BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Menurut undang-undang republik Indonesia No. 18 tahun 2008 yang
dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses
alam yang berbentuk padat.
Sedangkan menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 33 tahun 2010
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis
sampah rumah tangga.
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi
oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI)
sampah diartikan sebagai sesuatu bahan padat yang terjadi karena berhubungan
dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang secara
saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. (Kusnoputranto, 1986).
Sampah ialah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. (Chandra, 2007)
Sampah merupaka
suat
dalam
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konse
Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. (anonimous, 2012)
Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah
adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau kegiatan
manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara saniter yaitu
dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan yang baik.
2.2 Pengelolaan Sampah
1) Sampah yang berasal dari pemukiman
2.2.1 Sumber-Sumber Sampah
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa makanan, kertas/plastik
pembungkus makanan, daun, dan lain-lain.
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti: pasar, tempat hiburan,
terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik,
3) Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan
mudah terbakar.
4) Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas,
kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya.
5) Sampah yang berasal dari industri
Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang, logam,
plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.
6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami,
sisa sayur-mayur, dan sebagainya.
7) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai
binatang, dan sebagainya.
1. Sampah alam
2.2.2 Jenis-Jenis Sampah
Sampah yang diproduksi di kehidupan alam diintegrasikan melalui proses
2. Sampah manusia
Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai
penyakit yang disebabkan ole
3. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna
barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah.
4.
Sampah
menghasilka
dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang
tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya
bekas
5.
Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri,
pengolahan hasil bumi.
6.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan.
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:
(Notoatmodjo, 2003) :
2.2.3 Pembagian Sampah Padat
a) Organik, mis: sisa makanan, daun, sayur, dan buah
b) An-organik, mis: logam, pecah belah, abu, dan lain-lain
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar
a) Mudah terbakar, mis: kertas, plastik, daun kering, kayu
b) Tidak mudah terbakar, mis: kaleng, besi, glas, dan lain-lain
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
a) Mudah membusuk, mis: sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya
b) Sulit membusuk, mis: plastik, karet, kaleng, dan sebagainya
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
a) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai
dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan sering kali
menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat
pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya
b) Rubbish, terbagi menjadi dua:
i. Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, mis: kertas,
kayu, karet, daun kering, dan sebagainya
ii. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, mis:
kaca, kaleng, dan sebagainya
c) Ashes, semua sisa pembakaran dari industri
d) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau
manusia
e) Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya)
f) House hold refuse, atau sampah campuran (mis: garbage, ashes, rubbish)
yang berasal dari perumahan
g) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan
h) Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung
Contructions waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung,
seperti tanah, batu, dan kayu
i) Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri
j) Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya
berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair
k) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus
seperti kaleng dan zat radioaktif
Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah
sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan
demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga
hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan
lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak
menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak
menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus
terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah,
tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain
sebagainya.
Techobanonglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan
sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap
penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai
dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik
(engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan
lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat.
Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari
3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan.
Gbr. 2.1 Tahap pengelolaan sampah modern
(Sumber : Cunningham, 2004)
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkuta
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
Produk Digunakan Dibuang Sampah
Pengolahan tahap akhir :
- Sanitary landfill
(penimbunan berlapis)
- Incenaration
(pembakaran)
- Open dumping
Pengolahan tahap awal :
- Reduce (mengurangi)
- Reuse (menggunakan
kembali
- Recycle (mendaur
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. (Anonimous, 2012)
Menurut Sudarsono (1985) unsur-unsur pokok utama dalam pengelolaan
sampah (elemen/bagian) dan hubungan fungsi dari setiap elemen dan bagaimana
urgensinya masing-masing unsur tersebut agar memecahkan masalah secara efisien.
Unsur-unsur pokok/elemen fungsional seperti dibawah ini berikut penjelasannya:
Gbr. 2.2 Hubungan elemen dalam sistem pengelolaan sampah
Sumber: Tchobanonglous et al. solid wastws engineering principle and management
issue, New York Mc. Graw Hill book Company, 1977. Proses yang
menghasilkan sampah
Penyimpanan
Pengumpulan
Pengolahan dan pemanfaatan kembali Pengangkutan
1. Proses yang menghasilkan sampah
Pengelolaan dalam tahap ini sulit dilaksanakan, karena dipengaruhi oleh
individu ataupun lokasi dimana suatu proses tersebut sewaktu menghasilkan sampah.
