• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Next Generation OPAC Berbasis Library 2.0 Di STT Amanat Agung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Next Generation OPAC Berbasis Library 2.0 Di STT Amanat Agung"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN NEXT GENERATION OPAC BERBASIS

LIBRARY 2.0 DI STT AMANAT AGUNG

TONI AFANDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perancangan Next Generation OPAC Berbasis Library 2.0 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Toni Afandi

(4)

RINGKASAN

TONI AFANDI. Perancangan Next Generation OPAC Berbasis Library 2.0 Di STT Amanat Agung. Dibimbing oleh WISNU ANANTA KUSUMA dan JANTI G. SUJANA

Katalog perpustakaan, sebagai sarana temu kembali informasi, terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komputer. Dewasa ini katalog memanfaatkan teknologi web sebagai media bagi layanannya. Perkembangan teknologi informasi dan komputer juga menjadi penantang layanan perpustakaan dengan berkembangnya mesin-mesin pencari informasi. Selain menjadi penantang layanan penyedia informasi, teknologi web juga membentuk tingkah laku pencari informasi dalam lingkungan Web 2.0, yang tidak puas dengan hanya memperoleh informasi, tetapi juga mengharapkan dapat menciptakan dan membagikan informasi.

Penelitian ini bertujuan mengembangkan prototipe next generation OPAC yang akan menggunakan kontribusi pengguna untuk memperkaya cantuman bibliografi. Pengguna dapat memperkaya cantuman bibliografi dengan tagging, peringkat dan komentar. Prototipe ini dikembangkan dengan menggunakan Drupal 7 dan diuji dengan metode Black Box. Hasil pengujian menunjukkan bahwa prototipe ini dapat memenuhi semua persyaratan fungsionalitas.

(5)

SUMMARY

TONI AFANDI. Next Generation OPAC Design based on Library 2.0 at STT Amanat Agung. Supervised by WISNU ANANTA KUSUMA and JANTI G. SUJANA.

Library catalogs, as a means of information retrieval, continue to evolve with advances in information technology and computers. Nowadays catalogs utilizing web technologies as a medium for its service. The development of information and computer technology is become a competitor to library service by the development search engines. It also has change users’ interaction with information in this Web 2.0 environment. Users expect to participate and collaborate in the creation of information.

This study aims to create a prototype of next generation OPAC which will

use users’ contribution as an enrichment to bibliographic records. Users can contribute information to existing bibliographic record with tagging, rating and comment. Prototype was created using Drupal 7 and tested using Black Box method. Testing results shows that this prototype can fulfill all functional requirements.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Magister Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan

PERANCANGAN NEXT GENERATION OPAC BERBASIS

LIBRARY 2.0 DI STT AMANAT AGUNG

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Perancangan Next Generation OPAC Berbasis Library 2.0 Di STT Amanat Agung

Nama : Toni Afandi NIM : G652110025

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST, MT Ketua

Ir Janti G Sujana, MA Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Magister Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan

Aziz Kustiyo, SSi, MKom.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 19 Juni 2014

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah sumber segala berkat atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah katalog perpustakaan, dengan judul Perancangan Next Generation OPAC Berbasis

Library 2.0 di STT Amanat Agung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST, MT dan Ibu Ir Janti G Sujana, MA selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Hilda V Putong, MP yang telah membuka jalan untuk melanjutkan studi pada program Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan ini. Juga kepada Yayasan Satyabhakti Widya yang telah memberikan beasiwa dan Bapak Tjahjadi Rameli yang mendukung sebagian pendanaan untuk studi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada terkasih istriku Tjong I Min, yang setia mendampingi dengan penuh kasih; Thomas Calvin Afandi yang kehadirannya memberikan sukacita dalam proses studi ini; ayah; serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang Permasalahan 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup 3

Manfaat 3

Kerangka Pemikiran 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Katalog 3

Web. 2.0 4

Library 2.0 5

Crowdsourcing 6

Next Generation Catalog (NGC) 7

Content Management System (CMS) 9

Metode Prototyping 9

Metode Black Box 10

3 TAHAPAN PENELITIAN 10

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Prototipe I 12

Prototipe II 24

Implikasi Pengembangan Next Generation OPAC 27

5 SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 28

(12)

DAFTAR TABEL

1 Tujuan penggunaan aplikasi dan alat Web 2.0 dalam perpustakaan ... 6

2 Fitur Library 2.0 beberapa perpustakaan ... 13

3 Fungsionalitas prototipe I Next Generation OPAC ... 13

4 Hasil pengujian prototipe I Next Generation OPAC ... 22

5 Presepsi Kegunaan Fungsionalitas Next Generation OPAC ... 23

6 Presepsi Kemudahan Fungsionalitas Next Generation OPAC ... 23

7 Fungsionalitas tambahan prototipe II Next Generation OPAC ... 24

8 Hasil pengujian prototipe II Next Generation OPAC ... 26

9 Presepsi Kegunaan Fungsionalitas Prototipe II Next Generation OPAC ... 26

DAFTAR GAMBAR

1 Model katalog generasi baru 9

2 Proses pengembangan prototipe 10

3 Diagram konteks prototipe I Next Generation OPAC 14 4 Contoh cantuman bibliografi dalam format MARC 15

5 Contoh bentuk lengkap cantuman bibliografi 16

6 Menu Home 18

7 Menu Administrator 19

8 Antarmuka People 19

9 Antarmuka Create Biblio 20

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan

Katalog perpustakaan merupakan salah satu layanan perpustakaan yang dikembangkan untuk memudahkan pengguna menemukan kembali informasi yang tersedia. Seiring dengan perkembangan teknologi, layanan katalog juga berkembang. Pada awalnya berbentuk kartu kemudian berkembang menjadi berbentuk elektronik. Katalog elektronik disebut juga sebagai Online Public Access Catalog (OPAC) (Rowley dan Harley 2008).

Perkembangan teknologi informasi mempengaruhi perkembangan layanan penyediaan informasi. Dewasa ini berkembang juga mesin-mesin pencari, seperti Google dan Yahoo, yang menyediakan layanan pencarian informasi yang dapat menyediakan informasi secara cepat dan menjadi saingan perpustakaan dalam layanan yang sama.

Perkembangan mesin pencari berdampak pada layanan informasi yang disediakan perpustakaan, seperti yang dlaporkan oleh Online Computer Library Center (OCLC). Dalam laporannya OCLC memperlihatkan bahwa para pencari informasi tidak lagi melirik situs web perpustakaan sebagai titik awal pencarian informasi. Pada tahun 2005 situs web perpustakaan hanya diakses oleh satu persen responden, sedangkan pada tahun 2010 tidak ada satupun responden yang memulai pencariannya melalui situs web perpustakaan. Sebagian besar pencarian informasi dimulai melalui mesin pencari (de Rosa et al. 2011). Hal ini menunjukkan bahwa impresi situs web perpustakaan sebagai tempat mencari informasi sudah tidak tersirat dalam pikiran para pencari informasi. Pamor situs web perpustakaan sebagai penyedia informasi sudah dikalahkan oleh mesin pencari.

