• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia Dewasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia Dewasa"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI, PENGETAHUAN SERTA

TINDAKAN OLAHRAGA TERHADAP TINDAKAN

KONSUMSI PANGAN PELAKU

FITNESS

USIA DEWASA

FERNANDO TANDAYU

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia Dewasa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Fernando Tandayu

(4)

FERNANDO TANDAYU. Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia Dewasa. Dibimbing oleh MOHAMMAD DJEMDJEM DJAMALUDIN.

Olahraga fitness merupakan olahraga yang diduga berkaitan erat dengan konsumsi pangan pelakunya dalam rangka mewujudkan tujuan berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari karakteristik individu, motivasi, pengetahuan serta tindakan olahraga terhadap tindakan konsumsi pangan responden pelaku fitness khususnya konsumsi karbohidrat dan protein. Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang berolahraga di Fit For Two Fitness Center dengan contoh individu yang berusia minimal 17 tahun, telah berolahraga fitness minimal 2 bulan dan tidak menderita penyakit diabetes, asam urat, ginjal dan alergi protein yang diambil menggunakan metode pengambilan contoh penilaian sebanyak 110 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi, pengetahuan maupun tindakan olahraga tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi karbohidrat dan protein pada responden yang diteliti.

Kata Kunci: Fitness, Konsumsi Pangan, Motivasi, Pengetahuan, Olahraga

ABSTRACT

FERNANDO TANDAYU. The Effect of Motivation, Knowledge and Exercise Practice toward Adult Regular Exerciser’s Dietary Practices. Supervised by MOHAMMAD DJEMDJEM DJAMALUDIN.

Regular exercisers generally adopt different dietary practices from inactive people to chase their goal. This research was aimed to analyze the effect of individual characteristics, motivation, knowledge and exercise

practice toward participant’s dietary practices, focusing in carbohydrate and

protein consumption. Population in this research were anyone who exercising at Fit for Two Fitness Center with sample involved were persons whom aged 17 years old minimal, did exercise for 2 months long and did not perform any disease such as diabetics, high uric acid, kidney or kidney stone and protein alergy. Result showed that motivation, knowledge and exercise practice did not perform any strong effect toward carbohydrate and protein consumption among participant’s dietary consumption.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

FERNANDO TANDAYU

PENGARUH MOTIVASI, PENGETAHUAN SERTA

TINDAKAN OLAHRAGA TERHADAP TINDAKAN

KONSUMSI PANGAN PELAKU

FITNESS

USIA DEWASA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia Dewasa

Nama : Fernando Tandayu NIM : I24090041

Disetujui oleh

Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ketua Departemen

(8)

karunia dan penyertaan–Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Desember 2013 adalah perilaku konsumen dengan judul Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia Dewasa.

Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan pada:

1. Ibunda Juita Kumala serta Ayahanda Charles Tandayu yang tiada

hentinya terus menyemangati penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing serta mengarahkan penulis selama proses penyusunan karya ilmiah ini.

3. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama proses perkuliahan penulis di IPB.

4. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar yang telah membantu memperlancar jalannya seminar.

5. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si serta Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen penguji sidang skripsi yang telah memberikan saran bermanfaat untuk penyempuranaan karya ilmiah ini.

6. Bapak Arif Yanto Wijaya serta Bapak Nahrudin yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Fit For Two Fitness Center Bogor. 7. Reza Pratama yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian karya

ilmiah ini melalui ilmu dan nasehat seputar penyusunan skripsi.

8. Bagus Pramudito serta Diego Armando yang membantu penulis selama proses penelitian berlangsung.

9. Teman-teman seperjuangan Febrika Setiyawan, Ismail Fajri, Tri Rachmawati, Vivi Priliyanti, Riki Fauzi Somantri yang saling berbagi suka duka dan saling menguatkan selama proses penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, Juni 2014

(9)

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE PENELITIAN 6

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Teknik Pengambilan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 10

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Karakteristik responden 13

Motivasi 13

Pengetahuan 17

Tindakan olahraga 17

Konsumsi Pangan 19

Hubungan antar variabel 21

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karbohidrat indeks glikemik

tinggi 26

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi protein 27

Pembahasan 28

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 31

(10)

1 Jenis variabel yang dikumpulkan 8 2 Reliabilitas dan validitas instrumen penelitian 9

3 Sebaran karakteristik responden 14

4 Sebaran nilai motivasi dan uji beda rata-rata motivasi

olahraga responden 15

5 Sebaran nilai motivasi dan uji beda rata-rata motivasi

makan responden 16

6 Sebaran nilai pengetahuan responden 17

7 Sebaran tindakan olahraga responden 18

8 Nilai rata-rata, standar deviasi, nilai ekstrem serta uji beda konsumsi pangan responden per hari dalam gram 19 9 Rata-rata serta nilai uji beda konsumsi karbohidrat dan

protein responden 20

10 Koefisien korelasi karakteristik dengan konsumsi pangan 21 11 Koefisien korelasi motivasi olahraga dengan konsumsi

pangan 23

12 Koefisien korelasi motivasi makan dengan konsumsi

pangan 24

13 Koefisien korelasi pengetahuan dan tindakan olahraga

dengan konsumsi pangan 25

14 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi

karbohidrat indeks glikemik tinggi 27

15 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi protein 28

DAFTAR GAMBAR

16 Kerangka pemikiran tentang pengaruh motivasi, pengetahuan dan tindakan olahraga terhadap tindakan konsumsi pangan pelaku fitness usia dewasa 5

17 Kerangka pengambilan contoh 7

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Sumarwan (2011a), gaya hidup mencerminkan perilaku seseorang dalam menggunakan uang, memanfaatkan waktu dan bagaimana cara ia hidup. Suhardjo (1988) menyatakan bahwa keluarga atau rumah tangga tidak memiliki identitas dan nilai–nilai yang sama, sehingga akan mempunyai gaya hidup dan keunikan tersendiri. Namun, cara hidup yang berhubungan dengan kebiasaan makan dan perilaku kesehatan masih

terdapat kesamaan.” Ini berarti bahwa dapat diperoleh gambaran tentang

gaya hidup masyarakat yang berhubungan dengan kebiasaan makan dan perilaku kesehatan.

Olahraga fitness, merupakan olahraga yang diduga memiliki keterkaitan dengan gaya hidup seseorang. Hal ini terlihat dari fenomena para pelakunya yang mengkonsumsi berbagai jenis alternatif sumber karbohidrat selain nasi putih, seperti nasi merah, oatmeal, serealia, ubi madu, roti gandum, ubi manis. Hal ini diduga terkait dengan sifat karbohidrat tersebut yang memiliki indeks glikemik lebih rendah dari nasi putih. Karbohidrat tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku fitness untuk mencapai tujuan tubuh yang lebih sehat dan langsing.

Menurut Rimbawan dan Siagian (2004), pangan yang memiliki indeks glikemik rendah memberikan dua keunggulan khusus bagi orang yang ingin mengurangi berat tubuh yakni memberikan rasa kenyang dalam waktu yang cukup lama serta membantu membakar lebih banyak lemak tubuh namun massa otot yang berkurang lebih sedikit. Cara ini juga lebih mudah karena tidak perlu menahan rasa lapar dan yang dilepaskan benar–benar lemak tubuh.

Hasil penelitian Julianti (2002) dalam Sumarwan (2011a) menunjukkan bahwa 55 persen wanita menempatkan motivasi menurunkan berat badan sebagai prioritas utama dalam mengikuti olahraga di pusat kebugaran. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh pelaku fitness

berjenis kelamin wanita ingin menurunkan berat badan mereka, dan konsumsi pangan sumber karbohidrat yang memiliki indeks glikemik rendah merupakan bagian dari cara yang tepat untuk mewujudkannya dari sudut pandang ilmu gizi. Berangkat dari hal tersebut, muncullah suatu pertanyaan apakah pelaku fitness wanita akan mengurangi konsumsi nasi putih sebagai pangan pokok dan lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik lebih rendah untuk mewujudkan tujuan mereka.

(12)

piramida makanan sebesar 3 porsi per hari baik laki-laki maupun perempuan aktif.