Dari pandangan ekonomi saat proses sampah dihasilkan adalah saat yang sangat tepat
untuk memisahkan antara bagian jenis sampah dengan maksud agar sampah yang
masih dapat dimanfaatkan kembali dapat dipisahkan dari sampah yang harus dibuang,
misalnya: kertas,kaleng,botol,dan sampah lainnya.
2. Penyimpanan sampah sementara
Dalam pengelolaan sampah, maka sampah yang ditampung sementara (kios
dan loods) merupakan unsur yang terpenting hubungannya dengan masyarakat
sekitar, sebab penempatan sampah yang jelek pada setiap rumah akan menarik
serangga dan tikus dan menimbulkan gangguan bau dan pandangan yang kurang
sedap. Setiap pedagang perlu memperhatikan penempatan atau penyimpanan sampah
pada tahap ini sangat baik bila setiap pedagang dapat membungkus sampah dalam
plastik sebelum ditempatkan dalam bak sampah.
Tempat penyimpanan/bak sampah harus memenuhi syarat antara lain: tidak
berkarat, kedap air, tertutup, mudah dibersihkan, tidak mudah rusak, berkualitas
tinggi, dan alasnya harus dijaga supaya tidak mudah berlubang.
3. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah yang dimaksud disini bukan sekedar pengumpulan
sampah saja tetapi juga mengangkat sampah dari kios dan loods ke tempat
sampah, pengumpulan paling banyak memakan biaya, kurang lebih 80% dari semua
dana pengelolaan.
4. Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampah dalam pengertian ini adalah pemindahan sampah (dari
tempat sampah sementara/pengumpulan) ke tempat pembuangan akhir dengan
kendaraan yang relatif lebih besar. Unsur pengangkutan ini penting sekali.
5. Pengelolaan dan pemanfaatan kembali
Dalam pengertian ini bahwa sampah diambil kembali oleh pemulung ataupun
pencari garbage untuk dijadikan makanan lemak untuk energi.
6. Pembuangan akhir
Elemen fungsional yang terakhir pada sistem pengelolaan sampah adalah
pembuangan akhir. Kegiatan pada tahap ini adalah menampung seluruh sampah baik
yang berasal dari rumah tangga, tempat umum, industri, maupun dari
tempat-tempat pengolahan dan pemanfaatan kembali. Bahan-bahan yang terbuang betul-betul
bahan yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi dan harus dibuang.
2.2.4.1 Tujuan Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:
1) menguba
2) mengolah sampah agar menjadi
lingkungan hidup.
2.2.4.2 Cara-Cara Pengelolaan Sampah
Cara-cara pengelolaan sampah. antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo,
a) Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pengumpulan sampah dimulai di tempat sumber dimana sampah tersebut
dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah tersebut diangkut dengan alat angkut
sampah. Sebelum sampai ke tempat pembuangan kadang-kadang perlu adanya suatu
tempat penampungan sementara. Dari sini sampah dipindahkan dari alat angkut yang
lebih besar dan lebih efisien, misalnya dari gerobak ke truk atau dari gerobak ke truk
pemadat.
Adapun Syarat tempat sampah yang di anjurkan :
1) Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor.
2) Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah
dibersihkan.
3) Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang.
Sedangkan syarat kesehatan tempat pengumpulan sampah sementara (Mubarak
dan Chayatin, 2009) :
1) Terdapat dua pintu : untuk masuk dan untuk keluar
2) Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari
3) Tidak terletak pada daerah rawan banjir
4) Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung
sampah untuk tiga hari.
5) Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.
6) Harus ada kran air untuk membersihkan.
7) Tidak menjadi perindukan vektor.
b) Pemusnahan dan Pengolahan Sampah
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain:
a) Sanitary landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini,
pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah
yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di
ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat.
b) Incineration
Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan
cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas
pabrik.
c) Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik
oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan
bahan berupa kompos atau pupuk.
d) Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misal: babi). Perlu diingat
bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus)
e) Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air
limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang
baik.
f) Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau
tempat sampah.
g) Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran
pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
h) Individual inceneration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk
terutama di daerah pedesaan.
i) Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau di
daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara lain: plastik,
gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.
j) Reduction
Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis
garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan
k) Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas.
Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.
2.2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah
Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena
berbagai hal :
1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan memahami masalah persampahan
2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang persampahan
3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang
termasuk bidang persampahan
4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan
pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak populasi vector
pembawa penyakit seperti lalat dan tikus
5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas juga
ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak,
Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat
menjadi sampah
6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir (TPA)
sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan
7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai
sebagai tempat pembuangan sampah
8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan
9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang
semakin panas.
10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya dan memelihara kebersihan
11. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan
sampah dikelola oleh pemerintah
12. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang memperhatikan faktor
non teknis dan non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang
hidup sehat dan bersih.
2.2.4.4 Persyaratan kesehatan pengolahan sampah
Berdasarkan SK Dirjen PPM dan PLP Depkes RI 1989, bahwa persyaratan
kesehatan pengolahan sampah adalah sebagai berikut:
1. Penampungan atau pewadahan sampah
a) Setiap sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat sampah
b) Sampah-sampah yang cepat busuk dan berbau sebelum ditampung ditempat
sampah agar dimasukkan dalam kantong kedap air dan di ikat
c) Tempat-tempat sampah yang dipakai untuk menampung sampah besar harus:
1) Terbuat dari bahan yang kedap air, tak mudah dilubangi tikus dan
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa pengotoran
tangan
3) Mudah diisi dan dikosongkan
d) Tempat sampah berupa bak beton permanen terutama di pemukiman tidak
dianjurkan
e) Menampung sampah di tempat sampah, tidak boleh melebihi 3x24jam (3 hari)
f) Tidak diperkenankan membiarkan sampah yang dapat menampung air
menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengerat
g) Bila kepadatan tempat sampah melebihi 2 ekor per blok grill perlu dilakukan
pemberantasan dan perbaikan pengelolaan sampahnya
2. Pengelolaan sampah setempat (pola individual)
a) Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan
sampah yang dilakukan pada sumber penghasil sampah, harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Hanya dilakukan pada pemukiman yang kepadatannya kurang dari 50
jiwa/Ha
2) Bila dilakukan pembakaran, asap dan debu yang dihasilkan tidak
mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya
b) Bila sampah yang dihasilkan ditimbun atau ditanam pada lubang galian tanah,
jaraknya terhadap sumur atau sumber air bersih terdekat minimal 10 meter
c) Sampah-sampah yang berupa battery bekas dan bekas wadah bahan berbahaya
3. Pengumpulan sampah
a) Tidak diperbolehkan mengumpulkan sampah di luar bangunan tempat
pengumpulan sampah sementara
b) Tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) harus kedap air, tertutup, dan
selalu dalam keadaan tertutup bila tidak sedang diisi atau dikosongkan serta
mudah dibersihkan
c) Penempatan tempat pengumpulan sampah sementara:
1) Tidak berupa sumber bau dan lalat dari rumah terdekat
2) Dihindarkan sampah masuk dalam saluran air
3) Tidak terletak pada tempat yang mudah terkena luapan air atau banjir
d) Pengosongan sampah di TPS harus dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu)
hari
e) Bila TPS berupa stasiun pemindahan (transfer station) dimana dilakukan
proses pemadatan sampah ditempat tersebut, maka:
1) Tidak merupakan sumber bau dan lalat dirumah terdekat
2) Dihindarkan sampah tidak masuk dalam saluran air
3) Tidak terletak pada daerah yang mudah terkena luapan air atau banjir
f) Harus diadakan pengamanan terhadap leachate
g) Bila tempat tersebut tingkat kepadatan lalatnya lebih dari 20 ekor per blok
grill atau tikus terlihat pada siang hari. Harus dilakukan pengendaliannya
h) Bila TPS berupa area atau lokasi untuk pemindahan sampah (transfer depo)
