• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Dan Partisipasi Pedagang Untuk Menciptakan Lingkungan Bersih Di Basement Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Dan Partisipasi Pedagang Untuk Menciptakan Lingkungan Bersih Di Basement Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2012"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH

DI BASEMENT PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh:

NURUL FUADY DAULAY NIM. 081000041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH

DI BASEMENT PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NURUL FUADY DAULAY NIM. 081000041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Pasar merupakan salah satu tempat yang menjadi sumber sampah yang cukup besar sebagai hasil dari aktifitas penjual dan pembeli yang menghasilkan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement pasar Petisah Kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskiptif yang dilaksanakan di basement pasar Petisah dengan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 64 orang pedagang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 orang pedagang ada 33 orang (51,6%) yang mempunyai tempat sampah dan 31 orang (48,4%) tidak mempunyai tempat sampah. Pengelolaan sampah berdasarkan indikator penyimpanan sampah berada pada kategori tidak memenuhi syarat, pengumpulan sampah berada pada kategori memenuhi syarat, pengangkutan dan pengolahan sampah berada pada kategori memenuhi syarat. Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah termasuk dalam kategori sedang (51,6%), pembuangan sampah termasuk dalam kategori sedang (56,3%), pembayaran retribusi sampah dalam kategori baik (100%), dan peraturan kebersihan termasuk dalam kategori baik (93,8%).

Pengelolaan sampah di basement pasar petisah sudah memenuhi syarat dan masih kurangnya partisipasi dari pedagang dalam membuang sampah pada tempat sampah. Pihak pengelola pasar sebaiknya membuat peraturan tentang kebersihan pasar agar pedagang tidak membuang sampah di depan kios dan memberikan sanksi kepada pedagang apabila melanggarnya dan perlu adanya bimbingan, arahan, maupun informasi kepada pedagang tentang kesehatan dan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.

(4)

ABSTRACT

Market is a big source of waste as by product of buying and selling activities that produce the waste that unusable, uncomforted and disposed and did not occurred by itself.

This research aims to study the waste treatment and participation of the trader in build a clean environment in basement of Pasar Petisah (market) of Medan.

This research is a descriptive survey that conducted at basement of Pasar Petisah Medan in 2012 in which the data was collected through observation and interview using questionnaire to 64 respondents.

The results of research indicates that of 64 respondents, there are 33 (51.6%) who have waste container and 31 respondent (48.4%) have not waste container. The waste treatment based on storage of waste indicators is classified into did not fulfill the health requirement category, the collecting of waste in fulfill the health requirement category, while transportation and waste treatment in fulfill the health requirement category. The participation of the trader in supply the waste container is classified into medium category (51.6%), disposal of waste in medium category (56.3%), the payment of waste retribution in good category (100%) and cleaning rule is in good category (93.8%).

The waste treatment at basement of pasar petisah already fulfill the health requirement and still deficient the participation from respondents did dispose the waste in the available waste container. The management of market must enforce a rule about the market cleaning to enforce the trader did not dispose the waste in the front of their kiosk and provide them with sanction if violate the rule and it must to increase the participation of the traders by provide them with guide, direction and information about sanitation and waste treatment that fulfill the health requirement.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Fuady Daulay

Tempat/ tanggal lahir : Medan, 3 Februari 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Bersaudara : 4 (empat) orang

Alamat Rumah : Jl. STM/Pembangunan No. 40/24A Medan.

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1994-1996 : TK Nurul Azizi Medan 2. Tahun 1996-2002 : SD Negeri 060812 Medan

3. Tahun 2002-2005 : SMP Negeri 2 Medan 4. Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 1 Medan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

”Pelaksanaan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang Untuk Menciptakan Lingkungan Bersih di Basement Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2012”. Skripsi ini

adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayah

Musaffa Daulay, SH dan Ibu Irma Suryati Harahap yang tiada henti memberikan kasih sayang, mendoakan penulis tiada henti, serta selalu memberikan bimbingan,

arahan dan motivasi kepada penulis dalam menuliskan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU.

(7)

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I Penulis yang telah banyak memberikan petunjuk serta bimbingan kepada penulis.

5. Ir. Indra Chahaya S, MSi dan dr. Devi Nuraini Santi, Mkes selaku Dosen Penguji II dan Dosen Penguji III yang banyak memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.

6. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, MKes selaku dosen pembimbing akademik penulis.

7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya

dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU dan Kakak Dian Afriyanti, A.Md yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

8. Dessy Wulansari Harahap, S.Sos selaku Kabag Kepegawaian Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

9. Adik penulis Lailan Azizah Daulay, Layyinatus Syifa Daulay dan Zaki Arham Daulay yang telah memberikan motivasi serta doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat tersayang Dwi Indah, SH, Irma Fitri, Sarah Amelia, S.KG,

Nurul Yusfani, S.Ked, Khairunnisa Lubis, S.Kom, Arimbi Vabiola, A.Md, Sherly Wahyuni, S.Ked, Pradhivi Moningka, S.Sos, yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

(8)

11.Teman-teman dari peminatan Kesehatan Lingkungan Wita, Dikri, Nita, Vina,

Dipo, Baim, Mala, kak Siti, kak Diah, Datul, Budi, Rudi, dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga menambah inspirasi

penulis untuk penulisan skripsi ini.