Konsumsi daging grup BB mencapai 8.6 ± 4.0 porsi pada laki-laki dan 6.6 ± 5.1 porsi pada perempuan. Sementara pada kelompok non-BB, konsumsi makanan mereka tidak memenuhi panduan piramida makanan untuk seluruh grup, kecuali produk susu dan daging pada kelompok pria. Namun, distribusi konsumsi diantara grup makanan lebih baik dibandingkan dengan kelompok BB. Pelaku fitness non BB laki-laki mengkonsumsi daging sebanyak rata-rata 3.5 ± 3.4 porsi per hari sementara pelaku fitness

non BB perempuan mengkonsumsi 1.7 ± 1.3 porsi per hari.

Penelitian Oliver, Leon dan Hernandez (2010) di Sevilla terhadap 415 individu yang secara rutin berolahraga di pusat kebugaran menunjukkan bahwa sebesar 42.7 persen responden laki-laki menggunakan suplemen protein sementara hanya sekitar 3.2 persen perempuan yang menggunakan suplemen tersebut. Analisis regresi logistik yang dilakukan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan suplemen protein lebih umum di kalangan pelaku fitness pria (P=0.0001; OR= 151.845).

Menurut Almatsier (2001), asupan protein yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas karena pangan sumber protein biasanya juga tinggi lemak. Selain itu, kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein juga dapat menimbulkan dehidrasi, asidosis, diare, peningkatan amoniak darah, peningkatan pada ureum darah dan demam.

Perilaku-perilaku yang telah dipaparkan pada paragraf di atas menjadi suatu indikasi bahwa pelaku olahraga fitness termasuk kelompok yang rentan sehingga peneliti tertarik untuk meneliti perilaku konsumsi pangan pada pelaku olahraga fitness.

Perumusan Masalah

(13)

pendidikan olahraga atau kesehatan sehingga peserta berolahraga menggunakan alat–alat tanpa pengetahuan yang tepat. Hal ini dapat memicu timbulnya peredaran informasi yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Sebagai contoh informasi untuk mengkonsumsi protein sebanyak 2 gr/kg dalam rangka meningkatkan massa otot. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Vega dan Jackson (1996) bahwa kelompok binaragawan (BB) menekankan konsumsi daging sementara konsumsi grup pangan lainnya menjadi tidak seimbang.

Menurut Vega dan Jackson (1996), pelaku olahraga khususnya binaragawan gagal dalam menerapkan prinsip gizi dasar untuk mendapatkan diet yang seimbang. Perhatian terhadap berat badan dan tujuan tertentu seperti memaksimalkan massa otot sekaligus meminimalisasi kadar lemak tubuh menjadi faktor utama dalam pemilihan makanan mereka. Oleh karena itu, tindakan konsumsi para pelaku fitness ini merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan– permasahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1 Adakah perbedaan pada konsumsi pangan antara responden laki-laki dan perempuan pelaku fitness?

2 Bagaimana karakteristik individu responden dan pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden?

3 Apa motivasi olahraga dan pemilihan makanan responden serta pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden? 4 Bagaimana pengetahuan olahraga dan gizi responden dan

pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden? 5 Bagaimana tindakan olahraga responden dan pengaruhnya terhadap

tindakan konsumsi pangan responden?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan konsumsi pangan antara responden laki-laki dan perempuan serta pengaruh motivasi dan pengetahuan serta tindakan olahraga terhadap tindakan konsumsi pangan pada pelaku fitness usia dewasa

Tujuan Khusus

1 Menganalisis perbedaan konsumsi pangan antara responden laki-laki dan perempuan

2 Menganalisis karakteristik individu responden dan pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden

3 Menganalisis motivasi olahraga dan pemilihan pangan responden serta pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden

(14)

5 Menganalisis tindakan olahraga responden serta pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden

Manfaat Penelitian

1 Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu prasyarat dalam mendapatkan gelar sarjana sains Ilmu Keluarga dan Konsumen sekaligus memberikan manfaat sebagai sumber informasi bagi keprofesian penulis. 2 Bagi pengembangan keilmuan keluarga dan konsumen, penelitian ini

memberikan gambaran tentang tindakan konsumsi pangan pelaku fitness

usia dewasa sehingga dapat menjadi dasar acuan perlindungan konsumen yang terlibat dalam aktivitas fisik, khususnya olahraga fitness. 3 Bagi pelaku fitness, penelitian ini memberikan gambaran tentang

tindakan konsumsi contoh yang berolahraga fitness beserta analisis manfaat dan dampaknya sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan dalam memutuskan tindakan konsumsi yang akan dilaksanakan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal.

4 Bagi pemilik fitness center, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tindakan olahraga dan tindakan konsumsi anggotanya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Perilaku merupakan totalitas pemahaman dan aktivitas yang terjadi pada diri seseorang yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pengalaman, fasilitas dan sosiobudaya serta faktor internal seperti persepsi, pengetahuan, keyakinan, keinginan, motivasi, niat dan sikap. Benyamin Bloom mengklasifikasikan perilaku ke dalam 3 ranah yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia terhadap objek melalui indra yang dimilikinya sementara sikap merupakan suatu kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Tindakan merupakan gejala akhir yang tercermin dalam perilaku yang dapat diamati dengan indera.

Perilaku merupakan hasil akhir jalinan berbagai gejala kejiwaaan. Gejala kejiwaan tersebut adalah pengenalan (kognisi), perasaan (emosi) dan kehendak (konasi). Aspek kehendak merupakan suatu tenaga atau kekuatan yang mendorong seseorang untuk bertindak, sebagai respons terhadap stimulus. Motivasi, sebagai bagian dari aspek kehendak, memegang peranan penting dalam hal tindakan makan karena makan merupakan kebutuhan manusia dan adanya kebutuhan tersebut memicu dorongan/motivasi dengan tujuan memenuhi kebutuhan. Apabila seseorang pergi ke suatu pusat kebugaran untuk melakukan aktivitas olahraga secara berulang tentu memiliki tujuan yang akan diraihnya, sehingga motivasi menjadi salah satu aspek penting untuk diketahui.

(15)

seperti padi-padian, produk susu, daging, kacang serta air sementara konsumsi daging yang begitu tinggi pada kalangan binaragawan memiliki keterkaitan dengan tujuan memaksimalkan massa otot dan meminimalisasi kadar lemak. Hubungan masing-masing variabel dapat diamati pada gambar 1.

Karakteristik Responden - Jenis Kelamin - Usia

- Pendidikan - Pendapatan

- Indeks Massa Tubuh

Tindakan konsumsi

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan

Motivasi olahraga Motivasi pemilihan

makanan

Tindakan olahraga

(16)

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan menggunakan desain cross sectional study, yakni studi yang dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan. Penelitian dilakukan di daerah Bogor dengan pertimbangan efisiensi. Penelitian dilakukan secara purposive di Fit for Two Fitness Center di Bukit Cimanggu City Bogor dengan pertimbangan populasi memenuhi kriteria untuk dilakukan penelitian. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Desember 2013.

Teknik Pengambilan Contoh

Teknik pengambilan contoh menggunakan metode pengambilan contoh penilaian (judgemental sampling). Menurut Sumarwan et al. (2011b), metode pengambilan contoh penilaian merupakan metode yang mengharuskan responden memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Dalam penelitian ini kriteria tertentu yang harus dimiliki responden adalah minimal telah berolahraga fitness selama 2 bulan sehingga tidak semua anggota fitness center dapat dilibatkan.

Populasi penelitian ini adalah semua peserta fitness di Fit for Two Fitness Center Bukit Cimanggu City yang terdaftar sebagai anggota. Contoh penelitian adalah laki–laki maupun perempuan yang berusia minimal 17 tahun, telah melakukan olahraga fitness minimal selama 2 bulan dan tidak menderita penyakit yang mengharuskan pembatasan terhadap konsumsi suatu makanan. Pertimbangan pemilihan contoh berdasarkan usia adalah karena pada usia ini di Indonesia seseorang telah dianggap cukup dewasa untuk menentukan apa yang ingin dimakannya. Waktu minimal keterlibatan selama 2 bulan dalam olahraga fitness dijadikan salah satu syarat contoh diikutsertakan dalam penelitian karena aspek ini berkaitan dengan variabel yang akan diteliti yakni motivasi dan tindakan olahraga. Contoh dengan penyakit yang mengharuskan pembatasan terhadap makanan tidak diikutsertakan karena variabel penyakit tidak diteliti. Jumlah contoh penelitian sebanyak 110 orang, namun hanya 77 orang yang diikutsertakan dalam analisis karena terkait kelengkapan data. Kerangka pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(17)

dikembangkan dari Reasons for Exercise Inventory (Silberstein et al. 1988 dalam Fielder 2008).

Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh

Kuesioner tersebut membagi domain motivasi olahraga dalam 7 domain, namun dalam penelitian ini disederhanakan menjadi 3 domain mengikuti Strelan, Mehaffey dan Tiggemann (2003) dalam Prichard dan Tiggemann (2008). Data Tindakan olahraga diadaptasi dari Prichard dan Tiggemann (2008) meliputi frekuensi dan durasi olahraga yang digabungkan menjadi total waktu olahraga mengikuti Burgess, Grogan dan Burwitz (2006) serta penambahan item pertanyaan lama menekuni olahraga.

Pengunjung fitness center

Anggota Non-anggota

Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat 1. Berusia minimal 17 tahun 2. Telah menjalankan olahraga fitness minimal selama 2 bulan 3. Tidak menderita penyakit

tertentu yang membatasi konsumsi makanan

4. Bersedia ikut dalam penelitian

Kerangka sampling

(18)

data pengetahuan olahraga dikembangkan dari American Adult’s Knowledge

of Exercise Recommendations Morrow et al. (2004), data pengetahuan gizi dikembangkan dari ilmu gizi dasar. Data motivasi pemilihan makanan dikembangkan dari Food Choice Questionnaire (Steptoe, Pollard dan Wardle 1995). Tindakan konsumsi diukur menggunakan Food Frequency Questionnaire yang mengukur beberapa bahan pangan yang termasuk dalam golongan karbohidrat dan protein, terdiri atas 12 item untuk mengukur karbohidrat dan 10 item untuk mengukur protein. Data dikumpulkan secara tatap muka. Variabel yang dikumpulkan tersedia pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis variabel yang dikumpulkan

Variabel Data Kategori

Jenis Kelamin Nominal 1 : Laki – laki

Pekerjaan Nominal 1 : Mahasiswa

(19)

Variabel Data Kategori Pengetahuan gizi Ordinal 1 : Kurang (< 60)

2 : Sedang (60-80)

Frekuensi olahraga Rasio 1 : 1-2 kali per minggu 2 : 3-4 kali per minggu 3 : 5-7 kali per minggu Durasi olahraga Rasio 1 : 0-60 menit

2 : 61-120 menit 3 : >120 menit Total waktu olahraga Rasio 1: 0-300 menit

2: 301-600 menit 3: > 600 menit Konsumsi karbohidrat Rasio -

Konsumsi protein Rasio -

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah diukur reliabilitas dan validitasnya. Pengujian dilakukan di Muscledome Gym di daerah Bintaro Tangerang Selatan. Jumlah responden dalam pengujian instrumen adalah 31 orang. Reliabilitas dan validitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Reliabilitas dan validitas instrumen penelitian

Variabel Cronbach alpha Validitas

Motivasi olahraga 0.782 0.342-0.658

Motivasi makan 0.759 0.313-0.574

Pengetahuan kesehatan 0.716 0.345-0.690

(20)

Pengolahan dan Analisis Data

Data akan dikodekan, dimasukkan, dinilai dan dibersihkan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan analyzing menggunakan aplikasi statistik. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif yang dilakukan meliputi frekuensi distribusi, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata dan tabulasi silang. Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis karakteristik individu contoh meliputi jenis kelamin, umur, agama, lama pendidikan formal, suku, pendapatan serta status gizi; motivasi olahraga; motivasi makan; pengetahuan; tindakan olahraga serta tindakan konsumsi pangan individu.

Analisis inferensia yang dilakukan meliputi uji hubungan, dan uji beda dan regresi linier berganda. Uji hubungan digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel karakteristik individu, motivasi, pengetahuan serta tindakan olahraga dengan tindakan konsumsi pangan contoh, sementara uji beda rata-rata digunakan untuk menganalisis perbedaan antara contoh berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Uji beda rata-rata yang digunakan adalah independent sample T-test, uji hubungan yang digunakan adalah uji korelasi Pearson Product Moment (PPM) untuk variabel umur, lama pendidikan formal, pendapatan, indeks massa tubuh, motivasi, pengetahuan, lama berolahraga fitness, frekuensi olahraga, durasi olahraga dengan tindakan konsumsi sementara uji korelasi Spearman Rank

digunakan untuk menguji hubungan antara jenis kelamin dengan tindakan konsumsi. Uji pengaruh digunakan untuk melihat pengaruh jenis kelamin, umur, lama pendidikan formal, pendapatan, indeks massa tubuh, motivasi, pengetahuan serta total waktu berolahraga terhadap konsumsi karbohidrat dan protein contoh.

Pengategorian status gizi mengikuti Kurniasih et al. (2010) sementara pengategorian variabel motivasi menggunakan interval kelas (Slamet 1993 dalam Pratama 2013). Pengategorian pengetahuan menggunakan Khomsan (2000) sementara pengategorian variabel lainnya berdasarkan frekuensi sebaran terbanyak.

Contoh Variabel motivasi

Interval kelas yang dihasilkan:

1,00-1,75 = Sangat rendah 2,51-3,25 = Cukup tinggi

1,76-2,50 = Rendah 3,26-4,00 = Tinggi

Variabel pengetahuan

(21)

Uji regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari karakteristik individu, motivasi, pengetahuan serta tindakan olahraga terhadap tindakan konsumsi karbohidrat dan protein contoh. Model persamaan regresi (Faisal 2008) yang digunakan untuk penelitian ini adalah

Y=b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+c

X3 = lama pendidikan formal X4 = pendapatan

X5 = indeks massa tubuh X6 = motivasi

X7 = pengetahuan

X8 = total waktu olahraga (tindakan olahraga) N = jumlah populasi

Definisi Operasional

Dewasa: Kelompok yang berusia lebih atau sama dengan 17 tahun

Indeks glikemik: Tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar gula darah

Karbohidrat: Sumber energi yang berasal dari tumbuh – tumbuhan berupa serealia seperti padi, gandum, jagung maupun umbi – umbian

Karbohidrat berindeks glikemik rendah: Jenis karbohidrat dengan nilai indeks glikemik dibawah 55

Karbohidrat berindeks glikemik sedang: Jenis karbohidrat dengan nilai indeks glikemik antara 55 hingga 70

Karbohidrat berindeks glikemik tinggi: Jenis karbohidrat dengan nilai indeks glikemik melebihi 70

Motivasi makan untuk kesehatan: alasan memilih makanan dengan mempertimbangkan makanan yang bergizi, mengandung protein tinggi dan yang membuat tubuh tetap sehat sebagai aspek utama

Motivasi makan untuk peningkatan mood: alasan memilih makanan dengan mempertimbangkan makanan yang dapat menghibur dan membuat rileks sebagai aspek utama

(22)

tinggal atau tempat kerja serta tidak membutuhkan waktu lama dalam penyiapannya sebagai aspek utama

Motivasi makan berdasarkan daya tarik indra: alasan memilih makanan dengan mempertimbangkan makanan yang tampilannya baik, rasa serta tekstur yang enak sebagai aspek utama

Motivasi makan berdasarkan kealamiahan kandungan: alasan memilih makanan dengan mempertimbankan makanan yang tidak mengandung bahan-bahan kimiawi/buatan sebagai aspek utama

Motivasi makan berdasarkan harga: alasan memilih makanan dengan mempertimbangkan harga yang murah dan terjangkau sebagai aspek utama

Motivasi makan untuk kontrol berat badan: alasan memilih makanan dengan mempertimbangkan makanan yang membantu mengontrol berat berat badan sebagai aspek utama

Motivasi makan berdasarkan kebiasaan: alasan memilih makanan dengan mempertimbangkan makanan yang tidak asing/familiar serta makanan yang menyerupai makanan sewaktu kecil

Motivasi olahraga: Alasan mengapa seseorang datang ke Fitness Center dan berolahraga secara rutin, dibedakan menjadi 3 alasan besar yakni motivasi untuk penampilan, motivasi untuk kebugaran dan kesehatan serta motivasi untuk kesenangan

Motivasi olahraga untuk penampilan: motivasi olahraga untuk mengontrol berat badan, mendapatkan penampilan fisik dan mengencangkan otot

Motivasi olahraga untuk kebugaran dan kesehatan: motivasi olahraga untuk mendapatkan kesehatan dan kebugaran

Motivasi olahraga untuk kesenangan: motivasi olahraga untuk mendapatkan kesenangan dan peningkatan mood