1) Pengosongan sampah harus dilakukan segera mungkin dan tidak
diperbolehkan menginap
2) Lokasi tersebut terjaga kebersihannya
4. Pengangkutan sampah
a) Alat pengangkut sampah harus mempunyai wadah yang mudah dibersihkan
bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup
b) Setiap keluar dari TPA sampah, semua kendaraan pengangkut sampah selalu
dalam keadaan bersih
c) Petugas yang mengangkut sampah harus menggunakan perlengkapan kerja
sebagai berikut:
1) Pakaian kerja khusus, sarung tangan yang terbuat dari bahan
neopherene, masker, topi pengaman serta boot/lars
5. Pengolahan sampah
a) Lokasi pengolahan sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, dan binatang
pengerat bagi pemukiman terdekat
2) Tidak menimbulkan pencemaran bagi sumber baku air minum
3) Tidak terletak pada daerah yang mudah terkena luapan air atau banjir
b) Tehnik pengolahan
Bila pengolahan sampah adalah pembakaran secara tertutup (insenarasi)
maka:
1) Emisi debu dan gas yang keluar dari cerobong insenerator harus
2) Dalam hal-hal tersebut dimana populasi lalat telah melampaui 20 ekor
per blok grill atau keberadaannya cukup mengganggu, harus dilakukan
pengendaliannya
Bila pengelola sampah untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali,
maka:
1) Pengumpulan dan penumpukan sampah yang dapat didaur ulang tidak
merupakan perindukan serangga dan binatang pengerat serta
memperhatikan prinsip estetika
2) Dalam proses pemisahan, dihindarkan terjadinya kecelakaan
3) Hasil akhir pendaur ulangan sampah tidak membahayakan kesehatan
masyarakat
Bila pengolahan sampah untuk pembuatan pupuk kompos, maka:
1) Pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan pupuk
dan proses pematangan pupuk tidak merupakan tempat perindukan
serangga dan binatang pengerat serta memperhatikan prinsip estetika
2) Air bekas pencucian alat dan leachate harus diamankan agar tidak
menimbulkan masalah pencemaran
6. Pembuangan akhir sampah
a) Lokasi untuk tempat pembuangan akhir harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1) Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang
2) Tidak merupakan sumber pencemaran bagi sumber air baku untuk
minum, dan jarak sedikitnya 200 meter atau lebih tergantung dari
struktur geologi setempat serta jenis sampahnya
3) Tidak terletak pada daerah banjir
4) Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi
5) Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek
estetika terhadap jalan besar atau umum
6) Jarak terhadap bandar udara tidak kurang dari 5 km
b) Pengolahan sampah di TPA
1) Agar dilakukan upaya agar lalat, nyamuk, tikus, kecoak tidak
berkembang biak dan tidak menimbulkan bau
2) Memilki drainase yang baik dan lancer
3) Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah
pencernaan
4) TPA yang dipergunakan untuk membuang bahan beracun dan
berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di kantor
pemerintah daerah
5) Dalam hal-hal tertentu dimana posisi lalat melebihi 20 ekor per blok
grill atau tikus terlihat pada siang hari atau ditemukan nyamuk aedes,
harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengolahan
sampah
c) Pada TPA sampah harus disediakan alat keselamatan kerja sebagai berikut:
kerja dan pakaian kerja khusus yang harus dipakai oleh petugas yang terlibat
dalam pengolahan sampah
d) Pada setiap TPA sampah harus tersedia alat pemadam kebakaran baik berupa
tabung pemadam kebakaran maupun hydran
e) Pada ruang kantor TPA harus tersedia perlengkapan P3K
f) Pada setiap TPA harus tersedia fasilitas untuk mencuci kendaraan
pengangkutan sampah
g) TPA sampah setelah tidak dipergunakan lagi sebagai tempat pembuangan
sampah:
1) Tidak boleh dipergunakan sebagai lokasi pemukiman
2) Tidak diperkenankan mengambil air dari tempat tersebut untuk
keperluan sehari-hari
2.2.4.5 Pengomposan
Kompos merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik sehingga
berubah bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan
merupakan proses penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga
mikroorganisme dapat aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga dapat
dihasilkan bahan yang dapat digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan (Santoso,
2009).
Usaha pengomposan sampah kota memiliki beberapa manfaat yang dapat
ditinjau baik dari segi teknologi, ekonomi, lingkungan maupun kesehatan.