12.Teman-teman stambuk 2008 FKM USU Aziz, Iin, Nona, Diba, Diza, Oza, Nia,

Kak Sri, serta teman-teman lainnya yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2013

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang .... ………... 1

1.2 Perumusan Masalah……….……… 5

1.3 Tujuan Penelitian……….……….………... 5

1.3.1 Tujuan Umum……….……….. 5

1.3.2 Tujuan Khusus……….………. 5

1.4 Manfaat Penelitian……….……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 7

2.1 Pengertian Sampah……….………...…….. 7

2.2 Pengelolaan Sampah……….…………... 8

2.2.1 Sumber-Sumber Sampah……...………... 8

2.2.2 Jenis-Jenis Sampah………..………….………… 9

2.2.3 Pembagian Sampah Padat…………..……….………….. 10

2.2.4.1 Tujuan Pengelolaan Sampah……….. 16

2.2.4 Pengelolaan Sampah……….……….... 12

2.2.4.2 Cara-Cara Pengelolaan Sampah…………....……. 16

2.2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah………...………...…… 20

2.2.4.4 Persyaratan kesehatan pengolahan sampa..….…... 21

2.2.4.5 Pengomposan……….………. 27

2.3 Hubungan sampah dengan kesehatan masyarakat………..………. 29

2.4 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan……….………... 30

2.4.1 Pengaruh Positif…………..……...……… 30

2.4.2 Pengaruh Negatif………...……….. 31

2.5 Pasar……… 32

2.5.1 Pengertian Pasar………... 32

2.5.2 KlasifikasiPasar……….………...………… 33

2.5.3 Sanitasi Pasar……….………... 36

2.6 Teori Partisipasi Masyarakat……….…………... 38

(10)

2.7 Kerangka Konsep……….…...……… 43

BAB III METODE PENELITIAN………. 44

3.1 Jenis Penelitian……… 44

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 44

3.2.1 Lokasi Penelitian…………...………...……… 44

3.2.2 Waktu Penelitian………...……... 44

3.3 Metode Pengumpulan Data………...….. 45

3.3.1 Data Primer……….. 45

3.3.2 Data Sekunder………... 45

3.4 Objek Penelitian………... 45

3.4.1 Populasi……….... 45

3.4.2 Sampel…...……….. 45

3.5 Definisi Operasional………...… 46

3.6 Aspek Pengukuran………...………... 48

3.7 Pengolahan dan Analisa data………...……... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN………...………….. 54

4.1 Gambaran Umum Pasar Petisah………. 54

4.2 Karakteristik Responden………. 55

4.2.1 Distribusi pedagang berdasarkan lama berjualan…………... 55

4.2.2 Distribusi pedagang berdasarkan jenis dagangan………..…. 57

4.2.3 Distribusi pedagang berdasarkan waktu berjualan setiap harinya………...…… 57

4.3 Sistem pengelolaan sampah pasar………... 58

4.4 Partisipasi pedagang……….…… 60

4.4.1 Partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat sampah..… 60

4.4.2 Partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah……..….. 62

4.4.3 Partisipasi pedagang tentang pembayaran retribusi sampah.. 65

4.4.4 Partisipasi pedagang tentang peraturan kebersihan……….... 65

BAB V PEMBAHASAN………. 68

5.1 Karakteristik responden………... 68

5.2 Sistem pengelolaan sampah pasar………...……… 68

5.2.1 Penyimpanan sampah………...… 70

5.2.2 Pengumpulan sampah………..….…...……… 70

5.2.3 Pengangkutan sampah………...…………...… 72

5.2.4 Pengolahan sampah………...………... 73

5.3 Partisipasi pedagang……….73

5.3.1 Partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat sampah... 73

5.3.2 Partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah………... 75

5.3.3 Partisipasi pedagang tentang pembayaran retribusi……….... 75

5.3.4 Partisipasi pedagang tentang peraturan kebersihan………... 76

(11)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….… 78 6.1 Kesimpulan……….. 78 6.2 Saran……… 79

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 4.1 Distribusi pedagang berdasarkan lama berjualan

di basement Pasar Petisah Medan……… 56 Tabel 4.2 Distribusi pedagang berdasarkan jenis dagangan

di basement Pasar Petisah Medan………... 57 Tabel 4.3 Distribusi pedagang berdasarkan waktu berjualan

setiap harinya di basement Pasar Petisah Medan……… 58 Tabel 4.4 Hasil observasi sistem pengelolaan sampah

di basement pasar petisah Medan……… 59 Tabel 4.5 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang penyediaan

tempat sampah di basement pasar petisah Medan………... 61 Tabel 4.6 Distribusi pedagang berdasarkan penyediaan

tempat sampah di basement pasar petisah Medan………... 62 Tabel 4.7 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah

di basement pasar petisah Medan………..…….. 63 Tabel 4.8 Distribusi pedagang berdasarkan pembuangan sampah

di basement pasar petisah Medan………..….. 64 Tabel 4.9 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang peraturan

kebersihan di basement pasar petisah Medan………...….. 66 Tabel 4.10 Distribusi pedagang berdasarkan peraturan kebersihan

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuesioner untuk pedagang pelaksanaan pengelolaan

sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement pasar Petisah

kota Medan tahun 2012... 82 Lampiran 2. Lembar observasi pelaksanaan pengelolaan sampah dan

partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement pasar Petisah kota Medan

tahun 2012………...…... 87 Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU... 90 Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Perusahaan daerah pasar

kota Medan... 91 Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Perusahaan daerah

pasar kota Medan ………...…...92 Lampiran 6. Analisa data statistik tentang pelaksanaan pengelolaan sampah

(15)

ABSTRAK

Pasar merupakan salah satu tempat yang menjadi sumber sampah yang cukup besar sebagai hasil dari aktifitas penjual dan pembeli yang menghasilkan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement pasar Petisah Kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskiptif yang dilaksanakan di basement pasar Petisah dengan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 64 orang pedagang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 orang pedagang ada 33 orang (51,6%) yang mempunyai tempat sampah dan 31 orang (48,4%) tidak mempunyai tempat sampah. Pengelolaan sampah berdasarkan indikator penyimpanan sampah berada pada kategori tidak memenuhi syarat, pengumpulan sampah berada pada kategori memenuhi syarat, pengangkutan dan pengolahan sampah berada pada kategori memenuhi syarat. Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah termasuk dalam kategori sedang (51,6%), pembuangan sampah termasuk dalam kategori sedang (56,3%), pembayaran retribusi sampah dalam kategori baik (100%), dan peraturan kebersihan termasuk dalam kategori baik (93,8%).

Pengelolaan sampah di basement pasar petisah sudah memenuhi syarat dan masih kurangnya partisipasi dari pedagang dalam membuang sampah pada tempat sampah. Pihak pengelola pasar sebaiknya membuat peraturan tentang kebersihan pasar agar pedagang tidak membuang sampah di depan kios dan memberikan sanksi kepada pedagang apabila melanggarnya dan perlu adanya bimbingan, arahan, maupun informasi kepada pedagang tentang kesehatan dan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.

