• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH

DI GUNUNG PAPANDAYAN BAGIAN TIMUR,

GARUT, JAWA BARAT

IDEALISA MASYRAFINA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

IDEALISA MASYRAFINA. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat. Dibimbing oleh IWAN HILWAN.

Gunung Papandayan memiliki potensi berbagai jenis fauna dan flora yang telah menyatu dalam lingkungan alamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji komposisi jenis, keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan bawah yang terdapat di Gunung Papandayan bagian timur. Total jenis tumbuhan bawah yang ditemukan sebanyak 101 jenis dari 34 famili. Tingkat keanekaragaman tumbuhan bawah pada lima lokasi penelitian bervariasi dengan nilai H’ tertinggi dimiliki oleh blok Supabeureum, yaitu 3.36, sementara Tegal Mariuk memiliki nilai H’ terkecil, yaitu sebesar 2.40. Dominansi vegetasi di lokasi penelitian tergolong rendah mengindikasikan bahwa jenis tumbuhan bawah pada lima lokasi penelitian menyebar pada banyak jenis. Komunitas vegetasi tumbuhan bawah di kelima lokasi berbeda dengan nilai IS < 75%. Tumbuhan bawah yang ditemukan di Gunung Papandayan berpotensi sebagai bahan pangan, tumbuhan obat, tanaman hias, dan pakan ternak.

Kata kunci: analisis vegetasi, Gunung Papandayan, keanekaragaman, tumbuhan bawah

ABSTRACT

IDEALISA MASYRAFINA. The diversity of undergrowth species in the Eastern part of Gunung Papandayan, Garut, West Java. Supervised by IWAN HILWAN.

Gunung Papandayan has the potential of various types of fauna and flora that has become the unity in its natural environment. The objectives of this research was to determine the composition, diversity and potential of undergrowth that are found in the eastern part of Gunung Papandayan. The total of undergrowth species on Gunung Papandayan approximately 101 species of 34 families. The level of undergrowth diversity on five sites varies with a value of highest H’ at Supabeureum (3.36), while Tegal Mariuk has the smallest value of H’ (2.40). The low level of vegetation dominance indicated that undergrowth in five sites spread on a lot of species. Undergrowth vegetation communities in five sites are differs with IS score was < 75 %. Undergrowth species which are found on Gunung Papandayan has potential as food, medicinal plants, ornamental plants, and livestock feed.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DI

GUNUNG PAPANDAYAN BAGIAN TIMUR,

GARUT, JAWA BARAT

IDEALISA MASYRAFINA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat.

Nama : Idealisa Masyrafina NIM : E44090027

Disetujui oleh

Dr Ir Iwan Hilwan, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia­Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Mei 2013 ini ialah tumbuhan bawah, dengan judul Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iwan Hilwan, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan, saran dan seluruh bantuannya dalam penyelesaian skripsi. Terima kasih kepada Bapak Dadan Mulyana, S.Hut, M.Si yang telah banyak memberi saran pada saat pengambilan data di lapangan, serta staff Tata Usaha Departemen Silvikultur yang telah banyak membantu dalam hal administratif bidang pendidikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga di Papandayan: Mang Ipin, A Pian, A Arman, A Ejang, Ibu Dewi dan warga sekitar kawasan CA/TWA Gunung Papandayan lainnya yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan. Terima kasih kepada mama, ayah, adik­adikku Ainun Asri Iradati dan Hilmi Atthar, atas dukungan doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman­teman Kementerian Kebijakan Nasional BEM KM IPB 2013, teman­teman BEM KM IPB 2013, teman satu angkatan di Silvikultur 46, Sindi dan Sausan atas momen­ momen menyenangkan di Papandayan, teman­teman kost Wisma Viltra, serta sahabat penulis Fikria Ulfa Wardani dan Annisa Rizkia Syaputri atas semangat dan bantuan yang diberikan dalam penyusunan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak pengelola Resort CA/TWA Gunung Papandayan dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat yang telah membantu dan memfasilitasi kegiatan penelitian ini. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Penelitian 3

Prosedur Analisis Data 4

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 6

Luas dan Letak 6

Topografi dan Iklim 6

Flora dan Fauna 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 16

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

(11)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi jenis tumbuhan bawah pada tiap lokasi penelitian 8 2 Jenis tumbuhan bawah dengan INP ≥ 10% pada lokasi penelitian 10 3 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks

Kemerataan Jenis (E), dan Indeks Dominansi Jenis (C) Tumbuhan

Bawah di lokasi penelitian 12

4 Indeks kesamaan komunitas tumbuhan antar komunitas di lokasi

penelitian 13

5 Potensi Kegunaan Jenis Tumbuhan Bawah di wilayah sekitar CA Gn.

Papandayan 15

DAFTAR GAMBAR

1 Petak pengamatan metode petak ganda 3

2 Jumlah jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian 7 3 Jenis tumbuhan bawah yang dominan di lokasi penelitian:(a) C.

brevifolius (b) E. riparium 17

4 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat: (a) M.

candidum (b) B. balsamifera 20

5 Jenis tumbuhan bawah yang dapat dimakan: (a) R. moluccanus (b) H.

incise 20

6 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman hias: (a) D.

conjugata (b) C. orchioides 21

7 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai pakan ternak: (a) L.

hexandra (b) D. sanguinalis 21

8 Jenis tumbuhan bawah invasif: (a)A. inulifolium (b) E. riparium 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta kawasan CA/TWA Gunung Papandayan 25

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan di Indonesia merupakan hutan tropika yang memiliki tingkat biodiversitas yang sangat tinggi. Hutan tropika Indonesia diakui sebagai komunitas yang paling kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan di dunia. Dari 40.000 jenis yang tumbuh di dunia, 30.000 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia. Kurang lebih dari 26% telah dibudidayakan dan sisanya 74% masih tumbuh liar di hutan­hutan (Syukur & Hernani 1999). Salah satu cara terpenting untuk dapat menjamin agar biodiversitas tetap lestari sehingga dapat lebih memenuhi kebutuhan manusia sekarang ini dan masa akan datang adalah dengan menetapkan dan mengelola kawasan­kawasan yang dilindungi. Kawasan pelestarian dan suaka alam merupakan salah satu upaya untuk menjamin pelestarian keanekaragaman plasma nutfah. Dalam UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan ini, yang dikaitkan dengan statusnya sebagai kawasan konservasi diharapkan akan mampu untuk melindungi dan melestarikan berbagai jenis plasma nutfah, termasuk jenis­ jenis tumbuhan penting yang ada di kawasan tersebut.

Gunung Papandayan merupakan kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam. Cagar alam merupakan kawasan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas termasuk alam nabati, yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan (Alikodra 1990). Cagar Alam Gunung Papandayan sebagai salah satu suaka alam di Indonesia yang memiliki potensi berbagai jenis fauna dan flora yang telah menyatu dalam lingkungan alamnya. Tumbuhan yang dapat tumbuh di cagar alam tersebut dapat berupa pohon, perdu, semak, herba dan berbagai tumbuhan bawah lainnya. Salah satu komponen dalam masyarakat tumbuh­tumbuhan adalah tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah adalah vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati stratum D yakni lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada stratum E (Soerianegara dan Indrawan 2008).

(13)

2

perlu dilakukan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya hayati adalah dengan mengetahui berbagai jenis flora tumbuhan bawah yang tumbuh disana dan bagaimana penyebarannya berdasarkan iklim dan topografinya, sehingga dapat diterapkan strategi pelestarian tumbuhan yang sesuai dengan keadaan alam dan kondisi cagar alam tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji komposisi jenis, keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan bawah yang terdapat di Cagar Alam Papandayan bagian timur, Garut, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai komposisi dan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang terdapat di Cagar Alam Gunung Papandayan bagian timur untuk kepentingan pengelolaan Cagar Alam Gunung Papandayan.