1. Teknik pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari proses yang mudah
dengan menggunakan peralatan yang sederhana sampai dengan proses yang
canggih dengan peralatan modern
2. Secara teknis, pembuatan kompos dapat dilakukan secara manual sehingga modal
yang dibutuhkan relatif murah atau secara masinal (padat modal) untuk mengejar
skala produksi yang tinggi
Dari segi ekonomi, pembuatan kompos dapat memberikan manfaat secara
ekonomis, yaitu :
1. Pengomposan dapat mengurangi jumlah sampah sehingga akan mengurangi biaya
operasinal pemusnahan sampah
2. Tempat pengumpulan sampah akhir dapat digunakan dalam waktu yang lebih
lama, karena sampah yang dikumpulkan berkurang. Dengan demikian akan
mengurangi investasi lahan TPA
3. Kompos dapat memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini
berarti kompos memiliki nilai kompetitif dan ekonomis yang berarti kompos
dapat dijual
4. Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat meningkatkan
efisiensi penggunaannya
Dari segi kesehatan, manfaat kesehatan yang diperoleh dari proses pembuatan
kompos adalah :
1. Pengurangan tumpukan sampah akan menciptakan lingkungan yang bersih dan
2. Proses pengomposan berjalan pada suhu yang tinggi sehingga dapat mematikan
berbagai macam sumber bibit penyakit yang ada pada sampah (Santoso, 2009).
2.3 Hubungan Sampah dengan Kesehatan Masyarakat
Menurut Suprapto, (2005) Kesehatan seseorang maupun masyarakat
merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang
ada di dalam masyarakat. Sampah bila dapat diamankan tidak menjadi
potensi-potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Sampah yang dikelola tidak berada pada
tempat yang menjamin keamanan lingkungan, sehingga mempunyai dampak terhadap
kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik ini akan menjadi
bermacam-macam fungsinya, antara lain:
1. Sebagai sarana penularan penyakit
Hal ini timbul karena sampah basah (garbage) dapat menjadi tempat
bersarangnya (breeding places) dan berkembang biaknya dari
bermacam-macam vektor penularan penyakit. Vektor tersebut adalah: lalat, kecoak, tikus,
dan nyamuk. Lalat dan kecoak merupakan vektor penularan penyakit saluran
pencernaan (perut) seperti: disentri basiller, disentri amoeba, cholera, thypus
abdominalis, diare karena bakteri, dsb. Nyamuk merupakan vektor penularan
penyakit demam berdarah (DHF), Elephantiasis (kaki gajah), dan malaria.
Tikus merupakan vektor penularan penyakit pes. Di samping penyakit infeksi
saluran pencernaan/perut, di dalam tumpukan sampah basah (garbage)
kadang-kadang mengandung telur-telur cacing (cacing Trichinella spiralis,
Ascaris Lumbricoides, Oxyuris Vermecularis,dll.) Dari sampah juga dapat
selain itu, dampak dari pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
keamanan lingkungan dan kesehatan, misalnya membuang sampah secara
sembarangan, akan mengakibatkan pencemaran lingkungan yang meliputi
pencemaran tanah, air, dan udara.
2. Secara fisik sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat mengganggu
kelancaran lalu lintas, terutama sampah yang teronggok di pinggir jalan atau
di sudut-sudut persimpangan jalan. Sampah yang demikian akan mengganggu
kenyamanan atau keindahan (estetika).
2.4 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Menurut Chandra (2007), Pengelolaan sampah disuatu daerah akan membawa
pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruh tersebut
antara lain:
2.4.1 Pengaruh Positif
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan
dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk
sampah tersebut terhadap ternak
4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak
serangga atau binatang pengerat
5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan
suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.
2.4.2 Pengaruh Negatif
1. Pengaruh terhadap kesehatan
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai
tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus
b) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan,
misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya
2. Pengaruh terhadap lingkungan
a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata
b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan
gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk
c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya
kebakaran yang lebih luas
3. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial
budaya masyarakat setempat
b) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar
c) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas
yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa
2.5 Pasar
2.5.1 Pengertian Pasar
Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya (
Pasar dalam arti yang sempit adalah suatu tempat pertemuan penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. Sedangkan dalam pengertian
secara luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual yang mempunyai
kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang menggunakan uang untuk
membeli barang dengan harga tertentu (Adhyzal, 2003).
William J. Stanton
(1993:92)).
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat
pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari
perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk
item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari
perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan
setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya
satu dari dua belah pihak.
Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan
Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau
tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional
dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar
ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang. (Anonimous, 2012)
Ada beberapa syarat terjadinya suatu pasar, antara lain sebagai berikut :
a. Ada tempat untuk berniaga.
b. Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan.
c. Terdapat penjual barang tertentu.
d. Adanya pembeli barang.
e. Adanya hubungan dalam transaksi jual beli.