(16)

ABSTRACT

Market is a big source of waste as by product of buying and selling activities that produce the waste that unusable, uncomforted and disposed and did not occurred by itself.

This research aims to study the waste treatment and participation of the trader in build a clean environment in basement of Pasar Petisah (market) of Medan.

This research is a descriptive survey that conducted at basement of Pasar Petisah Medan in 2012 in which the data was collected through observation and interview using questionnaire to 64 respondents.

The results of research indicates that of 64 respondents, there are 33 (51.6%) who have waste container and 31 respondent (48.4%) have not waste container. The waste treatment based on storage of waste indicators is classified into did not fulfill the health requirement category, the collecting of waste in fulfill the health requirement category, while transportation and waste treatment in fulfill the health requirement category. The participation of the trader in supply the waste container is classified into medium category (51.6%), disposal of waste in medium category (56.3%), the payment of waste retribution in good category (100%) and cleaning rule is in good category (93.8%).

The waste treatment at basement of pasar petisah already fulfill the health requirement and still deficient the participation from respondents did dispose the waste in the available waste container. The management of market must enforce a rule about the market cleaning to enforce the trader did not dispose the waste in the front of their kiosk and provide them with sanction if violate the rule and it must to increase the participation of the traders by provide them with guide, direction and information about sanitation and waste treatment that fulfill the health requirement.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia karena sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan dapat meningkatkan daya

saing manusia. (Depkes RI, 2010).

Menurut undang-undang republik Indonesia no. 18 tahun 2008 yang dimaksud

dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses alam yang berbentuk padat.

Sedangkan menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 33 tahun 2010

sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis

sampah rumah tangga. Sedangkan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan, dan penanganan sampah.

Keadaan ini terjadi di pasar tradisional sebagai salah satu wadah

perekonomian sebagian besar masyarakat perkotaan. Aktivitas yang ada baik itu jual

(18)

Menurut Mahendra MS (2008), Meningkatnya aktivitas pasar menyebabkan

penampilan pasar semrawut, kumuh, kurangnya sarana penerangan, tidak tersedianya fasilitas air bersih yang memadai sehingga tidak ada proses pembersihan komoditi, tidak higenis, tidak tersedianya Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang

memadai, sarana jalan sempit dan peredaran barang di dalam pasar juga sulit dan kurang nyaman.

Pengelolaan sampah di pasar juga dipengaruhi oleh partisipasi pedagang. Saat ini dapat kita lihat masih kurangnya kesadaran dari pedagang untuk berperan aktif dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan yang lebih baik agar

dapat meningkatkan partisipasi pedagang, sehingga dengan kesadaran sendiri para pedagang dapat menjaga kebersihan lingkungannya. Oleh karena itu, pengelolaan

sampah sangat tergantung pada kerjasama dan kesadaran setiap rumah tangga, swasta, dan pihak pemerintah untuk berpartisipasi dalam mengumpulkan, membawa dan menimbun sampah dengan koordinasi dan pengaturan tempat pembuangan

sampah yang baik.

Menurut Zulkarnaini, (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

pedagang antara lain: faktor internal, faktor eksternal, dan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah.

Faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam

pengelolaan sampah di pasar, meliputi pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, dan pengetahuan tentang sampah. Faktor eksternal berkaitan dengan konsep

(19)

dinilai tidak berhasil. Untuk itu diperlukan faktor eksternal yang nantinya akan

mendukung partisipasi tersebut. Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah meliputi kebiasaan mengumpulkan sampah dagangan, menegur orang membuang sampah sembarangan, memberikan gagasan untuk kegiatan kebersihan, kehadiran

pada rapat/pertemuan untuk membicaran masalah kebersihan, membayar retribusi sampah pasar, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kondisi kebersihan

sampah di tempat berusaha, menyediakan tempat sampah sementara sendiri, bersama pedagang lain bekerjasama mengatasi masalah sampah, dan melakukan evaluasi bersama terhadap kebersihan di lingkungan sekitar mereka. (Zulkarnaini, 2009)

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los,

dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar. (Adhyzal, 2003).

Diperkirakan ada 13.450 pasar di seluruh Indonesia, dengan jumlah pedagang sekitar 12,6 juta orang dan sekitar 15 juta orang tergantung hidupnya dari aktifitas

pasar, sedangkan untuk pasar tradisional yang ada di Kota Medan berdasarkan data perusahaan daerah pasar kota Medan pada tahun 2008 terdapat kurang lebih 52 pasar tradisional, dimana sekitar 30 pasar dikelola oleh PD Pasar dan selebihnya dikelola

oleh pihak swasta. Pasar tradisional menopang pertumbuhan bisnis sebesar 21,1 persen. Pertumbuhan ini mencakup nilai penjualan Rp 95,3 triliun untuk 54 produk

(20)

Semarang, dan Medan. Dari sisi frekuensi belanja pasar tradisional hanya mengalami

penurunan 1 persen atau dari kunjungan 190,5 kali menjadi 187,9 kali (Andrian, 2009).

Pasar Petisah merupakan salah satu pasar tradisional yang cukup terkenal di

pembeli, termasuk oleh para pelancong yang datang dari luar kota Medan. Para

pelancong tersebut biasanya membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang. Salah satu keistimewaan pasar ini terletak pada lokasinya yang berada di pusat kota Medan, sehingga memudahkan bagi pelancong untuk menjangkaunya. Di samping itu,

walaupun pasar ini terlihat besar seperti mal, setelah mengalami renovasi pada tahun 2000, tapi nuansa pasar tradisionalnya masih sangat terasa. (Anonimous, 2012).

