• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan Ekosistem Mangrove dengan Produksi Ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterkaitan Ekosistem Mangrove dengan Produksi Ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KETERKAITAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN

PRODUKSI IKAN DI DESA PAGIRIKAN DAN PABEAN ILIR,

KECAMATAN PASEKAN, INDRAMAYU, JAWA BARAT

MERRY RIZKY OKTAVIANDA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keterkaitan Ekosistem Mangrove dengan Produksi Ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2014

Merry Rizky Oktavianda

(4)

ABSTRAK

MERRY RIZKY OKTAVIANDA. Keterkaitan Ekosistem Mangrove dengan Produksi Ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Dibimbing oleh ISDRAJAT SETYOBUDIANDI.

Mangrove sebagai salah satu komponen ekosistem pesisir memegang peranan yang cukup penting, baik di dalam memelihara produktifitas perairan pesisir maupun di dalam menunjang kehidupan penduduk di wilayah pesisir tersebut. Di Kabupaten Indramayu, penurunan luasan mangrove masih terjadi sampai sekarang. Menurunnya luasan mangrove berarti menurunnya kualitas habitat yang akan berakibat pada menurunnya produksi ikan. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh perubahan ekosistem mangrove terhadap produksi ikan pada kawasan mangrove di pesisir Indramayu. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitaif. Data produksi dari kedua desa tersebut dibandingkan nilai rata-rata dan standar deviasinya (α = 5%) (Barnard et al. 1993). Data penelitian yang dikumpulkan berupa data produksi ikan dari kedua desa dan data kondisi mangrove di kedua desa. Hasil pengamatan menunjukkan produksi rata-rata dari kedua desa berbeda nyata sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara kondisi ekosistem mangrove dengan produksi ikan.

Kata kunci: ikan, mangrove, Pabean Ilir, Pagirikan, produksi

ABSTRACT

MERRY RIZKY OKTAVIANDA. The Linkage Between Mangrove Ecosystem and Fish Production in Desa Pagirikan and Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Supervised by ISDRAJAD SETYOBUDIANDI.

As one component of the coastal ecosystem, mangrove plays fairly roles, both in maintaining the productivity of coastal waters and in the life-sustaining population in the coastal areas. In Indramayu district, the decline of mangrove area is still going on until now. The deforestation of mangroves means the declining quality of habitat that would result in a decrease in fish production. This study aims to determine the effect of changes in mangrove ecosystems on the production of fish in the coastal mangrove area in Indramayu. Data analysis method used is descriptive correlational method using a quantitative approach. Production data from both villages compared to the average value and standard deviation (α = 5%) (Barnard et al. 1993). The research data were collected in the form of fish production data from both villages and mangrove condition data in both villages. The results showed an average yield of the two villages, which is significantly different so it can be concluded that there is a link between the condition of the mangrove ecosystem with fish production.

(5)

MERRY RIZKY OKTAVIANDA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

KETERKAITAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN

PRODUKSI IKAN DI DESA PAGIRIKAN DAN PABEAN ILIR,

(6)
(7)

Judul skripsi : Keterkaitan Ekosistem Mangrove dengan Produksi Ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat

Nama : Merry Rizky Oktavianda NIM : C24100005

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas segala karunia-Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Keterkaitan Ekosistem Mangrove dengan Produksi Ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Hasil penelitian ini diajukan untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi. 2. Beasiswa BIDIK MISI yang telah memberikan dana pendidikan selama

perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.

3. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), KODE Max: 2013.089.521219.

4. Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi, MSc sebagai komisi pembimbing yang telah memberi arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini.

5. Ir Agustinus M Samosir, MPhil selaku penguji tamu dan Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi sebagai penguji perwakilan program studi Manajemen Sumber Daya Perairan.

6. Dr Ir Yunizar Ernawati MS sebagai dosen pembimbing akademik.

7. Keluarga: Babeh Dadang Tarmiadi, Mama Djuariah SHR, atas kasih sayang, doa, dan dukungan baik moril ataupun materil.

8. Teman-teman penelitian Indramayu: Kak Pay (MSP 45), Kak Reiza (MSP 44), Anggun, Rizham, dan Rana yang selalu memberikan kebersamaan dan kerjasama selama penelitian lapang berlangsung.

9. Bang Rifi (MSP 41), Bang Aries (MSP 40), Bang Prawira (MSP 41), Bang Zahid (MSP 35), dan Bapak Ruslan yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan bagi penulis.

10.Teman-teman MSP 47 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan.

Saran dan kritik atas skripsi penelitian ini sangat diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi penelitian ini.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Pengumpulan Data 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 11

KESIMPULAN DAN SARAN 13

Kesimpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Produksi total hasil tangkapan ikan 7

2 Produksi ikan bulanan pada tahun 2013 7

3 Produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove 9 4 Kerapatan mangrove Desa Pagirikan dan Pabean Ilir tahun 2013 11

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 3

2 Kondisi ekosistem mangrove Desa Pagirikan (A dan B) dan Desa

Pabean Ilir (C dan D) 6

3 Perbandingan produksi total dirinci per bulan di Desa Pagirikan,

Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 8 4 Perbandingan produksi total dirinci per bulan di Desa Pabean Ilir,

Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 8 5 Produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove

(1) dibandingkan dengan produksi total ikan (2) 9 6 Produksi rata-rata berdasarkan tahun di Desa Pagirikan dan Pabean