2.5.2 Klasifikasi Pasar
Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar
konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk
melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang diperjualbelikan
di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh
pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Namun ada juga
pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual
buahbuahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual
sayur-mayur (Adhyzal, 2003).
Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai
pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam
barang yang dijual (Adhyzal, 2003).
1) Berdasarkan manajemen pengelolaan
a) Pasar tradisional.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta,
koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los,
dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar
tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses
penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.
b) Pasar modern.
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan
koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang
kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang
dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli
sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang.
Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.
2) Berdasarkan manajemen pelayanan.
a) Pasar swalayan (supermarket).
Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan
masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri
barang yang diinginkan. Biasanya barangbarang yang dijual barang kebutuhan
sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai
b) Pertokoan (shopping centre).
Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret
di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus
pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga
dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa.
c) Mall/plaza/supermall.
Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih
besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat,
atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran,
gedung bioskop, dan seterusnya.
3) Berdasarkan jumlah barang yang dijual.
a) Pasar eceran.
Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual
barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima,
pedagang asongan, dan sebagainya.
b) Pasar grosir.
Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang
dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain.
Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contoh:
2.5.3 Sanitasi Pasar
a) Pembagian Tata Ruang
Untuk menjamin sanitasi pasar, faktor yang penting adalah pembagian tata
ruang yang sesuai dengan peruntukannya. Hal ini sangat perlu, sebab tempat
berjualan ikan/daging tidak berdekatan dengan rumah makan/waung ataupun kios
pakaian. Yang paling menonjol dalam hal pembagian tata ruang pasar adalah faktor
estetika. (Mukono, 2005)
b) Klasifikasi barang dagangan
Agar memudahkan pengumpulan sampah di pasar, maka klasifikasi barang
dagangan sangat penting. Dagangan yang banyak mengeluarkan sampah
(buah-buahan sebaiknya di klasifikasikan dagangan yang mengeluarkan sampah, seperti
halnya dengan kelapa dan sayuran. Meletakkan warung yang memakai kompor/api
berjauhan dengan dagangan-dagangan yang mudah terbakar (flameable substance),
misalnya kain dan barang kelontong. Dengan alasan-alasan seperti tersebut di atas,
maka pembagian tata ruang dan klasifikasi barang dagangan sangat perlu. (Mukono,
2005).
c) Tempat Sampah Sementara
Hal ini diperlukan agar pedagang bisa membuang sampah dengan cukup
mudah tanpa meninggalkan terlalu jauh barang dagangannya. Jadi tidak ada alasan
para pedagang membuang sampah di sembarang tempat karena tidak ada tempat
sampah sementara. Tempat sampah sementara tersebut sangat vital, karena berfungsi
untuk menampung sampah sebelum di buang/diproses di tempat pembuangan akhir.
d) Pengolahan sampah
1) Setiap kios/lorong/los tersedia tempat sampah basah dan kering,
2) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, kuat
tertutup dan mudah dibersihkan,
3) Tersedia alat pengangkut sampah yang kuat dan mudah dibersihkan,
4) Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang kuat, kedap air,
mudah dibersihkan dan mudah dijangkau,
5) TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit,
6) TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari
bangunan pasar,
7) Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam (Mubarak dan Chayatin, 2009).
e) Saluran Untuk Limbah Cair
Saluran di pasar sangat penting untuk:
1) Estetika
2) Kebersihan
3) Kenyamanan
Saluran berfungsi untuk pembuangan benda cair yang terutama berasal dari
kios daging, ikan, dan warung. Saluran di dalam pasar harus dikontrol agar para
pedagang tidak membuang sampah seenaknya saja di got/saluran air. Dengan
demikian para pedagang akan menggunakan semua fasilitas seperti sebagaimana
mestinya. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
Pentingnya pendidikan kesehatan tersebut antara lain:
1. Pedagang menggunakan fasilitas kesehatan di pasar seperti sebagaimana
seharusnya.
2. Pedagang mengerti akibat dari tidak dilakukannya aturan-aturan tentang
kebersihan/kesehatan.
3. Pedagang mengerti bahwa beberapa penyakit dapat disebabkan oleh vektor (tikus,
kecoak, lalat, nyamuk).