METODE

Waktu dan Tempat

Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2013 di Cagar Alam Papandayan bagian timur, Jawa Barat, yang terdiri dari lokasi hutan primer dan hutan terganggu. Hutan terganggu terdiri dari 24 lokasi dengan 4 lokasi yang menjadi lokasi penelitian yaitu:

1. Hutan primer pada blok Supabeureum

2. Hutan rusak terkena letusan pada blok Tegal Alun 3. Hutan sekunder pada blok Tegal Mariuk

4. Hutan rusak karena perambahan pertanian pada blok Pasir Bui

5. Hutan rusak karena penggembalaan liar pada blok Cisurupan Panjang

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kompas, meteran, patok,

(14)

3 Prosedur Penelitian

Penentuan Lokasi Pengamatan

Penentuan lokasi pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, pada lokasi hutan terganggu dan hutan primer. Lokasi pengamatan meliputi lokasi yang terganggu oleh alam berupa lokasi pasca letusan tahun 2002, lokasi yang terganggu oleh manusia berupa perambahan, penebangan liar, penggembalaan liar, dan lokasi hutan primer. Data dikumpulkan melalui analisis vegetasi, pembuatan spesimen herbarium, identifikasi jenis tumbuhan, wawancara dan studi literatur.

Analisis Vegetasi

Parameter tumbuhan bawah yang diamati adalah jumlah individu dan jenis. Pengambilan contoh vegetasi di lapangan dilakukan dengan metode petak ganda. Metode ini dilakukan dengan menggunakan petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal yang dipelajari, dan peletakan petak contoh sebaiknya secara sistematik. Menurut Kusmana (1997) dalam Indriyanto (2006), untuk fase semai serta tumbuhan bawah menggunakan petak contoh berukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 2 m. Pada penelitian ini masing­masing areal penelitian dibuat sebanyak 30 petak contoh yang berukuran 1 m x 1 m dengan jarak tiap petak contoh yang tersebar sebesar 10 m.

Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Jenis

Untuk jenis tumbuhan pada masing­masing petak contoh yang telah diketahui langsung diidentifikasi di lapangan. Sedangkan untuk tumbuhan yang belum diketahui nama jenisnya diambil fotonya dan dibuat herbarium basah untuk diidentifikasi di Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan IPB dan LIPI. Herbarium yang diidentifikasi sudah dikeringkan dalam oven yang suhunya diatur sebesar 50°C selama 24 jam.

Gambar 1 Petak Pengamatan Metode Petak Ganda

Keterangan: : petak contoh 1 m x 1 m

(15)

4

Wawancara

Wawancara pada penduduk sekitar Gunung Papandayan dengan jumlah responden sebanyak 90 orang, dilakukan untuk mengetahui jenis­jenis tumbuhan bawah apa saja yang mempunyai potensi sebagai tanaman hias, tumbuhan obat, pakan ternak, dan dapat dimakan. Jenis­jenis tumbuhan bawah yang invasif didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak BKSDA.

Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi umum Cagar Alam Gunung Papandayan, yang meliputi letak dan luas, kondisi fisik, biotik, dan iklim, yang diperoleh dari literatur Kantor Balai Besar KSDA.

Prosedur Analisis Data

Tingkat Dominansi Jenis

Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya. Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) Soerianegara dan Indrawan (2008).

a. Kerapatan jumlah individu suatu jenisluas petak contoh(ha) (ind ha)

b.Kerapatan elatif kerakerapatan suatu jenisatan total seluruh jenisx 100%

c. Frekuensi jumlah plot ditemukan suatu jenisJumlah seluruh plot

d.Frekuensi elatif frekuensi total seluruh jenisfrekuensi suatu jenis x100%

Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)

Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Shannon Index of General Diversity (Odum 1993).

H ∑ [niNlnniN]

n

i 1

Keterangan : H’ = Shannon Index of General diversity ni = Indeks nilai penting jenis i

N = Total Indeks Nilai Penting

(16)

5

a. Rendah jika H' < 2

b. Sedang jika 2 ≤ H < 3 c. Tinggi jika H ≥ 3

Indeks Kekayaan Jenis Margalef (R1)

Perhitungan indeks kekayaan jenis menggunakan rumus Margallef, yaitu: 1 S 1

ln

Keterangan: R1 = Indeks Margallef

S = Jumlah Jenis

N = Jumlah Total Individu

Magurran (1988), menyatakan bahwa terdapat kriteria untuk nilai indeks kekayaan jenis, yaitu:

a. Rendah, jika nilai R < 3.5 b. Sedang, jika nilai R = 3.5 – 5.0 c. Tinggi, jika nilai R1 > 5.0

Indeks Kemerataan Jenis(E)

Rumus indeks kemerataan jenis yang secara umum paling banyak digunakan oleh para ekologis adalah (Ludwig dan Reynold 1988):

E lnH S

Keterangan : E = Indeks Kemerataan Jenis

H’= Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon S = Jumlah Jenis

Indeks Dominansi (C)

Nilai Indeks Dominansi menggambarkan pola dominansi jenis dalam suatu komunitas. Untuk mengetahui indeks dominansi jenis digunakan rumus sebagai berikut (Indriyanto 2006).

C ∑ (niN)

2 n i 1

Keterangan : C = Indeks Dominansi ni= INP jenis i

N = total INP

Indeks Kesamaan Komunitas (IS)

(17)

6

besarnya indeks kesamaan dapat dipergunakan rumus sebagai berikut (Soerianegara dan Indrawan 1982):

IS 2 a b 100%

Keterangan: IS = indeks kesamaan komunitas

w = jumlah dari nilai penting yang lebih kecil atau sama dari dua spesies berpasangan, yang ditemukan pada dua komunitas

a = total nilai penting dari komunitas A, tegakan A atau unit sampling A

b = total nilai penting dari komunitas B, tegakan B atau unit sampling B

Dalam penentuan antar dua komunitas yang berbeda, terdapat kriteria yaitu (Odum 1971):

a. Suatu komunitas dianggap berbeda apabila nilai IS < 50% b. Dianggap mirip apabila nilai 50% < IS < 75%

c. Dianggap sama apabila nilai IS ≥ 75%

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Luas dan Letak

Lokasi penelitian terletak di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Papandayan yang memiliki luas 6.884 ha. Secara administrasi pemerintahan

kawasan ini termasuk Kecamatan Cikahuripan Kabupaten Garut (BBKSDA 2011). Peta lokasi kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Papandayan disajikan pada Lampiran 1.

Topografi dan Iklim

Gunung Papandayan berada di ketinggian 2.170 m di atas permukaan laut dengan konfigurasi umum lahannya bergunung, berbukit, dataran dan lembah. Kemiringan lahannya yaitu curam di Cagar Alam, landai di Taman Wisata Alam (TWA) dan agak curam di Cagar Alam dan TWA serta kestabilan tanahnya baik yang berlokasi di Gunung Papandayan. Jenis material tanah ialah tanah pegunungan. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan ini termasuk tipe iklim B dengan curah hujan rata­rata per tahun 3.000 mm, kelembaban udara berkisar antara 70­80 % dan temperatur rata­rata 10°C (BBKSDA 2011).