Hasil pengamatan (observasi) pada tanggal 9 Juni 2012 yang penulis lakukan di basement pasar Petisah kota Medan, terlihat bahwa kondisi pasar yang tidak layak dikatakan sebagai pasar karena terletak di basement pasar, kondisi bangunan yang

tidak memenuhi syarat kesehatan, tata letak dagangan yang semrawutan, sampah yang berserakan, dan udara yang sangat pengap dan bau. Keadaan pada basement

pasar Petisah ini berbeda jauh dengan keadaan pada pasar Petisah tahap I dan tahap II lantai I karena berbedanya pengelola pasar. Pada pasar Petisah tahap I dan II lantai I pasar dikelola oleh PT. GKKS sedangkan pada basement dan lantai II pasar dikelola

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Keberadaan sampah dapat menimbulkan penyakit oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan sampah di basement pasar Petisah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement pasar Petisah

kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di basement pasar

Petisah kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang meliputi: penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan sampah yang dilaksanakan di basement pasar Petisah kota Medan

2. Untuk mengetahui partisipasi pedagang dalam menciptakan lingkungan bersih di basement pasar Petisah kota Medan

3. Untuk mengetahui pengelolaan sampah yang memenuhi syarat

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bermanfaat bagi pemerintah/instansi yang terkait agar meningkatkan upaya

penyehatan pengelolaan sampah

2. Bermanfaat bagi masyarakat maupun pedagang yang berjualan di basement pasar

(22)

3. Bermanfaat bagi penulis karena dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman

serta sebagai proses belajar bagi penulis dalam mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku perkuliahan selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Menurut undang-undang republik Indonesia No. 18 tahun 2008 yang

dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses alam yang berbentuk padat.

Sedangkan menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 33 tahun 2010 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis

sampah rumah tangga.

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi

oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau

sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) sampah diartikan sebagai sesuatu bahan padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang secara

saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. (Kusnoputranto, 1986). Sampah ialah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan

(24)

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,

atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Chandra, 2007)

Sampah merupaka

suat dalam

produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konse Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. (anonimous, 2012)

Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau kegiatan

manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan yang baik.

2.2 Pengelolaan Sampah

1) Sampah yang berasal dari pemukiman 2.2.1 Sumber-Sumber Sampah

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa makanan, kertas/plastik pembungkus makanan, daun, dan lain-lain.

2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti: pasar, tempat hiburan,

(25)

3) Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar.

4) Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas,

kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya. 5) Sampah yang berasal dari industri

Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang, logam,

plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.

6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, dan sebagainya.

7) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai binatang, dan sebagainya.

1. Sampah alam

2.2.2 Jenis-Jenis Sampah

Sampah yang diproduksi di kehidupan alam diintegrasikan melalui proses

(26)

2. Sampah manusia

Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai

penyakit yang disebabkan ole 3. Sampah konsumsi

Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. 4.

Sampah menghasilka

dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas

5.

Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri,

pengolahan hasil bumi. 6.

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan.

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:

(Notoatmodjo, 2003) :

2.2.3 Pembagian Sampah Padat

(27)

a) Organik, mis: sisa makanan, daun, sayur, dan buah

b) An-organik, mis: logam, pecah belah, abu, dan lain-lain 2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

a) Mudah terbakar, mis: kertas, plastik, daun kering, kayu

b) Tidak mudah terbakar, mis: kaleng, besi, glas, dan lain-lain 3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk

a) Mudah membusuk, mis: sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya b) Sulit membusuk, mis: plastik, karet, kaleng, dan sebagainya

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

a) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan sering kali

menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya

b) Rubbish, terbagi menjadi dua:

i. Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, mis: kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya

ii. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, mis: kaca, kaleng, dan sebagainya

c) Ashes, semua sisa pembakaran dari industri

d) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia

(28)

f) House hold refuse, atau sampah campuran (mis: garbage, ashes, rubbish)

yang berasal dari perumahan

g) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan

h) Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung

Contructions waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu

i) Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri

j) Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair

k) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan

demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan

lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus

terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain

sebagainya.

(29)

Techobanonglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan

sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai

dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan

lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat.

Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan.

Gbr. 2.1 Tahap pengelolaan sampah modern (Sumber : Cunningham, 2004)

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkuta

pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya

dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya

Produk Digunakan Dibuang Sampah

Pengolahan tahap akhir : - Sanitary landfill

(penimbunan berlapis) - Incenaration

(pembakaran) - Open dumping

Pengolahan tahap awal : - Reduce (mengurangi) - Reuse (menggunakan kembali

(30)

alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan

metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. (Anonimous, 2012) Menurut Sudarsono (1985) unsur-unsur pokok utama dalam pengelolaan sampah (elemen/bagian) dan hubungan fungsi dari setiap elemen dan bagaimana

urgensinya masing-masing unsur tersebut agar memecahkan masalah secara efisien. Unsur-unsur pokok/elemen fungsional seperti dibawah ini berikut penjelasannya:

Gbr. 2.2 Hubungan elemen dalam sistem pengelolaan sampah

Sumber: Tchobanonglous et al. solid wastws engineering principle and management

issue, New York Mc. Graw Hill book Company, 1977. Proses yang

menghasilkan sampah

Penyimpanan

Pengumpulan

Pengolahan dan pemanfaatan kembali Pengangkutan

(31)

1. Proses yang menghasilkan sampah

Pengelolaan dalam tahap ini sulit dilaksanakan, karena dipengaruhi oleh individu ataupun lokasi dimana suatu proses tersebut sewaktu menghasilkan sampah. Dari pandangan ekonomi saat proses sampah dihasilkan adalah saat yang sangat tepat

untuk memisahkan antara bagian jenis sampah dengan maksud agar sampah yang masih dapat dimanfaatkan kembali dapat dipisahkan dari sampah yang harus dibuang,

misalnya: kertas,kaleng,botol,dan sampah lainnya. 2. Penyimpanan sampah sementara

Dalam pengelolaan sampah, maka sampah yang ditampung sementara (kios

dan loods) merupakan unsur yang terpenting hubungannya dengan masyarakat sekitar, sebab penempatan sampah yang jelek pada setiap rumah akan menarik

serangga dan tikus dan menimbulkan gangguan bau dan pandangan yang kurang sedap. Setiap pedagang perlu memperhatikan penempatan atau penyimpanan sampah pada tahap ini sangat baik bila setiap pedagang dapat membungkus sampah dalam

plastik sebelum ditempatkan dalam bak sampah.