Ilir 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produksi total tangkapan ikan per bulannya di Desa Pagirikan pada

tahun 2010-2013 16

2 Produksi total tangkapan ikan per bulannya di Desa Pabean Ilir

pada tahun 2010-2013 16

3 Hasil uji Kruskal-Wallis 2010 17

4 Hasil uji Kruskal-Wallis 2011 17

5 Hasil uji Kruskal-Wallis 2012 17

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur digenangi air laut atau dipengaruhi pasang surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah berlumpur, berpasir, atau lumpur berpasir (Indriyanto 2006). Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekonomis dan ekologis. Fungsi ekonomis ekosistem mangrove, antara lain sebagai penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan indistri, dan penghasil bibit. Fungsi ekologisnya, antara lain sebagai pelindung garis pantai, pencegah intrusi air laut, tempat tinggal (habitat), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro (Rochana 2006).

Ekosistem mangrove menopang kekayaan plasma nutfah dan produktifitas yang tinggi di daerah sekitarnya. Produktifitas yang tinggi dimungkinkan oleh bekerjanya mekanisme penjebak unsur hara, sehingga terdapat hubungan positif antara ekosistem mangrove dengan produksi perikanan laut. Menurut Sudarmono (2005), sekitar 30% produksi perikanan laut tergantung pada eksistensi hutan mangrove. Ekosistem mangrove menjadi tempat perkembangbiakan berbagai biota laut, termasuk beberapa jenis ikan tertentu. Daun mangrove yang jatuh menjadi detritus yang dapat menambah kesuburan kawasan, sehingga menjadikan tempat ini disukai oleh beberapa biota laut, seperti ikan, udang, dan kerang.

Hutan mangrove di beberapa wilayah di Indonesia telah mengalami degradasi secara sistematis dari tahun ke tahun akibat banyaknya kepentingan manusia. Degradasi hutan mangrove rata-rata mencapai 14% per tahun (Walhi 2006). Penurunan luasan mangrove masih terjadi sampai sekarang di Kabupaten Indramayu. Hutan mangrove di wilayah tersebut sudah banyak berkurang akibat kerusakan yang disebabkan oleh alam maupun aktivitas manusia. Hutan mangrove banyak mengalami kerusakan dan penurunan luasan akibat adanya peralihan fungsi dari hutan mangrove tersebut. Hutan mangrove telah banyak dialih fungsikan oleh masyarakat setempat menjadi tambak untuk udang dan bandeng. Salah satu penyebab utama peralihan fungsi hutan mangrove adalah tingkat ekonomi masyarakat yang rendah, sehingga hutan mangrove dijadikan sebagai nilai tambah untuk masyarakat setempat tanpa menghiraukan akibat yang akan terjadi kedepannya (Marcello 2012).

Menurunnya luasan mangrove berarti telah terjadi penurunan terhadap kualitas habitat, sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi perikanan laut, terutama produksi ikan. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan ekosistem mangrove dengan hasil produksi ikan yang terdapat di ekosistem mangrove Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat.

Perumusan Masalah

(12)

pesisir maupun di dalam menunjang kehidupan penduduk di wilayah pesisir tersebut. Keberadaan mangrove diindikasikan dapat mempengaruhi kondisi lingkungan dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas perairan di daerah tersebut.

Di Kabupaten Indramayu, penurunan luasan mangrove masih terjadi sampai sekarang. Menurunnya luasan mangrove berarti menurunnya kualitas habitat yang akan berakibat pada menurunnya produksi ikan. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan ekosistem mangrove dengan hasil produksi ikan yang terdapat di ekosistem mangrove Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menghitung produksi ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat, serta menentukan pengaruh perubahan ekosistem mangrove terhadap produksi ikan di kawasan mangrove pesisir Indramayu.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah, masyarakat, dan akademisi dalam rencana pengelolaan terhadap ekosistem mangrove di Kabupaten Indramayu yang perlu dilakukan agar manfaat yang diberikan ekosistem mangrove tersebut dapat terjaga.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juli hingga November 2013. Penelitian dilakukan pada ekosistem mangrove Desa Pagirikan dan Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Gambar 1 merupakan peta lokasi penelitian.

Pengumpulan Data Penentuan stasiun pengambilan contoh

(13)

3

Gambar 1 Lokasi Penelitian Pengambilan data vegetasi mangrove

Pengumpulan data vegetasi mangrove dilakukan dengan metode observasi lapangan dengan cara mengamati vegetasi mangrove dominan. Kemudian setelah diketahui jenis pohon mangrove dominan di kawasan tersebut, hitung jumlah tegakan di tiap plot pengamatan. Vegetasi mangrove tingkat pohon, diamati pada luasan 10x10 m2 dengan ciri diameter batang ≥10 cm dan tinggi ≥1,5 m. Vegetasi mangrove tingkat anakan, diamati pada luasan 5x5 m2 dengan diameter batang <10 cm dengan tinggi ≥1,5 m. Vegetasi mangrove tingkat semai, diamati pada luasan 2x2 m2 dengan tinggi <1,5 m.

Data yang diambil berupa jenis-jenis mangrove, diameter batang mangrove, perhitungan tegakan, dan analisis kerapatan jenis. Hasil pengukuran dicatat pada data sheet dan setiap lokasi didokumentasi dengan menggunakan kamera. Daun dan bunga diidentifikasi lebih lanjut menggunakan buku Giesen et al. (2007) untuk menentukan jenis mangrove.

