• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Biologis Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Biologis Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN BIOLOGIS Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) SEBAGAI PARASITOID TELUR Phragmatoecia castaneae Hubner

(Lepidoptera:Cossidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

HELDRITA SIANTURI 030302020

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KAJIAN BIOLOGIS Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) SEBAGAI PARASITOID TELUR Phragmatoecia castaneae Hubner

(Lepidoptera:Cossidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

HELDRITA SIANTURI 030302020

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi :Kajian Biologis Tumidiclava sp.

(Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner

(Lepidoptera:Cossidae) di Laboratorium.

Nama : Heldrita Sianturi

Nim : 030302020

Departemen : Hama dan Penyakit Tumbuhan Program Studi : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) (Ir. Mena Uly Tarigan, MS) Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

(Ir. Marheni, MP) Ketua Departemen

(4)

ABSTRACT

Heldrita Sianturi, “Biological Study of Tumidiclava sp.

(Hymenoptera:Trichogrammatidae) As Eggs Parasitoid of The Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) at Laboratory”. The

(5)

ABSTRAK

Heldrita Sianturi “Kajian Biologis Tumidiclava sp.

(Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) di Laboratorium.

(6)

RIWAYAT HIDUP

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan rahmat-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Kajian Biologis Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sebagai Parasitoid Telur Phragmatoecia castaneae Hubner (Lepidoptera:Cossidae) di Laboratorium” yang

merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan Ibu Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu : Ir. Relty Sibarani dan Loviana. M, SP yang telah memberikan arahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian serta kepada keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moril.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2008

(8)

DAFTAR ISI

Pengendalian Ph. castaneae ... 12

BAHAN DAN METODE ... 15

Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Parameter Pengamatan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

(9)

Tumidiclava sp. ... 22

Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae ... 25

Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 26

Nisbah Kelamin Tumidiclava sp. ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hlm

1. Ada Tidaknya Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur

Ph. castaneae ... 20 2. Uji Beda Rataan Jumlah Telur Ph. castaneae Yang

Terparasit Tumidiclava sp. ... 22 3. Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap

Telur Ph. castaneae (%) ... 25 4. Uji Beda Rataan Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul

Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 26 5. Nisbah Kelamin Tumidiclava sp. ... 29

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hlm

1. Telur Ph. castaneae ... 6

2. Larva Ph. castaneaae ... 6

3. Pupa Ph. castaneae ... 7

4. Imago Ph. castaneae ... 8

5. Imago Tumidiclva sp. ... 9

6. Siklus Hidup Tumidiclava sp. ... 10

7. Perbedaan Antara Telur Yang Tidak Terparasit dan Telur Yang Terparasit ... 21

8. Histogram Rataan Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Tumidiclava sp. ... 24

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1. Bagan Percobaan ... 35 2. Data Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp ... 36 3. Tabel Dwikasta Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang

Terparasit Tumidiclava sp. ... 37 4. Data Transformasi Jumlah Telur Ph .castaneae Hb.

Yang Terparasit Tumidiclava sp. Dengan √x + 0.5 ... 38 5. Tabel Dwi Kasta Jumlah Telur Ph. castaneae Hb.

Yang Terparasit Tumidiclava sp. ... 39 6. Daftar Sidik Ragam Jumlah Telur Ph. castaneae Hb.

Yang Terparasit Tumidiclava sp. ... 39 7. Uji Jarak Duncan Jumlah Telur Ph. castaneae Hb.

Yang Terparasit Tumidiclava sp. ... 40 8. Data Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 41 9. Tabel Dwikasta Jumlah Tumidiclava sp Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 42 10. Data Transformasi Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Muncul

Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Dengan √x + 0.5 ... 43 11. Tabel Dwi Kasta Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Muncul

Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 44 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Imago Tumidiclava sp.Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit ... 44 13. Uji Jarak Duncan Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Muncul

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada mulanya tanaman tebu diduga berasal dari India. Ada yang berpendapat bahwa tanaman tebu bukan berasal dari India. Pendapat terakhir dinyatakan bahwa tanaman tebu berasal dari Irian (New Guinea). Hal ini dibuktikan dari adanya tanaman tebu yang tumbuh liar terdapat di hutan-hutan Irian, bahkan juga di Sulawesi, Maluku, dan Kalimantan. Sedangkan di India tidak ditemukan adanya tanaman tebu liar sebagaimana jenis tanaman lainnya di daerah asalnya (Mubyarto dan Daryanti, 1991).

