengan meningkatnya penerimaan pajak hiburan maka akan
meningkatkan pula pendapatan hasil daerah yang dapat bermanfaat untuk
membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya melayani publik secara
optimal.
Mohd. Rangga Diza (2009) meneliti Kontribusi Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki
kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Helvianti (2009) meneliti Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan
Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintahan Kabupaten
Rokan Hilir – Riau. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa secara simultan
menunjukkan bahwa pajak reklame dan penerangan jalan secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Andhi Kurniawan Yulianto (2009) meneliti Analisis Kontribusi Pajak
Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus. Penelitian ini
menggambarkan bahwa Kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) selama periode analisis (2006-2008) mengalami peningkatan.
Ferry Budiman (2009) meneliti Analisis Kontribusi Pajak Hiburan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tegal. Hasil penelitian
kota Tegal mengalami peningkatan dari tahun 2006-2010, namun mengalami
penurunan pada tahun anggaran 2008-2009.
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2011: 33) menyatakan bahwa kerangka teoritis adalah
suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor –
faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka
konseptual pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Dalam
penelitian ini, variabel bebas/indepeden adalah Pajak Hiburan. Sedangkan
variabel terikat/dependen adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota
di provinsi Sumatera Utara. Kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Penerimaan yang diperoleh dari Pajak Hiburan merupakan salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga, naik turunnya penerimaan dari
sektor pajak hiburan akan memiliki kontribusi yang berbeda pula terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu pemerintahan daerah.
Pajak Hiburan (X)
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011: 41) menyatakan bahwa hipotesis penelitian adalah
proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris. Proporsi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, dapat disangkal, atau
diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara
mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang
akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual diatas,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Ada kontribusi yang signifikan antara penerimaan pajak hiburan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
H2 : Ada kontribusi yang tidak signifikan antara penerimaan pajak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan menggunakan jenis metode penelitian
asosiatif, yaitu penelitian yang menganalisis hubungan antara 2 variabel atau lebih
(Sugiyono, 2006 : 11).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengunjungi website Direktorat Jendral
Perimbangan Keuangan Republik Indonesia www.djpk.depkeu.go.id. Adapun
waktu penelitian ini adalah dimulai dari bulan Oktober sampai dengan selesai.
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini membahas tentang penerimaan Pajak Hiburan dan
kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di
provinsi Sumatera Utara.
3.4 Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap konstruk
atau variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan
peneliti untuk mengukur dan memanipulasinya. Variabel operasional dalam
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat memperngaruhi
perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif
maupun negatif bagi variabel dependen lainnya. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Penerimaan Pajak Hiburan. Pajak hiburan adalah pajak atas
penyelenggaraan hiburan.
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang utama yang diteliti oleh peneliti
dengan tujuan untuk memahami dan mendeskripsikan variabel dependen atau
menjelaskan variabilitisnya atau memprediksinya. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang
diperoleh dari sumber – sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh
pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain PAD yang sah.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2011: 80) menyatakan bahwa populasi adalah sekelompok
orang, kejadian, suatu yang mempunyai kareteristik tertentu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota yang terdapat di provinsi Sumatera
Utara dengan jumlah 33 Kabupaten/Kota.
Menurut Erlina (2011: 81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari
yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sampling
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kabupaten/Kota yang mempublikasikan Anggaran dan Realisasi
APBD-nya secara konsisten dari tahun 2008 – 2012.
2. Kabupaten/Kota yang tidak dimekarkan dan bukan pemekaran pada
kurun waktu 2008 – 2012.
Tabel 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
No Kabupaten dan Kota Kriteria
19 Kota Tebing Tinggi √ √ Sampel 10
20 Kota Padang Sidempuan √ √ Sampel 11
21 Kabupaten Pakpak Barat x √ -
22 Kabupaten Nias Selatan
x √ -
23 Kabupaten Humbang Hasuduntan x √ -
24 Kabupaten Sergai √ √ Sampel 12
25 Kabupaten Samosir √ √ Sampel 13
26 Kabupaten Batu Bara √ √ Sampel 14
27 Kabupaten Padang Lawas x √ -
28 Kabupaten Padang Lawas utara x √ -
29 Kabupaten Labuhan Batu Selatan x X -
30 Kabupaten Labuhan Batu Utara x X -
31 Kabupaten Nias Utara x X -
32 Kabupaten Nias Barat x X -
33 Kota Gunung Sitoli
x X -
Sumber: data diolah penulis 2013
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak
lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari website
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
www.djpk.depkeu.go.id
Dalam mengumpulkan data penelitian melakukan teknik dokumentasi
yaitu teknik pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini
yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Data yang diambil
berupa realisasi penerimaan pajak hiburan dan realisasi Pendapatan Asli Daerah
dari masing – masing Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara. Periode waktu
untuk variabel independen dan variabel dependen adalah periode 2008, 2009,
2010, 2011, dan 2012.