Pengumpulan data contoh ikan

Data yang diambil berupa data produksi ikan dan jenis ikan. Data produksi ikan didapat dari data logbook selama 5 bulan, hasil wawancara, dan data sekunder. Data sekunder didapat dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Data sekunder ini dipergunakan sebagai data penguji.

Data jenis ikan didapat dengan cara mengambil contoh ikan-ikan hasil tangkapan yang kemudian dilakukan identifikasi. Contoh ikan diawetkan dalam formalin 10% dan dimasukkan ke dalam plastik klip. Ikan hasil tangkapan tersebut kemudian diidentifikasi menggunakan buku identifikasi Allen et al.

(1999). Setelah teridentifikasi jenis, ikan dipisahkan kembali menjadi ikan yang berasosiasi dengan mangrove dan ikan yang tidak berasosiasi dengan mangrove.

Analisis Data

Metode deskriptif korelasional

(14)

mendeskripsikan hubungan ekosistem mangrove dengan produksi ikan. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2007), yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Pendekatan penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Tujuan dari penelitian menggunakan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Pengertian dari metode deskriptif korelasional adalah studi korelasi yang mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variabel lain tetapi tidak untuk melihat hubungan sebab akibat antara variabel tersebut.

Kerapatan jenis vegetasi mangrove

Kerapatan jenis (Di) adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area (Bengen 2000). Penentuan kerapatan jenis (Di) dapat menggunakan rumus :

Di = (1)

Keterangan :

Di : Kerapatan jenis ke-i ni : Jumlah total individu ke-i

A : Luas total area pengambilan contoh Data produksi ikan

Data produksi ikan selama penelitian yang didapat dari kedua desa berdasarkan hasil dari logbook dan wawancara diolah menggunakan tabel dan grafik. Data produksi selama penelitian tersebut kemudian dibandingkan dengan data sekunder yang didapat dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Keseluruhan data produksi dari kedua desa tersebut kemudian dibandingkan nilai rata-rata dan standar deviasinya (α = 5%) (Barnard et al. 1993). Uji Kruskal Wallis

Uji Kruskal Wallis adalah uji yang dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa beberapa sampel independen berasal dari populasi yg sama (Siegel 1986). Penelitian ini menggunakan uji dua contoh independen. Uji dua contoh independen digunakan pada dua contoh yang memiliki karakteristik yang berbeda. Uji ini digunakan untuk mengetahui berbeda atau tidaknya produksi ikan dan kondisi ekosistem mangrove pada dua lokasi berbeda. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

(2)

Keterangan:

: Jumlah contoh

(15)

5

Uji perbedaan produksi ikan dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Produksi rata-rata ikan dan kondisi ekosistem mangrove antara Desa Pagirikan dan Pabean Ilir adalah sama (mirip).

H1 : Produksi rata-rata ikan dan kondisi ekosistem mangrove antara Desa Pagirikan dan Pabean Ilir adalah tidak sama (berbeda).

Pengambilan keputusan pada hipotesis dapat dilakukan dengan melihat nilai

P-value. Jika nilai P-value lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima. Demikian juga nilai P-value lebih kecil 0.05, maka H0 ditolak. Jika nilai P-value lebih besar dari 0.05, maka nilai ragam dua contoh adalah sama. Demikian pula jika nilai P-value kurang dari 0.05, maka nilai ragam dua contoh adalah berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi lokasi penelitian

Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa dengan panjang garis pantai 114,1 km. Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang beribukota Indramayu. Kabupaten Indramayu terdiri atas 31 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 307 desa, dan 8 kelurahan dengan luas wilayah 2.040.110 km2. Kecamatan Pasekan merupakan salah satu dari 31 kecamatan tersebut. Kecamatan Pasekan terletak antara 06°16,437’ LS dan 108°12,942’ BT. Kecamatan Pasekan terdiri dari 6 desa, yaitu Pagirikan, Pasekan, Brondong, Pabean Ilir, Totoran, dan Karanganyar (Vihera 2011).

Hutan mangrove di Kabupaten Indramayu terbagi menjadi 2 (dua), yaitu hutan mangrove di dalam kawasan hutan (hutan lindung) dan hutan Mangrove di luar kawasan hutan. Hutan mangrove di dalam kawasan hutan tersebar di 10 Desa, yaitu Desa Parean Girang Kecamatan Kandanghaur; Desa Cemara Kecamatan Losarang; Desa Cangkring dan Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi; Desa Babadan dan Desa Karanganyar Kecamatan Sindang; serta Desa Pasekan, Pagirikan, Totoran, dan Pabean Ilir Kecamatan Pasekan. Hutan Mangrove di luar kawasan hutan yang tersebar di 22 desa, yaitu Ujung Gebang Kecamatan Sukra; Desa Ilir, Bulak, dan Parean Girang Kecamatan Kandanghaur; Desa Cemara Kecamatan Losarang; Desa Cangkring dan Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi; Desa Brondong, Karanganyar, Totoran, dan Pabean Ilir Kecamatan Pasekan; Desa Pabean Udik, Karangsong, dan Singaraja Kecamatan Indramayu; Desa Benda Kecamatan Karangampel; Desa Juntinyuat Kecamatan Juntinyuat; serta Desa Tanjakan, Kalianyar, Luwung Gesik, Krangkeng, dan Singakerta Kecamatan Krangkeng (Amelia 2010).

