• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM

RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN

TESIS

Oleh

HOTMAWATI LIDYA PAKPAHAN

087003025/PWD

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM

RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HOTMAWATI LIDYA PAKPAHAN

087003025/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN

Nama Mahasiswa : Hotmawati Lidya Pakpahan

Nomor Pokok : 087003025

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Komisi Pembimbing,

(Prof. Bachtiar Hasan Miraza) Ketua

(Drs. Rujiman, MA) (Agus Purwoko, Shut, M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hasan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 9 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hasan Miraza

Anggota : 1. Drs. Rujiman, MA

2. Agus Purwoko, Shut, M.Si

3. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

(5)

ABSTRAK

Hotmawati Lidya Pakpahan, Nim.087003025 “ Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan ,dibawah bimbingan Prof.Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman,MA dan Agus Purwoko, S.Hut,MSi.

Adanya kecendrungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota yang makin berkembang maka akan menimbulkan dampak adanya buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. Dalam pengelolaan sampah terdapat 5 aspek yang berpengaruh yaitu pembiayaan, kelembagaan, hukum, teknik operasional dan peran masyarakat. Dari kelima aspek tersebut, aspek pembiayaan merupakan aspek yang paling berpengaruh karena sebagian besar kegiatan dalam pengelolaan sampah memerlukan biaya atau dapat dikatakan aspek pembiayaan merupakan ujung tombak dalam pengelolaan sampah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan, untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan, dan untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan.

Manajemen pengelolaan sampah dan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan dianalisis dengan regresi linier berganda.

Hasil yang di peroleh dari penelitian ini yaitu bahwa manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Dinas Kebersihan Kota Medan telah dilaksanakan walaupun belum sesuai seperti yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan meningkat yang terlihat dari peningkatan ketertiban masyarakat dalam membayar retribusi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk, dan tenaga kerja kebersihan secara serempak dan parsial berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota.

(6)

ABSTRACT

Hotmawati Lidya Pakpahan, Student’s Registration Number 087003025, “Waste Processing Management in Environmentally Friendly Medan Development” under the supervision of Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman, MA, and Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.

The fact that the number of population may increase and the activities in a city may develop will result in an increasing waste of various kinds. There are 5 (five) aspects such as funding, institution, law, operational technique, and role of community which are influencing in waste processing. Of the five aspects, funding is the most influencing aspect because most of the activities in waste processing needs funding or, in other words, funding is the spear head waste processing.

The purpose of this study was to analyze (1) the waste processing management in the city of Medan including planning, organizing and controlling and reporting, (2) the development of original local revenue obtained from waste tax the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.

Waste processing management and original local revenue development obtained from waste tax analyzed through descriptive analysis method. The impact of waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan was analyzed through multiple linear regression tests.

The result of study showed that the waste processing management including planning, organizing, and controlling and reporting in Medan Sanitation Service has been implemented although it is not like what is expected and the original local revenue obtained from waste tax for 5 (five) years (2004-2008) keeps increasing. It means that community care about environmental sanitation has increased which is seen through their willingness to pay the waste tax. The result of this study also showed that waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population simultaneously and partially had a significant impact on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan dan karuniaNya sehingga penulisan tesis ini dengan judul

“Manajemen Pengelolaan Sampah dalam Rangka Pengembangan Kota Medan

Berwawasan Lingkungan” sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi Magister

Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana

beserta seluruh dosen yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

dapat menyelesaikan studi di Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah

dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Pengembangan Wilayah dan Pedesaan dan selaku Ketua Komisi Pembimbing.

3. Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai anggota Komisi Pembimbing.

4. Bapak Agus Purwoko, SP., MSi sebagai anggota Komisi Pembimbing.

5. Para karyawan Program Studi Program Studi Perencanaan Pengembangan

Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

yang tidak henti-hentinya selalu mengingatkan dan memberikan dukungannya.

6. Ir. Hotma Batubara dan anakku Nella Alma M. Pusponegoro Batubara yang

tercinta berkat doa dan dukungannya telah memberikan semangat untuk dapat

menyelesaikan tesis ini.

7. Ibunda P. Mariaty Panjaitan serta adik-adikku: Kel. Dr. Edwin A. Pakpahan, SPp,

Kel. Ir. Albert E. Pakpahan, MM, Kel. Edward N. Pakpahan, ST, MSc, Kel. Sri

(8)

8. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Kabid PPL beserta

teman-teman di bidang PPL yang banyak memberikan dukungan.

9. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan beserta seluruh staf yang sangat membantu

dalam data.

10.Teman-teman mahasiswa Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah

dan Pedesaan angkatan 2008 yang sangat mendukung saya dalam menulis tesis

ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas

dukungannya.

Tesis ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharapkan

masukan dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini

dapat memberikan manfaat kepada kita.

Medan, Juni 2010

(9)

RIWAYAT HIDUP

Hotmawati Lidya Pakpahan dilahirkan di Medan, pada tanggal 10 Januari

1968. Anak pertama dari Ayahanda (almarhum) Drs. Misran Pakpahan SE, Ak dan

Ibunda P. Mariaty Panjaitan. Menyelesaikan pendidikan : SD Immanuel Medan tahun

1980, SMP Immanuel Medan 1984, SMA Immanuel Medan 1987. Memperoleh gelar

sarjana dari Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Nomensen Medan tahun 1994.

Pada bulan April 1999 diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagai staf

Biro Perencanaan dan Bantuan Luar Negeri di Kantor Kementerian Lingkungan

Hidup Pusat Jakarta, pada tahun 2005 pindah ke kantor Bapedalda Propinsi Sumatera

Utara sebagai staf Pengendalian Pencemaran. Pada bulan Oktober 2008 mengikuti

pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Perkotaan Universitas

Sumatera Utara Medan.

Saat ini bekerja sebagai staf pada Bidang Teknologi Lingkungan Subbid

Amdal Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara.

(10)

DAFTAR ISI

2.2. Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut ... Rancangan Undan 2.3. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Ideal ... 14

2.4. Aspek Manajemen dalam Pengelolaan Sampah ... 19

2.5. Kota Berwawasan Lingkungan ... 26

2.6. Dampak Kota Berwawasan Lingkungan bagi Pengembangan Wilayah di Kota Medan ... 27

2.7. Pengembangan Wilayah... 28

2.8. Penelitian Sebelumnya ... 30

2.9. Kerangka Pemikiran... 31

(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Lokasi Penelitian... 33

3.2. Jenis dan Sumber Data... 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 34

3.4. Metode Analisis Data... 34

3.5. Definisi dan Batasan Variabel Operasional ... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 38

4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan... 39

4.2 Manajemen Persampahan Kota Medan ... 40

4.2.1 Perencanaan Kebersihan Kota Medan ... 42

4.2.2 Pengorganisasian Kebersihan Kota Medan ... 44

4.2.3 Pelaksanaan Kebersihan Kota Medan ... 47

4.2.4 Pengawasan & Pelaporan Kebersihan Kota Medan ... 53

4.2.5 Permasalahan dalam Manajemen Persampahan Kota Medan ... 55

4.3 Perkembangan Wawasan Lingkungan di Kota Medan... 57

4.4... Pengaruh Anggaran Pengelolaan Sampah, Jumlah Penduduk, dan Tenaga Kerja Kebersihan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Retribusi Sampah di Kota Medan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran... 62

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2004-2008 ... 40

4.2 Wilayah Operasional Pelayanan Dinas Kebersihan Kota Medan... 51

4.3 Petugas Operasional Kebersihan Kota Medan tahun 2009 ... 52

4.4 Sarana dan Prasarana Operasional Kebersihan Kota Medan ... 53

4.5 Data Retribusi Sampah Kota Medan Tahun 2004-2008 ... 57

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Pengelolaan Sampah Kota Ideal ... 15

2.2. Kerangka Berpikir... 32

4.1. Peta Lokasi Penelitian ... 37

4.2. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 46

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Peta Kota Medan... 66

2 Retribusi Sampah, Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga Kebersihan dan

APBD Kota Medan Tahun 2004-2008... 68

3 Hasil Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga Kebersihan,

dan Jumlah APBD terhadap Retribusi Sampah Kota Medan ... 69

(15)

ABSTRAK

Hotmawati Lidya Pakpahan, Nim.087003025 “ Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan ,dibawah bimbingan Prof.Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman,MA dan Agus Purwoko, S.Hut,MSi.

Adanya kecendrungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota yang makin berkembang maka akan menimbulkan dampak adanya buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. Dalam pengelolaan sampah terdapat 5 aspek yang berpengaruh yaitu pembiayaan, kelembagaan, hukum, teknik operasional dan peran masyarakat. Dari kelima aspek tersebut, aspek pembiayaan merupakan aspek yang paling berpengaruh karena sebagian besar kegiatan dalam pengelolaan sampah memerlukan biaya atau dapat dikatakan aspek pembiayaan merupakan ujung tombak dalam pengelolaan sampah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan, untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan, dan untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan.

Manajemen pengelolaan sampah dan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan dianalisis dengan regresi linier berganda.

Hasil yang di peroleh dari penelitian ini yaitu bahwa manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Dinas Kebersihan Kota Medan telah dilaksanakan walaupun belum sesuai seperti yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan meningkat yang terlihat dari peningkatan ketertiban masyarakat dalam membayar retribusi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk, dan tenaga kerja kebersihan secara serempak dan parsial berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota.

(16)

ABSTRACT

Hotmawati Lidya Pakpahan, Student’s Registration Number 087003025, “Waste Processing Management in Environmentally Friendly Medan Development” under the supervision of Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman, MA, and Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.

The fact that the number of population may increase and the activities in a city may develop will result in an increasing waste of various kinds. There are 5 (five) aspects such as funding, institution, law, operational technique, and role of community which are influencing in waste processing. Of the five aspects, funding is the most influencing aspect because most of the activities in waste processing needs funding or, in other words, funding is the spear head waste processing.

The purpose of this study was to analyze (1) the waste processing management in the city of Medan including planning, organizing and controlling and reporting, (2) the development of original local revenue obtained from waste tax the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.

Waste processing management and original local revenue development obtained from waste tax analyzed through descriptive analysis method. The impact of waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan was analyzed through multiple linear regression tests.

The result of study showed that the waste processing management including planning, organizing, and controlling and reporting in Medan Sanitation Service has been implemented although it is not like what is expected and the original local revenue obtained from waste tax for 5 (five) years (2004-2008) keeps increasing. It means that community care about environmental sanitation has increased which is seen through their willingness to pay the waste tax. The result of this study also showed that waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population simultaneously and partially had a significant impact on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan

kondisi lingkungan yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya, sebaliknya

kondisi lingkungan yang baik tergantung pada aktivitas manusia terhadap lingkungan.

Perkotaan sebagai pusat aktivitas telah berkembang dengan pesat dan berperan

sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, kebudayaan, pariwisata, transportasi

maupun industri.

Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun, meningkatkan sampah industri dan sampah domestik

yang dihasilkan oleh penduduk sehingga semakin membebani tanah, udara dan

sungai yang mengalir dalam wilayah perkotaan. Akibat pertambahan jumlah

penduduk yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, jarang sekali dalam suatu

wilayah kota di temukan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk daerah

pemukiman yang layak.

Ini disebabkan karena ruang terbuka tersebut berubah fungsi menjadi tempat

pembuangan berbagai macam sampah dari hasil aktivitas manusia,berupa sampah

dari kegiatan rumah tangga, perkantoran, lembaga (instansi), pasar, terminal, restoran

(18)

disebabkan oleh industri dan sektor domestik yang menghasilkan limbah domestik

(sampah domestik).

Sampah domestik ini terdiri dari sampah organik dan sampah non organik.

Sampah organik berasal dari mahluk hidup yang dapat terdegradasi sedangkan

sampah non organik yang tidak dapat terdegradasi misalnya: plastik, kaleng, kaca,

dan lain-lain. Selain sampah organik dan sampah non organik terdapat juga yang

disebut sampah berbahaya misalnya: baterai, jarum suntik, dan lain-lain. Sementara

sampah industri terdiri dari emisi dari proses pembakaran, limbah cair (sampah cair),

limbah padat (sampah padat).

Volume sampah dan jenis yang dihasilkan tergantung dari pola komsumsi

suatu masyarakat dalam suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendapatan

masyarakat tersebut maka semakin tinggi pula volume sampah yang dihasilkan dan

semakin banyak jenis sampah yang dihasilkan.Tetapi pada umumnya sebagian besar

sampah yang di hasilkan adalah jenis sampah organik (sampah basah), yaitu

mencakup 60-70 % dari total volume sampah (Kementerian Lingkungan Hidup,

2008).

Pengelolahan persampahan di perkotaan merupakan suatu sistem yang saling

berinteraksi membentuk kesatuan dan mempunyai tujuan. Pengolahan sampah suatu

kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah domestik rumah tangga

yang dihasilkannya secara tidak langsung memelihara kesehatan masyarakat serta

menciptakan suatu lingkungan yang baik, bersih dan sehat. Sampah padat dari

(19)

Pemerintah bertanggung jawab dalam pemgumpulan ulang dan pembuangan sampah

dari pemukiman secara memadai.

Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan dalam

pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk operasionalisasi

pengolahan persampahan,menjadikan pada beberapa daerah kegiatan pengolahan

sampah ini tidak seperti yang diharapkan. Hal ini makin diperkuat dengan belum

diterapkannya prinsip bahwa yang memproduksi barang harus mengelola sampah

dari barang tersebut.

Di sisi lain, masyarakat juga bertanggung jawab dalam membuang sampahnya

secara benar pada suatu tempat pengumpulan dan diharapkan dapat mengelola

persampahan secara mandiri dan terpadu atau dapat juga suatu kelompok masyarakat

untuk menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam pengelolan persampahan

terpadu.

Pada sisi lain sampah yang berasal dari pemukiman, pasar, taman, dan

lain-lain, jika tidak dikelola secara baik, keberadaannya sering menimbulkan masalah bagi

lingkungan, seperti:

a. Sampah yang tidak teratasi dengan baik dapat menyebabkan lingkungan tidak

baik secara estetika.

b. Sampah yang membusuk menghasilkan gas yang berbau yang tidak sedap dan

berbahaya bagi kesehatan, air yang dikeluarkan (leachate) juga dapat

(20)

c. Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyebabkan tersumbatnya

saluran drainase sehingga dapat menimbulkan banjir.

d. Kawasan yang padat penduduknya seperti kota besar akan kesulitan mencari

lahan baru untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Bagi negara berkembang pada umumnya menyelesaikan masalah sampah

yaitu dengan membuang ke tempat lain, tentu saja ini bukan merupakan pemecahan

masalah. Oleh sebab itu untuk meminimalisasi (pengurangan) sampah mencakup tiga

usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu: Reduse (mengurangi): sebisa mungkin

mengurangi barang dan material yang dipakai sehari-hari. Reuse (memakai kembali):

memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah/menghindari

pemakaian sekali pakai.

Recycle (mendaur ulang): sedapat mungkin mendaur ulang barang-barang

yang sudah tidak terpakai lagi menjadi bentuk dan fungsi lain, meski tidak semua

barang bisa di daur ulang. Menurut Slamet (1994), ada beberapa faktor yang penting

yang mempengaruhi sampah yaitu: jumlah penduduk, keadaan sosial, kemajuan

Teknologi yang akan menambah jumlah maupun kualitas sampah.

Pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan akan:

1. Mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga dapat

memperpanjang umur tempat pembuangan akhir (TPA), meningkatkan

efisiensi biaya pengangkutan sampah, meningkatnya kondisi sanitasi di

(21)

2. Mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kebersihan

lingkungan.

3. Membantu melestarikan sumberdaya alam, terutama kompos yang dipakai

untuk pupuk tanaman.

4. Menghasilkan sumberdaya baru dari sampah, misalnya pupuk tanaman.

5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan

meningkatkan pendapatan masyarakat.

Bertambahnya jumlah sampah dalam suatu wilayah, menurut Chairuddin

(2003), berkorelasi dengan jumlah populasi manusia dan banyaknya aktivitas yang

dilakukan di dalam suatu komunitas. Pada tahun 2007, diproyeksikan penduduk Kota

Medan mencapai 2.083.156 jiwa. Dibanding hasil sensus Penduduk tahun 2000

terjadi pertumbuhan penduduk tahun 2000-2007 sebesar 1,28 % pertahun, dengan

luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7858 jiwa/km² .

Sementara menurut data Dinas Kebersihan Kota Medan pada tahun 2009

dengan pertambahan penduduk Kota Medan sebesar 2.578.315 jiwa menghasilkan

sampah sebesar 5.616 m³/hari (1.404 ton/hari) dengan volume sampah sebesar itu jika

tidak dilakukan dengan manajemen pengelolaan yang baik akan mengalami

penurunan kualitas lingkungan terbukti pada beberapa dasawarsa terakhir Kota

Medan tidak memperoleh piagam Kalpataru.

Kota Medan sebagaimana kota lain di Indonesia juga mempunyai

permasalahan yang umum terjadi dalam pengelolaan persampahan kota. Masalah

(22)

operasional yang tinggi. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan

kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang ± 60% dari

seluruh produksi sampahnya.

Beranjak dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan kajian

tentang permasalahan sampah dan menuangkannya dalam penelitian yang berjudul

Manajemen Pengelolaan Sampah dalam Rangka Pencapaiaan Kota Medan yang

Berwawasan Lingkungan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan?

2. Bagaimana perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah

berkaitan dengan perkembangan wawasan lingkungan di Kota Medan?

3. Apakah anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk yang terlayani, dan

tenaga kerja kebersihan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dari retribusi sampah di Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan,

(23)

2. Untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi

Sampah di Kota Medan.

3. Untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja

kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi

Sampah di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan kontribusi yang positif kepada Pemerintah Kota maupun

masyarakat umum dalam pengelolaan persampahan di Kota Medan.

2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kebersihan Kota Medan dalam

membuat kebijakan yang terkait dengan manajemen pengelolaan sampah di Kota

Medan.

3. Sebagai bahan referensi dalam pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sampah

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang

dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak

mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif

karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya

memerlukan biaya yang cukup besar.

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk

maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau

bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau

buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Dalam Undang-Undang No.18

tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan

sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan

yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (Kementrian Lingkungan Hidup,

2007). Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil

aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis

(Suprihatin, 1999). Sementara itu Radyastuti, 1996 (dalam Suprihatin, 1999)

(25)

Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau

pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin, 1999). Pemerintah bertanggung

jawab dalam pengumpulan ulang dan penbuangan sampah dari pemukiman secara

memadai. Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan dalam

pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk operasionalisasi

pengelolaan persampahan, menjadikan pada beberapa daerah kegiatan pengelolaan

sampah ini tidak seperti yang diharapkan.

Hal ini makin diperkuat dengan belum diterapkannya prinsip bahwa yang

memproduksi barang harus mengelola sampah dari barang tesebut. Beberapa kondisi

umum yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah perkotaan selama ini, di

mana sampah rumah tangga oleh masyarakat dikumpulkan dan dibuang ke sebuah

tempat pembuangan atau kontainer yang disediakan oleh pemerintah. Dari sini

sampah diangkut oleh truk ke landfill yang umumnya kurang terkontrol, dimana para

pemulung mencari barang-barang yang dapat didaur ulang.

Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola secara baik

dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap lingkungan,

baik dampak terhadap komponen fisik kimia (kualitas air dan udara), biologi, sosial

ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan. Dampak operasional TPA terhadap

lingkungan akan memicu terjadinya konflik sosial antar komponen masyarakat.Pada

tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik

secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh

(26)

Sidik et al (1985) mengemukaan bahwa dua proses pembuangan akhir, yakni:

open dumping (penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill (pembuangan secara

sehat). Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di areal tertentu tanpa

membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara sanitary landfill, sampah

ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai

penutup. Dalam Draf Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pengelolaan

Sampah oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) disebut bahwa proses

sanitary landfill (pembuangan secara sehat) adalah pembuangan sampah yang

didesain, dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan cara menggunakan

pengendalian teknis terhadap potensi dampak lingkungan yang timbul dari

pengembangan dan operasional fasilitas pengelolaan sampah (JICA 2005).

Metode sanitary landfill ini merupakan salah satu metoda pengolahan sampah

terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat

Pembuanagan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya

di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat

tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah

cair sampah atau ke lingkungan. Pada metode sanitary landfill tersebut juga dipasang

(27)

2.2. Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,

jenis sampah yang diatur adalah:

1. Sampah rumah tangga

Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari di

rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam

yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah

atau dari komplek perumahan.

2. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan

lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat

perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal,

pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.

3. Sampah spesifik

Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena

sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi,

sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere

bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3

(sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara

teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil

(28)

Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan–kegiatan berikut:

1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak

dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang

sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di

sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur

dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan

sampah ini adalah:

a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah

b. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk

c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna ulang

d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang

e. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang

2. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang mencakup

pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya),

pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat

pengolahan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari

sumber, TPS atua tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir

(mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih

lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan

pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat

(29)

Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang Pengelolaan

Sampah mengharapkan pemerintah kota/kabupaten dapat membentuk semacam

forum pengelolaan sampah skala kota/kabupaten atau provinsi. Forum ini

beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi, tokoh masyarakat,

organisasi lingkungan/persampahan, pakar, badan usaha dan lainnya.

Hal-hal yang dapat difasilitasi forum adalah: memberikan usul, pertimbangan

dan saran terhadap kinerja pengelolaaan sampah, membantu merumuskan kebijakan

pengelolaan sampah, memberikan saran dan dapat dalam penyelesaian sengketa

persampahan. Sampai saat ini, belum ada kebijakan nasional mengenal persampahan

itu sendiri masih bersifat sosialisasi. Melihat di perkotaan penanganan pengelolaan

sampah sudah sangat mendesak, diharapkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah dapat diimplementasikan.

Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 (bahan berbahaya dan beracun)

dan sampah medis yang bersifat infektius mengenai pengelolaannya telah diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Dinas Kebersihan Kota Medan sejauh ini hanya mengelola sampah domestik

saja, sementara untuk sampah khusus seperti B3 dan sampah medis dikelola tersendiri

oleh perusahaaan/lembaga penghasil sampah tersebut. Sampah B3 dari industri

(30)

sampah medis atau sampah rumah sakit dikelola oleh rumah sakit/klinik dengan

kerjasama dengan rumah sakit yang telah memiliki incenerator atau mesin

penghancur untuk sampah medis atau rumah sakit yang telah mendapat rujukan

dalam pengelolaan sampah tersebut.

2.3. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Ideal

Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik khususnya

mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh oleh Pemerintah

Pusat dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam teknis perencanaan,

penyelenggaraan dan pengembangannya. Hal ini diperlukan karena sampah pada

dasarnya bukan sekedar permasalahan Pemda atau Dinas Kebersihan Kota Medan

saja, namun lebih dari itu merupakan masalah bagi setiap individu, keluarga,

organisasi dan akan menjadi masalah negara bila sistem perencanaan dan

pelaksanaannya tidak dilakukan dengan terpadu dan berkelanjutan.

Aparat terkait sebaiknya tidak ikut secara teknis, ini untuk menghindari

meningkatnya anggaran biaya penyelenggaraan, selain itu keterlibatan aparat terkait

dikahawatirkan akan membentuk budaya masyarakat yang bersifat tidak peduli.

Pemerintah dan aparat terkait sebaiknya memposisikan kewenangannya sebagai

fisilitator dan konduktor dan setiap permasalahan persampahan sebaiknya

dimunculkan oleh masyarakat atau organisasi sosial selaku produsen sampah. Hal ini

(31)

Dalam Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan

Sampah Perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat dengan

tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang modern, dapat

diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dalam sistem

tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan

masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk

berpartisipasi aktif.

Pendekatan yang digunakan dalam konsep rencana pengelolaan sampah ini

adalah meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang dapat memenuhi tuntutan

dalam pengelolaan sampah yang berbasis peran serta masyarakat.

Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA)

Peran serta masyarakat pengelolaan sampah Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah Pengelolaan

Sampah Kota ideal

Penerapan teknologi

Sumber: Aboejoewono, ” Pengelolaan Sampah Menuju Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya ” DKI 1999

(32)

Aboejoewono (1999) menyatakan bahwa perlunya kebijakan pengelolaan

sampah perkotaan yang ditetapkan di kota-kota di Indonesia meliputi 5 (lima)

kegiatan, yaitu:

1. Penerapan teknologi yang tepat guna

2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah

3. Perlunya mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah

4. Optimalisasi TPA sampah

5. Sistem kelembagaan pengelolaan sampah yang terintegrasi

Penjelasan rinci dari Gambar 2.1. adalah sebagai berikut:

1. Penerapan teknologi

Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini

merupakan kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi pengomposan,

teknologi penanganan plastik, teknologi pembuatan kertas daur ulang, Teknologi

Pengolahan Sampah Terpadu menuju “Zero Waste” harus merupakan teknologi

yang ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang

umum digunakan adalah:

1). Teknologi pembakaran (Incenerator)

Dengan cara ini dihasilkan produk samping berupa logam bekas (skrap) dan

uap yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Keuntungan lainnya dari

penggunaan alat ini adalah:

a. dapat mengurangi volume sampah ± 75%-80% dari sumber sampah tanpa

(33)

b. abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari

pembusukan dan bisa langsung dapat dibawa ke tempat penimbunan pada

lahan kosong, rawa ataupun daerah rendah sebagai bahan pengurung

(timbunan).

2). Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk digunakan

sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah.

Teknologi daur ulang yang dapat menghasilkan sampah potensial, seperti:

kertas, plastic logam dan kaca/gelas.

2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan

Partisipasi masyarakat dalam pengelolan sampah merupakan aspek yang

terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu.

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor

teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan

pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Masyarakat senantiasa

ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat

faktor-faktor yang mendukung, antara lain: kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran,

kebutuhan sarana dan prasana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan baik

informal maupun formal.

3. Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah

Solusi dalam mengatasi masalah sampah ini dapat dilakukan dengan

meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah yang di

(34)

sampah mulai dari sumbernya yang dapat dilakukan oleh skala rumah tangga atau

skala perumahan. Dari sistem ini akan diperoleh keuntungan berupa: biaya

pengangkutan dapat ditekan karena dapat memotong mata rantai pengangkutan

sampah, tidak memerlukan lahan besar untuk TPA, dapat menghasilkan nilai

tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis,

dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan, bersifat lebih

ekonomis dan ekologis, dapat lebih memberdayakan masyarakat dalam mengelola

kebersihan kota.

4. Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA)

Pada dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang

semakin sempit dan pertambahan penduduk yang pesat, sebab bila hal ini terus

dipertahankan akan membuat kota dikepung ”lautan sampah” sebagai akibat

kerakusan pola ini terhadap lahan dan volume sampah yang terus bertambah.

Pembuangan yang dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan di

tempat terbuka juga berakibat meningkatnya intensitas pencemaran.Penanganan

model pengelolaan sampah perkotaan secara menyeluruh adalah meliputi

penghapusan model TPA pada jangka panjang karena dalam banyak hal

pengelolaan TPA masih sangat buruk mulai dari penanganan air sampah (leachet)

sampai penanganan bau yang sangat buruk. Cara penyelesaian yang ideal dalam

penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara membuang sampah

(35)

menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan mengurangi biaya

penanganannya (Murthado dan Said, 1987).

5. Kelembagaan dalam pengelolaan sampah yang ideal.

Dalam pengelolaan sampah perkotaan yang ideal, sistem manajemen

persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem manajemen yang

berbasis pada masyarakat yang di mulai dari pengelolaan sampah di tingkat

rumah tangga. Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode

pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari

lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan

sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkaan aspek ekonomi

yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban

pendanaan serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan sampah.

2.4. Aspek Manajemen dalam Pengelolaan Sampah

Menurut Terry (1991) manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja

yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah

tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen merupakan suatu

bentuk kegiatan, atau disebut ”managing”, sedangkan pelaksananya disebut dengan

”manager” atau pengelola. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun

seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau

dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan,

(36)

Menurut Terry (1991), dalam melakukan pekerjaannya, manajer harus

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen.

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di

dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam

melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari:

1. Planning

Planning merupakan proses untuk menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai

sselama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapaat

mencapai tujuan-tujuan tersebut.

2. Organinzing

Organizing merupakan kegiatan mengelompokkan dan menentukan berbagai

kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan tersebut.

3. Staffing

Staffing merupakan kegiatan untuk menentukan keperluan-keperluan sumberdaya

manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

4. Motivating

Motivating merupakan kegiatan mengerahkan atau menyalurkan perilaku manusia

(37)

5. Controlling

Controlling merupakan kegiatan mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan,

menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil

tindakan-tindakan korektif apabila perlu.

Di dalam pelaksanaannya, fungsi manajemen dibedakan menjadi:

a. Planning

Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan

yang sangat rumit. Contoh proses perencanaan yang sederhana adalah penentuan

serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Menurut

Stoner, Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu

untuk mencapai sasaran tadi.

b. Organizing

Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam

cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.

c. Leading

Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu:

1. Mengambil keputusan

2. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan

bawahan

3. Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka

(38)

4. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki

pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha

mencapai tujuan yang ditetapkan

d. Directing/Commanding

Directing atau commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan

usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada

bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat

dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah

ditetapkan semula.

e. Motivating

Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen

berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar

bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh

atasan.

f. Coordinating

Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen

untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,

kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan

menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang

(39)

g. Controlling

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu

fungsi manajemen berupa penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa

yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud

dengan tujuan yang telah digariskan semula.

h. Reporting

Reporting adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian

perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal

yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.

i. Staffing

Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia

pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai

dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.

j. Forecasting

Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan taksiran

terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang

lebih pasti dapat dilakukan.

Dinas Kebersihan merupakan suatu unit organisasi yang berada di bawah

pemerintah daerah/kota dalam hal ini walikota. dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsi yang diembannya sudah barang tentu menggunakan fungsi-fungsi manajemen.

Menurut Winardi dalam Baay (1992:10), manajemen diartikan sebagai upaya untuk

(40)

daya manusia. Manajemen dipraktekkan dalam bisnis, rumah sakit, universitas, badan

pemerintah dan tipe aktivitas lain yang terorganisasi.