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik menggunakan software SPSS. Analisis data digunakan dengan
melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode
analisis regresi linier sederhana. Analisis linier sederhana adalah hubungan secara
linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis
ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah positif atau negatif dan utuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis yang berbunyi
Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai
berikut:
PADt = α + β1PHt-1 + ε
PADt = Realisasi Pendapatan Asli Daerah t
α = konstanta
PHt-1 = Penerimaan Pajak Hiburan t-1
β1 = Koefisien regresi yang menunjukkan perubahan
variabel dependen berdasarkan pada variabel
independen
ε = Error
3.9 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif dan teknik analisis statistik. Berikut langkah yang dilakukan
dalam analisis tersebut masing-masing akan dijelaskan di bawah ini.
3.9.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan
cara menentukan data, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan data
sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang dihadapi. Dalam penelitian
ini, dengan melihat gambaran dari data-data yang ada, maka akan diperoleh
informasi yang jelas mengenai penerimaan pajak hiburan dan kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
penerimaan pajak hiburan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun
persamaan regresi yang digunakan, yaitu:
Yi = α + bi Xi Keterangan:
Y1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
α = Konstanta
Xi = Penerimaan pajak hiburan
bi = Koefisien Regresi untuk variabel bebas
3.9.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian
terhadap variabel – variabel penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian
secara parsial menggunakan uji statistik t (t-test). Pengujian secara simultan
menggunakan uji signifikan simultan (f-test).
Tabel 3.2
Perbandingan Uji T dan Uji F
Hal yang dibandingkan Uji T Uji F
Penemu R.A. Fisher Neyman, Pearson
Signifikan thitung > ttabel fhitung > ftabel Tidak Sigifikan thitung < ttabel fhitung< ftabel
Sumber: Hasil pengolahan penulis, 2013
Namun, karena didalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel
bebas (variabel independen), maka penelitian ini hanya menggunakan uji variabel
secara parsial (t-test).
3.9.3.1 Uji Signifikan Parsial (T-test)
Uji parsial t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini
digunakan untuk menguji sebarapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis statistik yang
diajukan adalah:
H0: b1, b2, b3,b4 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
H1: b1, b2, b3,b4 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial
berpegaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah sebagai
berikut:
1. H1 diterima atau H0 ditolak apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai
probabilitas < sebesar 0,05.
2. H1 ditolak atau H0 diterima apabila thitung < ttabel, pada α = 5% dan nilai
probabilitas > sebesar 0,05.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 < R2 < 1). Nilai R2 yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksikan variabel – variabel dependen dan apabila
nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti variabel – variabel independen
hampir tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
Data Kabupaten/Kota yang ditetapkan sebagai sampel penelitian adalah
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Populasi pada penelitian
ini berjumlah 33 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota di
Provinsi Sumatera Utara. Diantara 33 Kabupaten/Kota tersebut yang memenuhi
kriteria menjadi sampel adalah 14 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 8 Kabupaten
dan 6 Kota. Populasi dan sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Data kualiatatif yang digunakan pada penelitian ini adalah Laporan
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara yakni tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Dari Laporan
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut yang menjadi objek
penelitian adalah pos penerimaan pajak hiburan. Sementara itu dari Laporan
Realisasi APBD yang menjadi objek penelitian adalah realisasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Data diperoleh dari situs Sistem Informasi Keuangan Daerah – Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan – Departemen Keuangan Republik Indonesia
yang diaskses melalui www.djpk.depkeu.go.id
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Dekriptif
Statistik deskrptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh selama 5 tahun, maka
diperoleh deskriptif statisktik data penelitian. Dari data deskriptif statistik data
penelitian diperoleh data hasil yang mencakup n (banyaknya data yang diperoleh),
rata – rata (mean), standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimun atas
variabel-variabel penelitian.
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PajakHiburan 70 .01 323.08 13.1931 48.86071
PAD 70 30.43 14162.29 846.7829 2131.65246
Valid N (listwise) 70
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui:
1. Jumlah sampel (N) sebanyak 70.
2. Penerimaan pajak hiburan terendah adalah 0,01 (dalam ratus juta rupiah),
penerimaan pajak hiburan tertinggi adalah 323,08 (dalam ratus juta rupiah)
dengan rata-rata 13,1931 (dalam ratus juta rupiah) serta standard deviasi
3. Pendapatan Asli Daerah terendah adalah 30,43 (dalam ratus juta rupiah),
Pendapatan Asli Daerah tertinggi adalah 14162,29 (dalam ratus juta
rupiah) dengan rata – rata 846,7829 (dalam ratus juta rupiah) serta standar
deviasi sebesar 2131,65246.