Pemerintah mengadakan program Akselerasi Peningkatan Produktifitas Gula Nasional tahun 2002-2007 dengan tujuan Indonesia mampu berswasembada gula. Peningkatan produktivitas gula dalam negeri dilakukan dengan

memaksimalkan tanaman sumber bahan baku gula yaitu tebu (Saccharum officianarum L.). Tebu merupakan tanaman penting bagi Indonesia,

(14)

Gula (P3GI) rata-rata penurunan produksi gula karena serangan hama diperkairakan sebesar 20 % per tahun (Chairunnisia, 2005).

Tanaman tebu yang diusahakan pada daerah-daerah baru di Sumatera paling sedikit diserang oleh empat spesies penggerek batang. Penggerek-penggerek terdiri dari Chilo sacchariphagus Boyer, Chillo auricilius Dudg, Sesamia inferens Walk, dan Phragmatoecia castaneae Hubner. Pada tanaman

tebu yang sudah besar Ph. castaneae biasanya merupakan spesies yang dominan. Meskipun telah dikenal mulai dari Eropa sampai Asia Tenggara, tetapi mengenai ngengat tersebut tampaknya belum banyak diketahui (Wiriatmodjo, 1980).

Beberapa hama dan penyakit tebu hingga kini masih digolongkan kedalam jajaran klasifikasi penting antara lain hama penggerek dan penyakit luka api. Akibat serangan penggerek pucuk, batang-batang tebu terhambat pertumbuhannya, bahkan serangan pada masa pertunasan dapat mematikan tunas-tunas terserang (Mudefat, dkk., 1999).

Penggerek batang tebu merupakan hama penting yang umum terdapat di perkebunan-perkebunan gula, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Berbeda dengan penggerek pucuk yang menyerang tanaman melalui ibu tulang daun dan pupus terus kebawah, penggerek batang terutama menyerang ruas-ruas batang. Pucuknya kadang-kadang ikut terserang tetapi kerap kali tetap utuh (Deptan, 1998).

(15)

sangat menderita dan akan mati, batangnya mudah patah, selain itu luka bekas gerekan dapat menjadi tempat infeksi berbagai patogen yang menyebabkan rusaknya jaringan tanaman. Kerugian yang fatal adalah matinya tanaman tebu (Purnama, 1990).

Upaya pengendalian hama penggerek batang tebu Ph. castaneae pada tanaman tebu selain secara teknis dan mekanis dilakukan juga pengendalian hayati yaitu dengan menggunakan musuh-musuh alami, antara lain parasit telur Tumidiclava sp. dan parasit larva Sturmiopsis inferens. Untuk mencapai sasaran

pengendalian agar kerusakan karena penggerek tetap terkendali dibawah 4 % kerusakan ruas yaitu tingkat kerusakan yang masih dapat ditolerir, maka musuh-musuh alami tersebut harus terus-menerus disebarkan ke areal tanaman tebu dalam jumlah yang cukup besar (PTP IX, 1992).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya parasitasi Tumidiclava sp. terhadap telur Ph. castaneae, jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp.,

tingkat parasitasi Tumidiclava sp. terhadap telur Ph. castaneae, jumlah Tumidiclava sp. yang muncul dari telur Ph. castaneae yang terparasit,

nisbah kelamin Tumidiclava sp.

Hipotesis Penelitian

(16)

- Diduga umur telur Ph. castaneae yang berbeda akan mempengaruhi jumlah telur yang terparsit

- Diduga umur telur Ph. castaneae yang berbeda mempengaruhi tingkat parasitasi Tumidiclava sp.

- Diduga dalam satu telur Ph. castaneae yang terparasit dihasilkan lebih dari satu parasitoid.

- Diduga Tumidiclava sp. mempunyai nisbah kelamin yang berbeda.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ph. castaneae Hubner

Menurut Kalshoven (1981), Ph. castaneae mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Ordo : Lepidoptera Famili : Cossidae Genus : Phragmatoecia

Spesies : Phragmatoecia castaneae Hubner.

(18)

Telur diletakkan dalam barisan terdiri dari satu, dua, atau lebih dari dua baris. Dalam baris tersebut telur-telur dapat tersusun bertemu ujung atau bertemu sisi. Banyaknya telur dalam satu kelompok sangat bervariasi dari 3-143 telur. Stadia telur 9-10 hari (P3GI, 1979a).

Gambar 1. Telur Ph. castaneae Hb.

Larva yang baru menetas berpencar mancari pelepah muda dan masuk dari lidah daun menggorok ke dalam jaringan pelepah. Didalam satu pelepah lebih dari satu ekor ulat. Pelepah yang sering diserang yaitu daun ke-2, 3, 4, 5 dan 6 dan paling sering di daun ke-4. Larva di dalam pelepah selama dua minggu baru masuk ke batang (P3GI, 1979a).