Tempat penyimpanan/bak sampah harus memenuhi syarat antara lain: tidak

berkarat, kedap air, tertutup, mudah dibersihkan, tidak mudah rusak, berkualitas tinggi, dan alasnya harus dijaga supaya tidak mudah berlubang.

3. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah yang dimaksud disini bukan sekedar pengumpulan sampah saja tetapi juga mengangkat sampah dari kios dan loods ke tempat

(32)

sampah, pengumpulan paling banyak memakan biaya, kurang lebih 80% dari semua

dana pengelolaan.

4. Pengangkutan sampah

Pengangkutan sampah dalam pengertian ini adalah pemindahan sampah (dari

tempat sampah sementara/pengumpulan) ke tempat pembuangan akhir dengan kendaraan yang relatif lebih besar. Unsur pengangkutan ini penting sekali.

5. Pengelolaan dan pemanfaatan kembali

Dalam pengertian ini bahwa sampah diambil kembali oleh pemulung ataupun pencari garbage untuk dijadikan makanan lemak untuk energi.

6. Pembuangan akhir

Elemen fungsional yang terakhir pada sistem pengelolaan sampah adalah

pembuangan akhir. Kegiatan pada tahap ini adalah menampung seluruh sampah baik yang berasal dari rumah tangga, tempat umum, industri, maupun dari tempat-tempat pengolahan dan pemanfaatan kembali. Bahan-bahan yang terbuang betul-betul

bahan yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi dan harus dibuang.

2.2.4.1 Tujuan Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:

1) menguba

2) mengolah sampah agar menjadi

lingkungan hidup.

2.2.4.2 Cara-Cara Pengelolaan Sampah

(33)

a) Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Pengumpulan sampah dimulai di tempat sumber dimana sampah tersebut dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah tersebut diangkut dengan alat angkut sampah. Sebelum sampai ke tempat pembuangan kadang-kadang perlu adanya suatu

tempat penampungan sementara. Dari sini sampah dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien, misalnya dari gerobak ke truk atau dari gerobak ke truk

pemadat.

Adapun Syarat tempat sampah yang di anjurkan :

1) Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor.

2) Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah dibersihkan.

3) Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang.

Sedangkan syarat kesehatan tempat pengumpulan sampah sementara (Mubarak dan Chayatin, 2009) :

1) Terdapat dua pintu : untuk masuk dan untuk keluar 2) Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari

3) Tidak terletak pada daerah rawan banjir

4) Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung sampah untuk tiga hari.

5) Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat. 6) Harus ada kran air untuk membersihkan.

7) Tidak menjadi perindukan vektor.

(34)

b) Pemusnahan dan Pengolahan Sampah

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:

a) Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah

yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.

b) Incineration

Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan

cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.

c) Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan

bahan berupa kompos atau pupuk. d) Hot feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misal: babi). Perlu diingat

(35)

e) Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik.

f) Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau

tempat sampah.

g) Dumping in water

Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran

pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir. h) Individual inceneration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama di daerah pedesaan.

i) Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau di daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara lain: plastik,

gelas, kaleng, besi, dan sebagainya. j) Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis

(36)

k) Salvaging

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.

2.2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah

Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena berbagai hal :

1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan

2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan

pengetahuan tentang persampahan

3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang

termasuk bidang persampahan

4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak populasi vector

pembawa penyakit seperti lalat dan tikus

5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas juga

ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah

6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan

(37)

7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai

sebagai tempat pembuangan sampah

8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan

9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang

semakin panas.

10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kebersihan

11. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah

12. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang memperhatikan faktor non teknis dan non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang

hidup sehat dan bersih.

2.2.4.4 Persyaratan kesehatan pengolahan sampah

Berdasarkan SK Dirjen PPM dan PLP Depkes RI 1989, bahwa persyaratan

kesehatan pengolahan sampah adalah sebagai berikut: 1. Penampungan atau pewadahan sampah

a) Setiap sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat sampah

b) Sampah-sampah yang cepat busuk dan berbau sebelum ditampung ditempat sampah agar dimasukkan dalam kantong kedap air dan di ikat

c) Tempat-tempat sampah yang dipakai untuk menampung sampah besar harus: 1) Terbuat dari bahan yang kedap air, tak mudah dilubangi tikus dan

(38)

2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa pengotoran

tangan

3) Mudah diisi dan dikosongkan

d) Tempat sampah berupa bak beton permanen terutama di pemukiman tidak

dianjurkan

e) Menampung sampah di tempat sampah, tidak boleh melebihi 3x24jam (3 hari)

f) Tidak diperkenankan membiarkan sampah yang dapat menampung air menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengerat

g) Bila kepadatan tempat sampah melebihi 2 ekor per blok grill perlu dilakukan

pemberantasan dan perbaikan pengelolaan sampahnya 2. Pengelolaan sampah setempat (pola individual)

a) Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan sampah yang dilakukan pada sumber penghasil sampah, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Hanya dilakukan pada pemukiman yang kepadatannya kurang dari 50 jiwa/Ha

2) Bila dilakukan pembakaran, asap dan debu yang dihasilkan tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya b) Bila sampah yang dihasilkan ditimbun atau ditanam pada lubang galian tanah,

jaraknya terhadap sumur atau sumber air bersih terdekat minimal 10 meter c) Sampah-sampah yang berupa battery bekas dan bekas wadah bahan berbahaya

(39)

3. Pengumpulan sampah

a) Tidak diperbolehkan mengumpulkan sampah di luar bangunan tempat pengumpulan sampah sementara

b) Tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) harus kedap air, tertutup, dan

selalu dalam keadaan tertutup bila tidak sedang diisi atau dikosongkan serta mudah dibersihkan

c) Penempatan tempat pengumpulan sampah sementara:

1) Tidak berupa sumber bau dan lalat dari rumah terdekat 2) Dihindarkan sampah masuk dalam saluran air