4.2.2 Uji Signifikan Parsial (T-test)
Uji parsial (T-test) dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen yaitu pajak hiburan terhadap variabel dependen yaitu Pendapatan Asli
Daerah (PAD) secara parsial (individu). Hipotesis:
1. Ho : d1 = 0; Ho : d2 = 0; Ho : d3 = 0
Artinya Penerimaan Pajak Hiburan secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Ha : d1≠ 0; Ho : d2≠ 0; Ho : d3≠ 0
Artinya Penerimaan Pajak Hiburan secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji – t adalah sebagai berikut:
1. Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima
Tabel 4.2
Uji Signifikan Parsial – t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 325.059 112.330 2.894 .005
PajakHiburan 39.545 2.234 .906 17.698 .000
a. Dependent Variable: PAD
Dari hasil pengujian akan dijelaskan pengaruh variabel independen
secara satu persatu (parsial) dengan membandingkan nilai signifikansi (t hitung)
yang terdapat pada tabel 4.2 uji statistik – t diperoleh informasi data sebagai
berikut:
Variabel Pajak Hiburan : t hitung = 13.378, ttabel = 1,995 dengan tingkat probabilitas
0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan thitung = 13.378 > ttabel = 1,995 dan p =
0.000 < α = 0,05. Maka secara parsial Pajak Hiburan berpengaruh terhadap PAD.
Dari uraian tersebut maka dengan demikian dapat disusun persamaan analisis
regresi sederhana sebagai berikut:
PAD = 325,06 + 39,54Pajak Hiburan + ε Model persamaan regresi sederhana tersebut bermakna:
1. Nilai konstanta sebesar 325,06 artinya apabila nilai variabel
independen (Pajak Hiburan) dianggap konstan PAD sebesar 325,05
2. Variabel Pajak Hiburan berpengaruh positif terhadap PAD dengan
nilai koefisien sebesar 39,54 artinya setiap penambahan 1 variabel
Pajak Hiburan akan menaikkan variabel PAD sebesar 39,54 (ratus
juta).
4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)
Uji statistik koefisien determinasi pada penelitian bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen.
Tabel 4.3 Koefisien Determinasi
Model Summary Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
d
a. Predictors: (Constant), PajakHiburan
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diperoleh nilai R Square sebesar 0.822 dan
nilai Adjusted R Square sebesar 0.819. Hal ini menunjukkan bahwa 0.822 atau
82,2% variasi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen Pajak Hiburan, sedangkan sisanya 7,8% dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan uji hipotesis yang dilakukan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Penerimaan pajak hiburan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD).
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Sampel penelitian ini hanya dibatasi pada Kabupaten/Kota yang
memiliki ketersediaan data, yaitu 14 Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku
untuk Kabupaten/Kota yang menjadi sampel penelitian, sehingga belum
dapat digeneralisasikan untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.
2. Variabel independen dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pajak
hiburan saja sementara banyak variabel lain yang berpengaruh dalam
pajak daerah lainnya, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah yang belum
diikutsertakan dalam penelitian ini.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang diperoleh dari penelitian ini,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah dapat melakukan upaya semaksimal mungkin untuk
mengoptimalisasi seluruh penerimaan pajak daerah khususnya pajak
hiburan agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota yang ada di
provinsi Sumatera Utara dapat mencapai target yang telah dianggarkan.
Upaya yang dapat dilaksanakan yaitu;
a. Intensifikasi, merupakan usaha yang dilakukan dengan cara
melakukan pemungutan dengan lebih giat dan teliti. Dalam hal ini
mencakup aspek pelaksanaan yang meliputi:
- Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat, seperti
kesadaran membayar pajak tepat waktu;
- Memperbaiki dan menyesuaikan perangkat yang terkait;
- Memperbaiki system administrasi maupun operasional yang
meliputi: Penyesuaian tarif, penyesuaian sistem pelaksanaan
pemungutan pajak, penyesuaian/penyempurnaan pemungutan;
- Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola meliputi:
b. Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk menggali sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak hiburan dengan
cara menambah objek-objek baru yang potensial.
