MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM
RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN
TESIS
Oleh
HOTMAWATI LIDYA PAKPAHAN
087003025/PWD
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM
RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HOTMAWATI LIDYA PAKPAHAN
087003025/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN
Nama Mahasiswa : Hotmawati Lidya Pakpahan
Nomor Pokok : 087003025
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Komisi Pembimbing,
(Prof. Bachtiar Hasan Miraza) Ketua
(Drs. Rujiman, MA) (Agus Purwoko, Shut, M.Si)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Bachtiar Hasan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 9 Juni 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hasan Miraza
Anggota : 1. Drs. Rujiman, MA
2. Agus Purwoko, Shut, M.Si
3. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
ABSTRAK
Hotmawati Lidya Pakpahan, Nim.087003025 “ Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan ,dibawah bimbingan Prof.Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman,MA dan Agus Purwoko, S.Hut,MSi.
Adanya kecendrungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota yang makin berkembang maka akan menimbulkan dampak adanya buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. Dalam pengelolaan sampah terdapat 5 aspek yang berpengaruh yaitu pembiayaan, kelembagaan, hukum, teknik operasional dan peran masyarakat. Dari kelima aspek tersebut, aspek pembiayaan merupakan aspek yang paling berpengaruh karena sebagian besar kegiatan dalam pengelolaan sampah memerlukan biaya atau dapat dikatakan aspek pembiayaan merupakan ujung tombak dalam pengelolaan sampah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan, untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan, dan untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan.
Manajemen pengelolaan sampah dan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan dianalisis dengan regresi linier berganda.
Hasil yang di peroleh dari penelitian ini yaitu bahwa manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Dinas Kebersihan Kota Medan telah dilaksanakan walaupun belum sesuai seperti yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan meningkat yang terlihat dari peningkatan ketertiban masyarakat dalam membayar retribusi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk, dan tenaga kerja kebersihan secara serempak dan parsial berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota.
ABSTRACT
Hotmawati Lidya Pakpahan, Student’s Registration Number 087003025, “Waste Processing Management in Environmentally Friendly Medan Development” under the supervision of Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman, MA, and Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.
The fact that the number of population may increase and the activities in a city may develop will result in an increasing waste of various kinds. There are 5 (five) aspects such as funding, institution, law, operational technique, and role of community which are influencing in waste processing. Of the five aspects, funding is the most influencing aspect because most of the activities in waste processing needs funding or, in other words, funding is the spear head waste processing.
The purpose of this study was to analyze (1) the waste processing management in the city of Medan including planning, organizing and controlling and reporting, (2) the development of original local revenue obtained from waste tax the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.
Waste processing management and original local revenue development obtained from waste tax analyzed through descriptive analysis method. The impact of waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan was analyzed through multiple linear regression tests.
The result of study showed that the waste processing management including planning, organizing, and controlling and reporting in Medan Sanitation Service has been implemented although it is not like what is expected and the original local revenue obtained from waste tax for 5 (five) years (2004-2008) keeps increasing. It means that community care about environmental sanitation has increased which is seen through their willingness to pay the waste tax. The result of this study also showed that waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population simultaneously and partially had a significant impact on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan dan karuniaNya sehingga penulisan tesis ini dengan judul
“Manajemen Pengelolaan Sampah dalam Rangka Pengembangan Kota Medan
Berwawasan Lingkungan” sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi Magister
Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana
beserta seluruh dosen yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
dapat menyelesaikan studi di Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah
dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Pengembangan Wilayah dan Pedesaan dan selaku Ketua Komisi Pembimbing.
3. Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai anggota Komisi Pembimbing.
4. Bapak Agus Purwoko, SP., MSi sebagai anggota Komisi Pembimbing.
5. Para karyawan Program Studi Program Studi Perencanaan Pengembangan
Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
yang tidak henti-hentinya selalu mengingatkan dan memberikan dukungannya.
6. Ir. Hotma Batubara dan anakku Nella Alma M. Pusponegoro Batubara yang
tercinta berkat doa dan dukungannya telah memberikan semangat untuk dapat
menyelesaikan tesis ini.
7. Ibunda P. Mariaty Panjaitan serta adik-adikku: Kel. Dr. Edwin A. Pakpahan, SPp,
Kel. Ir. Albert E. Pakpahan, MM, Kel. Edward N. Pakpahan, ST, MSc, Kel. Sri
8. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Kabid PPL beserta
teman-teman di bidang PPL yang banyak memberikan dukungan.
9. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan beserta seluruh staf yang sangat membantu
dalam data.
10.Teman-teman mahasiswa Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah
dan Pedesaan angkatan 2008 yang sangat mendukung saya dalam menulis tesis
ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas
dukungannya.
Tesis ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharapkan
masukan dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini
dapat memberikan manfaat kepada kita.
Medan, Juni 2010
RIWAYAT HIDUP
Hotmawati Lidya Pakpahan dilahirkan di Medan, pada tanggal 10 Januari
1968. Anak pertama dari Ayahanda (almarhum) Drs. Misran Pakpahan SE, Ak dan
Ibunda P. Mariaty Panjaitan. Menyelesaikan pendidikan : SD Immanuel Medan tahun
1980, SMP Immanuel Medan 1984, SMA Immanuel Medan 1987. Memperoleh gelar
sarjana dari Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Nomensen Medan tahun 1994.
Pada bulan April 1999 diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagai staf
Biro Perencanaan dan Bantuan Luar Negeri di Kantor Kementerian Lingkungan
Hidup Pusat Jakarta, pada tahun 2005 pindah ke kantor Bapedalda Propinsi Sumatera
Utara sebagai staf Pengendalian Pencemaran. Pada bulan Oktober 2008 mengikuti
pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Perkotaan Universitas
Sumatera Utara Medan.
Saat ini bekerja sebagai staf pada Bidang Teknologi Lingkungan Subbid
Amdal Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara.
DAFTAR ISI
2.2. Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut ... Rancangan Undan 2.3. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Ideal ... 14
2.4. Aspek Manajemen dalam Pengelolaan Sampah ... 19
2.5. Kota Berwawasan Lingkungan ... 26
2.6. Dampak Kota Berwawasan Lingkungan bagi Pengembangan Wilayah di Kota Medan ... 27
2.7. Pengembangan Wilayah... 28
2.8. Penelitian Sebelumnya ... 30
2.9. Kerangka Pemikiran... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Lokasi Penelitian... 33
3.2. Jenis dan Sumber Data... 33
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 34
3.4. Metode Analisis Data... 34
3.5. Definisi dan Batasan Variabel Operasional ... 35
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 38
4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan... 39
4.2 Manajemen Persampahan Kota Medan ... 40
4.2.1 Perencanaan Kebersihan Kota Medan ... 42
4.2.2 Pengorganisasian Kebersihan Kota Medan ... 44
4.2.3 Pelaksanaan Kebersihan Kota Medan ... 47
4.2.4 Pengawasan & Pelaporan Kebersihan Kota Medan ... 53
4.2.5 Permasalahan dalam Manajemen Persampahan Kota Medan ... 55
4.3 Perkembangan Wawasan Lingkungan di Kota Medan... 57
4.4... Pengaruh Anggaran Pengelolaan Sampah, Jumlah Penduduk, dan Tenaga Kerja Kebersihan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Retribusi Sampah di Kota Medan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 62
5.1. Kesimpulan ... 62
5.2. Saran... 62
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2004-2008 ... 40
4.2 Wilayah Operasional Pelayanan Dinas Kebersihan Kota Medan... 51
4.3 Petugas Operasional Kebersihan Kota Medan tahun 2009 ... 52
4.4 Sarana dan Prasarana Operasional Kebersihan Kota Medan ... 53
4.5 Data Retribusi Sampah Kota Medan Tahun 2004-2008 ... 57
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Pengelolaan Sampah Kota Ideal ... 15
2.2. Kerangka Berpikir... 32
4.1. Peta Lokasi Penelitian ... 37
4.2. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Peta Kota Medan... 66
2 Retribusi Sampah, Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga Kebersihan dan
APBD Kota Medan Tahun 2004-2008... 68
3 Hasil Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga Kebersihan,
dan Jumlah APBD terhadap Retribusi Sampah Kota Medan ... 69
ABSTRAK
Hotmawati Lidya Pakpahan, Nim.087003025 “ Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan ,dibawah bimbingan Prof.Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman,MA dan Agus Purwoko, S.Hut,MSi.
Adanya kecendrungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota yang makin berkembang maka akan menimbulkan dampak adanya buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. Dalam pengelolaan sampah terdapat 5 aspek yang berpengaruh yaitu pembiayaan, kelembagaan, hukum, teknik operasional dan peran masyarakat. Dari kelima aspek tersebut, aspek pembiayaan merupakan aspek yang paling berpengaruh karena sebagian besar kegiatan dalam pengelolaan sampah memerlukan biaya atau dapat dikatakan aspek pembiayaan merupakan ujung tombak dalam pengelolaan sampah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan, untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan, dan untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan.
Manajemen pengelolaan sampah dan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan dianalisis dengan regresi linier berganda.
Hasil yang di peroleh dari penelitian ini yaitu bahwa manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Dinas Kebersihan Kota Medan telah dilaksanakan walaupun belum sesuai seperti yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan meningkat yang terlihat dari peningkatan ketertiban masyarakat dalam membayar retribusi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk, dan tenaga kerja kebersihan secara serempak dan parsial berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota.
ABSTRACT
Hotmawati Lidya Pakpahan, Student’s Registration Number 087003025, “Waste Processing Management in Environmentally Friendly Medan Development” under the supervision of Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman, MA, and Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.
The fact that the number of population may increase and the activities in a city may develop will result in an increasing waste of various kinds. There are 5 (five) aspects such as funding, institution, law, operational technique, and role of community which are influencing in waste processing. Of the five aspects, funding is the most influencing aspect because most of the activities in waste processing needs funding or, in other words, funding is the spear head waste processing.
The purpose of this study was to analyze (1) the waste processing management in the city of Medan including planning, organizing and controlling and reporting, (2) the development of original local revenue obtained from waste tax the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.
Waste processing management and original local revenue development obtained from waste tax analyzed through descriptive analysis method. The impact of waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan was analyzed through multiple linear regression tests.
The result of study showed that the waste processing management including planning, organizing, and controlling and reporting in Medan Sanitation Service has been implemented although it is not like what is expected and the original local revenue obtained from waste tax for 5 (five) years (2004-2008) keeps increasing. It means that community care about environmental sanitation has increased which is seen through their willingness to pay the waste tax. The result of this study also showed that waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population simultaneously and partially had a significant impact on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan
kondisi lingkungan yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya, sebaliknya
kondisi lingkungan yang baik tergantung pada aktivitas manusia terhadap lingkungan.
Perkotaan sebagai pusat aktivitas telah berkembang dengan pesat dan berperan
sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, kebudayaan, pariwisata, transportasi
maupun industri.
Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, meningkatkan sampah industri dan sampah domestik
yang dihasilkan oleh penduduk sehingga semakin membebani tanah, udara dan
sungai yang mengalir dalam wilayah perkotaan. Akibat pertambahan jumlah
penduduk yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, jarang sekali dalam suatu
wilayah kota di temukan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk daerah
pemukiman yang layak.
Ini disebabkan karena ruang terbuka tersebut berubah fungsi menjadi tempat
pembuangan berbagai macam sampah dari hasil aktivitas manusia,berupa sampah
dari kegiatan rumah tangga, perkantoran, lembaga (instansi), pasar, terminal, restoran
disebabkan oleh industri dan sektor domestik yang menghasilkan limbah domestik
(sampah domestik).
Sampah domestik ini terdiri dari sampah organik dan sampah non organik.