Motivasi pemilihan makanan: Alasan yang melatarbelakangi makanan yang dikonsumsi seseorang, dibedakan menjadi 8 yakni motivasi untuk kesehatan, motivasi berdasarkan kealamiahan kandungan, motivasi untuk kontrol berat badan, motivasi berdasarkan harga, motivasi untuk mood, motivasi untuk kenyamanan, motivasi berdasarkan daya tarik indra serta motivasi berdasarkan kebiasaan

Olahraga Fitness: Olahraga yang dilakukan di fitness center atau pusat kebugaran, meliputi angkat beban, olahraga aerobik alat maupun aerobik kelas

Pangan: Semua bahan yang dapat dijadikan makanan bagi manusia

Pangan sumber karbohidrat: Pangan yang mengandung karbohidrat sebagai komponen utamanya

Pangan sumber protein: Pangan yang mengandung protein sebagai komponen utamanya

Pelaku fitness: Orang yang mengunjungi fitness center, terdaftar sebagai member dan telah berlatih rutin minimal selama 2 bulan

Pengetahuan kesehatan: Pengetahuan tentang rekomendasi olahraga untuk memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh

(23)

Protein: Bagian terbesar tubuh manusia setelah air dan mengandung unsur nitrogen

Tindakan konsumsi: Perilaku menghabiskan pangan meliputi jenis yang dikonsumsi serta jumlah rata-rata konsumsi

Tindakan olahraga: Lama terdaftar sebagai member di Fitness Center, frekuensi olahraga per minggu serta durasi olahraga dalam satu sesi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, agama, lama pendidikan formal, suku, pekerjaan, pendapatan serta status gizi.

Mayoritas responden yang berpartisipasi berada pada kategori dewasa awal (21-40 tahun), beragama Islam dan telah menempuh pendidikan di universitas. Mayoritas responden laki-laki berasal dari suku Jawa sementara mayoritas responden perempuan berasal dari suku Jawa atau Sunda. Ada sekitar 14.9 persen responden laki-laki dan 6.7 persen responden perempuan yang berasal dari suku campuran. Mayoritas responden memiliki pendapatan pada rentang 0 hingga 5 juta rupiah baik laki-laki maupun perempuan. Ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan mayoritas responden laki-laki yang bekerja sebagai mahasiswa dan responden perempuan sebagai ibu rumah tangga.

Sekitar dua dari lima (42.6%) responden laki-laki mengalami kelebihan berat badan sementara hanya sekitar satu dari sepuluh orang responden perempuan yang memiliki indeks massa tubuh pada kategori tersebut. Terdapat perbedaan yang nyata antara usia, lama pendidikan, pendapatan dan indeks massa tubuh responden laki-laki dengan perempuan. Responden perempuan yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki rata-rata usia yang lebih lama dari responden pria (37.20 tahun dengan 31.45 tahun). Rata-rata responden perempuan juga menempuh pendidikan sedikit lebih lama dari responden laki-laki (14.57 tahun dengan 14.47 tahun) namun rata-rata pendapatan responden laki-laki menunjukkan nilai yang jauh lebih tinggi dari pendapatan perempuan (12 juta berbanding 4.7 juta) yang disebabkan oleh mayoritas responden perempuan adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki pendapatan dalam konteks individu. Data mengenai karakteristik tersedia pada Tabel 3.

Motivasi

Motif atau motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti

(24)

Motivasi yang diukur dalam penelitian ini meliputi motivasi olahraga dan motivasi makan.

Tabel 3 Sebaran karakteristik responden

Karakteristik yang diteliti Laki-Laki Perempuan p

n % n %

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

Motivasi olahraga

(25)

kebugaran serta motivasi olahraga untuk kesenangan (Strelan, Mehaffey dan Tiggemann 2003 dalam Prichard dan Tiggemann 2008). Data mengenai motivasi olahraga dapat diamati pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran nilai motivasi dan uji beda rata-rata motivasi olahraga responden

Atribut Laki-Laki Perempuan

p

n % n %

Penampilan

0.54 Sangat rendah (7-12.25) 1 2.1 0 0.0

Rendah (12.26-17.50) 9 19.1 4 13.3

Cukup tinggi (17.51-22.75) 32 68.1 20 66.7

Tinggi (22.76-28.00) 5 10.6 6 20.0

Kesehatan dan kebugaran

0.23

Sangat rendah (3-5.25) 0 0.0 0 0.0

Rendah (5.26-7.50) 1 2.1 0 0.0

Cukup tinggi (7.51-9.75) 32 68.1 18 60.0

Tinggi (9.76-12.00) 14 29.8 12 40.0

Kesenangan

0.83

Sangat rendah (7-12.25) 1 2.1 0 0.0

Rendah (12.26-17.50) 9 19.1 7 23.3

Cukup tinggi (17.51-22.75) 32 68.1 21 70.0

Tinggi (22.76-28.00) 5 10.6 2 6.7

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

Mayoritas responden baik laki-laki maupun perempuan memiliki motivasi untuk penampilan, kesehatan dan kesenangan yang berimbang dan berada pada kategori cukup tinggi (Tabel 4). Ini berarti tidak ada satu dimensi yang sangat mendominasi alasan responden datang dan berolahraga

fitness. Hasil uji beda menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara motivasi olahraga responden laki-laki maupun perempuan baik motivasi untuk mendapatkan penampilan, kesehatan maupun kesenangan. Mayoritas responden menginginkan ketiga atribut itu secara bersamaan sebagai alasan berolahraga fitness.

Motivasi makan

(26)

Tabel 5 Sebaran nilai motivasi dan uji beda rata-rata motivasi makan responden

Atribut Laki-Laki Perempuan p

n % n %

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

(27)

menunjukkan tidak ada satupun atribut motivasi yang berbeda nyata antara responden laki-laki dengan perempuan. Ini berarti baik responden laki-laki maupun perempuan yang berolahraga fitness memiliki motivasi memilih makanan dengan mempertimbangkan makanan tersebut dapat memberikan kesehatan, membantu mengontrol berat badan serta berasal dari bahan-bahan alami namun harus tetap menarik untuk dikonsumsi.

Responden yang berolahraga fitness cenderung tidak menjadikan atribut mood, kenyamanan, harga maupun kebiasaan sebagai motivasi utama dalam memilih makanan.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo 2010).

Pengetahuan yang diukur dalam penelitian ini berupa pengetahuan kesehatan dan pengetahuan gizi. Menurut Pelto (1980) dalam Suhardjo (1989), pengetahuan kesehatan dan pengetahuan gizi merupakan bagian dari aspek yang membentuk perilaku konsumsi seseorang.

Tabel 6 Sebaran nilai pengetahuan responden

Atribut Laki-Laki Perempuan

p

n % n %

Kesehatan

0.75

Kurang (<60%) 17 36.2 11 36.7

Sedang (60%-80%) 9 19.1 7 23.3

Baik (>80%) 21 44.7 12 40.0

Gizi

0.44

Kurang (<60%) 35 74.5 23 76.7

Sedang (60%-80%) 10 21.3 5 16.7

Baik (>80%) 2 4.3 2 6.7

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

(28)

Tindakan olahraga

Variabel tindakan olahraga yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi lama menekuni olahraga fitness, frekuensi olahraga, durasi olahraga serta total waktu berolahraga.

Lebih dari separuh responden laki-laki yang berpartisipasi dalam penelitian ini baru menekuni olahraga fitness pada tahun pertama (2-12 bulan) sementara mayoritas responden perempuan (46.7%) telah menekuni fitness lebih dari 24 bulan (2 tahun).

Mayoritas responden baik laki-laki maupun perempuan berolahraga rata-rata 3 hingga 4 kali dalam seminggu selama kurun waktu 61 hingga 120 menit per sesi. Tiga dari lima orang responden laki-laki memiliki catatan total waktu olahraga dalam rentang 301 hingga 600 menit per minggu dengan rata-rata 375.32 menit per minggu atau setara dengan 6.26 jam per minggu. Data mengenai tindakan olahraga tersedia pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran tindakan olahraga responden

Atribut Laki-Laki Perempuan

p

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

(29)

menunjukkan perbedaan yang nyata pada tindakan olahraga responden laki-laki dengan perempuan.