(16)

Indramayu. Berdasarkan pengelolaannya, hutan mangrove binaan tersebut dibagi menjadi 4 (empat) Resort Pemangkuan Hutan (RPH), yaitu RPH Cemara, Cangkring, Purwa, dan Pabean Ilir. Keseluruhan wilayah RPH berada di dalam wilayah Losarang, Sindang, dan Indramayu.

Penelitian ini difokuskan pada dua desa yaitu Desa Pabean Ilir dan Pagirikan. Pembagian dua lokasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat abrasi di dua lokasi tersebut. Desa Pabean Ilir adalah desa dengan kondisi mangrove yang masih sehat, sedangkan Desa Pagirikan adalah desa dengan kondisi mangrove yang rusak akibat abrasi. Gambar 2 adalah gambaran lokasi penelitian.

Gambar 2 Kondisi ekosistem mangrove Desa Pagirikan (A dan B) dan Desa Pabean Ilir (C dan D)

Jenis mangrove yang ditemukan di kedua lokasi penelitian selama pengamatan terdiri dari 6 jenis, yaitu Avicennia marina, A. alba, Rhizophora mucronata, R. apiculata, Acanthus ilicifolius, dan Brugruiera cylindrica. Jenis mangrove yang paling banyak ditemukan di Desa Pabean Ilir pada habitat tambak, sungai, dan pantai adalah R. mucronata. Jenis mangrove A. marina mendominasi di habitat sungai, sementara R. mucronata mendominasi di habitat tambak dan pantai di Desa Pagirikan.

Kondisi kegiatan perikanan

Indramayu merupakan salah satu kabupaten penghasil ikan, sesuai dengan letaknya yang berada di pesisir pantai. Usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu dilakukan di dalam dan di luar wilayah perairan Kabupaten Indramayu. Jenis usaha perikanan yang dilakukan di dalam wilayah perairan Kabupaten Indramayu umumnya dilakukan oleh nelayan yang berdomisili di sepanjang jalur pantai dengan menggunakan alat tangkap payang, dogol, pukat pantai, pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring kelitik, bubu, pancing, sero, dan alat lainnya (Indramayu Dalam Angka 2013). Sebagian besar nelayan di

A

C D

(17)

7

Kecamatan Pasekan menggunakan jaring insang hanyut, jaring kelitik, bubu, pancing, sero, dan alat lainnya, seperti anco dan jala lempar. Produksi total hasil tangkapan ikan di kedua desa selama 4 tahun terakhir disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi total hasil tangkapan ikan

Stasiun Produksi Total (kg/tahun)

2010 2011 2012 2013a

Pagirikan 8.478,11 8.433,98 9.042,17 728,64

Pabean Ilir 17.726,97 17.634,69 18.906,35 1.527,90

a

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu

Data produksi hasil tangkapan ikan mengalami peningkatan pada kedua desa. Produksi ikan hasil tangkapan di Desa Pagirikan sebesar 8.478,11 kg/tahun pada tahun 2010. Nilai tersebut berbeda dari produksi ikan hasil tangkapan pada tahun 2012, yaitu sebesar 9.042,17 kg/tahun. Desa Pabean Ilir pun mengalami peningkatan produksi hasil tangkapan tiap tahunnya. Produksi hasil tangkapan pada tahun 2010 sebesar 17.726,97 kg/tahun, sedangkan produksi pada tahun 2012 sebesar 18.906,35 kg/tahun. Produksi total hasil tangkapan di Desa Pabean Ilir lebih besar daripada produksi total hasil tangkapan di Desa Pagirikan. Produksi ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir selama penelitian berlangsung disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi total per bulan hasil tangkapan ikan pada tahun 2013

Stasiun Produksi Bulan (kg/tahun)

Juli Agustus September Oktober November

Pagirikan 223,30 216,33 113,67 118,67 56,67

Pabean Ilir 545,50 451,57 199,67 267,17 64,00

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu

Sebagian besar produksi pada kedua desa mengalami penurunan selama penelitian berlangsung. Produksi ikan hasil tangkapan di Desa Pagirikan pada bulan Juli, sebesar 223,30 kg/tahun. Nilai tersebut berbeda dari produksi ikan hasil tangkapan pada bulan November, yaitu sebesar 56,67 kg/tahun. Desa Pabean Ilir pun mengalami penurunan produksi hasil tangkapan. Produksi hasil tangkapan pada bulan Juli sebesar 545,50 kg/tahun, sedangkan produksi pada bulan November sebesar 64,00 kg/tahun. Produksi ikan per bulan di Desa Pabean Ilir lebih besar daripada produksi ikan bulanan di Desa Pagirikan.

Desa Pagirikan adalah salah satu desa yang kondisi mangrovenya rusak. Hutan mangrove di desa tersebut telah mengalami abrasi, sehingga mempengaruhi produksi hasil tangkapan ikan di desa tersebut. Grafik perbandingan produksi total dari Desa Pagirikan selama beberapa tahun terakhir disajikan pada Gambar 2.

(18)

yaitu berkisar antara 600-800 kg/tahun. Hasil produksi total pada tahun 2010-2012 di Desa Pagirikan disajikan pada Lampiran 1.

Gambar 3 Perbandingan produksi total dirinci per bulan di Desa Pagirikan, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

Berbeda dari Desa Pagirikan, Desa Pabean Ilir memiliki kondisi mangrove yang lebih baik. Hutan mangrove yang masih sehat dapat mempengaruhi produksi hasil tangkapan ikan di desa tersebut. Grafik perbandingan produksi total dari Desa Pabean Ilir selama beberapa tahun terakhir disajikan pada Gambar 3.