Flora dan Fauna

Flora yang terdapat di Cagar Alam Papandayan umumnya didominasi oleh pohon suagi (Vaccinium valium) dan edelweis (Anaphalis javanica), sedangkan vegetasi lainnya adalah puspa (Schima wallichii), saninten (Castanopsis argentea), kihujan (Engelhardia spicata), jamuju (Dacricarpus imbricatus), pasang (Quercus sp), manglid (Manglieta glauca) (BBKSDA 2011).

(18)

7 (Trachypitechus auratus) dan beberapa jenis burung seperti: walik (Treron griccipilla), dan kutilang (Pycononotus aurigaster) (BBKSDA 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jumlah Jenis Tumbuhan Bawah

Pada Gunung Papandayan bagian timur terdapat beberapa jenis kerusakan yang terjadi pada hutan, yaitu kerusakan akibat letusan gunung pada tahun 2002 di blok Tegal Alun, kerusakan akibat perambahan di blok Pasir Bui, kerusakan akibat penebangan liar di blok Tegal Mariuk, dan kerusakan akibat penggembalaan liar di blok Cisurupan Panjang, yang areal tersebut sekarang sudah berubah menjadi padang rumput. Pengambilan data analisis vegetasi dilakukan di lima lokasi berbeda yaitu blok Supabeureum yang merupakan hutan primer, blok Tegal Alun, blok Tegal Mariuk, blok Pasir Bui, dan blok Cisurupan Panjang. Komposisi jenis tumbuhan bawah secara umum berbeda­beda pada masing­masing hutan yang mengalami kerusakan. Berdasarkan analisis vegetasi dari seluruh lokasi penelitian diperoleh jenis tumbuhan bawah sebanyak 101 jenis dari 34 famili. Blok Cisurupan Panjang memiliki jenis tumbuhan bawah tertinggi yaitu berjumlah 35 jenis. Sementara pada lokasi hutan terganggu penebangan liar, yaitu blok Tegal Mariuk, diperoleh jenis tumbuhan bawah terendah berjumlah 26 jenis. Data mengenai jumlah jenis untuk masing­masing lokasi disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Jumlah jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian

Sementara data mengenai komposisi jenis pada tiap lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

(19)

8

Tabel 1 Komposisi jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian

No. Nama Lokal Nama ilmiah Blok

1 2 3 4 5

1 acung belang Amorphopallus sp.

2

5 antanan hideung Centella sp.

6 antanan leuweung Centella sp.

7 arben bulu Rubus reflexus

8 arben cucuk Rubus sp.

9 arben murbei Rubus inopertus

10 babadotan Ageratum conyzoides √ √

11 babadotan tangkal *

12 babauan *

13 bageulis *

14 balakaciut Galinsoga parviflora

15 balakbak * √ √

16 begonia Begonia sp.

17 belegejebret * √ √

18 bitbitan *

19 boroco Celosia argentea

20 bubukuan gede Strobilanthes cernua

21 bubukuan leutik Strobilanthes involucrata √ √

22 bubulaan *

23 buburituan * 24 bungbrun Polygonum chinense

25 bungbrun

bikangna

Polygonum sp.

√ 26 cacabean Polygonum barbatum

27 calincing Oxalis corniculata

28 cantigi Vaccinium

varingiaefolium

29 congkok Curculigo orchioides √ √

30 edelweiss Anaphalis javanica

31 eurih Imperata cylindrica

32 hahamplasan

tangkal

*

33 hareeus gede Rubus moluccanus

34 harendong careh Melastoma candidum

35 hihileudan *

36 honje warat Nicolaia speciosa

(20)

9 Tabel 1 Komposisi jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama ilmiah Blok

1 2 3 4 5

38 ilat buah Cyperus sp.

39 ilat hideung Cyperus sp.

40 jajambuan Eugenia sp.

41 jalantir Erigeron sumatrensis

42 jampang bau Digitaria sp. √ √

50 jukut carulang Eleusine indica

51 jukut geblug Eragrotis nigra

52 jukut hasem Axonopus compressus

53 jukut ibun Drymaria cordata

54 jukut jajaruman Andropogon aciculatus

55 jukut kakawatan Cynodon dactylon

56 jukut

kekembangan

*

57 jukut palias Pogonatherum paniceum

58 jukut talisait * √ √

59 kasingsat Cassia occidentalis

60 kembang

64 kingkilaban Mussaenda frondosa

65 kirinyuh Austroeupatorium

inulifolium √ √ √

66 kokoasan *

67 kumpai rawa Lycopodium sp.

68 labu siam Sechium edule

69 lameta Leersia hexandra √ √

70 lamjani * √ √

71 leteng Ocimum sanctum

72 lumut Marchantia polymorpha

73 memenongan *

74 paku bulu merak *

(21)

10

Tabel 1 Komposisi jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama ilmiah Blok

1 2 3 4 5

76 paku cucuk *

77 paku galing Hypolepsis punctate √ √

78 paku hejo Blechnum capense √ √

79 paku hideung Histiopteris incise

80 paku pepedaan Loxogramme avenia

81 paku perak * √ √

82 paku rane * √

83 paku rane bulu * √ 84 paku tiang Cyathea contaminans √ √ √

85 paku toroktok Dipteris conjugate

86 paku tulang Selliguea feei

87 paparean Phalaris arundinaceae

88 penir kasir Fimbristylis annua √ √ √

89 pining Hornstedtia alliacea

90 pohpohan Pilea melastomoides √ √

91 pungpurutan Urena lobata

92 rumput gajah Pennisetum purpureum

93 rumput teki Eleocharis dulcis

94 saliara Lantana camara

95 sanagori Codariocalyx gyroides √ √

96 sembung Blumea balsamifera

97 soya * √

98 sungugu * √ √ √

99 tataratean * √ √

100 teki papayungan Cyperus rotundus √ √

101 teklan Eupatorium riparium

Keterangan : * (belum teridentifikasi); 1. Supabeureum; 2. Tegal Alun; 3. Tegal Mariuk; 4. Pasir Bui; 5. Cisurupan Panjang

Dominansi Jenis Tumbuhan

Jenis tumbuhan bawah dengan nilai INP lebih besar sama dengan 10% pada masing­masing lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis tumbuhan bawah dengan INP ≥ 10 % pada lokasi penelitian

(22)
(23)

12

Pada lokasi pertama, yaitu blok Supabeureum, terdapat 4 jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP ≥ 10% seperti yang tersaji pada Tabel 2. Jenis tumbuhan bawah yang paling dominan pada lokasi ini adalah jenis ilat (Cyperus brevifolius) dengan INP paling tinggi yaitu 21.87% dan jenis kodominannya adalah jenis jukut cai dengan INP 17.62%. Pada blok Tegal Alun terdapat 7 jenis tumbuhan bawah yang berpengaruh pada komunitas hutan karena memiliki INP ≥ 10. Jenis tumbuhan bawah yang paling dominan pada blok Tegal Alun adalah jenis jukut bool dengan INP tertinggi yaitu 24.44% dan jenis kodominannya adalah jenis jukut geblug (Eragrotis nigra) dengan INP 23.79%.

Pada blok Tegal Mariuk jenis tumbuhan bawah yang paling dominan adalah Bubukuan Gede (Strobilanthes cernua) dengan INP tertinggi sebesar 46.29%. Jenis kodominan yaitu jukut cai dengan INP sebesar 45.67%. Jenis yang paling dominan pada blok Cisurupan Panjang adalah Lamjani dengan INP tertinggi sebesar 55.63%. Jumlah INP Lamjani sangat jauh di atas jenis kodominan yang ditemukan, yaitu Teklan (Eupatorium riparium) dengan INP sebesar 17.77%. Hal ini dikarenakan Lamjani ditemukan hampir diseluruh plot dengan jumlah individu yang banyak, sehingga mempunyai kerapatan dan frekuensi jenis yang tinggi. Pada lokasi Pasir Bui jenis yang paling dominan adalah Teklan (Eupatorium riparium) dengan INP tertinggi sebesar 26.27%. Sementara jenis kodominan yang ditemukan yaitu Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium)dengan INP sebesar 22.35%.