Konsumsi Pangan

Konsumsi bahan pangan yang diteliti

Konsumsi pangan yang diteliti adalah beberapa golongan bahan pangan yang termasuk dalam golongan karbohidrat dan protein. Bahan pangan sumber karbohidrat yang diteliti adalah nasi putih, roti putih, mie, bihun, kwetiau, oatmeal instan, roti gandum, nasi merah, ubi, oatmeal quickcook, spaghetti dan makaroni sementara bahan pangan sumber protein yang diteliti adalah telur utuh, putih telur, ayam, daging sapi, ikan, tahu, tempe, susu sapi, susu kedelai, serta susu whey. Konsumsi pangan yang ditampilkan dalam tabel merupakan pangan yang dikonsumsi responden yang ditampilkan dalam bentuk rata-rata konsumsi per hari dalam kurun waktu sebulan terakhir (Tabel 8).

Tabel 8 Nilai rata-rata, standar deviasi, nilai ekstrem serta uji beda konsumsi pangan responden per hari dalam gram

Pangan Laki-laki Perempuan

p

(30)

Nasi putih merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi sementara oatmeal quickcook merupakan sumber karbohidrat yang paling sedikit dikonsumsi. Bahan pangan sumber protein yang paling banyak dikonsumsi adalah susu sapi baik pada responden laki-laki maupun perempuan. Bahan pangan sumber protein yang paling sedikit dikonsumsi pada responden laki-laki adalah susu kedelai sementara susu whey merupakan bahan pangan sumber protein yang paling sedikit dikonsumsi oleh responden perempuan (Tabel 8).

Hasil uji beda yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang nyata pada konsumsi nasi putih, putih telur, daging ayam serta susu whey antara responden laki-laki dengan responden perempuan.

Konsumsi karbohidrat dan protein responden

Karbohidrat indeks glikemik (IG) tinggi merupakan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi responden yang berasal dari bahan pangan meliputi nasi putih, roti putih, oatmeal instan serta roti gandum sementara karbohidrat indeks glikemik rendah dan sedang merupakan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi responden yang berasal dari bahan pangan meliputi mie, bihun, kwetiau, nasi merah, ubi, oatmeal quickcook, spaghetti dan makaroni. Konsumsi protein merupakan penjumlahan konsumsi protein yang berasal dari telur utuh, putih telur, ayam, daging sapi, ikan, tahu, tempe, susu sapi, susu kedelai dan susu whey. Data mengenai konsumsi karbohidrat dan protein dapat diamati pada Tabel 9.

Tabel 9 Rata-rata serta nilai uji beda konsumsi karbohidrat dan protein responden

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

(31)

Hubungan antar variabel

Hubungan antara variabel dijelaskan melalui statistik inferensia. Uji korelasi Pearson dan Spearman digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel.

Hubungan variabel karakteristik dengan konsumsi pangan

Jenis kelamin berhubungan positif dengan konsumsi nasi putih (r=.468; p=.000), putih telur (r=.417; p=.000), ayam (r=.428; p=.000) dan susu whey (r=.406; p=.000) namun berhubungan negatif dengan konsumsi bihun (r=-.226; p=.048) dan susu kedelai (r=-.284; p=.012).

Ini berarti bahwa responden laki-laki cenderung mengkonsumsi nasi putih, putih telur, ayam dan susu whey lebih banyak dari responden perempuan sementara responden perempuan cenderung mengkonsumsi bihun dan susu kedelai lebih banyak dalam rentang waktu satu bulan terakhir. Data mengenai hubungan antara karakteristik responden dengan konsumsi pangan tersedia pada Tabel 10.

Tabel 10 Koefisien korelasi karakteristik dengan konsumsi pangan

Pangan Jenis

(32)

Variabel usia berhubungan positif dengan konsumsi ikan (r=.296; p=.009), dan konsumsi oatmeal quickcook (r= .263; p=.021 ) namun berhubungan negatif dengan spaghetti .239; p=.036 ) dan susu sapi (r=-.237; p=.038). Ini berarti semakin tua responden kecenderungannya semakin baik pula penerimaannya terhadap konsumsi ikan dan konsumsi oatmeal quickcook, namun justru mengurangi konsumsi spaghetti dan susu sapi (Tabel 10).

Variabel lama pendidikan formal berhubungan positif dengan konsumsi ayam (r=.259; p=.023) namun memiliki hubungan negatif dengan konsumsi ubi (r=-.260; p=.022). Ini berarti semakin tinggi pendidikan responden semakin tinggi kecenderungannya untuk mengkonsumsi ayam namun justru menghindari konsumsi ubi.

Variabel pendapatan behubungan positif dengan ikan (r=.580; p=.000) dan tempe (r= .444; p=.000). Ini berarti semakin tinggi pendapatan responden cenderung semakin tinggi konsumsi ikan dan tempe dalam satu hari. Variabel Indeks Massa Tubuh (IMT) berhubungan positif dengan konsumsi tempe (r=.287; p=.011 ) dan negatif dengan konsumsi susu sapi (r=-.333 ; p=.003). Ini berarti semakin tinggi IMT responden, semakin tinggi kecenderungannya untuk mengurangi konsumsi susu sapi dan mengurangi konsumsi tempe.

Hubungan variabel motivasi olahraga dengan konsumsi pangan

Motivasi olahraga untuk penampilan berhubungan negatif dengan konsumsi ubi (r=-.258; p=.024) dan tahu (r=-.269; p=.018). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden mendapatkan bentuk tubuh yang ideal, semakin tinggi kecenderungannya untuk mengurangi konsumsi ubi dan tahu.

Motivasi olahraga untuk kebugaran dan kesehatan berhubungan negatif dengan konsumsi bihun (r=-.241; p=.035), ubi (r=-.262; p=.022) dan tempe (r=-.231; p=.043). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden untuk mendapatkan kebugaran dan kesehatan, semakin rendah kecenderungannya untuk mengkonsumsi bihun, ubi dan tempe. Motivasi olahraga untuk kesenangan memiliki hubungan positif dengan konsumsi makaroni (r=.285; p=.012) Data mengenai hubungan antara motivasi olahraga dengan konsumsi pangan dapat diamati pada Tabel 11.

Penelitian ini belum mampu membuktikan adanya hubungan nyata antara motivasi olahraga untuk mendapatkan tubuh yang bagus dengan konsumsi sumber protein yang tinggi sesuai dengan yang telah dihipotesiskan.

Hubungan antara variabel motivasi makan dengan konsumsi pangan

Motivasi makan untuk kesehatan berhubungan positif dengan susu sapi (r=.296; p=.009) dan konsumsi roti putih (r=.234; p=.041). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden makan untuk mendapatkan kesehatan, semakin tinggi juga kecenderungannya untuk mengkonsumsi susu sapi dan roti putih. Data mengenai hubungan antara motivasi makan dengan konsumsi pangan tersedia pada Tabel 12.

(33)

negatif dengan oatmeal instan (r=-.275; p=.015) dan roti gandum (r=-.275; p=.015). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden makan untuk menjaga mood semakin tinggi juga kecenderungannya untuk mengkonsumsi nasi putih dan mie serta mengurangi konsumsi oatmeal instan dan roti gandum.

Tabel 11 Koefisien korelasi motivasi olahraga dengan konsumsi pangan

Pangan Motivasi olahraga

penampilan kebugaran dan kesehatan kesenangan

Nasi putih -.111 .036 .143

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

Motivasi makan untuk kenyamanan berhubungan positif dengan daging sapi (r=.245; p=.032) namun memiliki hubungan yang negatif dengan konsumsi nasi merah (r=-.287; p=.011). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden untuk mendapatkan kenyamanan melalui makanan, semakin tinggi juga kecenderungannya untuk mengkonsumsi daging sapi, namun mengurangi konsumsi nasi merah (Tabel 12).

(34)

Motivasi makan berdasarkan kealamiahan kandungan memiliki hubungan positif dengan roti putih (r=.224; p=.050) namun memiliki hubungan negatif dengan konsumsi ayam (r=-.242; p=.034). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden untuk mengkonsumsi makanan yang alami, semakin tinggi kecenderungannya untuk mengkonsumsi roti putih dan mengurangi konsumi ayam.

Motivasi makan berdasarkan harga berhubungan positif dengan konsumsi makaroni (r=.294; p=.009). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden untuk menjadikan harga sebagai aspek penting dalam makanan, semakin tinggi kecenderungannya untuk mengkonsumsi makaroni.

Tabel 12 Koefisien korelasi motivasi makan dengan konsumsi pangan

Pangan Atribut motivasi makan

S M N D A H BB B

Ket: S=Kesehatan, M=Mood, N=Kenyamanan, D=Daya tarik indra, A=Kealamiahan kandungan, H=Harga, BB=Kontrol berat badan, B=Kebiasaan, * signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

(35)

p=.034). Ini berarti semakin tinggi motivasi makan responden untuk mengontrol berat badannya, semakin rendah konsumsi karbohidrat yang berasal dari nasi putih dan ubi (Tabel 12).