3) Tidak terletak pada tempat yang mudah terkena luapan air atau banjir d) Pengosongan sampah di TPS harus dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu)

hari

e) Bila TPS berupa stasiun pemindahan (transfer station) dimana dilakukan proses pemadatan sampah ditempat tersebut, maka:

1) Tidak merupakan sumber bau dan lalat dirumah terdekat 2) Dihindarkan sampah tidak masuk dalam saluran air

3) Tidak terletak pada daerah yang mudah terkena luapan air atau banjir f) Harus diadakan pengamanan terhadap leachate

g) Bila tempat tersebut tingkat kepadatan lalatnya lebih dari 20 ekor per blok

grill atau tikus terlihat pada siang hari. Harus dilakukan pengendaliannya h) Bila TPS berupa area atau lokasi untuk pemindahan sampah (transfer depo)

(40)

1) Pengosongan sampah harus dilakukan segera mungkin dan tidak

diperbolehkan menginap

2) Lokasi tersebut terjaga kebersihannya 4. Pengangkutan sampah

a) Alat pengangkut sampah harus mempunyai wadah yang mudah dibersihkan bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup

b) Setiap keluar dari TPA sampah, semua kendaraan pengangkut sampah selalu dalam keadaan bersih

c) Petugas yang mengangkut sampah harus menggunakan perlengkapan kerja

sebagai berikut:

1) Pakaian kerja khusus, sarung tangan yang terbuat dari bahan

neopherene, masker, topi pengaman serta boot/lars 5. Pengolahan sampah

a) Lokasi pengolahan sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, dan binatang pengerat bagi pemukiman terdekat

2) Tidak menimbulkan pencemaran bagi sumber baku air minum 3) Tidak terletak pada daerah yang mudah terkena luapan air atau banjir b) Tehnik pengolahan

Bila pengolahan sampah adalah pembakaran secara tertutup (insenarasi) maka:

(41)

2) Dalam hal-hal tersebut dimana populasi lalat telah melampaui 20 ekor

per blok grill atau keberadaannya cukup mengganggu, harus dilakukan pengendaliannya

Bila pengelola sampah untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali,

maka:

1) Pengumpulan dan penumpukan sampah yang dapat didaur ulang tidak

merupakan perindukan serangga dan binatang pengerat serta memperhatikan prinsip estetika

2) Dalam proses pemisahan, dihindarkan terjadinya kecelakaan

3) Hasil akhir pendaur ulangan sampah tidak membahayakan kesehatan masyarakat

Bila pengolahan sampah untuk pembuatan pupuk kompos, maka:

1) Pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan pupuk dan proses pematangan pupuk tidak merupakan tempat perindukan

serangga dan binatang pengerat serta memperhatikan prinsip estetika 2) Air bekas pencucian alat dan leachate harus diamankan agar tidak

menimbulkan masalah pencemaran 6. Pembuangan akhir sampah

a) Lokasi untuk tempat pembuangan akhir harus memenuhi ketentuan sebagai

berikut:

1) Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang

(42)

2) Tidak merupakan sumber pencemaran bagi sumber air baku untuk

minum, dan jarak sedikitnya 200 meter atau lebih tergantung dari struktur geologi setempat serta jenis sampahnya

3) Tidak terletak pada daerah banjir

4) Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi

5) Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek

estetika terhadap jalan besar atau umum

6) Jarak terhadap bandar udara tidak kurang dari 5 km b) Pengolahan sampah di TPA

1) Agar dilakukan upaya agar lalat, nyamuk, tikus, kecoak tidak berkembang biak dan tidak menimbulkan bau

2) Memilki drainase yang baik dan lancer

3) Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencernaan

4) TPA yang dipergunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di kantor

pemerintah daerah

5) Dalam hal-hal tertentu dimana posisi lalat melebihi 20 ekor per blok grill atau tikus terlihat pada siang hari atau ditemukan nyamuk aedes,

harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengolahan sampah

(43)

kerja dan pakaian kerja khusus yang harus dipakai oleh petugas yang terlibat

dalam pengolahan sampah

d) Pada setiap TPA sampah harus tersedia alat pemadam kebakaran baik berupa tabung pemadam kebakaran maupun hydran

e) Pada ruang kantor TPA harus tersedia perlengkapan P3K

f) Pada setiap TPA harus tersedia fasilitas untuk mencuci kendaraan

pengangkutan sampah

g) TPA sampah setelah tidak dipergunakan lagi sebagai tempat pembuangan sampah:

1) Tidak boleh dipergunakan sebagai lokasi pemukiman

2) Tidak diperkenankan mengambil air dari tempat tersebut untuk

keperluan sehari-hari

2.2.4.5 Pengomposan

Kompos merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik sehingga

berubah bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga

mikroorganisme dapat aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan (Santoso, 2009).

Usaha pengomposan sampah kota memiliki beberapa manfaat yang dapat ditinjau baik dari segi teknologi, ekonomi, lingkungan maupun kesehatan.

(44)

1. Teknik pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari proses yang mudah

dengan menggunakan peralatan yang sederhana sampai dengan proses yang canggih dengan peralatan modern

2. Secara teknis, pembuatan kompos dapat dilakukan secara manual sehingga modal

yang dibutuhkan relatif murah atau secara masinal (padat modal) untuk mengejar skala produksi yang tinggi

Dari segi ekonomi, pembuatan kompos dapat memberikan manfaat secara ekonomis, yaitu :

1. Pengomposan dapat mengurangi jumlah sampah sehingga akan mengurangi biaya

operasinal pemusnahan sampah

2. Tempat pengumpulan sampah akhir dapat digunakan dalam waktu yang lebih

lama, karena sampah yang dikumpulkan berkurang. Dengan demikian akan mengurangi investasi lahan TPA

3. Kompos dapat memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini

berarti kompos memiliki nilai kompetitif dan ekonomis yang berarti kompos dapat dijual

4. Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaannya

Dari segi kesehatan, manfaat kesehatan yang diperoleh dari proses pembuatan

kompos adalah :

1. Pengurangan tumpukan sampah akan menciptakan lingkungan yang bersih dan

(45)

2. Proses pengomposan berjalan pada suhu yang tinggi sehingga dapat mematikan

berbagai macam sumber bibit penyakit yang ada pada sampah (Santoso, 2009).