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah

Nilai indeks keanekaragaman, indeks kekayaan, indeks kemerataan dan indeks dominansi di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks

Kemerataan Jenis (E), dan Indeks Dominansi Jenis (C) Tumbuhan Bawah di lokasi penelitian

Tabel 3 menunjukkan bahwa perbedaan nilai Indeks Keanekaragaman jenis (H’) pada tiap lokasi penelitian tidak terlalu jauh dengan nilai H’ tertinggi pada blok Supabeureum, yaitu 3.36. Keanekaragaman jenis dari blok Tegal Alun, Cisurupan Panjang dan Tegal Mariuk termasuk dalam tingkatan sedang karena memiliki nilai 2 ≤ H’< 3, sementara blok Pasir Bui dan Supabeureum termasuk dalam tingkatan keragaman tinggi dengan nilai H’≥ 3.

Nilai H’ berbanding lurus dengan R1 dan E. Berdasarkan Magurran (1988)

nilai R1 < 3.5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5–5.0

menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang, dan R1 > 5.0 menunjukkan

kekayaan jenis tergolong tinggi. Nilai R1 > 5.0 dimiliki oleh 2 lokasi yaitu blok

(24)

13 Supabeureum sebesar 5.70. Sementara nilai R1 terendah dimiliki oleh blok Tegal

Mariuk, yaitu sebesar 2.42.

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah di 5 lokasi memiliki nilai indeks kemerataan (E) mendekati 1, dengan nilai indeks tertinggi pada blok Supabeureum, yaitu 0,94. Krebs (1972) menyatakan bahwa nilai indeks kemerataan yang mendekati 1 menunjukkan bahwa suatu komunitas tumbuhan semakin merata, sementara apabila mendekati 0, maka semakin tidak merata. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya jenis yang secara individual mendominasi lokasi pengamatan dan menyebar secara merata.

Indeks Dominansi Jenis (C)

Berdasarkan hasil perhitungan indeks dominansi tumbuhan bawah pada 5 lokasi penelitian menunjukkan bahwa nilai C terbesar pada blok Tegal Mariuk yaitu sebesar 0.14. Pada kelima lokasi penelitian tidak ada nilai C yang sama dengan atau mendekati 1, dengan demikian dapat dikatakan bahwa dominansi vegetasi di lokasi penelitian tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis tumbuhan bawah pada lima lokasi penelitian menyebar pada banyak jenis. Indeks Kesamaan Komunitas (IS)

Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya nilai indeks kesamaan antar komunitas tumbuhan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Indeks kesamaan komunitas tumbuhan antar komunitas di lokasi penelitian

Komunitas IS(%)

1 2 3 4 5

1 ­ 21.94 38.52 17.12 17.98

2 ­ ­ 8.74 6.5 7.81

3 - ­ ­ 13.00 14.15

4 - ­ ­ ­ 38.19

5 - ­ ­ ­ ­

Keterangan: 1. Supabeureum, 2. Tegal Alun, 3. Tegal Mariuk, 4. Cisurupan Panjang, 5. Pasir Bui.

Potensi Kegunaan Jenis Tumbuhan Bawah

(25)

14

Amorphopallus sp. Semua bagian tumbuhan dapat digunakan sebagai pakan ternak, umbinya dapat dibuat asam dan alkohol. Dapat digunakan sebagai obat disentri, sakit telinga, kolera, masalah pernapasan, menurunkan tekanan darah dan kolesterol, untuk obat sakit reumatik dan masalah pencernaan.

2 antanan Centella sp. Daunnya dapat digunakan sebagai obat penyakit kulit, gangguan sistem saraf, maupun peredaran darah.

3 arben bulu Rubus reflexus Buahnya seperti stroberi, dapat dimakan. 4 arben cucuk Rubus sp. Buahnya seperti stroberi, dapat dimakan. 5 arben

murbei

Rubus inopertus Buahnya seperti stroberi, dapat dimakan.

6 babadotan Ageratum conyzoides Daunnya digunakan sebagai obat luka, radang dan gatal­gatal. Akarnya dapat Mengatasi disentri, diare, atau panas. Tumbuhan ini juga berperan sebagai gulma pada tanaman pertanian, sebagai pestisida dan herbisida.

7 balakaciut Galinsoga parviflora Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat peluruh air seni, mengurangi tekanan darah tinggi, melancarkan peredaran darah dan mengaktifkan fungsi ginjal.

8 begonia Begonia sp. Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat penurun panas, obat sakit haid, dan obat luka.

9 boroco Celosia argentea Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengatasi hipertensi, muntah darah, keputihan dan infeksi saluran kencing. Bagian tumbuhan yang digunakan yaitu seluruh tubuh tumbuhan.

10 bubukuan gede

Strobilanthes cernua Tumbuhan ini dapat dijadikan tanaman hias

11 calincing Oxalis corniculata Tumbuhan ini berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah, antibiotik, antiracun, penurun panas, anti­inflamasi dan penenang.

12 congkok Curculigo orchioides Tanaman hias

13 edelweiss Anaphalis javanica Tumbuhan ini dapat disajikan sebagai teh yang berkhasiat untuk mengobati sirkulasi darah yang buruk, batuk, dan dipteri. Daunnya dapat juga digunakan sebagai salep untuk melindungi dari sengatan matahari, meringankan rasa sakit reumatik dan obat luka.

(26)

15

Rubus moluccanus Buahnya seperti stroberi, dapat dimakan. Akar tumbuhan dapat merupakan obat yang baik untuk menyembuhkan kejang perut. Cairan dari daun muda apabila daun tersebut dikunyah dapat menyembuhkan sariawan. Jika dikunyah dengan pinang merupakan obat batuk yang baik dan baik bagi kandungan. Daun yang dibuat bubur dapat menyembuhkan bisul.

16 harendong careh

Melastoma candidum Daunnya sebagai obat disentri, obat kumur, keputihan dan wasir. Buahnya dapat dimakan.

17 honje warat Nicolaia speciosa Daun muda dan buah dapat dimakan. Batang semu sebagai bahan untuk membuat anyaman.

18 ilat Cyperus brevifolius Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat penurun demam, obat batuk, anti radang dan peluruh kemih.

19 jalantir Erigeron sumatrensis Daun berkhasiat untuk obat sakit kepala (pusing), akar berkhasiat sebagai obat nyeri pegal linu, dan secara tidak langsung dapat menetralkan tekanan darah.

20 jewer kotok Coleus atropurpureus

Daun dari tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat ambeien, sembelit dan bisul.

21 jukut carulang

Eleusine indica Tangkai­tangkainya yang kuat dipakai sebagai bahan anyaman. Biji­bijinya dapat dimakan apabila sudah kering dan dapat dikupas. Bisa juga bijinya dihaluskan dan dibuat tepung lalu dijadikan bubur.

22 kirinyuh Austroeupatorium inulifolium

Daunnya digunakan sebagai sebagai obat luka, dan obat sakit perut. Tumbuhan ini juga berperan sebagai sekat bakar alami. 23 kasingsat Cassia occidentalis Untuk pengobatan radang mata,

perangsang nafsu makan, obat pencahar, dan anti radang .