Motivasi makan berdasarkan kebiasaan berhubungan negatif dengan konsumsi ikan (r=-.295; p=.009). Ini berarti ada kaitannya antara konsumsi ikan yang rendah dengan tidak terbiasanya responden mengkonsumsi bahan pangan tersebut dari dulu.

Hubungan antara variabel pengetahuan dan tindakan olahraga dengan konsumsi pangan

Pengetahuan kesehatan berhubungan negatif sangat signifikan dengan konsumsi susu whey (r=-.298; p=.008) sementara pengetahuan gizi berhubungan positif signifikan dengan konsumsi bihun (r=.233; p=.041) dan konsumsi ikan (r=.224; p=.050) (Tabel 13).

Tabel 13 Koefisien korelasi pengetahuan dan tindakan olahraga dengan konsumsi pangan

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

Pangan Pengetahuan Tindakan olahraga

(36)

Berdasarkan Tabel 13, lama menekuni olahraga fitness berhubungan positif dengan konsumsi ikan (r=.588; p=.000). Tidak ditemukan hubungan antara variabel frekuensi dan durasi olahraga dengan konsumsi pangan. Ini berarti semakin lama responden menekuni olahraga fitness cenderung semakin tinggi pula konsumsi ikan responden.

Menurut Pelto (1980) dalam Suhardjo (1989), pengetahuan kesehatan dan pengetahuan gizi termasuk faktor yang mempengaruhi gaya hidup terkait perilaku konsumsi seseorang. Penelitian ini cukup sesuai dengan teori tersebut dengan satu bahan pangan yakni whey protein yang berhubungan nyata dengan pengetahuan kesehatan dan dua bahan pangan yakni bihun dan ikan yang berhubungan nyata dengan pengetahuan gizi.

Dalam penelitian Fielder tahun 2008, pengetahuan gizi dan kesehatan (variabel ini digabungkan dalam penelitian tersebut) berhubungan nyata dengan perilaku makan sehat (r=.21;p<.01). Hasil penelitian ini berlainan dengan penelitian tersebut seperti tidak adanya hubungan nyata antara pengetahuan baik pengetahuan kesehatan maupun gizi dengan konsumsi karbohidrat berindeks glikemik rendah seperti nasi merah atau ubi. Justru pengetahuan gizi berhubungan nyata positif dengan konsumsi bihun, yang walaupun berada pada kategori indeks glikemik sedang, ternyata kandungan karbohidratnya yang paling tinggi diantara bahan pangan lain yang diteliti.

Penelitian Fielder (2008) menyatakan bahwa aktivitas fisik seseorang berhubungan erat dengan perilaku makan sehat (r=.26;p<.01). Dalam penelitian ini tidak terdapat satupun hubungan nyata antara waktu total seseorang berolahraga dengan konsumsi pangan. Penelitian Sharma, Gernand dan Day (2008) menyatakan bahwa pengetahuan gizi merupakan prediktor signifikan untuk konsumsi padi-padian pada dewasa di daerah El Paso, Texas (odds ratio=6.42; 95% confidence interval:2.4,17.1). Dalam penelitian ini hanya bihun yang berhubungan nyata dengan pengetahuan gizi sementara bahan pangan dari padi-padian lainnya seperti nasi, roti, oatmeal tidak berhubungan nyata seperti yang dipaparkan dalam penelitian tersebut.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karbohidrat indeks glikemik tinggi

Karbohidrat indeks glikemik tinggi merupakan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi responden yang berasal dari konsumsi bahan pangan meliputi nasi putih, roti putih, oatmeal instan serta roti gandum.

Berdasarkan Tabel 14, jenis kelamin (B=97.545;p<0.01) dan indeks massa tubuh (B=-9.901;p<0.05) berpengaruh terhadap konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi. Ini berarti responden laki-laki mengkonsumsi karbohidrat golongan ini sebanyak 97.5 gram lebih banyak dari responden perempuan. Selain itu, setiap kenaikan indeks massa tubuh sebesar 1 poin akan menurunkan konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi sebesar 9.9 gram.

(37)

menunjukkan angka 0.190. Ini berarti model yang dipaparkan dalam Tabel 14 valid dan dapat menggambarkan konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi responden sebanyak 19 persen dan sisanya sebesar 81 persen digambarkan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Tabel 14 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi

Variabel bebas Koefisien tak terstandarisasi

Lama pendidikan formal -0.516 4.956 -0.012 0.917

Pendapatan 9.643E-7 0.000 0.193 0.132

Indeks massa tubuh (IMT) -9.901 3.719 -0.342 0.010*

Motivasi 1.901 1.349 0.170 0.163

Pengetahuan -0.411 0.708 -0.066 0.564

Tindakan olahraga (total waktu) -0.050 0.050 -0.115 0.318

F 3.234** 0.004

R2 0.276

adjusted R2 0.190

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

Model regresi linear konsumsi karbohidrat indeks glikemik rendah tidak ditampilkan karena nilai signifikansi konstanta Friedman tidak menunjukkan nilai yang siginifikan (p=0.724) sehingga model tersebut tidak valid.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi protein

Konsumsi protein merupakan penjumlahan dari konsumsi beberapa bahan pangan sumber protein yang diukur dalam penelitian ini meliputi telur utuh, putih telur, ayam, daging sapi, ikan, tahu, tempe, susu sapi, susu kedelai serta susu whey.

Berdasarkan Tabel 15, variabel jenis kelamin berpengaruh terhadap konsumsi protein responden (B=38.332; p<0.01). Ini berarti responden laki-laki mengkonsumsi protein sebanyak 38 gram lebih banyak dari responden perempuan. Variabel motivasi, pengetahuan maupun tindakan olahraga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi protein responden.

(38)

10.8 persen dan sisanya sebesar 80.2 persen digambarkan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Tabel 15 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi protein

Variabel bebas Koefisien tak terstandarisasi

Lama pendidikan formal 3.514 2.844 0.144 0.221

Pendapatan 4.246E-7 0.000 0.155 0.246

Indeks massa tubuh (IMT) -1.719 2.134 -0.108 0.423

Motivasi -0.637 0.774 -0.104 0.414

Pengetahuan -0.403 0.407 -0.118 0.325

Tindakan olahraga (total waktu) -0.003 0.029 -0.013 0.912

F 2.154* 0.042

R2 0.202

adjusted R2 0.108

* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01

Pembahasan

Konsumsi susu whey pada responden laki-laki menjadi penanda adanya indikasi usaha meningkatkan konsumsi protein. Hal ini disebabkan karena konsentrasi protein dalam susu whey lebih tinggi dibandingkan susu sapi yang tersedia secara umum di pasar. Selain itu, harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan susu sapi menunjukkan bahwa responden memiliki suatu kebutuhan yang ingin diraih yang selanjutnya menimbulkan motivasi untuk mengkonsumsi bahan pangan tersebut.

Penelitian Oliver, Leon dan Hernandez (2010) menyatakan bahwa konsumsi suplemen protein bubuk lebih umum digunakan oleh laki-laki. Penelitian ini sesuai dengan penelitian tersebut dimana tak satupun responden perempuan yang melaporkan mengkonsumsi susu whey. Konsumsi protein, termasuk susu whey dihipotesiskan sebagai penanda adanya motivasi untuk mendapatkan penampilan. Namun, dalam penelitian ini tidak ditemukan bukti yang cukup kuat antara dimensi motivasi olahraga maupun dimensi motivasi makan dengan bahan pangan tersebut.

Di sisi lain, pengetahuan kesehatan menunjukkan hubungan yang negatif dengan konsumsi whey. Mayoritas responden memiliki nilai pengetahuan kesehatan yang terkategori baik, sehingga rataan konsumsi susu whey pada responden laki-laki cenderung sedikit.

(39)

rendah konsumsi ikan responden. Di sisi lain, semakin bertambahnya usia responden, semakin turun motivasi makan berdasarkan daya tarik indra sehingga konsumsi ikan akan meningkat.

Konsumsi oatmeal quickcook yang meningkat seiring peningkatan usia dapat dijelaskan oleh motivasi makan untuk meningkatkan mood. Semakin responden termotivasi memilih makanan untuk meningkatkan moodnya, semakin rendah kecenderungannya untuk mengkonsumsi oatmeal

quickcook. Di sisi lain, semakin bertambah umur responden, semakin rendah motivasi responden untuk memilih makanan untuk meningkatkan mood sehingga konsumsi oatmeal quickcook meningkat.