OPAC dan situs web perpustakaan tidak menarik untuk dikunjungi jika dibandingkan dengan mesin pencari. Pengguna memandang situs web perpustakaan terlihat ketinggalan zaman dan sulit untuk dinavigasi, sehingga pengguna kesulitan untuk memperoleh informasi. Pengguna yang sudah terbiasa menggunakan Google, mengalami kebingungan untuk menggunakan katalog perpustakaan.

Permasalahan ini juga ditambah dengan perubahan tingkah laku pencari informasi pada saat ini yang selain menghendaki kemudahan dalam pencarian informasi, juga dapat berpartisipasi dalam penciptaan informasi. Pengguna menuntut penambahan fitur sosial untuk dapat melakukan interkoneksi dengan sesama pengguna. Layanan OPAC tradisional dipandang sudah tidak memadai karena hanya memberikan informasi statis. Pengguna tidak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan berkolaborasi. OPAC tradisional sebagai sarana pencari informasi kalah bersaing dengan layanan yang ditawarkan oleh Google atau Amazon. Oleh karena itu perpustakaan perlu mengakomodasi perilaku pencari informasi agar OPAC dapat kembali dilirik oleh pencari informasi generasi baru ini.

(14)

2

terkesan tidak terencana dan terorganisasi. Pemanfaatan alat-alat Web 2.0 ini dilakukan oleh individual dan bersifat sukarela. Widyawan mengusulkan agar pemanfaatan Web 2.0 didukung oleh para pengambil keputusan dan menjadi keputusan lembaga.

Yang dan Hofmann (2010) meneliti beberapa OPAC untuk melihat pergerakan menuju Next Generation OPAC. Tiga OPAC yang diteliti adalah Koha, Evergreen dan Voyager. Mereka menemukan bahwa OPAC Koha lebih mendekati Next Generation OPAC dibanding dengan yang lainnya.

Emanuel (2011) meneliti usability dari VuFind, sebuah sistem Next Generation OPAC, yang diimplementasikan oleh Consortium of Academic and Research Libraries di llinois. Para pengguna memuji implementasi ini karena VuFind mengadopsi fitur-fitur Web 2.0, meskipun masih terdapat masalah dengan data katalog.

Sumendap (2011) mengadakan penelitan untuk memanfaatkan fitur-fitur Facebook, yang merupakan salah satu alat Web. 2.0 yang sangat populer, bagi pengembangan layanan depan perpustakaan. Pemanfaatan Facebook ini diharapkan akan membangun hubungan antara pengguna dan perpustakaan, dan juga meningkatkan kualitas layanan perpustakaan.

Hofmann dan Yang (2013) meneliti kembali 260 OPAC perpustakaan akademis di Amerika Serikat dan Kanada yang pernah diteliti hampir dua tahun sebelumnya dan menemukan bahwa terjadi peningkatan dalam implementasi Next Generation OPAC. Kecenderungan ini dapat memberikan masukan bagi perpustakaan akademis untuk menyediakan antarmuka next generation bagi katalog mereka.

Mulatiningsih dan Johnson (2013) meneliti tentang pengertian pustakawan Indonesia terhadap Library 2.0. Mereka menemukan walaupun istilah Library 2.0

sudah dikenal luas oleh pustakawan Indonesia, tetapi mereka tidak menangkap konsep yang berhubungan dengan teknologi informasi, terutama Web 2.0. Konsep partisipasi yang menjadi inti Library 2.0 belum dipahami oleh pustakawan Indonesia. Dengan latar belakang permasalahan ini maka pada penelitian ini dibuat prototipe OPAC yang dinamis sehingga dapat memenuhi tuntutan generasi Web 2.0.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perpustakaan dapat mengakomodasi perubahan perilaku pencari informasi dan mengadopsi perkembangan teknologi situs web yang sudah memasuki era Web 2.0 yang memungkinkan pengguna untuk melakukan kolaborasi dan membagikan informasi?

Tujuan Penelitian

(15)

3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Perancangan Next Generation OPAC perpustakaan berbasis web yang dinamis dan melibatkan peran serta pencari informasi dalam memperkaya isi katalog perpustakaan.

2. Perangkat lunak yang digunakan dalam desain ini adalah content management system (CMS).

3. Pengembangan OPAC ini dilaksanakan sampai pada tahap pembuatan prototipe.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas layanan perpustakaan.

2. Menjadikan layanan perpustakaan lebih personal dan proaktif.

3. Memberikan landasan konseptual yang diharapkan dapat menjadi rujukan bagi perpustakaan dalam mengembangkan OPAC bagi generasi baru.

Kerangka Pemikiran

Dalam era Web 2.0 ini, OPAC perpustakaan perlu bertransformasi dalam memberikan layanannya sesuai dengan perkembangan teknologi masa kini agar tidak ditinggalkan penggunanya. OPAC tidak hanya merupakan daftar inventaris koleksi perpustakaan yang sudah disiapkan oleh pustakawan, tetapi juga memungkinkan pengguna memberikan sumbangsih untuk memperkaya isi OPAC. Perpustakaan perlu mengantisipasi perilaku pemustaka generasi baru yang menuntut peran serta mereka dalam penciptaan dan pembagian informasi. Dengan adanya penelitian berupa rancangan Next Generation OPAC dalam rangka mengakomodasi perilaku pencari informasi dalam era Web 2.0, diharapkan dapat menciptakan akses informasi yang memenuhi kebutuhan pencari informasi.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Katalog

Secara tradisional katalog dimengerti sebagai daftar informasi pustaka atau dokumen yang ada di perpustakaan atau toko buku maupun penerbit tertentu (Saleh 2003). Daftar tersebut dapat tersedia dalam bentuk kartu, lembaran, buku atau bentuk lain, yang memuat informasi mengenai pustaka atau kepustakaan yang terdapat dalam perpustakaan. Ada dua hal yang perlu dipahami berkaitan dengan katalog yaitu:

1. merupakan daftar buku atau dokumen;

(16)

4

Katalog merupakan sarana temu kembali yang sangat vital dalam penyelenggaraan perpustakaan. Katalog dapat disebut sebagai miniatur perpustakaan, sebab katalog mewakili seluruh koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Katalog dikembangkan untuk mempermudah pengguna untuk menelusur informasi.

Tujuan utama penggunaan katalog adalah untuk

1. menolong pengguna dalam menemukan kembali material,

2. membuat titik akses pada material dari deskripsi yang ada dalam kartu,

3. menentukan judul, pengarang dan subyek. 4. membangun kendali otoritas

Pada mulanya katalog menggunakan kartu sebagai alat untuk mewakilkan koleksi. Dengan hadirnya komputer, penggunaan kartu mulai bergeser dan katalog bertransformasi menjadi katalog elektronik. Rak katalog berubah menjadi terminal komputer yang terbukti sangat memudahkan proses temu kembali informasi. Perkembangan teknologi informasi dan kehadiran internet memungkinkan akses informasi tidak dihalangi oleh waktu dan ruang. Dengan menggunakan Web, katalog perpustakaan dapat diakses kapan pun dan di mana pun selama pengguna mempunyai koneksi ke internet.