2. Peneliti berikutnya sebaiknya menambah variabel atau faktor lain yang
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti komponen pajak
daerah lainnya, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
3. Bagi peneliti berikutnya di masa mendatang agar dapat memperluas atau
menambah sampel penelitian seperti dari luar provinsi Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Brotodiharjo, R, Santoso. 1991. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Pertama, Buku Pertama, Cetakan Pertama. Bandung: PT. Eresco.
Budiman, Ferry. 2011. Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tegal. Universitas Pancasakti Tegal.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Helvianti. 2009. Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir – Riau. Universitas Sumatera Utara.
Kurniawan, Andhi. 2009. Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus. Universitas Katolik Soegijapranata.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 No.2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Perda Kota Medan No.7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.
Perda Kabupaten Toba Samosir No.3 Tahun 2006 tentang Pajak Hiburan.
Perda Kota Sibolga No.7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.
Pramesti, Getut. 2008. Solusi Express SPSS 15.0. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.
Quadriah, Nurlaili. 2012. Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta Timur. Universitas Pamulang.
Siahaan, Marihot. 2000. Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Siahaan, Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soemitro, Rochmat. 1990. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Bandung: PT. Eresco.
Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang–Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPn BM).
Undang-Undang No.13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Perbandingan Jenis Pajak Daerah yang Dapat Dipungut Provinsi
dan Kabupaten/Kota
UU 18/1997 UU 34/2000 UU 28/2009
Pajak Daerah Tingkat I 1. PajakKendaraanBermotor 2. Bea faatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
4. Pajak Air Permukaan 5. PajakRokok
Pajak Daerah Tingkat II 1. Pajak Hotel danRestoran 2. PajakHiburan
3. PajakReklame
4. PajakPeneranganJalan 5. PajakPengambilandanPengol
ahanBahanGalianGolongan C
6. PajakPemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
PajakKabupaten/Kota 1. Pajak Hotel
2. PajakRestoran 3. PajakHiburan 4. PajakReklame
5. PajakPeneranganJalan 6. PajakPengambilandanPengol
ahanBahanGalianGolongan C
7. PajakParkir
PajakKabupaten/Kota 1. Pajak Hotel
2. PajakRestoran 3. PajakHiburan 4. PajakReklame
5. PajakPeneranganJalan 6. Pajak Mineral
BukanLogamdanBatuan 7. PajakParkir
8. Pajak Air Tanah
11. Bea PerolehanHakatas Tanah danBangunan
Sumber: UU 18/1997, UU 34/2000 dan UU 28/2009
Penerimaan Pajak Hiburan dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
(dalam ratusan juta rupiah)
No Kabupaten/Kota Tahun PajakHiburan PendapatanAsli Daerah (PAD)
1 Kab. Deli Serdang 2008 0.8 978.95
2009 2 1036.71
2010 5.79 1205.37
2011 3 3001.34
2012 4 3800.55
2 Kab. Tanah Karo 2008 5.57 282.39
2009 5.72 271.86
2010 0.48 265
2011 10.91 353.63
2012 12.67 412.43
3 Kab. LabuhanBatu 2008 0.44 397.35
2009 0.48 390.13
2010 0.1 320.7
2011 0.5 489.21
2012 1 500
4 Kab. Tapanuli Utara 2008 0.06 95.46
2009 0.07 126.16
2010 6 154.33
2011 0.07 135.28
2012 12 143.03
5 Kab. Toba Samosir 2008 0.06 105.27
2009 0.06 96.61
2010 14.35 119.89
2011 0.07 120.32
2012 7 189.13
6 Kota Medan 2008 89.22 3915.14
2009 91.72 3685.64
2010 3.5 5889.41
2011 233.09 8297.94
2012 323.08 14162.29
7 Kota PematangSianta 2008 2 230.12
2009 2 204.58
2010 0.11 259.11
2011 4 436.48
2011 0.21 221.46
2012 16 318.55
10 Kota TebingTinggi 2008 0.05 189.19
2009 0.15 173.39
2010 8.5 262.72
2011 21 279.91
11 Kota Padang Sidempuan 2008 0.8 96.54
2009 0.8 118.36
2010 0.01 146.02
2011 0.85 197.55
2012 1 231.59
12 Kab. SerdangBedagai 2008 0.6 216.04
2009 0.86 190.18
2010 1.5 264.18
2011 4 357.1
2012 4 409.69
13 Kab. Samosir 2008 0.006 93.11
2009 0.3 148.32
2010 0.77 118.13
2011 0.1 142.02
2012 1 174.6
14 Kab. Batu Bara 2008 0.14 30.43
2009 0.74 136.82
2010 0.22 180.35
2011 0.78 132.41
2012 0.82 165.58