24 sembung Blumea balsamifera Daunnya dapat digunakan untuk nyeri haid dan nyeri sehabis melahirkan.

25 teki

papayungan

Cyperus rotundus Belum diketahui

26 paku toroktok

Dipteris conjugata Rimpang paku ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan keperluan medis. Selain itu, jenis ini juga dapat digunakan sebagai tanaman hias.

(27)

16

Batangnya banyaka digunakan untuk membuat patung, tiang dekorasi rumah atau hotel, dan vas bunga. Batang ini juga berguna sebagai media tanam anggrek dari jenis Anthurium, Piper, Platycerium, Adiantum, dan jenis tumbuhan paku lain. Daun yang masih menggulung digunakan sebagai bahan makanan. rambut halus digunakan untuk ramuan obat rebus.

29 paku hideung

Histiopteris incisa Dapat dimakan setelah melalui beberapa proses.

30 paku hejo Blechnum capense L. Pucuk paku dapat dimakan. 31 paku tulang/

paku tangkur

Selliguea feei Rimpang paku tulang dimanfaatkan sebagai obat penyakit diare, reumatik dan hipertensi. Paku tulang dapat juga digunakan sebagai tumbuhan ornamental dan tumbuhan dalam pot.

32 pining Hornstedtia alliacea Gumpalan buah dapat dimakan, dibuat manisan.

33 pohpohan Pilea melastomoides Daunnya dapat dimakan. jukut palias Pogonatherum

paniceum

Daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak

34 jampang piit Digitaria sanguinalis Sebagai gulma dan dapat digunakan sebagai pakan ternak karena memiliki gizi yang lebih dari cukup.

35 lameta Leersia hexandra Pakan ternak. 36 paparean Phalaris

arundinaceae

38 teklan Eupatorium riparium Tumbuhan ini berkhasiat sebagai diuretikum.

Pembahasan

Komposisi Jenis

Komposisi jenis tumbuhan bawah secara umum berbeda­beda pada masing­masing hutan yang mengalami kerusakan. Komposisi jenis tumbuhan bawah di blok Cisurupan Panjang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut lebih terbuka dari 4 lokasi lain dan tidak memiliki stratifikasi tajuk yang dapat menutupi permukaan tanah, sehingga memungkinkan banyaknya tumbuhan bawah pada stratum E yang mendapatkan cahaya yang cukup untuk tumbuh. Sementara tertinggi kedua yaitu blok Supabeureum dengan 34 jenis.

(28)

17 oleh tipe hutan dan adanya perbedaan kondisi strata tajuk yang dimiliki oleh masing­masing lokasi tersebut, sehingga jenis­jenis ground cover yang intoleran terhadap cahaya dapat tumbuh dengan baik di lokasi yang terbuka. Jenis­jenis tersebut diantaranya dari suku Poaceae dan Cyperaceae yang berhabitus herba rerumputan.

Dominasi Jenis Tumbuhan

Dominansi suatu jenis dalam komunitas tumbuhan dapat menggunakan Indeks Nilai Penting (INP) sebagai parameternya. Sutisna (1981) diacu dalam Rosalia (2008) mengemukakan bahwa suatu jenis tumbuhan dapat dikatakan berperan atau berpengaruh dalam suatu komunitas apabila memiliki nilai INP untuk tingkat semai ≥ 10%, begitu juga dengan tumbuhan bawah. Besarnya nilai INP juga menandakan besar atau tidaknya pengaruh jenis tersebut dalam suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto 2006).

Jenis jukut­jukutan dari suku Poaceae dan Cyperaceae merupakan jenis yang termasuk dalam INP ≥ 10%. Selain itu dari kelima lokasi banyak ditemukan teklan dan kirinyuh yang merupakan suku Asteraceae. Ketiga jenis tersebut merupakan jenis gulma yang biasa dijumpai pada lahan pertanian dan kehutanan. Jenis­jenis yang berasal dari ketiga suku tersebut umumnya memiliki potensi untuk menguasai areal dengan populasi besar karena memiliki biji­biji yang ringan dan mudah tersebar (Sembodo 2010). Menurut Sastroutomo (1990), suku Asteraceae merupakan salah satu suku yang termasuk gulma berbahaya di dunia. Pada lokasi Tegal Alun, banyaknya jenis jukut­jukutan dapat disebabkan oleh tersebarnya biji melalui air sungai yang mengalir sepanjang lokasi. Hal ini menunjukkan bahwa jenis­jenis dari suku tersebut merupakan jenis yang lebih adaptif dan mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan tempat hidupnya.

Secara umum, tumbuhan dengan INP yang tinggi mempunyai daya adaptasi, daya kompetisi dan kemampuan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan tumbuhan lain dalam suatu areal tertentu. Jenis­jenis yang dominan tersebut memiliki nilai kerapatan, frekuensi dan dominansi yang tinggi. Kerapatan jenis yang tinggi menunjukkan bahwa jenis ini memiliki jumlah jenis yang paling banyak ditemukan di lapangan dibandingkan jenis lainnya. Tingginya frekuensi suatu jenis menunjukkan bahwa jenis ini tersebar merata hampir diseluruh petak pengamatan. Sedangkan dominansi yang tinggi menunjukkan bahwa jenis ini paling berkuasa di dalam komunitas terutama dalam penguasaan ruang tempat tumbuh (Soerianegara dan Indrawan 1988).

(a) (b)

(29)

18

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah

Keanekaragaman jenis terdiri dari dua komponen, yaitu jumlah jenis yang mengarah pada kekayaan jenis dan kesamaan atau kemerataan jenis yang mengarah kepada kelimpahan jenis (Krebs 1972). Keanekaragaman jenis akan berbanding lurus dengan nilai kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Penggunaan indeks kekayaan jenis pada penilaian keanekaragaman bertujuan untuk mengetahui jumlah jenis yang ditemukan pada suatu komunitas. Sedangkan penilaian keanekaragaman jenis dengan menggunakan indeks kemerataan jenis, dapat digunakan sebagai petunjuk kemerataan kelimpahan individu diantara setiap jenis. Kemerataan jenis berbanding terbalik dengan indeks dominansi yang menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) jenis dalam suatu komunitas. Melalui indeks ini pula dapat dilihat adanya gejala dominansi yang terjadi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas.

Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di masing­masing lokasi penelitian ialah bervariasi. Menurut Resosoedarmo (1990), keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin dan pegunungan tinggi. Dalam penelitian ini yaitu lokasi yang terkena gangguan, seperti blok Tegal Mariuk yang merupakan lokasi penebangan liar. Sementara itu, keanekaragaman yang tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi. Komunitas yang tua dan stabil, seperti hutan primer, akan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi. Hutan primer blok Supabeureum adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi.

Indeks Dominansi Jenis (C)

Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) jenis dalam suatu komunitas (Indriyanto 2006). Interpretasi dari nilai indeks dominansi seperti yang dinyatakan oleh Kusmana dan Istomo (1997) yaitu jika nilai Indeks Dominansi mendekati 1 atau tinggi, maka dominansi terpusat pada satu atau beberapa jenis, sementara jika nilai Indeks Dominansi mendekati 0 atau rendah, maka dominansi jenis dipusatkan pada banyak jenis.

Pada lima lokasi penelitian tidak ada nilai C yang sama dengan atau mendekati satu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa dominansi vegetasi di lokasi penelitian tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis tumbuhan bawah pada lima lokasi penelitian menyebar pada banyak jenis.