Indeks massa tubuh (IMT) responden berhubungan positif dengan konsumsi tempe dan negatif dengan konsumsi susu sapi. Kaitan antara IMT responden dengan konsumsi tempe dapat dijelaskan melalui dimensi motivasi olahraga untuk kesehatan. Semakin tinggi motivasi olahraga responden untuk mendapatkan kesehatan dan kebugaran, semakin rendah konsumsi tempenya. Di sisi lain, semakin bertambahnya IMT responden akan menurunkan motivasi berolahraga untuk kesehatan responden, yang berdampak pada meningkatnya konsumsi tempe.

Sementara itu, tidak ada satu dimensi baik motivasi olahraga, motivasi makan, pengetahuan maupun tindakan olahraga yang dapat menjelaskan hubungan antara IMT dengan konsumsi susu sapi. Ini mungkin memiliki keterkaitan dengan variabel lain diluar variabel lain yang diteliti.

Motivasi olahraga menunjukkan hubungan yang nyata dengan beberapa domain motivasi makan, seperti motivasi olahraga untuk penampilan dengan motivasi makan untuk mengontrol berat badan, motivasi olahraga untuk kebugaran dan kesehatan dengan motivasi makan untuk kesehatan serta motivasi olahraga untuk kesenangan dengan motivasi makan berdasarkan harga. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fielder tahun 2008 yang menunjukkan bahwa hampir seluruh dimensi motivasi olahraga berhubungan nyata dengan motivasi makan.

Tren yang ditunjukkan dalam penelitian ini terkait dengan konsumsi karbohidrat adalah, semakin tinggi motivasi olahraga untuk penampilan responden, semakin tinggi motivasi makan untuk mengontrol berat badan responden. Semakin tinggi motivasi makan untuk mengontrol berat badan, semakin tinggi kecenderungan responden untuk mengurangi konsumsi ubi maupun nasi putih. Nasi putih dianggap sebagai bahan pangan yang menghambat proses penurunan berat badan terkait nilai indeks glikemiknya (IG) yang paling tinggi diantara bahan pangan lain yang diteliti (IG=89). Walaupun begitu, nasi putih tetap merupakan bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi, bahkan pada kalangan pelaku fitness. Ini menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi pada nasi putih sebagai sumber karbohidrat.

(40)

berbanding 32.5 g/100g sehingga sebetulnya sangat cocok dijadikan salah satu sumber karbohidrat untuk membantu penurunan berat badan.

Semakin tinggi motivasi responden berolahraga agar mendapatkan kesehatan dan kebugaran, semakin tinggi motivasi makan responden untuk makan makanan yang sehat. Ini diikuti dengan semakin tingginya konsumsi roti putih. Padahal, roti putih tidak memiliki kaitan langsung untuk meningkatkan kesehatan karena kandungan indeks glikemiknya yang tinggi (IG=71).

Motivasi olahraga untuk bersenang-senang berhubungan nyata dengan motivasi makan berdasarkan harga sementara motivasi makan berdasarkan harga berhubungan nyata dengan konsumsi makaroni. Ini berarti responden dengan keinginan yang tinggi untuk bersenang-senang melalui olahraga akan mementingkan harga murah pada makanan sebagai faktor utama dalam memilih makanan dan dalam tindakannya dan cenderung memilih karbohidrat yang berasal dari makaroni. Makaroni dianggap sebagai salah satu sumber karbohidrat yang murah menurut responden.

Dalam kaitannya dengan konsumsi sumber-sumber protein, tidak ditemukan hubungan yang erat antara motivasi makan untuk mengontrol berat badan dengan konsumsi bahan pangan sumber gizi tersebut. Responden dengan nilai motivasi olahraga untuk kebugaran dan kesehatan yang tinggi cenderung untuk menghindari konsumsi sumber protein yang berasal dari tempe. Ini dapat disebabkan karena semakin tinggi nilai motivasi olahraga untuk memperoleh kesehatan akan meningkatkan nilai motivasi makan berdasarkan daya tarik indra. Di sisi lain, motivasi makan berdasarkan daya tarik indra menyebabkan penurunan konsumsi tempe. Ini berarti responden dengan motivasi tinggi ingin mendapatkan tubuh yang sehat melalui olahraga, tetap mementingkan makanan yang menarik dan tempe dianggap sebagai bahan pangan sumber protein yang kurang menarik secara inderawi.

Pengetahuan gizi berhubungan positif dengan konsumsi bihun dan ikan. Perlu diluruskan bahwa bihun bukan sumber karbohidrat yang tepat untuk proses menurunkan berat badan karena walau indeks glikemiknya tergolong sedang (IG=58) namun kandungan karbohidratnya yang tinggi yakni sebesar 82.1 gram per 100 gram pangan merupakan bahan pangan dengan kandungan karbohidrat tertinggi diantara bahan pangan sumber karbohidrat lainnya yang diteliti. Alternatif yang tepat adalah mie (IG=52; karbohidrat=14 g/100g pangan) atau spaghetti (IG= 46;karbohidrat= 22.6 g/100 g pangan).

(41)

mempedulikan daya tarik indra sebagai faktor utama dalam memilih makanan. Dampaknya, konsumsi ikan responden meningkat.

Konsumsi protein pada laki-laki tidak menunjukkan rataan yang menyimpang, walau terdapat perbedaan nyata pada konsumsi protein antara laki dengan perempuan. Rataan konsumsi protein pada responden laki-laki sebesar 0.81 g/kg bb/hari. Menurut FAO/WHO/UNU (1985) dalam Almatsier (2001), angka kecukupan protein bagi responden usia 18 hingga 60 tahun adalah 0.75 g/kg bb/hari sementara batas maksimum protein yang disarankan adalah 2 kali Angka Kecukupan Gizi. Ini berarti konsumsi protein pada laki-laki berada pada kategori normal.

Di sisi lain rasio konsumsi protein perempuan dengan nilai 0.39 g/kg/hari jauh di bawah angka kecukupan protein yang dianjurkan sehingga disarankan untuk responden perempuan meningkatkan konsumsi protein harian.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nilai motivasi responden baik motivasi olahraga maupun motivasi makan terkategori cukup tinggi. Responden memiliki rataan pengetahuan kesehatan yang tergolong sedang sementara pengetahuan gizi responden tergolong rendah. Responden telah menempuh olahraga fitness rata-rata selama dua tahun enam bulan serta memiliki rata-rata total waktu seperempat hari per minggu. Terdapat perbedaan nyata antara konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi dan protein antara responden laki-laki dengan perempuan namun tidak ditemukan perbedaan nyata pada konsumsi karbohidrat berindeks glikemik sedang dan rendah.

Dalam ruang lingkup penelitian ini model regresi yang telah dipaparkan dalam kerangka pemikiran dapat menggambarkan konsumsi karbohidrat berindeks glikemik tinggi responden sebanyak 19% dan konsumsi protein sebesar 10.8% namun tidak dapat menggambarkan konsumsi karbohidrat indeks glikemik rendah dan sedang. Variabel motivasi, pengetahuan maupun tindakan olahraga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi karbohidrat maupun protein responden.

Saran

Penelitian selanjutnya diharap berfokus pada subjek berjenis kelamin pria untuk mencapai kesimpulan umum apakah pelaku fitness pria akan melakukan penyimpangan konsumsi protein atau tidak serta penelitian di bagian suplemen olahraga termasuk steroid.

DAFTAR PUSTAKA

(42)

Faisal S. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Dasar-Dasar dan Aplikasi. Jakarta (ID): Rajawali Pers.

Fielder CR. 2008. Knowledge, motivations and behaviors regarding eating a healthy diet and physical activity in relation to self-esteem in college students [tesis]. Texas (US): Texas State University. [diunduh 13 Juli 2013]. Tersedia pada:

https://digital.library.txstate.edu/bitstream/handle/10877/3213/fulltext pdf.

Gibson RS. c1990. Principles of Nutritional Assessment. New York (US): Oxford University Press.

Giriwijoyo HYSS, Sidik DZ. 2012. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Kamsyach A, editor. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. Hlm 5 – 45. [HU] Harvard University. C2000 – 2013. Glycemic index and glycemic load

for 100 + foods. [internet]. [diunduh 18 April 2013]. Tersedia pada Jakarta (ID): Penerbitan Sarana Bobo.