2.3 Hubungan Sampah dengan Kesehatan Masyarakat

Menurut Suprapto, (2005) Kesehatan seseorang maupun masyarakat

merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat. Sampah bila dapat diamankan tidak menjadi

potensi-potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Sampah yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan lingkungan, sehingga mempunyai dampak terhadap kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik ini akan menjadi

bermacam-macam fungsinya, antara lain: 1. Sebagai sarana penularan penyakit

Hal ini timbul karena sampah basah (garbage) dapat menjadi tempat bersarangnya (breeding places) dan berkembang biaknya dari bermacam-macam vektor penularan penyakit. Vektor tersebut adalah: lalat, kecoak, tikus,

dan nyamuk. Lalat dan kecoak merupakan vektor penularan penyakit saluran pencernaan (perut) seperti: disentri basiller, disentri amoeba, cholera, thypus

abdominalis, diare karena bakteri, dsb. Nyamuk merupakan vektor penularan penyakit demam berdarah (DHF), Elephantiasis (kaki gajah), dan malaria. Tikus merupakan vektor penularan penyakit pes. Di samping penyakit infeksi

saluran pencernaan/perut, di dalam tumpukan sampah basah (garbage) kadang-kadang mengandung telur-telur cacing (cacing Trichinella spiralis,

(46)

selain itu, dampak dari pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat

keamanan lingkungan dan kesehatan, misalnya membuang sampah secara sembarangan, akan mengakibatkan pencemaran lingkungan yang meliputi pencemaran tanah, air, dan udara.

2. Secara fisik sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat mengganggu kelancaran lalu lintas, terutama sampah yang teronggok di pinggir jalan atau

di sudut-sudut persimpangan jalan. Sampah yang demikian akan mengganggu kenyamanan atau keindahan (estetika).

2.4 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan Menurut Chandra (2007), Pengelolaan sampah disuatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruh tersebut

antara lain:

2.4.1 Pengaruh Positif

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan

dataran rendah.

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat

(47)

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat

7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat 8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan

suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.

2.4.2 Pengaruh Negatif

1. Pengaruh terhadap kesehatan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus

b) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya

2. Pengaruh terhadap lingkungan

a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata

b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan

gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk

c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya

kebakaran yang lebih luas

3. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial

budaya masyarakat setempat

b) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar

(48)

c) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas

yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa

2.5 Pasar

2.5.1 Pengertian Pasar

Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya (

Pasar dalam arti yang sempit adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. Sedangkan dalam pengertian

secara luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang menggunakan uang untuk

membeli barang dengan harga tertentu (Adhyzal, 2003).

William J. Stanton

(1993:92)).

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk

orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari

perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan

setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak.

(49)

Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau

tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang. (Anonimous, 2012)

Ada beberapa syarat terjadinya suatu pasar, antara lain sebagai berikut : a. Ada tempat untuk berniaga.

b. Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan. c. Terdapat penjual barang tertentu.

d. Adanya pembeli barang.

e. Adanya hubungan dalam transaksi jual beli.

2.5.2 Klasifikasi Pasar

Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk

melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh

pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Namun ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual buahbuahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual

sayur-mayur (Adhyzal, 2003).

Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai

(50)

pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam

barang yang dijual (Adhyzal, 2003). 1) Berdasarkan manajemen pengelolaan a) Pasar tradisional.

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los,

dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.

b) Pasar modern.

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan

koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli

sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.

2) Berdasarkan manajemen pelayanan. a) Pasar swalayan (supermarket).

Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan

masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barangbarang yang dijual barang kebutuhan

(51)

b) Pertokoan (shopping centre).

Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret

di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga

dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa. c) Mall/plaza/supermall.

Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran,

gedung bioskop, dan seterusnya.

3) Berdasarkan jumlah barang yang dijual.

a) Pasar eceran.

Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima,

pedagang asongan, dan sebagainya. b) Pasar grosir.

Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contoh:

(52)

2.5.3 Sanitasi Pasar a) Pembagian Tata Ruang

Untuk menjamin sanitasi pasar, faktor yang penting adalah pembagian tata ruang yang sesuai dengan peruntukannya. Hal ini sangat perlu, sebab tempat

berjualan ikan/daging tidak berdekatan dengan rumah makan/waung ataupun kios pakaian. Yang paling menonjol dalam hal pembagian tata ruang pasar adalah faktor

estetika. (Mukono, 2005) b) Klasifikasi barang dagangan

Agar memudahkan pengumpulan sampah di pasar, maka klasifikasi barang

dagangan sangat penting. Dagangan yang banyak mengeluarkan sampah (buah-buahan sebaiknya di klasifikasikan dagangan yang mengeluarkan sampah, seperti

halnya dengan kelapa dan sayuran. Meletakkan warung yang memakai kompor/api berjauhan dengan dagangan-dagangan yang mudah terbakar (flameable substance), misalnya kain dan barang kelontong. Dengan alasan-alasan seperti tersebut di atas,

maka pembagian tata ruang dan klasifikasi barang dagangan sangat perlu. (Mukono, 2005).

c) Tempat Sampah Sementara

Hal ini diperlukan agar pedagang bisa membuang sampah dengan cukup mudah tanpa meninggalkan terlalu jauh barang dagangannya. Jadi tidak ada alasan

para pedagang membuang sampah di sembarang tempat karena tidak ada tempat sampah sementara. Tempat sampah sementara tersebut sangat vital, karena berfungsi

(53)

d) Pengolahan sampah

1) Setiap kios/lorong/los tersedia tempat sampah basah dan kering,

2) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, kuat tertutup dan mudah dibersihkan,

3) Tersedia alat pengangkut sampah yang kuat dan mudah dibersihkan,

4) Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang kuat, kedap air,

mudah dibersihkan dan mudah dijangkau,

5) TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit,

6) TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari

bangunan pasar,

7) Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam (Mubarak dan Chayatin, 2009).

e) Saluran Untuk Limbah Cair

Saluran di pasar sangat penting untuk: 1) Estetika

2) Kebersihan 3) Kenyamanan

Saluran berfungsi untuk pembuangan benda cair yang terutama berasal dari kios daging, ikan, dan warung. Saluran di dalam pasar harus dikontrol agar para pedagang tidak membuang sampah seenaknya saja di got/saluran air. Dengan

demikian para pedagang akan menggunakan semua fasilitas seperti sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada

(54)

Pentingnya pendidikan kesehatan tersebut antara lain:

1. Pedagang menggunakan fasilitas kesehatan di pasar seperti sebagaimana seharusnya.

2. Pedagang mengerti akibat dari tidak dilakukannya aturan-aturan tentang

kebersihan/kesehatan.