Menurut Tead dalam Sarwoto (1998:15), manajemen adalah proses dan

perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisai

dalam mencapaitujuan yang telah ditetapkan. Dalam ungkapan ini terlihat, bahwa

Tead menekankan kepada proses dan perangkat yang sifatnya umum dalam hal

memberikan bimbingan. Namun Stoner dalam Handoko manajemen diungkapkan

lebih kepada penekanan prosesnya manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi

dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan.

Perencanaan yang berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan

mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada

berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat.

Pengorganisasian berarti bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber-sumber

daya manusia dan material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada

kemampuannya untuk menyusun berbagai sumberdayanya dalam mencapai tujuan.

Semakin terkoordinasi dan semakin terintegrasi kerja organisasi, semakin efektif

pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Pengkordinasian merupakan bagian vital pekerjaan manajer. Selanjutnya,

pengarahan berarti bahwa para manajer mengarahkan,memimpin dan mempengaruhi

(41)

melakukan menyelesaikan pekerjaan dengan melalui orang lain. Mereka tidak hanya

memberi perintah tetapi juga menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan

melakukan pekerjaan dengan baik. Pengawasan berarti para manajer berupaya untuk

menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuannya.

Bila ada beberapa bagian organisasi pada jalur yang salah, maka manajer

harus membetulkannya. Menurut Handoko,sebagai pekerja pada orang-orang untuk

menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan

pelaksanaan fungsi-fungsi: perencanaan, keorganisasian, penyusunan personalia atau

kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan dan pengawasan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah selain

pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan, termasuk didalamnya adalah

penyediaan peralatan yang digunakan, tehnik pelaksanaan pengelolaan dan

administarasi. Hal ini bertujuan untuk keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah

(Raharja,1988).

Defenisi manajemen untuk pengelolaan sampah di negara-negara maju

diungkapkan oleh Tchobanoglous dalam Ananta (1989:7), Merupakan gabungan dari

kegiatan pengontrolan jumlah sampah yang dihasilkan, pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan, pengolahan dan penimbunan sampah di TPA yang memenuhi prinsip

kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi dan mempertimbangan lingkungan yang juga

responsif terhadap kondisi masyarakat yang ada.

Dan sistem manajemen pengolahan di negara maju inilah yang akan diterapan

(42)

2.5. Kota Berwawasan Lingkungan

Kota berwawasan lingkungan adalah satu pendekatan pembangunan kota yang

didasarkan atas prinsip-prinsip berwawasan lingkungan/ekologis yang akan

menghasilkan satu kota yang mempunyai kualitas lingkungan dan kehidupan yang

lebih baik dan berkelanjutan. Kota berwawasan lingkungan/ekologis berarti juga kota

yang berkelanjutan, dalam pengertian bahwa masa depan kota diharapkan akan

menjadi lebih baik dan lestari. Kota ekologis dengan sendirinya juga merupakan kota

yang ramah lingkungan, karena prinsip-prinsip kota ekologis sejalan dengan prinsip

konservasi lingkungan.

Kota Ekologis diperlukan untuk menjawab tantangan persoalan lingkungan

kota yang semakin memburuk dan hal ini disebabkan karena pendekatan

pembangunan kota yang berlaku berorientasi pada aspek ekonomi jangka pendek

semata. Kota ekologis sangat krusial bagi Indonesia, karena tingkat urbanisasi dan

perkembangan kota yang sangat pesat di Indonesia. Kota berwawasan lingkungan

merupakan salah satu jawaban membangun kota yang lebih baik karena secara efisien

menggunakan sumber daya kota.

Hal ini dapat dilakukan dengan menekan penggunaan sumberdaya,

meminimalkan jumlah limbah, mengurangi panggunaan air, udara, tumbuhan, fauna,

pantai ataupun danau dengan komponen buatan jalan, bangunan, jembatan, dan

(43)

2.6. Dampak Kota Berwawasan Lingkungan bagi Pengembangan Wilayah di Kota Medan

Kota-kota di Indonesia pada umumnya berkembang secara laissez-faire, tanpa

dilandasi perencanaan kota yang menyeluruh dan terpadu. Kecuali pada kota-kota

baru yang memang direncanakan sejak awal. Kota-kota kita tidak betul-betul

dipersiapkan atau direncanakan untuk dapat menampung pertumbuhan penduduk

yang besar dalam waktu yang relatif pendek.Oleh karena itu, bukanlah suatu

pemandangan yang aneh bila kota-kota besar di Indonesia khususnya kota Medan

menampilkan wajah ganda.

Di suatu sisi terlihat perkembangan pembangunan yang serba mengesankan

dalam wujud arsitektur, modern dan pasca modern di sepanjang tepi sungai jalan

utama kota, dengan pengembangan wilayah akibat dengan adanya pertambahan dan

jumlah pembangunan di kota. Di balik semua keanggunan itu, nampak menjamurnya

lingkungan kumuh dengan sarana dan prasarana yang sangat tidak memadai untuk

mendukung keberlangsungan kehidupan manusia yang berbudaya.

Untuk meminimalisasi menjamurnya lingkungan kumuh tersebut perlu

pendekatan pembangunan kota yang didasarkan atas prinsip-prinsip berwawasan

lingkungan/ekologis yang akan menghasilkan satu kota yang mempunyai kualitas

lingkungan dan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan. Kota berwawasan

lingkungan berarti juga kota yang berkelanjutan, dalam pengertian bahwa masa depan

kota diharapkan akan menjadi lebih baik dan mengembalikan fungsi lahan sebagai

(44)

2.7. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah

atau membangun daerah/kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat

kesejahteraan hidup masyarakat. Dimana pengembangan wilayah adalah memajukan

atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada, selanjutnya ia

menyatakan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha

pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan secara sadar oleh

suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan

bangsa.

Dari pengertian pengembangan di atas terlihat beberapa ide pokok yang

sangat penting, yaitu:

1. Bahwa pengembangana merupakan proses yang terus menerus dilaksanakan

dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat

2. Bahwa pengembangan adalah merupakan suatu usaha yang penting dilaksanakan

3. Bahwa pengembangan dilaksanakan secara berencana kepada pertumbuhan dan

perubahan

4. Bahwa pengembangan mengarah kepada modernitas

5. Bahwa modernitas yang dicapai melalui pengembangan itu mencakup seluruh

aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara termasuk aspek politik, ekonomi,

sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta administrasi.