Mahmud MK, Hermana, Zulfianto NA, Apriyantono RR, Ngadiarti I, Hartati B, Bernadus, Tinexcelly. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Mahmud MK, Zulfianto NA, editor. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.

Morrow JR, Malone JAK, Jackson AW, Bungum TJ, FitzGerald SJ. 2004.

American Adult’s Knowledge of Exercise Recommendations [Internet]. [diunduh 27 Juli 2013]. Rsrch Qrtrly Exrcs Sprt. 75(3): 231-237. Tersedia pada:

http://courses.unt.edu/ajackson/AJ%20Articles/Morrow%20&%20Ma lone%20-%20RQES.pdf.

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Oliver AS, Leon MTM, Hernandez EG. 2011. Prevalence of protein

supplement use at gyms. Nutr Hosp. 26(5) : 1168-1174. doi: 10.3305/nh.2011.26,5.5110.

Pratama R. 2013. Pengaruh Kepribadian Merek dan Kepuasan terhadap Loyalitas Konsumen Ponsel Pintar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prichard I, Tiggemann M. 2008. Relations among exercise type, self-objectification and body image in the fitness centre environment: The role of reasons for exercise. Psych Sprt Exrcs. 9: 855-866. doi: 10.1016/j.psychsport.2007.10.005.

(43)

Santoso D. 2008. Rahasia Diet: The Concept, The Diet, The Workout. Jakarta (ID): Libri.

Sharma SV, Gernand AD, Day RS. 2008. Nutrition knowledge predicts eating behavior of all food groups except fruits and vegetables among adults in the Paso del Norte Region: que sabrosa vida. J Nutr Educ Behav. 40: 361-368. doi: 10.1016/j.jneb.2008.01.004.

Steptoe A, Pollard T, Wardle J. c1995. Development of a measure of the motives underlying the selection of food: the food choice questionnaire [internet]. [diunduh Juli 2013]. Appetite. 25:267-284. Tersedia pada

http://www.psychwiki.com/dms/other/labgroup/Measufsdfsdbger345r esWeek1/Lindsay/steptoe1995.pdf.

Suhardjo.1988. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): IPB. Hlm 116 - 117.

Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Ed ke – 2. Hlm 45, 91. Sumarwan U, Jauzi A, Mulyana A, Karno BN, Mawardi PK, Nugroho W.

2011. Riset Pemasaran dan Konsumen. Panduan Riset dan Kajian: Kepuasan, Perilaku Pembelian, Gaya Hidup, Loyalitas dan Persepsi Risiko. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.

The University of Sydney. c2011. GI database [diunduh 16 Mei 2014]. Tersedia pada http://www.glycemicindex.com/foodSearch.php.

[USDA] United States Department of Agriculture. 2014. Food and nutrition information center. [diunduh 04 Februari 2014]. Tersedia pada http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/4216?fg=&man=&lfacet=&fo rmat=&count=&max=25&offset=&sort=&qlookup=whey+protein. Vega F, Jackson RT. 1996. Dietary habits of bodybuilders and other regular

exercisers. [internet]. [diunduh 27 Juli 2013]. Nutr Rsrch. 16:3-10. Tersedia pada

(44)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga

terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia

Dewasa

Skrining

1. Apakah Saudara terdaftar sebagai member/anggota pusat kebugaran ini?

a. Ya (Lanjut) b. Tidak (Berhenti) 2. Berapakah Usia Saudara sekarang?

a. < 20 tahun (Berhenti)

b. ≥ 0 tahun Lanjut

3. Apakah Saudara mengalami salah satu penyakit yang mengharuskan pembatasan terhadap konsumsi suatu makanan seperti di bawah ini? a. Diabetes (Berhenti)

b. Asam urat (Berhenti)

c. Gangguan ginjal/ batu ginjal (Berhenti) d. Alergi Protein (Berhenti)

e. Tidak (Lanjut)

4. Sudah berapa lama Saudara aktif berolahraga di fitness center ? a. < 3 bulan (Berhenti) b. ≥ 3 bulan Lanjut

Data Individual Responden

Saya Fernando Tandayu (NIM. I24090041) dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut Pertanian Bogor sedang melaksanakan

penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta

Tindakan Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia

(45)

Nama:... Jenis Kelamin:

a. Laki-laki b. Perempuan Umur:... tahun Agama:

a. Islam c. Kristen Katolik e. Buddha b. Kristen Protestan d. Hindu f. Konghucu g. Lainnya, sebutkan...

Lama Pendidikan formal:... tahun Suku:...

Pekerjaan:

a. Pegawai Swasta c. Tentara/Polisi e. Mahasiswa g. Ibu rumah tangga b. PNS d. Wiraswasta f. Atlet h. Lainnya, sebutkan ...

(46)

A1

Tindakan Olahraga

Instruksi: Berikan satu jawaban pada setiap pertanyaan yang menggambarkan olahraga Saudara di fitness center. Tolong pastikan setiap soal terisi dengan lengkap.

1. Sudah berapa lama Saudara menekuni olahraga fitness? ...

2. Berapa kali rata-rata Saudara berolahraga di fitness center ini dalam kurun waktu seminggu?

a. 1 kali c. 3 kali e. Lainnya, sebutkan... b. 2 kali d. 4 kali

(47)
(48)

B1

Motivasi Olahraga

Instruksi: Di bawah ini ada pernyataan tentang motivasi berolahraga di Fitness Center. Berikan 1 (satu) jawaban untuk setiap nomor pernyataan dengan tanda centang (V). Soal ini bukan terkait benar atau tidaknya alasan Saudara, pilihlah jawaban yang menggambarkan keadaan sebenarnya alasan Saudara pergi berolahraga bukan pandangan yang seharusnya. Tolong pastikan setiap soal terisi dengan lengkap.

No Pernyataan Sangat

tidak agar tubuh saya langsing

2 Dapat bersosialisasi dengan teman-teman di gym merupakan motivasi saya pergi berolahraga

3 Saya pergi berolahraga tidak dengan motivasi untuk meningkatkan kekencangan otot saya

4 Saya berolahraga dengan motivasi untuk mengatasi kesedihan, depresi 5 Saya ingin terlihat menarik bagi

member lain yang berjenis kelamin berbeda, oleh karena itu saya termotivasi pergi berolahraga 6 Saya pergi berolahraga tidak

dengan motivasi untuk meningkatkan mood

7 Saya berolahraga tidak dengan motivasi untuk bersenang-senang 8 Meningkatkan kesehatan saya

secara keseluruhan menjadi motivasi saya berolahraga

9 Saya pergi berolahraga bukan dengan motivasi ingin meningkatkan level energi saya 10 Saya termotivasi berolahraga

karena ingin mendistribusikan berat badan secara merata pada tubuh saya

11 Saya ingin meningkatkan penampilan saya, oleh karena itu saya termotivasi berolahraga 12 Menurunkan berat badan bukanlah

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran tentang pengaruh motivasi, pengetahuan dan
Gambar 2  Kerangka pengambilan contoh
Tabel 1  Jenis variabel yang dikumpulkan
Tabel 1 Jenis variabel yang dikumpulkan (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut mengakibatkan fraksi etil asetat memiliki kemampuan antijamur paling baik dengan membentuk zona bening yang paling besar dibandingkan fraksi metanol dan

Mahasiswa dapat: memahami tentang biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan/investor , menghitung biaya modal dari sumber dana yang ada, memahami metode

ABC, yang banyak membuka lowongan pekerjaan untuk berbagai jabatan yang dibutuhkan mengalami kesulitan dalam melakukan seleksi administrasi pelamar kerja dikarenakan

Brittant Rhoades Cooper (2014:1254) menyebutkan tahapan perkembangan prereading misalkan pemahaman cetak, pengenalan huruf, awal dan akhir suara, menciptakan

Kode: 2415.009 Pembangun an SPAM di Kawasan Khusus Pembangun an SPAM di Kawasan Kumuh L/d Pembangunan SPAM baru dalam rangka penanganan kawasan kumuh • Pembangunan

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menulis hasilnya dalam tesis yang berjudul

Himpunan fuzzy memberikan nilai keanggotaan antara 0 dan 1 yang menggambarkan secara lebih alami sebuah kumpulan anggota dengan himpunan, Sebagai contoh, jika seorang berumur

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan perhitungan density height yang melibatkan data rata-rata suhu dan tekanan udara bulanan yang terdapat dalam F-Klim 71 Stasiun Meteorologi