Kesamaan Komunitas Tumbuhan Bawah

Indeks Kesamaan Komunitas atau Index of Similarity (IS) menunjukkan komposisi jenis tumbuhan dari dua komunitas yang dibandingkan. Terdapat kriteria tertentu dalam penentuan IS antar dua komunitas yang berbeda. Suatu komunitas dianggap berbeda apabila nilai IS < 50%, dianggap mirip apabila nilai 50% < IS < 75%, dan dianggap sama apabila nilai IS ≥ 75% (Odum 1993).

(30)

19 Komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Blok Supabeureum dan Tegal Mariuk merupakan hutan hujan tropis. Keadaan hutan blok Supabeureum masih relatif tidak terganggu, sementara areal pengamatan di blok Tegal Mariuk yang mengalami illegal logging, stratifikasi tajuknya masih cukup rapat. Jenis­jenis yang sama yang ditemukan di kedua lokasi adalah balakbak gede, bubukuan gede, bubukuan leutik, jukut cai, paku galing, paku tiang, pohpohan, dan teklan. Jenis­ jenis ini memiliki INP yang besar. Oleh karena itu hasil analisis data menunjukkan jika IS dari perbandingan antara kedua lokasi cukup besar dibandingkan IS antara lokasi lain.

Komunitas tumbuhan bawah yang berada di lokasi yang lain yang berada di Gunung Papandayan tidak ada yang dapat dianggap sama. Hal ini bisa disebabkan karena masing­masing lokasi memiliki tipe hutan yang berbeda dan mengalami gangguan yang berbeda. Perbedaan komunitas dapat disebabkan oleh tipe hutan yang berbeda, kondisi lingkungan yang berbeda, dan gangguan yang terjadi pada areal hutan tersebut.

Potensi Jenis Tumbuhan Bawah

Tumbuhan bawah memiliki banyak manfaat bagi lingkungan. Tumbuhan bawah juga dapat membantu menjaga agregat tanah agar tidak mudah lepas dan tererosi oleh air hujan maupun aliran permukaan. Tumbuhan bawah juga berfungsi sebagai penutup tanah yang menjaga kelembaban sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat. Proses dekomposisi yang cepat dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Disinilah siklus hara dapat berlangsung sempurna, guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh bakteri (Irwanto 2011). Tumbuhan bawah juga merupakan tempat berlindung yang baik bagi mamalia dan ikut pula menentukan iklim mikro yang cocok bagi serangga. Komunitas tumbuhan bawah dapat dipakai untuk menggambarkan keadaan tanah, tingkat kesuburan tanah di lapangan dapat dicirikan oleh jenis tumbuhan yang tumbuh secara dominan (Sutomo dan Undaharta 2005).

(31)

20

Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk sekitar Gunung Papandayan, tumbuhan bawah di Gunung Papandayan dapat bermanfaat sebagai berikut:

a. Tumbuhan bawah sebagai tanaman obat

Tumbuhan bawah yang ditemukan di kelima lokasi penelitian dan bermanfaat sebagai obat yaitu Paku galing (Hypolepsis punctate), babadotan (Ageratum conyzoides), hareeus gede (Rubus moluccanus), harendong careh (Melastoma candidum), kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium), sembung (Blumea balsamifera), paku tulang (Dipteris conjugate) dan paku toroktok (Selliguea feei).

(a) (b)

Gambar 5 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat: (a) M. candidum (b) B. balsamifera

b. Tumbuhan bawah sebagai makanan

Jenis tumbuhan bawah yang dapat juga dimakan yaitu dari famili Rosaceae, Rubus sp. (arben bulu, arben murbei dan hareeus gede) dan jenis paku­pakuan. Jenis paku­pakuan umumnya dapat dimakan setelah melalui beberapa proses dalam memasak, sementara buah dari jenis Rubus sp.dapat dimakan langsung.

(a) (b)

Gambar 6 Jenis tumbuhan bawah yang dapat dimakan: (a) R. moluccanus (b) H. incise

c. Tumbuhan bawah sebagai tanaman hias

(32)

21

(a) (b)

Gambar 7 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman hias: (a)D. conjugata (b) C. orchioides

d. Tumbuhan bawah sebagai pakan ternak

Beberapa jenis tumbuhan bawah yang masuk dalam famili Poaceae dapat dijadikan pakan ternak, seperti Jukut palias (Pogonatherum paniceum), Jampang piit (Digitaria sanguinalis), Lameta (Leersia hexandra), Paparean (Phalaris arundinaceae), dan Jukut gebluk (Eragrotis nigra). Kelima jenis ini memiliki gizi yang cukup untuk dijadikan pakan ternak. Lameta umumnya baik dimanfaatkan sebagai bahan makanan untuk lembu dan terutama sekali untuk kuda.

(a) (b)

Gambar 8 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai pakan ternak: (a)L. hexandra (b) D. sanguinalis

Di Filipina, Lameta biasa ditanam dengan irigasi di sekitar kota­kota untuk melayani kebutuhan akan rumput makanan kuda. Lameta merupakan rumput halus, kaya akan zat telur, dengan batang­batangnya yang lembut, dan cocok sekali bagi makanan kuda. Di beberapa P.jawa Paparean sering digunakan oleh penduduk sebagai makanan kuda, sebaliknya lembu tidak menyukainya dan biri­biri pun mau memakannya asal dicampur dengan bahan makanan lain. Sementara Jukut gebluk disukai semua herbivor dan nilai gizinya menurut hasil rata­rata dari 4 analisis adalah tinggi (Backer 1911 dalam Heyne 1987).

Tumbuhan bawah jenis invasif

(33)

22

Indigenous species atau jenis asing yang menyebabkan habitat diinvasi dan dapat merugikan baik dari segi ekonomi maupun ekologis, Native and Non Native species yaitu jenis yang mengkoloni secara berat habitat tertentu, dan Widespread Non Indigenous Species yaitu adalah jenis yang mengekspansi suatu habitat (Kusmana 2010). Jenis invasif yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium) dan Teklan (Eupatorium riparium). Kirinyuh merupakan tumbuhan invasif yang berasal dari Amerika selatan. Awalnya Kirinyuh dibawa ke Gunung Papandayan untuk dijadikan sebagai sekat bakar alami karena tumbuhan ini menyimpan banyak air. Tetapi perkembangbiakannya yang sangat cepat menyebabkan tumbuhan­tumbuhan lain terinvasi.

Umumnya invasi terjadi karena suatu kompetisi. Setiap jenis selalu berkompetisi dengan jenis lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak­ banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi jenis asli dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks dengan jenis asli (Pananjung 2012).

(a) (b)

Gambar 9 Jenis tumbuhan bawah invasif: (a)A. inulifolium (b) E. riparium

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Total jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada lima lokasi penelitian di Cagar Alam Gunung Papandayan adalah sebanyak 101 jenis dari 34 famili yang tersebar pada blok Supabeureum sebanyak 34 jenis, blok Tegal Alun sebanyak 30 jenis, blok Tegal Mariuk sebanyak 26 jenis, blok Pasir Bui sebanyak 32 jenis dan pada blok Cisurupan Panjang sebanyak 35 jenis.

(34)

23 Cisurupan Panjang dan Tegal Mariuk termasuk dalam tingkatan sedang karena memiliki nilai 2 ≤ H’ < 3, sementara blok Pasir Bui dan Supabeureum termasuk dalam tingkatan keragaman tinggi dengan nilai H ≥ 3.