Pengembangan wilayah menurut Sandy (1982) pada hakekatnya adalah

(45)

kemampuan fisik dan sosial region tersebut, serta tetap menghormati peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Sukirno (1991) membedakan wilayah atas 3 bagian:

(a) Wilayah homogen merupakan suatu wilayah di mana kegiatan ekonomi berlaku

di berbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama anatara lain ditinjau dari

segi pendapatan perkapita penduduk dan adri segi struktural ekonominya.

(b) Wilayah nodel merupakan suatu wilayah sebagai ruang ekonomi di kuasai oleh

beberapa pusat kegiatan ekonomi

(c) Wilayah administrasi artinya suatu wilayah yang didasarkan atas pembagian

administrasi pemerintah.

Untuk melihat keberhasilan pembagian ekonomi suatu negara didasarkan pada

empat kriteria, yaitu:

1. Pendayagunaan tenaga kerja

2. Pengurangan tingkat kemiskinan

3. Kebijaksanaan untuk distribusi pendapatan

4. Peningkatan produktivitas tenga kerja

Keempat kriteria ini harus berjalan secara bersama sama sehingga di dalam proses

pengembangan tersebut terlihat adanya perubahan struktural masyarakat, keuntungn

untuk seluruh masyarakat dengan adanya distribusi pendapatan, pertumbuhan

ekonomi yang cepat, efisiensi (Todaro, 1998).

Bila dilihat dari aspek ekonomi, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu

(46)

Dari pengertian tersebut terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat, antara

laian: sebagai proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus,

usha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, kenaikan pendapatan tersebut

terus berlangsung dalam jangka panjang. Dalam kaitannya dengan penenlitian ini,

tersebut dibatasi oleh batas administratif wilayah/skop regional. (Sukirno, 1991).

2.8. Penelitian Sebelumnya

Studi tentang pengelolan sampah terpadu sebagai salah satu upaya mengatasi

problem sampah di perkotaan oleh Towow, et.al (2003), menyimpulkan bahwa

strategi pengelolaan sampah yang mengandalkan pada sistem pengangkutan,

pembuangan dan pengolahan perlu diubah karena dirasakan sangat tidak ekonomis,

disamping memerlukan biaya operasional, lahan bagi pembuangan akhir yang besar,

juga menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi masyarakat kota dan

kurangnya kepedulian terhadap lingkungannya.

Untuk itu pendekatan yang paling tepat adalah dengan mengedepankan proses

penanganan sampah dengan pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi

sampah) yaitu dengan 3 usaha dasar (3R): reduse atau mengurangi (sebisa mungkin

mengurangi barang yang digunakan sehari-hari), reuse atau memakai kembali

(memperpanjang pemakaian waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah,

recyle atau mendaur ulang (mendaur ulang barang–barang yang sudah tidak terpakai

(47)

Hasil studi Moh. Rafii (2005), yang berjudul implikasi kemauan membayar

tarif retribusi sampah terhadap pengembangan sistem pengelolaan sampah di kawasan

pemukiman Kec. Medan Sunggal Kota Medan, menyimpulkan bahwa kesediaan

membayar retribusi sampah belum dapat menutupi biaya pengelolan sampah.

Demikian juga studi yang dilakukan Iwan Nirawan (2008), yang berjudul analisis

kebijakan pengelolaan sampah kota Bogor), menyimpulkan bahwa pengelolaan

sampah kota dapat memberikan manfaat terbesar untuk masyarakat atau publik jika

dilakukan dengan manajemen pengelolaan sampah yang baik dan meningkatkan

penerimaan retribusi sampah.

2.9. Kerangaka Pemikiran

Jika sampah di kelola dengan baik dengan 3 usaha dasar (3R) akan

menghasilkan kota yang berwawasan lingkungan, meningkatkan tingkat pendapatan

bagi masyarakat yang mengelola dan akan menimbulkan tingkat kesadaran dalam

membayar retribusi sampah sehingga memberikan kontribusi terhadap pendapatan

(48)

Pertambahan Penduduk Migrasi dari desa

Sampah

PAD(Pendapatan Asli Daerah)

Retribusi sampah

Pelaksanaan pengelolaan sampah

- Anggaran pengelolaan - Jumlah tenaga

kebersihan - Jumlah RT

Pengembangan Wilayah Kota Medan yang berwawasan lingkungan

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

2.10. Hipotesis Penelitian

Anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan dan jumlah penduduk

yang terlayani berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Secara historis perkembangan Kota Medan, telah memposisikan menjadi

pusat perdagangan sejak masa lalu, sedang dijadikannya Medan sebagai ibukota Deli

juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan,

sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai

ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Dimana sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan daratan rendah yang

merupakan tempat pertemuan sungai Babura dan sungai Deli Kota Medan terletak

antara 2º.27´ - 2º.47´ Lintang Utara 98º.35´ - 98º.44´ Bujur Timur. Kota Medan

2,5-37,5 meter di atas permukaan laut merupakan salah satu dari 26 daerah kab/kota yang

berada di Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kab. Deli Serdang, di sebelah

Utara, Selatan, Barat dan Timur ,dengan luas daerah lebih kurang 265,10 km². Luas

Wilayah Kota Medan menurut kecamatan memiliki 21 kecamatan.

(Sumber: Kabag Tata Pemerintahan, Medan Dalam Angka 2008,BPS Kota Medan)

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data

primer. Data sekunder bersumber dari Dinas Kebersihan Kota Medan, Badan Pusat

(50)

sedangkan data primer diperoleh dari wawancara dengan key responden (kepala

bidang operasional, mandor, melati, dan bestari). Data penelitian yang digunakan

merupakan data panel yaitu gabungan antara data time series dan data cross section.

Data cross section merupakan data yang diperoleh dari ketiga wilayah operasional

selama kurun waktu 5 tahun.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data primer tentang manajemen pengelolaan sampah dihimpun dengan

melakukan wawancara langsung kepada Kepala Bidang Operasional Kepala Bidang

Retribusi, Dinas Kebersihan Kota Medan berpedoman pada pertanyaan yang telah

dipersiapkan.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan pertama, yaitu untuk mengetahui aspek

manajemen pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan anakisa deskriptif

dan untuk menjawab permasalahan kedua yaitu untuk mengetahui perkembangan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi persampahan di Kota Medan yang

berwawasan lingkungan dilakukan analisa deskriptif.