Gambar 4 Perbandingan produksi total dirinci per bulan di Desa Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

(19)

9

Dari keseluruhan produksi total hasil tangkapan yang ada di kedua desa, terdapat beberapa ikan yang berasosiasi langsung dengan ekosistem mangrove. Ikan-ikan hasil tangkapan yang berasosiasi langsung dengan ekosistem mangrove di Kecamatan Pasekan, diantaranya ikan seriding, ilat-ilat, blodok, belanak, kuro serta layur. Produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove

Stasiun Produksi Total Ikan (kg/tahun)

2010 2011 2012 2013

Pagirikan 551,35 196,98 250,34 97,86

Pabean Ilir 263,69 411,88 523,44 60,12

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu

Data produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove berfluktuatif, yaitu terjadi peningkatan dan penurunan selama 4 tahun terakhir. Produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove tertinggi di Desa Pagirikan terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 551,35 kg/tahun. Produksi total tertinggi ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove di Desa Pabean Ilir terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 523,44 kg/tahun. Secara keseluruhan, nilai produksi total Desa Pagirikan lebih rendah dibandingkan nilai produksi total di Desa Pabean Ilir. Grafik produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove disajikan pada Gambar 4.

Gambar 5 Produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove (1) dibandingkan dengan produksi total ikan (2)

Produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove hanya merupakan sebagian kecil dari produksi total ikan di kedua desa. Produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove tertinggi di Desa Pagirikan selama empat tahun terakhir sebesar 551,35 kg/tahun, yaitu pada tahun 2010 (Tabel 3). Produksi total ikan tertingginya sebesar 9.042,17 kg/tahun pada tahun 2012 (Tabel 1). Berbeda dengan Desa Pabean Ilir yang memiliki nilai produksi total tertinggi ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove selama empat tahun terakhir sebesar 523,44 kg/tahun pada tahun 2012, sedangkan produksi total ika tertingginya sebesar 18.906,35 kg/tahun pada tahun 2012.

(20)

Gambar 6 Produksi rata-rata berdasarkan tahun di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir Produksi rata-rata antara kedua desa yaitu berbeda nyata. Grafik pada tahun 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa produksi rata-rata pada tahun tersebut di kedua desa berbeda nyata. Grafik pada tahun 2010 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Grafik pada tahun 2013 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut dikarenakan data yang digunakan hanya menggunakan data yang didapat selama penelitian berlangsung, yaitu pada selama bulan Juli-November 2013. Berdasarkan contoh yang ada dapat disimpulkan bahwa produksi rata-rata dari kedua desa, yaitu berbeda nyata, yang berarti terdapat keterkaitan antara kondisi ekosistem mangrove dengan produksi rata-rata hasil tangkapan di antara kedua desa.

Hubungan lingkungan mangrove terhadap produksi perikanan

Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan khas, serta memiliki daya dukung cukup besar terhadap lingkungan sekitarnya terutama sebagai penyokong sumber makanan alami di perairan melalui serasah yang jatuh di dasar perairan. Komunitas mangrove menyokong secara nyata terhadap produksi makanan di daerah tropis. Hubungan antara ekosistem mangrove terhadap produksi ikan sangat nyata (Linder 1980 in Harahab 2009).

Penurunan luasan garis pantai terjadi di Kabupaten Indramayu akibat hilangnya ekosistem mangrove di pesisir Indramayu. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya abrasi. Abrasi telah menggerus 60 persen garis pantai di Kabupaten Indramayu. Hal tersebut diungkapkan Kasi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Indramayu, Suhartati, Rabu (26/3). “Dari 147 km panjang garis pantai di Indramayu, 60 persen sudah tergerus abrasi,” katanya. Ada pun pesisir pantai yang terparah tergerus abrasi diantaranya berada di Kecamatan Juntinyuat, Krangkeng, Indramayu, Pasekan, Losarang, Kandanghaur, Sukra, dan Patrol (Hidayah 2014).

Selain penurunan luasan, kerapatan mangrove juga mempengaruhi produksi ikan di sekitarnya. Semakin tinggi kerapatan mangrove, maka semakin tinggi pula produksi serasahnya (Sopana et al. 2011). Produksi serasah yang tinggi dapat menjadi nutrisi bagi organisme autotrof. Organisme autotrof mensuplai bahan organik bagi konsumen, seperti ikan. Kerapatan mangrove di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.

(21)

11

Tabel 4 Kerapatan mangrove Desa Pagirikan dan Pabean Ilir tahun 2013

Desa Kerapatan jenis (ind/Ha) Kerapatan total

Pohon Anakan Semai (ind/Ha)

Pagirikan 686 10.051 275.834 286.571

Pabean Ilir 854 59.178 258.580 318.612

Kerapatan mengrove di Desa Pagirikan lebih rendah dibandingkan kerapatan mangrove di Desa Pabean Ilir. Kerapatan pohon dan anakan tertinggi terdapat di Desa Pabean Ilir, yaitu sebesar 854 ind/Ha. Berbeda dengan kerapatan semai tertinggi yang terdapat di Desa Pagirikan, yaitu sebesar 275.834 ind/Ha. Perbedaan kondisi ekosistem mangrove tersebut mempengaruhi produksi ikan di kedua desa.