4. Para pedagang agar menyadari bahwa membuang sampah (khususnya puntung
rokok) yang apinya masih hidup sangat berbahaya.
2.6 Teori Partisipasi Masyarakat
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi orang-orang dalam situasi
kelompok yang mendorong mereka untuk menyumbangkan pada tujuan-tujuan
kelompok dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. (Davis dan
Newstrom, 1993)
Menurut Mubyarto yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi adalah
tindakan mengambil bagian dalam kegiatan, sedangkan partisipasi masyarakat adalah
keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di mana masyarakat ikut
terlibat mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan,
perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.
Menurut Sulaiman yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi sosial
sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam
kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan
dalam dan atau di luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran tanggung
jawab sosialnya.
Sedangkan menurut Usman yang dikutip oleh Soedjono (1990)
mengemukakan bahwa ada dua unsur pokok mengapa partisipasi itu penting.
Pertama, alasan etnis, yaitu dalam arti pembangunan demi manusia berpartisipasi
sebagai subjek, bukan mejadi objek. Kedua, alasan sosiologis, yaitu bila
perkembangan diharapkan berhasil dalam jangka panjang, ia harus menyertakan
sebanyak mungkin orang, kalau tidak pembangunan pasti macet.
Menurut Isbandi yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi
masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi
masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi.
Menurut Mikkelsen yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) dalam
mendefenisikan partisipasi, Mikkelsen membaginya ke dalam 6 bagian yaitu :
(1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut
serta dalam pengambilan keputusan;
(2) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek
pembangunan;
(3) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
(4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang
atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya
untuk melakukan hal itu;
(5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf
yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;
(6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan,
dan lingkungan mereka.
Conyers (1991) memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, yaitu:
(1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal,
(2) Masyarakat mempercayai program pembangunan jika dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk
proyek dan merasa memiliki proyek tersebut,
(3) Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di
pembangunan.
Dari beberapa defenisi partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi
masyarakat adalah sesuatu melibatkan masyarakat bukan hanya kepada proses
dan pengembangan dari pelaksanaan program tersebut, termasuk menikmati hasil dari
pelaksanaan program tersebut.
Lebih lanjut secara sederhana partisipasi masyarakat adalah keterlibatan
seseorang (individu) atau sekelompok masyarakat secara sukarela, dalam suatu
kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai kepada proses
pengembangan kegiatan atau program tersebut.
2.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pedagang
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pedagang menurut Zulkarnaini,
(2009) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam
pengelolaan sampah di pasar, meliputi pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap
sampah, dan pengetahuan tentang sampah.
a) Pendidikan
Salah satu tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dalam
berpartisipasinya ditentukan oleh tingkat pendidikan.
b) Penghasilan
Penghasilan pedagang dibagi menjadi dua kelompok yaitu pendapatan bersih
dari usaha dan pendapatan sampingan.
c) Kepedulian terhadap Sampah
Kepedulian terhadap sampah meliputi pemisahan bentuk sampah (antara
dahulu dikumpulkan pada wadah kantong plastik atau keranjang bambu,
kemudian diangkut dengan truk.
d) Pengetahuan tentang Sampah
Pengetahuan tentang sampah meliputi jenis sampah, cara pengolahan dan
pemanfaatan sampah, dampak dari sampah terhadap kesehatan, dan dampak
dari sampah terhadap lingkungan
2. Partisipasi Pedagang Dalam Pengelolaan Sampah
Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah meliputi kebiasaan
mengumpulkan sampah dagangan, menegur orang membuang sampah sembarangan,
memberikan gagasan untuk kegiatan kebersihan, kehadiran pada rapat/pertemuan
untuk membicaran masalah kebersihan, membayar retribusi sampah pasar,
membuang sampah pada tempatnya, menjaga kondisi kebersihan sampah di tempat
berusaha, menyediakan tempat sampah sementara sendiri, bersama pedagang lain
bekerjasama mengatasi masalah sampah, dan melakukan evaluasi bersama terhadap
2.7 Kerangka Konsep
Sistem Pengelolaan Sampah Pasar:
1. Penyimpanan sampah 2. Pengumpulan
sampah 3. Pengangkutan
sampah 4. Pengolahan
Partisipasi Pedagang :
1. Penyediaan tempat sampah
2. Pembuangan sampah 3. Pembayaran
retribusi 4. Peraturan