Untuk menjawab permasalahan ke tiga yaitu untuk mengetahui pengaruh

anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan, dilakukan uji

(51)

Y = ßo + ß1x1 + ß2x2 + ß3x3 + µ

dimana:

Y = PAD dari retribusi sampah di Kota Medan (Rp/thn)

ßo = intercept (konstanta)

x1 = Anggaran pengelolaan sampah di Kota Medan (Rp/thn)

x2 = Jumlah tenaga kebersihan (orang/thn)

x3 = Jumlah penduduk yang terlayani (KK)

ß1, ß2, ß3 = koefisien regresi

µ = error term

3.5. Definisi dan Batasan Variabel Operasional

Untuk memfokuskan variabel penelitian ini, disusun definisi dan batasan

operasional sebagai berikut:

1. Manajemen pengelolaan sampah adah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan yang di lakukan Dinas Kebersihan Kota Medan

melalui tenaga kebersihan pengelola sampah di Kota Medan.

2. Anggaran pengelolaan sampah di Kota Medan biaya yang dikeluarkan pemerintah

untuk pembiayaan pengelolaan sampah, dalam hal ini dibatasi hanya anggaran

gaji atau honorarium tenaga kebersihan (Rp/thn).

3. Jumlah tenaga kebersihan adalah banyaknya orang yang bertugas melakukan

pengelolaan sampah (pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan) di Kota

(52)

4. PAD dari retribusi sampah adalah jumlah pendapatan asli daerah yang bersumber

dari retribusi sampah di Kota Medan (Rp/thn).

5. Wawasan Lingkungan adalah kepedulian masyarakat terhadap kebersihan

lingkungan yang diukur dengan jumlah retribusi sampah ( Rp/ thn).

6. Retribusi adalah pungutan resmi dari pemerintah kepada masyarakat dikarenakan

adanya pelayanan yang diberian kepada masyarakat.

7. Jumlah penduduk adalah banyak penduduk dalam suatu daerah (dalam orang).

8. Pengembangan Wilayah adalah upaya pembangunan daerah/ kawasan di Kota

Medan melalui pengelolaan sampah yang baik sehingga menciptakan Kota Medan

(53)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN AHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

(54)

4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Administratif Kota Medan. Kota Medan

dijadikan kota praja pertama kalinya oleh pemerintah Belanda tahun 1928 dengan

luas kira kira 1.300 ha dengan penduduk 43.829 jiwa. Pada tahun1951 berdasarkan

surat keputusan Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 September 1951, Kota Medan

diperluas menjadi 5.130 ha dengan 4 kecamatan yaitu Medan, Medan Timur, Medan

Barat, dan Medan Baru.

Berdasarkan PP 22 tahun 1973, Kota Medan kembali diperluas dengan

memasukkan sebagian dari wilayah Deli Serdang menjadi 11 Kecamatan dan 116

kelurahan. Pada tahun 1986 kelurahan dimekarkan menjadi 144. Selanjutnya melalui

PP 59 tahun 1991, 11 kecamatan dimekarkan jadi 21 kecamatan, 151 kelurahan yang

terbagi dalam 2000 lingkungan.

Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan

98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batas-batas sebagai

berikut:

Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian

(55)

Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya

sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,

Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini

menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai

kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat

dengan daerah-daerah sekitarnya.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun

Polonia berkisar antara 23,2ºC - 24,3ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,8ºC -

33,2ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,3ºC -

24,1ºC dan suhu maksimum berkisar antara 31,0ºC - 33,1ºC.

4.1.2. Jumlah Penduduk Kota Medan

Penduduk Kota Medan pada tahun 2008 berjumlah 2.090.305 orang.

Perkembangan jumlah penduduk Kota Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada

Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa penduduk Kota Medan dari tahun

2004-2008 terus mengalami peningkatan. Jika setiap penduduk dapat dilayani

sehingga mereka membayar retribusi, maka penerimaan retribusi Dinas Kebersihan

(56)

Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2004-2008

Wilayah Operasional 2004 2005 2006 2007 2008

Medan I 633.811 643.499 663.074 664.061 665.128

Medan II 578.571 586.913 610.468 589.692 591.020

Medan III 788.853 804.271 814.095 826.670 834.157

Total Kota Medan 2.001.235 2.034.683 2.087.637 2.080.423 2.090.305

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara

4.2. Manajemen Persampahan Kota Medan

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak mencemari

dan membahayakan lingkungan. Penanganan sampah telah dilakukan secara terus

menerus untuk menjaga kesinambungan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Rendahnya tingakat pelayanan kebersihan dapat mengakibatkan berbagai

permasalahan yang akan menurunkan kualitas lingkungan, seperti terjadinya

pencemaran air, tanah, dan udara.

Sejalan dengan perkembangan pembangunan kota, sampah yang dibuang ke

lingkungan pada masa-masa mendatang akan terus meningkat terutama pada daerah

perkotaan. Kondisi demikian menunjukkan bahwa masalah lingkungan akibat sampah

pada masa-masa mendatang akan semakin besar apabila tidak diimbangi dengan

upaya pengelolaan persampahan yang baik.

Sampai saat ini, instansi pengelola kebersihan Kota Medan sudah mengalami

Gambar

Gambar 2.1. Pengelolaan Sampah Kota Ideal
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian
Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2004-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuannya adalah untuk memahami manajemen SDM yang meliputi penerapan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau pelaksanaan, dan

Manajemen laboratorium IPA dikatakan efektif apabila mampu melaksanakan fungsi- fungsi manajemen yang meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan

: Implikasi Kemauan Membayar Tarif Retribusi Sampab Terbadap Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Pemukiman Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan.. : MOH.RAFll

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan,pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan manajemen supervisor dalam

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui sistem pengelolaan sampah di Pasar Pringgan Kota Medan, (2) Mengetahui perilaku pedagang dalam mengatasi permasalahan sampah

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement pasar Petisah Kota Medan..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sarana laboratorium komputer di SMP Negeri 13 Yogyakarta, yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

Model pengembangan bank sampah berbasis kultural yang dipraktikkan dalam pengolahan dan pengelolaan bank sampah di Kota Medan, baik oleh unit pengepul maupun bank