Web. 2.0

Web 2.0 merupakan perkembangan dari Web. 1.0. Pada Web 1.0 pengguna mendapatkan informasi secara statis dan searah, sedangkan pada Web 2.0 pengguna dapat menggunakan, menciptakan dan mengendalikan informasi dengan sangat mudah tanpa atau sedikit biaya. Web 2.0 juga disebut sebagai web sosial

(O’Reilly 2005). Dalam era Web 2.0 pengguna dilengkapi dengan teknologi, aplikasi dan layanan untuk dapat berinterkasi dan mempersonalisasi situs web (Anttiroiko dan Savolainen 2011).

Levy (2009) menjelaskan Web 2.0 sebagai berikut:

1. Web merupakan sebuah flatform. Pengguna menggunakan web sebagai saluran untuk mendapatkan dan membagikan informasi. Perhatian utamanya bukan pada Web tetapi pada perolehan dan penyebaran informasi melalui Web. Aplikasi Web 2.0 harus diperlakukan hanya sebagai saluran.

2. Pengembangan layanan. Prinsip selanjutnya adalah pengembangan layanan, bukan pengembangan aplikasi. Sebuah layanan akan mempunyai nilai tambah jika layanan tersebut dapat dipadukan dengan layanan lain.

(17)

5

tagging. Hal ini dilakukan dengan memberikan kata kunci pada dokumen (Jetty et al. 2011). Dalam Web 2.0 pengguna dapat dengan mudah berinteraksi dan terkoneksi dengan bersumbangsih memberikan informasi sekecil apapun. Misalnya dalam Facebook, sumbangsih terkecil dalam memberikan respon terhadap suatu posting adalah dengan menekan tombol like. Peran serta pengguna merupakan fitur yang paling penting dalam Web 2.0. Kehadiran Web 2.0 telah merubah lanskap informasi. Pada era masa kini informasi diciptakan dan dibagikan oleh pengguna. Perubahan lanskap informasi ini juga berpengaruh terhadap perpustakaan. Perpustakaan tidak dianggap lagi sebagai sumber informasi. Mayoritas orang mencari informasi pertama-tama melalui mesin-mesin pencari. Orang sekarang dapat secara langsung mendapatkan informasi tanpa perantara. Fenomena ini disebut sebagai “disintermediasi,” yang berdampak langsung pada layanan tradisional perpustakaan.

Library 2.0

Library 2.0 didefinisikan Holmberg et al. (2008) sebagai sebuah kebudayaan baru yang mengubah interaksi antara pengguna dan perpustakaan dengan dimungkinkannya partisipasi pengguna dengan dukungan teknologi web sosial. Dengan kata lain, Library 2.0 adalah perpustakaan yang mengadopsi konsep Web 2.0 dalam layanannya. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan pada pengguna untuk dapat memberikan kontribusi. Library 2.0

berpusat pada penguna, yaitu mengundang pengguna untuk berpartisipasi dalam pembentukan layanan yang mereka inginkan dan didukung oleh layanan evaluasi yang konsisten.

Beberapa contoh layanan katalog online perpustakaan yang mencoba mengadopsi konsep ini:

1. AquaBrowser, yang mempunyai dua daerah dalam tampilannya: sisi pertama menampilkan faceted search dengan menampilkan kata-kata yang berhubungan dengan kriteria pencarian; sedangkan sisi kedua berisikan cantuman bibliografi.

2. Social OPAC (SOPAC) yang dikembangkan oleh John Blyberg di Perpustakaan Darien. Dengan SOPAC pengguna diharapkan untuk memberikan rating, tinjauan dan tag pada katalog perpustakaan.

Dengan demikian aspek “kita” diharapkan dapat tercipta melalui fitur -fitur tambahan yang terdapat pada katalog.

3. BiblioCommons merupakan sistem penemuan sosial yang mempunyai fitur faceted search, tagging dan komentar.

(18)

6

Anttiroiko dan Savolainen (2011) membagi aplikasi Web 2.0 dalam perpustakaan menjadi empat kategori sesuai dengan tujuan penggunaan aplikasi-aplikasi tersebut. Pembagian ini dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Tujuan penggunaan aplikasi dan alat Web 2.0 dalam perpustakaan* Tujuan penggunaan Contoh aplikasi teknologi

Web 2.0

Pembagian konten YouTube, Slide.com, Flickr, Multiply

YouTube dan blog perpustakaan Jaringan Sosial Facebook, MySpace, Tagged,

Betlog, Friendster, Orkut *Sumber: Anttiroiko dan Savolainen (2011)

Crowdsourcing

Web 2.0 memanfaatkan wisdom of crowds dalam layanannya. Masukan dari pengguna dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas dan memperkaya layanan perpustakaan. Informasi yang diciptakan oleh pengguna dapat diintegrasi pada layanan perpustakaan. Dengan demikian keterlibatan pengguna akan membuat layanan lebih menarik, dengan adanya aspek komunal dan kepemilikan dalam perpustakaan.

Contoh penggunaan crowdsourcing adalah tagging. Tagging adalah penandaan dokumen dengan memberikan kata kunci pada metadata informasi. Penandaan dilakukan agar pengguna dapat menemukan kembali informasi dalam OPAC dengan mudah. Penandaan ini juga dapat dipandang sebagai peran serta pengguna dalam proses pengkatalogan (Anttiroiko dan Savolainen 2011). Istilah yang digunakan dalam tagging bersifat bebas, tidak terikat pada satu aturan yang baku. Tagging memakai bahasa alamiah bukan kosa kata yang terkendali. Pemakaian istilah yang mudah diingat dan umum ini membuat tag dapat dengan mudah dibagikan dan membantu pencari berikutnya untuk menemukan informasi yang baru dalam satu kategori (McFadden dan Weidenbenner 2010). Tag yang sudah terkumpul dapat dipresentasikan secara visual. Istilah yang paling banyak dipergunakan akan tampil dalam huruf yang lebih besar dan tebal.

Menurut McFadden dan Weidenbenner (2010) ada tiga cara penggunaan tag

(19)

7 1. Penggunaan secara terbatas. Tag dibuat oleh staf perpustakaan, sebagai

tambahan fitur dalam OPAC mereka.

2. Tag dibuat oleh pengguna, tetapi terpisah dari katalog. Daftar tag dapat diakses dan dibagikan oleh pengguna. Contoh: University of Pennsylvania dengan proyek PenTags.

3. Tag yang dibuat oleh pengguna menjadi bagian yang integral dalam OPAC, berada dalam satu antarmuka. Contoh: SOPAC (Social OPAC) dari Ann Arbor District Library.

Selain tagging, crowdsourcing dapat dilakukan dengan menggunakan fitur peringkat (rating). Sistem peringkat digunakan untuk mengevaluasi kualitas dari suatu produk (atau cantuman bibliografi dalam konteks OPAC) (Farmer dan Glass 2010). Sistem yang paling sederhana adalah dengan memberikan “jempol

naik/turun” atau “peringkat bintang” kepada sebuah cantuman bibliografi. Pemberian peringkat ini dapat dilanjutkan kepada tinjauan (review) atau komentar dan diskusi oleh beberapa kontibutor. Tinjauan ini mengekspresikan berbagai reaksi terhadap sebuah cantuman bibliografi. Cantuman bibliografi yang paling banyak mendapat peringkat adalah cantuman bibliografi yang populer atau penting.

Tag, peringkat dan tinjauan merupakan umpan balik dari pengguna yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan sumber daya yang lebih informatif bagi pengguna yang lain. OPAC yang mempunyai antar muka yang dinamis, dengan tambahan fitur untuk memberikan komentar, menulis tinjauan, menciptakan tag

dan memberi peringkat, dan kemudian dapat membagikannya kepada orang lain akan memperkaya dan meningkatkan fungsionalitas katalog.

Next Generation Catalog (NGC)

Istilah next generation catalog dicetuskan oleh Eric Lease Morgan dari Universitas Notredame ketika menyadari bahwa perilaku pencari informasi sudah berubah. Pencari informasi hanya memasukkan satu atau dua kata pada kotak pencarian, menekan tombol, dan mendapatkan hasil yang terurut sesuai dengan relevansi, memilih sebuah item dari hasil dan melihat/mengunduh informasi. Proses ini cepat, mudah dan segera. Meskipun orang tahu bahwa informasi yang ada dalam perpustakaan itu gratis dan berotoritas, mereka menggunakan perpustakaan sebagai pilihan terakhir, karena bagi mereka sistem pencarian perpustakaan membingungkan, sulit digunakan, membuang waktu dan tidak nyaman.

Morgan (2006) mencatatkan empat prinsip yang mendefinisikan NGC ini: 1. NGC bukan sebuah katalog

2. NGC menghindari multiple database

3. NGC memberikan layanan tambahan pada hasil pencarian. 4. NGC dibangun di atas teknologi terbuka.

NGC Bukan Sebuah Katalog

(20)

8

alat temuan (discovery tools). Selain daftar inventaris koleksi,NGC juga memuat hal-hal lain yang berguna untuk mencapai tujuan organisasi induk perpustakaan. Dunia informasi telah bergerak melampui jenis koleksi perpustakaan. Perkembangan teknologi digital telah menyediakan beragam macam data yang melampaui koleksi perpustakaan, seperti gambar, buku elektronik, artikel jurnal elektronik dan sebagainya. Hal-hal ini dapat berguna bagi pengguna sesuai dengan tingkatan kebutuhan mereka.

NGC menghindari multiple database

Basisdata dan indeks yang banyak akan memperumit proses pencarian. Dengan menghindari basisdata dan indeks jamak, pencarian secara global akan menjadi lebih mudah. Informasi berlebih dapat dikurangi dengan faceted search,

antar muka yang “cerdas”, dan kemampuan menciptakan kueri indeks yang

terfokus.

NGC memberikan layanan tambahan pada hasil pencarian

Antarmuka NGC tidak hanya mendaftarkan dan memberikan akses pada hasil penelusuran informasi saja. NGC ini bukan sekadar katalog, tetapi juga sebuah alat. Layanan tambahan dalam NCG dapat berupa fitur membuat format sitasi sesuai format Turabian atau format lainnya, tautan ke toko buku online, atau fitur komentar terhadap sebuah buku. Pemberian layanan-layanan ini akan menghemat waktu pengguna dan menjadikan mereka lebih produktif.

NGC dibangun di atas teknologi terbuka

NGC dibangun dengan menggunakan standar terbuka, perangkat lunak open source, dan open content sebagai usaha untuk meningkatkan interoperability, modularity, dan mendukung pembagian ide secara bebas. Hal ini sesuai dengan prinsip kolaboratif dari profesi kepustakawanan. Prinsip kolaboratif ini tercermin dalam praktek menyalin katalog (copy catalouging). Ada beberapa perpustakaan bergabung membentuk konsorsium dan membeli lisensi untuk digunakan bersama-sama. Proses kolaboratif ini dilakukan dengan menggunakan standar terbuka seperti Z39.50, MARC, dan AACR2.

(21)

9

Gambar 1 Model katalog generasi baru (Sumber: Morgan 2006)

Content Management System (CMS)

Pengolahan dan pengelolaan infomasi perpustakaan melalui situs web dapat dilakukan dengan bantuan Content Management System (CMS). Dengan CMS, para penulis informasi dapat lebih berfokus isi situs web karena CMS menyediakan struktur back-end bagi situs web (Austin dan Harris 2008). Antarmuka CMS memudahkan para penyedia informasi untuk menambahkan kontribusi mereka tanpa perlu mengetahui HTML. Tata letak dan desain halaman web terpisah dari konten sehingga perubahan tata letak dan desain tidak mengganggu konten dan kode (Black 2011).

Terdapat beberapa jenis CMS, seperti Joomla, Mamboo, PHP Fussion, Drupal. CMS Drupal merupakan yang paling disukai karena perangkat lunak ini fleksibel. Drupal bahkan menjadi pokok bahasan khusus dalam satu edisi Library Technology Reports. Situs web yang indah dan kompleks dapat secara mudah dikembangkan dengan menggunakan Drupal.

Metode Prototyping

Metode yang digunakan pada penelitian ini tersusun dengan tahapan penelitian yang mengacu kepada metode Prototyping. Sommerville (2011) menyatakan bahwa sebuah prototipe adalah sebuah versi awal dari sistem perangkat lunak untuk memperlihatkan konsep, mencoba pilihan rancangan dan menemukan masalah dan kemungkinan pemecahannya. Pengembangan prototipe yang cepat, berulang merupakan hal yang mendasar sehingga biaya dapat dikendalikan dan pihak-pihak yang berkepentingan dapat bereksperimen dengan prototipe di awal proses pembuatan perangkat lunak.

Sebuah prototipe perangkat lunak dapat mengantisipasi perubahan:

(22)

10

2. Dalam proses perancangan sistem, sebuah prototipe dapat digunakan untuk memeriksa solusi perangkat lunak tertentu dan mendukung rancangan antarmuka pengguna.

Gambar 2 Proses pengembangan prototipe (Sumber: Sommerville 2011) Model proses pengembangan prototipe ditunjukkan Gambar 2 dengan proses sebagai berikut:

1. Tujuan prototyping harus dikomunikasi pada awal proses dengan tujuan untuk mengembangkan prototipe antarmuka pengguna, memvalidasi fungsional persyaratan sistem, atau memperlihatkan kelayakan aplikasi. Tujuan prototipe harus dinyatakan untuk menghindari kesalahpahaman fungsi prototipe oleh pengguna.

2. Langkah berikutnya adalah menentukan apa yang akan dimasukkan atau yang akan dikeluarkan dalam prototipe. Persyaratan non-fungsional, seperti penggunaan memori dan waktu respon, dapat diabaikan. Kualitas sistem dapat dikurangi pada tahap ini.

3. Selanjutnya adalah membuat prototipe yang dapat dijalankan.

4. Tahap akhir adalah evaluasi prototipe yang menghasilkan umpan balik untuk memperbaiki persyaratan. Evaluasi ini didasarkan pada tujuan pembuatan prototipe.

Metode Black Box

Pressmann (2010) mengemukakan bahwa fungsionalitas sebuah sistem dapat diuji dengan metode black box. Sistem yang sudah dibuat prototipenya diumpamakan seperti sebuah kotak hitam yang akan diuji dengan memasukkan sekumpulan stimuli untuk dilihat apakah responnya sesuai dengan permintaan rancangan Metode ini tidak memperhatikan struktur logika internal sistem.

3

TAHAPAN PENELITIAN

Tahapan penelitian dilaksanakan berdasarkan metode prototyping yang dapat dilihat pada Gambar 3.

(23)

11

Tahap pertama dalam pembuatan prototipe adalah penentuan tujuan prototipe. Dalam menentukan tujuan akan dilakukan:

1. Studi pustaka yang berkaitan dengan teori dan penelitian yang membahas Library 2.0 dan Next Generation OPAC.

2. Pengumpulan data dengan mengamati pada situs web yang telah menerapkan konsep Library 2.0 dalam membangun OPAC. Fitur yang akan diamati adalah fitur yang dapat memperkaya isi OPAC. Ada tujuh OPAC yang diamati: LibraryThing, Ann Arbor District Library (SOPAC), New York Public Library (BiblioCommons), Harvard Library, Worldcat, Bina Nusantara, Atma Jaya.

3. Wawancara dengan pihak yang berkepentingan, dalam hal ini adalah pengelola perpustakaan.

Tahap kedua adalah mendefinisikan fungsionalitas prototipe. Fungsionalitas yang akan diterapkan dalam OPAC adalah tagging, rating dan komentar.

Mulai

Menentukan Tujuan Prototipe

Mendefinisikan Fungsionalitas Prototipe

Membangun Prototipe

Menguji Prototipe

Sesuai dengan tujuan?

Membuat laporan

Selesai Y a

T idak

(24)

12

Tahap ketiga adalah membangun prototipe dengan mengunakan perangkat lunak content management system (CMS).

Tahap keempat adalah menguji fungsionalitas prototipe dengan metode

black box.

Jika dalam pengujian respon yang diberikan sistem sesuai dengan permintaan awal, maka pembuatan prototipe selesai dan dilanjutkan dengan pembuatan laporan.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prototipe I

Tujuan Pembuatan Prototipe

Tujuan penelitian ini adalah membuat prototipe Next Generation OPAC yang mempunyai fungsionalitas yang memungkinkan partisipasi pengguna dalam memperkaya isi katalog.

Mendefinisikan Fungsionalitas Prototipe I

Fungsionalitas yang akan diterapkan dalam prototipe ini ditentukan berdasarkan studi literatur, wawancara dengan pengelola perpustakaan dan pengamatan terhadap beberapa situs web perpustakaan.

Studi literatur terhadap perkembangan Web 2.0 dan Library 2.0

memperlihatkan bahwa perpustakaan perlu merubah paradigma untuk lebih memusatkan perhatian pada pengguna. Perhatian terhadap pengguna dapat diwujudkan dengan mengakomodasi kebutuhan mereka dalam penciptaan dan pembagian informasi dalam layanan perpustakaan. Prinsip crowdsourcing

merubah paradigma bahwa pengguna bukan hanya penikmat informasi, tetapi dapat menjadi sumberdaya penghasil informasi.

Wawancara dengan Kepala Perpustakaan Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyimpulkan bahwa layanan perpustakaan perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan juga tuntutan pengguna teknologi yang terbentuk karena penggunaan teknologi. Tanpa penyesuaian ini, perpustakaan akan menjadi artefak kebudayaan yang kurang relevan dengan kehidupan masyarakat masa kini. Wawancara dengan pengelola Perpustakaan Universitas Bina Nusantara dan Universitas Katholik Atma Jaya, menyimpulkan bahwa penambahan fungsionalitas komentar dalam OPAC mereka lebih merupakan sarana layanan komunikasi antara pemustaka dan perpustakaan, misalnya berkaitan dengan pengadaan jumlah eksemplar buku. Dari pihak pengelola perpustakaan belum muncul kesadaran untuk mengakomodasi perkembangan Web 2.0 untuk menuju Library 2.0.

(25)

13

tagging dan user review. Untuk dapat melakukan hal tersebut pengguna harus log in dengan memasukkan user ID dan password. OPAC perpustakaan dalam negeri sudah ada yang mencoba mengarah kepada Next Generation OPAC dengan menambahkan fungsionalitas user review.

Tabel 2 Fitur Library 2.0 beberapa perpustakaan Fitur

Library 2.0

Library

Thing AADL NYPL

Harvard

Library WorldCat Binus

Atma

✓ = menunjukkan ketersediaan

Berdasarkan studi literatur, wawancara, pengamatan terhadap beberapa situs web, maka fungsionalitas pengayaan dokumen yang akan diterapkan dalam prototipe Next Generation OPAC ini adalah rating, tagging dan user review. Tabel 3 mendaftarkan fungsionalitas prototipe Next Generation OPAC.

Tabel 3 Fungsionalitas prototipe I Next Generation OPAC No Fungsionalitas Tujuan

1 Login Memberikan akses bagi pengguna untuk masuk ke

dalam sistem. 2 Manipulasi data

pengguna

Memungkinkan administrator mengelola pengguna dengan cara memasukan, mengedit atau menghapus data pengguna

3 Manipulasi data bibliografi

Memungkinkan administrator memasukkan, mengedit atau menghapus data bibliografi.

4 Tagging Memungkinkan penggunauntuk memberikan

penandaan dengan kata kunci secara bebas sesuai preferensinya.

5 Rating Memungkinkan penggunauntuk memberikan evaluasi

pada data bibliografi.

6 Review Memungkinkan penggunauntuk memberikan

komentar atau tinjauan pada data bibliografi. 7 Pencarian koleksi Memungkinkan penggunauntuk mencari informasi

(26)

14

Pengembangan Prototipe I Next Generation OPAC

Prototipe I Next Generation OPAC dirancang supaya pengguna dapat menambahkan data pada OPAC. Gambaran umum dari Next Generation OPAC ini dapat diperlihatkan melalui diagram konteks pada Gambar 4. Diagram konteks menggambarkan cakupan sistem dalam hubungan dengan input dan output. Sistem berinteraksi dengan administrator dan pengguna. Untuk masuk ke dalam sistem, administrator dan pengguna harus melakukan login dengan memasukkan

username dan password, sesudah terjadi validasi login, administrator dan pengguna diizinkan masuk ke dalam sistem. Administrator mempunyai wewenang untuk melakukan manipulasi dan pengaturan data bibliografi, pengguna,

comments, rating dan tagging. Sedangkan pengguna dapat memasukkan data

rating, comments, dan tagging untuk memperkaya data bibliografi.

Gambar 4 Diagram konteks prototipe I Next Generation OPAC

Karakteristik Pengguna

Terdapat dua jenis pengguna yang dapat terlibat dalam sistem Next Generation OPAC ini:

1. Pengguna otentik (selanjutnya disebut pengguna), yaitu pengunjung yang log in menggunakan user ID dan password. Pengguna ini dapat memperkaya informasi pada OPAC.

2. Administrator, yaitu pengelola OPAC. Administrator merupakan anggota yang mempunyai otoritas tertinggi dan berfungsi sebagai

superuser. Administrator bertanggung jawab memelihara data seperti mengelola pengguna, mengelola data bibliografi, back up, user management, security, pengembangan dan lainnya.

Desain Perangkat Lunak

(27)

15 dalam Web juga menggunakannya, seperti The Economist, The White House. Daftar situs yang menggunakan Drupal dapat dilihat di https://drupal.org/case-studies. Selain itu banyak perpustakaan yang menggunakan Drupal, bahkan

Library Technology Reports secara khusus membahas Drupal dalam satu edisi. Dalam Web terdapat situs Drupalib (http://drupalib.interoperating.info/) bagi perpustakaan-perpustakaan yang menggunakan Drupal untuk berkumpul berbagi ide.

Desain basisdata

Struktur basisdata untuk Next Generation OPAC adalah mengacu pada format Machine-Readable Cataloging (MARC). MARC adalah standar data bibliografi yang dikembangkan pertama-tama oleh Library of Congres di Amerika Serikat pada tahun 1968 sebagai format standar untuk bibliografi. Dengan format ini perpustakaan dapat menyimpan dan saling bertukardatabibliografi. Format ini dapat mengakomodasi bukan hanya buku, tetapi juga berbagai material perpustakaan lainnya, termasuk elektronik. Selain perpustakaan, format MARC juga dapat dipergunakan oleh industri penerbitan dan komunitas informasi. Cantuman dalam format MARC dapat diaplikasikan untuk keperluan: temu kembali infomasi, menampilkan sitasi, katalog, mengidentifikasi terbitan baru, dan pembagian sumber informasi. Contoh cantuman bibliografi dalam format MARC yang diambil dari situs Perpustakaan Nasional RI dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan format dalam bentuk lengkap dapat dilihat pada Gambar 6.

(28)

16

Gambar 6 Contoh bentuk lengkap cantuman bibliografi

Persyaratan Fungsionalitas Prototipe I Next Generation OPAC

Prototipe I Next Generation OPAC ini mempunyai persyaratan fungsionalitas yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Login

Tujuan : Memberikan akses bagi pengguna untuk masuk ke dalam sistem. Masukan : Masukan berupa user name dan password melalui formulir login. Operasi : Sistem memeriksa apakah pengguna telah memasukkan

informasi pada textbox username dan textbox password yang tersedia pada formulir login. Kemudian sistem melakukan pengecekan kecocokan informasi dengan data yang terdapat pada tabel pengguna.

Keluaran : Keluaran yang dihasilkan pada tahap ini berupa pesan atau reaksi sebagai berikut:

a. Pesan meminta pengguna memasukkan data login jika belum terisi.

b. Pesan kesalahan jika informasi login tidak benar.

c. Memindahkan pengguna pada menu pengguna jika data masukan valid.

2. Manipulasi data pengguna

Tujuan : Memungkinkan administrator mengelola pengguna sistem. Masukan : Masukan berupa username, alamat email, password, pilihan

status dan pilihan role.

Operasi : Sistem memeriksa apakah administrator telah memasukkan informasi pada text box username, email address, password

yang tersedia pada formulir Add New User. Kemudian sistem melakukan pengecekan informasi dengan data yang terdapat pada tabel pengguna.

Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa:

a. Pesan meminta pengguna memasukkan data username jika belum terisi.

(29)

17 c. Pesan meminta pengguna memasukkan data password jika

belum terisi.

d. Pesan meminta pengguna memasukkan data konfirmasi

password jika belum terisi.

e. Pesan kesalahan jika username sudah ada dalam basisdata. f. Pesan kesalahan jika alamat email sudah ada dalam

basisdata.

g. Pesan kesalahan jika password dan password confirmation

tidak sesuai.

h. Menampilkan formulir Add New User jika data berhasil disimpan dalam basisdata.

3. Manipulasi data bibliografi

Tujuan : Memungkinkan administrator mengelola data bibliografi.

Masukan : Masukan berupa judul publikasi, tahun publikasi dan data-data lain.

Operasi : Sistem memeriksa apakah administrator telah memasukkan informasi pada judul publikasi dan tahun publikasi.

Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa:

a. Pesan kesalahan jika data judul publikasi belum terisi. b. Pesan kesalahan jika data tahun publikasi belum terisi. c. Menampilkan cantuman bibliografi publikasi yang baru

dimasukkan. Menampilkan formulir Add New User jika data berhasil disimpan dalam basisdata.

4. Tagging

Tujuan : memungkinkan pengguna untuk memberikan tagging dengan kata kunci secara bebas sesuai preferensinya.

Masukan : Masukan berupa kata kunci yang dimasukkan pada formulir web

tag.

Operasi : Kata kunci yang dimasukkan disimpan dalam basisdata tagging. Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa:

a. Kata kunci ditampilkan di bawah label My Tags. b. Kata kunci ditampilkan di bawah label All Tags

5. Rating

Tujuan : Memungkinkan pengguna untuk memberikan evaluasi pada cantuman bibliografi.

Masukan : Masukan berupa jumlah bintang yang dipilih pengguna.

Operasi : Jumlah bintang disimpan dalam basisdata. Sistem akan menghitung jumlah pemberi suara dan rata-rata suara yang diberikan.

Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa:

a. Bintang berubah warna sesuai jumlah suara yang dipilih pengguna.

b. Jumlah suara yang diberikan pengguna tertera dibawah bintang.

(30)

18

d. Detil pemberian suara dan jumlah rata-rata suara ditampilkan dalam tab Voting results.

6. Comment

Tujuan : Memungkinkan pengguna untuk memberikan komentar atau tinjauan pada data bibliografi.

Masukan : Masukan berupa teks subyek komentar dan isi komentar.

Operasi : Sistem akan menyimpan komentar dalam basisdata berikut dengan data pengguna dan time stamp.

Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa komentar yang ditampilkan di bawah label Comments berikut data pemberi komentar dan time stamp.

7. Pencarian Koleksi

Tujuan : Memungkinkan pengguna untuk mencari informasi dalam basisdata berdasarkan kriteria pencarian.

Masukan : Masukan berupa kata kunci melalui formulir web pencarian. Operasi : Sistem mencari kata kunci dalam basisdata OPAC

Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa

a. Daftar cantuman bibliografi yang mengandung kata kunci. b. Pesan kesalahan jika kata kunci tidak terdapat dalam

basisdata.

Antarmuka Prototipe I Next Generation OPAC

Ketika pengguna membuka Next Generation OPAC (Home), maka sistem akan menampilkan halaman utama dengan beberapa fitur, yaitu daftar cantuman bibliografi yang terdapat dalam OPAC, formulir login untuk memasuki sistem dan formulir pencarian untuk mencari koleksi (Gambar 7).

Gambar 7 Menu Home

(31)

19 halaman (Gambar 8). Tugas-tugas yang dapat dilakukan antara lain: manipulasi dan melihat data pengguna melalui antarmuka People (Gambar 9); dan manipulasi data bibliografi, seperti memasukkan data bibliografi melalui antarmuka Create Biblio (Gambar 10).

Gambar 8 Menu Administrator

(32)

20

Gambar 10 Antarmuka Create Biblio

(33)

21

Gambar 11 Antarmuka cantuman bibliografi Prototipe I Next Generation OPAC

Hasil Pengujian

Prototipe I Next Generation OPAC diuji dengan metode Black Box.

(34)

22

Tabel 4 Hasil pengujian prototipe I Next Generation OPAC No Pengujian Stimulus Hasil yang diharapkan Hasil uji 1 Login

Pengguna terdaftar dan memiliki username dan

Bintang berubah warna sesuai pilihan

1 : Sesuai dengan hasil yang diharapkan 0 : Tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan

Evaluasi Pengguna

Prototipe I Next Generation OPAC dievaluasi oleh responden di lingkungan STT Amanat Agung. Jumlah responden adalah 10 mahasiswa STT Amanat Agung yang sudah terbiasa menggunakan OPAC. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui presepsi kegunaan dan kemudahan dari prototipe Next Generation

OPAC.

(35)

23 Tabel 5 Presepsi Kegunaan Fungsionalitas Next Generation OPAC

Kegunaan Setuju Tidak Setuju Total

f % f % f %

Dengan fitur tagging saya dapat menemukan

kembali buku yang saya tandai

10 100% 0 0% 10 100%

Dengan fitur tagging saya dapat menemukan buku lain yang berkaitan dengan subyek yang saya cari

10 100% 0 0% 10 100%

Dengan fitur rating saya dapat menilai buku

Tabel 6 Presepsi Kemudahan Fungsionalitas Next Generation OPAC

Kemudahan Setuju Tidak Setuju Total

f % f % f %

Tabel 6 memperlihatkan semua responden menyatakan Next Generation

(36)

24

Wawancara dengan responden pada evaluasi pengguna ini menghasilkan masukan sebagai berikut:

1. Judul OPAC sebaiknya mencirikan institusi. 2. Menampilkan nama pengguna yang log in.

3. Tag dari pengguna dapat ditampilkan semuanya dalam bentuk Tag Cloud.

Prototipe II

Tujuan Pembuatan Prototipe

Prototipe II Next Generation OPAC merupakan pengembangan prototipe I berdasarkan masukan dari pengguna. Pengguna mengusulkan perbaikan antarmuka dan dapat menampilkan semua tag.

Mendefinisikan Fungsionalitas Prototipe

Fungsionalitas yang ditambahkan pada prototipe II ini ditentukan berdasarkan wawancara dengan responden pada evaluasi prototipe I. Fungsionalitas yang ditambahkan adalah sebagai berikut

Tabel 7 Fungsionalitas tambahan prototipe II Next Generation OPAC No Fungsionalitas Tujuan

1 Menampilkan nama pengguna

Memberikan aspek personal bagi pengguna.

2 Tag cloud Memberikan gambaran secara visual tag yang

digunakan oleh pengguna.

3 Judul web Memperlihatkan identitas institusi.

Pengembangan Prototipe II Next Generation OPAC

Prototipe II Next Generation OPAC merupakan pengembangan dari Prototipe I

Next Generation OPAC dengan menambahkan tiga fungsionalitas yang merupakan usulan dari pengguna. Ketiga fungsionalitas ini merupakan tugas-tugas yang dilakukan administrator untuk memperbaiki tampilan antarmuka prototipe. Perubahan pertama terjadi pada judul dan logo situs web yang lebih mencirikan identitas tempat penelitian dilakukan. Perubahan kedua adalah My Account

berubah menjadi nama pengguna, jika pengguna log in pada sistem, sehingga lebih memberikan aspek personal bagi pengguna. Hal ketiga adalah penambahan

tag cloud, yang menampilkan semua tag yang dimasukkan oleh pengguna. Persyaratan Fungsionalitas Prototipe II Next Generation OPAC

(37)

25 1. Menampilkan nama pengguna

a. Tujuan : Memberikan aspek personal bagi pengguna. b. Masukan : Basisdata pengguna.

c. Operasi : Pengguna login. Nama pengguna ditampilkan di sebelah kanan atas.

d. Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa nama pengguna. 2. Tag cloud

a. Tujuan : Memberikan gambaran secara visual tag yang digunakan oleh

pengguna

b. Masukan : Basisdata tag OPAC.

c. Operasi : Sistem menampilkan semua tag yang dimasukkan pengguna

d. Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa visualisasi kumpulan tag yang sesuai dengan banyaknya tag. Tag yang banyak digunakan mempunyai huruf yang lebih tebal dan besar. 3. Judul situs web

a. Tujuan : Memperlihatkan identitas institusi.

b. Masukan : Administrator mengganti judul situs web pada pengaturan web.

c. Operasi : Sistem membaca data judul situs web. Sistem menampilkan judul situs web.

d. Keluaran : Keluaran yang dihasilkan judul situs web.

Antarmuka Prototipe II Next Generation OPAC

(38)

26

Antarmuka Prototipe II Next Generation OPAC, yang diperlihatkan Gambar 12, mempunyai beberapa perubahan dibandingkan dengan sebelumnya, yaitu, judul dan logo situs web mencerminkan identitas tempat penelitian, nama pengguna yang log in ditampilkan pada sudut kanan atas situs web, serta tag cloud

pada sisi kiri. Hasil Pengujian

Hasil pengujian prototype II dapat dilihat pada Tabel 8 yang menunjukkan prototipe berfungsi sesuai dengan harapan.

Tabel 8 Hasil pengujian prototipe II Next Generation OPAC No Pengujian Stimulus Hasil yang diharapkan Hasil uji 1 Judul situs

Judul situs web berganti 1

2 Menampilkan nama

pengguna

Pengguna login Nama pengguna tampil pada web

1 : Sesuai dengan hasil yang diharapkan 0 : Tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan

Evaluasi Pengguna

Prototipe II Next Generation OPAC dievaluasi oleh responden di lingkungan STT Amanat Agung. Jumlah responden adalah 10 mahasiswa STT Amanat Agung yang sudah terbiasa menggunakan OPAC. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui presepsi kegunaan dari prototipe II Next Generation OPAC. Tabel 9 Presepsi Kegunaan Fungsionalitas Prototipe II Next Generation OPAC

Kegunaan Setuju Tidak Setuju Total

(39)

27 Tabel 9 memperlihatkan bahwa pengguna merasa fungsionalitas tambahan pada prototipe II Next Generation OPAC mempunyai kegunaan mengetahui identitas penelitian, memberi rasa personal bagi pengguna, serta memberikan gambaran visual tentang tag dari pengguna.

Implikasi Pengembangan Next Generation OPAC

Pengembangan Next Generation OPAC mempunyai beberapa implikasi bagi layanan perpustakaan:

1. Layanan katalog perpustakaan yang selama ini bersifat statis dan searah akan bertransformasi menjadi layanan dinamis dengan adanya tambahan masukan dari pengguna.

2. Layanan Next Generation OPAC mengakomodasi perilaku pengguna generasi Web 2.0 untuk dapat berkolaborasi dalam penciptaan informasi. 3. Layanan katalog menjadi bersifat personal dan pengguna mempunyai rasa

kepemilikan dengan dimungkinkannya partsipasi pengguna dalam Next Generation OPAC.

4. Cantuman bibliografi dapat dengan lebih mudah ditemukan kembali melalui tag karena menggunakan bahasa alamiah.

5. Cantuman bibliografi mempunyai nilai tambah dengan informasi tambahan dari evaluasi pengguna baik melalui peringkat atau komentar. 6. Prinsip crowdsourcing dapat membantu pustakawan dalam pengkatalogan

dan pengorganisasian informasi.

7. Pustakawan tidak memegang kendali dalam pemberian tagging, sehingga ada kemungkinan kesalahan dalam pemberian kata kunci. Walaupun demikian administrator Next Generation OPAC masih mempunyai kendali dalam mengelola sistem, termasuk dalam pengelolaan tagging.

8. Pada basisdata OPAC dapat terjadi penumpukan data dari masukan pengguna. Data ini dapat diolah untuk melihat kecenderungan pengguna dalam pencarian informasi.

5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dalam membangun prototipe Next Generation

OPACadalah

1. Pengembangan Next Generation OPAC dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Drupal 7. Drupal 7 merupakan jenis perangkat lunak Content Management System yang mampu digunakan untuk mengelola informasi. 2. Prototipe Next Generation OPAC ini mampu mengakomodasi perilaku

generasi Web 2.0 untuk berpartisipasi dalam memperkaya informasi OPAC. 3. Partisipasi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan fitur comment, rating

(40)

28

dokumen dengan istilah yang disukai oleh pengguna. Evaluasi dan penandaan dokumen ini akan memberikan nilai tambah pada dokumen.

Saran

1. Prototipe Next Generation OPAC dimungkinkan untuk dapat dihubungkan dengan sistem informasi perpustakaan dengan mengembangkan modul penghubung.

2. Prototipe ini dapat dihubungkan dengan media sosial sehingga pengguna dapat membagikan informasi yang dikontribusikannya dengan lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Anttiroiko A-V, Savolainen R. 2011. Towards library 2.0: the adoption of web 2.0 technologies in public libraries. Libri. 61(2):87-99.

Austin A, Harris C. 2008. Drupal in libraries. Chicago (US): ALA Techsource. Black E. 2011. Selecting a web content management system for an academic

library website. Information Technology And Libraries. 30(4): 185-189.

de Rosa C, Cantrell J, Carlson M, Gallagher M, Hawk J, Sturtz C, Gauder B, Cellentani D, Dalrymple T, Olszewski LJ. 2011. Perceptions of libraries, 2010: context and community: a report to the OCLC membership. Dublin (US): OCLC.

Emanuel J. (2011). Usability of the VuFind Next-Generation Online Catalog. Information Technology & Libraries, 30(1):44-52.

Farmer FR, Glass B. 2010. Building Web reputation systems. Sebastopol (US): O'Reilly.

Jetty S, Anbu K JP, Jain PK, Hopkinson A. 2011. OPAC 2.0: Towards the next generation of online library catalogues. Poster yang dipresentasikan pada ICoASL 2011. http://units.sla.org/chapter/cas/Sridevi%20Jetty.doc [28 Feb 2013].

Levy M. 2009. WEB 2.0 implications on knowledge management. Journal of Knowledge Management,13(1):44-52.

Hofmann M, Yang S. 2012, "Discovering" what's changed: a revisit of the OPACs of 260 academic libraries. Library Hi Tech, 30(2):253-274.

- -Wulff G. 2009. What is library 2.0? Journal of Documentation, 65(4):668-681.

Morgan EL. 2006. Next generation library catalog. Infomotions, Inc. http://infomotions.com/musings/ngc/. [15 April 2013].

Mulatiningsih B, Johnson K. 2013. Indonesian LIS professionals’ understanding

of Library 2.0: a pilot study. Poster yang dipresentasikan pada IFLA WLIC 2013. http://eprints.qut.edu.au/62099/1/IFLA_WLIC_2013.pdf. [20 September 2013]

(41)

29 Pressman RS. 2010. Software engineering: a practitioner's approach. New York

(US): McGraw-Hill Higher Education.

Rowley JE, Hartley RJ. 2008. Organizing knowledge: an introduction to managing access to information. Aldershot (UK): Ashgate.

Saleh AR, Sujana JG. 2009. Pengantar kepustakaan: Pedoman bagi pengguna perpustakaan di lingkungan perguruan tinggi. Jakarta (ID): Sagung Seto.

Satzinger JW, Jackson RB, Burd SD. 2009. Systems analysis and design in a changing world. Boston (US): Course Technology.

Sommerville I. 2011. Software engineering. Boston (US): Addison-Wesley. Sumendap ECF. 2011. Library front-end system development through Facebook

[tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Widyawan R. 2010. Library 2.0 tidak terasa ada di sekitar kita, Baca: Jurnal Dokumentasi, Informasi dan Perpustakaan 31(1):65-76.

(42)

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 10 Juli 1968 sebagai anak kedua dari pasangan Afandi dan Uwat Komala. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Teknik jurusan Elektro Universitas Kristen Maranatha, lulus tahun 1994. Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan diperoleh pada tahun 2011. Beasiswa pendidikan pascasarjana sebagian diperoleh dari Yayasan Satyabhakti Widya dan juga dari Bapak Tjahjadi Rameli.

Gambar

Tabel 1  Tujuan penggunaan aplikasi dan alat Web 2.0 dalam perpustakaan*
Gambar 1  Model katalog generasi baru (Sumber: Morgan 2006)
Gambar 2  Proses pengembangan prototipe (Sumber: Sommerville 2011)
Gambar 3  Tahapan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

LATAR BELAKANG Demografi Pola Penyakit Status Sosial Perubahan Iptekdok & spesialisa si Peningkata n Biaya di RS Ketidakseragaman Kualitas Pelayanan Kesehatan Tarif

Berkaitan dengan simpulan di atas, ada beberapa saran yang menjadi perhatian penulis sebagai berikut. Pertama, Nama geografi yang begitu unik di Indonesia perlu

Contoh-contoh Pelanggaran Etika Profesi dalam suatu bidang 1.Pelanggaran kode etik profesi kedokteran yaitu pemberian obat kepada pasien secara langsung (Self dispensing) hanya dibenarkan jika tidak ada sarana, seperti apotek, di sekitar tempat praktik, setidaknya jarak praktik dokter dengan apotek minimal

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa adalah serangkaian kegiatan belajar yang melibatkan peran aktif siswa

Periksalah semua indikator yang ada pada dashboard, dengan cara memutar kunci kontak, apakah semua masih jalan atau tidak.. Jika tidak, periksa penyebabnya

Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan yang ditujukan untuk

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax.. Pengabdian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari rantai nilai kayu sengon ( Paraserianthes falcataria ) dari K abupaten Pati dan secara khusus mengidentifikasi para pelaku yang