(19)

Gambar 2. Larva Ph. castaneae Hb.

Masa prepupa 1-2 hari. Warna pupa mula-mula kuning muda, kemudian berangsur-angsur menjadi lebih tua dan akhirnya berwarna coklat tua. Masa pupa berlangsung 14-19 hari, rata-rata 16 hari. Menjelang keluarnya ngengat, pupa bergerak keluar dan menembus selaput. Sisa kulit pupa menonjol keluar lubang merupakan ciri khas dari penggerek tersebut (P3GI, 1979b).

(20)

Gambar 3. Pupa Ph. castaneae Hb.

Ngengat berwarna abu-abu kecoklatan dan memiliki proboscis yang rudimenter. Antena serangga betina memiliki 45 annuli dan dua pertiga bagiannya adalah bipektinat (Wirioatmodjo, 1980).

Sayap depan lebih memanjang, paling tidak dua kali sama panjangnya dengan lebar. Sayap bersisik lebih tipis (Borror, et all., 1996).

Gambar 4. Imago Ph. castaneae Hb.

(21)

Menurut Kalshoven (1981) Tumidiclava sp. mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Ordo : Hymenoptera Famili : Trichogrammatidae Genus : Tumidiclava Spesies : Tumidiclava sp.

Semua spesies Trichogrammatidae bersifat endoparasitik. Kisaran inangnya luas, pada umumnya memarasit telur Lepidoptera, tetapi serangga lain juga bisa diserang oleh karena itu digunakan dalam pengendalian biologi. Famili Trichogrammatidae bersifat gregarious. Telur yang terparasit menjadi hitam (Anonim, 2007a).

(22)

Gambar 5. Imago Tumidiclava sp. (Perbesaran 5 x)

Siklus hidup Tumidiclava sp. di dalam inangnya dari telur hingga keluarnya imago 13,6 + 2,9 hari. Siklus hidupnya sangat singkat sakali sehingga dalam setahun dapat menghasilkan 27 generasi. Peletakan telur berlangsung selama 3-5 hari dan setelah 5 hari imago Tumidiclava sp. akan mati. Ratio jantan dan betina sekitar 1:2 (Lim and Pan, 1979).

(23)

Gambar 6. Siklus Hidup Tumidiclava sp.

Sumber : http://insects.tamu.edu/extension/bulletins/b-6071.html.

Tumidiclava sp. memiliki tarsi yang beruas tiga. Sungutnya pendek

dengan 7 atau lebih (termasuk ruas cincin). Sayap depan memiliki rambut duri yang tersusun dalam baris-baris (Borror, et all., 1996).

Betina bersifat parthenogenesis menghasilkan keturunan jantan, tetapi kadang-kadang dihasilkan betina yang fertil. Betina menghasilkan 20-50 keturunan. Ukuran tubuh imago kira-kira 0,75 mm (Kalshoven, 1981).

Trichogrammatidae betina memiliki sedikit bulu pada antenanya dan berukuran pendek, sedangkan jantan memiliki bulu yang banyak. Sayap tidak ada atau mungkin sangat kecil atau pendek (Knutson, 2007).

(24)

Serangan penggerek batang pada tanaman yang belum beruas menyebabkan kerusakan tunas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah dan dapat menyebabkan kematian tanaman (Mudefat, dkk., 1999).

Kerusakan yang ditimbulkan larva ini dapat berakibat total bagi pertanaman tebu, mengingat larva ini menetap di bagian dalam, merusak pelepah dan terus menggerek ke dalam batang membentuk terowongan sampai jauh ke dalam daerah batang tebu sehingga sulit untuk pengendaliannya (Kalshoven, 1981).

Kematian pada tanaman tua dapat pula terjadi, terutama bila padat populasi hama tinggi. Tanaman yang telah berumur lebih dari tiga bulan, kerusakan terutama terjadi pada ruas-ruas. Bila gerekan pada ruas cukup parah, batangnya mudah patah (P3GI, 1979b).

Gejala kerusakan pada ruas ditandai oleh lubang-lubang gerekan yang mudah dilihat dari luar. Tingkat kerusakan biasanya ditentukan berdasarkan persen ruas rusak (dengan tanda kerusakan dari luar) terhadap jumlah ruas. Karena hama ini dapat menggerek lebih dari satu ruas dengan jalan menembus buku-buku ruas tanpa keluar lebih dulu, maka banyaknya ruas rusak dengan tanda-tanda kerusakan di dalam lebih besar dari pada kerusakan dari luar. Namun karena pertimbangan praktis, kerusakan dalam rata-rata 1,23 x kerusakan luar (P3GI, 1979b).