Pembahasan

Perbedaan antara hasil produksi hasil tangkapan pada setiap desa yang memiliki kondisi mangrove yang berbeda mengindikasikan bahwa terdapat suatu hubungan antara kondisi mangrove terhadap produksi hasil tangkapan. Terdapat hubungan yang positif antara produksi udang dan luasan mangrove (Martosubroto dan Naamin 1977 in Suryaperdana 2011). Lokasi yang memiliki kondisi mangrove yang berbeda, mengindikasikan adanya perbedaan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap produktifitas lingkungan sekitar. Produktifitas kawasan pesisir tersebut, khususnya lingkungan perairan, akan memberikan kontribusi terhadap produksi sumberdaya ikan di lingkungan tersebut (Suryaperdana 2011).

Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa produksi total selama penelitian berlangsung lebih rendah daripada produksi total hasil tangkapan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi tersebut berbeda dari kondisi produksi total pada tahun 2010 hingga tahun 2012. Tahun 2013 produksi total di kedua desa berada di bawah produksi total terendah di tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat disebabkan karena kondisi cuaca yang tidak mendukung adanya penangkapan ikan. Kondisi tersebut dikeluhkan juga oleh nelayan yang melakukan penangkapan ikan. Tahun 2013 hasil tangkapan mereka menurun karena cuaca yang tidak mendukung mereka untuk nelayan pergi melaut.

Gambar 4 menunjukkan bahwa produksi total ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove mengalami penurunan. Ikan-ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove adalah ikan-ikan yang membutuhkan mangrove sebagai bagian dalam siklus hidupnya. Kondisi mangrove di kedua desa terus mengalami degradasi, terutama di Desa Pagirikan yang telah mengalami abrasi. Hutan mangrove di beberapa wilayah di Indonesia telah mengalami degradasi secara sistematis dari tahun ke tahun akibat banyaknya kepentingan manusia. Degradasi hutan mangrove rata-rata mencapai 14% per tahun (Walhi 2006).

(22)

meningkatnya abrasi dan menurunkan kualitas tanah di kawasan pantai utara Jawa termasuk Kabupaten Indramayu (Marcello 2012). Akibatnya nelayan yang terbiasa mengandalkan ikan hasil tangkapan dari ikan-ikan yang berada di sekitaran muara pun tidak dapat meningkatkan hasil tangkapan mereka. Alat dan kapal yang digunakan nelayan tidak mendukung mereka untuk pergi ke laut yang lebih jauh dari muara. Tidak semua nelayan memiliki alat yang lebih mendukung. Akibatnya terjadi penurunan produksi. Nelayan memilih tidak melaut bila kondisi cuaca dan lingkungan tidak mendukung melakukan penangkapan ikan.

Gambar 5 menunjukkan bahwa produksi rata-rata dari kedua desa adalah berbeda nyata. Kemudian dilakukan pembuktian menggunakan uji Kruskal Wallis. Nilai P-value tahun 2010-2012 berada di bawah 0,05 yang berarti Tolak H0. Berbeda pada tahun 2013, nilai P-value yang didapat berada di atas 0,05. Hal tersebut diakibatkan data yang digunakan hanya selama penelitian berlangsung, yaitu bulan Juli-November 2013. Namun, dapat disimpulkan bahwa produksi rata-rata kedua desa tersebut berbeda nyata setelah dilakukan uji (Lampiran 3-6). Hal tersebut berarti terdapat perbedaan hasil produksi rata-rata yang terlihat dari kedua desa.

Desa Pabean Ilir yang memiliki kondisi mangrove yang sehat mendapatkan nilai produksi hasil tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan Desa Pagirikan yang memiliki kondisi mangrove yang rusak akibat abrasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara kondisi ekosistem mangrove dengan produksi hasil tangkapan di antara kedua desa.

Telah dilakukan beberapa penelitian untuk membuktikan hubungan antara ekosistem mangrove terhadap produksi perikanan ini. Penelitian pertama dilakukan oleh Martosubroto dan Naamin (1977) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara hasil tangkapan udang tahunan dengan luasan mangrove di seluruh Indonesia. Penelitian lainnya dilakukan oleh Paw dan Chua (1989) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara luasan mangrove dengan penangkapan udang penaeidae di Philipina. Penelitian yang sama pun telah dilakukan oleh Efrizal (2005) yang menunjukkan bahwa ekosistem mangrove memberikan kontribusi 44,18% terhadap produksi sumber daya ikan demersal di Kabupaten Bengkalis, Riau (Indra c2008).

Ekosistem mangrove yang semakin berkurang dan rusak menyebabkan produksi ikan semakin menurun, terutama ikan-ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan pesisir yang memiliki manfaat sangat besar, antara lain sebagai daerah pemijahan jenis ikan tertentu, daerah asuhan ikan-ikan ekonomis, penyedia nutrien dan zat hara serta fungsi fisik seperti menjaga daerah pesisir dari abrasi. Namun, karena sebagian besar ekosistem mangrove telah ditebang untuk area pertambakan dan keperluan lainnya, maka secara umum, kondisi mangrove di Indonesia khususnya di Pantai Utara Jawa sudah dalam tingkatan yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini mengakibatkan produksi ikan menipis karena berkurangnya benih ikan. Hal ini juga diungkapkan oleh Purwoko (2005) in

Onrizal dan Kusmana (2008), bahwa kerusakan mangrove dapat menyebabkan penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang berada di sekitar hutan mangrove.

(23)

13

masyarakat setempat menjadi tambak untuk udang dan bandeng. Penurunan luasan mangrove mempengaruhi penurunan kerapatan mangrove tersebut. Kerapatan mangrove memiliki hubungan positif dengan produksi ikan, sehingga kerapatan mangrove yang rendah akibat alih fungsi lahan dapat mempengaruhi penurunan produksi ikan. Pendapatan ekonomi masyarakat yang rendah menjadi penyebab utama peralihan fungsi dari mangrove karena dinilai memiliki nilai tambah untuk masyarakat setempat tanpa menghiraukan akibat yang akan terjadi kedepannya (Marcello 2012).

Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan kesadaran dan peran semua pihak untuk mengatasinya. Rekomendasi pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir adalah dilakukannya penanaman mangrove kembali sesuai dengan peraturan pemerintah serta pembatasan pembukaan lahan untuk tambak dan kegiatan pengeboran minyak di kawasan pesisir indramayu. Penanaman kembali mangrove perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya tanaman mangrove. Perlu dilakukannya pemilihan jenis mangrove yang akan ditanam agar sesuai dengan kondisi lingkungan saat ini. Jenis-jenis mangrove yang sesuai dengan kondisi lingkungan di Kecamatan Pasekan, misalnya jenis Avicennia dan Rhizophora. Selain itu, masyarakat Desa Pagirikan dan Pabean Ilir juga perlu diikutsertakan dalam proses penanaman mangrove. Penanaman mangrove tersebut terdiri dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan perawatan. Hal tersebut dimaksudkan kelak dapat menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap ekosistem mangrove yang ada di wilayah mereka.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan produksi rata-rata dari Desa Pagirikan dan Pabean Ilir adalah berbeda nyata. Desa Pabean Ilir yang memiliki kondisi mangrove yang sehat mendapatkan nilai produksi hasil tangkapan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan Desa Pagirikan yang memiliki kondisi mangrove yang rusak akibat abrasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara kondisi ekosistem mangrove dengan produksi rata-rata hasil tangkapan di antara kedua desa. Ekosistem mangrove yang semakin berkurang dan rusak menyebabkan produksi ikan semakin menurun, terutama ikan-ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove.

Saran

(24)

pada bulan dan musim berbeda agar didapatkan informasi lengkap mengenai pengaruh ekosistem mangrove terhadap produksi ikan di semua musim. Penanaman dan rehabilitasi mangrove juga perlu dilakukan karena rendahnya luasan dan kerapatan mangrove di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir Kecamatan Pasekan Indramayu. Serta, perlu dilakukannya sosialisasi mengenai penangkapan lebih dan mengatur jumlah serta waktu penangkapan.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia M. 2010. Analisis Kondisi Ekosistem Mangrove di Indramayu, Jawa Barat. Jatinangor (ID): Universitas Padjadjaran.

Allen G, Swainston R, dan Ruse J. 1999. Marine Fishes of Tropical Australia and South-east Asia : A Field Guide For Anglers and Divers. Singapore (SG): sumberdaya pesisir laut. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Efrizal T. 2005. Analisis pengelolaan sumber daya ikan demersal di pulau-pulau kecil : melalui “Coverging Dual Track Model (CD TRAM)”. [disertasi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Giesen W, Stephan W, Max Z, dan Liesbeth S. 2007. Mangrove Guidebook for Southeast Asia. Bangkok (TH): Regional Office for Asia and the Pacific. Harahab N. 2009. Pengaruh Ekosistem Hutan Mangrove Terhadap Produksi

Perikanan Tangkap (Studi Kasus di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur). Jurnal Perikanan XI (1): 100-106.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Indramayu Dalam Angka. 2013. Indramayu (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu.

Marcello H. 2012. Perubahan mangrove di wilayah pesisir Indramayu. [skripsi] Depok (ID): Universitas Indonesia.

Martosubroto P dan Naamin N. 1977. Relationsips between tidal forest (mangroves) and commercial shrimp production in Indonesia. Marine Research in Indonesia (18): 81-86.

(25)

15

Paw J.N dan Chua T.E. 1989. An assessment of the ecological and economical impacts of mangrove conversion in Southeast Asia. Marine Pollution Bull.

20(7): 335-343.

Rochana, 2006. Ekosistem mangrove dan pengelolaannya di Indonesia [Internet]. [diunduh 6 Juli 2014]. Tersedia pada: http://www.irwantoshut.com

Siegel S. 1986. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta (ID): Gramedia.

Sopana AG, Trisnadi W, dan Thin S. 2011. Produksi serasah mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Sudarmono. 2005. Tsunami dan Penghijauan Kawasan Pantai Rawan Tsunami.

Inovasi Online Vol. 3/XVII/Maret 2005.

Sudjana N dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung (ID): Sinar Baru Algensindo.

Suryaperdana Y. 2011. Keterkaitan Lingkungan Mangrove Terhadap Produksi Udang dan Ikan Bandeng di Kawasan Silvofishery Blanakan, Subang, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Vihera RA. 2011. Analisis Komparatif Sistem Bagi Hasil Berdasarkan Jenis Alat Tangkap Di Desa Karangsong Indramayu. Jatinangor (ID): Universitas Padjadjaran.