Sampah organik berasal dari mahluk hidup yang dapat terdegradasi sedangkan
sampah non organik yang tidak dapat terdegradasi misalnya: plastik, kaleng, kaca,
dan lain-lain. Selain sampah organik dan sampah non organik terdapat juga yang
disebut sampah berbahaya misalnya: baterai, jarum suntik, dan lain-lain. Sementara
sampah industri terdiri dari emisi dari proses pembakaran, limbah cair (sampah cair),
limbah padat (sampah padat).
Volume sampah dan jenis yang dihasilkan tergantung dari pola komsumsi
suatu masyarakat dalam suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendapatan
masyarakat tersebut maka semakin tinggi pula volume sampah yang dihasilkan dan
semakin banyak jenis sampah yang dihasilkan.Tetapi pada umumnya sebagian besar
sampah yang di hasilkan adalah jenis sampah organik (sampah basah), yaitu
mencakup 60-70 % dari total volume sampah (Kementerian Lingkungan Hidup,
2008).
Pengelolahan persampahan di perkotaan merupakan suatu sistem yang saling
berinteraksi membentuk kesatuan dan mempunyai tujuan. Pengolahan sampah suatu
kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah domestik rumah tangga
yang dihasilkannya secara tidak langsung memelihara kesehatan masyarakat serta
menciptakan suatu lingkungan yang baik, bersih dan sehat. Sampah padat dari
Pemerintah bertanggung jawab dalam pemgumpulan ulang dan pembuangan sampah
dari pemukiman secara memadai.
Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan dalam
pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk operasionalisasi
pengolahan persampahan,menjadikan pada beberapa daerah kegiatan pengolahan
sampah ini tidak seperti yang diharapkan. Hal ini makin diperkuat dengan belum
diterapkannya prinsip bahwa yang memproduksi barang harus mengelola sampah
dari barang tersebut.
Di sisi lain, masyarakat juga bertanggung jawab dalam membuang sampahnya
secara benar pada suatu tempat pengumpulan dan diharapkan dapat mengelola
persampahan secara mandiri dan terpadu atau dapat juga suatu kelompok masyarakat
untuk menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam pengelolan persampahan
terpadu.
Pada sisi lain sampah yang berasal dari pemukiman, pasar, taman, dan
lain-lain, jika tidak dikelola secara baik, keberadaannya sering menimbulkan masalah bagi
lingkungan, seperti:
a. Sampah yang tidak teratasi dengan baik dapat menyebabkan lingkungan tidak
baik secara estetika.
b. Sampah yang membusuk menghasilkan gas yang berbau yang tidak sedap dan
berbahaya bagi kesehatan, air yang dikeluarkan (leachate) juga dapat
c. Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyebabkan tersumbatnya
saluran drainase sehingga dapat menimbulkan banjir.
d. Kawasan yang padat penduduknya seperti kota besar akan kesulitan mencari
lahan baru untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Bagi negara berkembang pada umumnya menyelesaikan masalah sampah
yaitu dengan membuang ke tempat lain, tentu saja ini bukan merupakan pemecahan
masalah. Oleh sebab itu untuk meminimalisasi (pengurangan) sampah mencakup tiga
usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu: Reduse (mengurangi): sebisa mungkin
mengurangi barang dan material yang dipakai sehari-hari. Reuse (memakai kembali):
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah/menghindari
pemakaian sekali pakai.
Recycle (mendaur ulang): sedapat mungkin mendaur ulang barang-barang
yang sudah tidak terpakai lagi menjadi bentuk dan fungsi lain, meski tidak semua
barang bisa di daur ulang. Menurut Slamet (1994), ada beberapa faktor yang penting
yang mempengaruhi sampah yaitu: jumlah penduduk, keadaan sosial, kemajuan
Teknologi yang akan menambah jumlah maupun kualitas sampah.
Pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan akan:
1. Mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga dapat
memperpanjang umur tempat pembuangan akhir (TPA), meningkatkan
efisiensi biaya pengangkutan sampah, meningkatnya kondisi sanitasi di
2. Mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kebersihan
lingkungan.
3. Membantu melestarikan sumberdaya alam, terutama kompos yang dipakai
untuk pupuk tanaman.
4. Menghasilkan sumberdaya baru dari sampah, misalnya pupuk tanaman.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Bertambahnya jumlah sampah dalam suatu wilayah, menurut Chairuddin
(2003), berkorelasi dengan jumlah populasi manusia dan banyaknya aktivitas yang
dilakukan di dalam suatu komunitas. Pada tahun 2007, diproyeksikan penduduk Kota
Medan mencapai 2.083.156 jiwa. Dibanding hasil sensus Penduduk tahun 2000
terjadi pertumbuhan penduduk tahun 2000-2007 sebesar 1,28 % pertahun, dengan
luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7858 jiwa/km² .
Sementara menurut data Dinas Kebersihan Kota Medan pada tahun 2009
dengan pertambahan penduduk Kota Medan sebesar 2.578.315 jiwa menghasilkan
sampah sebesar 5.616 m³/hari (1.404 ton/hari) dengan volume sampah sebesar itu jika
tidak dilakukan dengan manajemen pengelolaan yang baik akan mengalami
penurunan kualitas lingkungan terbukti pada beberapa dasawarsa terakhir Kota
Medan tidak memperoleh piagam Kalpataru.
Kota Medan sebagaimana kota lain di Indonesia juga mempunyai
permasalahan yang umum terjadi dalam pengelolaan persampahan kota. Masalah
operasional yang tinggi. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan
kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang ± 60% dari
seluruh produksi sampahnya.
Beranjak dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan kajian
tentang permasalahan sampah dan menuangkannya dalam penelitian yang berjudul
Manajemen Pengelolaan Sampah dalam Rangka Pencapaiaan Kota Medan yang
Berwawasan Lingkungan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan?
2. Bagaimana perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah
berkaitan dengan perkembangan wawasan lingkungan di Kota Medan?
3. Apakah anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk yang terlayani, dan
tenaga kerja kebersihan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dari retribusi sampah di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan,
2. Untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi
Sampah di Kota Medan.
3. Untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja
kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi
Sampah di Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan kontribusi yang positif kepada Pemerintah Kota maupun
masyarakat umum dalam pengelolaan persampahan di Kota Medan.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kebersihan Kota Medan dalam
membuat kebijakan yang terkait dengan manajemen pengelolaan sampah di Kota
Medan.
3. Sebagai bahan referensi dalam pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang
dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif
karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya
memerlukan biaya yang cukup besar.
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Dalam Undang-Undang No.18
tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (Kementrian Lingkungan Hidup,
2007). Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis
(Suprihatin, 1999). Sementara itu Radyastuti, 1996 (dalam Suprihatin, 1999)
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau
pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin, 1999). Pemerintah bertanggung
jawab dalam pengumpulan ulang dan penbuangan sampah dari pemukiman secara
memadai. Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan dalam
pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk operasionalisasi
pengelolaan persampahan, menjadikan pada beberapa daerah kegiatan pengelolaan
sampah ini tidak seperti yang diharapkan.
Hal ini makin diperkuat dengan belum diterapkannya prinsip bahwa yang
memproduksi barang harus mengelola sampah dari barang tesebut. Beberapa kondisi
umum yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah perkotaan selama ini, di
mana sampah rumah tangga oleh masyarakat dikumpulkan dan dibuang ke sebuah
tempat pembuangan atau kontainer yang disediakan oleh pemerintah. Dari sini
sampah diangkut oleh truk ke landfill yang umumnya kurang terkontrol, dimana para
pemulung mencari barang-barang yang dapat didaur ulang.
Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola secara baik
dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap lingkungan,
baik dampak terhadap komponen fisik kimia (kualitas air dan udara), biologi, sosial
ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan. Dampak operasional TPA terhadap
lingkungan akan memicu terjadinya konflik sosial antar komponen masyarakat.Pada
tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik
secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh
Sidik et al (1985) mengemukaan bahwa dua proses pembuangan akhir, yakni:
open dumping (penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill (pembuangan secara
sehat). Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di areal tertentu tanpa
membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara sanitary landfill, sampah
ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai
penutup. Dalam Draf Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pengelolaan
Sampah oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) disebut bahwa proses
sanitary landfill (pembuangan secara sehat) adalah pembuangan sampah yang
didesain, dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan cara menggunakan
pengendalian teknis terhadap potensi dampak lingkungan yang timbul dari
pengembangan dan operasional fasilitas pengelolaan sampah (JICA 2005).
Metode sanitary landfill ini merupakan salah satu metoda pengolahan sampah
terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat
Pembuanagan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya
di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat
tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah
cair sampah atau ke lingkungan. Pada metode sanitary landfill tersebut juga dipasang
2.2. Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
jenis sampah yang diatur adalah:
1. Sampah rumah tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari di
rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam
yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah
atau dari komplek perumahan.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan
lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat
perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal,
pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah spesifik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena
sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi,
sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere
bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3
(sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara
teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan–kegiatan berikut:
1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak
dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang
sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di
sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur
dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan
sampah ini adalah:
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna ulang
d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
e. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
2. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang mencakup
pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya),
pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat
pengolahan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari
sumber, TPS atua tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir
(mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih
lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan
pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat
Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang Pengelolaan
Sampah mengharapkan pemerintah kota/kabupaten dapat membentuk semacam
forum pengelolaan sampah skala kota/kabupaten atau provinsi. Forum ini
beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi, tokoh masyarakat,
organisasi lingkungan/persampahan, pakar, badan usaha dan lainnya.
Hal-hal yang dapat difasilitasi forum adalah: memberikan usul, pertimbangan
dan saran terhadap kinerja pengelolaaan sampah, membantu merumuskan kebijakan
pengelolaan sampah, memberikan saran dan dapat dalam penyelesaian sengketa
persampahan. Sampai saat ini, belum ada kebijakan nasional mengenal persampahan
itu sendiri masih bersifat sosialisasi. Melihat di perkotaan penanganan pengelolaan
sampah sudah sangat mendesak, diharapkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah dapat diimplementasikan.
Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 (bahan berbahaya dan beracun)
dan sampah medis yang bersifat infektius mengenai pengelolaannya telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Dinas Kebersihan Kota Medan sejauh ini hanya mengelola sampah domestik
saja, sementara untuk sampah khusus seperti B3 dan sampah medis dikelola tersendiri
oleh perusahaaan/lembaga penghasil sampah tersebut. Sampah B3 dari industri
sampah medis atau sampah rumah sakit dikelola oleh rumah sakit/klinik dengan
kerjasama dengan rumah sakit yang telah memiliki incenerator atau mesin
penghancur untuk sampah medis atau rumah sakit yang telah mendapat rujukan
dalam pengelolaan sampah tersebut.
2.3. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Ideal
Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik khususnya
mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh oleh Pemerintah
Pusat dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam teknis perencanaan,
penyelenggaraan dan pengembangannya. Hal ini diperlukan karena sampah pada
dasarnya bukan sekedar permasalahan Pemda atau Dinas Kebersihan Kota Medan
saja, namun lebih dari itu merupakan masalah bagi setiap individu, keluarga,
organisasi dan akan menjadi masalah negara bila sistem perencanaan dan
pelaksanaannya tidak dilakukan dengan terpadu dan berkelanjutan.
Aparat terkait sebaiknya tidak ikut secara teknis, ini untuk menghindari
meningkatnya anggaran biaya penyelenggaraan, selain itu keterlibatan aparat terkait
dikahawatirkan akan membentuk budaya masyarakat yang bersifat tidak peduli.
Pemerintah dan aparat terkait sebaiknya memposisikan kewenangannya sebagai
fisilitator dan konduktor dan setiap permasalahan persampahan sebaiknya
dimunculkan oleh masyarakat atau organisasi sosial selaku produsen sampah. Hal ini
Dalam Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan
Sampah Perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat dengan
tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang modern, dapat
diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dalam sistem
tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan
masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk
berpartisipasi aktif.
Pendekatan yang digunakan dalam konsep rencana pengelolaan sampah ini
adalah meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang dapat memenuhi tuntutan
dalam pengelolaan sampah yang berbasis peran serta masyarakat.
Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA)
Peran serta masyarakat pengelolaan sampah Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah Pengelolaan
Sampah Kota ideal
Penerapan teknologi
Sumber: Aboejoewono, ” Pengelolaan Sampah Menuju Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya ” DKI 1999
Aboejoewono (1999) menyatakan bahwa perlunya kebijakan pengelolaan
sampah perkotaan yang ditetapkan di kota-kota di Indonesia meliputi 5 (lima)
kegiatan, yaitu:
1. Penerapan teknologi yang tepat guna
2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah
3. Perlunya mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah
4. Optimalisasi TPA sampah
5. Sistem kelembagaan pengelolaan sampah yang terintegrasi
Penjelasan rinci dari Gambar 2.1. adalah sebagai berikut:
1. Penerapan teknologi
Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini
merupakan kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi pengomposan,
teknologi penanganan plastik, teknologi pembuatan kertas daur ulang, Teknologi
Pengolahan Sampah Terpadu menuju “Zero Waste” harus merupakan teknologi
yang ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang
umum digunakan adalah:
1). Teknologi pembakaran (Incenerator)
Dengan cara ini dihasilkan produk samping berupa logam bekas (skrap) dan
uap yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Keuntungan lainnya dari
penggunaan alat ini adalah:
a. dapat mengurangi volume sampah ± 75%-80% dari sumber sampah tanpa
b. abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari
pembusukan dan bisa langsung dapat dibawa ke tempat penimbunan pada
lahan kosong, rawa ataupun daerah rendah sebagai bahan pengurung
(timbunan).
2). Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk digunakan
sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah.
Teknologi daur ulang yang dapat menghasilkan sampah potensial, seperti:
kertas, plastic logam dan kaca/gelas.
2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
Partisipasi masyarakat dalam pengelolan sampah merupakan aspek yang
terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor
teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan
pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Masyarakat senantiasa
ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat
faktor-faktor yang mendukung, antara lain: kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran,
kebutuhan sarana dan prasana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan baik
informal maupun formal.
3. Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah
Solusi dalam mengatasi masalah sampah ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah yang di
sampah mulai dari sumbernya yang dapat dilakukan oleh skala rumah tangga atau
skala perumahan. Dari sistem ini akan diperoleh keuntungan berupa: biaya
pengangkutan dapat ditekan karena dapat memotong mata rantai pengangkutan
sampah, tidak memerlukan lahan besar untuk TPA, dapat menghasilkan nilai
tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis,
dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan, bersifat lebih
ekonomis dan ekologis, dapat lebih memberdayakan masyarakat dalam mengelola
kebersihan kota.
4. Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA)
Pada dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang
semakin sempit dan pertambahan penduduk yang pesat, sebab bila hal ini terus
dipertahankan akan membuat kota dikepung ”lautan sampah” sebagai akibat
kerakusan pola ini terhadap lahan dan volume sampah yang terus bertambah.
Pembuangan yang dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan di
tempat terbuka juga berakibat meningkatnya intensitas pencemaran.Penanganan
model pengelolaan sampah perkotaan secara menyeluruh adalah meliputi
penghapusan model TPA pada jangka panjang karena dalam banyak hal
pengelolaan TPA masih sangat buruk mulai dari penanganan air sampah (leachet)
sampai penanganan bau yang sangat buruk. Cara penyelesaian yang ideal dalam
penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara membuang sampah
menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan mengurangi biaya
penanganannya (Murthado dan Said, 1987).
5. Kelembagaan dalam pengelolaan sampah yang ideal.
Dalam pengelolaan sampah perkotaan yang ideal, sistem manajemen
persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem manajemen yang
berbasis pada masyarakat yang di mulai dari pengelolaan sampah di tingkat
rumah tangga. Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode
pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari
lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan
sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkaan aspek ekonomi
yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban
pendanaan serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan sampah.
2.4. Aspek Manajemen dalam Pengelolaan Sampah
Menurut Terry (1991) manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen merupakan suatu
bentuk kegiatan, atau disebut ”managing”, sedangkan pelaksananya disebut dengan
”manager” atau pengelola. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun
seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau
dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan,
Menurut Terry (1991), dalam melakukan pekerjaannya, manajer harus
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di
dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari:
1. Planning
Planning merupakan proses untuk menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
sselama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapaat
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Organinzing
Organizing merupakan kegiatan mengelompokkan dan menentukan berbagai
kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tersebut.
3. Staffing
Staffing merupakan kegiatan untuk menentukan keperluan-keperluan sumberdaya
manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
4. Motivating
Motivating merupakan kegiatan mengerahkan atau menyalurkan perilaku manusia
5. Controlling
Controlling merupakan kegiatan mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan,
menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil
tindakan-tindakan korektif apabila perlu.
Di dalam pelaksanaannya, fungsi manajemen dibedakan menjadi:
a. Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan
yang sangat rumit. Contoh proses perencanaan yang sederhana adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Menurut
Stoner, Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu
untuk mencapai sasaran tadi.
b. Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam
cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
c. Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu:
1. Mengambil keputusan
2. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan
bawahan
3. Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka
4. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki
pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha
mencapai tujuan yang ditetapkan
d. Directing/Commanding
Directing atau commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada
bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.
e. Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar
bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh
atasan.
f. Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen
untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,
kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan
menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang
g. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu
fungsi manajemen berupa penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud
dengan tujuan yang telah digariskan semula.
h. Reporting
Reporting adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal
yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
i. Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia
pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai
dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
j. Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan taksiran
terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang
lebih pasti dapat dilakukan.
Dinas Kebersihan merupakan suatu unit organisasi yang berada di bawah
pemerintah daerah/kota dalam hal ini walikota. dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi yang diembannya sudah barang tentu menggunakan fungsi-fungsi manajemen.
Menurut Winardi dalam Baay (1992:10), manajemen diartikan sebagai upaya untuk
daya manusia. Manajemen dipraktekkan dalam bisnis, rumah sakit, universitas, badan
pemerintah dan tipe aktivitas lain yang terorganisasi.
Menurut Tead dalam Sarwoto (1998:15), manajemen adalah proses dan
perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisai
dalam mencapaitujuan yang telah ditetapkan. Dalam ungkapan ini terlihat, bahwa
Tead menekankan kepada proses dan perangkat yang sifatnya umum dalam hal
memberikan bimbingan. Namun Stoner dalam Handoko manajemen diungkapkan
lebih kepada penekanan prosesnya manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan
mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada
berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat.
Pengorganisasian berarti bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber-sumber
daya manusia dan material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada
kemampuannya untuk menyusun berbagai sumberdayanya dalam mencapai tujuan.
Semakin terkoordinasi dan semakin terintegrasi kerja organisasi, semakin efektif
pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Pengkordinasian merupakan bagian vital pekerjaan manajer. Selanjutnya,
pengarahan berarti bahwa para manajer mengarahkan,memimpin dan mempengaruhi
melakukan menyelesaikan pekerjaan dengan melalui orang lain. Mereka tidak hanya
memberi perintah tetapi juga menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan
melakukan pekerjaan dengan baik. Pengawasan berarti para manajer berupaya untuk
menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuannya.
Bila ada beberapa bagian organisasi pada jalur yang salah, maka manajer
harus membetulkannya. Menurut Handoko,sebagai pekerja pada orang-orang untuk
menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi: perencanaan, keorganisasian, penyusunan personalia atau
kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan dan pengawasan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah selain
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan, termasuk didalamnya adalah
penyediaan peralatan yang digunakan, tehnik pelaksanaan pengelolaan dan
administarasi. Hal ini bertujuan untuk keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah
(Raharja,1988).
Defenisi manajemen untuk pengelolaan sampah di negara-negara maju
diungkapkan oleh Tchobanoglous dalam Ananta (1989:7), Merupakan gabungan dari
kegiatan pengontrolan jumlah sampah yang dihasilkan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pengolahan dan penimbunan sampah di TPA yang memenuhi prinsip
kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi dan mempertimbangan lingkungan yang juga
responsif terhadap kondisi masyarakat yang ada.
Dan sistem manajemen pengolahan di negara maju inilah yang akan diterapan
2.5. Kota Berwawasan Lingkungan
Kota berwawasan lingkungan adalah satu pendekatan pembangunan kota yang
didasarkan atas prinsip-prinsip berwawasan lingkungan/ekologis yang akan
menghasilkan satu kota yang mempunyai kualitas lingkungan dan kehidupan yang
lebih baik dan berkelanjutan. Kota berwawasan lingkungan/ekologis berarti juga kota
yang berkelanjutan, dalam pengertian bahwa masa depan kota diharapkan akan
menjadi lebih baik dan lestari. Kota ekologis dengan sendirinya juga merupakan kota
yang ramah lingkungan, karena prinsip-prinsip kota ekologis sejalan dengan prinsip
konservasi lingkungan.
Kota Ekologis diperlukan untuk menjawab tantangan persoalan lingkungan
kota yang semakin memburuk dan hal ini disebabkan karena pendekatan
pembangunan kota yang berlaku berorientasi pada aspek ekonomi jangka pendek
semata. Kota ekologis sangat krusial bagi Indonesia, karena tingkat urbanisasi dan
perkembangan kota yang sangat pesat di Indonesia. Kota berwawasan lingkungan
merupakan salah satu jawaban membangun kota yang lebih baik karena secara efisien
menggunakan sumber daya kota.
Hal ini dapat dilakukan dengan menekan penggunaan sumberdaya,
meminimalkan jumlah limbah, mengurangi panggunaan air, udara, tumbuhan, fauna,
pantai ataupun danau dengan komponen buatan jalan, bangunan, jembatan, dan
2.6. Dampak Kota Berwawasan Lingkungan bagi Pengembangan Wilayah di Kota Medan
Kota-kota di Indonesia pada umumnya berkembang secara laissez-faire, tanpa
dilandasi perencanaan kota yang menyeluruh dan terpadu. Kecuali pada kota-kota
baru yang memang direncanakan sejak awal. Kota-kota kita tidak betul-betul
dipersiapkan atau direncanakan untuk dapat menampung pertumbuhan penduduk
yang besar dalam waktu yang relatif pendek.Oleh karena itu, bukanlah suatu
pemandangan yang aneh bila kota-kota besar di Indonesia khususnya kota Medan
menampilkan wajah ganda.
Di suatu sisi terlihat perkembangan pembangunan yang serba mengesankan
dalam wujud arsitektur, modern dan pasca modern di sepanjang tepi sungai jalan
utama kota, dengan pengembangan wilayah akibat dengan adanya pertambahan dan
jumlah pembangunan di kota. Di balik semua keanggunan itu, nampak menjamurnya
lingkungan kumuh dengan sarana dan prasarana yang sangat tidak memadai untuk
mendukung keberlangsungan kehidupan manusia yang berbudaya.
Untuk meminimalisasi menjamurnya lingkungan kumuh tersebut perlu
pendekatan pembangunan kota yang didasarkan atas prinsip-prinsip berwawasan
lingkungan/ekologis yang akan menghasilkan satu kota yang mempunyai kualitas
lingkungan dan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan. Kota berwawasan
lingkungan berarti juga kota yang berkelanjutan, dalam pengertian bahwa masa depan
kota diharapkan akan menjadi lebih baik dan mengembalikan fungsi lahan sebagai
2.7. Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah
atau membangun daerah/kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat. Dimana pengembangan wilayah adalah memajukan
atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada, selanjutnya ia
menyatakan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa.
Dari pengertian pengembangan di atas terlihat beberapa ide pokok yang
sangat penting, yaitu:
1. Bahwa pengembangana merupakan proses yang terus menerus dilaksanakan
dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat
2. Bahwa pengembangan adalah merupakan suatu usaha yang penting dilaksanakan
3. Bahwa pengembangan dilaksanakan secara berencana kepada pertumbuhan dan
perubahan
4. Bahwa pengembangan mengarah kepada modernitas
5. Bahwa modernitas yang dicapai melalui pengembangan itu mencakup seluruh
aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara termasuk aspek politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta administrasi.
Pengembangan wilayah menurut Sandy (1982) pada hakekatnya adalah
kemampuan fisik dan sosial region tersebut, serta tetap menghormati peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sukirno (1991) membedakan wilayah atas 3 bagian:
(a) Wilayah homogen merupakan suatu wilayah di mana kegiatan ekonomi berlaku
di berbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama anatara lain ditinjau dari
segi pendapatan perkapita penduduk dan adri segi struktural ekonominya.
(b) Wilayah nodel merupakan suatu wilayah sebagai ruang ekonomi di kuasai oleh
beberapa pusat kegiatan ekonomi
(c) Wilayah administrasi artinya suatu wilayah yang didasarkan atas pembagian
administrasi pemerintah.
Untuk melihat keberhasilan pembagian ekonomi suatu negara didasarkan pada
empat kriteria, yaitu:
1. Pendayagunaan tenaga kerja
2. Pengurangan tingkat kemiskinan
3. Kebijaksanaan untuk distribusi pendapatan
4. Peningkatan produktivitas tenga kerja
Keempat kriteria ini harus berjalan secara bersama sama sehingga di dalam proses
pengembangan tersebut terlihat adanya perubahan struktural masyarakat, keuntungn
untuk seluruh masyarakat dengan adanya distribusi pendapatan, pertumbuhan
ekonomi yang cepat, efisiensi (Todaro, 1998).
Bila dilihat dari aspek ekonomi, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
Dari pengertian tersebut terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat, antara
laian: sebagai proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus,
usha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, kenaikan pendapatan tersebut
terus berlangsung dalam jangka panjang. Dalam kaitannya dengan penenlitian ini,
tersebut dibatasi oleh batas administratif wilayah/skop regional. (Sukirno, 1991).
2.8. Penelitian Sebelumnya
Studi tentang pengelolan sampah terpadu sebagai salah satu upaya mengatasi
problem sampah di perkotaan oleh Towow, et.al (2003), menyimpulkan bahwa
strategi pengelolaan sampah yang mengandalkan pada sistem pengangkutan,
pembuangan dan pengolahan perlu diubah karena dirasakan sangat tidak ekonomis,
disamping memerlukan biaya operasional, lahan bagi pembuangan akhir yang besar,
juga menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi masyarakat kota dan
kurangnya kepedulian terhadap lingkungannya.
Untuk itu pendekatan yang paling tepat adalah dengan mengedepankan proses
penanganan sampah dengan pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi
sampah) yaitu dengan 3 usaha dasar (3R): reduse atau mengurangi (sebisa mungkin
mengurangi barang yang digunakan sehari-hari), reuse atau memakai kembali
(memperpanjang pemakaian waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah,
recyle atau mendaur ulang (mendaur ulang barang–barang yang sudah tidak terpakai
Hasil studi Moh. Rafii (2005), yang berjudul implikasi kemauan membayar
tarif retribusi sampah terhadap pengembangan sistem pengelolaan sampah di kawasan
pemukiman Kec. Medan Sunggal Kota Medan, menyimpulkan bahwa kesediaan
membayar retribusi sampah belum dapat menutupi biaya pengelolan sampah.
Demikian juga studi yang dilakukan Iwan Nirawan (2008), yang berjudul analisis
kebijakan pengelolaan sampah kota Bogor), menyimpulkan bahwa pengelolaan
sampah kota dapat memberikan manfaat terbesar untuk masyarakat atau publik jika
dilakukan dengan manajemen pengelolaan sampah yang baik dan meningkatkan
penerimaan retribusi sampah.
2.9. Kerangaka Pemikiran
Jika sampah di kelola dengan baik dengan 3 usaha dasar (3R) akan
menghasilkan kota yang berwawasan lingkungan, meningkatkan tingkat pendapatan
bagi masyarakat yang mengelola dan akan menimbulkan tingkat kesadaran dalam
membayar retribusi sampah sehingga memberikan kontribusi terhadap pendapatan
Pertambahan Penduduk Migrasi dari desa
Sampah
PAD(Pendapatan Asli Daerah)
Retribusi sampah
Pelaksanaan pengelolaan sampah
- Anggaran pengelolaan - Jumlah tenaga
kebersihan - Jumlah RT
Pengembangan Wilayah Kota Medan yang berwawasan lingkungan
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
2.10. Hipotesis Penelitian
Anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan dan jumlah penduduk
yang terlayani berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Secara historis perkembangan Kota Medan, telah memposisikan menjadi
pusat perdagangan sejak masa lalu, sedang dijadikannya Medan sebagai ibukota Deli
juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan,
sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai
ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Dimana sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan daratan rendah yang
merupakan tempat pertemuan sungai Babura dan sungai Deli Kota Medan terletak
antara 2º.27´ - 2º.47´ Lintang Utara 98º.35´ - 98º.44´ Bujur Timur. Kota Medan
2,5-37,5 meter di atas permukaan laut merupakan salah satu dari 26 daerah kab/kota yang
berada di Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kab. Deli Serdang, di sebelah
Utara, Selatan, Barat dan Timur ,dengan luas daerah lebih kurang 265,10 km². Luas
Wilayah Kota Medan menurut kecamatan memiliki 21 kecamatan.
(Sumber: Kabag Tata Pemerintahan, Medan Dalam Angka 2008,BPS Kota Medan)
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data
primer. Data sekunder bersumber dari Dinas Kebersihan Kota Medan, Badan Pusat
sedangkan data primer diperoleh dari wawancara dengan key responden (kepala
bidang operasional, mandor, melati, dan bestari). Data penelitian yang digunakan
merupakan data panel yaitu gabungan antara data time series dan data cross section.
Data cross section merupakan data yang diperoleh dari ketiga wilayah operasional
selama kurun waktu 5 tahun.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data primer tentang manajemen pengelolaan sampah dihimpun dengan
melakukan wawancara langsung kepada Kepala Bidang Operasional Kepala Bidang
Retribusi, Dinas Kebersihan Kota Medan berpedoman pada pertanyaan yang telah
dipersiapkan.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan pertama, yaitu untuk mengetahui aspek
manajemen pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan anakisa deskriptif
dan untuk menjawab permasalahan kedua yaitu untuk mengetahui perkembangan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi persampahan di Kota Medan yang
berwawasan lingkungan dilakukan analisa deskriptif.
Untuk menjawab permasalahan ke tiga yaitu untuk mengetahui pengaruh
anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan, dilakukan uji
Y = ßo + ß1x1 + ß2x2 + ß3x3 + µ
dimana:
Y = PAD dari retribusi sampah di Kota Medan (Rp/thn)
ßo = intercept (konstanta)
x1 = Anggaran pengelolaan sampah di Kota Medan (Rp/thn)
x2 = Jumlah tenaga kebersihan (orang/thn)
x3 = Jumlah penduduk yang terlayani (KK)
ß1, ß2, ß3 = koefisien regresi
µ = error term
3.5. Definisi dan Batasan Variabel Operasional
Untuk memfokuskan variabel penelitian ini, disusun definisi dan batasan
operasional sebagai berikut:
1. Manajemen pengelolaan sampah adah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan yang di lakukan Dinas Kebersihan Kota Medan
melalui tenaga kebersihan pengelola sampah di Kota Medan.
2. Anggaran pengelolaan sampah di Kota Medan biaya yang dikeluarkan pemerintah
untuk pembiayaan pengelolaan sampah, dalam hal ini dibatasi hanya anggaran
gaji atau honorarium tenaga kebersihan (Rp/thn).
3. Jumlah tenaga kebersihan adalah banyaknya orang yang bertugas melakukan
pengelolaan sampah (pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan) di Kota
4. PAD dari retribusi sampah adalah jumlah pendapatan asli daerah yang bersumber
dari retribusi sampah di Kota Medan (Rp/thn).
5. Wawasan Lingkungan adalah kepedulian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan yang diukur dengan jumlah retribusi sampah ( Rp/ thn).
6. Retribusi adalah pungutan resmi dari pemerintah kepada masyarakat dikarenakan
adanya pelayanan yang diberian kepada masyarakat.
7. Jumlah penduduk adalah banyak penduduk dalam suatu daerah (dalam orang).
8. Pengembangan Wilayah adalah upaya pembangunan daerah/ kawasan di Kota
Medan melalui pengelolaan sampah yang baik sehingga menciptakan Kota Medan
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN AHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Administratif Kota Medan. Kota Medan
dijadikan kota praja pertama kalinya oleh pemerintah Belanda tahun 1928 dengan
luas kira kira 1.300 ha dengan penduduk 43.829 jiwa. Pada tahun1951 berdasarkan
surat keputusan Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 September 1951, Kota Medan
diperluas menjadi 5.130 ha dengan 4 kecamatan yaitu Medan, Medan Timur, Medan
Barat, dan Medan Baru.
Berdasarkan PP 22 tahun 1973, Kota Medan kembali diperluas dengan
memasukkan sebagian dari wilayah Deli Serdang menjadi 11 Kecamatan dan 116
kelurahan. Pada tahun 1986 kelurahan dimekarkan menjadi 144. Selanjutnya melalui
PP 59 tahun 1991, 11 kecamatan dimekarkan jadi 21 kecamatan, 151 kelurahan yang
terbagi dalam 2000 lingkungan.
Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan
98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batas-batas sebagai
berikut:
Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang
Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang
Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian
Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya
sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya.
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Polonia berkisar antara 23,2ºC - 24,3ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,8ºC -
33,2ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,3ºC -
24,1ºC dan suhu maksimum berkisar antara 31,0ºC - 33,1ºC.
4.1.2. Jumlah Penduduk Kota Medan
Penduduk Kota Medan pada tahun 2008 berjumlah 2.090.305 orang.
Perkembangan jumlah penduduk Kota Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa penduduk Kota Medan dari tahun
2004-2008 terus mengalami peningkatan. Jika setiap penduduk dapat dilayani
sehingga mereka membayar retribusi, maka penerimaan retribusi Dinas Kebersihan
Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2004-2008
Wilayah Operasional 2004 2005 2006 2007 2008
Medan I 633.811 643.499 663.074 664.061 665.128
Medan II 578.571 586.913 610.468 589.692 591.020
Medan III 788.853 804.271 814.095 826.670 834.157
Total Kota Medan 2.001.235 2.034.683 2.087.637 2.080.423 2.090.305
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara
4.2. Manajemen Persampahan Kota Medan
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak mencemari
dan membahayakan lingkungan. Penanganan sampah telah dilakukan secara terus
menerus untuk menjaga kesinambungan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Rendahnya tingakat pelayanan kebersihan dapat mengakibatkan berbagai
permasalahan yang akan menurunkan kualitas lingkungan, seperti terjadinya
pencemaran air, tanah, dan udara.
Sejalan dengan perkembangan pembangunan kota, sampah yang dibuang ke
lingkungan pada masa-masa mendatang akan terus meningkat terutama pada daerah
perkotaan. Kondisi demikian menunjukkan bahwa masalah lingkungan akibat sampah
pada masa-masa mendatang akan semakin besar apabila tidak diimbangi dengan
upaya pengelolaan persampahan yang baik.
Sampai saat ini, instansi pengelola kebersihan Kota Medan sudah mengalami