(25)

Salah satu pengendalian Ph. castaneae di Indonesia yaitu dengan penanaman varietas resisten merupakan sesuatu faktor penting dalam pengendalian hama. Varietas tersebut disamping menderita serangan lebih rendah dibanding varietas-varietas standar, perlu memiliki potensi produksi diatas rata-rata standar. Dalam perakitan varietas unggul terutama diarahkan pada potensi produksinya. Disamping itu perlu dipertimbangkan pula faktor ketahanannya terhadap hama-hama penting (Deptan, 1994).

Pada umumnya untuk mengendalikan ledakan hama ada beberapa usaha yang dilakukan salah satunya dengan menggunakan pestisida. Namun, karena bersifat toksik pada hewan yang lain termasuk manusia maka dianggap tidak

spesifik. Selain itu dapat juga membunuh musuh alami (Roberts and Jovany, 2004).

Ada beberapa usaha yang dilaksanakan dalam upaya pengendalian Ph. castaneae di PT. Perkebunan Nusantara II yaitu : (1) secara kultur teknis yaitu

(26)

Sejumlah musuh alami kedapatan menyerang hama-hama penting pada tanaman tebu, biasanya peranan penekanan populasi hama tiap-tiap spesies musuh alami berbeda-beda pada lingkungan yang berbeda. Tanpa adanya agen pengendali alami ini populasi hama akan melonjak diatas ambang ekonomi. Namun demikian sering musuh alami tersebut secara alami tidak dapat menekan populasi hama dibawah ambang ekonomi. Pada tingkat keseimbangan tertentu hama dan musuh alami masing-masing dapat mempertahankan hidupnya. Campur tangan manusia diperlukan untuk menggeser keseimbangan tersebut agar populasi hama dapat lebih tahan (Deptan, 1994).

Diantara musuh-musuh alami terdapat spesies yang mempunyai inang yang khusus yang memegang peranan penting menekan populasi inangnya. Parasit seperti ini dapat dipergunakan sebagai agen pengendali dengan cara pelepasan inundatif dan inokulatif. Spesies parasit yang mempunyai peranan menonjol tersebut dapat berbeda-beda pada lingkungan berbeda (Deptan, 1994).

Penggunaan parasitoid dianggap seefisien predator, dapat menyelesaikan perkembangbiakannya pada satu inang. Parasitoid menyerang spesies yang lain bukan untuk menyediakan makanan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk meletakkan telur dengan demikian tersedia makanan bagi keturunannya (Evans 1978).

(27)

Tabuhan Trichogrammatidae adalah parasitoid yang menyerang lebih dari 200 spesies ngengat dan larva. Tumidiclava sp meletakkkan telurnya di dalam telur ngengat sehingga telur ngengat tidak dapat menetas menjadi larva. Parasit ini memutuskan silus hidup hama sehingga reproduksi hama bisa teratasi secara efektif. Pelepasan parasit telur (Tumidiclava sp.) ternyata cukup efektif untuk penekanan populasi Ph. castaneae (Macfarlane, 2002).

(28)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tanaman Tebu Sei Semayang PTPN II pada ketinggian + 50 m di atas permukaan laut yang dimulai pada bulan November sampai dengan Desember 2007.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tumidiclava sp. dan telur Ph. castaneae.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi volume 300 cc, keranjang, mikroskop, lup, karet gelang, kain hitam, alat tulis, gunting lipat, hand counter, kuas.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan.

Faktor U : Umur telur Ph. castaneae, dimana U1 : Telur Ph. castaneae yang berumur 1 hari

U2 : Telur Ph. castaneae yang berumur 2 hari

U3 : Telur Ph. castaneae yang berumur 3 hari

U4 : Telur Ph. castaneae yang berumur 4 hari

U5 : Telur Ph. castaneae yang berumur 5 hari

(29)

U8 : Telur Ph. castaneae yang berumur 8 hari

Faktor T : Waktu penginfeksian Tumidiclava sp. ke telur Ph. castaneae, dimana T1 : Waktu penginfeksian 1 jam

T2 : Waktu penginfeksian 2 jam

T3 : Waktu penginfeksian 3 jam

T4 : Waktu penginfeksian 4 jam

T5 : Waktu penginfeksian 5 jam

Adapun kombinasi perlakuan adalah : U1T1 U1T2 U1T3 U1T4 U1T5

Model linier yang digunakan adalah :

Yijk = µ + i + j + ( )ij + ijk

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Efek dari nilai tengah

(30)

j = Efek perlakuan pada taraf ke-j

( )ij = Efek perlakuan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

ijk = Galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Bila hasil analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang berbeda nyata maka perlu dilakukan Uji Jarak Duncan untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan (Sastrosupadi, 2000).

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Telur Ph. castaneae Hb.

Telur Ph. castaneae dikumpulkan dalam jumlah yang cukup. Telur dihitung dengan menggunakan hand counter. Pada masing-masing tabung dimasukk an telur PBTR, terdiri dari 50 butir telur berumur 1 hari, 50 butir telur berumur 2 hari, 50 butir telur berumur 3 hari, 50 butir telur berumur 4 hari, 50 butir telur berumur 5 hari, 50 butir telur berumur 6 hari, 50 butir telur berumur 7 hari, 50 butir telur berumur 8 hari.

Persiapan Imago Tumidiclava sp.

(31)

Pada telur yang berumur satu hari dimasukkan Tumidiclava sp. kedalamnya lalu tabung ditutup dengan kain hitam dan diikat dengan karet gelang. Tabung diletakkan kedalam keranjang dengan posisi membelakangi sinar. Tumidiclava sp. dibiarkan di dalam tabung selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5

jam, lalu parasitoid dikeluarkan. Demikian seterusnya sampai pada telur yang berumur 8 hari. Setelah 14 hari diamati perubahan yang terjadi.

Parameter Pengamatan

1. Ada Tidaknya Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae

Setelah 14 hari diamati ada tidaknya telur yang terparasit yang ditandai dengan adanya perubahan warna telur menjadi kehitam-hitaman.

2. Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Tumidiclava sp.

Telur yang terparasit dihitung jumlahnya yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada telur.

3. Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae

(32)

4. Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit

Parasitoid dewasa yang muncul pada masing-masing perlakuan dihitung jumlahnya dengan menggunakan lup dan kuas.

5. Nisbah Kelamin Tumidiclava sp.

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada Tidaknya Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae

(34)

U8T5 √ X X Keterangan : √ : telur terparasit

X : telur tidak terparasit

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan U1 (umur telur 1 hari), U2 (umur telur 2 hari), U3 (umur telur 3 hari), U4 (umur telur 4 hari), U5 (umur telur 5 hari) telur Ph. castaneae terparasit. Sedangkan pada perlakuan U6 (umur telur 6 hari), U7 (umur telur 7 hari) dan U8 (umur telur 8 hari) telur mulai tidak terparasit, bahkan pada perlakuan U6T1-3, U6T2-3, U6T5-1, U7T1-2, U7T2-2, U7T3-3,

U7T4-2, U7T5-1, U7T5-2, U8T1-2, U8T1-3, U8T2-2, U8T3-1, U8T3-2, U8T3-3, U8T4-3,

U8T5-2, U8T5-2 tidak satupun telur terparasit.

Perbedaan antara telur yang tidak terparasit dan telur yang terparasit dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbedaan Antara Telur Yang Tidak Terparasit dan Telur Yang Terparasit

a : Telur Yang Tidak Terparasit b : Telur Yang Terparasit

Telur yang terparasit ditandai dengan adanya perubahan warna telur menjadi hitaman. Perubahan warna telur Ph. castaneae menjadi kehitam-hitaman disebabkan karena Tumidiclava sp. menggunakan nutrisi yang ada dalam embrio inang untuk proses perkembangannya. Perubahan warna telur menjadi kehitam-hitaman tampak setelah 13-14 hari setelah pengaplikasian. Telur tidak terparasit disebabkan karena telur telah berkembang menjadi larva sehingga

(35)

embrio inang tidak dapat digunakan lagi untuk proses pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan literatur Anonim (2007) yang menyatakan bahwa imago Tumidiclava sp. meletakkan telur di dalam telur inang, berkembang menjadi larva,

menggunakan nutrisi yang ada dalam embrio inang, sehingga menyebabkan telur berubah warna menjadi hitam.

Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit Tumidiclava sp.

Berdasarkan analisis sidik ragam terlihat bahwa jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit pada berbagai umur berbeda sangat nyata.

Pengaruh waktu penginfeksian menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata dan interaksi antara keduanya menunjukkan hasil yang tidak nyata. Hal ini disebabkan karena Tumidiclava sp. langsung meletakkan telurnya pada telur Ph. castaneae tanpa harus menunggu waktu yang cukup lama.

Rata-rata jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit dapat dilihat pada Tabel 2.

(36)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan U1, U2, U3 menunjukkan jumlah telur yang terparasit yang tidak berbeda nyata. Rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp. pada perlakuan U1 sebesar 46,33 butir telur, U2 sebesar 42,53 butir telur, U3 sebesar 41,73 butir telur. Pada perlakuan U1, U2, U3 telur yang terparasit lebih banyak jumlahnya. Hal ini disebabkan karena telur Ph. castaneae masih segar dan karionnya masih

lunak sehingga Tumidiclava sp. mudah menusukkan ovipositornya pada telur Ph. castaneae.

Rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp. pada perlakuan U4 sebesar 28,53 butir telur, U5 sebesar 15,73 butir telur, U6 sebesar 7,47 butir telur. Pada perlakuan U4, U5, U6 jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit semakin menurun. Hal ini disebabkan karena semakin lama telur Ph. castaneae. telur tersebut kurang disukai oleh parasitoid. sebab telur tersebut

(37)

Histogram rataan jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit Tumidiclava sp. dapat dilihat dalam Gambar 8.

46,33

Gambar 8. Histogram Rataan Jumlah Telur Ph. castaneae Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

(38)

Tingkat Parasitasi Tumidiclava sp. Terhadap Telur Ph. castaneae

(39)

U8T5 4 0 0

Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa tingkat parasitasi pada perlakuan U1 berkisar antara 80-100 %, U2 berkisar antara 76-96 %, U3 berkisar antara 68-96 %, U4 berkisar antara 50-64 %, U5 berkisar antara 24-36 %, U6 berkisar antara 0-26 %, U7 berkisar antara 0-16 dan tingkat parasitasi yang terendah pada perlakuan U8 yaitu berkisar antara 0-12 %.

Tingkat parasitasi Tumidiclava sp. bergantung pada jumlah telur Ph. castaneae yang terparasit. Semakin banyak telur Ph. castaneae yang terparasit

maka tingkat parasitasi Tumidiclava sp. semakin tinggi pula.

Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit

Berdasarkan analisis sidik ragam terlihat bahwa pengaruh umur telur pada

pengamatan jumlah imago Tumidiclava sp. yang dihasilkan dari telur Ph. cataneae yang terparasit menunjukkan perbedaan yang sangat nyata.

Pengaruh waktu penginfeksian terhadap jumlah imago Tumidiclava sp. yang dihasilkan menunjukkan hasil yang tidak nyata dan interaksi keduanya menunjukkan hasil yang tidak nyata.

Rata-rata jumlah Tumidiclava sp. yang muncul dari telur Ph. castaneae yang terparasit pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

(40)

Perlakuan Rataan

Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada perlakuan U1 menunjukkan bahwa jumlah Tumidiclava sp. yang dihasilkan berpengaruh nyata terhadap perlakuan yang lainnya. Pada perlakuan U2, U3, U4 menunjukkan bahwa jumlah Tumidiclava sp. yang dihasilkan berpengaruh tidak nyata. Pada perlakuan U1

rataan jumlah Tumidiclava sp. yang dihasilkan sebesar 418,47 ekor. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara jumlah telur yang terparasit dengan jumlah imago yang dihasilkan, sebab semakin banyak telur yang terparasit maka semakin banyak pula imago yang dihasilkan.

Pada perlakuan U7 dan U8 sedikit imago yang dihasilkan bahkan tidak dihasilkan sama sekali. sebab pada perlakuan tersebut hanya sedikit telur yang terparasit bahkan tidak terparsit sama sekali.

(41)

418,47

Gambar 9. Histogram Rataan Jumlah Imago Tumidiclava sp. Yang Keluar Dari Telur Ph. castaneae Yang Terparasit

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa jumlah parasitoid Tumidiclava sp. yang muncul dari telur Ph. castaneae yang terparasit yang tertinggi pada perlakuan U1 sebesar 418,47 ekor parasitoid, dan yang terendah pada perlakuan U8 sebesar 5,27 ekor parsitoid.

Tumidiclava sp. yang keluar dari setiap butir telurnya berkisar antara 2-9

(42)

Parasitoid Tumidiclava sp. berada dalam telur inang selama 13-14 hari. Hal ini dapat dilihat setelah 13 hari dari waktu pengaplikasian. Tumidiclava sp. keluar dari telur inang dalam bentuk imago. Selama di dalam telur inang parasitoid menggunakan nutrisi yang ada dalam telur inang untuk proses pertumbuhan fase telur sampai pupa. Telur Ph. csataneae menjdai berwarna hitam menunjukkan bahwa Tumidclava sp. sudah menjadi pupa. Setelah 3 hari dari waktu keluarnya dari telur inang imago Tumidiclava sp. mati.

Nisbah Kelamin Tumidiclava sp.

(43)

U4T1 64 138 56 140 65 147

(44)

Pan (1979) yang menyatakan ratio jantan dan betina yang dihasilkan berkisar 1 : 2.

Perbedaan antara Tumidiclava sp. jantan dan Tumidiclava sp. betina dapat dilihat dalam Gambar 10.

A B

Keterangan : A : Tumidiclava sp. jantan (Perbesaran 40 x) B : Tumidiclava sp. betina (Perbesaran 40 x) a : antena

b : ovipositor

Dari gambar 10. dapat dilihat perbedaan antara Tumidiclava sp. betina dan Tumidiclava sp. jantan. Pada Tumidiclava sp. betina terdapat ovipositor dan pada

antenanya terdapat bulu yang jumlahnya sedikit serta berukuran pendek. Pada Tumidiclava sp. jantan tidak terdapat ovipositor dan pada antenanya terdapat bulu

yang jumlahnya banyak serta berukuran lebih panjang dari pada Tumidiclava sp. betina. Hal ini sesuai dengan literatur Knutson (2007) yang menyatakan bahwa Trichogrammatidae betina memiliki sedikit bulu pada antenanya dan berukuran pendek, sedangkan jantan memiliki bulu yang banyak.

a

b

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tumidiclava sp. memarasit telur Ph. castaneae sampai dengan umur 5 hari.

(46)

3. Tingkat parasitasi Tumidiclava sp. terhadap telur Ph. castaneae yang tertinggi terdapat pada perlakuan U1 yaitu sebesar 80-100% dan yang terendah terdapat pada perlakuan U8 yaitu sebesar 0-12 %.

4. Rataan jumlah Tumidiclava sp. yang muncul dari telur Ph. castaneae yang terparasit yang tertinggi terdapat pada perlakuan U1 yaitu sebesar 418,47 ekor dan yang terendah terdapat pada perlakuan U8 yaitu sebesar 5,27 ekor.

5. Tumidiclava sp. jantan yang muncul lebih sedikit bila dibandingkan dengan Tumidiclava sp. betina.

Saran

1. Untuk mengembangbiakan Tumidiclava sp. sebaiknya telur Ph. castaneae yang dipergunakan adalah telur yang berumur satu hari dan masih segar. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh umur

Tumidiclava sp. untuk menginfeksi telur Ph. castaneae.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007a. How to Manage Pests. Diakses dari

akses 07 September 2007.

______, 2007b. Caterpillar Bio Control: Trichogramma Wasps. Diakses dari September 2007.

(47)

Chairunnisia, C., 2005. Pengelolaan Hama Tebu di Wilayah Pabrik Gula Kebon Agung Kabupaten Malang-Jawa timur. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian. IPB-Press, Bogor.

Deptan, 1994. Pengendalian Hama Terpadu, Direktorat Jenderal Perkebunan Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.

______, 1998. Pedoman Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Perkebunan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Badan Penelitian dan Pengembangan.

Djamin, A. dan Madjnu, M., 1989. Prosiding Temi Ilmiah Entomologi Perkebunan Indenesia 1986. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Sumatera Utara-Acah. Hal 141-142.

Evans, H.E., 1987. Insect Biology. Colorado State University, London.

Kalshoven, L.G.E., 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Resived and Translate by PA.Van der Lean.Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Knutson, A., 2007. The Trichogramma Manual. The Texas A & M University

System, New York. Diakses dari

Lim,G.T., and Pan, Y.C., 1979. the Biology of Tumidiclava sp. (Hymenoptera:Trchogrammatidae) a Parasitoid of Sugarcane Giant Borer

Phragmatoecia gumata Swinhoe. Diakses dari

http://olericulture.org/000/329/000329167.html. Tanggal akses 04 Mei 2007.

Macfarlane, R., 2002. Arthropod. Diakses dari

Mewrtins, J.W., and Coppel, H.C., 1977. Biological Insect Pest Suppression. Springer-Verleg, New York.

Mubyarto dan Daryanti, 1991. Gula : Kajian Sosial-Ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta.

(48)

PTP IX, 1992. Rencana Perluasan Kebun Tebu Inokulasi Untuk Pengembangan Larva Phragmatoecia castaneae Media Pengembangan Parasit Larva, Medan.

Purnama, A., 1990. Pengendalian Hama Penggerek Batang Tebu (Phragmatoecia castaneae).P.T. Perkebunan Nusantara II, Medan.

P3GI, 1979 a. Hama dan Penyakit Tebu, Pasuruan.

____, 1979b. Laporan Penelitian Pengendalian Hama Penggerek Raksasa Phragmaoecia castaneae Hubner di Medan. Deptan RI, Pasuruan.

Roberts, L.S., and Jovany, J., 2004. Foundations of Parasitology. Mc Graw Hill. Seventh Edition, New York.

Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.

Wirioatmodjo, B., 1980. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner Penggerek Raksasa di Sumatera Utara, Indonesia, Medan.

Lampiran 1. Bagan Penelitian

U1T1 U1T2 U1T3 U1T4 U1T5

U2T1 U2T2 U2T3 U2T4 U2T5

U3T1 U3T2 U3T3 U3T4 U3T5

(49)

U6T1 U6T2 U6T3 U6T4 U6T5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(50)

U2T2 44 47 40 131 43.67

Tabel Dwikasta Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

(51)

U6 19 12 29 35 17 112 7.47

U7 7 8 7 8 7 37 2.47

U8 2 11 0 8 2 23 1.53

Total 561 567 559 572 536 2795

Rataan 23.38 23.63 23.29 23.83 22.33 23.29

Data Transformasi Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp. Dengan √x + 0.5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(52)

U1T3 6.75 6.36 7.04 20.14 6.71

Tabel Dwikasta Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Faktor U Faktor T Total Rataan

T1 T2 T3 T4 T5

U1 21.18 20.6 20.14 20.52 20.16 102.60 6.84

(53)

U3 19.61 19.53 20.68 18.85 18.67 97.34 6.49

Daftar Sidik Ragam Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Uji Jarak Duncan Jumlah Telur Ph. castaneae Hb. Yang Terparasit

Tumidiclava sp.

Sy = 0.12

(54)

LSR 0.05 0.34 0.36 0.37 0.38 0.38 0.39 0.39 Perlakuan U8 U7 U6 U5 U4 U3 U2 U1 Rataan 1.24 1.52 2.58 4.02 5.38 6.49 6.55 6.84

=0.05 a

.

b

.

c

.

d e

Perlakuan Rataan Notasi

U1 6.84 a

U2 6.55 a

U3 6.49 a

U4 5.38 b

U5 4.02 c

U6 2.58 d

U7 1.52 e

U8 1.24 e

Lampiran 3 : Data Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Ph. castaneae Yang Terparasit

(55)
(56)

Faktor U Faktor T Total Rataan

T1 T2 T3 T4 T5

U1 1332 1243 1235 1253 1214 6277 418.47

U2 1111 1186 960 1169 1088 5514 367.60

U3 917 893 926 918 833 4487 299.13

U4 610 588 603 618 635 3054 203.60

U5 314 314 285 302 337 1552 103.47

U6 97 62 144 165 103 571 38.07

U7 34 35 30 33 28 160 10.67

U8 5 38 0 29 7 79 5.27

Total 4420 4359 4183 4487 4245 21694

Rataan 184.17 181.63 174.29 186.96 176.88 180.78

Data Transformasi Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

(57)
(58)
(59)

Uji Jarak Duncan Jumlah Tumidiclava sp. Yang Muncul Dari Telur

Perlakuan Rataan Notasi

(60)

Gambar

Tabel Dwikasta Jumlah Telur Ph. castaneaeData Transformasi Jumlah Telur Terparasit  Hb
Gambar 1. Telur Ph.  castaneae Hb.
Gambar 2. Larva Ph. castaneae Hb.
Gambar 4. Imago Ph. castaneae Hb.
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kode Barang Jenis Barang /Nama Barang Nomor Register Merk/ Type Ukuran/ CC Bahan Tahun Pem- belian Nomor Jumlah. Barang Kondisi Asal

inspect h323 h225 inspect h323 ras inspect netbios inspect rsh inspect rtsp inspect skinny inspect esmtp inspect sqlnet inspect sunrpc inspect tftp

Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan bertanggung jawab mutlak secara hukum..

In tale prospettiva, la «plasmabilità del modello che ha offerto ai contemporanei e ai posteri» diventa uno degli elementi di cui dare conto, anziché un motivo a

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah menganugerahkan nikmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas

Dengan memanfaatkan Java Media Frameworkstm , dan menerapkannya dalam pembuatan aplikasi dengan program grafis dari Netbeans 5.5 untuk membuat tampilan dari aplikasi ini. File-file

Sehubungan dengan telah selesainya koreksi aritmatik yang dilakukan oleh Pokja V Unit Layanan.. Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Musi Banyuasin