3. Jenis yang mendominasi lokasi blok Supabeureum adalah ilat (Cyperus brevifolius), jukut cai, pohpohan (Pilea melastomoides), dan bubukuan leutik (Strobilanthes involucrata). Jenis yang mendominasi lokasi blok Tegal Alun adalah jukut bool, jukut geblug (Eragrotis nigra) dan ilat (Cyperus brevifolius). Jenis yang mendominasi lokasi blok Tegal Mariuk adalah bubukuan gede (Strobilanthes cernua), jukut cai, teklan (Eupatorium riparium), balakbak gede, dan pohpohan (Pilea melastomoides). Jenis yang mendominasi lokasi blok Pasir Bui adalah teklan (Eupatorium riparium), kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium), dan balakaciut (Galinsoga parviflora). Sementara jenis yang mendominasi Blok Cisurupan Panjang adalah lamjani, teklan (Eupatorium riparium), memenongan dan kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium).

4. Tumbuhan bawah yang ditemukan di Cagar Alam Gunung Papandayan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan obat, tanaman hias, dan pakan ternak.

Saran

Pengelola Cagar Alam/ Taman Wisata Alam Gunung Papandayan perlu melakukan kegiatan pemantauan rutin terhadap keanekaragaman tumbuhan yang ada di Cagar Alam Papandayan. Selain itu diperlukan peraturan yang jelas mengenai pemanfaatan, agar pemanfaatan oleh masyarakat terhadap sumber daya alam di Cagar Alam bisa dilestarikan, dan pemanfaatan potensi tumbuhan bawah ini tidak mengganggu kelestarian Cagar Alam.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. 2011. Buku Informasi Kawasan Konservasi Propinsi Jawa Barat 2011. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.Bandung.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Badan Litbang Kehutanan, penerjemah dan editor. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. Terjemahan dari: De Nuttige Planten Van Indonesie.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan, penerjemah dan editor. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. Terjemahan dari: De Nuttige Planten Van Indonesie.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.

(35)

24

Kusmana C. 2010. Jenis invasif. [Internet]. [diunduh 2013 Desember 12]. Tersedia pada: http://cecep_kusmana. staff.ipb.ac.id/2010/06/15/ jenis­ invasif.

Krebs C. J. 1972. Ecological Methodology. New York (US): Harper & Row Publisher

Ludwig JA, Reynold JF. 1988. Statistikal Ecologi A Primer on Methods and Computing. USA : John Wiley & Sons Inc.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton NJ (US): Princeton University Press.

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. Saunders College (: Saunders College Publishing.

Pananjung W. 2012. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarppum Griseb.) dan Trembesi (Samanea saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin Embalut, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Puspaningsih N.2011. Pemodelan spasial dalam monitoring reforestasi kawasan pertambangan nikel PT INCO di Sorowako, Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Rosalia N. 2008. Penyebaran dan karakteristik tempat tumbuh pohon tembesu (Fragaea fragrans Roxb.) (Studi kasus di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum Kapusa Hulu Kalimantan Barat). [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Resosoedarmo S. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta(ID): PT Remaja Rosdakarya. Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Sembodo D. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Soerianegara I dan A Indrawan. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID):

Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Suhono B. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Paku. Jakarta: Lentera Abadi.

Syukur C, Hernani. 1999. Budidaya Tanaman Obat Tradisional. Penebar Swadaya. Depok.

Undaharta N K E. 2005. Komunitas Tumbuhan Bawah di Jalur Hutan Hujan Tropis Kebun Raya Eka Karya, Bali. Bali. UPT Balai Konservasi Tumbuhan. LIPI.

Undang­undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 12]. Tersedia pada: http://bk.menlh.go.id/files/UU­590.pdf.

(36)

25 LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta kawasan CA/TWA Gunung Papandayan

(37)

26

Lampiran 2 Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Supabeureum

No Nama Ilmiah Nama Lokal Suku

1 * anggur­angguran *

2 Centella sp. antanan leuweung Mackinlayaceae

3 Rubus sp. arben cucuk Rosaceae

4 * babadotan tangkal *

5 Begonia sp. Begonia Begoniaceae

6 Strobilanthes involucrata bubukuan leutik Acanthaceae

7 * Buburituan *

8 Polygonum chinense bungbrun Polygonaceae

9 Polygonum barbatum Cacabean Polygonaceae

10 Imperata cylindrica Eurih Poaceae

11 Melastoma candidum harendong careh Melastomataceae

12 Cyperus brevifolius Ilat Cyperaceae

13 Cyperus sp. ilat buah Cyperaceae

14 Cyperus sp. ilat hideung Cyperaceae

15 Digitaria sanguinalis jampang piit Poaceae

16 * jukut cai *

17 * jukut kekembangan *

18 Plantago sp. ki urat beureum Plantaginaceae

19 Austroeupatorium inulifolium Kirinyuh Asteraceae

20 * Kokoasan *

21 * paku bulu merak *

22 Dryopteris sp. paku bulumanuk Dryopteridaceae

23 * paku cucuk *

24 Hypolepsis punctate paku galling Dennstaedtiaceae 25 Loxogramme avenia paku pepedaan Polypodiaceae

26 * paku perak *

27 * paku rane *

28 Cyathea contaminans paku tiang Cyatheaeceae

29 Pilea melastomoides Pohpohan Urticaceae

30 Eleocharis dulcis rumput teki Cyperaceae

31 Blumea balsamifera Sembung Asteraceae

32 * Sungugu *

33 * Tataratean *

34 Eupatorium riparium Teklan Asteraceae

(38)

Lampiran 3 Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Tegal Alun

No Nama ilmiah Nama lokal Suku 1 * Anggrek tanah botol *

2 Centella sp. Antanan hideung Mackinlayaceae

3 * Balakbak *

4 * Bitbitan *

5 Vaccinium varingiaefolium Cantigi Ericaceae 6 Anaphalis javanica Edelweiss Asteraceae 7 Melastoma candidum Harendong careh Melastomataceae

8 Cyperus brevifolius Ilat Cyperaceae

9 Eugenia sp. Jajambuan Myrtaceae

10 Digitaria sanguinalis Jampang piit Poaceae 11 Panicum montanum Jukut aawian Poaceae

12 * Jukut bool *

13 Eragrotis nigra Jukut geblug Poaceae

14 Andropogon aciculatus Jukut jajaruman Poaceae 15 Cynodon dactylon Jukut kakawatan Poaceae 16 * Kembang bobodasan * 17 * Kembang cerotok *

18 Plantago major Ki urat Plantaginaceae

19 Lycopodium sp. Kumpai rawa Lycopodiaceae

20 Marchantia polymorpha Lumut Hepaticeae

21 Hypolepsis punctate Paku galling Dennstaedtiaceae

22 Blechnum capense Paku hejo Blechnaceae

23 Histiopteris incise Paku hideung Dennstaedtiaceae 24 * Paku rane bulu *

25 Cyathea contaminans Paku tiang Cyatheaeceae 26 Dipteris conjugata Paku toroktok Dipteridaceae

27 Selliguea feei Paku tulang Polypodiaceae

28 Phalaris arundinaceae Paparean Poaceae 29 Cyperus rotundus Teki papayungan Cyperaceae 30 Fimbristylis annua Penir kasir Cyperaceae 31 Eleocharis dulcis Rumput teki Cyperaceae

22

(39)

28

Lampiran 4 Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Tegal Mariuk

No Nama ilmiah Nama lokal Suku

1 Amorphopallus sp. Acung belang Araceae

2 * Anggrek tanah *

3 Rubus reflexus Arben bulu Rosaceae

4 * Babadotan tangkal *

5 * Balakbak *

6 Strobilanthes cernua Bubukuan gede Acanthaceae 7 Strobilanthes involucrata Bubukuan leutik Acanthaceae

8 Polygonum barbatum Cacabean Polygonaceae

9 * Hahamplasan tangkal *

10 Rubus moluccanus Hareeus gede Rosaceae

11 Nicolaia speciosa Honje warat Zingiberaceae

12 Cyperus brevifolius Ilat Cyperaceae

13 Digitaria sanguinalis Jampang piit Poaceae

14 * jewer kotok *

15 * jonge arai *

16 * Jukut cai *

17 Austroeupatorium inulifolium kirinyuh Asteraceae

18 * kokoasan *

19 Dryopteris sp. paku bulumanuk Dryopteridaceae 20 Hypolepsis punctate Paku galing Dennstaedtiaceae

21 Blechnum capense paku hejo Blechnaceae

22 * paku perak *

23 Cyathea contaminans Paku tiang Cyatheaceae

24 Pilea melastomoides Pohpohan Urticaceae

25 * tataratean *

(40)

Lampiran 5 Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Pasir Bui

No Nama ilmiah Nama lokal Suku

1 Ageratum conyzoides Babadotan Eupatoriae

2 * Babauan *

3 Galinsoga parviflora Balakaciut Asteraceae

4 * Belegejebret *

5 Celosia argentea Boroco Amaranthaceae

6 Polygonum barbatum Cacabean Polygonaceae

7 Oxalis corniculata Calincing Oxalidaceae

8 Eleusine indica Jukut carulang Poaceae

9 Curculigo orchioides Congkok Hypoxidaceae

10 Imperata cylindrical Eurih Poaceae

11 Cyperus brevifolius Ilat Cyperaceae

12 Digitaria sp. Jampang bau Poaceae

13 Digitaria sanguinalis Jampang piit Poaceae

14 Panicum montanum Jukut aawian Poaceae

15 Axonopus compressus Jukut hasem Poaceae 16 Drymaria cordata Jukut ibun Caryophyllaceae 17 * Jukut talisait *

18 Cassia occidentalis Kasingsat Caesalpiniaceae 19 Mussaenda frondosa Kingkilaban Rubiaceae 20 Austroeupatorium inulifolium Kirinyuh Asteraceae

21 Sechium edule Labu siam Cucurbitaceae

22 Leersia hexandra Lameta Poaceae

23 * Lamjani *

24 Cyperus rotundus Teki papayungan Cyperaceae 25 Fimbristylis annua Penir kasir Cyperaceae 26 Pennisetum purpureum Rumput gajah Poaceae

27 Eleocharis dulcis Rumput teki Cyperaceae

28 Lantana camara Saliara Verbenaceae

29 Codariocalyx gyroides Sanagori Caesalpiniaceae

30 * Soya *

31 * Sungugu *

32 Eupatorium riparium Teklan Asteraceae

Jumlah

(41)

30

Lampiran 6 Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Cisurupan Panjang

No Nama ilmiah Nama lokal Suku

1 Centella sp. Antanan hejo Mackinlayaceae

2 Rubus inopertus Arben murbei Rosaceae

3 Ageratum conyzoides Babadotan Eupatoriae

4 * Bageulis *

5 * Belegejebret *

6 Strobilanthes involucrata Bubukuan leutik Acanthaceae

7 * Bubulaan *

8 Polygonum chinense Bungbrun bikangna Polygonaceae

9 Eleusine indica Jukut Carulang Poaceae

10 Curculigo orchioides Congkok Hypoxidaceae

11 Rubus moluccanus Hareeus gede Rosaceae

12 * Hihileudan *

13 Nicolaia speciosa Honje warat Zingiberaceae

14 Cyperus brevifolius Ilat Cyperaceae

15 Erigeron sumatrensis Jalantir Asteraceae

16 * Jampang bau *

17 Hyptis suaveolens Jukut bau Lamiaceae

18 * Jukut cai *

19 Digitaria sanguinalis Jampang piit Poaceae 20 Pogonatherum paniceum Jukut palias Poaceae 21 * Jukut talisait *

22 Austroeupatorium inulifolium Kirinyuh Asteraceae

23 Leersia hexandra Lameta Poaceae

24 * Lamjani *

25 Ocimum sanctum Leteng Lamiaceae

26 * Memenongan *

27 Dryopteris sp. Paku bulumanuk Dryopteridaceae

28 * Paku rane *

29 Cyperus rotundus Teki papayungan Cyperaceae 30 Fimbristylis annua Penir kasir Cyperaceae

31 Hornstedtia alliacea Pining Zingiberaceae

32 Urena lobata Pungpurutan Malvaceae

33 Codariocalyx gyroides Sanagori Caesalpiniaceae

34 * Sungugu *

35 Eupatorium riparium Teklan Asteraceae

(42)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bekasi, pada tanggal 12 Agustus 1991 sebagai putri dari pasangan Makmur Sinin dan Yulinis Rudin. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2003 di SDN Duren Jaya X Bekasi. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SMPN 1 Bekasi. Pada tahun 2009, penulis lulus dari SMA Bani Saleh Bekasi, dimana pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, yakni sebagai staf Departemen Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Tingkat Persiapan Bersama (TPB) tahun 2009/2010, Sekretaris Umum UKM Chess Unity Agriculture tahun 2009/2010, Departemen Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan IPB tahun 2010/2011, staf Kominfo Tree Grower Community 2011/2012 sekretaris divisi Public relation International Forestry Student Association (IFSA) tahun 2011/2012, dan sekretaris kementerian kebijakan nasional Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) tahun 2012/2013. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan diantaranya Belantara pada tahun 2011, Bina Corps Rimbawan tahun 2011/2012, South East Asia Forest Youth Meeting tahun 2012. Selain organisasi penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Dendrologi tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013, dan Ilmu Hama Hutan 2011/2012.

Gambar

Gambar 1 Petak Pengamatan Metode Petak Ganda
Gambar 3.
Tabel 1 Komposisi jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian
Tabel 1 Komposisi jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bl) sebesar 7,9% dan kiara ( F. Secara keseluruhan ditemukan 33 spesies pohon pakan dalam 15 famili. Moraceae dan Fagaceae.. dijadikan owa jawa sebagai tempat tidur. Famili pohon

Keanekaragaman jenis burung diurnal pada lokasi penelitian dijumpai 31 jenis burung yang terdiri dari 19 famili yang tersebar pada tiga lokasi yaitu; Hutan Primer dijumpai 740

Jumlah famili dan spesies kupu-kupu yang ditemukan pada empat tipe habitat di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara... Kelimpahan Famili Kupu-Kupu yang ditemukan di

Dari 1.534 individu yang termasuk dalam 45 famili yang ditemukan di Gunung Kendeng menyebabkan tingginya nilai indeks keragaman Diptera dibandingkan dengan Gunung Botol (33

Untuk itu dilakukan penelitian di Cagar Alam Martelu Purba, Kabupaten Simalungun untuk mengetahui komposisi dan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan meranti

Dari hasil penelitian ditemukan 56 jenis tumbuhan paku dikelompokkan ke 2 kelas, 20 famili, 36 marga di jalur pendakian hutan gunung Sibuatan, dari 55 jenis yang ditemukan 28

Nilai persentase penutupan (DR) dan nilai kandungan klorofil jenis – jenis tumbuhan bawah di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun – Salak, Jawa Barat.. Smilacaceae

Keanekaragaman jenis burung diurnal pada lokasi penelitian dijumpai 31 jenis burung yang terdiri dari 19 famili yang tersebar pada tiga lokasi yaitu; Hutan Primer dijumpai 740