(26)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Produksi total tangkapan ikan per bulannya di Desa Pagirikan pada tahun 2010-2013

Bulan Produksi Total Desa Pagirikan (kg)

2010 2011 2012 2013

Januari 883,22 675,71 626,61 0

Februari 877,09 675,94 635,83 0

Maret 880,15 676,17 618,80 0

April 387,75 611,16 649,57 0

Mei 388,08 611,48 640,86 0

Juni 387,36 611,79 658,29 0

Juli 910,29 627,19 879,02 223,30

Agustus 904,72 625,63 874,23 216,33

September 914,64 626,41 883,80 113,67

Oktober 576,82 896,72 858,39 118,67

November 577,50 897,50 858,61 56,67

Desember 790,49 898,28 858,17 0

Total 8478,11 8433,98 9042,17 728,64

Lampiran 2 Produksi total tangkapan ikan per bulannya di Desa Pagirikan pada tahun 2010-2013

Bulan Produksi Total Desa Pabean Ilir (kg)

2010 2011 2012 2013

Januari 1846,727 1412,839 1310,177 0

Februari 1833,908 1413,329 1329,455 0

Maret 1840,309 1413,819 1293,857 0

April 810,7518 1277,888 1358,192 0

Mei 811,4377 1278,541 1339,971 0

Juni 809,9353 1279,194 1376,417 0

Juli 1903,343 1311,397 1837,958 545,50

Agustus 1891,684 1308,131 1827,933 451,57

September 1912,439 1309,764 1847,952 199,67

Oktober 1206,085 1874,962 1794,806 267,17

November 1207,506 1876,595 1795,271 64,00

Desember 1652,841 1878,228 1794,365 0

(27)

17

Lampiran 3 Hasil uji Kruskal-Wallis tahun 2010 Test Statisticsa,b

Data_2010

Chi-Square 9,720

df 1

Asymp. Sig. ,002

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Desa_ke

Lampiran 4 Hasil uji Kruskal-Wallis tahun 2011 Test Statisticsa,b

Data_2011

Chi-Square 17,280

df 1

Asymp. Sig. ,000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Desa_ke

Lampiran 5 Hasil uji Kruskal-Wallis tahun 2012 Test Statisticsa,b

Data_2012

Chi-Square 17,280

df 1

Asymp. Sig. ,000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Desa_ke

Lampiran 6 Hasil uji Kruskal-Wallis tahun 2013 Test Statisticsa,b

Data_2013

Chi-Square ,176

df 1

Asymp. Sig. ,675

a. Kruskal Wallis Test

(28)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Merry Rizky Oktavianda, lahir di Bogor 16 Oktober 1992, merupakan anak tunggal dari Ibu bernama Djuariah dan Ayah bernama Dadang Tarmiadi. Penulis mulai mengikuti pendidikan di TK Al-Munawar dan lulus tahun 1999 dilanjutkan sekolah dasar di SD Negeri Cibuluh I Bogor Utara lulus pada tahun 2005. Melanjutkan di SMP Negeri 5 Bogor lulus pada tahun 2008 dan dilanjutkan sekolah di SMA Negeri 6 Bogor lulus pada tahun 2010. Penulis lulus menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Kegiatan diluar akademik, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASPER) tahun 2011-2012 sebagai Bendahara Umum 2, dan pada tahun 2012-2013 sebagai Bendahara Divisi INFAK (Informasi dan Komunikasi), Uni Konservasi Fauna (UKF) (2010-2011) sebagai anggota. Kepanitiaan yang pernah Penulis ikuti diantaranya Anggota Divisi Acara pada Temu Kerja Nasional Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Indonesia (2012), Anggota Divisi Acara Festival Air HIMASPER IPB (2012), Ketua Divisi Acara Water Festival HIMASPER IPB (2013). Kegiatan akademik diluar perkuliahan Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ekologi Perairan (2011-2012) dan asisten mata kuliah Iktiologi (2012-2013).

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Penulis menyusun skripsi dengan judul “Keterkaitan Ekosistem Mangrove dengan Produksi Ikan di Desa Pagirikan dan Pabean Ilir,

Gambar

Gambar 1  Lokasi Penelitian
Gambar 2  Kondisi ekosistem mangrove Desa Pagirikan (A dan B) dan Desa
Tabel 1  Produksi total hasil tangkapan ikan
Gambar 3  Perbandingan produksi total dirinci per bulan di Desa Pagirikan,
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pelaporan secara anonim dan elektronik ke KNKP, setiap Kejadian Sentinel, Kejadian Tidak diharapkan (KTD) atau atau yang terjadi pada PASIEN dan telah dilakukan analisa

Jadi telah dibuat aplikasi manajemen administrasi yang diperuntukkan untuk Laboratorium Politeknik Telkom untuk membangun pengelolaan inventaris dan ruangan seperti pengadaan

Dra. Afidah Mas'ud NIP.. Shalawat dan salarn senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah diutus untuk membentuk kepribadian umat yang paripurna, yang

Sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan (Pasal 32 ayat (1) PP No.24/1997), bahwa orang tidak dapat menuntut

adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat.. hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan

Dari mana anda mendapatkan informasi mengenai tentang adanya Program KPS di tempat anda.. Apakah ada diadakan sosialisasi mengenai Kartu Perlindungan Sosial (KPS) oleh aparat

Aturan yang berupa larangan dan sanksi yang diberlakukan dalam Hukum Adat Sasi di Desa Ohoider Tawun sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat desa tersebut

Pengaruh langsung Program Kesehatan Kerja (X2) ke Faktor Penyakit Akibat Kerja (Y1) dan pengaruh langsung antara Faktor Penyakit Akibat Kerja (Y1) keFaktor