3. Pedagang mengerti bahwa beberapa penyakit dapat disebabkan oleh vektor (tikus,

kecoak, lalat, nyamuk).

4. Para pedagang agar menyadari bahwa membuang sampah (khususnya puntung rokok) yang apinya masih hidup sangat berbahaya.

2.6 Teori Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi orang-orang dalam situasi

kelompok yang mendorong mereka untuk menyumbangkan pada tujuan-tujuan kelompok dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. (Davis dan Newstrom, 1993)

Menurut Mubyarto yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi adalah tindakan mengambil bagian dalam kegiatan, sedangkan partisipasi masyarakat adalah

keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di mana masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.

Menurut Sulaiman yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam

(55)

dalam dan atau di luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran tanggung

jawab sosialnya.

Sedangkan menurut Usman yang dikutip oleh Soedjono (1990) mengemukakan bahwa ada dua unsur pokok mengapa partisipasi itu penting.

Pertama, alasan etnis, yaitu dalam arti pembangunan demi manusia berpartisipasi sebagai subjek, bukan mejadi objek. Kedua, alasan sosiologis, yaitu bila

perkembangan diharapkan berhasil dalam jangka panjang, ia harus menyertakan sebanyak mungkin orang, kalau tidak pembangunan pasti macet.

Menurut Isbandi yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi

masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan

tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Menurut Mikkelsen yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) dalam mendefenisikan partisipasi, Mikkelsen membaginya ke dalam 6 bagian yaitu :

(1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;

(2) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;

(56)

(4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang

atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;

(5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf

yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;

(6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Conyers (1991) memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi

masyarakat dalam pembangunan, yaitu:

(1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal,

(2) Masyarakat mempercayai program pembangunan jika dilibatkan dalam proses

persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek tersebut,

(3) Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan.

Dari beberapa defenisi partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh

beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah sesuatu melibatkan masyarakat bukan hanya kepada proses

(57)

dan pengembangan dari pelaksanaan program tersebut, termasuk menikmati hasil dari

pelaksanaan program tersebut.

Lebih lanjut secara sederhana partisipasi masyarakat adalah keterlibatan seseorang (individu) atau sekelompok masyarakat secara sukarela, dalam suatu

kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai kepada proses pengembangan kegiatan atau program tersebut.

2.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pedagang

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pedagang menurut Zulkarnaini, (2009) adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam

pengelolaan sampah di pasar, meliputi pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, dan pengetahuan tentang sampah.

a) Pendidikan

Salah satu tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dalam berpartisipasinya ditentukan oleh tingkat pendidikan.

b) Penghasilan

Penghasilan pedagang dibagi menjadi dua kelompok yaitu pendapatan bersih dari usaha dan pendapatan sampingan.

c) Kepedulian terhadap Sampah

Kepedulian terhadap sampah meliputi pemisahan bentuk sampah (antara

(58)

dahulu dikumpulkan pada wadah kantong plastik atau keranjang bambu,

kemudian diangkut dengan truk. d) Pengetahuan tentang Sampah

Pengetahuan tentang sampah meliputi jenis sampah, cara pengolahan dan

pemanfaatan sampah, dampak dari sampah terhadap kesehatan, dan dampak dari sampah terhadap lingkungan

2. Partisipasi Pedagang Dalam Pengelolaan Sampah

Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah meliputi kebiasaan

mengumpulkan sampah dagangan, menegur orang membuang sampah sembarangan,

memberikan gagasan untuk kegiatan kebersihan, kehadiran pada rapat/pertemuan untuk membicaran masalah kebersihan, membayar retribusi sampah pasar,

membuang sampah pada tempatnya, menjaga kondisi kebersihan sampah di tempat berusaha, menyediakan tempat sampah sementara sendiri, bersama pedagang lain bekerjasama mengatasi masalah sampah, dan melakukan evaluasi bersama terhadap

(59)

2.7 Kerangka Konsep

Sistem Pengelolaan Sampah Pasar:

1. Penyimpanan sampah 2. Pengumpulan

sampah 3. Pengangkutan

sampah 4. Pengolahan

Partisipasi Pedagang : 1. Penyediaan tempat

sampah 2. Pembuangan

sampah 3. Pembayaran

retribusi 4. Peraturan

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu untuk

mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement pasar Petisah kota

Medan tahun 2012, dengan menggunakan teknik survey dan observasi.

3.2 Lokasi dan Waktu Pe

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi pedagang berdasarkan lama berdagang di basement pasar
Tabel 4.2 Distribusi pedagang berdasarkan jenis dagangan di basement pasar  petisah Medan
Tabel 4.3 Distribusi pedagang berdasarkan waktu berdagang setiap harinya
Tabel 4.4 Hasil observasi sistem pengelolaan sampah di basement Pasar Petisah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui sistem pengelolaan sampah di Pasar Pringgan Kota Medan, (2) Mengetahui perilaku pedagang dalam mengatasi permasalahan sampah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar Bauntung Banjarbaru Jenis

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem Pengelolaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis sampah di Pasar Dwikora

jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali. c) Untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. d) Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan

Tempat Penyimpanan sampah yang dimiliki oleh Pedagang di Pasar Dwikora. berupa keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus, karung

Apakah Dinas Pasar sudah menyediakan perwadahan sampah yang terpisaha. antara sampah organik

Perencanaan teknis pengelolaan sampah terdiri dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah dan pengolahan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu